Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK (Studi Kasus di Dusun Tempurau Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing) Agusta Kurniati STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Jl. Pertamina-Sengkuang, Sintang email:
[email protected] Abstract: Family is the main place for children that can grow and develop positive character. Establishment of positive character can be developed through habituation values, both social and religious values are internalized through social interaction.Characters that have formed is expected later can be entrenched and become a principle of life in the child's life. In this context, parents as the main responsible during the formation of children's character.Parents should be able to be a good example for children because most of the time the child spent in the family. Exemplary and habits become a fundamental step in character education.Shifting values in society began to frequent. Things that were once considered taboo, is now becoming more common. Cases of corruption, the phenomenon of the appearance of the teens with tight clothes and mini, excessive dating style, until pregnant out of wedlock.At school, a lot of cheating going mass action where the results are highlighted and the process is ignored. At this time, there was a split of personality (personality split) where the individual has not been able to unite between words with actions. Cultural inferiority seems to have started to disappear. Therefore, the parents' parenting right is expected to form the character of the child so that the child has a mental character that is strong, which always makes the values as a handle and the principle of life, not only know but also able to apply them in everyday life.That is a democratic parenting, not permissive parenting that allows any kind or authoritarian parenting that restrict children. Various aspects, both the families, schools, communities and nations (the government) need to work together in the character education effort to succeed. Keywords: Parent’s Parenting, Character Education Abstrak: Keluarga merupakan tempat utama anak-anak dapat menumbuhkan dan mengembangkan karakter positif. Pembentukan karakter positif dapat dikembangkan melalui pembiasaan nilai-nilai, baik nilai sosial maupun agama yang diinternalisasikan melalui interaksi sosial. Karakter yang telah terbentuk diharapkan kelak dapat mengakar kuat dan menjadi prinsip hidup dalam kehidupan anak. Dalam konteks ini, orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam proses pembentukan karakter anak. Orang tua hendaknya dapat menjadi contoh “teladan” yang baik pada anak karena sebagian besar waktu anak dihabiskan dalam keluarga. Teladan dan pembiasaan yang baik menjadi langkah fundamental dalam pendidikan karakter. Pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat mulai sering terjadi. Hal-hal yang dulunya dianggap tabu, saat ini menjadi hal biasa. Kasus korupsi, fenomena penampilan para remaja dengan pakaian ketat dan mininya, gaya pacaran yang berlebihan, sampai tragedi hamil di luar nikah. Di sekolah pun terjadi aksi contek massal dimana hasil yang ditonjolkan dan proses diabaikan. Pada saat ini terjadi split of personality (kepribadian yang terpecah) dimana individu belum mampu menyatukan antara perkataan dengan perbuatan. Budaya malu tampaknya sudah mulai terkikis. Oleh karena itu, pola asuh orang tua yang tepat diharapkan dapat membentuk 212
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016
karakter anak sehingga anak memiliki karakter mental yang kokoh, yang senantiasa menjadikan nilai-nilai sebagai pegangan dan prinsip hidup, tidak hanya sekedar tahu tapi juga mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu pola asuh yang demokratis, bukan pola asuh permisif yang serba membolehkan ataupun pola asuh yang terlalu otoriter yang membatasi anak. Berbagai aspek, baik pihak keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa (pemerintah) perlu bersinergi dalam upaya mensukseskan pendidikan karakter. Kata Kunci: Pola Asuh Orangtua, Pendidikan Karakter Jika dicermati, ternyata ke sepuluh
Pendahuluan
tanda jaman tersebut sudah ada di
Thomas Lickona - seorang profesor pendidikan
dari
mengungkapkan tanda-tanda
Cortland bahwa
zaman
Indonesia. Selain sepuluh tanda-tanda
University-
ada
sepuluh
jaman tersebut, masalah lain yang tengah
yang
harus
dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
diwaspadai karena jika tanda-tanda ini
sistem
sudah ada, maka itu berarti bahwa
sekarang ini terlalu berorientasi pada
sebuah bangsa sedang menuju jurang
pengembangan otak kiri (kognitif) dan
kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud
kurang memperhatikan pengembangan
adalah : (1) meningkatnya kekerasan di
otak kanan (afektif, empati, dan rasa).
kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa
Padahal, pengembangan karakter lebih
dan
(3)
berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak
pengaruh peer-group yang kuat dalam
kanan. Mata pelajaran yang berkaitan
tindak
dengan pendidikan karakter pun (seperti
kata-kata
perilaku
yang
kekerasan, merusak
(4)
memburuk,
meningkatnya diri,
pendidikan
dini
yang
ada
budi pekerti dan agama) ternyata pada
seperti
penggunaan narkoba, alkohol dan seks
prakteknya
bebas. (5) semakin kaburnya pedoman
aspek otak kiri (hafalan, atau hanya
moral baik dan buruk, (6) menurunnya
sekedar “tahu”). Padahal, pembentukan
etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa
karakter
hormat kepada orang tua dan guru, (8)
sistematis dan berkesinambungan yang
rendahnya rasa tanggung jawab individu
melibatkan aspek “knowledge, feeling,
dan warga negara, (9) membudayanya
loving,
ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa
karakter
saling curiga dan kebencian di antara
pembentukan seseorang menjadi body
sesama.
builder (binaragawan) yang memerlukan 213
lebih
harus
dan dapat
menekankan
dilakukan
acting”.
pada
secara
Pembentukan
diibaratkan
sebagai
Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter…
“latihan otot-otot akhlak” secara terus-
tindakan kriminalitas. Masalah ini yang
menerus agar menjadi kokoh dan kuat.
menjadi
Pendidikan
mengangkat masalah ini dalam sebuah
karakter
ini
hendaknya
keprihatinan
penelitian
merupakan masa emas perkembangan
Tempurau Desa Batu Buil Kecamatan
(golden
Belimbing
yang
keberhasilannya
kasus
untuk
dilakukan sejak usia dini, karena usia dini
age)
studi
peneliti
di
Dusun
Kabupaten
Melawi.
sangat menentukan kualitas anak di
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
masa
Montessori
rumusan masalah dalam penelitian ini
menyebutnya dengan periode kepekaan
adalah: Bagaimana Kontribusi Pola Asuh
(sensitive period). Penggunaan istilah ini
Orang tua dalam Pendidikan Karakter
bukan tanpa alasan, mengingat pada
Anak?
dewasanya.
masa ini, seluruh aspek perkembangan
Keluarga mempunyai peranan yang
pada anak usia dini, memang memasuki
penting dalam kehidupan anak. Sebagai
tahap atau periode yang sangat peka.
orang
Artinya,
memberikan yang terbaik pada anak agar
jika
dioptimalkan
tahap
ini
dengan
mampu
tua
nantinya
memberikan
sudah
anak
seyogyanya
menjadi
insan
yang
berbagai stimulasi yang produktif, maka
bermanfaat dan berkualitas. Upaya orang
perkembangan anak di masa dewasa,
tua
juga akan berlangsung secara produktif.
memberikan
Berdasarkan
pengamatan
diantaranya
kembang
pada
diwujudkan
stimulasi
yang
dengan
untuk
optimal,
tumbuh
memberikan
setempat
asupan gizi dan nutrisi yang baik, memilih
fenomena yang terjadi masih banyak
lembaga pendidikan yang berkualitas,
anak–anak yang tidak menyelesaikan
memberikan motivasi, menyalurkan minat
pendidikan sekolah dasar. Salah satu
dan bakat anak melalui kegiatan, baik di
penyebab hal tersebut adalah pola asuh
sekolah
orang tua
memfasilitasi
penduduk
masyarakat
yang masih menganggap
maupun anak
di
luar
sekolah,
dengan
berbagai
bahwa pendidikan formal tidak penting.
sarana pendukung misalnya buku-buku
Dengan demikian hal ini menyebabkan
bacaan, komputer, laptop, internet, dan
karakter
sebagainya (Wright, 2009:). Upaya-upaya
anakpun
kemunduruan
mengalami
contohnya:
tersebut
tindakan
minuman
keras,
menitikberatkan
pada
aspek kognitif dan termasuk upaya orang
pencurian yang dilakukan anak-anak, merokok,
lebih
bahkan 214
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016
tua
dalam
memberikan
emosi”. Di sisi lain, orang tua hendaknya
“makanan
kompak
jasmani” pada anak. Pendidikan pendidikan
pekerti
melibatkan
aspek
(cognitive),
perasaan
konsisten
dalam
adalah
menegakkan aturan. Apabila ayah dan
yang
ibu tidak kompak dan konsisten, maka
pengetahuan
anak akan mengalami kebingungan dan
karakter
budi
dan
plus
(feeling),
dan
sulit diajak disiplin.
Orang tua perlu
tindakan (action). Pendidikan karakter ini
membentuk
penting
of
ketahanmalangannya (adversity quotient)
personality (kepribadian yang terpecah)
teruji dengan tidak selalu “mengenakkan”
yaitu
anak, sehingga mempunyai mental yang
agar
belum
perkataan
tidak
terjadi
mampu
dengan
split
menyatukan
perbuatan,
karakter
anak
agar
tangguh.
ada
Pola
kesenjangan antara teori dengan praktik.
asuh
orang
tua
dapat
Sebagian orang telah mengetahui dan
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : (1)
memahami nilai-nilai atau ilmu, tapi masih
pola
minim dalam mempraktikkannya.
demokratis, dan ;(3) pola asuh permisif.
asuh
Pola
Pola asuh merupakan hal yang
otoriter;
asuh
(2)
otoriter
pola
asuh
mempunyai
pembentukan
karakteristik dimana orang tua yang
karakter. Teladan sikap orang tua sangat
membuat semua keputusan, anak harus
dibutuhkan bagi perkembangan anak-
tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya.
anak
Pola
fundamental
karena
dalam
anak-anak
melakukan
asuh
demokratis
modeling dan imitasi dari lingkungan
karakteristik
terdekatnya. Keterbukaan antara orang
mendorong anak untuk membicarakan
tua dan anak menjadi hal penting agar
apa yang ia inginkan. Sedangkan pola
dapat menghindarkan anak dari pengaruh
asuh permisif mempunyai ciri orang tua
negatif yang ada di luar lingkungan
memberikan
keluarga. Orang tua perlu membantu
anak
anak dalam mendisiplinkan diri. (Sochib:
berkewajiban
2000). Selain itu, pengisian waktu luang
contoh/teladan, memberitahu dan atau
anak
mengingatkan, mengajar, membiasakan,
dengan
kegiatan
mengaktualisasikan
positif
diri
untuk
kebebasan
untuk
berperan
penting
dimana
mempunyai
berbuat.
serta
untuk
atau
orang
penuh Orang
tua
pada tua
memberikan
terlibat
dan
dilakukan. Pengisian waktu luang juga
memberikan wewenang dan tanggung
merupakan salah satu wadah “katarsis
jawab pada anak. 215
Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter…
menumbuhkan
Sebagian orang tua berharap terlalu banyak
dengan
terkesan
anaknya
bersikap
aman
sehingga
menumbuhkan rasa percaya. Selain itu,
sehingga
“otoriter”
rasa
anak
dan
memerlukan
aman,
stabil
dan
yaitu
berdampak pada banyaknya kasus anak
lingkungan
yang
Lingkungan yang berubah-ubah akan
menjadi
korban
ambisi
orang
yang
rasa
aman.
tuanya. Tentunya hal ini membuat anak
membahayakan
menjadi tertekan secara psikologis dan
anak. Anak juga memerlukan stimulasi
terhambat
Kita
fisik dan mental dalam pembentukan
semua mengakui bahwa setiap orang tua
karakter anak sehingga anak bisa tampil
mempunyai niat dan maksud yang baik
lebih percaya diri.
perkembangannya.
perkembangan
emosi
untuk anak- anaknya, namun barangkali cara
atau
metodenya
yang
Metode
perlu
Metode
dievaluasi. Sikap orang tua yang permisif juga
tidak
dibenarkan.
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif
Memberi akan
kualitatif dengan bentuk penelitian study
arah.
kasus. Metode ini dipilih berdasarkan
Orang tua tetap perlu mendampingi dan
permasalahan yang muncul dari adanya
mengarahkan anak.
suatu kasus yang terjadi. Bentuk desain
kebebasan membuat
yang anak
berlebihan
menjadi
salah
Upaya membentuk karakter anak
penelitian studi kasus setting tunggal
memerlukan syarat-syarat mendasar bagi
(Yin, 2000). Dengan teknik pengumpulan
terbentuknya
data
kepribadian
yang
baik.
melalui
observasi
Menurut Megawangi (2003), ada tiga
wawancara
kebutuhan
diskusi dan dokumentasi.
dasar
anak
yang
harus
dipenuhi, yaitu maternal bonding, rasa
mendalam,
langsung,
fokus
group
Subjek dalam penelitian ini adalah
aman, dan stimulasi fisik dan mental.
keluarga–keluarga
Maternal bonding (kelekatan psikologis
Desa Batu Buil Kecamatan Belimbing.
dengan ibunya) merupakan dasar penting
Objek pada penelitian ini adalah aktivitas
dalam
pembentukan
anak
pembinaan yang dilakukan oleh pihak
karena
aspek
dalam
terkait terhadap pola asuh anak. Data
pembentukan dasar kepercayaan kepada
atau informasi yang paling penting untuk
orang lain (trust) pada anak. Kelekatan ini
dikumpulkan
membuat anak merasa diperhatikan dan
sebagian besar berupa data kualitatif.
ini
karakter berperan
216
Dusun
dalam
Tempurau
penelitian
ini
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016
Sumber data dalam penelitian ini adalah
lapangan,
informan ( kepala dusun, warga, peristiwa
dokumentasi. Sedangkan teknik analisis
dan
Adapun
data menggunakan teknik analisis data
lembar
interaktif Milles dan Huberman seperti
observasi, pedoman wawancara, catatan
terlihat pada Gambar 1. mmmmmmm
lokasi)
instrumen
dan
dokumen.
penelitian
berupa
Fokus
Group
Diskusi,
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Simpulan/Verifikasi
Gambar.1. Teknik Analisis Data Interaktif
Hasil dan Pembahasan
(sepuluh) orang. Pelaksaan wawancara
Penelitian ini dilakukan kurang lebih
mendalam dilakukan kurang lebih 2 (dua)
selama 4 (empat ) bulan, terhitung dari
bulan pada kisaran Bulan Desember
November 2015 sampai februari 2016.
2015 sampai Januari 2016.
Observasi dilakukan dalam jangka waktu 1
(satu)
bulan
dimulai
bulan
memperolah data yang lebih baik peneliti
Selanjutnya peneliti
melakukan fokus group diskusi. Peserta
melakukan wawancara pada informan
fokus group diskusi adalah para informan
yang
yang diwawancara dengan jumlah 10
November 2015.
sebelumnya
berdasarkan sesuai
pada
Berdasarkan hasil wawancara untuk
telah
ditetapkan
indikator-indikator
dengan
kebutuhan
yang
(sepuluh) orang. dengan materi fokus
penelitian.
group diskusi kelanjutan dari pertanyaan-
Adapun informan yang peneliti pilih sudah
pertanyaan wawancara mendalam.
disetujui oleh kepada Dusun setempat.
Adapun hasil yang diperoleh pada
Jumlah warga yang dijadikan sebagai
saat melakukan penelitian dengan teknik
informan
pengumpul data observasi, wawancara
penelitian
berjumlah
10 217
Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter…
group diskusi dan
orang tua mengedepankan kebiasaan
dokumentasi maka data yang peneliti
jujur kepada anak, hal ini dikarenakan
peroleh berkaitan dengan pola asuh
orangtua
orang
selalu
untuk mendampingi anak dalam setiap
mengajarkan anak-anaknya tentang nilai-
aktivitas anak terutama aktivitas di luar
nilai
rumah
mendalam, focus
tua
adalah
kejujuran,
mengajak
orang
teladan
anak-anak
tua
kedisiplinan,
rutin
tidak
seperti
lingkungan
mengikuti
membiasakan
saat
terbuka
melatih
anak
dalam
di
berkesempatan
sekolah
bermain
kegiatan kerohanian, mendampingi anak belajar,
selalu
atau
anak.
anak
untuk
orangtua
di
Dengan jujur
dapat
dan selalu
rumah,
mengetahui kondisi anak dimana anak
memberikan kebebasan kepada anak
berada meskipun jauh dari pantauan
untuk berpendapat, membiasakan untuk
orang
saling terbuka, menyempatkan waktu
menceritakan aktivitas dan dengan siapa
untuk mengantar anak sekolah, menjaga
anak bermain. Meskipun ini tidak terjadi
ucapan saat di depan anak, mengontrol
apa seluruh keluarga karena masih ada
setiap aktivitas anak.
keluarga
mengerjakan
pekerjaan
anak
(a) Model Pembinaan Pola Asuh
tua
karena
yang
dalam
anak
sangat
selalu
membebaskan
pergaulan
dan
teman
Orang tua dalam Pendidikan Karakter
bermain dan tidak memberikan kontrol.
Anak. Berdasarkan analisis data hasil
Namun
penelitian maka model pembinaan pola
mengontrol aktivitas anak.
asuh
orang
pendidikan
tua
karakter
khususnya anak
di
sebagian
besar
orang
tua
Selain kejujuran tentu ada nilai yang
dalam
paling
Dusun
hakiki
yaitu
nilai-nilai
Tempurau Jaya Desa Batu Buil adalah
ketuhananan.
pola
mengajarkan kepada anak untuk setia
pendidikan
bebas
yang
Orang
selalu
bertanggungjawab. Artinya disini orang
dalam
tua tidak bersikap otoriter kepada anak
kerohanian sebagai fondasi dari seluruh
namun orangtua memberikan kebebasan
perjuangan hidup. Karena orang tua
kepada anak dalam pergaulan, dalam
percaya
menentukan keingingan namun tetap
memiliki fondasi iman yang baik akan
dalam pengawasan orang tua.
menjadi sumber dan kekuatan anak dalam
Dalam memberikan pembentukan
setiap
tua
tentang
bahwa
bergaul
kegiatan-kegiatan
jika
dan
seorang
tidak
dipengaruhi oleh hal-hal negatif.
karakter kepada anak hampir semua 218
anak
mudah
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016
gereja,
Meskipun usaha-usaha positif telah
rajin
belajar,
olahraga
dan
untuk
kegiatan-kegiatan positif lainnya. Selain
khususnya
memilih teman anak bertanggungawab
pembentukan karakter anak tetap saja
terhadap sekolahnya dengan dapat naik
anak masih ada yang tidak taat untuk itu
kelas
orang tua memang memberikan teguran,
peringkat. Meskipun di sisi lain masih
nasehat dan menjelaskan kepada anak
banyak anak yang putus sekolah namun
akibat dari perbuatan yang keliru dengan
bisa membantu orang tua untuk bekerja
tujuan
lagi
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
kesalahan. Selain kendala dari anak yang
Anak putus sekolah tersebut tidak melulu
sering tidak taat kendala yang muncul
karena anak tidak ingin sekolah atau
dari lingkungan juga sangat berpengaruh
anak
seperti
melainkan
banyak
orang
tua
perkembangan
anak
lakukan
anak
tidak
mengulangi
pengaruh
teman
bermain,
Pendidikan
Orang
Karakter
memiliki karena
selalu
dapat
kemampuan
faktor
ekonomi
pendidikan tidak hanya uang sekolah
(b) Dampak Pembinaan Pola Asuh dilakukan
tidak
tidak
mengingat biaya pendidikan mahal. Biaya
perkembangan jaman.
yang
meskipun
tua
anak.
melainkan yang lebih mahal adalah biaya
dalam
keperluan sekolah.
Dampak
pembinaan pola asuh yang diterapkan
Selain mandiri dan tanggungjawab,
oleh orang tua kepada anak yang paling
dampak selanjutnya adalah rajin terlibat
kelihatan adalah anak memiliki sikap
dalam kegiatan-kegiatan kerohanian baik
mandiri dan dapat bertanggungjawab
yang
dengan pilihannya. Hal ini ditunjukkan
setempat maupun gereja-gereja tetangga
anak meskipun masih usia SD sudah
sehingga pergaulan anak pun luas dan
dapat mengurus pekerjaan rumah tangga
mengarah kepada bentuk pergaulan yang
apabila
positif.
ditinggal
orang
tua
bekerja
diselenggarakan
oleh
gereja
tentunya setelah anak tersebut pulang Simpulan dan Saran
sekolah seperti membersihkan rumah, memasak
dll.
Selain
bertanggungjawab
itu
dengan
anak
Keluarga merupakan tempat utama
juga
anak-anak
pilihannya
dapat
menumbuhkan
seperti pilihan pada teman bermain, anak
mengembangkan
sudah bisa memilih teman yang memiliki
Pembentukan
pengaruh yang positif misalnya rajin ke
dikembangkan melalui pembiasaan nilai219
karakter
dan
karakter
positif
positif. dapat
Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter… Masyarakat Madani. IPPK Indonesia Heritage Foundation.
nilai, baik nilai sosial maupun agama yang diinternalisasikan melalui interaksi
Nawawi Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta; Gadjah Mada University Press.
sosial. pola asuh yang demokratis yang bebas bertanggungjawab, bukan pola asuh permisif yang serba membolehkan
Pamilu, Anik. 2007. Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Panduan Lengkap Cara Mendidik Anak Untuk Orang Tua. Citra Media: Yogyakarta.
ataupun pola asuh yang terlalu otoriter yang membatasi anak. Bagi para orang tua hendaknya memperhatikan anak
baik
intelektual
setiap
psikologis, serta
perkembangan biologis
mendampingi
Sochib, Moch. 2000. Pola Asuh Orang Tua. Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Rineka Cipta: Jakarta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
dan setiap
aktivitas anak baik secara langsung maupun tidak langsung
Wright, Norman. 2009. Menjadi Orang Tua Yang Bijaksana. Andi Offset: Yogyakarta
Daftar Pustaka Abdullah, Amin. 2010. Pendidikan Karakter: Mengasah Kepekaan Hati Nurani. http://aminabd.wordpress.com/20 10/04/16/pendidikan-karaktermengasah-kepekaan-hati-nurani/ diunduh pada tanggal 11 Nopember 2010. Arikunto Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Badingah, S. (1993). Agresivitas Remaja Kaitannya dengan Pola Asuh, Tingkah Laku Agresif Orang Tua dan Kegemaran Menonoton Film Keras. Program Studi Psikologi Pascasarjana, UI. Depok. Bungin, B. 2011. Penelitian Kualitatif, Surabaya: Kencana. Megawangi, Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun 220