KRITIK TERHADAP ALIRAN AL MATURIDIYAH MAKALAH Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Drs. A. Ghofir Romas
Disusun oleh : Najib Afif Muamar (1501026157) Muhammad Kafi
(1501026158)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016 1
I.
PENDAHULUAN Dari berbagai macam aliran-aliran pemikiran terdapat aliran Al Maturidiyah, yang muncul pada masa perdebatan pemikiran antara aliran fiqih Hanafiyah dan Syafiah, Juga arena perdebatan antara para fuqoha (ahli fiqih) dan ahli hadist. Pada masa itu aliran ini ada atau bersamaan dengan aliran Al Asy’ariah, yang juga merupakan aliran yang menentang paham dari aliran Mu’tazilah. Karena aliran Mu’tazilah adalah aliran yang sangat mengagungkan akal pkiran manusia. Mu’tazilah berpendapat bahwa akal pikiran manusia diciptakan untuk menemukan solusi dari setiap masalah yang ada, tanpa mengenal batas baik yang berhubungan dengan alam dunia (langit, bumi, dan manusia) dan Tuhan. Meskipun Al Maturidiyah dengan Al Asy’ariah sama-sama menentang paham dari ajaran Mu’tazilah, namun keduanya memiliki beberapa perbedaan. Sejarah berdirinya Al Maturidiyah dan beberapa perbedaan antara Al Maturidiyah dengan Al Asy’ariah akan kami coba jelaskan pada makalah kali ini.
II.
RUMUSAN MASALAH A. Bagaimana sejarah Al-Maturidiyah? B. Bagaimana pendapat-pendapat dari Al Maturidi yang membedakanya dengan Al Asya’ri?
III.
PEMBAHASAN A. Sejarah Al Maturidiyah Pendirinya adalah Abu Mansur Muhammad bin Muhammad kelahiran Maturidi, kota kecil di daerah Samarkand (yang sekarang menjadi daerah Uzbekistan Sovyet) yang meninggal pada tahun 333 H. pada masa itu, tempat ia dibesarkan menjadi arena perdebatan antara aliran fiqih Hanafiyah dan Syafiah juga arena perdebatan antara para fuqoha (ahli fiqih) dan ahli hadist, disatu pihak dengan aliran Mu’tazilah dipihak lain dalam masalah Ilmu Kalam. Jadi, nama atau sebutan bagi aliran Al Maturidiyah di ambil dari nama kota kecil di daerah 2
Samarkand yaitu Maturidi yang menjadi tempat kelahiran Abu Mansur Muhammad bin Muhammad. Dalam bidang Fiqih, Al Maturidiyah mengikuti mazhab Hanafi. Ia juga mendalami Ilmu Kalam dan berpihak kepada aliran Muhaditsin dan Fuqoha seperti yang dilakukan oleh Al Asy’ariah. Meskipun pendapat-pendapatnya tidak terikat dengan aliran-alirn tersebut, namun tidak dapat dipungkiri bahwa antara Al Maturidi dengan Al Asy’ari memiliki pemikiran-pemikiran yang sama.1 Salah satu buku Al Maturidi yang terkenal adalah “Al Fiqul Akbar” yang berisi perbandingan fikiran Abu Hanifah dengan fikiran Al Maturidi, dan ternyata pembahasanya berintikan fikiran-fikiran Abu Hanifah, hanya uraianya yang lebih luas. Kebanyakan para ulama Maturidiyah terdiri dari orang-orang pengikut aliran fiqih Hanafiah. Misalnya, fakhrudin Al Basdawi, Al Taftazani, An Nasafi, Ibnul Hammam dan lain-lainnya. Tetapi, tidak sekuat pengikut golongan “Asy’ariyah”.2 Aliran Al Maturidiyah dan Al Asy’ariyah hidup semasa dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin membendung dan melawan aliran Mu’tazilah. Namun ada perbedaanya, yaitu aliran Asy’ariyah menghadapi negeri kelahiran Mu’tazilah yaitu daerah Basrah dan Irak pada umumnya, sedangkan aliran Maturidiyah menghadapi aliran Mu’tazilah di daerah Samarkand dan Iran pada umumnya sebagai kelanjutan dari aliran Mu’tazilah Basrah. Menurut Syeh M. Abduh perbedaan antara keduanya tidaklah besar, kurang lebih hanya dalam sepuluh masalah, yang lainnya mengatakan perbedaan-perbedaan tersebut mencapai empat puluh masalah. Kemungkinan perbedaanya tidaklah terlalu banyak, karena ada pertalian dengan perbedaan dasar mereka, Aliran Asy’ariah mengikuti mashab Syafi’I sedangkan aliran Al Maturidiyah mengikuti mashab Abu Hanifah. Menurut Abu Zahroh mengatakan bahwa perbedaan antara Al Asy’ariyah dan Al Maturidiyah sebenaranya lebih jauh lagi, baik dalam cara berfikir maupun dalam hasil-hasil
1
Gofir Romas, Ilmu Tauhid, Semarang: BADAN PENERBIT FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG, 1997, hlm. 119 2 Ibid, hlm. 119-120
3
pemikirannya. Sebab Al Maturidiyah memberi kekuasaan akal fikiran yang lebih luas daripada yang diberikan Al Asy’ariyah.
B. Pendapat-pendapat Al Maturidiyah a) Kebaikan dan keburukan Al Maturidiyah mengakui adanya keburukan obyektif dan akal dapat mengetahui kebaikan dan keburukan sebagai suatu perbuatan, mereka membagi perbuatan kepada tiga bagian; sebagian yang dapat di ketahui dengan akal semata-mata, sebagian yang tidak dapat diketahui keburukannya bagi akal semata-mata, dan sebagian lagi yang tidak jelas kebaikan dan keburukannya bagi akal, kecuali melalui syara’. Faham Mu’tazilah berpendapat apa yang diketahui kebaikan oleh akal, harus dikerjakan berdasarkan perintah akal dan yang diketahui keburukannya harus ditinggalkan menurut keharusan akal. Adapun Al Maturudi berpendapat lain yang mengikuti pendapat Abu Hanifah bahwa walaupun akal sanggup mengetahui, tetapi kewajiban itu dari syara’, sebab akal tidak dapat bertindak sendiri dalam kewajiban agama, yang mengeluarkan perintah-perintah agama ahnya Allah SWT sendiri. Hal ini, mereka berpendapat ditengah-tengah antara Mu’tazilah dan Asy’ariyah, Asy’ariyah berpendapat bahwa sesuatu tidak mempunyai kebaikan atau keburukan obyektif melainkan kebaikan itu ada, karena adanya syara’ kebaikan dan keburukan itu tergantung kepada Allah.3
b) Kewajiban mengetahui Tuhan Akal dapat mengetahui kewajiban untuk mengetahui Tuhan, sebagaimana yang diperintahkan Tuhan dalam ayat Al Qur’an untuk memperhatikan alam, langit dan bumi. Aliran Mu’tazilah berpendapat bahwa mengetahui Tuhan itu diwajibkan oleh akal, maka
3
Ibid, hlm. 121
4
Al Maturidi berpendapat meskipun kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui akal, tetapi kewajiban itu sendiri datangnya dari Tuhan.4
c) Hikmah Aliran Mu’tazilah menyatakan Tuhan tidak mungkin berbuat sesuatu tanpa suatu tujuan atau hikmah, sedangkan Al Asy’ariyah berpendapat segala perbuatan Tuhan tidak dapat di tanyatakan hikmah atu tujuan-Nya. Al Maturidi menyatakan perbuatan Tuhan mengandung hikmah, baik dalam perintah dan larangan-Nya tetapi perbuatan tersebut tanpa paksaan. Sebab itu tidak dapat dikatakan wajib, karena suatu kewajiban mengandung perlawanan dengan iradah-Nya. Aliran Maturidiyah sering mendekati mazhab Abu Hanifah, dan menurut para pembahas Ilmu Kalam, masih termasuk golongan Ahlussunnah.5 IV.
KESIMPULAN Aliran Al Maturidiyah merupakan aliran yang menggunakan mazhab Abu Hanifah. Mereka banyak menggunakan dasar-dasar dari mazhab Abu Hanifah sebagai peganganya, dan menurut para pembahas Ilmu Kalam aliran ini masih termasuk golongan Ahlussunnah. Nama Al Maturidiyah sendiri berasal dari nama suatu kota kecil di daerah Samarkand yaitu Maturidi. Kota Maturidi adalah tempat kelahiran dari pendiri Al Maturidiyah itu sendiri yaitu Abu Mansur Muhammad bin Muhammad yang meninggal pada tahun 333 H. Aliran Al Maturidi dengan Aliran Asy’ariyah hidup semasa dan mempunyai tujuan yang sama yaitu membendung paham-paham dari aliran Mu’tazilah, namun keduanya memiliki beberapa perbedaan selain dari tempat mereka melawan aliran Mu’tazilah yaitu tentang cara berpikir maupun dari hasil pemikiranya.
4 5
Ibid, hlm. 122 Ibid, hlm. 122-123
5
DAFTAR PUSTAKA Romas, Gofir, 1997, “ILMU TAUHID”, Semarang: BADAN PENERBIT FAKULTAS DA’WAH IAIN WALISONGO SEMARANG
6