PENGARUH KEUANGAN DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Royda, S.E., M.Si. Dosen Tetap Universitas Tridinanti Palembang Email :
[email protected] Info Artikel :
ABSTRACT
Diterima 13 September 2016 Direview 20 September 2016 Disetujui 15 Oktober 2016
Purpose - The research problem was how fiscal capacity influenced capital expenditure in Bangka Belitung Design/methodology - The analysis period was ten years starting from 2004 to 2013. The data analysis method used is descriptive analysis. The data were analyzed by using multiple regression model with Least Squares method. Findings – The results showed that the overall fiscal capacity significantly affected the capital expenditures by the coefficient of determination 83.33 percent. It was due to the fact that regional governments in Bangka Belitung had not been optimally allocating locally-generated revenues to finance regional expenditures, thus providing less stimulus for economic growth and being highly dependent on the transfer of funds from the central government.
Keywords :
Regions Financial Regions Financial Independence Regional Financial Efficiency Capital Expenditure PENDAHULUAN
pembangunan
Upaya pemerintah daerah untuk
seperti
yang
PDRB,
laju
bisa
dilihat
pertumbuhan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
ekonomi, dan pendapatan perkapita
diantaranya
kebijakan
di suatu daerah.
pengeluaran untuk pembelian barang
Pengelolaan
dan jasa yang akan mendorong
pertanggungjawaban
peningkatan
daerah
dalam
melalui
permintaan
perekonomian
produksi
yang
serta keuangan
tercermin
dalam
(Badrudin,
anggaran pendapatan dan belanja
2012). Keberhasilan pembangunan
daerah (APBD) merupakan media
ekonomi bisa diidentifikasikan dari
pemerintah
meningkatnya
mengevaluasi
masyarakat, keberhasilan
kesejahteraan untuk
mengukur
pembangunan
suatu
daerah ada bebarapa indikator hasil
daerah
daerah prestasi dalam
untuk pemerintah membiayai
pembangunan daerah. Hal tersebut berarti
pengalokasian
anggaran
Royda publik
harus
lebih
14
diperuntukkan
Berdasarkan uraian di atas, maka
pada kepentingan publik, misalnya
bagaimana kemampuan keuangan
dalam hal belanja modal. Daerah
daerah di Provinsi Kepulauan Bangka
dituntut
Belitung
dapat
potensi
mengoptimalkan
modal
daerah mengingat Kepulauan Bangka
belanja
Belitung merupakan Provinsi yang
daerah yang lebih besar untuk sektor-
baru berdiri setelah memisahkan diri
sektor
tinggi
dari Provinsi Sumatera Selatan. Oleh
investasi modal, diharapkan mampu
karena itu, penelitian ini bertujuan
meningkatkan kualitas layanan publik
untuk
serta meningkatkan tingkat partisipasi
kemampuan
publik terhadap pembangunan (Priyo,
terhadap belanja modal di Provinsi
2012).
Kepulauan Bangka Belitung.
memberikan
produktif.
yang
belanja
dimiliki
untuk
pendapatan
terhadap
porsi
Semakin
mengetahui
pengaruh
keuangan
daerah
Belanja modal pemerintah daerah juga digunakan untuk pembangunan dan
perbaikan
infrastruktur
pada
Keuangan Daerah Berdasarkan Ketentuan Umum
sektor pendidikan, kesehatan dan
Peraturan
transportasi
masyarakat
Indonesia Nomor 58 Tahun 2005,
secara langsung dapat menikmati
pengertian Keuangan daerah adalah
adanya
semua hak dan kewajiban daerah
sehingga
pembangunan
daerah
Pemerintah
tersebut (Wibowo, 2008). Kebijakan
dalam
otonomi
sudah
pemerintah daerah yang dapat dinilai
dijalankan pada setiap kabupaten
dengan uang termasuk didalamnya
dan kota di Indonesia dirasakan
segala
masih
berhubungan
daerah
terdapat
yang
berbagai
rangka
Republik
bentuk
penyelenggaraan
kekayaan
dengan
yang
hak
dan
permasalahan seperti ketimpangan
kewajiban daerah tersebut. Ruang
pertumbuhan yang terjadi. Hal ini
lingkup keuangan daerah terdiri dari
disebabkan
keuangan
oleh
kesiapan
dari
masing
daerah
yang
langsung (Anggaran Pendapatan dan
berbeda dalam pelaksanaan otonomi
Belanja Daerah dan barang-barang
daerah. Permasalahan ini merupakan
inventaris
motivasi
Kekayaan Daerah yang dipisahkan
masing
-
pertama
penelitian ini.
dilakukannya
daerah
milik
yang
daerah)
(Badan Usaha Milik Daerah).
dikelola
dan
Royda Menurut Undang-undang Nomor
15
Kemandirian keuangan daerah
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
menggambarkan
ketergantungan
Daerah, Anggaran Pendapatan dan
daerah
sumber
Belanja Daerah merupakan dasar
eksternal.
pengelolaan keuangan daerah dalam
kemandirian keuangan daerah maka
masa satu tahun anggaran terhitung
semakin kecil tingkat ketergntungan
mulai 1 Januari sampai dengan 31
daerah terhadap bantuan dari luar
Desember.
daerah terutama pemerintah pusat.
Struktur
APBD
terhadap Semakin
tinggi
Selain
dari : Pendapatan Daerah, Belanja
keuangan
daerah
juga
Darah
Daerah.
mengambarkan
tingkat
partisipasi
tersebut
masyarakat
Pembiayaan
Struktur
APBD
diklasifikasikan
menurut
rasio
nilai
merupakan satu kesatuan yang terdiri
dan
itu,
dana
dalam
kemandirian
pembangunan
urusan
daerah. Semakin tinggi masyarakat
pemerintahan dan organisasi yang
membayar pajak dan retribusi daerah
bertanggung
maka
jawab
melaksanakan
semakin
tinggi
urusan pemerintahan sesuai dengan
kesejahteraan
peraturan perundang-undangan.
tersebut (Halim, 2008:233).
Kemandirian Keuangan Daerah
Efisiensi Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah menunjukkan
kemampuan
masyarakat
tingkat daerah
Apabila pengeluaran daerah lebih kecil
dibandingkan
dengan
pemerintah daerah dalam membiayai
pendapatan daerah maka daerah
sendiri
tersebut dapat dikatakan efisien pada
kegiatan
pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada
keuangan
masyarakat yang telah membayar
Keuangan Daerah dikur dengan cara
pajak dan retribusi sebagai sumber
membandingkan total pengeluaran
pendapatan yang diperlukan daerah.
daerah
Rasio
daerah
daerah.Semakin kecil nilai efisiensi
otonomi
maka akan semakin efisien suatu
kemandirian
mencerminkan
keadaan
daerahnya.
dengan
suatu daerah yang diukur dengan
daerah.
Hal
besarnya pendapatan asli daerah
pengeluaran
terhadap jumlah total penerimaan
sesuai
daerah.
direncanakan.
total
Efisien
pendapatan
ini
menyiratkan
yang
dibelanjakan
dengan
yang
telah
Royda Hasil
perbandingan
16
antara
Belanja modal itu sendiri merupakan
realisasi pengeluaran dan realisasi
investasi pemerintah yang digunakan
penerimaan tersebut dapat menilai
untuk pembentukan modal.
suatu kinerja keuangan daerah (Medi,
Belanja
modal
merupakan
1966 dalam Budiarto, 2007). Apabila
pengeluaran yang dilakukan dalam
kinerja keuangan diatas 100% maka
rangka pembelian/pengadaan atau
dapat dikatakan tidak efisien, 90%-
pembangunan aset tetap berwujud
100% adalah kurang efisien, 80%-
yang mempunyai nilai manfaat lebih
90% adalah cukup efisien, 60%-80%
dari dua belas bulan untuk digunakan
adalah efisien, dan dibawah 60%
dalam kegiatan pemerintahan, seperti
adalah sangat efisien.
dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
Belanja Modal
irigasi dan jaringan serta aset tetap
Pengeluaran
pemerintah
lainnya (Permendagri No.13 Tahun
mencerminkan kebijakan pemerintah.
2006 Pasal 53). Pemerintah daerah
Apabila
harus mampu mengelola dana yang
pemerintah
telah
menetapkan suatu kebijakan untuk
ada
membeli barang dan jasa, maka
meminimalisir
pengeluaran
pemerintah
tingkat pelayanan pemerintah dengan
biaya yang harus
harapan oleh masyarakat. Apabila
mencerminkan
untuk
belanja
modal
kesenjangan
antara
dikeluarkan oleh pemerintah untuk
pemerintah
melaksanakan
memberikan pelayanan publik yang
kebijakan
tersebut.
daerah
demi
Belanja daerah merupakan perkiraan
optimal
beban
yang
keuntungan di masa depan yang
dialokasikan secara adil dan merata
terlihat dari pertumbuhan ekonomi
agar
suatu daerah.
pengeluaran
relatif
dapat
daerah
dinikmati
oleh
seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, pemberian
khususnya pelayanan
maka
akan
sudah
memberikan
Berdasarkan latar belakang yang
dalam
telah
dikemukakan
umum
maka
hipotesis
sebelumnya,
penelitian
(Bastian, 2006: 45). Belanja daerah
pengaruh
yang
keperluan
Daerahyang tercermin dalam tingkat
pembangunan daerah adalah belanja
efisiensi dan kemandirian keuangan
modal atau belanja pembangunan.
daerah
digunakan
untuk
Kemampuan
adalah
secara
Keuangan
keseluruhan
Royda berpengaruh
signifikan
terhadap
penelusuran
dan
17
pengungkapan
Belanja Modal di Provinsi Kepulauan
informasi
yang
relevan
yang
Bangka Belitung.
terkandung dalam data. Kemudian hasil informasi ini disajikan secara
METODE PENELITIAN Penelitian meneliti
ini
lebih
mengamati
tentang
kemampuan
dan
pengaruh
Langkah
dan
sederhana.
selanjutnya
melakukan
evaluasi
adalah atau
uji
daerah
spesifikasi model. Langkah ini perlu
terhadap belanja modal di provinsi
untuk membuktikan bahwa spesifikasi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
model yang dibangun sudah tepat
Periode analisis terdiri dari sepuluh
baik menurut kriteria ekonometrika,
tahun yang dimulai dari tahun 2004
kriteria statistik dan kriteria ekonomi
sampai dengan 2013. Jenis data
(Widarjono, 2013).
yang
keuangan
ringkas
digunakan
adalah
data
Metode regresi linear merupakan
sekunder dalam bentuk data time
usaha
series dengan rentang waktu tahun
meminimalkan penyimpangan hasil
2004 sampai dengan 2013 yang
perhitungan
dipublikasikan
oleh
resmi
kondisi aktual (nyata).Oleh karena itu
Kementerian
Keuangan,
Bank
harus diuji dengan beberapa uji
situs
dalam
Indonesia dan Badan Pusat Statistik.
asumsi
Metode
normalitas,
pengumpulan
data
rangka
(regresi)
sebagai uji
untuk
terhadap
berikut
:
uji
autokorelasi,
uji
menggunakan metode dokumentasi
multikolinearitas,
data yakni pengambilan data melalui
heterokedastisitas.
dokumen tertulis baik berupa angka
mendapatkan model yang baik, perlu
maupun
dilakukan
keterangan
yang
ada
kaitannya dengan penelitian. Metode
analisis
data
evaluasi
dan Untuk
berdasarkan
kriteria statistik yang meliputi : yang
- Uji koefisien determinasi ( R2 ),
digunakan adalah analisis deskriptif.
Koefisien
Analisis deskriptif merupakan metode
menunjukkan besarnya pengaruh
yang berkaitan dengan pengumpulan
semua
data dan penyajian data sehingga
terhadap dependen.
memberikan informasi yang berguna. Proses
deskripsi
data
meliputi
determinasi
variabel
independen
- Uji t, Uji parsial (uji t) bertujuan untuk
mengetahui
variabel
Royda
18
independen yang terdapat dalam
sumber penerimaan yang ada, baik
model
penerimaan yang bersumber dari
secara
berpengaruh
individu
nyata
terhadap
variabel dependen. - Uji F, Sedangkan Uji F digunakan untuk
mengetahui
variabel
pengaruh
yang
pendapatan
asli
berasal daerah,
dari serta
secara
untuk membiayai program - program
mempunyai
pembangunan daerah yang tercermin
variabel
dari realisasi Anggaran Pendapatan
dependen.
kriteria
penerimaan
maupun
memanfaatkan penerimaan tersebut
terhadap
Evaluasi
pusat
apakah
independen
bersama-sama
pemerintah
dan Belanja Daerah setiap tahunnya. model
ekonomi
berdasarkan untuk
masing
yang
berbeda untuk satu daerah dengan
diestimasi telah sesuai dengan teori
daerah lainnya. Begitu juga dengan
ekonomi, dengan cara melihat tanda
masing-masing provinsi di wilayah
dan
Sumatera
melihat
apakah
besaran
yang
dilakukan
Kemampuan keuangan masing-
model
koefisien
menunjukkan
parameter
pada
yang
umumnya
menunjukkan
dan
beragam perbedaan baik dari sisi
besarnya pengaruh variabel bebas
penerimaan daerah maupun belanja
terhadap
daerahnya.
variabel
arah
daerah
terikat
sudah
Secara
umum
total
sesuai dengan teori ekonomi maupun
penerimaan daerah baik di wilayah
penelitian
Sumatera
terdahulu
yang
telah
dilakukan.
maupun
Indonesia
meningkat setiap tahunnya. Peningkatan penerimaan terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam
pelaksanaan
daerah di Sumatera tahun 2012
otonomi daerah, keuangan daerah
mencapai enam kali dari penerimaan
merupakan salah satu kriteria untuk
di tahun 2001. Rata-rata penerimaan
mengetahui
daerah
daerah
tangga
Provinsi Sumatera Utara yang diikuti
sendiri.
Provinsi Riau, Provinsi Aceh dan
Kemampuan daerah yang dimaksud
Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini
berkaitan
kemampuan
menunjukkan bahwa semakin besar
sumber-
jumlah penduduk dan luas daerahnya
dalam
rangka
setiap tahunnya bahkan penerimaan
kemampuan
mengurus
rumah
pemerintahannya
dengan
daerahmengoptimalkan
terbesar
terdapat
pada
Royda maka
akan
jumlah
semakin
besar
penerimaan
Sedangkan
juga
daerahnya.
besarnya
19
realisasi pengeluaran di tahun 2001. Sedangkan
rata-rata
pengeluaran
rata-rata
daerah yang terbesar masih terdapat
daerah
pada provinsi Sumatera Utara yang
Sumatera terhadap total penerimaan
diikuti Provinsi Riau, Provinsi Aceh
pusat adalah 26,52 persen.
dan
kontribusi
penerimaan
Selain realisasi dari penerimaan, terdapat
realisasi
Provinsi
Besaran
Sumatera
persentase
Selatan.
pengeluaran
pengeluaran
daerah terhadap penerimaan daerah
daerah yangbiasanya akan mengikuti
di wilayah Sumatera adalah sebesar
besarnya
realisasi
83,2 persen. Besarnya persentase
penerimaan, dimana daerah yang
tersebut lebih tinggi dibandingkan
kapasitas
persentase nasional yang sebesar
jumlah
penerimaan
daerahnya
besar cenderung memiliki realisasi pengeluaran daerah yang besar juga. Begitu
juga
Dengan
pertimbangan
bahwa
realisasi
jumlah time series sebanyak sepuluh
Sumatera
tahun, maka model analisis data yang
yang mengalami peningkatan setiap
akan digunakan adalah metode Least
tahunnya,
realisasi
square.
Hasil
pengujian
metode
pengeluaran di tahun 2012 untuk
analisis
yang
digunakan
adalah
wilayah Sumatera mencapai 6,5 kali
sebagai berikut :
pengeluaran
jumlahnya
dengan
80,78 persen.
daerah
di
jumlah
dibandingkan
jumlah
Gambar 1. Hasil pengujian dengan Least square
Royda
Sebelum maka
melakukan
dalam
penelitian
20
estimasi,
terbebas dari masalah normalitas dan
ini
heterokedastisitas,
juga
multikolinearitas
dilakukan beberapa uji asumsi klasik.
serta Autokorelasi. Adapun pengujian
Pada hasil uji asumsi klasik, dapat
normalitas dapat terlihat dari gambar
disimpulkan
berikut:
bahwa
hasil
regresi
Gambar 2. Pengujian Normalitas
Pengujian
dilakukan
dengan
jumlah
variabel
independen
k=2,
menggunakan analisis Chi Square.
maka df (10-2=8) pada α=5% yakni
Pengujian ini bertujuan untuk menguji
sebesar 15.5073. Nilai JB < nilai Chi
apakah dalam model regresi, variabel
square
pengganggu
sehingga
memiliki
atau
residual
distribusi
normal.
telah Uji
normalitas dapat diketahui dengan membandingkan
nilai
Jarque-Bera
(1,022317
<
H0
diterima
disimpulkan
bahwa
didapat
(heterokedastisitas)
normality
dalam
Permasalahan heterokedastisitas terjadi
histogram
dan
penelitian ini berdistribusi normal.
dan nilai Chi square tabel. Uji JB dari
data
15.5073)
jika
varian
tidak
konstan
dan
terjadi
dengan hipotesis yang digunakan H0
hubungan yang kuat antar residual.
= data terdistribusi normal. Nilai JB
Masalah heteroskedastisitas sering
sebesar 1,022317 sedangkan nilai
dialami oleh data yang bersifat cross
Chi square tabel yang dilihat dari
section. Berdasarkan hasil regresi
Royda Least
Square,
nilai
koefisien
regresi
panel
ditemukan
21
adanya
determinasi (R2) sebesar 0,833365.
korelasi antar variabel independen.
Nilai
Model yang baik adalah model yang
Chi
square
hitung
sebesar
8,33365 yang diperoleh dari jumlah
tidak
observasi dikali dengan nilai R2.
korelasi
Sedangkan nilai kritis Chi squared
independennya.
pada α=5%, dengan df = 10-2 =8
dapat dideteksi dari adanya nilai R2
adalah 15.5073. Oleh karena nilai Chi
tinggi (lebih dari 0,80), tetapi sedikit t-
squared hitung lebih kecil daripada
statistik yang signifikan serta nilai F-
nilai kritis Chi squared, maka H0
statistik yang signifikan namun t-
ditolak
terdapat
statistik dari masing-masing variabel
heteroskedastisitas
bebas tidak signifikan. Berikut hasil
sehingga
permasalahan
tidak
pada penelitian. Uji
terjadi
atau antar
tidak
terdapat variabel
Multikolinearitas
uji multikolinearitas pada penelitian.
multikolinearitas
bertujuan
untuk menguji apakah dalam model
Tabel 1. Hasil pengolahan uji multikolinearitas
Sumber : pengolahan dari eviews
Uji
untuk
angka-angka yang diperlukan dalam
tidaknya
metode tersebut adalah dL (angka
autokorelasi pada model ini akan
yang diperoleh dari table DW batas
digunakan uji Durbin-Watson (DW-
bawah), dU (angka yang diperoleh
Test). Jika nilai DW-Test lebih besar
dari tabel DW batas atas), 4- dL dan
dari batas atas (dU), maka tidak
4-dU. Jika nilainya mendekati 2 maka
terjadi autokorelasi. Untuk menguji
tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya
keberadaan
jika mendekati 0 atau 4 terjadi
mendeteksi
Autokorelasi, ada
atau
autokorelasi
dalam
penelitian ini digunakan statistik d dari Durbin-Watson (DW test) dimana
autokorelasi.
Royda Pengujian
dilakukan
dibandingkan nilai F tabel atau nilai
untuk mengukur ketepatan fungsi
probabilitas F-statistik lebih kecil dari
regresi
nilai
nilai α=5%, maka dapat dikatakan
dilakukan
bahwa secara keseluruhan variabel-
determinasinya
variabel independen dalam model
dalam
aktualnya. dengan (R2),
statistik
22
Uji
menaksir statistik
koefisien koefisien
individual
(uji
regresi
signifikan
terhadap
variabel dependennya. Nilai F hitung
koefisien secara serentak (uji F). Nilai
sebesar 17,50398sedangkan nilai F
(R2)
tabel yang dilihat dari tabel F α=5%
menggambarkan kemampuan model
untuk n=10 dan k=2 (df pembilang =
regresi dalam menjelaskan variabel
k-1, df penyebut = n – k) adalah
dependennya, sedangkan nilai di luar
sebesar 5.31766. Oleh karena F
R2)
hitung lebih besar daripada F tabel,
dijelaskan oleh faktor-faktor di luar
maka H0 ditolak sehingga secara
model. Dari hasil estimasi, besarnya
bersama-sama semua variabel bebas
R2 yang diperoleh adalah sebesar
pada
0,833365. Artinya variabel Y (Belanja
berpengaruh
Modal) dalam model sebesar 83,33
belanja modal.
koefisien
dan
berpengaruh
pengujian
koefisien
t),
secara
determinasi
determinasi
(1-
persen dipengaruhi oleh variabel-
penelitian
Uji
secara
serentak
terhadap
variabel
signifikansi
individu
variabel bebas yang ada di dalam
bertujuan untuk melihat signifikansi
model yaitu Kemandirian Keuangan
pengaruh variabel independen secara
Daerah (X1) dan Efisiensi Keuangan
individu terhadap variabel dependen.
Daerah
sisanya
Parameter yang digunakan adalah
sebesar 16,66 persen dijelaskan oleh
suatu variabel independen dikatakan
variabel-variabel
secara
(X2).
Sementara
lain
yang
tidak
signifikan
berpengaruh
terdapat dalam model ini dan faktor-
terhadap variabel dependen bila nilai
faktor lainnya.
t hitung lebih besar dari nilai t tabel
Uji signifikansi parameter atau
atau juga dapat diketahui dari nilai
uji F dilakukan dengan tujuan untuk
probabilitas t-statistik yang lebih kecil
melihat
variabel-variabel
dari nilai α=5%. Nilai t tabel dilihat
independen secara bersama-sama
dari n=10 dan k=2 yakni sebesar
atau
1.85955. Berikut tabel uji signifikansi t
pengaruh
keseluruhan.
Parameternya
adalah bila nilai F hitung lebih besar
(α=5%)
:
Royda
23
Tabel 2. Uji Signifikansi t (α=5%) Belanja Modal Analisis
tstatistik -2,2648 2,7962
X1 X2
t-tabel
Kesimpulan
1.85955 1.85955
Signifikan Signifikan
Sumber : Diolah dari hasil regresi
Dari model regresi, terlihat bahwa semua
variabel
berpengaruh
keuangan
daerah
Kepulauan
Bangka
di
Provinsi
Belitung
signifikan terhadap belanja modal.
mengindikasikan
Berdasarkan hasil olah data statistik
siapnya pemerintah daerah dalam
dapat
kemampuan
mengelola
berpengaruh
Selain itu, kondisi alam dalam bentuk
dilihat
keuangan
bahwa daerah
bahwa
juga
keuangan
daerahnya.
signifikan terhadap belanja modal di
kepulauan
mengakibatkan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
pemerintah
dalam
yang
pendapatan
asli
terlihat
dari
hasil/
nilai
probabilitas
koefisien
determinasi
sehingga
hipotesis
penelitian
diterima.
belum
fokus
meningkatkan daerah
belum
maksimal. Efisiensi Keuangan Daerah pada penelitian ini berpengaruh signifikan
Adanya pengaruh signifikan dan negatifpada
variabel
kemandirian
keuangan
daerah
tersebut
dikarenakan
Kabupaten/Kota
di
terhadap belanja modal di Provinsi Kepulauan
tinggi rasio efisiensi keuangan daerah menyiratkan
masih
daerah
tergantung
pada
Belitung.
Berdasarkan hasil statistik, semakin
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat
Bangka
bahwa
sudah
pemerintah
berhasil
dalam
bantuan dana dari pemerintah pusat
menganggarkan keuangan daerah.
dan pinjaman. Rasio kemandirian
Penggunaan keuangan daerah yang
keuangan daerah relatif kecil apabila
tidak efisien pada daerah disebabkan
dilihat dari statistik sehingga belum
realisasi
mampu
besar
untuk
membiayai
pengeluaran dari
realisasi
yang
lebih
penerimaan
pengeluaran daerah pada belanja
sehingga terjadi pemborosan belanja
modal. Kecilnya rasio kemandirian
daerah
dan
tidak
dimaksimalkan
Royda untuk belanja modal. Padahal belanja
terhadap
modal
penelitian.
sangat
berperan
terhadap
belanja
modal
24
pada
pengembangan dan pembangunan DAFTAR PUSTAKA
daerah.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan maka
kesimpulan
yang
dapat
diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
pengaruh
kemampuan
keuangan daerah secara keseluruhan (simultan) Bangka
di
Provinsi
Belitung
Kepulauan
yang
dilakukan
dengan menggunakan model analisis regresi
berganda
dengan
model
Adi, Priyo Hari. 2012. Kemampuan keuangan Daerah Dalam Era Otonomi dan Relevansinya Dengan Pertumbuhan Ekonomi (Studi Pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali). KRITIS, Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin Vol. XXI, No.1, 2012, Hal. 1-19. Badrudin, Rudi. 2012. Implementasi Otonomi Daerah di Kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.6. No.3. November (2012), Hal.249-264.
estimasi Least square menunjukkan bahwa kemampuan keuangan daerah pada periode penelitian yakni 2004-
Bastian, Indra. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.
2013 mempengaruhi belanja modal secara
signifikan
pada
periode
tersebut. Sedangkan besarnya nilai koefisien
determinasi
(R2)
menunjukkan bahwa sebesar 83,33 persen belanja modal dijelaskan oleh variabel yang ada pada penelitian, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain
di
luar
penelitian.
Sedangkan secara parsial, masingmasing
variabel
mempunyai
pengaruh yang signifikan, akan tetapi variabel
kemandirian
Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.
keuangan
daerah mempunyai arah yang positif
Wibowo, Puji. 2008. Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Jurnal Keuangan Publik, Vol.5, No.1, Oktober 2008 Hal.55-83. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Realisasi APBD Tahun 2004-2012 dalam: www.djpk.depkeu.go.id