0
NASKAH PUBLIKASI
KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis
Oleh : Hafidh Amrullah H0305017
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1 PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana :
Nama
: Hafidh Amrullah
NIM
: H0305017
Jurusan/Program Studi
: Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co-Author.
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Dr. Ir. Darsono, M.Si. NIP. 19660611 199103 1 002
Ir. Rhina Uchyani F., MS. NIP. 19570111 198503 2 001
*) Coret yang tidak perlu
2 KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SERANG DENGAN PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE HAFIDH AMRULLAH H0305017
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis posisi sektor dan subsektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang beserta prioritas pembangunan sektor perekonomian dan pertanian serta menganalisis kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode Analisis data yang digunakan yaitu Analisis Location Quotient, Analisis Shift Share, Analisis Gabungan Location Quotient dan Shift Share serta Analisis Pengganda Pendapatan dan Tenaga Kerja. Sektor pertanian merupakan sektor basis yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Serang, bersama dengan sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan. Sedangkan subsektor pertanian yang menjadi subsektor basis adalah subsektor perikanan dan subsektor peternakan. Sektor pertanian menempati peringkat kedua dalam prioritas pengembangan sektor perekonomian, bersama dengan sektor bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Karena tidak ada sektor yang menempati peringkat sebagai sektor utama, maka sektor yang menempati peringkat kedua naik menjadi sektor utama. Adapun urutan prioritas pengembangan sektor utama bila dilihat dari nilai LQ adalah sektor bangunan, sektor jasajasa, sektor pertanian dan sektor keuangan. Sedangkan subsektor pertanian yang menempati peringkat utama adalah subsektor peternakan. Sedangkan subsektor pertanian yang menempati posisi sebagai subsektor utama adalah subsektor peternakan. Subsektor perikanan menempati peringkat kedua dan subsektor tanaman bahan makanan menempati peringkat ketiga. Sedangkan subsektor kehutanan menempati peringkat keempat dan subsektor perkebunan menempati peringkat kelima. Kontribusi sektor pertanian dalam penerimaan PDRB Kabupaten Serang melalui analisis pengganda pendapatan selama tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Rata-rata hasil perhitungan angka pengganda pendapatan adalah 6,945; yang berarti bila terjadi perubahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp. 1,000 maka akan meningkatkan pendapatan total Kabupaten Serang sebesar Rp. 6,945. Sedangkan kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja melalui analisis pengganda tenaga kerja selama tahun 2003-2007 juga cenderung meningkat. Rata-rata angka pengganda tenaga adalah 3,177; yang berarti bila terjadi perubahan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Serang sebanyak satu orang maka akan terjadi perubahan kesempatan kerja di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak tiga orang. Kata Kunci: Sektor pertanian, Location Quotient, Shift Share, Angka Pengganda, Kabupaten Serang
3 AGRICULTURAL SECTOR CONTRIBUTION IN REGIONAL DEVELOPMENT OF SERANG REGENCY WITH LOCATION QUOTIENT AND SHIFT SHARE ANALYSIS APPROACH HAFIDH AMRULLAH H0305017
ABSTRACT
This research aims to analyze the position of agriculture sector and subsectors in Serang Regency economics therewith development priority of economics and agricultural sectors and to analyze the contribution of agricultural sector in Serang Regency economics. Basic method used for this research is the analytical descriptive method. Determination of research location conducted by purposive method. Type of data used in this research is secondary data. Methods used for data analysis are The Location Quotient Analysis, The Shift Share Analysis, The Combination of Location Quotient and Shift Share Analysis and also The Income and Labour Multiplier Analysis. Agricultural sector is the base sector becoming the center of Serang Regency’s regional growth, along with construction sector, services sector and financial sector. While agricultural subsectors becoming base subsector are fishery subsector and livestock subsector. Agricultural sector take position in development priority of economics sectors as the second rank, along with construction sector, financial sector and services sector. For lack of sector becoming the special sector, hence sectors taking position as the second rank go up for becoming it. As for sequence of special sectors development priority can be seen from LQ value are construction sector, services sector, agricultural sector and financial sector. While agricultural subsector taking position as the special rank is livestock subsector. Fishery subsector take position as the second rank and farm food crops subsector take position as the third rank. While forestry subsector take position as the fourth rank and estate crops subsector take position as the fifth rank. Agricultural sector contribution on income of Serang Regency’s RGDP through the income multiplier analysis during year 2003-2007 tend to increase. The mean of income multiplier result is 6,945; means if the change of agricultural sector’s income which equal to Rp. 1,000 is happened, the total income of Serang Regency will increase equal to Rp. 6,945. While agricultural sector contribution in labour absorbtion through the employment multiplier analysis during year 2003-2007 also tend to increase. The mean of employment multiplier is 3,177; means if the change of agricultural sector’s job opportunity equal to one people is happened, the total job opportunity of Serang Regency will increase equal to three people. Key words: Agricultural Sector, Location Quotient, Shift Share, Multiplier, Serang Regency
4 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek. Termasuk di dalamnya adalah struktur sosial, sikap masyarakat serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awalnya, yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan tenaga kerja. Semua itu dilakukan untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang (Widodo, 2006). Sebagai kegiatan yang multidimensional, maka pembangunan membutuhkan perencanaan yang matang dan melibatkan segenap elemen masyarakat di setiap proses pelaksanaannya. Sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik di segala sektor maupun subsektor dan pada gilirannya pembangunan dapat berhasil dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat. Pembangunan ekonomi daerah, merupakan suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta guna menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut (Arsyad, 2004). Pembangunan ekonomi daerah memiliki peran penting dalam keberhasilan pembangunan di tingkat nasional. Keadaan perekonomian nasional disusun oleh keadaan perekonomian daerah (regional), sehingga keberhasilan pembangunan di daerah akan turut menentukan keberhasilan pembangunan di tingkat nasional. Pembangunan wilayah Kabupaten Serang, sebagai daerah yang menjadi ibukota Provinsi Banten (sebelum Kota Serang terbentuk pada akhir 2007 lalu), tentunya menjadi acuan bagi pertumbuhan daerah-daerah lain di Provinsi Banten. Dengan kata lain, pengembangan potensi wilayah Kabupaten Serang tak dapat dipisahkan sebagai bagian integral Provinsi Banten. Sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah serta sosial ekonomi masyarakatnya, Kabupaten Serang sendiri menekankan pengembangan pembangunan pada pertanian, industri, pariwisata, perdagangan dan jasa (Koran Banten, 2008). Pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Serang tidak terlepas dari kontribusi beberapa sektor perekonomian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi PDRB yang relatif besar terhadap PDRB Kabupaten Serang, tetapi ada kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 14,87% pada tahun 2003; 14,64% pada tahun 2004; 14,35% pada tahun 2005; 14,09% pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 sebesar 14,08% (BPS Kabupaten Serang, 2007). Dalam hal kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Serang, sektor pertanian menempati peringkat kedua setelah sektor industri. Walaupun wilayahnya dekat dengan ibukota negara, namun pembangunan Kabupaten Serang relatif masih tertinggal bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah yang juga dekat dengan Jakarta, seperti Depok, Bogor atau bahkan Tangerang yang merupakan daerah satu provinsi.
5 Pembangunan yang terjadi di ibukota seolah tidak menyentuh Kabupaten Serang. Akibatnya pembangunan Kabupaten Serang menjadi selalu tertinggal bila dibandingkan dengan wilayah lain, meskipun terdapat banyak kawasan industri di wilayah Kabupaten Serang. Hal itu terlihat dari kekuatan ekonomi masyarakat di tingkat bawah yang masih bertumpu pada sektor primer, seperti pertanian. Berdasarkan data BPS Kabupaten Serang (2007), diketahui bahwa sektor primer (pertanian dan pertambangan) menyerap tenaga kerja sebanyak 218.379 orang pada tahun 2003; 217.654 orang pada tahun 2004; 190.325 orang pada tahun 2005; 177.843 orang pada tahun 2006 dan 154.106 orang pada tahun 2007. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor primer menempati peringkat kedua setelah sektor tersier. Namun demikian, perlu diingat bahwa sektor tersier sendiri terdiri dari beberapa sektor perekonomian. Sektor-sektor yang termasuk sektor tersier antara lain sektor perdagangan, hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; keuangan serta jasa-jasa, sehingga besarnya angka penyerapan tenaga kerja sektor tersier ini merupakan akumulasi dari sektor-sektor yang tergolong sektor tersier tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sektor primer sebenarnya memiliki kontribusi yang besar dan tidak kalah dengan sektor lainnya dalam penyerapan tenaga di Kabupaten Serang. Melalui pengamatan akan kondisi tersebut, sudah selayaknya pemerintah daerah Kabupaten Serang menetapkan kebijakan pembangunan yang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Terutama agar sektor pertanian dapat dipertahankan kontribusinya terhadap PDRB dan juga sebagai sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Sebab itu, perlu diketahui informasi tentang sektor pertanian di Kabupaten Serang. Dengan demikian, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah posisi sektor dan subsektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang? 2. Bagaimana prioritas pembangunan sektor perekonomian dan pertanian Kabupaten Serang? 3. Bagaimana kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang berdasarkan angka pengganda? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis posisi sektor dan subsektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang. 2. Menganalisis prioritas pembangunan sektor perekonomian dan pertanian Kabupaten Serang. 3. Menganalisis kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Serang berdasarkan angka pengganda.
6 II. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian-penelitian semacam ini sering dilakukan oleh pejabat-pejabat guna mengambil kebijakan atau keputusan untuk melakukan tindakan-tindakan dalam melakukan tugasnya (Mardalis, 2004). B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1997). Daerah yang diambil adalah Kabupaten Serang dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan ibukota Provinsi Banten (sebelum Kota Serang didirikan pada akhir tahun 2007), sehingga segala aktivitas perekonomiannya akan ikut mempengaruhi daerah-daerah lain di Provinsi Banten. Selain itu, kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Banten tiap tahunnya cenderung menurun, padahal sektor tersebut merupakan sektor yang dapat bersaing dengan sektor-sektor lainnya dalam hal penyerapan tenaga kerja. C. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Serang dalam Angka tahun 2003-2007 yang meliputi data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Kabupaten Serang, data laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Serang, data jumlah tenaga kerja Kabupaten Serang serta data sektor pertanian dan perikanan Kabupaten Serang. Selain itu digunakan juga data yang berasal dari Propinsi Banten dalam Angka yang meliputi data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Propinsi Banten. Data-data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pertanian serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang maupun Provinsi Banten. D. Metode Analisis Data 1. Analisis Location Quotient Untuk menentukan sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Serang yang merupakan sektor basis, digunakan analisis Location Quotient (LQ). Menurut Budiharsono (2005), besarnya LQ diperoleh dari persamaan berikut:
7
LQ =
ki kt Ki Kt
Keterangan: LQ
: Indeks Location Quotient
ki
: PDRB sektor pertanian/subsektor pertanian Kabupaten Serang
kt
: PDRB total/total sektor pertanian Kabupaten Serang
Ki
: PDRB sektor pertanian/subsektor pertanian Provinsi Banten
Kt
: PDRB total/total sektor pertanian Provinsi Banten
Berdasarkan formulasi di atas maka, apabila: a. LQ ≥ 1 Berarti sektor/subsektor tersebut menjadi basis atau sumber pertumbuhan. Sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan wilayah sendiri tetapi juga dapat di ekspor ke wilayah lain. b. LQ < 1 Berarti sektor/subsektor tersebut tergolong non basis. Hasil produksinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri, sehingga perlu mengimpor dari wilayah lain. 2. Analisis Shift Share Untuk mengetahui komponen pertumbuhan wilayah sektor perekonomian maupun subsektor pertanian di Kabupaten Serang, digunakan analisis Shift Share. Komponen pertumbuhan dalam analisis Shift Share meliputi komponen pertumbuhan nasional (PN), pertumbuhan proporsional (PP), dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Secara matematis, analisis Shift Share dapat dinyatakan sebagai berikut: ∆ Yij = PNij + PPij + PPWij Atau secara rinci dapat dinyatakan sebagai berikut: Y’ij – Yij = ∆ Yij = Yij (Ra – 1) + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri) ri
= Y’ij/Yij
PNij
= (Ra – 1) x Yij
Ri
= Y’i/Yi
PPij
= (Ri – Ra) x Yij
Ra
= Y’../Y..
PPWij = (ri – Ri) x Yij
Keterangan: ∆ Yij = Perubahan PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Kabupaten Serang Yij = PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Kabupaten Serang pada tahun dasar analisis Y’ij
= PDRB sektor perekonomian subsektor pertanian Kabupaten Serang pada akhir
tahun analisis m Yi = Yij = PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Provinsi Banten pada tahun j 1
dasar analisis
8
m
Y’i
=
Y ' ij j 1
= PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Provinsi Banten pada
tahun akhir analisis m
=
Y..
i 1 m
Y’..
=
m
Yij= PDRB total Provinsi Banten pada tahun dasar analisis j 1 m
Y ' ij = PDRB total Provinsi Banten pada tahun akhir analisis i 1 j 1
Ra – 1 = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan nasional Ri – Ra = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan proporsional ri – Ri = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah Berdasarkan formulasi di atas maka, apabila: ≥ 0 : pertumbuhan PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Kabupaten
a. PPij
Serang termasuk cepat. b. PPij < 0 : pertumbuhan PDRB sektor perekonomian/subsektor pertanian Kabupaten Serang termasuk lambat c. PPWij ≥ 0 : sektor perekonomian subsektor pertanian Kabupaten Serang punya daya saing yang baik terhadap sektor pertanian di wilayah lain d. PPWij < 0 : sektor perekonomian subsektor pertanian Kabupaten Serang tidak dapat bersaing dengan baik terhadap sektor pertanian di wilayah lain. 3. Analisis Gabungan Location Quotient dan Shift Share Melalui penggabungan analisis Location Quotient dan Shift Share, maka dapat dilakukan penentuan prioritas pengembangan sektor perekonomian maupun subsektor pertanian di Kabupaten Serang. Tabel 1. Penentuan Prioritas Pengembangan Sektor Perekonomian dan Subsektor Pertanian di Kabupaten Serang Prioritas
LQ
PP
PPW
Utama Kedua
≥1 ≥1 ≥1 <1 <1 <1 <1 ≥1
Positif Negatif Positif Positif Negatif Positif Negatif Negatif
Positif Positif Negatif Positif Positif Negatif Negatif Negatif
Ketiga Keempat Kelima Alternatif Sumber: Supriyanto et al, 2002
Berdasarkan Tabel 1., dapat diketahui bahwa prioritas pengembangan sektor perekonomian serta subsektor pertanian di Kabupaten Serang mencakup enam kategori, yaitu prioritas utama, kedua, ketiga, keempat, kelima serta alternatif. Masing-masing kategori mencakup kriteria yang berbeda-beda, tergantung nilai Location Quotient serta nilai
9 pertumbuhan proporsional (PP) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) yang diperoleh dari analisis Shift Share. 4. Analisis Pengganda Basis Untuk mengetahui proyeksi sektor pertanian Kabupaten Serang, maka digunakanlah analisis pengganda basis. Adapun analisis ini terbagi dua pendekatan, yaitu: a. Pengganda Pendapatan Sektor Pertanian Y M= YB Keterangan: M
: Pengganda pendapatan
Y
: PDRB total Kabupaten Serang
YB
: PDRB sektor pertanian Kabupaten Serang
Artinya setiap Rp. 1,00 pendapatan yang diperoleh dari PDRB sektor pertanian akan memberikan kontribusi terhadap keseluruhan penerimaan PDRB Kabupaten Serang sebesar pengganda pendapatan yang ditimbulkan. b. Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian N K= NB Keterangan: K
: Pengganda tenaga kerja
N
: Jumlah tenaga kerja total Kabupaten Serang
NB
: Jumlah tenaga kerja sektor pertanian Kabupaten Serang
Artinya setiap 1 satuan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian akan memberikan kontribusi terhadap tenaga kerja di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebesar pengganda pendapatan yang ditimbulkan. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Location Quotient 1. Sektor Perekonomian Tabel 2. Hasil Analisis LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Serang Tahun 2003-2007 Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-Jasa
2003 1,599 0,571 0,985 0,947 2,555 0,605 0,391 1,186 1,691
Sumber: Diolah dari Lampiran 1 dan 2
2004 1,628 0,574 0,988 0,932 2,487 0,603 0,384 1,228 1,688
2005 1,647 0,580 0,993 0,930 2,443 0,601 0,383 1,226 1,699
2006 1,719 0,596 0,987 0,956 2,486 0,601 0,383 1,229 1,707
2007 1,747 0,563 0,998 0,904 2,473 0,592 0,391 1,164 1,677
Rata-Rata 1,668 0,577 0,990 0,934 2,489 0,600 0,386 1,207 1,692
10 Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa terdapat sektor-sektor yang merupakan sektor basis dan mampu menjadi pemacu pertumbuhan sektor-sektor perekonomian lain yang ada di daerah tersebut. Sektor-sektor tersebut adalah: a. Sektor Bangunan Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ sektor bangunan Kabupaten Serang dari tahun 2003-2007 cenderung menurun yaitu 2,555 pada tahun 2003; 2,487 pada tahun 2004; 2,443 pada tahun 2005; 2,486 pada tahun 2006 dan 2,473 pada tahun 2007. Nilai rata-rata LQ sektor ini adalah sebesar 2,489. Nilai tersebut berarti 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 1,489 untuk ekspor daerah lain. Pada awal-awal terbentuknya Provinsi Banten, di Kabupaten Serang terjadi banyak pembangunan sarana prasarana dan berbagai infrastruktur. Suatu hal yang wajar mengingat pada saat itu Kabupaten Serang adalah ibukota provinsi, sehingga menjadi pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi dan sebagainya. Hingga kini, pembangunan sarana dan prasarana tersebut masih terus berjalan, namun lebih difokuskan pada upaya pemerataan di daerah-daerah lain yang jauh dari pusat pemerintahan. b. Sektor Jasa-Jasa Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ sektor jasa-jasa di Kabupaten Serang dari tahun 2003-2007 cenderung menurun yaitu 1,691 pada tahun 2003; 1,688 pada tahun 2004; 1,699 pada tahun 2005; 1,707 pada tahun 2006 dan 1,677 pada tahun 2007. Nilai rata-rata LQ sektor ini sebesar 1,692. Nilai tersebut berarti 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 0,692 untuk ekspor daerah lain. Sektor jasa-jasa merupakan sektor yang perkembangannya cukup pesat seiring dengan perkembangan Kabupaten Serang. Sebagai daerah yang sedang tumbuh, Kabupaten Serang menjadi tujuan baru para pendatang dari luar daerah. Pendatang ini tentunya membutuhkan berbagai macam jasa untuk memudahkan kehidupan mereka di tempat yang baru. Belum lagi tingkat pemanfaaatan jasa-jasa oleh penduduk asli setempat yang juga semakin tinggi sesuai perkembangan zaman. Adapun jenis jasa yang dominan adalah jasa pemerintahan umum. c. Sektor Pertanian Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ sektor pertanian di Kabupaten Serang dari tahun 2003-2007 selalu meningkat. Pada tahun 2003 nilai LQ 1,599; 1,628 pada tahun 2004 dan 1,647 pada tahun 2005; 1,719 pada tahun 2006; 1,747 pada tahun 2007. Nilai rata-rata LQ sektor pertanian adalah sebesar 1,668. Nilai tersebut berarti bahwa 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedang sisanya 0,668 untuk ekspor daerah lain.
11 Secara umum, ada tiga subsektor pertanian yang memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten Serang. Ketiganya adalah subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Potensi yang besar ini hingga kini terus didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang melalui berbagai upaya, terutama pengembangan agribisnis, agar semakin meningkatkan kesejahteraan petani, peternak maupun nelayan. d. Sektor Keuangan Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ sektor keuangan di Kabupaten Serang dari tahun 2003-2007 cenderung menurun yaitu 1,186 pada tahun 2003, 1,228 pada tahun 2004, 1,226 pada tahun 2005, 1,229 pada tahun 2006 dan 1,164 pada tahun 2007. Nilai rata-rata LQ sektor ini adalah sebesar 1,207. Nilai tersebut berarti bahwa 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 0,207 untuk ekspor daerah lain. Sektor keuangan berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah, mengingat perannya sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah tersebut. Lembaga keuangan seperti bank masih mendominasi aktivitas sektor keuangan di Kabupaten Serang. Namun subsektor persewaan juga kini mulai berkembang. 2. Sektor Pertanian Tabel 3. Hasil Analisis LQ Sektor Pertanian Kabupaten Serang Tahun 2003-2007 Subsektor Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan
2003 0,907 1,015 1,209 0,125 1,311
2004 0,910 1,031 1,196 0,124 1,290
2005 0,910 1,057 1,194 0,124 1,221
2006 0,935 0,918 1,168 0,120 1,221
2007 0,935 0,917 1,167 0,103 1,199
Rata-Rata 0,919 0,988 1,187 0,119 1,260
Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 3 dan 4 Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa terdapat subsektor-subsektor yang merupakan subsektor basis. Subsektor-subsektor tersebut adalah: a. Subsektor Perikanan Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ subsektor perikanan di Kabupaten Serang dari tahun 2003-2007 cenderung menurun. Pada tahun 2003 nilai LQ 1,311, turun menjadi 1,290 pada tahun 2004, 1,221 pada tahun 2005-2006 dan 1,119 pada tahun 2007. Nilai rata-rata LQ sektor ini adalah sebesar 1,260. Nilai tersebut berarti bahwa 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 0,260 diekspor ke daerah lain. Penurunan nilai LQ subsektor ini disebabkan karena sebagian besar perairan yang ada di wilayah Kabupaten Serang mengalami over fishing. Hal tersebut tentunya mempengaruhi hasil tangkapan nelayan yang memang lebih banyak merupakan nelayan
12 tangkap. Selain itu usaha pengembangan perikanan budidaya belum terlalu menunjukkan hasil yang signifikan. Oleh karenanya, Pemerintah Daerah Kabupaten Serang kini terus berupaya mendorong kemajuan usaha perikanan budidaya. b. Subsektor Peternakan Berdasarkan hasil analisis, nilai LQ subsektor peternakan di Kabupaten Serang dari tahun 2003-2007 selalu menurun yaitu 1,209 pada tahun 2003, 1,196 pada tahun 2004, 1,194 pada tahun 2005; 1,168 pada tahun 2006 dan 1,167 pada tahun 2007. Nilai rata-rata LQ sektor ini adalah sebesar 1,187. Nilai tersebut berarti bahwa 1 bagian digunakan untuk kebutuhan konsumsi daerah sendiri, sedangkan sisanya 0,18 untuk ekspor daerah lain. Subsektor peternakan merupakan subsektor yang terus diupayakan perkembangannya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang. Termasuk di dalamnya adalah upaya pencegahan penyakit ternak yang beberapa tahun belakangan timbul bergantian. Hal itu perlu dilakukan sebab terbukti bila terjadi wabah penyakit pada ternak maka akan menurunkan hasil produksinya. Adapun subsektor pertanian lainnya seperti subsektor bahan makanan, subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan mempunyai nilai LQ < 1. Sebab itu, subsektorsubsektor tersebut bukan merupakan subsektor basis. Dengan demikian dapat diartikan bahwa subsektor-subsektor tersebut tidak berpotensi ekspor. B. Analisis Shift Share 1. Sektor Perekonomian Tabel 4.Hasil Analisis Shift Share Sektor Perekonomian Kabupaten Serang Tahun 2003-2007 Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-Jasa
∆Yij = Y'ij-Yij 149,103 0,924 558,436
% 13,708 21,266 15,142
PNij 274,013 1,095 929,069
% 25,192 25,192 25,192
PPij -181,197 0,136 -247,060
% -16,659 3,138 -6,699
PPWij 56,287 -0,307 -123,573
% 5,175 -7,065 -3,351
16,764 154,643 235,813 77,511 121,803 152,715
5,513 32,675 29,932 34,010 56,838 28,887
76,602 119,230 198,474 57,415 53,987 133,181
25,192 25,192 25,192 25,192 25,192 25,192
-29,997 84,007 103,726 32,841 88,720 54,522
-9,865 17,750 13,166 14,410 41,400 10,313
-29,841 -48,594 -66,387 -12,745 -20,904 -34,988
-9,814 -10,267 -8,427 -5,592 -9,755 -6,618
Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1, 2 dan 5 Keterangan: ∆Yij, PNij, PPij dan PPWij dalam Milyar Rupiah Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa sektor dengan nilai pertumbuhan nasional terbesar adalah sektor industri, yaitu sebesar Rp. 929.069.000.000,-. Artinya sektor industri merupakan sektor yang mendapat pengaruh paling besar dari adanya kebijakan-kebijakan di Provinsi Banten. Demikian halnya dengan sektor pertanian yang nilai pertumbuhan nasionalnya sebesar Rp. 274.013.000.000,-. Meskipun tiap sektor memiliki nilai
13 pertumbuhan nasional yang berbeda, namun nilai persentasenya selalu sama, yaitu sebesar 25,192 %. Sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional positif berarti bahwa pertumbuhan PDRB sektor tersebut cepat bila dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Banten. Sebaliknya, sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional negatif berarti pertumbuhan PDRB sektor tersebut lambat. Hampir semua sektor perekonomian di Kabupaten Serang memiliki nilai pertumbuhan proporsional yang positif, dengan sektor perdagangan sebagai sektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional tertinggi yaitu Rp. 103.726.000.000,(13,166%). Sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional negatif adalah sektor industri, sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor industri menjadi sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional terendah, yaitu sebesar -Rp. 247.060.000.000,- (-6,699%). Sektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah positif berarti sektor tersebut dapat bersaing dengan sektor yang sama di kabupaten lain yang ada di Provinsi Banten. Sebaliknya sektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif berarti sektor tersebut tidak dapat bersaing dengan sektor yang sama di daerah lain. Hampir semua sektor perekonomian di Kabupaten Serang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif, dengan sektor industri sebagai sektor yang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif terbesar yaitu -Rp. 123.573.000.000,- (-3,351%). Hanya sektor pertanian yang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah yang positif, yaitu Rp. 56.287.000.000,- (5,175%). 2. Sektor Pertanian Tabel 5.Hasil Analisis Shift Share Sektor Pertanian Kabupaten Serang Tahun 2003-2007 Subsektor Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan
∆Yij = Y'ij-Yij 81,311 -1,884 32,124 0,069 37,481
% 12,659 -2,269 3,744 8,529 31,798
PNij 54,802 7,084 20,786 0,069 10,057
% 8,532 8,532 8,532 8,532 8,532
PPij -26,924 -4,347 8,194 0,135 34,200
% -4,192 -5,235 3,363 16,685 29,014
PPWij 53,432 -4,621 3,144 -0,135 -6,776
% 8,318 -5,566 1,291 -16,688 -5,748
Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 3, 4 dan 6 Keterangan: ∆Yij, PNij, PPij dan PPWij dalam Milyar Rupiah Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa sektor dengan nilai pertumbuhan nasional terbesar adalah subsektor tanaman bahan makanan, yaitu sebesar Rp. 81.311.000.000,-. Artinya subsektor ini merupakan sektor yang mendapat pengaruh paling besar dari adanya kebijakan-kebijakan di Provinsi Banten. Adapun subsektor perkebunan memiliki nilai pertumbuhan nasional yang terendah, yaitu -Rp. 1.884.000.000,-. Meskipun tiap-tiap sektor memiliki nilai pertumbuhan nasional yang berbeda, namun nilai persentasenya selalu sama, yaitu sebesar 8,532 %. Subsektor dengan nilai pertumbuhan proporsional positif berarti bahwa pertumbuhan PDRB subsektor tersebut cepat bila dibandingkan dengan subsektor yang sama di Provinsi
14 Banten. Sebaliknya, sektor dengan nilai pertumbuhan proporsional negatif berarti pertumbuhan PDRB subsektor tersebut lambat. Subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional yang positif hanya subsektor perikanan dan subsektor peternakan. Subsektor perikanan menjadi subsektor dengan nilai pertumbuhan proporsional terbesar yaitu Rp. 34.200.000.000,- (29,014%). Adapun subsektor dengan nilai pertumbuhan proporsional negatif adalah subsektor kehutanan, subsektor perkebunan dan subsektor tanaman bahan makanan. Subsektor tanaman bahan makanan menjadi subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional negatif terendah, yaitu -Rp. 26.924.000.000 (-4,192%). Subsektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah positif berarti subsektor tersebut dapat bersaing dengan subsektor yang sama di kabupaten lain yang ada di Provinsi Banten. Sebaliknya subsektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif berarti subsektor tersebut tidak dapat bersaing dengan subsektor yang sama di daerah lain. Subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah positif adalah subsektor tanaman bahan pangan dan subsektor peternakan. Subsektor tanaman bahan pangan menjadi subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan pangsa wilayah positif terbesar yaitu Rp. 53.432.000.000,(8,318%). Adapun subsektor dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah negatif adalah subsektor perikanan, subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan. Subsektor perikanan menjadi subsektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional negatif terbesar, yaitu sebesar -Rp. 6.776.000.000,- (-5,748%). C. Analisis Gabungan Location Quotient dan Shift Share 1. Sektor Perekonomian Tabel 6. Urutan Prioritas Pengembangan Sektor Perekonomian Kabupaten Serang No 1.
2.
3.
Peringkat Utama a. Sektor Bangunan b. Sektor Jasa-jasa c. Sektor Pertanian d. Sektor Keuangan Kedua a. Sektor Perdagangan b. Sektor Pertambangan c. Sektor Angkutan Ketiga a. Sektor Industri b. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
LQ 2.489 1.692 1,668 1,207 0.600 0.577 0.386 0.990 0.934
Sumber: Diolah dari Lampiran 7 Berdasarkan Tabel 6. diketahui urutan prioritas pengembangan sektor perekonomian Kabupaten Serang. Prioritas tersebut diwujudkan dalam susunan peringkat yang menunjukkan sektor yang harus diutamakan pengembangannya. Bila dalam satu peringkat terdapat lebih dari satu sektor, maka prioritas lebih diberikan kepada sektor yang memiliki
15 nilai LQ lebih besar. Namun bila nilai LQ-nya juga sama, maka prioritasnya diberikan kepada sektor yang memiliki nilai PPW lebih besar. Sektor bangunan merupakan sektor yang menempati peringkat utama tertinggi dalam prioritas pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Serang. Sebagai wilayah yang sedang berkembang, tentunya Kabupaten Serang membutuhkan dukungan sarana prasarana yang memadai sebagai penunjang segala aktivitasnya. Terlebih lagi dengan terbentuknya Kota Serang yang wilayahnya selama ini menjadi pusat kegiatan bagi Kabupaten Serang, tentunya membuat Kabupaten Serang harus dapat membuat pusat-pusat kegiatan yang baru di daerahnya sendiri sekaligus mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah lain yang selama ini masih jarang diperhatikan oleh pemerintah daerah. Meskipun demikian, perlu juga diperhatikan agar usaha pengembangan ini dapat dilakukan secara terpadu, artinya pengembangan tersebut tidak hanya terfokus kepada satudua sektor saja. Contohnya pengembangan di sektor bangunan bukan berarti lantas dengan mudahnya memberikan izin bagi pembangunan-pembangunan yang akan dilakukan di atas daerah resapan air, atau di lahan pertanian. Terutama karena ketersediaan lahan bagi sektor pertanian juga merupakan syarat mutlak, sehingga berkurangnya lahan pertanian karena adanya pembangunan tersebut malah menjadikan pengembangan sektor pertanian menjadi terhambat. 2. Sektor Pertanian Tabel 7. Urutan Prioritas Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Serang No 1. 2. 3. 4. 5.
Peringkat Utama Kedua Ketiga Keempat Kelima
Subsektor Peternakan Perikanan Bahan Makanan Kehutanan Perkebunan
Sumber: Diolah dari Lampiran 7 Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa subsektor peternakan merupakan subsektor yang menempati peringkat utama dalam prioritas pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Serang. Subsektor peternakan selama ini telah mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten Serang. Selain itu, komoditas peternakan Kabupaten Serang juga memiliki keunggulan karena sebagian besar peternaknya merupakan mitra perusahaan-perusahaan peternakan besar yang banyak terdapat di Kabupaten Serang. Kemitraan peternak dan perusahaan ini memungkinkan ternak yang dihasilkan lebih terpelihara, baik dari segi kecukupan pakan maupun kesehatannya. Belum lagi akses pasar yang lebih mudah karena pemasarannya dilakukan oleh perusahaan mitra tersebut.
16 Hanya saja keterpaduan upaya-upaya pengembangan ini perlu juga diperhatikan, sehingga pengembangan tersebut tidak hanya terfokus kepada satu-dua subsektor saja. Contohnya pengembangan di subsektor tanaman bahan makanan yang merupakan penyumbang terbesar bagi PDRB sektor pertanian Kabupaten Serang. Pemerintah daerah perlu untuk lebih aktif mengembangkan dan mempromosikan produk-produk unggulan dan merupakan ciri khas Kabupaten Serang seperti melinjo, kelapa dan durian. Selain itu pengembangan subsektor perikanan juga perlu diperhatikan dengan cara lebih mendorong pengembangan perikanan budidaya. D. Analisis Angka Pengganda 1. Pendapatan a. Kontribusi Sektor Basis Tabel 8. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Sektor Basis dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
YB (Milyar Rp.) 2.303,915 2.435,721 2.552,054 2.695,483 2.882,179 Rata-Rata
Y (Milyar Rp.) 7.315,963 7.636,928 7.973,400 8.357,674 8.773,675
M 3,175 3,135 3,124 3,101 3,044 3,116
∆YB (Milyar Rp.) 131,806 116,333 143,429 186,696 115,653
∆Y (Milyar Rp.) 413,263 363,460 444,719 568,323 360,371
Sumber: Diolah dari Lampiran 1 Keterangan: YB = Pendapatan Sektor Basis, Y = Pendapatan Total Kabupaten Serang, ∆YB = Perubahan Pendapatan Sektor Basis, ∆Y = Perubahan Pendapatan Total Kabupaten Serang Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa angka pengganda pendapatan sektor basis di Kabupaten Serang pada tahun 2003-2007. Penentuan sektor basis ini berdasarkan pada hasil analisis Location Quotient, yaitu sektor bangunan, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor keuangan. Adapun angka pengganda pendapatan sektor basis di Kabupaten Serang cenderung menurun. Pada tahun 2003 angka pengganda pendapatan sektor basis sebesar 3,175; 3,135 pada tahun 2004; 3,124 pada tahun 2005; 3,101 pada tahun 2006 dan 3,044 pada tahun 2007. Rata-rata angka pengganda pendapatan sektor basis pada tahun 2003-2007 adalah 3,116. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan sektor basis di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total Kabupaten Serang sebesar Rp. 3,116. Hasil penghitungan angka pengganda pendapatan sektor basis tersebut digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total di Kabupaten Serang. Caranya dengan mengalikan angka pengganda pendapatan sektor basis dengan perubahan pendapatan sektor basis. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan sektor basis belum dapat diketahui
17 karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Tahun 2004 perubahan pendapatan sektor basis sebesar Rp. 131.806.000.000,-; Rp. 116.333.000.000,- pada tahun 2005; Rp. 143.429.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 186.696.000.000,- pada tahun 2007. Ratarata perubahan pendapatan sektor basis tahun 2003-2007 sebesar Rp. 115.653.000.000,-. Perubahan pendapatan total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan sektor basis juga belum diketahui. Adapun pada tahun 2004 perubahan pendapatan total sebesar Rp. 413.263.000.000,-. Meskipun mengalami penurunan pendapatan total pada tahun 2005 menjadi Rp. 363.460.000.000,-, namun pada tahun 2006 dan 2007 pendapatan totalnya meningkat menjadi Rp. 444.719.000.000,- dan Rp. 568.323.000.000,-. Rata-rata perubahan pendapatan total Kabupaten Serang tahun 2003-2007 sebesar Rp. 360.371.000.000,-. Penurunan kontribusi sektor basis dalam pendapatan total Kabupaten Serang terjadi karena sektor-sektor non basis mulai menunjukkan peningkatan sumbangan terhadap PDRB Kabupaten Serang. Contohnya adalah sektor perdagangan dan sektor angkutan yang terus meningkatkan sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Serang, sementara sektor pertanian mengalami fluktuasi sumbangan terhadap PDRB Kabupaten Serang. b. Kontribusi Sektor Pertanian Tabel 9. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
YP. (Milyar Rp.) 1.087,681 1.116,684 1.144,156 1.177,990 1.236,784 Rata-Rata
Y (Milyar Rp.) 7.315,963 7.636,928 7.973,400 8.357,674 8.773,675
M 6,726 6,839 6,969 7,095 7,094 6,945
∆YP (Milyar Rp.) 29,003 27,472 33,834 58,794 29,821
∆Y (Milyar Rp.) 198,350 191,447 240,047 417,081 207,091
Sumber: Diolah dari Lampiran 1 Keterangan: YP = Pendapatan Sektor Pertanian, Y = Pendapatan Total Kabupaten Serang, ∆YP = Perubahan Pendapatan Sektor Pertanian, ∆Y = Perubahan Pendapatan Total Kabupaten Serang Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa angka pengganda pendapatan sektor pertanian di Kabupaten Serang pada tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Pada tahun 2003 angka pengganda pendapatan sektor pertanian sebesar 6,726; 6,839 pada tahun 2004; 6,969 pada tahun 2005; 7,095 pada tahun 2006 dan 7,094 pada tahun 2007. Ratarata angka pengganda pendapatan sektor pertanian pada tahun 2003-2007 adalah 6,945. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan sektor pertanian di Kabupaten Serang sebesar
18 Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total Kabupaten Serang sebesar Rp. 6,945. Selanjutnya, dengan mengalikan angka pengganda pendapatan sektor pertanian dengan perubahan pendapatan sektor pertanian maka akan dapat digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total di Kabupaten Serang. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan sektor pertanian belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Tahun 2004 perubahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp.29.003.000.000,-; Rp. 27.472.000.000,- pada tahun 2005; lalu terus meningkat menjadi Rp. 33.834.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 58.794.000.000,- pada tahun 2007. Rata-rata perubahan pendapatan sektor pertanian pada tahun 2003-2007 adalah sebesar Rp. 29.821.000.000,-. Perubahan pendapatan total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan sektor pertanian juga belum diketahui. Adapun perubahan pendapatan total Kabupaten Serang pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 198.350.000.000,-; Rp. 191.447.000.000,- pada tahun 2005; Rp. 240.047.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 417.081.000.000,- pada tahun 2007. Rata-rata perubahan pendapatan total Kabupaten Serang pada tahun 2003-2007 adalah sebesar Rp. 207.091.000.000,-. Kontribusi sektor pertanian dalam pendapatan total Kabupaten Serang bila ditinjau dari angka pengganda selalu meningkat, kecuali pada tahun 2007. Meskipun pendapatan yang dihasilkan sektor pertanian pada tahun 2007 meningkat, namun melalui distribusi persentase PDRB Kabupaten Serang terlihat bahwa sumbangan sektor pertanian menurun. Penyebabnya adalah pertumbuhan sektor-sektor lain seperti sektor keuangan dan angkutan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. c. Kontribusi Subsektor Tanaman Bahan Makanan Tabel 10. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Subsektor Tanaman Bahan Makanan dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
YTbm. (Milyar Rp.) 642,337 659,542 676,160 687,521 723,648 Rata-Rata
YP (Milyar Rp.) 1.087,682 1.116,684 1.144,140 1.177,989 1.236,783
M 1,693 1,693 1,692 1,713 1,709 1,700
ΔYTbm. (Milyar Rp.) 17,205 16,618 11,361 36,127 16,262
ΔYP (Milyar Rp.) 29,130 28,120 19,466 61,744 27,649
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 Keterangan: YTbm. = Pendapatan Subsektor Tanaman Bahan Makanan, YP = Pendapatan Total Sektor Pertanian, ∆YTbm. = Perubahan Pendapatan Subsektor Tanaman Bahan Makanan,
19 ∆YP = Perubahan Pendapatan Total Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 10. diketahui bahwa angka pengganda pendapatan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Serang pada tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Pada tahun 2003 dan 2004 angka pengganda pendapatan subsektor ini adalah sebesar 1,693; 1,692 pada tahun 2005; 1,713 pada tahun 2006 dan 1,709 pada tahun 2007. Rata-rata angka pengganda pendapatan subsektor pada tahun 2003-2007 adalah 1,700. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,700. Selanjutnya, dengan mengalikan angka pengganda pendapatan subsektor tanaman bahan makanan dengan perubahan pendapatan subsektor tersebut akan dapat digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Adapun pada tahun 2004 perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan adalah sebesar Rp. 17.205.000.000,-; Rp. 16.618.000.000,- pada tahun 2005; Rp. 11.361.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 36.127.000.000,- pada tahun 2007. Rata-rata perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan tahun 2003-2007 sebesar Rp. 16.262.000.000,-. Perubahan pendapatan pertanian total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan juga belum diketahui. Perubahan pendapatan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Serang pada tahun 2004 sebesar Rp. 29.130.000.000,-; Rp. 28.120.000.000,- pada tahun 2005; Rp. 19.466.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 61.744.000.000,- pada tahun 2007. Rata-rata perubahan pendapatan sektor pertanian pada tahun 2003-2007 adalah sebesar Rp. 27.649.000.000,-. Pada tahun 2005 subsektor tanaman bahan makanan mengalami penurunan angka pengganda pendapatan sekaligus sumbangan terhadap pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang. Penyebabnya adalah pada tahun ini banyak lahan mengalami puso, kekeringan, kebanjiran dan serangan hama. Kondisi tersebut berlanjut hingga tahun 2006, sehingga mempengaruhi sumbangan subsektor ini terhadap pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang, walaupun angka pengganda pendapatannya meningkat.
20 d. Kontribusi Subsektor Perkebunan Tabel 11. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Subsektor Perkebunan dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun 20032007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
YKbn. (Milyar Rp.) 83,027 85,518 88,220 90,784 81,143 Rata-Rata
YPert. (Milyar Rp.) 1.087,682 1.116,684 1.144,140 1.177,989 1.236,783
M 13,100 13,058 12,969 12,976 15,242 13,469
ΔYKbn. (Milyar Rp.) 2,491 2,702 2,564 -9,641 -0,377
ΔYPert. (Milyar Rp.) 32,527 35,043 33,270 -146,948 -5,075
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 Keterangan: YKbn. = Pendapatan Subsektor Perkebunan, YP = Pendapatan Total Sektor Pertanian, ∆YKbn. = Perubahan Pendapatan Subsektor Perkebunan, ∆YP = Perubahan Pendapatan Total Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa angka pengganda pendapatan subsektor perkebunan di Kabupaten Serang pada tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Pada tahun 2003 angka pengganda tenaga kerja subsektor perkebunan sebesar 13,100; 13,058 pada tahun 2004; 12,969 pada tahun 2005; 12,976 pada tahun 2006 dan 15,242 pada tahun 2007. Rata-rata angka pengganda pendapatan subsektor ini pada tahun 20032007 adalah 13,469. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan subsektor perkebunan di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan jumlah pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang sebesar Rp. 13,469. Hasil penghitungan angka pengganda pendapatan subsektor perkebunan tersebut digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang. Caranya dengan mengalikan angka pengganda pendapatan subsektor perkebunan dengan perubahan pendapatan subsektor perkebunan. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan subsektor perkebunan belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Pada tahun 2004 perubahan pendapatan subsektor perkebunan sebesar Rp. 2.491.000.000,-; Rp. 2.702.000.000,- pada tahun 2005 dan Rp. 2.564.000.000,- pada tahun 2006. Pada tahun 2007 pendapatan subsektor perkebunan menurun menjadi sebesar -Rp. 9.641.000.000,-. Rata-rata perubahan pendapatan subsektor perkebunan pada tahun 2003-2007 adalah sebesar -Rp. 377.000.000,-. Perubahan pendapatan pertanian total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan subsektor perkebunan juga belum diketahui. Adapun perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 32.527.000.000,-; Rp. 35.043.000.000,- pada tahun
21 2005; Rp. 33.270.000.000,- pada tahun 2006. Pada tahun 2007 terjadi penurunan pendapatan total sektor pertanian menjadi sebesar -Rp. 146.948.000.000,-. Rata-rata perubahan pendapatan sektor ini tahun 2003-2007 adalah sebesar -Rp. 5.075.000.000,-. Pada tahun 2005 subsektor perkebunan mengalami penurunan angka pengganda pendapatan sekaligus sumbangan terhadap pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang. Kondisi tersebut berlanjut hingga tahun 2006, di mana perubahan pendapatan subsektor perkebunan mencapai minus, walaupun angka pengganda pendapatan subsektor ini meningkat. Hal tersebut berdampak pada penurunan pendapatan total sektor pertanian. Penyebab penurunan ini adalah penurunan produksi beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa dan kopi. Rendahnya produktivitas ini terutama sebagai akibat banyaknya tanaman yang telah tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan unggul, dan kondisi kebun yang tidak terawat. Adapun perkebunan yang diusahakan di Kabupaten Serang sebagian besar merupakan perkebunan rakyat. e. Kontribusi Subsektor Peternakan Tabel 12. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Subsektor Peternakan dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun 20032007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
YTnk. (Milyar Rp.) 243,635 250,090 255,670 263,190 275,759 Rata-Rata
YP (Milyar Rp.) 1.087,682 1.116,684 1.144,140 1.177,989 1.236,783
M 4,464 4,465 4,475 4,476 4,485 4,473
ΔYTnk. (Milyar Rp.) 6,455 5,580 7,520 12,569 6,425
ΔYP (Milyar Rp.) 28,822 24,971 33,658 56,372 28,739
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 Keterangan: YTnk. = Pendapatan Subsektor Peternakan, YP = Pendapatan Total Sektor Pertanian, ∆YTnk. = Perubahan Pendapatan Subsektor Peternakan, ∆YP = Perubahan Pendapatan Total Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 12. dapat diketahui bahwa angka pengganda pendapatan subsektor peternakan di Kabupaten Serang pada tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Pada tahun 2003 angka pengganda pendapatan subsektor peternakan sebesar 4,464; 4,465 pada tahun 2004; 4,475 pada tahun 2005; 4,476 pada tahun 2006 dan 4,485 pada tahun 2007. Rata-rata angka pengganda pendapatan subsektor ini pada tahun 2003-2007 adalah 4,473. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan subsektor peternakan di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak Rp. 4,473. Selanjutnya, dengan mengalikan angka pengganda pendapatan subsektor peternakan dengan perubahan pendapatan subsektor tersebut akan dapat digunakan untuk
22 menentukan perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan subsektor peternakan belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Pada tahun 2004 perubahan pendapatan subsektor perternakan adalah sebesar Rp. 6.455.000.000,-; Rp. 5.580.000.000,- pada tahun 2005; kemudian terus meningkat menjadi Rp. 7.520.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 12.569.000.000,- pada tahun 2007. Rata-rata perubahan pendapatan subsektor peternakan pada tahun 2003-2007 adalah sebesar Rp. 6.425.000.000,-. Perubahan pendapatan pertanian total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan subsektor peternakan juga belum diketahui. Adapun perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 28.822.000.000,-; Rp. 24.971.000.000,- pada tahun 2005; Rp. 33.658.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 56.372.000.000,- pada tahun 2007. Ratarata perubahan pendapatan total sektor pertanian pada tahun 2003-2007 adalah sebesar Rp. 28.739.000.000,-. Meskipun angka pengganda pendapatan subsektor peternakan pada tahun 20032005 selalu meningkat, namun sumbangannya dalam pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang selalu mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh terjadinya serangan penyakit flu burung (avian influenza) yang terutama menyerang ayam, sehingga produksi daging ikut menurun. Hal itu berbeda dengan tahun 2006-2007, di mana angka pengganda pendapatan dan sumbangan subsektor peternakan terhadap pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang terus meningkat. Peningkatan ini disebabkan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang telah menerapkan usaha pencegahan penyakit ternak (biosecurity) sehingga kesehatan ternak lebih terjamin. f. Kontribusi Subsektor Kehutanan Tabel 13. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Subsektor Kehutanan dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun 20032007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
YHut. YP (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) 0,809 1.087,682 0,832 1.116,684 0,850 1.144,140 0,848 1.177,989 0,878 1.236,783 Rata-Rata
M 1.344,477 1.342,168 1.346,047 1.389,138 1.408,637 1.366,093
ΔYHut. (Milyar Rp.) 0,023 0,018 -0,002 0,030 0,014
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 Keterangan: YHut. = Pendapatan Subsektor Kehutanan, YP = Pendapatan Total Sektor Pertanian, ∆YHut. = Perubahan Pendapatan Subsektor Kehutanan,
ΔYP (Milyar Rp.) 30,870 24,229 -2,778 42,259 18,852
23 ∆YP = Perubahan Pendapatan Total Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 34. dapat diketahui bahwa angka pengganda pendapatan subsektor kehutanan di Kabupaten Serang pada tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Pada tahun 2003 angka pengganda pendapatan subsektor kehutanan sebesar 1.344,477 pada tahun 2003; 1.342,168 pada tahun 2004; 1.346,047 pada tahun 2005; 1.389,138 pada tahun 2006 dan 1.408,637 pada tahun 2007. Rata-rata angka pengganda pendapatan subsektor ini pada tahun 2003-2007 adalah 1.366,093. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan subsektor kehutanan di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak Rp. 1.366,093. Hasil penghitungan angka pengganda pendapatan subsektor kehutanan tersebut digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang. Caranya dengan mengalikan angka pengganda pendapatan subsektor kehutanan dengan perubahan pendapatan subsektor kehutanan. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan subsektor kehutanan belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Pada tahun 2004 perubahan pendapatan subsektor kehutanan sebesar Rp. 23.000.000,-; Rp. 18.000.000,- pada tahun 2005. -Rp. 2.000.000,- pada tahun 2006; dan Rp. 30.000.000,- pada tahun 2007. Sedangkan rata-rata perubahan pendapatan subsektor kehutanan pada tahun 2003-2007 adalah sebesar Rp. 14.000.000,-. Perubahan pendapatan pertanian total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan subsektor kehutanan juga belum diketahui. Adapun perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 30.870.000.000,-; Rp. 24.229.000.000,- pada tahun 2005; -Rp. 2.778.000.000,- pada 2006 dan Rp. 42.259.000.000,-pada tahun 2007. Rata-rata perubahan pendapatan total sektor pertanian pada tahun 2002-2007 adalah sebesar Rp. 24.294.000.000,-. Meskipun angka pengganda pendapatan subsektor kehutanan cenderung meningkat dan memiliki nilai yang besar, namun sumbangannya dalam pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang tidak signifikan. Hal itu menyebabkan peningkatan pendapatan yang terjadi tidak sebesar yang seharusnya dapat terbentuk dengan angka pengganda pendapatan yang dihasilkan. Selama ini potensi hutan Kabupaten Serang belum dikelola secara optimal, sehingga produksi hasil hutan pun belum maksimal. Sebagian besar pemanfaatan hasil hutan masih sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti kayu bakar.
24 g. Kontribusi Subsektor Perikanan Tabel 14. Hasil Analisis Angka Pengganda Pendapatan dan Kontribusi Subsektor Perikanan dalam Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang Tahun 20032007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
YIkn (Milyar Rp.) 117,874 120,702 123,240 135,646 155,355 Rata-Rata
YP (Milyar Rp.) 1.087,682 1.116,684 1.144,140 1.177,989 1.236,783
M 9,227 9,252 9,284 8,684 7,961 8,882
ΔYIkn (Milyar Rp.) 2,828 2,538 12,406 19,709 7,496
ΔYP (Milyar Rp.) 26,163 23,562 107,737 156,904 66,579
Sumber: Diolah dari Lampiran 3 Keterangan: YIkn. = Pendapatan Subsektor Perikanan, YP = Pendapatan Total Sektor Pertanian, ∆YIkn. = Perubahan Pendapatan Subsektor Perikanan, ∆YP = Perubahan Pendapatan Total Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 35. dapat diketahui bahwa angka pengganda pendapatan subsektor perikanan di Kabupaten Serang pada tahun 2003-2007 cenderung menurun. Pada tahun 2003 angka pengganda pendapatan subsektor perikanan sebesar 9,227; 9,252 pada tahun 2004; 9,284 pada tahun 2005; 8,684 pada tahun 2006 dan 7,961 pada tahun 2007. Rata-rata angka pengganda pendapatan subsektor ini pada tahun 2003-2007 adalah 8,882. Artinya, bila terjadi perubahan pendapatan subsektor perikanan di Kabupaten Serang sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak Rp. 8,882. Hasil penghitungan angka pengganda pendapatan subsektor perikanan tersebut digunakan untuk menentukan perubahan pendapatan total sektor pertanian Kabupaten Serang. Caranya dengan mengalikan angka pengganda pendapatan subsektor perikanan dengan perubahan pendapatan di subsektor perikanan. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan subsektor perikanan belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Adapun pada tahun 2004 perubahan pendapatan subsektor perikanan sebesar Rp. 2.828.000.000,-; Rp. 2.538.000.000,- pada tahun 2005; lalu meningkat menjadi sebesar Rp. 12.406.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 19.709.000.000,- pada tahun 2007. Rata-rata perubahan pendapatan subsektor perikanan pada tahun 2003-2007 adalah sebesar Rp. 7.496.000.000,-. Perubahan pendapatan pertanian total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan pendapatan subsektor perikanan juga belum diketahui. Adapun perubahan pendapatan total sektor pertanian di Kabupaten Serang pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 26.163.000.000,-; Rp. 23.562.000.000,- pada tahun 2005; lalu
25 meningkat menjadi Rp. 107.737.000.000,- pada tahun 2006 dan Rp. 156.904.000.000,pada tahun 2007. Rata-rata perubahan pendapatan total sektor pertanian pada tahun 20032007 adalah sebesar Rp. 66.579.000.000,-. Meskipun angka pengganda pendapatan subsektor perikanan pada tahun 20032005 selalu meningkat, namun sumbangannya dalam pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang selalu mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh terjadinya over fishing, maraknya perdagangan ikan di tengah laut dan penurunan jumlah kapal motor. Pada tahun 2006-2007, walaupun angka pengganda pendapatan subsektor perikanan terus menurun, tetapi dikarenakan terjadi peningkatan sumbangan subsektor ini terhadap pendapatan sektor pertanian Kabupaten Serang maka peningkatan pendapatan yang dihasilkan lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan adanya perkembangan usaha perikanan budidaya (terutama rumput laut), yang sebelumnya hanya bersifat subsisten saja. 2. Tenaga Kerja Tabel 15. Hasil Analisis Angka Pengganda dan Kontribusi Tenaga Kerja Sektor Pertanian Kabupaten Serang Tahun 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
NB 218.379 217.654 190.325 177.843 154.106 Rata-Rata
N 605.432 603.358 625.131 590.040 575.751
K 2,772 2,772 3,285 3,318 3,736 3,177
ΔNB -725 -27.329 -12.482 -23.737 -12.855
ΔN -2.009,770 -89.763,326 -41.412,253 -88.683,124 -40.833,568
Sumber: Diolah dari Lampiran 9 Berdasarkan Tabel 36. dapat diketahui bahwa angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Serang pada tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Pada tahun 2003 dan 2004 angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian sebesar 2,772; 3,285 pada tahun 2005; 3,318 pada tahun 2006 dan 3,736 pada tahun 2007. Rata-rata angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian dari tahun 2003-2007 adalah 3,177. Artinya, bila terjadi perubahan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Serang sebanyak satu orang maka akan terjadi perubahan kesempatan kerja di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak tiga orang. Hasil penghitungan angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian tersebut kemudian digunakan untuk menentukan perubahan kesempatan kerja total di Kabupaten Serang. Caranya dengan mengalikan angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian dengan perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian. Pada tahun 2003 perubahan pendapatan sektor basis belum dapat diketahui karena data tahun 2002 yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pendapatan ini merupakan data di luar waktu penelitian. Secara
26 umum, pada tahun 2004-2007 terjadi penurunan kesempatan kerja di sektor pertanian. Pada tahun 2004 kesempatan kerja di sektor pertanian menurun sebanyak 752 orang; 27.329 orang pada tahun 2005; 12.482 orang pada tahun 2006 dan 23.737 orang pada tahun 2007. Adapun rata-rata penurunan kesempatan kerja di sektor pertanian adalah sebesar 12.855 orang. Perubahan kesempatan kerja total Kabupaten Serang pada tahun 2003 belum dapat diketahui karena perubahan kesempatan kerja sektor pertanian juga belum diketahui. Namun penurunan kesempatan kerja sektor pertanian yang terjadi selama tahun 2004-2007 juga menyebabkan penurunan kesempatan kerja total Kabupaten Serang. Pada tahun 2004 penurunan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak 2.009 orang; 89.763 orang pada tahun 2005; 41.412 orang pada tahun 2006 dan 88.683 orang pada tahun 2007. Rata-rata penurunan penyerapan tenaga kerja total adalah sebesar 40.834 orang. Meskipun angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian selalu meningkat, namun sumbangannya dalam penyerapan tenaga kerja total di Kabupaten Serang selalu mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh terjadinya peningkatan kesempatan kerja pada sektor-sektor lain yang dianggap memberikan pendapatan yang lebih baik. Sektor-sektor tersebut antara lain adalah sektor industri, sektor bangunan, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa. Terjadinya peralihan lahan pertanian akibat upaya pengembangan sektor-sektor selain pertanian juga menyebabkan terjadinya peralihan mata pencaharian penduduk. Selain itu, terdapat kecenderungan angkatan kerja baru yang lebih memilih bekerja di luar sektor pertanian, sehingga jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian semakin berkurang.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sektor pertanian merupakan sektor basis yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Serang, bersama dengan sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan. Subsektor pertanian yang menjadi subsektor basis adalah subsektor perikanan dan subsektor peternakan. 2. Berdasarkan analisis gabungan Location Quotient dan Shift Share, sektor pertanian menempati peringkat kedua dalam prioritas pengembangan sektor perekonomian, bersama dengan sektor bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Karena tidak ada sektor yang menempati peringkat sebagai sektor utama, maka sektor yang menempati peringkat kedua naik menjadi sektor utama. Adapun urutan prioritas pengembangan sektor utama bila dilihat dari nilai LQ adalah sektor bangunan, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor keuangan. Subsektor pertanian yang menempati peringkat utama adalah subsektor peternakan. Subsektor perikanan menempati peringkat kedua dan subsektor tanaman bahan makanan menempati peringkat
27 ketiga. Adapun subsektor kehutanan menempati peringkat keempat dan subsektor perkebunan menempati peringkat kelima. 3. Kontribusi sektor pertanian dalam penerimaan PDRB Kabupaten Serang melalui analisis pengganda pendapatan selama tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Rata-rata hasil perhitungan angka pengganda pendapatan adalah 6,945; yang berarti bila terjadi perubahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp. 1,000 maka akan terjadi perubahan pendapatan total Kabupaten Serang sebesar Rp. 6,945. Adapun kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja melalui analisis pengganda tenaga kerja selama tahun 2003-2007 cenderung meningkat. Rata-rata angka pengganda tenaga adalah 3,177; yang berarti bila terjadi perubahan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Serang sebanyak satu orang maka akan terjadi perubahan kesempatan kerja di Kabupaten Serang secara keseluruhan sebanyak tiga orang. B. Saran 1. Berdasarkan analisis angka pengganda pendapatan, kontribusi sektor pertanian yang besar semestinya dapat diimbangi dengan kontribusi yang optimal dalam penerimaan PDRB Kabupaten Serang. Sebab itu Pemerintah Daerah Kabupaten Serang perlu melakukan upaya penguatan produk-produk primer sebagai upaya pengembangan sektor pertanian secara terpadu demi tercapainya tujuan tersebut. 2. Pengembangan industri berbasis produk pertanian juga perlu dilakukan. Tujuannya adalah di samping untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan sektor pertanian, juga dapat meningkatkan daya saing sektor industri itu sendiri. Selain itu pengembangan industri berbasis pertanian ini juga akan membuka lahan pekerjaan baru sehingga efek pengganda tenaga kerja sektor pertanian yang dihasilkan dapat benar-benar dirasakan. 3. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai potensi sektor pertanian Kabupaten Serang dengan metode-metode lainnya. Tujuannya agar potensi sektor pertanian tersebut dapat diketahui secara lengkap sehingga menjadi landasan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam hal penentuan kebijakan di sektor perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, L. 2004. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN. Yogyakarta. BPS Kabupaten Serang. 2007. Serang dalam Angka. Serang. Koran Banten, 2008. Kabupaten Serang. http://www.koranbanten.com/. Diakses tanggal 19 Februari 2008. Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara: Jakarta Widodo, T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.