KORELASI TINGKAT INTELIGENSI SISWA DENGAN HASIL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SISWA KELAS I SD NEGERI JABUNGAN SEMARANG Moh. Aniq Kh.B. Dosen PGSD Universitas PGRI Semarang
[email protected] Anita Kusuma Dewi Alumnus PGSD Universitas PGRI Semarang Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi adanya perbedaan hasil tes inteligensi pada siswa kelas I SD Negeri Jabungan Semarang yang menyebabkan adanya asumsi dari beberapa guru bahwa siswa yang memiliki tingkat inteligensi tinggi dipastikan memiliki keberhasilan belajar yang baik. Selain itu kegiatan penilaian yang dilakukan di sekolah hanya mengacu pada penilaian kognitif saja. Permasalahan dalam penelitian ini adalah seberapa besar korelasi tingkat inteligensi siswa dengan hasil pembelajaran tematik integratif kelas I SD Negeri Jabungan Semarang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan tingkat inteligensi siswa dengan hasil pembelajaran tematik integratif kelas I SD Negeri Jabungan Semarang. Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar korelasi antara tingkat inteligensi siswa dengan hasil pembelajaran tematik integratif kelas I SD Negeri Jabungan Semarang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian yaitu metode korelasional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan tingkat inteligensi siswa dengan hasil pembelajaran tematik integratif kelas I SD Negeri Jabungan Semarang sebesar 70%. Artinya 70% hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh tingkat inteligensi, sedangkan sisanya 30% dipengaruhi oleh faktor lain seperti lingkungan, motivasi, fasilitas belajar dan lain sebagainya. Hasil analisis korelasi sederhana rxy menggunakan korelasi product moment sebesar 0,835 pada taraf signifikan 5%. Kata Kunci: pembelajaran tematik integratif, hasil belajar, inteligensi PENDAHULUAN Dalam kegiatan pembelajaran, inteligensi merupakan kapasitas seseorang untuk belajar. Inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan atau berbagai kemampuan untuk mendapatkan atau menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan dunia.1 Inteligensi terdiri dari tiga komponen yaitu kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri dan melakukan autocriticism.2 Inteligensi merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya secara fleksibel dalam menghadapi tugas-tugas baru yang
1 2
Anita Woolflok, Educational Psychology, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 168. Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 5 622
diwujudkan dalam bentuk skor IQ (Intelligence Quotionent).3 Inteligensi tersebut biasanya diukur dengan kemampuan untuk menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan abstraksi dan menyelesaikan suatu masalah. Inteligensi atau kecerdasan seseorang tersebut biasanya diukur melalui sebuah tes yang disebut tes inteligensi (intelligence test). Hasil dari tes inteligensi itu disebut dengan intelegence quotient scores atau IQ, seperti pada sebuah data yang peneliti dapatkan mengenai hasil tes IQ di SD Negeri Jabungan Semarang. Hasil tes IQ tersebut menunjukkan tingkat inteligensi peserta didik beragam, khususnya pada peserta didik kelas I dimana hasil tes IQ terdiri dari kriteria yaitu rendah, dibawah rata-rata, rata-rata dan diatas rata-rata. Hasil tes IQ dikelas II sampai kelas VI hasil tes IQ hanya terdiri dari dua kriteria yaitu ratarata dan diatas rata-rata. IQ yang dimiliki setiap peserta didik selalu dihubungkan dengan keberhasilan belajarnya. Beberapa guru di SD Negeri Jabungan Semarang, yaitu guru kelas I, guru kelas III dan guru kelas V mengasumsikan dan menggunakan hasil tes IQ tersebut sebagai tolak ukur keberhasilan belajar anak didiknya. Masyarakat pada umumnya mengenal inteligensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran maupun kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Gambaran tersebut merupakan gambaran peserta didik yang pandai, yang selalu naik kelas dengan nilai baik dan peserta didik yang menjadi juara di kelasnya. Kurikulum Tematik Integratif ini menuntut peserta didik tidak hanya menggunakan kecerdasan kognitifnya, namun juga kecerdasan analitis, kecerdasan kreatif dan kecerdasan praktis. Menurut masyarakat umum, mereka menyebut inteligensi sebagai kecerdasan. Kecerdasan merupakan keterampilan berfikir dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.4 Gambaran dan asumsi tersebut yang menjadi bahan penelitian untuk mengkorelasikan tingkat inteligensi siswa dengan hasil pembelajaran tematik integratif siswa kelas I SD Negeri Jabungan Semarang. Hasil korelasi yang dilakukan tersebut untuk mengetahui seberapa besar korelasi tingkat inteligensi siswa dengan hasil pembelajaran tematik integratif kelas I SD Negeri Jabungan Semarang. Hasil korelasi yang dilakukan dalam penelitian ini, tidak hanya memberikan informasi secara faktual namun juga memberikan manfaat baik secara praktis maupun secara teoritis. LANDASAN TEORI Belajar merupakan perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Menurut Cronbach, yang berarti bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.5 Belajar merupakan terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PEDAGOGIA PT Pustaka Insan Madani, 2012), hlm. 130. 4 John W Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 317. 5 Belajar adalah kegiatan mengolah diri dalam upaya mencaritahu serta usaha menjadikan pengetahuan sebagai tujuan kegiatan tersebut. Dikatakan oleh Cronbach, “learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. Kusnandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.313. 3
623
masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap.6 Secara umum belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat dari adanya interaksi individu dengan lingkungan.7 Disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri individu yang belajar. Menurut Hamalik mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.8 Pembelajaran dalam Kurikulum Tematik Integratif ini hasil belajar tersebut merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik melalui penilaian autentik. Penilaian autentik ini harus dilakukan guru dalam pembelajaran Kurikulum Tematik Integratif. Hasil belajar peserta didik dalam Kurikulum Tematik Integratif ini bukan hanya hasil belajar dari penilaian tes saja, namun juga penilaian autentik yaitu mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dan berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pembelajaran tematik integratif atau yang sering dikenal dengan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tematik Integratif ini kompetensi yang harus dicapai pada tiap akhir jenjang kelas dinamakan kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan anak tangga yang harus ditapak peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang SMP/MTs.9 Kompetensi inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Kompetensi inti tersebut berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja) menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Penilaian autentik ini peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori yang diperolehnya melalui kegiatan pembelajaran ke dalam dunia nyata. Penilaian autentik memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya. Menurut Alfred Binet dan Theodore Simon mendefinisikan bahwa inteligensi terdiri dari tiga komponen yaitu kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri dan melakukan autocriticism.10 Inteligensi merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya secara fleksibel dalam menghadapi tugastugas baru yang diwujudkan dalam bentuk skor IQ (Intelligence Quotionent).11 Inteligensi merupakan kemampuan atau berbagai kemampuan untuk mendapatkan
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 45. 7 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), hlm. 38. 8 Kusnandar, Penilaian Autentik…, hlm.62. 9 Ibid 10 Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi …, hlm. 5. 11 Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, …, hlm. 130. 6
624
atau menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan dunia.12 Dalam mengukur inteligensi seseorang diperlukan adanya sebuah tes inteligensi untuk mengetahui tingkat inteligensi seseorang. Tes inteligensi ini diperkenalkan oleh seorang psikolog Perancis yang bernama Alfred Binet. Alfred Binet merupakan seorang psikolog Perancis yang mengembangkan sebuah cara untuk mengidentifikasi siswa yang diperkirakan tidak akan memperoleh manfaat dari proses belajar mengajar di sekolah regular sehingga memerlukan pendidikan khusus.13 Pada dasarnya nilai tes inteligensi sangat berkaitan dengan berbagai parameter prestasi akademik seperti nilai, kelangsungan di sekolah dan kemungkinan lulus dalam belajar. Anak yang mencapai nilai lebih tinggi pada tes Binet dan Weschler mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih menikmati sekolah, lebih mampu mengikuti pelajaran di sekolah dan dalam kehidupan selanjutnya cenderung mendapatkan keberhasilan hasil kerja yang lebih besar.14 Korelasi antara nilai tes inteligensi dengan parameter prestasi dan hasil akademik menjadi menurun secara akademik ketika seseorang bergerak naik dalam jenjang pendidikan. Meskipun banyak peserta didik dengan skor IQ tinggi yang biasannya menunjukkan performa yang baik di sekolah, namun kita tidak dapat membuat kesimpulan bahwa prestasi mereka disebabkan oleh inteligensi saja. Banyak faktor lain yang turut terlibat dalam prestasi tinggi, seperti motivasi, kualitas pengajaran, fasilitas dalam keluarga, keterlibatan orang tua, harapan teman-teman sebaya dan sebagainya.15 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang mengkorelasikan tingkat inteligensi siswa dan hasil pembelajaran tematik integratif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan dokumentasi dan tes. Data dikumpulkan melalui dokumentasi yaitu berupa data hasil tes inteligensi yang telah dilakukan oleh pihak sekolah yang bekerja sama dengan pihak jasa layanan psikotes Pelita Regita. Teknik pengumpulan data yang lain adalah berbentuk tes. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik tes hasil belajar yang dilakukan setelah selesai dalam proses pembelajaran. Tidak hanya tes, peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data secara nontes untuk menilai sikap, penampilan dan produk yang dihasilkan. Teknik analisis data yang peneliti gunakan untuk menganalisis data atau menentukan penilaian hubungan variabel tingkat inteligensi dan hasil pembelajaran tematik integratif dengan menggunakan rumus korelasi sederhana yaitu product moment. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian terhadap tes inteligensi ini merupakan hasil tes yang dikerjakan oleh peserta didik dari instrumen tes yang dibuat oleh jasa layanan psikotes Pelita Regina. Tes intelegensi ini diasumsikan valid karena diselenggarakan Anita Woolflok, Educational Psychology, …, hlm. 168. Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, …, hlm. 138. 14 Ibid 15 Ibid 12 13
625
oleh jasa layanan psikotes di bidang ahlinya. Tes inteligensi tersebut diikuti oleh 19 orang peserta didik dari jumlah keseluruhan 20 orang peserta didik. Skor tertinggi hasil tes inteligensi yang diperoleh oleh peserta didik kelas I SD Negeri Jabungan Semarang adalah 118 dengan kriteria di atas rata-rata, sedangkan skor terendah yang diperoleh oleh peserta didik adalah 77 dengan kriteria rendah. Berikut akan disajikan diagram distribusi frekuensi tingkat inteligensi peserta didik kelas I SD Negeri Jabungan Semarang dalam bentuk diagram lingkaran.
Frekuensi Tingkat Inteligensi 10,53%
10,53% 10,53% Rendah Di bawah rata-rata Rata-rata
68,42%
Di atas rata-rata
Gambar 1. Diagram Lingkaran Frekuensi Tingkat Inteligensi Apabila dilihat dari diagram lingkaran distribusi frekuensi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kelas I SD Negeri Jabungan Semarang memiliki hasil tes inteligensi dengan kriteria rendah sebesar 10,53%, di bawah rata-rata sebesar 10,53%, kriteria rata-rata sebesar 68,42% dan kriteria di atas rata-rata sebesar 10,53%. Data hasil pembelajaran tematik integratif diperoleh peneliti melalui kegiatan proses belajar mengajar pada siswa kelas I SD Negeri Jabungan Semarang untuk lima mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika SBDP dan PJOK. Peneliti melakukan proses pembelajaran pada dua sub tema yaitu sub tema 1 dan sub tema 2 pada tema pengalamanku. Skor hasil pembelajaran selama dua sub tema tersebut kemudian di rata-rata dan diperoleh rata-rata nilai tertinggi 99 dan rata-rata nilai terendah 70. Berikut akan disajikan diagram distribusi frekuensi hasil pembelajaran tematik integratif kelas I SD Negeri Jabungan Semarang dalam bentuk diagram lingkaran. FREKUENSI HASIL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF 15,79%
10,53%
Kurang 31,58%
42,11%
Cukup Baik Sangat baik
626
Gambar 2. Diagram Lingkaran Frekuensi Hasil Pembelajaran Tematik Integratif Berdasarkan diagram lingkaran frekuensi hasil pembelajaran tematik diatas dapat diketahui bahwa skor terbanyak ada pada persentase 42,11% dengan kriteria baik. Skor terbanyak kedua ada pada persentase 31,58% dengan kriteria cukup. Skor tebanyak ketiga ada pada persentase 15,79% dengan kriteria sangat baik. Skor terbanyak keempat ada pada persentase 10,53% dengan kriteria kurang. Disimpulkan bahwa secara keseluruhan hasil pembelajaran tematik integratif kelas I SD Negeri Jabungan Semarang baik. Hasil analisis data dari penelitian “Studi Korelasi Tingkat Inteligensi Siswa dengan Hasil Pembelajaran Tematik Integratif Siswa Kelas I SD Negeri Jabungan Semarang ” diperoleh hasil analisis korelasi sederhana rxy menggunakan korelasi product moment sebesar 0,835 dan rtabel untuk N=19 dan taraf signifikasi 5% sebesar 0,456. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rxy > rtabel yaitu 0,835 > 0,456, maka disimpulkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara tes inteligensi siswa dan hasil pembelajaran tematik integratif siswa kelas I SD Negeri Jabungan Semarang. Dari hasil analisis korelasi sederhana rxy = 0,835 kemudian di hitung indeks determinasi (R2) sebesar 70%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan tingkat inteligensi peserta didik dengan hasil pembelajaran tematik integratif kelas I SD Negeri Jabungan Semarang. Temuan dalam hasil penelitian ini terdapat dua orang peserta didik yang mempunyai tingkat inteligensi di atas rata-rata dengan hasil belajar dalam pembelajaran tematik integratif yang cukup tinggi. Tingkat inteligensi tertinggi diperoleh peserta didik kelas I SD Negeri Jabungan Semarang dengan kriteria di atas rata-rata dengan skor 118, dan rata-rata hasil belajar dalam pembelajaran tematik integratif tertinggi yang diperoleh oleh peserta didik kelas I SD Negeri Jabungan Semarang 99. Tingkat inteligensi dengan kriteria rendah dengan skor 77 memperoleh rata-rata hasil belajar 70. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Barrett dan Depinet yang menyatakan bahwa anak yang dapat mencapai nilai lebih tinggi pada tes Binet dan Weschler akan mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih menikmati sekolah, lebih mampu mengikuti pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan selanjutnya cenderung mendapatkan keberhasilan hasil kerja yang lebih besar.16 Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa korelasi tingkat inteligensi dan hasil pembelajaran tematik integratif menunjukan hasil analisis sederhana sebesar 0,835 melalui perhitungan korelasi product moment. Perhitungan tersebut kemudian dihitung koefisien determinasinya sebesar 70% untuk melihat hubungan antara tingkat inteligensi siswa dan hasil pembelajaran tematik integratif siswa kelas I SD Negeri Jabungan. Hasil tersebut memberikan interpretasi yang berarti 70% hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh tingkat inteligensi siswa, dan 30% dapat dipengaruhi oleh lingkungan, motivasi, kualitas pengajaran, fasilitas belajar dan lain sebagainya. Interpretasi peneliti tersebut diperkuat dengan adanya pendapat dari seorang tokoh yaitu Ormrod yang menyatakan bahwa sebenarnya banyak faktor lain yang 16
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, …, hlm. 151. 627
turut terlibat atau mempengaruhi prestasi tinggi seseorang, misalnya motivasi, kualitas pengajaran, fasilitas dalam keluarga, keterlibatan orang tua, harapan teman sebaya dan sebagainya. Hipotesis yang diajukan oleh peneliti yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat inteligensi peserta didik dan hasil pembelajaran tematik integratif kelas I SD Negeri Jabungan Semarang dinyatakan diterima. Berdasarkan pembahasan tersebut disimpulkan bahwa tingkat inteligensi peserta didik mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan hasil pembelajaran tematik integratif siswa kelas I SD Negeri Jabungan Semarang. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa skor rata-rata tingkat inteligensi sebesar 96,53 yang masuk dalam kriteria rata-rata dan rata-rata hasil pembelajaran tematik integratif peserta didik kelas I SD Negeri Jabungan sebesar 86,11 dan masuk dalam kategori baik. Hasil analisis data dengan menggunakan rumus uji korelasi product moment diperoleh hasil rxy sebesar 0,835 dan jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 19 orang peserta didik dari 20 orang peserta didik. Harga rtabel product moment pada taraf signifikasi 5% dengan N = 19 diperoleh 0,456. Hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa rxy > rtabel , yaitu 0,835 > 0,456. Indeks determinasi korelasi antara kedua variabel tersebut melalui perhitungan koefisien determinasi sebesar 70%. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian diterima, yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat inteligensi siswa dan hasil pembelajaran tematik integratif siswa kelas I SD Negeri Jabungan Semarang. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2013. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Kusnandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PEDAGOGIA PT Pustaka Insan Madani. Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Sarbini dan Lina. 2011. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Woolflok, Anita. 2009. Educational Psychology. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
628