KONSTRUKSI PEMBERITAAN BUKU MEMBONGKAR GURITA CIKEAS KARYA GEORGE JUNUS ADITJONDRO (ANALISIS FRAMING PADA HARIAN JURNAL NASIONAL) Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh Mimi Fahmiyah NIM: 106051101909
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011 M
KONSTRUKSI PEMBERITAAN BUKU MEMBONGKAR GURITA CIKEAS KARYA GEORGE JUNUS ADITJONDRO (ANALISIS FRAMING PADA HARIAN JURNAL NASIONAL)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Mimi Fahmiyah NIM: 106051101909
Di Bawah Bimbingan
Gun Gun Heryanto, M.SI NIP: 197608122005011005
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Maret 2011
Mimi Fahmiyah
ABSTRAK Mimi Fahmiyah Konstruksi Pemberitaan Buku Membongkar Gurita Cikeas Karya George Junus Aditjondro (Analisis Framing pada harian Jurnal Nasional) Pada dasarnya, dalam setiap pemeberitaan sebuah madia memepunyai frame tertentu. Surat kabar dapat langsung menyampaikan suatu isu yang berkembang dalam masyarakat dengan sangat cepat. Karena suarat kabar dapat langsung dikonsumsi oleh khalayak, maka surat kabar dapat membentukk opini publik yang bersifat „tunai‟, cepat dan dapat berubah dan bergeser pada saat yang singkat. Berita sebagai produk konstruksi realitas tentunya dibangun atas penyusunan bahasa yang yang terbentuk dari kumpulan kata-kata. Jurnal Nasional memilki cara tersendiri dalam mengemas/ mengkonstruksi berita yang disajikan kepada khalayak, bisa pro atau pun kontra terhadap suatu isu. Biasanya, apa yang ditulis oleh seorang jurnalis dengan tulisannya ia dapat memasukkan ide-ide dan gagasan yang ada dipikirannya juga tidak terlepas dari visi dan misi media tempat ia bekerja. Setiap media mempunyai penekanan sendri dalam menyajikan berita. Maka, bagaimana pengemasan pemberitaan buku Membongkar Gurita Cikeas yang terspat pada harian Jurnal Nasional tanggal 28-31 Desember 2009?. Dan bagaimana kecenderungan keberpihakkan harian Jurnal Nasional dilihat dari pembingkaian yang mereka tampilkan? Yang bertujuan untuk mengetahui pengemasan dan keberpihakkan Jurnal Nasional dalam pemberitaan buku harian Jurnal Nasional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstrkutivis dan analisi framing. Teori analisis framing menunujukkan bagaimana seorang jurnalis membuat simplifikasi, prioritas, dan struktur tertentu dari peristiwa. Karenanya framing menyediakan kunci bagaimana peristiwa dipahami oleh media dan ditafsirkan ke dalam bentuk berita. Dengan mengacu kepada sumber-sumber tulisan/studi pustaka. Data yang diperoleh dan diloah dengan cara penjelasan tabel-tabel yang merujuk pada analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerdal M. Kosicki. Dengan menggunakan analisis framing, maka diketahui seperti apa pembingkaian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pers kepada khalayak dalam bentuk teks berita.dalm penulisan pemberitaan buku “Membongkar Gurita Cikeas”, Jurnal Nasional selalu menggunakan model lead pernyataan dan bila dilihat dari 5W +1H yang dipakai anatara who lead dan statement lead. Dari bentuk kalimat harian Jurnal Nasional seirng menggunakan kalimat aktif dan mencantumkan kutipan langsung. Sebagai media yang mempunyai hubungan yang baik dengan pemerintahan pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Harian Jurnal Nasional cenderung menyudutkan salah satu pihak dalam pemberitaanya yaitu pihak yang menulis buku “Membongkar Gurita Cikeas”, George Junus Aditjondro.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin Segala puji dan syukur penulis panjatkan bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpah karunia dan ridho-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan barakah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Rasulullah Saw yang telah membawa ummatnya dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran. Penulis bersyukur setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya penulis pun dapat menyelesaikan karya ilmiah ini untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) dalam penyusunan karya ilmiah ini tentu penulis menemui beberapa hambatan maupun rintangan, namun Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan karya ini dengan baik. Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan serta bimbingan semua pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat: 1. Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, serta Drs. H. Wahidin Saputra MA, Drs. H. Mahmud Jalal, MA dan Drs. Studi Rizal L.K, MA, selaku para pembantu Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Rubiyana, M.A. Sebagai Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ade Rina Farida MSi, Sebagai Seketaris Konsentrasi Jurnalistik yang telah banyak memberikan dan bantuan kepada penulis selama kuliah.
ii
3. Gun Gun Heryanto M.SI, selaku dosen pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya kepada penulis. Terima kasih atas bimbingan, ilmu dan dorongan yang telah Bapak berikan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 4. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada penulis. 5. Secara khusus kepada Orang tua tercinta, Bapak dan Umi (H. Husni Thamrin dan Hj. Nurlaila) yang telah memberikan doa, kelembutan kasih sayang, materi dan motivasi kepada penulis. Hanya doa penulis kepada Allah semoga ridho-Nya selalu menyertai Bapak dan Umi tercinta. 6. Very Herdiman, Redaktur Berita Politik Harian Jurnal Nasional atas waktu yang diberikan kepada penulis. 7. Kakak ku tersayang , Munawir Syadzali SEI dan Muhibah SE serta adikku tercinta Muthiah. 8. Teman-teman seperjuangan Yikki, Novita, Yuni, Agnes, Achmad Yani, Rahmadita, Agung yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 9. HMI KOMFAKDA, BEM Konsentrasi Jurnalistik, Kawan-kawan BEM Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi terima kasih telah memberikan ruang bagi penulis untuk berorganisasi. 10. Kawan-kawan,Kakak-kakak dan adik-adik
Mahasiswa Konsentrasi
Jurnalistik seluruh angkatan penulis sangat bangga dan bahagia menjadi bagian dari kalian.
iii
Dan kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah membalas budi baik yang telah kalian berikan. Penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam penulisan karya ilmiah ini, harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk para pembacanya. Amin.
Tangerang,
Penulis
iv
2011
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
5
D. Metodologi Penelitian ...........................................................
6
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 11
BAB II
KAJIAN TEORITIS ................................................................ 13 A. Teori Konstruksi Sosial ......................................................... 13 B. Konseptualisasi Berita ........................................................... 15 C. Konseptualisasi Framing ....................................................... 24 D. Agenda Setting Theory ......................................................... 39 E. Representasi Dari Dunia Sosial............................................. 40 F. News Factory Model ............................................................. 43
BAB III
GAMBARAN UMUM HARIAN JURNAL NASIONAL ...... 44 A. Sejarah ................................................................................... 44 B. Visi Dan Misi Harian Jurnal Nasional .................................. 46
v
C. Karakter Produk .................................................................... 47 D. Penyajian ............................................................................... 47 E. Karakter Pembaca ................................................................. 48 F. Profil Pembaca ...................................................................... 48 G. Susunan Redaksi ................................................................... 48
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN .................................. 51
BAB V
PENUTUP .................................................................................. 81 A. Kesimpulan ........................................................................... 81 B. Saran ...................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ......... 11
Tabel 2
Nilai-Nilai Berita............................................................................ 20
Tabel 3
Jenis-jenis Berita ............................................................................ 21
Tabel 4
Rangkaian Berita Buku Membongkar Gurita Cikeas di Harian Jurnal Nasional ............................................................................... 52
Tabel 5
Framing Edisi 28 Desember 2009 “SBY Tak Tertarik Bahas Buku Aditjondro” ........................................................................... 58
Tabel 6
Framing Edisi 29 Desember 2009 “Buku Aditjondro Hanya Sensasi” .......................................................................................... 66
Tabel 7
Framing Edisi 30 Desember 2009 “Aditjondro Bisa Dipidana” .... 73
Tabel 8
Framing Edisi 31 Desember 2009 “Aditjondro Tak Siap Beda Pendapat” ....................................................................................... 79
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini surat kabar telah menjadi santapan biasa bagi kita, manusia zaman sekarang yang sudah memasuki masyarakat informasi. Koran bukan barang konsumsi mahal. John Tebbel berpendapat bahwa sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia akan informasi baik untuk diri sendiri, keluarganya dan untuk usaha bisnisnya.1 Terlepas dari adanya kemunduran besar, sejarah juga mencatat adanya kemajuan yang pesat dan menyeluruh dalam rangka mewujudkan kebebasan mekanisme kerja pers. Kemajuan itu kadangkala menimbulkan sistem pengendalian yang lebih ketat terhadap pers. Pembatasan hukum menggantikan tindak kekerasan. Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya.Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.
1
John Tebbel, Karir Jurnalistik, Penyadur: Dean Party Rahayu Ningsih, (Semarang: Dahara Prize, 2003) h.1
1
2
Sebagaimana
pula
dikatakan
oleh
Onong
Uchjana
yang
mengemukakan, bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui media.2 Efek media massa dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi konsumtif serba instan. Soejono Soekamto dalam bukunya “Sosiologi Pengantar”, menyatakan bahwa perubahan-perubahan dalam masyarakat di dunia ini merupakan gejala normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lainnya berkat adanya komunikasi yang modern.3 Buku “Membongkar Gurita Cikeas” adalah buku yang ditulis oleh George Junus Adijtondro, buku ini membahas tentang silang pendapat dugaan kasus Bank century. Buku ini diterbitkan oleh Galang pers, Yogyakarta. Buku ini menjadi pemberitaan karena isinya yang sarat dengan kontroversi dan menyatakan seakan berani membongkar korupsi dibalik kasus Bank Century dan juga berusaha menjawab rahasia di balik kemenangan fantastis Partai Demokrat. Inilah yang kemudian membuat orang pada umumnya menjadi begitu penasaran, untuk dapat mengetahui dan membaca apa yang diungkapkan George dalam karya tulisnya. Buku George justru lebih banyak mengulas berbagai kinerja yayasan di sekitar Presiden Yudhoyono. Geroge menyebut yayasan-yayasan itu sebagai 2
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 1986), h. 15. 3 Soejono Soekamto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 1987), h. 30.
3
alat menggalang dana untuk kepentingan politik. Menurut George, kebanyakan penyumbang dana adalah pengusaha hitam. Di tengah skandal kasus Bank Century, kehadiran buku ini telah menjadi perbincangan hangat di kalangan elit politik negeri ini. Beragam tanggapan pun muncul atas hadirnya buku ini. Pihak yang kontra menganggap buku itu harus dilarang karena penuh fitnah dan mengganggu demokrasi, sementara yang mendukung berpandangan buku itu dapat menyuburkan demokrasi dan tidak perlu ditarik. Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman misalnya keberatan dengan buku tersebut. Menurutnya buku tersebut tidak akurat dan mengarah kepada fitnah. Karena telah menjadi polemik, ia meminta buku tersebut diperdebatkan secara akademik di depan publik. Banyak pula yang menyebutkan, data dalam buku itu sangat lemah karena sumbernya dari koran dan portal berita sehingga kurang bisa dipercaya. Berbeda dengan koleganya di Senayan, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso dari Partai Golkar berpandangan, buku itu tidak perlu dilarang. Ia menyarankan pihak-pihak yang merasa dirugikan membuat buku tandingan (buku putih). Senada dengan Priyo, Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Syafii Maarif, mengimbau pihakpihak yang disebutkan dalam buku agar tidak panik jika memang tidak melakukan hal-hal seperti yang ditulis dalam buku tersebut. Ideal untuk melakukan counter (perlawanan) atas buku tersebut dengan membuat buku tandingan yang membantah tudingan tersebut. Menurutnya, biarlah para pembaca yang memberikan penilaian terhadap tudingan-tudingan tersebut.4
4
http://www.beritaindonesia.co.id diakses tanggal 21 Agustusr 2010 pukul 20:00 WIB
4
Proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media merupakan usaha “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa atau keadaan. Realitas tersebut tidak serta merta melahirkan berita, melainkan melalui proses interaksi antara penulis berita, atau wartawan, dengan fakta. Urgensi dari penelitian ini adalah untuk melihat kecenderungan pemberitaan yang dilakukan oleh harian Jurnal Nasional. Harian ini sering diidentikkan dengan Partai Demokrat dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Harian ini juga menjadi pembahasan dalam Buku Membongkar Gurita Cikeas Dengan menggunakan analisis framing model Zhongdang pan dan Gerald M. Kosicki.5
Yang membaginya dalam empat struktur, yaitu
Sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), Skrip (cara wartawan mengisahkan fakta), Tematik (cara wartawan menulis fakta), dan retoris (cara wartawan menekankan fakta). Maka, akan diketahui seperti apa surat kabar mengemasnya. Berdasar permasalahan di atas untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana cara suatu surat kabar mengemas berita serta apa pandangan yang disugukan kepada khalayak, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang ilmiah yang akan dituangkan kedalam skripsi dengan judul “Konstruksi Pemberitaan Buku Membongkar Gurita Cikeas Karya George Junus Aditjondro” (Analisis Framing Pada Harian Jurnal Nasional).
5
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan politik media, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A (Yogyakarta:PT. Elkis Pelangi Aksara, 2005), h.256
5
B. Pembatasan dan Perumusan masalah Dalam skripsi ini penulis mencoba untuk membatasi perumusan permasalahan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pembahasan. Maka penulis membatasi hanya pada team redaksi surat kabar Jurnal Nasional yang dimaksud pada tulisan skripsi ini dibatasi pada pemberitaan Buku Membongkar Gurita Cikeas yang dipublikasikan di harian Jurnal Nasional yang terbit pada tanggal 28-31 Desember 2009 sementara khalayak yang diterusuri dibatasi hanya pada profil lembaga surat kabar yang di maksud. Adapun perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengemasan pemberitaan seputar kontroversi peluncuran Buku Gurita Cikeas yang terdapat pada harian Jurnal Nasional yang terbit pada tanggal 28- 31 Desember 2009. 2. Bagaimana kencendrungan keberpihakan harian Jurnal Nasional dalam pemberitaan Buku “Membongkar Gurita Cikeas” tersebut dilihat dari pembingkaian berita yang ditampilkannya?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Mengacu pada masalah penelitian, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi tentang bagaimana cara harian
Jurnal
Nasional
mengemas
pemberitaan peluncuran
Buku
Membongkar Gurita Cikeas yang terbit pada tanggal 28-31 Desember 2009. Adapun tujuan penelitian adalah untuk: 1. Mendeskripsikan pengemasan pemberitaan Buku Membongkar Gurita Cikeas yang terbit di harian Jurnal Nasional Tanggal 28-31 Desember 2009.
6
2. Mendeskripsikan kecendrungan keberpihakan harian Jurnal Nasional terhadap pemberitaan Buku Membongkar Gurita Cikeas tersebut dilihat dari pembingkaian berita yang mereka tampilkan. Adapun manfaat penelitian adalah: 1. Manfaaat akademis Manfaat yang ingin dicapai adalah berupaya memberikan kontribusi pada pengembangan kajian komunikasi massa terutama kajian analisis framing media. Kajian tentang frame surat kabar dalam mengemas berita ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan beranalisis. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan data yang dapat digunakan oleh mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya mahasiswa komunikasi dan jurnalistik. 2. Manfaat praktis Yaitu ingin memberikan sumbangsih pada pihak lain, baik itu media massa maupun kelompok masyarakat lain yang tertarik dalam kajian bingkai media.
D. Metodologi penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut Lexy J. Moleong yang mengutip pernyataan Bogdan dan Bilklen menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan
7
longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.6 Guba dan Lincoln mengemukakan bahwa paradigma adalah basic belief system atau sistem keyakinan dasar. Segala sesuatu yang tertanam secara dalam, meliputi kepercayaan, gagasan, pemahaman, dan harapan yang memiliki kekuatan luar biasa dalam mengarahkan sebuah perilaku.7 Dalam studi mengenai bahasa, ada beberapa pandangan dalam analisisnya, yaitu Pandangan Positivisme, Pandangan Konstruktivisme, dan Pandangan Kritis. Dalam penelitian tentang framing pemberitaan buku ini, peneliti menggunakan Paradigma Konstruktivisme. menurut pandangan ini, bahasa tidak hanya dilihat dari segi gramatikal, tetapi juga melihat apa isi atau makna yang terdapat dalam bahasa itu, sehingga analisis framing yang disampaikan menurut pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar
maksud-maksud
dan
makna-makna
tertentu
yang
disampaikan oleh sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.8 2. Metode Penelitian Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan ini menggunakan metode untuk menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga 6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, cetakan kedelapan 1997) h. 30 7 Guba, E.G. & Lincoln, Y.S. Competing Paradigms In Qualitative Research. Chapter 6 in N.K. Denzin & Y.S. Lincoln (Eds) Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, CA: Sage Publications (1994), h. 107 8 Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 83
8
suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan dengan gamblang dan dapat dipahami. Penelitian merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang didasarkan karena sifat manusia yang mempunyai hasrat tinggi ingin tahu tentang sesuatu. Penelitian ilmiah merupakan suatu bentuk penelitian dengan mempergunakan cara berpikir yang sistematis, logis, dan obyektif.9 Secara metodologis, berdasarkan cara pendekatannya penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif eksplanatif, yang bertujuan untuk mencari sebab dan alasan ”mengapa”, diantaranya menjelaskan secara akurat mengenai satu bahasan topik, menghubungkan topik-topik yang berbeda namun memiliki kesamaan, dan membangun atau memodifikasi sebuah teori dalam topik baru atau menghasilkan bukti untuk mendukung sebuah penjelasan atau teori.10 Eksplanatif tidak hanya sekedar memberikan gambaran (deskriptif) dari sebuah permasalahan yang diteliti saja, melainkan juga berusaha menjelaskan pembahasan yang telah diteliti secara lebih mendalam lagi.11 Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu, untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus
9
Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 83 10 Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006, h. 35-36 11 Junaidi, Analisis Framing Film Berbagi Suami karya Nia Dinata, Jakarta: Penelitian UIN Syahid 2007, h. 10
9
mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu.12 Menurut Creswell, yang dikutip oleh Turnomo Rahardjo mengemukakan secara ringkas perbedaan penelitian kuantitatif dengan penelitian pendekatan kualitatif. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang telah dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13 3. Tehnik Pengumpulan Data Wawancara atau interview merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.14 Wawancara atau dialog secara langsung dengn pihak yang terkait yang berhubungn langsung dengan tema penulis kaji. Yaitu dengan Very Herdiman, Redaktur Berita Politik harian Jurnal Nasionasl sekaligus wartawan yanng menulis beberapa berita dalam rangkaian pemberitaan terhadap buku Membongkar Gurita Cikeas. Adapun instrumen yang digunakan dalam wawancara yang digunakan adalah alat perekam atau kamera. Wawancara ini juga merupakan cara yang penulis gunakan dalam rangka mengumpulkan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.15 Penulis melakukan wawancara bebas terpimpin, yaitu pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpedoman pada sistematika pertanyaan yang 12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, cetakan kedelapan 1997) h. 30 13 Lexy, h. 3 14 Ibid, h 19 15 Marzuki,( Metodologi Riset, Yogykarta : BPFE-UII, 1995) , h 62
10
telah disediakan, data-data yang diperolah dalam teknis ini adalah dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung dan narasumber dapat menjawab dengan bebas dan terbuka. 4. Tehnik Analisis Data Dengan analisis data maka penelitian ini menampilkan temuan tentang letak perbedaan teks media yang dihasilkan dan temuan berdasarkan model analisis framing yang ditetapkan. Menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah Strategi konstuksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita. Model framing yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan kosicki ini lebih dikenal dengan singkatan MPK (Model Pan dan Kosicki). MPK (1993) melalui tulisan mereka “Framing Analiysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing, yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide.16
16
Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, “Framing Analiysis: An Approach to Newa Discourse” Jurnal Political Communication, vol. 10 no.1, 1993, h. 55-57
11
Analisis framing merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. Menurut Panuju, analisis framing adalah analisis untuk membongkar ideologi di balik penulisan informasi.17 Tabel 1 Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki STRUKTUR
PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
1. Skema berita Sintaksis (cara wartawan menulis fakta) Skrip (cara wartawan mengisahkan fakta) Tematik (cara wartawan menulis fakta) Retoris
2. Kelengkapan berita
3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata Ganti 7. Leksikon 8.Grafis 9. Metafora
Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup. 5W+1H
Paragraf, pRoposisi, kalimat, hubungan antar kalimat Kata , idiom, gambar/foto, grafik
E. Tinjauan Pustaka Setelah penulis melihat judul-judul skripsi di perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga perpustakaan utama UIN Syahid Jakarta, penulis menemukan skripsi (karya ilmiah) yang juga menggunakan analisis framing, hanya saja objek yang dianalisis tidak sama yang ingin penulis kaji yaitu pemberitaan buku Membongkar Gurita Cikeas.
17
h.92
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Press, 2006) Cet ke-1,
12
Adapun judul-judul skripsi yang penulis temukan sebagai berikut: 1. Analisis framing Berita Rancangan UU Kebebasan memperoleh Informasi Publik (RUU KMIP) di www.bipnewsroom; 2. Pesan Dakwah di Media Cetak (analisis Framing Terhadap Rubrik Dirosat edisi 145 dan 148 di Majalah Tarbawi: Iis Diana Ucik (2007); 3. Analisis Framing Pada Pemberitaan Aliran Al- Qiyadah Al- Islamiyah Di Harian Media Indonesia: Eri Suhasni Wulandari (2008); 4. Analisis Framing Konstruksi Berita Ahmadiyah di Surat Kabar Republika: Darwis (2009). Beberapa skripsi di atas juga merupakan rujukan bagi penulis dalam meneliti, yang sekaligus sebagai referensi tambahan selain buku, koran, artikel, dan lainnya.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Teori Kontruksi Sosial Asal mula konstruksi sosial ialah dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan konstruksi kognitif. Teori konstruktivisme yang meyakini bahwa makna atau realitas bergantung pada konstruksi pikiran dapat dirunut pada teori Popper (1973). Teori ini membagi tiga pengertian tentang alam semesta antara lain, dunia fisik atau keadaan fisik, dunia kesadaran atau dunia mental dan dunia dari isi objektif pemikiran manusia. Bagi Popper objektivisme tidak dapat dicapai pada dunia fisik, melainkan selalu dunia pemikiran manusia.1 Teori ini menolak pandangan teori positivis yang memisahkan antara subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan teori ini, bahasa tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivis menganggap subjek sebgai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan sosial lainnya. Istilah konstruksi sosial atas realitas pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger bersama Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of Reality, a Treatise in The Sociological of Knowledge” (1996). Dalam buku tersebut, Berger dan luckmann menjelaskan tentang proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu 1
Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2007), h 153
13
14
menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Berger mengutarakan bahwa manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis dan plural.2 Realitas tidak dibentuk secara ilmiah ataupun diturunkan Tuhan, tetapi dibentuk dan dikonstruk. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbedabeda atau suatu realitas. Selain plural, konstruksi sosial itu juga bersifat dinamis, sebagai hasil konstruksi sosial, maka realitas tersebut meruakan realitas subjektif dan realitas objektif sekaligus. Dalam realitas subjektif, realitas tersebut menyangkut makna, interpretasi dan hasil relasi antara individu dengan objek. Sedangkan dalam realitas objektif, realitas sebagai sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, berada diluar, atau istilah Berger, tidak dapat ditiadakan dengan angan-angan. Dalam
penjelasan
ontologi
paradigma
konstruktivis,
realitas
merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.3 Max Weber melhat reaitas sosial ialah perilaku sosial yang memiliki makna subjektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Alasan untuk emberikan perhatian pada berita yang begitu besar dalam kajian media adalah berita merupakan sumber utama informasi tentang dunia dalam geografi politiknya.4 Dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia merupakan instrumen 2
pokok
untuk
menceritakan
realitas.
Bahasa
adalah
alat
Eriyanto, Analsis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr Deddy Mulyana, M.A (Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara, 2005), h 257 3 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke-2, h. 302. 4 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media Pengantar Kepada Kajian Media (Yogyakarta : Jalasutra, 2008), 155
15
konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Selanjutnya, penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format narasi (dan makna) tertentu. Sedangkan jika dicermati secara teliti, seluruh isi media entah media cetak ataupun media elektronik adalah bahasa, baik bahasa verbal (kata-kata tertulis atau lisan) maupun bahasa non-verbal (gambar, photo, gerak-gerik, grafik, angka, dan tabel).5 Lebih jauh dari itu, terutama dalam media massa, keberadaan bahasa ini tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (citra) mengenai suatu realitas –realitas media yang akan muncul di benak khalayak. 6 Wartawan merupakan agen konstruksi realitas karena tidak dapat menyembunyikan rasa keberpihakan, etika dan pilihan moral dalam menyusun berita. Dalam hal ini, wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral keberpihakkannya karena ia merupakan bagian yang intrinsik dalam pembentukkan berita.
B. Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita Berita bersifat relatif. Dalam pengertian rinci, berita memiliki rentng hidup yang singkat. Tak ada yang lebih tua selain dari berit hari kemarin, sebuh ungkapan berkata begitu. Guna menjaga supaya produk 5
Ibnu Hamid, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, (Granit. Jakarta:2004), Cet-1. Hal 11 6 Ibid h 12
16
tersebut tetap segar, kantor berita berusaha menyampaikan informasi kepada khalayak sesegera mungkin dan media siaran sangat cocok dengan pemberitaan segera dari peristiwa berita atau isu berita.7 Herbert juga berpendapat bahwa berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartwan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa). 8 Herbert juga berpendapat bahwa berita yang dapat diketahui dari berbagai literature, yang satu sama lain berbeda disebabkan pandangannya dari sudut pandang yang berbeda. Beberapa tahun yang lalu, para ahli mendefinisikan berita dengan pandangan dari sudut surat kabar saja. Kini media elektronik yang juga menyiarkan berit harus diperhitungkan. Dan kenyataan menunjukan bahwa penyiaran berita oleh stasiun
radio dan televisi sangat berpengaruh
terhadap jurnalistik surat kabar. Dengan kecepatan sampainya berita kepada khalayak. Akan tetapi karena ketiga media massa itu (surat kabar, radio dan televisi) masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan maka pada akhirnya saling mengisi. Tidak ada rumusan tunggal mengenai pegertian berita. Bahkan, “News is diffcult to define because it involves many variable factors,” kata Earl English dan Clarence Hach. Berita Sulit didefinisikan, sebab ia
7
Herberz Strentz, Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dalam Mengemas dan Menyesatkan Berita, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h 46 8 Ibid
17
mencakup banyak faktor variabel. “Berita lebih dikenali daripada diberi batasannya” timpal Irving Resenthal dan Marton Yarmen. 9 Namun demikian banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan definisi (batasan pengertian) berita, dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang dikandung sebuah berita. Nothclife misalnya, menekankan pengertian berita apada unsur keanehan atau ketidaklaziman, sehingga mampu menarik perhatian dan rsa ingin tahu (curiosity).10 Berita berasal dari bahasa Inggris yakni “news” Menurut Mitchel V. Charnley dan James M. Neal berita atau news adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan.11 Mitchel V. Chanley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap dan – untuk keperluan praktis- layak kita jadikan acuan. Ia mengatakan : Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. 12 Berita adalah fakta, opini, pesan, informasi, yang mengandung nilai-nilai yang diumumkan, diinformasikan, yang menarik perhatian sejumlah orang.13 Berita sebagai produk konstruksi realitas tentunya
9
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), edisi Revisi, cet ke-6 h.3 10 Ibid 11 As. Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), Cet. Ke-1, h.64. 12 Asep Syamsul M. Romli, , (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.4 13 Sr. Maria Assumpta Kumanti, Dasar-Dasar Public Relation Teori dan Praktik, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 130.
18
dibangun atas penyusunan bahasa yang terbentuk dari kumpulan kata-kata. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas.14 Dari pengertian tersebut, kita melihat ada empat unsur yang harus dipenuhi sebuah berita, sekaligus menjadi karakteristik utama sebuah berita dapat dipublikasikan di media massa (layak muat). Keempat unsur ini yang dikenal dengan nilai-nilai berita (news values) atau nilai-nilai jurnalistik. Yaitu: a. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Dalam unsur ini terkandung makna harfiah berita (news) yakni suatu yang baru (new). b. Nyata (Factuality), yakni informasi seuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia Jurnalistik terdiri dari kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement) sumber berita. Dalam unsur ini terkandung pula pengertian, sebuah berita harus merupakan inormasi tentang sesuatu dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai fakta adanya. c. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya peristiwa yang akan bepengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada banyak orang, seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan sebagainya.
14
168.
M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.
19
d. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca, disamping yang aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita yang bersifat menghibur (lucu), mengandung keganjilan atau keanehan, atau berit human interest (menyentuh emosi, menggugah perasaan). Secara ringkas dan praktis dapat disimpulkan berita adalah peristiwa yang memenuhi keempat unsur tersebut – karena tidak semua peristiwa layak untuk dilaporkan. Berita mengimplikasikan bahwa sesuatu itu baru dan berbeda. Berita bisa berupa.15 a. b. c. d. e. f. g. h.
Suatu produk baru Sebuah Kontrak baru yang penting Penunjukkan senior Hasil yang lebih baik Investasi-investasi yang penting Kampanye atau proyek penting Akuisisi atau merger Keberhasilan staf penting, mungkin pengumpulan dana untuk amal. Tidak semua memiliki bobot yang sama. Yang terpenting adalah
daya tarik untuk pembaca. Kategori berita: Hard News (berita keras), Soft News (Berita Ringan), khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa akan menikmatinya seringan menyentuh balon gas16 , Spot News, Developing News, dan Continuing News.
15
Michael Bland, Alisan Theaker, David wragg, Seri Praktik PR hubungan Media Yang Efektif, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001), Edisi Kedua, h. 64. 16 Drs AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature Pnduan Praktiis Jurnalis Profesional, (Bandung; Simbiosa ekatama Media, 2006), 150
20
Pembagian nilai Berita: Tabel 2 Nilai Berita No. Nilai Berita 1. Prominance
2.
3.
4.
Keterangan Nilai Berita diukur dari kebesaran peristiwanya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang diapandang penting. Kecelakaan yang menewaskan satu orang bukan berita tapi Human Interest Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak. Conflict/Controversy Peristiwa yang mengandung konflik leih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang jarang terjadi. Proximity Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibadingkan dengan peristiwa yang jauh. Baik dari fisik maupun emosional khalayak.
2. Jenis Berita Dalam dunia jurnalistik, berita berdasarkan enisnya dapat dibagi ke dalam tiga kelompok itu: Elementary, intermediate, advance. Berita Elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight news) berita mendalam (depth news report), dan berita menyeluruh (comprehensive news report). Berita intermediate meliputi berita interpretative ( interpretative news report) dan pelaporan karangan khas (feature story report). Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada pelaporan mendalam ( depth reporting ), pelaporan penyelidikan (investigative repoting) dan penulisan tajuk rencana (editorial writing). Berikut ini penjelasan tentang straight news, depth news report, comprehensive news report, interpretative news report, dan feature seperti ditulis Rivers.17
17
Wiliam L Rivers, Bryce Mcintyre, Alison Work, Editorial, Penyunting: Dedy Djamaludin Malik, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 1994), Cetakan Pertama, h. 6-7
21
Sedangkan penjelasan tentang comperehensie news, depth reporting berasal dari Sumadiria.18 Yang terangkum dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3 Jenis Berita No. JENIS BERITA
PENGERTIAN
1
Straight News
2
Depth News Report
3
Comperehensive news
4
Interpretative Report
5
Feature Story
Laporan langsung melalui peristiwa. Misalnya, sebuah pidato yang merupakan berita-berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat. Berita memiliki nilai penyajian objektif tentang fakta-fakta yang dapat dibuktikan. Di dalamnya terkandung unsur 5 W+1 H Berita mendalam. Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. Jenis laporan ini membutuhkan pengalihan informasi, buka opini reporter. Fakta-fakta yang nyata masih tetap besar. Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam suatu bangnan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat jelas. Biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini. Pendeknya, berita interpretative bersifat bertanya, apa makna sebenarny dari peristiwa tersebut. Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading experience) yang lebih bergantung
18
Drs, AS Haris Sumadiria, M.Si. Jurnalistik ndonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesioanl. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-2, h. 6970
22
6
Depth Reporting
7
Investigative Reporting
8
Editorial Witing
pada gaya (style) penulisan dan humaniora daripada pentingnya informasi yang disajikan. Pelaporan jurnalistik yang besifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentnag suatu pristiwa fenomenal atau aktual. Pelaporan mendalam ditulis oleh tim, disiapkan dengan matang, memerlukan waktu beberapa hari atau minggu, dan membutuhkan biaya yang besar. Berisikan hal-hal yang tidak jauh dengan laporan interpretative. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun pada laporan ini, para wartwan melakukan penyelidikan dari berbagai sumber untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan, pelaksanaannya sering ilegal dan tidak etis. Pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial dalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi umum.
3. Struktur Berita Struktur berita khususnya berita langsung (straight news), pada umumnya mengacu pada struktur piramida terbalik (interverted pyramid), yaitu memulai penulisan berita dengan mengemukakan fakta atau data yang dianggap paling penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting dan seterusnya. Bagian paling penting ini dituangkan ke dalam lead – bagian kepala atau alinea pertama berita. “sudah menjadi hukum jurnalistik,” kata Al hester.” Bagi sebagian besar berita yang akan ditulis dengan menampilkan lebih dulu fata-fakta yang paling penting.”19
19
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), edisi Revisi, cet ke-6 h.3
23
Susunan berita bentuk piramida terbalik ini menguntungkan pembaca dalam hal efisiensi watu karena langsung mengetahui bagian berita paling penting. Karenanya bentuk ini bisa lebih menarik perhatian pembaca. Selain itu, bentuk ini pun memudahkan kerja redaktur atau editor atau penyunting untuk melakukan pemotongan naskah (cutting) jika kolom atau ruang yang tersedia terbatas atau tidak cukup untuk memuat seluruh berita. Struktur berita selengkapnya dalah sebagai berikut: a. Judul (head) b. Dateline. Yakni tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun. Contoh: Jakarta, Kompas; c. Teras Berita (Lead) d. Isi Berita (Body) Gaya piramida terbalik merupakan desain dasar yang banyak digunakan oleh wartawan, terutama dalam penulian berita langsung (straight news stories). Penempatan fakta-fakta yang dimulai dari fakta yang kurang dan bahkan tidak penting seperti gambar diatas, dapat memberikan peluang kepada pembaca untuk mengetahui pesan utama suatu berita dalam waktu yang lebih cepat. Fakta-fakta yang dianggap penting ditempatkan pada paragraf pertama yang biasa disebut lead. Sedangkan, fakta-fakta lainnya ditempatkan di paragraf-paragraf berikutnya sesuai dengan urutan tingkat kepentingannya mulai dari yang penting, agak penting dan kurang penting sampai yang tidak penting.
24
Pembaca yang tidak memiliki. Waktu lebih banyak teteapi merasa perlu mendapatkan informasi aktual tentang bagaimana peristia terjadi, masih bisa memenuhi hasratnya dengan cara membaca setiap lead dari berita-berita yang tersedia. Sedangkan paragraf - paragraf berikutnya hanya akan terus dibaca oleh pembaca yang mempunyai waktu panjang dan merasa perlu. Dengan cara penulisan seperti itu, para pembaca tidak akan kehilangan informasi utamanya meskipun tidak sempat membaca isi keseluruhan berita; bagi penulisnya sendiri, juga tidak akan kehilangan informasi yang menurutnya paling penting ketika berita yang dituisnya harus dipotong oleh redaktur karena dianggap terlalu panjang. Jadi penulisan berita dengan gaya piramida terbalik ini merupakan teknik penulisan yang disesuaikan baik dengan sifat khalayak pembaca maupun dengan cara kerja reporter. Sedangkan anatomi berita secara keseluruhan meliputi judul berita atau biasa diesbut headline, baris tanggal (dateline) atau hanya dengan menyebutkan tempat kejadian, teras berita (lead) dan tubuh berita.
C. Konseptualisasi Framing 1. Definisi Framing Analisis bingkai (framing anylsis) brusaha untuk menentukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajari media, analisis bingkai menunjukkan bagaimana aspek-aspek struktur berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Analisis bingkai
25
merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi representasi realitas. Jadi, frame analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi dibalik penulisan informasi.20 Dalam parktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonokan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok (headline depan atau belakang), pengulangan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi dan simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menadi bermakna dan diingat oleh khalayak. 21 Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana perpspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika mnyeleksi dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif ini pada khirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan hendak dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Proses
pemberitaan
dalam
organisasi
media
kan
sangat
memepengaruhi rame berita yang akan diproduksinya. Farme yang diproses dalam organisasi media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideologi institusi media tersebut. Ada tiga proses framing dalam organisasi media. Proses tersebut adalah:22
20
Darmanto, Membongkar Ideologi di Balik Penulisan Berita dengan Analisis Framing,(makalah, Universitas Brawijaya. 2004) 21 Ibid 22 Http://ekawenats.blogspot/2006/12/priming-framing-agenda-setting.html. diakses tanggal 21 Desember 2010 pukul 02:00 WIB
26
a. Proses framing sebagai metode penyajian realitas diaman kebenaran tentang suatu kajian tidak diingkari secara total, melainkan dibalikkan secra halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. b. Proses Framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak. Redaktur dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelakana., menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat ataukah tidak, serta menetukan judul yang akan diberikan. c. Proses framing tidak hanya melibatkan sisi informasi yang ingin ditonjolkannya,(sambil menyembunyikan sisi lain). Proses framing menjadikan media massa sebagai arena dimana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai
pihak
yang
sama-sama
menginginkan
pandangannya
didukung pembaca. Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena sebuah realitas bisa jadi bingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan itu bisa jadi sangat berbeda. Realita sosial yang kompleks oenuh dimensi dan tidak beraturan, disajikan dalam berita sebagai suatu yang sederhana, beratua dan memenuhi logika tertentu.
27
Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realotas yang disajikan media, menimbulkan efek framing, yaitu:23 a. Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai dengen menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatny ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yag memadai. b. Framing yang dilakukan oleh media akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan berita. c. Framing yang dilakukan media akan menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor yang lain. Efek yang segera terlihat dalam pemberitaan yang memfokuskan pada satu pihak, menyebabkan pihak lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi. 2. Konseptualisasi Framing Peneliti yang paling konsisten mendiskusikan konsep framing adalah W.A.Gamson. Gamson terkenal dengan pendekatan konstruksionis yang melihat proses framing seagai konstruksi sosial untuk memaknai realitas. Proses ini bukan hanya terjadi dalam wacana media, tetapi juga dalam struktur kognisi individu. Dalam konteks inilah Gamson melihat adanya hubungan antara wacana dan publik yang dibentuk di masyarakat.24
23
Http://ekawenats.blogspot/2006/12/priming-framing-agenda-setting.html. diakses tanggal 21 Desember 2010 pukul 22:00 WIB 24 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LKIS, 2001).H.220
28
Pada dasarnya analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khusunya untuk menganalisis teks media. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Goffman pada 1947, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.25 Dalam perspektif komunikasi, analisis framing diapaki untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pert autan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti dan lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi atau menulis isu berita. 3. Konseptualisasi Framing Zhong dang Pan dan Kosicki Zhong Dang Pan dann Kosicki (1993) melalui tulisan merek “Framing
Analysis:An
Approach
To
News
Discours”
mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing :sintaksis skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini memebentuk semacam tema yang mempertautkan elemen25
Alex Sobur Msi, Drs, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisi Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing),(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006)cet. Ke-4 h.162.
29
elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Model framing yang diperkenalkan Pan dan Kosicki ini adalah suatu model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri diperkenalkan lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu altenatif dalam menganalisis teks media di samping analisis isi kuantitatif. Analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Dalam tulisannya tersebut, Pan dan Kosicki tidak hanya membatasi analisisnya semata-mata pada isi media. Di sini, media dipandang sebagai bagian dari diskusi publik secara luas. Bagaimana media dapat membentuk bingkai dan kemasan tertentu kepada khalyak, dan bagaimana partisipan poltik melakukan pemaknaan dan konstruksi atas peristiwa untuk disediakan kepada publik. Khalayak sendiri juga akan melakukan proses dan pemaknaan yang berbeda atas suatu isu atau peristiwa.26 Frame merupakan sutu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita - kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu – ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. 26
Alex Sobur Msi, Drs, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisi Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing),(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006)cet. Ke-4 h.252
30
Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatan informasi lebih dari yang lain sehingga khalayak tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsep dari framing yang saling berkaitan.27 a. Dalam konsep psikologi. Framing dalam konsep ini lebih menekankan pada bagaimana seorang memproses informasi dalam dirinya. Framing ini berkaitan dalam struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu maupun peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. b. Konsep sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada prses internal seseorang, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas.28 Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganiasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realita 27
Ibid h.252-53 Ibnu Hamad, Agus Sudibyo, M. Qodari, Kabar-kabar Kebencian Prasangka di Media Massa, (Jakarta:ISAI, 2001), H.69. 28
31
menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu. 4. Perangkat Framing Zhong Dang Pan dan Gerald M.Kosicki Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar, informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi ke dalam empat stuktur besar.29 Pertama, struktur sintaksis, berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun berita – pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa - ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur semantik ini dengan demikian dapat diamati dari bagan berita (lead yang dipakai, latar dateline, latar headline, kutipan yang diambil, dan sebgainya). Intinya ia mengamati bagaimana wartawan memahami peritiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita. Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau mnceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur dipakai oleh wartawa dalam mengemas peristiwa ke dlam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungandengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa dala proposisi, 29
Eriyanto, Analsis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr Deddy Mulyana, M.A (Yogyakarta: PT Lkis Plangi Aksara, 2005), h.255
32
kalimat atau hubungan antarkalimat
yang memebentuk teks secara
keseluruhan. Struktur ini ka melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam yang bentuk lebih kecil. Keempat, struktur retoris.Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya pendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan wartwawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau idiom yang dipilih. Ketika menulis berita menekankan makna atas peristiwa, wartawan akan memakai semua strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa berita yang dia tulis adalah benar. Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat, bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian bertia – headline, lead, latar informasi, sumber, penutup – dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan
33
berita.30 Pembaca cenderung lebih mengingat headline yang dipakai diabndingkan bagian berita. Headline mempunyai fungsi framing yang kuat. Headline mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Selain headline/judul, lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya memeberikan sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditulis wartawan. Latar yang dipilih menentukkan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks.31 Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang akan ditampilkan. Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam pengutipan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas – prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Ia juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa berita yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartwan semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunayi otoritas tertentu. Skrip, laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal, banyak laporan berita yang beruasaha menunjukkan 30
Eriyanto, Analsis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr Deddy Mulyana, M.A (Yogyakarta: PT Lkis Plangi Aksara, 2005), h 257 31 Ibid
34
hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan peristiwa yang sebelumnya. Kedua, berita umunya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H – who, what, when, where, why, dan how. Meskipun pola ini tidak selalu dijumpai dalam berita yang ditampilkan, kategosri informasi ini diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam menkonstruksi berita: bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skrip memebrikan tekanan mana yang didahulukan. Bagian mana yang bisa kemudian sebgai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Tematik, bagi Pan dan Kosicki berita mirip pengjuian hipotesis: peritwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan – semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Bagaimana fakta ditulis, kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan. Secara keseluruhan unit yang dianalisis pada struktutr tematik adalah tema sebuah cerita. Tema (theme), menurut stanton dan kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.32
32
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkaji Fiksi, (Yogyakarta:Gadjah Mada University press, 2005), h.67
35
Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan makna antarakata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan
fakta
yang berbeda dapat
dihubungkan
dengan
menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun menjadi hubungan ketika seseorang menghubungkannya. Detail merupakan strategi bagaimana wartwan (komunikator) mengekpresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap yang dikembangkan oleh wartawan kadang kala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi detail bagian mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan.33 Detail merupakan elemen yang berhubungan dengan kontol informasi yang ditampilkan seseorang. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan. Ada beberapa macam koherensi. Pertama, sebab-akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat dilihat sebagai penjelas. Propsisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimta satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.34
33
Eriyanto, Analsis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr Deddy Mulyana, M.A (Yogyakarta: PT Lkis Plangi Aksara, 2005), h. 238 34 Ibid , 2005), h 263
36
Dalam elemen ini juga terdapat bentuk kalimat. Bentuk kalimat merupakan sesuatu yang berhubungan dengan cara berfikir logis. Kata ganti adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang diapaki oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Proposisi menurut puspoprodjo (1999) adalah suatu penuturan yang uth. Atau ungkapan keputusan dalam kata-kata, atau juga menaifestasi luaran dari sebuah keputusan.35 Proposisi juga merupakan rancangan usulan, ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya.36 Dalam struktur ini, gaya bahasa juga mendapat perhatian dalam pengkajiannya. Gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahsa sekelompok penulis sastra dan ciri khas dalam menyatakan oikiran dan perasaan baik lisan maupun tertulis.37 Retoris. Struktur retoris dari wacana berita mengambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan pernagkat retoris untuk membuat cerita, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatau berita.
35
Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, (Bandung:Pustaka Grafika, 1999) h. 170 36 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud 37 Gunawan Sudarsana, Pedoman Umum Ejaan Bahsa Indonesia Yang Disempurnakan, (Yogyakarta:Indonesia Tera, 2007), h. 61. (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002))
37
Struktur retoris dar wacana berita juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.38 Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai wartawan. Yang paling penting adalah leksikon, pemilihan, dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau mengambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya tersiri atas beberapa kata yang merujuk kepada fakta. Leksikon merupakan kosa kata; kamus yang sederhana; daftar istilah dalam suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi keterangannya; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa.39 Dalam arti lain leksikon dapat diartikan sebgai tersusunnya uraian atau pandangan segingga bagian-bagiannya berkaitan satu sama lain; keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi; hubungan logis antara bagian-bagian karangan atau antara kalimat-kalimat dalam satu paragraf, daya tarik antara molekul-molekul untuk mengindarkan terpisahnya bagian-bagian bila ada kekuatan dari luar.40 Kalimat adalah satuan bahasa terikat dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.41 Selain leksikon dalam struktur retoris juga ada idiom yang berarti bentuk bahasa berupa gabungan makna katanya tidak dapat dijabarkan dari mana unsur gabungan (misal: “kambing hitam” yang berarti “orang yang 38
Ibid h. 264. (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)) Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud 40 Ibid 41 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995), Edisi Baru, Cetakan Ke-1, h.78 39
38
dipersalahkan” ; kebiasaan khusus dalam suatu bahasa. Dalam ensiklopedia jilid 3 dikatakan, “idiom adalah kekhususan bentuk bahasa; segala ungkapan, susun – kata yang tidak menyimpang dari kaidah bahasa pada umumnya. Iddom juga meliputi segala ungkapan, rangkaian kata, serta susun – kata yang menunjukkan kekhususan dalam suatu bahasa sehingga membedakannya dengan bahasa-bahasa lain; idiom biasanya tidak diterjemahkan. Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis, grafis adalah bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Elemen grafis ini muncul dalam bentuk foto, gambar atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan.42 Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Elemen grafis juga muncul dalam bentuk foto, gambar, dan tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen grafik memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu
42
JS Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, (Jakarta: PT Gramedia, 1986),h. 29
39
informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan. Dalam elemen yang keempat ini juga terdapat unsur metafora. Yakni pesan tidak hanya disampaikan lewat teks atau bahsa formal, tetapi juga kiasan, ungkapan dan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu yang dipakai untuk memperkuat pesan utama.
D. Agenda Setting Theory Mc
Comb
dan
Shaw
melakukan
sebuah
penelitian
yang
memperlihatkan hubungan yang kuat antara agenda media dan agenda publik. Agenda publik adalah sebuah refleksi virtual dari agenda media. Penelitian McCombs dan Shaw di Chapel Hill pada tahun 1972. Mereka menggabungkan dua metoda sekaligus, yaitu analisa isi (untuk mengetahui agenda media di Chapel Hill) dan survey terhadap 100 responden untuk mengetahui prioritas agenda publiknya. Studi tersebut menemukan bukti bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat (0,975) antara urutan prioritas pentingnya lima isu yang dilansir oleh media di Chapel Hill bersesuaian dengan urutan prioritas pada responden.43 Walaupun penelitian tersebut hanya dapat membuktikan pengaruh kognitif media atas audiens, namun studi agenda setting tersebut sudah dapat dipakai sebagai upaya untuk mengkaji, mengevaluasi, dan menjelaskan hubungan antara agenda media dan agenda publik. McCombs dan Shaw 43
Kathrine Miller, Communication Theories, (New York : Mc Graw-Hill Companies 2001) h.257-259
40
meyakini bahwa hipotesa agenda setting tentang fungsi media terbukti terdapat korelasi yang hampir sempurna antara prioritas agenda media dan prioritas agenda publik. Asumsi dasar teori agenda seting adalah bahwa jika media itu akan mempengarhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang dianggap penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat. Oleh karena itu apabila media memberi perhatian kepada isu-isu tertentu dan yang mengabaikan yang lainnya, akan mempengaruhi pendapat umum. 44 Mc Combs dan Shaw mengatakan pula, bahwa audiense tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan kepada suatu isu atau topik.45 Sebagai contoh:seseorang membaca sebuah artikel pada surat kabar tentang sebuah virus computer baru yang menghancurkan penyimpanan data pada sebuah komputer pemerintah dan sebuah perbincangan ambigu mengarah kepada pengertian virus beberapa menit kemudian, orang akan lebih berfikir virus sebagai
program
komputer
yang daripada
sebuah
organisme
mikroskopis.46
E. Representasi Media dari Dunia Sosial David Croteau dan William Hoynes (dalam Media/Society: Industries, Images, and Audiences: Second Edition, 2000: 194-196) mengatakan bahwa entertainment dan media berita tidak selalu merefleksikan dunia nyata. 44
Ibid h 260 Ibid h. 261 46 Ibid h. 261 45
41
Dengan
ketidaksamaan
itu,
konten
media
memang
menunjukkan
ketidaksamaan yang nyata dalam dunia sosial dan dalam industri media. Literatur pada media dan studi kebudayaan mengingatkan kita bahwa representasi pada media adalah tidak nyata, bahkan pada saat audiens memutuskan. Repesentasi Bahkan yang memproduksi kenyataan seperti film dokumenter sebagai hasil dari proses seleksi yang artinya bahwa aspek tertentu diutamakan dan aspek lainnya diabaikan.
Media biasanya tidak
mencoba untuk merefleksikan dunia nyata. Representasi merupakan produk dari proses seleksi yang mengakibatkan ada sejumlah aspek dari realitas yang ditonjolkan serta ada sejumlah aspek lain yang sengaja dilenyapkan. Ini berarti seluruh representasi merupakan penghadiran kembali dunia sosial yang memiliki akibat bahwa hasil dari representasi itu pastilah bersifat sempit dan tidak lengkap. 47 Pertama, representasi merupakan produk dari proses seleksi yang mengakibatkan ada sejumlah aspek dari realitas yang ditonjolkan serta ada sejumlah aspek lain yang sengaja dilenyapkan. Ini berarti seluruh representasi merupakan "penghadiran kembali" dunia sosial yang memiliki implikasi bahwa hasil dari representasi itu pastilah bersifat sempit dan tidak lengkap. Kedua, media biasanya tidak sudi mencoba untuk merefleksikan dunia "riil" yang serba nyata. Ini disebabkan adanya keterbatasan atau bahkan mungkin juga pembatasan waktu dan intervensi berbagai sumber daya finansial, misalnya kemampuan jurnalis
dalam
melakukan
liputan, atau
juga
ketertutupan
narasumber
pemberitaan, dan juga campur tangan pemilik modal dalam kebijakan 47
David Croteau, Wiliam Hoynes, Media/Society:Industries, Images, and Audiences (pine Foge Press, 1997) h 133-135, 194-196
42
pemberitaan. Ketiga, apa yang dinamakan dengan dunia yang "riill" itu sendiri pantas dipermasalahkan. Dalam hal ini, kita dapat bersepakat dengan kalangan pemikir konstruksionisme yang menegaskan bahwa tidak ada satu pun representasi dari realitas yang secaa keseluruhan pastilah "benar" dan "nyata". Ini disebabkan media massa sendiri sudah membingkai suatu isu atau figur politik tertentu, dan memilih untuk memasukkan atau menyingkirkan komponenkomponen tertentu dari realitas yang mempunyai banyak sisi-sisinya. Keempat, dalam benak konsumen media sendiri, terdapat pemikiran bahwa media tidaklah harus merefleksikan realitas. Sebab, media sekadar dianggap sebagai tempat pelarian dari kesumpekan hidup sehari-hari.48
Kebanyakan dari kita menyukai program berita, buku sejarah dan film dokumenter untuk merepresentasikan yang terjadi di dunia sosial sadil dan seakurat mungkin. Tapi melalui seleksi alam, film fiksi ilmiah pun menjadi acuan sebagai gambaran dunia sosial. Ini mempengaruhi perilaku kita untuk memastikan pesan yang mungkin dari media ini. Termasuk melihat bentuk media, film sains fiksi, opera sabun, musik video, dan novel roman dengan jelas tidak mengklaim secara akurat merefleksikan masyarakat. Ada sekitar lima cara bagaimana peneliti bisa melihat signifikansi dari konten media. Mereka melibatkan tautan konten kepada produser, ketertarikan audiense, kepada masyarakat secra umum, atau kepada efek audiens, atau melihat konten independen dari konteksnya.49
48 49
136-37
http://alioebaid.blogspot.com diakses tanggal 21 Desember 2010 pukul 22:00 WIB David Croteau, Wiliam Hoynes, Media/Society:Industries, Images, and Audiences h
43
F. News Factory Model Bantz, Mc Crockle, and Baade merefleksikan cara yang sama dalam memahami yaitu dengan menggunakan istilah News Factory atau pengolahan berita untuk penelitian mereka dalam ruang berita. Berita sebagaimana yang telah dicontohkan, adalah sebuah konstruksi realita dan bukanlah sebuah gambaran kenyataan. Berita bukan refleksi dari realitas, melainkan konstruksi dari realitas tersebut. Dalam proses pengolahan adalah mencampurkan berbagai bahan untuk mengkoversikannya ke dalam beberapa tipe konten dalam sebuah surat kabar atau buletin berita, yaitu tempat peristiwa terjadi dan ada orang-orang yang berkaitan dengan apa dengan peristiwa itu, orang- orang yang secara langsung mempunyai nilai berita. 50
50
Downing John D.H. Denis McQuail. Philip Schkesinger. Ellen Wartella, Media Studies, (Sage Publications. United Kingdom:2004) h 402-403
BAB III GAMBARAN UMUM MEDIA CETAK HARIAN JURNAL NASIONAL
A. Sejarah Jurnal Nasional adalah salah satu harian nasional di Indonesia yang terbit di Jakarta sejak 1 Juni 2006. Harian ini diterbitkan oleh PT. Media Nusa Pradana. Jurnal Nasional didesain sebagai koran yang tidak “memaki” namun juga tidak “lembek” pada penyelewengan yang dilakukan aparatur negara. Koran ini memilih sikap “integritas” atas kebenaran berita dan fakta yang diungkapkannya. Tidak ada koran yang sepenuhnya independen. Makanya, Jurnal Nasional lebih memilih integritas sebagai paham yang mendasari koran ini.1 Usia Jurnal Nasional memang masih seumur bayi yang baru belajar merangkak. Tak heran, dalam kurun sejauh ini, sejak diluncurkan 1 Juni 2006, Jurnal Nasional merasakan dirinya tengah “belajar” memahami pasar koran harian. Jurnal Nasional ingin diharapkan dapat menjadi koran yang diperhitungkan. Bukan sekadar energi kapital, tapi juga produk, serta kemampuan menembus barikade pasar koran di Jakarta yang makin semrawut saja belakangan ini. Susunan pengurus awal surat kabar ini ada enam orang (sekaligus sebagai pimpinan dan dewan redaksi), yaitu:
1
Company Profile Harian Jurnal Nasional
44
45
1. Asto S. Subroto (Pemimpin Umum) 2. Susanto Darus (Wakil Pemimpin Umum) 3. Ramadhan Pohan (Pemimpin Redaksi) 4. Abdul Hamid Dipopramono (Wakil Pemimpin Redaksi) 5. Ananta Setiawan (Pemimpin Perusahaan) 6. Rully Charis (Wakil Pemimpin Perusahaan). Pemimpin Umum Maret 2007 adalah N. Syamsuddin Ch. Haesy. Sementara itu, Rully Charis, yang sempat menjadi Direktur Program dan Produksi LPP TVRI, kini menjabat Direktur Pemasaran Perum LKBN "ANTARA". Akan halnya Ramadhan Pohan menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat. Susunan pengelola surat kabar ini sekarang adalah: 1. Pemimpin Umum / Perusahaan: N. Syamsuddin Ch. Haesy 2. Wakil Pemimpin Umum: Susanto Darus 3. Pemimpin Redaksi: Asro Kamal Rokan 4. Wakil Pemimpin Redaksi: Abdul Hamid Dipopramono 5. Wakil Pemimpin Perusahaan: Alfian Mujani. Setelah melakukan pembaruan manajemen PT Media Nusa Pradana, kini pengelolaan harian Jurnal Nasional bergerak lebih ke depan, dengan meniadakan jabatan pemimpin umum dan jabatan pemimpin perusahaan. Surat kabar ini terbit dalam dua versi yaitu versi cetak dan versi elektronik (online). Untuk versi elektronik masih terbagi menjadi dua yakni versi Web (versi Mobile ([http://www.jurnas.com). Kedua versi elektronik ini
46
menjawab kebutuhan informasi anda melalui Jurnas.Com dan e-Paper Jurnal Nasional, dan Harian (termasuk Hari Minggu) versi cetak yang dapat dibaca melalui media elektronik. Surat kabar ini terus mengembangkan berbagai inisiatif, kreativitas, dan inovasi. Dalam perkembangannya, Jurnal Nasional kini telah menerbitkan Jurnal Bogor yang terbit setiap hari, khusus lokal di kota Bogor dan Jurnal Depok di kota Depok, yang kini sudah mandiri melalui manajemen tersendiri.Disamping penerbitan mandiri tersebut, Jurnal Nasional juga menerbitkan lembaran khusus Top Soccer dan berbagai lembaran khas setiap hari. Mulai 1 Februari 2011, lembaran khusus dikemas khas. Mobile newspaper pertama di Indonesia yang memadukan surat kabar dan layanan informasi aktual melalui fasilitas GPRS pada ponsel.2
B. Visi Dan Misi Harian Jurnal Nasional 1. Visi harian Jurnal Nasional Adalah suratkabar berbasis jurnalisme pencerahan terdepan di Inonesia 2014 2. Misi Harian Jurnal Nasional a. Menegakkan fungsi informasi, edukasi, re-kreatif dan kontrol sosial b. Mewartakan fakta dan peristiwa secara obyektif tanpa prasangka c. Menegakkan cober both side dalam seluruh aspek pemberitaan d. Menyajikan informasi edukatif dan pengembangan optimisme
2
http://www.wikipedia.com diakses pada tanggal 1 Maret Pukul 20.00 WIB
47
e. Mengembangkan wawasan pembaca sebagai bagian dari proses perubahan dan pembaruan bangsa f. Menegakkan demokrasi berbudaya secara kreatif berdasrkan etika g. Menguatkan nilai ekonomi media massa h. Menciptakan kondisi terbaik bagi kesejahteraan karyawan
C. Karakter Produk Cerdas, analitis, artistis, etis, dan estetis. 1. Produk Analitik Mengulas permasalahan dengan pendekatan depth anlysis, yakni kedalaman, jujur dan aktual, mengedepankan analisi atas berita 2. Cakupan Politik, pemerintahan, hukum, pertahanan dan keamanan, ekonomi, dan bisnis, BUMN dan korporasi, olahraga, wisata, seni dan budaya, wanita, sains-teknologi dan, produk, kesehatan hingga gaya hidup.
D. Penyajian Konsep Konten: Analytical Newspaper Durasi:Pagi, 7 hari dalam seminggu Kuantitas: 16 halaman reguler Poin diferensi: Memadukan isi serta unsur kedalaman dan aktualitas dari informasi berita
48
E. Karakter Pembaca 1. Membaca lebih dari satu media cetak 2. Tidak ingin tertinggal informasi penting 3. Biasa menggunakan komputer dan internet 4. Paham fitur komunikasi dan informasi handphone 5. Sadar perkembangan berita, gaya hidup, dan gadget
F. Profil Pembaca Sebagai harian berkala nasional, harian jurnal Nasional tersebar di seluruh Indonesia. 65 % di wilayah Jabodetabek. Secara gender harian Jurnal Nasional dibaca oleh 65 % pembaca lakilaki dan 35 % pembaca perempuan. Terdiri dari profesi pebisnis, politisi, birokrat, profesional, karywan, akademisi, mahasiswa, keluarga. Dari kalangan menengah atas dan berusia 20 – 60 tahun.3
G. Susunan Redaksi Harian Jurnal Nasional Direksi Komisaris: Irwan M. Lubis Direktur Utama: N Syamsuddin CH Haesy Direktur Pemberitaan : Asro Kamal Rokan, 3
www.jurnas.com diakses pada tanggal 13 Maret 2011 pada pukul 20.00 wib
49
Direktur Operasional Zahmar Effendi Sekretaris Direksi: Riana Dewi Koordinator Produksi: Suwarno AK, Suwito Redaksi Pemimpin Redaksi: Asro Kamal Rokan Wakil Pemimpin Redaksi: Wahyudi M Pratopo Dewan Redaksi: Irwan Lubis, N Syamsuddin CH Haesy, Asro Kamal Rokan Redaktur Eksekutif: Budi Winarno Kepala Newsroom: Retno Kustiati Kepala jurnas.com: Koesworo Setiawan Redaktur Pelaksana: Arie MP Tamba, Iman Syuki, Rihad Winranto Koodinator Liputan Jakarta: Timur Arief
50
Koodinator Liputan Daerah dan Luar Negeri: Anton Setiawan Redaktur: Ahmad Nurullah, Aliyudin Sofyan, Anton Setiawan, Dani Wicaksono, Dionisius Bambang Arianto, Dwi Fitria, Yanuar Jatnika, Fransiskus Saverius Herdiman, Iwan Samariansyah, Jan Prince Permata, Luhung Sapto Nugroho, Luther Kembaren, M, Yamin Panca Setia, Nuswantoro, Rudi Setiawan P, Rusman, Sapariah Saturi, Silvia Galikano, Suhartono, Timur Arif Rayadi, Wahyu utomo, Wita Lestari, Yeffrie, Yogyo Susaptoyono. Teknologi Informasi: Sudarsono, Agung Yudho Evianto, Djapar Sodik, Joe Fivara Putra, Marlita Steyler, Taufik, Sutiyono Redaktur Foto: Rasdian A. Vadin Reporter: Daulat Fajar Yanuar, Delia Mustika Sari, Friederich Batari, Heri Arland, Melati Hasanah Elandis, Mochamad Wahyudi, Musdalifah Fachri, Widyasari, Suriyanto, Vien Dimyati
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
Dengan hadirnya beberapa pemberitaan seputar beredarnya Buku “Membongkar Gurita Cikeas” di harian Jurnal Nasional, maka peneliti akan mencoba menganalisis pemberitan yang dipublikasikan oleh harian Jurnal Nasional edisi 28-31 Desember 2009. Berdasarkan berita yang telah didapat berupa teks berita seputar beredarnya buku Mebongkar Gurita Cikeas, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data berdasrkan analisis framing model Zhongdang Pan danGerald M. Kosicki. Yakni memuat empat kerangka analisis yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Berdasarkan kerangka tersebut, maka penelitian ini pun dianalisis berdasrkan kerangka Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yaitu: Analisis pemberitaan buku Membongkar Gurita Cikeas ini dilakukan dengan mengacu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam perumusan masalah. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka tentu peneliti harus terlebih dahulu menjelaskan susunan berita berita yang akan dianalisis. Untuk itu rangkaian berita yang akan menjadi bahan analisis tersebut adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut ini:
51
52
Tabel 4 Rangkaian Berita Buku “Membongkar Gurita Cikeas” Harian Jurnal Nasional No.
Edisi
Judul Berita
1.
Senin, 28 Des 2009 Selasa, 29 Des 2009
3.
4.
2.
Hlm
Rubrik
Penulis
SBY Tak Tertarik 01 Bahas Buku Aditjondro dan 07 Buku Aditjondro Hanya 01 Sensasi dan 07
Berita Politik
Suci Diah Hayati/Widyasari
Berita Politik
Rabu, 30 Des 2009
Aditjondro Bisa Dipidana
01 dan 07
Berita Politik
Very Herdiman/Heri Arland/Rhama Deny/M.Yamin Panca Setia M.Yamin Panca Setia/Jan Prince Permata
Kamis, 31 Des 2009
Aditjondro Tak Beda Pendapat
Siap 01 dan 07
Berita Politik
Rhama Deny/Yanuar Jatnika/Much Fathurochman
Rangkaian berita diatas dipublikasikan kepada khalayak ditempatkan pada rubrik yang sama yaitu pada rubrik headline.
Frame 1: SBY Tak Tertarik Bahas Buku Aditjondro Pada tanggal 28 Desember 2009 harian Jurnal Nasional mengangkat berita tentang tanggapan reaksi presiden terhadap beredarnya buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Dalam berita itu membahas tentang isi buku tersebut yang dinilai hanyalah fitnah belaka. Bantahan terhadap isi buku tersebut terkait aliran dana Bank Century ke beberapa yayasan yang menurut George berkaitan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.1
1
Berita lengkap “SBY Tak Tertarik Bahas Buku Aditjondro”, Jurnal Nasional, 28 Desember 2009 h 1 dan 7 dapat diliaht pada lampiran
53
1. Sintaksis Struktur Sintaksis adalah bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Penulisan berita yang digunakan adalah bentuk berita straight news. Adapun elemen sintaksisnya sebagai berikut: a. Headline Petikan Headline dari berita yang dipublikasikan oleh harian Jurnal Nasional tanggal 28 Desember 2009 yaitu: “SBY Tak Tertarik Bahas Buku Aditjondro” b. Lead Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah menginstruksikan, meminta, ataupun melakukan semacam intimidasi agar buku Membongkar Gurita Cikeas, di Balik Skandal Bank Century karya George Junus Aditjondro ditarik dari peredaran. Sebaliknya, buku tersebut sama sekali tidak menarik perhatian presiden. Dari lead di atas peneliti melihat bahwa harian Jurnal Nasional ingin menyoroti tanggapan dan tindakan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Karena dalam buku karangan George Junus Adtijondro tersebut menuding beberapa yayasan yang berkaitan dengan Presiden Republik Indonesia itu menerima aliran dana Bank Century. Lead yang digunakan adalah statement lead atau teras berita pernyataan. Karena langsung dibuka oleh pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
54
c. Latar Informasi Harian Jurnal Nasional menyusun berita ke arah reaksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap isi buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Latar berita ini juga berisi klarifikasi Lembaga Kantor Berita Nasional Antara yang di dalam buku tersebut juga telah menerima aliran dan Bank Century. d. Kutipan Dalam berita ini terdapat kutipan dari Juru Bicara Kepresidenan Julian Ardhin Pasha tentang tanggapan presiden terhadap Buku Membongkar Gurita Cikeas Yaitu: “Presiden tidak terlalu menaruh perhatian atas perkembangan isu buku tersebut, masih banyak hal besar yang harus dipikirkan presiden, hal-hal terkait kehidupan orang banyak.” Selain itu pernyataan Staf Ahli Kepresidenan Heru Lelono juga dikutip dalam berita ini. Yaitu: Dorongan itu menurutnya adalah bagian dari wujud demokrasi yang sedang dibangun dan diperjuangkan Presiden SBY saat ini.”Di dalam system demokrasi yang sedangg di bangun dan diperjuangkan Presiden SBY saat ini, tidak boleh ada satu pun yang menggunakan kebebasannya tanpa batas terlebih hingga memfitnah,” kata Heru. Pengambilan kutipan dari orang dekat istana merupakan framing yang menunjukkan keberpihakkan harian Jurnal Nasional. e. Sumber Heru Lelono, Staf Ahli Kepresidenan Julian Ardrin Pasha, Jubir kepresidenan.
55
f. Pernyataan Pernyataan yang ditulis dari berita ini adalah pernyataan dari angota Subkomisi Penyuluhan Komnas HAM Yosep Adi Prasetyo yang menyatakan pihaknya menghargai sikap Presiden yang ingin mempelajari terlebih dahulu buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Pernyataan dari Yosep ini merupakan pernyataan atas dukungan dari pihak yang dirasa netral yaitu Komnas HAM g. Penutup Penutup berita yang digunakan dalam pemberitaan kali ini merupakan kesimpulan dari pro dan kontra terhadap Buku Membongkar Gurita Cikeas . Berikut petikan paragrafnya: Yosep Mengatakan Komnas HAM sedang melakukan pemantauan guna mencari fakta-fakta di lapangan terkait hal tersebut. 2. Skrip Dari analisis skrip atau cara wartawan mengisahkan fakta, unsur yang diamati adalah kelengkapan 5 W+ 1 H. Dalam penulisan beritanya harian Jurnal Nasional memberikan kelengkapan unsur 5 W+1 H. Secara analisis skrip .
3. Tematik a. Detail Sementara itu dilihat dari frame tematiknya peneliti mengamati detail dari berita tersebut. Seperti yang terlihat pada kutipan pernyataan dari Juru Bicara Kepresidenan Julian Ardrin Pasha berikut:
56
“Sesuai instruksi Presiden kami sudah mepelajarinya untuk sementara kami melihat banyak hal yang ditulis di dalam buku tersebut tidak sesuai dengan fakta kebenaran yang ada”, katanya. Dalam kutipan berita ini peneliti menemukan detail langkah apa yang diambil Presiden dalam menyikapi buku “Membongkar Gurita Cikeas”. b. Koherensi Dilihat dari segi koherensi dalam penulisan berita harian Jurnal Nasional, penulis menemukan koherensi sebab akibat yaitu pada bagian awal dan akhir berita. Pada bagian awal berita yaitu bagian lead berita menuliskan tentang tanggapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak pernah memerintahkan untuk melakukan intimidasi terhadap buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Ini adalah sebagai tanggapan atas terhambatnya penjualan buku “Membongkar Gurita Cikeas”, Kesulitan mendapatkan buku ini dijelaskan pada bagaian akhir berita yaitu dalam paragraf berikut: Sementara itu , pada hari jumat (25/12) dan sabtu (26/12) perusahaan penerbit buku controversial tersebut, menurut Yoseph, mendatangi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia(Komnas HAM) Dan mengeluhkan adanya tekanan terhadap sejumlah toko buku untuk tidak menjual buku tersebut. Namun, tak dijelaskan pihak mana yang melakukan tekanan dan jenis tekanan yang dimaksud. c. Bentuk Kalimat Bentuk kalimat yang digunakan oleh harian Jurnal Nasional dalam berita ini adalah kebanyakan menggunakan kalimat aktif seperti: Meski demikian, lanjutnya, Presiden belum juga berniat untuk melaporkan upaya pengrusakan namanya ke Kepolisian baik
57
melaporkan penulis maupun perusahaan penerbit. Terdapat juga kalimat bentuk pasif yang digunakan yaitu: Salah satu data yang dinilainya tidak sesuai adalah pengaliran dana dari Bank Century ke sejumlah yayasan yang berafiliasi dengan Presiden dan Ibu Negara Ani Yudhoyono seperti Yayasan Puri Cikeas dan Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian (KDK). Bentuk kalimat
pasif
yang digunakan dalam kalimat ini
digunakan secara tidak langsung untuk mengklarifikasi isi dari buku “Membongkar Gurita Cikeas” tentang aliran dana Bank Century yang mengalir ke beberapa yayasan yang diduga milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
4. Retoris Sedangkan dilihat dari analisis retoris atau penekanan makanya, harian Jurnal Nasional banyak menggunakan sinisme dalam penulisan beritanya. Peneliti menemukan banyak kata atau kalimat tendensius yang menyudutkan Aditjondro.
Dengan
memasukkan
pernyataan
dari
narasumber
yang
mengatakan bahwa buku tersebut adalah fitnah dan tidak sesuai dengan fakta. Leksikon Leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Dalam pemberitaan ini ada beberapa kata yang digunakan oleh wartawan untuk menggunakan idenya. Kata-kata seperti fitnah; intimidasi dan fakta. Fitnah merupakan komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat
58
memengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya Tabel 5 Framing Edisi 28 Desember 2009 “SBY Tak Tertarik Bahas Buku Aditjondro” Frame 1: Tanggapan SBY terhadap buku “Membongkar Gurita Cikeas” Struktur Variabel Sintaksis Headline: SBY Tak Tertarik Bahas Buku Aditjondro Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian teras berita (lead) Lead: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah menginstruksikan, meminta, ataupun melakukan semacam intimidasi agar buku Membongkar Gurita Cikeas, di Balik Skandal Bank Century karya George Junus Aditjondro ditarik dari peredaran. Sebaliknya, buku tersebut sama sekali tidak menarik perhatian presiden. Lead yang digunakan adalah statement lead atau teras berita pernyataan. Karena langsung dibuka oleh pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Latar Informasi: Harian Jurnal Nasional menyusun berita ke arah reaksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap isi buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Latar berita ini juga berisi klarifikasi Lembaga Kantor Berita Nasional Antara yang di dalam buku tersebut juga telah menerima aliran dana Bank Century.
59
Kutipan: “Presiden tidak terlalu menaruh perhatian atas perkembangan isu buku tersebut, masih banyak hal besar yang harus dipikirkan presiden, hal-hal terkait kehidupan orang banyak,” kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Ardrin. Dorongan itu menurutnya adalah bagian dari wujud demokrasi yang sedang dibangun dan diperjuangkan Presiden SBY saat ini.”Di dalam sistem demokrasi yang sedang di bangun dan diperjuangkan Presiden SBY saat ini, tidak boleh ada satu pun yang menggunakan kebebasannya tanpa batas terlebih hingga memfitnah,” kata Heru. Heru Lelono adalah Staf Khusus Kepresidenan. Kedua kutipan tersebut dikutip secara langsung dan mewakili tanggapan Presiden terhadap buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Sumber: Juru Bicara Kepresidenan Julian Ardrin. Heru Lelono adalah Staf Khusus Kepresidenan. Pernyataan: Anggota Subkomisi Penyuluhan Komnas HAM Yosep Adi Prasetyo yang menyatakan pihaknya menghargai sikap Presiden yang ingin mempelajari terlebih dahulu buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Pernyataan dari Yosep ini merupakan pernyataan yang mewakili dukungan dari Komnas HAM terhadap Preseiden Susilo Bambang Yudhoyono Penutup: Yosep Mengatakan Komnas HAM sedang melakukan pemantauan guna mencari fakta-fakta di lapangan terkait hal tersebut Penutup menunjukkan kesimpulan berita yang sesuai.
60
Berita seputar tanggapan dan reaksi Presiden Suislo Bambang Yudhoyono terhadap buku Membongkar Gurita Cikeas ditempatkan harian Jurnal Nasional di awal tulisan. Kemudian disusul dengan klarifikasi dari Lembaga Kantor Berita Antara tentang aliran dana Bank Century yang ditulis Aditjondro dalam buku nya mengalir ke kantor berita tersebut. Skrip
Who: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono What: Tanggapan atas buku Membongkar Gurita Cikeas When: Minggu, 27 Desember 2009 Where: Jakarta Why: Tudingan dalam buku tersebut atas aliran dana Bank Century yang mengalir ke beberapa yayasan yang diduga dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. How: menginstruksikan keakuratan Buku tersebut.
Terlihat pendapat yang diutamakan adalah pendapat dari pihak yang kontra dengan buku Membongkar Gurita Cikeas ini. Terlihat dari tidak ada nya pendapat atau pernyataan dari pihak penerbit, penulis ataupun pihak yang pro dengan buku tersebut. Tematik
Detail: Dalam berita itu peneliti menemukan detail langkah apa yang dilakukan Presiden dalam menanggapi buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Langkahnya yaitu mempelajari isi buku, sesuai dengan pernyataan dari Juru Bicara Kepresidenan. Koherensi: Dilihat dari segi koherensi dalam penulisan berita harian Jurnal Nasional, penulis menemukan koherensi sebab akibat yaitu pada bagian awal dan akhir berita. Pada bagian awal berita yaitu bagian lead berita menuliskan tentang tanggapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak pernah memerintahkan untuk melakukan intimidasi terhadap buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Ini adalah sebagai tanggapan atas terhambatnya penjualan buku “Membongkar Gurita Cikeas”, Kesulitan mendapatkan buku ini dijelaskan pada bagaian akhir berita.
61
Bentuk kalimat: Bentuk Kalimat yang digunakan oleh harian Jurnal Nasional dalam berita ini adalah kebanyakan menggunakan kalimat aktif seperti: Meski demikian, lanjutnya, Presiden belum juga berniat untuk melaporkan upaya pengrusakan namanya ke Kepolisian baik melaporkan penulis maupun perusahaan penerbit. Terdapat juga kalimat bentuk pasif yang digunakan yaitu: Salah satu data yang dinilainya tidak sesuai adalah pengaliran dana dari Bank Century ke sejumlah yayasan yang berafiliasi dengan Presiden dan Ibu Negara Ani Yudhoyono seperti Yayasan Puri Cikeas dan Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian (KDK). Bentuk kalimat pasif yang digunakan dalam kalimat ini digunakan secara tidak langsung untuk mengklarifikasi isi dari buku Membongkar Gurita Cikeas tetnag aliaran dana Bank Century yang mengalir ke beberapa yayasan yang diduga milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Harian Jurnal Nasional mengarahkan tulisan kepada reaksi Presdien Susilo Bambang Yudhoyono terhadap buk Membongkar Gurita Cikeas Retoris Kata: Ditemukan beberapa pilihan kata tendensius yang menyudutkan yaitu, fitnah, intimidasi dan fakta Harian Jurnal Nasional menggunakan gaya bahasa sinis yang ecnderung menyudutkan untuk mendukung gagasan atau pendapat dalam pemberitaanya.
Frame 2 : Aditjondro Hanya Cari Sensasi Pada tanggal 29 Desember 2009 harian Jurnal Nasional mengangkat berita yang berjudul „Buku Aditjondro Hanya Sensasi‟. Dalam pemberitaan itu terdapat pendapat para pimpinan lembaga di parlemen tentang buku “Membongkar Gurita Cikeas” yang menurut mereka hanya mencari sensasi dan tidak mempercayai substansi dari buku tersebut. Dalam pemberitaan tersebut juga terdapat pandangan dari ketua DPP Partai Demokrat
62
dan Juru bicara Presdien yang mengatakan bahwa buku tersebut dibuat bukan tidak menggunakan data primer sehingga diaragukan keakuratannya.2 1. Sintaksis Adapun elemennya sebagai berikut: a. Headline Secara sintaksis berita yang dipublikasikan oleh harian Jurnal Nasional tanggal 29 Desember ini, berisikan tentang pendapat para pimpinan parlemen yang meragukan substansi dari buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Yang tertulis: Buku Aditjondro Hanya Sensasi b. Lead Pimpinan lembaga tinggi parlemen tak satu pun mempercayai substansi isi buku Membongkar Gurita Cikeas, Dibalik Skandal Bank Century karya George Junus Aditjondro. Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua MPR Taufiq Kiemas, dan Ketua DPD Irman Gusman mengatakan buku tersebut hanya mencari sensasi semata. Kutipan Lead tersebut disusun oleh harian Jurnal Nasional mempunyai makna bahwa banyak pemimpin di parlemen yang berpendapat bahwa buku tersebut hanya sensasi. Lead yang digunakan adalah jenis lead Who (teras berita siapa). Masuk ke dalam teras berita siapa karena menyebutkan tentang siapa saja pimpinan parlemen yang mengemukakan pendapatnya.
2
Berita lengkap “Buku Aditjondro Hanya Sensai ”, Jurnal Nasional, 28 Desember 2009 h 1 dan 7 dapat dilihat pada lampiran
63
c. Latar Informasi Dalam Pemberitaan ini harian Jurnal Nasional mengambil latar data dari isi buku “Membongkar Gurita Cikeas” yang banyak diragukan keabsahannya. d. Kutipan Kutipan yang mendukung gagasan pokok harian Jurnal Nasional yang merupakan pernyataan dari Ketua Fraksi Partai Demokrat George Junus Aditjondro berada dalam penggalan teks berikut : Ia menyebut buku itu tidak bermutu dan dianggap hiburan saja, meskipun tidak mendidik, “ Mirip sinetron, mistik atau infotainment ghibah,” tandasnya. Anas menduga Aditjondro berharap bukunya terekspos luas dan mendapatkan iklan gratis sehingga makin laris dan terus dicari. Petikan berita tersebut disusun harian Jurnal Nasional sebagai pencitraan negative terhadap buku tersebut. e. Sumber Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum f. Pernyataan Penerbit Galangpress Yogyakarta menyatakan siap menghadapi gugatan pihak-pihak yang yang tidak sepakat dengan data yang dilansir dalam buku tersebut. Penulis menilai bentuk pernyataan ini adalah bentuk penawaran atau solusi dari keabsahan data yang ada pada buku tersebut. g. Penutup Aditjondro menyatakan dirinya menulis buku Gurita Cikeas berdasarkan pengalaman menyoroti korupsi kepresidenan yang pernah ia lakukan saat menyoroti yayasan milik Soeharto, Presiden Abdurrahman Wahid, maupun Megawati.
64
Dari pandangan penulis, harian Jurnal Nasional mencoba untuk menampilkan hak jawab dari pihak George Junus Aditjondro dalam pemberitaannya.
2. Skrip Dari analisis skrip, yang dilihat dari kelengkapan berita sudah dilakukan oleh harian Jurnal Nasional dengan tuntas.
3. Tematik a. Detail Detail yang peneliti temukan dalam menganalisis teks berita adalah anggapan data yang terdapat dalam buku tidak valid. Ini dijelaskan dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan para pemimpin parlemen pada hampir seluruh isi berita. b. Koherensi Dalam berita itu peneliti menemukan hubungan pembeda seputar pendapat para pimpinan parlemen dengan pihak penerbit. Sehingga judul dan isi berita menunjukkan kecondongan yang kontra dari para pimpinan parlemen tersebut terhadap buku karya George Junus itu. Sementara tanggapan dari pihak penerbit, menyatakan siap menghadapi gugatan dari pihak yang tidak sepakat atas data yang dilansir buku tersebut. c. Bentuk Kalimat Bentuk kalimat adalah yang berhubungan dengan cara berfikir logis. Dari bentuk kalimat yang digunakan dalam penulisan berita itu,
65
menurut peneliti, harian Jurnal Nasional menggunakan bentuk kalimat induksi yang menguraikan inti berita pada akhir kalimat. Selain itu dalam uraiannya harian Jurnal Nasional menekankan dan memaknai bahwa isi buku yang ditulis George bukan merupakan karya ilmiah karena menggunakan data yang tidak valid. Dengan petikan teks berikut: Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan buku Aditjondro ditulis berdasarkan data sekunder yang tidak valid sehingga data yang dihasilkan tidak akurat. Dari kalimat yang digunakan oleh harian Jurnal Nasional termasuk dalam kalimat aktif, karena banyak terdapat kutipan langsung dan kalimatnya menggunakan awalan me- yang terdiri dari: mempercayai; mengklarifikasi;
mencari;
mengatakan;
mempertanggungjawabkan;
membuktikan; memunculkan; melemparkan; menimbulkan; menunjuk; menghadapi.
4. Retoris a. Leksikon Dalam aspek retorisnya berita itu yang dipakai adalah unsur penulisan sebuah buku yang merupakan karya ilmiah. Data sekunder, data yang didapat dari sumber kedua, misalnya data yang di dapat dari berita yang dibuat orang lain. Data primer data yang didapat penulis langsung dari narasumbernya. Valid, yaitu sesuatu yang tidak mengada-ada dan dapat dibuktikan kebenarannya.
66
b. Metafora Lompat-lompatan logika : Dalam
pandangan
penulis,
Kalimat
ini
digunakan
untuk
menggambarkan tentang isi buku yang mengada-ada. c. Foto Foto Ketua MPR Taufiek Kiemas, Sebagai salah satu pimpinan di parlemen. Tabel 6 Framing Edisi 29 Desember 2009 “Buku Aditjondro Hanya Sensasi” Frame 2: Aditjondro hanya Cari Sensasi Struktur Variabel Sintaksis Headline: Buku Aditjondro Hanya Sensasi Judul ini dijelaskan kemabali pada bagian lead berita Lead: Pimpinan lembaga tinggi parlemen tak satu pun mempercayai substansi isi buku Membongkar Gurita Cikeas, diBalik Skandal Bank Century karya George Junus Aditjondro. Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua MPR Taufiq Kiemas, dan Ketua DPD Irman Gusman mengatakan buku tersebut hanya mencarai sensasi semata. Kutipan Lead tersebut disusun oleh harian Jurnal Nasional mempunyai makna bahwa banyak pemimpin di parlemen yang berpendapat bahwa buku tersebut hanya sensasi. Lead yang digunakan adalah jenis lead Who (teras berita siapa). Masuk ke dalam teras berita siapa karena menyebutkan tentang siapa saja pimpinan parlemen yang mengemukakan pendapatnya. Latar Informasi: Dalam Pemberitaan ini harian Jurnal Nasional mengambil latar data dari isi buku “Membongkar Gurita Cikeas” yang banyak diragukan keabsahannya.
67
Kutipan: Ia menyebut buku itu tidak bermutu dan dianggap hiburan saja, meskipun tidak mendidik, “ Mirip sinetron, mistik atau infotainment ghibah,” tandasnya. Anas menduga Aditjondro berharap bukunya terekspos luas dan mendapatkan iklan gratis sehingga makin laris dan terus dicari. Kutipan dari pernyataan Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum tersebut disusun harian Jurnal Nasional sebagai pencitraan negative terhadap buku tersebut Sumber: Anas Urbaningrum, Ketua Fraksi Partai Demokrat Pernyataan: Penerbit Galangpress Yogyakarta menyatakan siap menghadapi gugatan pihak-pihak yang yang tidak sepakat dengan data yang dilansir dalam buku tersebut. Penulis menilai bentuk pernyataan ini adalah bentuk penawaran atau solusi dari keabsahan data yang ada pada buku tersebut. Penutup: Aditjondro menyatakan dirinya menulis buku Gurita Cikeas berdasarkan pengalaman menyoroti korupsi kepresidenan yang pernah ia lakukan saat menyoroti yayasan milik Soeharto, Presiden Abdurrahman Wahid, maupun Megawati. Dari pandangan penulis, harian Jurnal Nasional mencoba untuk menampilkan sisi netral dalam pemberitaanya dan tidak hanya meletakkan pendapat-pendapat kontra tentang buku yang ditulis Aditjondro yaitu dengan memasukkan pendapat Aditjondro sendiri tentang cara nya menulis buku tersebut. Harian Jurnal Nasional menempatkan pendapat para pemimpin parlemen yang tidak mempercayai substansi dari buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Tetapi pada akhir bagian berita Harian ini mencoba untuk menunjukkan netralitasnya dengan mememasukkan keterangn tentang cara Aditjondro menulis buku tersebut, walaupun dalam porsi yang sangat sedikit. Who: Para pimipinan Parlemen Skrip What: Tanggapan atas buku Membongkar Gurita Cikeas When: Selasa, 29 Desember 2009
68
Tematik
Where: Jakarta, Yogyakarta Why: Substansi buku yang hanaya berisi data sekunder How: Detail: Detail yang peneliti temukan dalam menganalisis teks berita adalah anggapan data yang terdapat dalam buku tidak valid. Ini dijelaskan dengan pernyataan-pernytaan yang diungkapkan para pemimpin parlemen pada hampir seluruh isi berita. Koherensi: Dalam berita itu peneliti menemukan hubungan pembeda seputar pendapat para pimpinan parlemen dengan pihak penerbit. Sehingga judul dan isi berita menunjukkan kecondongan yang kontra dari para pimpinan parlemen tersebut terhadap buku karya George Junus itu. Sementara tanggapan dari pihak penerbit, menyatakan siap menghadapi gugatan dari pihak yang tidak sepakat atas data yang dilansir buku tersebut. Bentuk Kalimat: Dari kalimat yang digunakan oleh harian Jurnal Nasional termasuk dalam kalimat aktif, karena banyak terdapat kutipan langsung dan kalimatnya menggunakan awalan me- , yang terdiri dari mempercayai, mengklarifikasi, mencari, mengatakan, mempertanggungjawabkan, membuktikan, memunculkan, melemparkan, menimbulkan, menunjuk, menghadapi.
Bentuk kalimat langsung juga terlihat dari banyak nya kutipan dari beberapa tokoh untuk memperkuat isi berita tentang data yang tidak valid pada buku George Junus Adijtondro itu. Secara unsur tematik berita ini ingin menekankan kepada banyak nya pendapat yang mengatakan bahwa buku ini bukan karya ilmiah. Retoris Kata: Dalam aspek retorisnya berita itu yang dipakai adalah unsur penulisan sebuah buku yang merupakan karya ilmiah. Data sekunder, data primer, Valid. Idiom: Lompat-lompatan logika, yang bisa diartikan mengada-ada. Foto: Taufik Kiemas, Ketua MPR Harian Jurnal Nasional menggunakan beberapa istilah ilmiah untuk mendukung gagasan atau pendapat dalam pemberitaanya.
69
Frame 3.
Aditjondro Bisa Dipidana
1. Sintaksis Dalam berita kali ini Harian Jurnal Nasional menuliskan berita tentnag sanksi huku yang bisa didapat George Junus Aditjondro karena telah menuliskan hal yang berbau fitnah dan data yang tidak akurat pada buku nya yang berjudul “Membongkar Gurita Cikeas”.3 a. Headline Aditjondro Bisa Dipidana Menurut peneliti, harian Jurnal Nasional memakai judul ini untuk menunjukkan sanksi yang bisa didapat George Junus Aditjondro dalam karena tulisannya dalam buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Judul ini sesuai dengan uraian yang selanjutnya dapat disimak pada bagian lead. b. Lead Ketua Mahkamah Konstitusi Moh Mahfud MD menilai George Junus Aditjondro dapat dijerat pidana jika menebar fitnah dalam bukunya bertajuk Membongkar Gurita Cikeas, Di Balik Skandal Bank Century. Kutipan lead tersebut disusun harian Jurnal Nasional mengarah kepada sanksi yang bisa didapat George Junus Aditjondro berkaitan dengan isi buku “Membongkar Gurita Cikeas” yang ditulisnya. Dalam lead ini harian Jurnal Nasional ingin menegaskan bahwa buku tersebut berisi fitnah dengan menggunakan pendapat dari Ketua Mahkamah Agung Moh Mahfud MD.
3
Berita lengkap “Aditjondro Bisa Dipidana ”, Jurnal Nasional, 30 Desember 2009 h 1 dan 7 dapat dilihat pada lampiran
70
Lead yang digunakan adalah lead jenis who lead (teras berita siapa) yaitu dengan menggunakan pernyataan dari Ketua Mahkamah Agung. c. Latar Dalam pemberitaan ini harian Jurnal Nasional mengambil latar informasi sanksi hukum yang dapat dikenakan kepada seseorang yang menebar fitnah. Dalam hal ini George Junus Aditjondro sebagai penulis buku “Membongkar Gurita Cikeas” d. Kutipan Kutipan yang dipakai harian Jurnal Nasional pada pemberitaannya kali ini adalah kutipan dari Moh Mahfud yaitu: "Orang yang menulis itu kalau mengandung fitnah, harus diberi peluang untuk ditindak secara hukum. Jadi, demokrasi harus seimbang. Orang bebas mengkritik, namun orang yang mengkritik secara ngawur itu harus ditangani secara hukum. Sebab demokrasi, di satu sisi ada kebebasan, tetapi juga ada hukum," Menurut peneliti kutipan ini digunakan untuk memperjelas judul dari berita ini. Selain dari Ketua Mahkamah Agung Mahfud MK berita ini juga mencantumkan kutipan dari Direktur utama LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf. Menurut peneliti kutipan ini digunakan untuk menguatkan bahwa tidak ada aliran dana bank century yang mengalir ke LKBN Antara seperti yang tercantum dalam buku George. Berikut kutipannya: "Pak George telah mengakui bahwa tuduhan itu keliru, dan kami sambut baik niat beliau untuk meluruskan bukunya. Intinya, tidak ada pengalihan dana Public Service Obligation Antara ke Bravo Media Center," kata Dirut LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf seusai dialog dengan Aditjondro di Studio TVOne Jakarta, Selasa.
71
e. Sumber Moh Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi Ahmad Mukhlis Yusuf, Direktur Utama LKBN Antara f. Pernyataan Sejumlah pimpinan lembaga di parlemen tak satu pun memercayai substansi buku Aditjondro tersebut. Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua MPR Taufiq Kiemas, dan Ketua DPD Irman Gusman mengatakan buku tersebut hanya mencari sensasi. Pernyataan ini digunakan untuk memperkuat berita tentang isi buku yang tidak valid g. Penutup Perum LKBN Antara menyatakan bahwa somasi tetap diberlakukan kepada Aditjondro untuk memastikan revisi buku dilaksanakan dan kekeliruan atas tuduhan pengalihan dana PSO Antara ke Bravo Media Center diluruskan. 2. Skrip Dari struktur skrip nya peneliti menemukan unsur kelengkapan berita 5 W+1 H yang dipublikasikan oleh harian Jurnal Nasional ini. Dalam pandangan peneliti melalui struktur skripnya wartawan ingin mengarahkan kepada aspek hukum dan klarifikasi terhadap buku “Membongkar Gurita Cikeas”.
3. Tematik a. Detail Dari analisis tematik, peneliti menemukan beberapa hal tentang bagaimana wartawan menuliskan detail fakta dari berita tersebut. Dalam
72
berita ini peneliti menemukan detail sanksi hukum terhadap George Junus Aditjondro berupa pernyataan Ketua Mahkamah Agung dan somasi yang dilakuakn oleh LKBN Antara sebagai pihak yang disebut oleh Gorge Junus dalam buku nya menerima aliran dan dari Bank Century. b. Koherensi Koherensi adalah jalinan atau pertalian antar kata atau kalimat dalam teks. Dalam berita ini penulis menemukan hubungan sebab akibat yaitu pada bagian berita yang menyebutkan tentang isi buku George yang memuat tentang aliran dana dari Bank Century ke LKBN Antara. Yang menjadi pertalian sebab-akibat dalam berita ini terdapt di akhir berita yaitu: Perum LKBN Antara menyatakan bahwa somasi tetap diberlakukan kepada Aditjondro untuk memastikan revisi buku dilaksanakan dan kekeliruan atas tuduhan pengalihan dana PSO Antara ke Bravo Media Center diluruskan. c. Bentuk kalimat Dalam berita kali ini Harian Jurnal Nasional masih banyak menggunakan alimat aktif dalam penulisan berita. Yaitu dengan melampirkan kutipan-kutipan pernyataan dari beberapa narasumber. 4. Retoris a. Leksikon (Kata) Leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atau berbagai kemungkinan kata yang dipilih dari kemungkinan kata yang tersedia. Kata-kata seperti fitnah, somasi dan pidana banyak disebutkan untuk mewakili aspek hukum dalam berita ini.
73
b. Grafis Dalam berita ini terdapat frase
“orang dalam” yang disebut
Adijtondro sebagai sumber nya dalam menulis buku. Menurut peneliti harian ingin menekankan bahwa seolah info yang didapat untuk menulis buku itu adalah info yang tidak akurat karena hanya menyebutkan istilah “orang dalam”. Dan tidak menyebutkan identitas lengkap dari orang yang menjadi narasumber dalam buku yang ditulis George.
Tabel 7 Framing Edisi 30 Desember 2009 “Aditjondro Bisa Dipidana ”
Frame 3: Sanksi hukum yang dapat diterima Aditjondro Struktur Variabel Sintaksis Headline: Aditjondro bisa dipidana Headline pada berita ini dijelaskan kembali pada bagian lead yang mencantumkan pernyataan dari Ketua Mahkamah Agung Mahfud MD Lead: Ketua Mahkamah Konstitusi Moh Mahfud MD menilai George Junus Aditjondro dapat dijerat pidana jika menebar fitnah dalam bukunya bertajuk Membongkar Gurita Cikeas, Di Balik Skandal Bank Century. Lead yang digunakan adalah lead jenis who lead (teras berita siapa) yaitu dengan menggunakan pernyataan dari Ketua Mahkamah Agung. Latar Informasi: Dalam pemberitaan ini harian Jurnal Nasional mengambil latar informasi sanksi hukum yang dapat dikenakan kepada seseorang yang menebar fitnah. Dalam hal ini George Junus Aditjondro sebagai penulis buku “Membongkar Gurita Cikeas”
74
Kutipan: Kutipan yang dipakai harian Jurnal Nasional pada pemberitaannya kali ini adalah kutipan dari Moh Mahfud yaitu: "Orang yang menulis itu kalau mengandung fitnah, harus diberi peluang untuk ditindak secara hukum. Jadi, demokrasi harus seimbang. Orang bebas mengkritik, namun orang yang mengkritik secara ngawur itu harus ditangani secara hukum. Sebab demokrasi, di satu sisi ada kebebasan, tetapi juga ada hukum," Selain dari Ketua Mahkamah Agung Mahfud MK berita ini juga mencantumkan kutipan dari Direktur utama LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf. Menurut peneliti kutipan ini digunakan untuk menguatkan bahwa tidak ada aliran dana bank century yang mengalir ke LKBN Antara seperti yang tercantum dalam buku George. Berikut kutipannya: "Pak George telah mengakui bahwa tuduhan itu keliru, dan kami sambut baik niat beliau untuk meluruskan bukunya. Intinya, tidak ada pengalihan dana Public Service Obligation Antara ke Bravo Media Center," kata Dirut LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf seusai dialog dengan Aditjondro di Studio TVOne Jakarta, Selasa. Sumber: Moh Mahfud MD, Ketua Mahkamah Agung Ahmad Mukhlis Yusuf, Direktur LKBN Antara Pernyataan: Sejumlah pimpinan lembaga di parlemen tak satu pun memercayai substansi buku Aditjondro tersebut. Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua MPR Taufiq Kiemas, dan Ketua DPD Irman Gusman mengatakan buku tersebut hanya mencari sensasi. Pernyataan ini digunakan untuk memperkuat berita tentang isi buku yang tidak valid Penutup: Perum LKBN Antara menyatakan bahwa somasi tetap diberlakukan kepada Aditjondro untuk memastikan revisi buku dilaksanakan dan kekeliruan atas tuduhan pengalihan dana PSO Antara ke Bravo Media Center diluruskan. Harian Jurnal Nasional mengutarakan sanksi hukum yang bisa saja didapat oleh orang yang mengarang buku dengan tujuan memfitnah.
75
Who: George Junus Aditjondro What: Tindak pidana yang bisa saja didapat George Junus Aditjondro When: 29 Desember 2009 Where: Jakarta Why: Menulis buku tanpa data yang valid How: Menebar fitnah dalam buku yang dituilsnya Pendapat yang dihadirkan merupakan pendapat yang kebanyakan menunjukkan kesalahan Goerge Junus Aditjondro Tematik Detail: detail sanksi hukum terhadap George Junus Aditjondro berupa pernyataan Ketua Mahkamah Agung dan somasi yang dilakukan oleh LKBN Antara sebagai pihak yang disebut oleh Gorge Junus dalam buku nya menerima aliran dan dari Bank Century. Koherensi: Dalam berita ini terdapat hubungan sebab akibat yaitu pada bagian berita yang menyebutkan tentang isi buku George yang memuat tentang aliran dana dari Bank Century ke LKBN Antara. Yang menjadi pertalian sebab-akibat dalam berita ini terdapat di akhir berita Bentuk Kalimat: Bentuk kalimat banyak menggunakan kalimat aktif dan kutipan langsung Harian Jurnal Nasional ingin menampilkan pernyataan yang mengarah kepada aspek hukum terhadap Pengarang “Buku Membongkar Gurita Cikeas” Kata: Retoris Dalam berita ini terdapat kata-kata unsur hukum diantaranya, pidana, somasi dan fitnah Grafis: "orang dalam" Banyak pemakaian kata berbau hukum dalam berita ini yang mendukung judul berita Skrip
76
Frame 4 Pemukulan yang dilakukan Aditjondro 1. Sintaksis Pada pemberitaan kali ini Harian Jurnal Nasional mengankat berita tentang insiden yang terjadi pada saat peluncuran buku “Membongkar Gurita Cikeas” karya Goerge Junus Aditjondro. Pemukulan yang dilakukan oleh George Junus Aditjondro terhadap Ramadhan Pohan yang akhirnya melaporkan George ke polisi atas peristiwa tersebut. 4 a. Headline Aditjondro Tak Siap Beda Pendapat Menurut peneliti, harian Jurnal Nasional memakai judul ini untuk menunjukkan keraguan terhadap kematangan emosional George Junus Aditjondro dalam mengahadapi perbedaan pendapat. Judul ini sesuai dengan uraian yang selanjutnya dapat disimak pada bagian lead. b. Lead Kematangan dan kedewasaan intelektual maupun emosional George Junus Aditjondro, semakin dipertanyakan setelah ia memukul anggota DPR Ramadahan Pohan dengan buku kemarin. Kutipan lead tersebut disusun harian Jurnal Nasioanl langsung mengarah pada pemukulan yang dilakukan oleh George Junus Aditjondro kepada Ramadhan Pohan dalam peluncuran buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Dalam pengamatan peniliti lead ini disusun untuk menunjukkan ketidakstabilan emosi yang dimiliki seorang intelektual seperti George Junus Aditjondro. 4
Berita lengkap “George Tak Siap Beda Pendapat ”, Jurnal Nasional, 28 Desember 2009 h 1 dan 7 dapat dilihat pada lampiran
77
Lead yang digunakan adalah lead jenis what lead (teras berita apa) yaitu jenis lead yang mengarah langsung kepada peristiwa apa yang terjadi. c. Latar Dalam pemberitaan ini harian Jurnal Nasional mengambil latar informasi peluncuran buku “Membongkar Gurita Cikeas” di Jakarta. d. Kutipan Kutipan yang dipakai harian Jurnal Nasional pada pemberitaannya kali ini adalah dari Ramadhan Pohan anggota DPR RI yang juga pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi harian Jurnal Nasional. Ada lima kutipan yang diambil oleh wartawan Jurnal Nasional dari pernyataan Ramadhan Pohan tapi tidak ada satu pun pernyataan dari George Junus Adijondro dalam yang dimasukkan pemberitaan ini. Dalam kutipannya Ramadhan Pohan memberikan informasi terkait kronologis pemukulan yang dilakukan George Junus adtjondro pada saat peluncuran buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Kutipan yang selanjutnya digunakan adalah kutipan dari Ketua Fraksi Partai Demokrat yang juga pernah menjadi narasumber untuk berita sebelumnya. Berikut kutipannya: “Kami mengira GJA (George Junus Aditjondro) adalah tokoh intelektual yang matang dan dewasa. Tetapi ternyata punya masalah dengan kemampuan mengendalikan diri. Kelasnya ternyata tidak setinggi yang dibayangkan banyak orang.” 2. Skrip Dari struktur skrip nya peneliti menemukan unsur kelengkapan berita 5 W+1 H yang dipublikasikan oleh harian Jurnal Nasional ini. Dalam pandangan
78
peneliti melalui struktur skripnya wartawan ingin mengarahkan peristiwa peukulan yang dilakukan oleh George Junus Aditjondro terhadap Ramadhan Pohan pada acara peluncuran buku “Membongkar Gurita Cikeas” atas ketidkstabilan emosi George Junus yang tidak siap beda pendapat. Wartawan harian Jurnal Nasional lebih memberikan kecenderungan pembelaan terhadap Ramadhan Pohan dengan memasukkan pernyataan dari beberapa narasumber.
3. Tematik a. Detail Dari analisis tematik, peneliti menemukan beberapa hal tentang bagaimana wartawan menuliskan detail fakta dari berita tersebut. Dalam berita ini peneliti menemukan detail penyebab pemukulan yang dilakukan oleh George Junus Aditjondro terhadap Ramadhan Pohan. Peneliti juga menemukan tuntutan yang diajukan oleh Ramdahan Pohan terhadap perbuatan yang dilakukan George Junus Tersebut. b. Koherensi Peneliti menemukan koherensi sebab akibat yang terdapat pada berita ini. Yaitu terdapat pada awal dengan akhir berita. Dimana pada awal berita menjelaskan tentang peristiwa pemukulan yang dilakukan oleh George Junus Aditjondro terhadap Ramadhan Pohan yang berakibat pelaporan Ramadhan ke polisi. c. Bentuk Kalimat Kalimat yang digunakan dalam berita ini banyak menggunakan kalimat langsung dan kutipan langsung dari narasumber.
79
d. Kata Ganti Dalam berita ini peneliti menemukan kata ganti yang digunakan yaitu terdapat dalam paragraf: Anas mendukung jika Ramadhan mengadukan Aditjondro ke polisi. "Menempuh jalur hukum adalah pilihan yang tepat dan beradab. Kami tentu saja mendukung langkah yg ditempuh oleh RP. Yang kami tidak dukung adalah kalau RP balik menyambit GJA." Kami : digunakan menjadi kata ganti yang mewakili Partai Demokrat Tabel 8 Framing Edisi 31 Desember 2009 “Aditjondro Tak Siap Beda Pendapat” Frame 4: Aditjondro Hanya Cari Sensasi Struktur Variabel Sintaksis Headline: Aditjondro Tak Siap Beda Pendapat Lead: Kematangan dan kedewasaan intelektual maupun emosional George Junus Aditjondro semakin dipertanyakan setelah ia memukul anggota DPR Ramadhan Pohan dengan buku kemarin. Lead yang dugnakan adalah what lead atau teras berita apa Latar Informasi: Dalam pemberitaan ini harian Jurnal Nasional mengambil latar informasi peluncuran buku membongkar Gurita Cikeas di Jakarta. Kutipan: “Kami mengira GJA (George Junus Aditjondro) adalah tokoh intelektual yang matang dan dewasa. Tetapi ternyata punya masalah dengan kemapuan mengendalikan diri. Kelasnya ternyata tidak setinggi yang dibayangkan banyak orang.” Sumber: Anas Ubaningrum, Ketua Fraksi Parta demokrat Penutup: Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie mengatakan Aditjondro dapat dijerat pidana jika menebar fitnah dalam bukunya Membongkar Gurita Cikeas. Menurut Jimly, meski
80
penulis berhak menyatakan pendapatnya dalam sebuah buku, namun tidak boleh menebar fitnah tanpa disertai bukti dan fakta yang kuat. Who: George Junus Aditjondro Skrip What: Peluncuran buku membongakr Gurita Cikeas di Jakarta When:30 Desember 2009 Where: Kafe Doekoen, Jakarta Why: Kematangan emosional yang diragukan How: George memukul Ramdhan Pohan dengan buku Dari analisis Skrip berita ini memiliki kelengkapan 5W+1H Tematik Detail: Dari analisis tematik, peneliti menemukan beberapa hal tentang bagaimana wartawan menuliskan detail fakta dari berita tersebut. Dalam berita ini peneliti menemukan detail penyebab pemukulan yang dilakukan oleh George Junus Aditjondro terhadap Ramadhan Pohan. Peneliti juga menemukan tuntutan yang diajukan oleh Ramdhan Pohan terhadap perbuatan yang dilakukan George Junus Tersebut. Koherensi: Peneliti menemukan koherensi sebab akibat yang terdapat pada berita ini. Yaitu terdapat pada awal dengan akhir berita. Dimana pada awal berita menjelaskan tentang peristiwa pemukulan yang dilakukan oleh George Junus Aditjondro terhadap Ramdhan Pohan yang berakibat pelaporan Ramadhan ke polisi. Bentuk Kalimat: Kalimat yang digunakan dalam berita ini banyak menggunakan kalimat langsung dan kutipan langsung dari narasumber. Kata Ganti: Kami : digunakan menjadi kata ganti yang mewakili Partai Demokrat Harian Jurnal Nasional ingin mengarahkan pembaca kepada aspek intelektual George yang dapat diragukan dengan pemukulan yang terjadi Retoris Kata: Pemilihan kata banyak digunakan kata yang berhubungan dengan aspek hukum dan ilmiah seperti pemukulan demokrasi, tuntutan, Grafis: menggunakan beberapa istilah seperti Inisuasi dan Halusinasi Harian Jurnal Nasional ingin menonjolkan segi psikologis George Junus Adijtondro
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan hiburan, dan desas desus), bersifat umum dan terbuka. Dengan menggunakan analisis framing, maka dapat diketahui seperti apa yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pers kepada khalayak dalam bentuk teks berita. Berdasarkan analisis framing yang dilakukan terhadap harian Jurnal Nasional, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari keempat berita terdapat beberapa kesimpulan pengemasan yang dilakukan oleh harian Jurnal Nasional dalam memberitakan buku “Membongkar Gurita Cikeas”. Antara lain sebagai berikut: a. Berita Pertama, dengan judul "SBY Tak Tertarik Bahas Buku Aditjondro" menggunakan jenis lead atau teras berita yang dipakai termasuk ke dalam jenis statement lead (Teras berita pernyatan). Dalam pemberitaan tanggal 28 Desember 2009 ini harian Jurnal Nasional banyak menggunakan kutipan pernyataan langsung dan kalimat aktif. Penulisan berita ini juga secara tendensius menyudutkan
81
82
George Junus Aditjondro dan hasil karyannya "Membongkar Gurita Cikeas". b. Berita Kedua, Jenis lead atau teras berita yang digunakan dalam pemberitaan tanggal 29 Desember 2009 ini termasuk ke dalam lead statement lead atau teras berita pernyataan. Dalam pemberitaan kali ini harian Jurnal Nasional ingin menyoroti tanggapan dan tindakan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap buku “Membongkar Gurita Cikeas”. c. Berita Ketiga Pada berita yang beredar tanggal 30 Desember 2009 ini harian Jurnal Nasional menggunakan who lead atau teras berita siapa sebagai pembuka berita. Dalam berita ini harian Jurnal Nasional mengangkat tema tentang sanksi hukum yang bisa diarahkan kepada George Junus Aditjondro. d. Berita Keempat Harian Jurnal Nasional menggunakan who lead atau teras berita siapa untuk menjadi lead dalam pemberitaannya. Pada berita kali harian Jurnal Nasional ingin mengarahkan pembaca kepada berita tentang insiden yang terjadi pada peluncuran buku Membongkar Gurita Cikeas. Yaitu pemukulan yang dilakukan George Junus Aditjondro terhadap Ramadhan Pohan dengan menggunakan buku. Berita ini beredar pada tanggal 31 Desember 2009.
83
2. Kencendrungan
Keberpihakan
Harian
Jurnal
Nasional
Dalam
Pemberitaan Buku “Membongkar Gurita Cikeas” Dari analisis framing mengenai pemberitaan seputar buku Membongkar Gurita Cikeas pada harian Jurnal Nasional, pada empat edisi di atas haran Jurnal Nasional terlihat cenderung berpihak kepada salah satu pihak, yaitu kepada pihak yang menjadi pembahasan dalam buku Membongkar Gurita Cikeas. Dalam pemberitaan buku Membongkar Gurita Cikeas, harian Jurnal
Nasional
cenderung
menyampaikan
pemberitaan
yang
menyudutkan George Junus Aditjondro sebagai penulis buku tersebut. Bahkan dalam pemberitaannya tidak dilakukan wawancara langsung kepada pihak George Junus Aditjondro. Harian Jurnal Nasional sebagai harian yang memberitakan hal positif tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain dengan Presiden harian ini juga dekat dengan Partai Demokrat, terlihat dari sering muncul nya peryataan yang dari pihak Partai Demokrat. Seperti kutipan wawancara berikut: Sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah, maka mau tidak mau Jurnas harus bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pemierintahan pimpinan Presiden SBY. Jurnas coba mengangkat semua keberhasilan, atau pencapaian yang dilakukan pemerintahan SBY. Jurnas sebenarnya tidak memiliki hubungan struktural dengan Partai Demokrat. Cuma karena SBY merupakan kader Partai Demokrat, maka mau tidak mau Jurnas memiliki hubungan yang baik dengan partai demokrat. Pemberitaan yang positif tentang pemerintahan Presiden SBY pasti akan berdampak positif bagi Partai Demokrat.
84
Dari
keempat
berita,
peneliti
menemukan
bahwa
setiap
pemberitaan pada harian Jurnal Nasional terjadi keberpihakan kepada salah satu pihak. Karena ada salah satu narasumber yang mendapat porsi lebih banyak bila dibandingkan dari narasumber lainnya.
B. Saran Melihat dari analisis framing pada pemberitaan buku Membongkar Gurita Cikeas pada harian Jurnal Nasionaldi atas, maka penulis menyarankan: 1. Media massa memiliki ciri khas, yakni memilki kemampuan memikat perhatian khalayak secara serempak dan serenta. Karena itu, dalam menyusun strategi komunikasi sifat media yang digunakan media harus benar-benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang dituju. Sebab media massa dapat didokumentasikan, diulang, dikaji, dihimpun untuk kepentingan pengentahuan, dan dijadikan bukti otentik. 2. Kepada harian Jurnal Nasional agar senantiasa menyajikan berita yang objektif dalam setiap pemberitaannya. Hilangkan stigma memihak pada harian Jurnal Nasional. 3. Kepada para dosen komunikasi , khususnya dosen-dosen yang ada di Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah
Jakarta,
agar
semakin
meningkatkan
memeperdalam kajian komunikasi untuk para mahasiswanya.
dan
85
4. Bagi mahasiswa yang menyukai dunia Jurnalistik, khususnya media cetak, diharapakan dengan mengangkat karya-karya jurnalistik yang baik untuk sebuah acuan dan motivasi, begitu juga untuk para pekerja pers yang telah menekuni profesi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan S, Amran Tasai. Cermat Berbahas Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. 1995. Jakarta: Akademika Pressindo. Edisi Baru. Cetakan ke-1. Badudu, JS. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar Cetakan II. 1986. Jakarta: PT Gramedia. Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi. 2004. Yogyakarta: Gitanyali. Bland Michael. Alison Theaker, David Wragg. Seri Praktik PR Hubungan Media Yang Efektif. 2001. Jakarta: Penerbit Erlangga Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori Pradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. 2007. Jakarta: Kencana. Cet Ke-2 Croteau David, Wiliam Hoynes, Media/Society:Industries, Images, and Audiences pine Foge Press, 1997: New York Darmanto. Membongkar Ideologi di Balik Penulisan Berita Dengan Analisa Framing. 2004. makalah. Universitas Brawijaya DH, Downing John,. Denis McQuail. Philip Schkesinger. Ellen Wartella, Media Studies, (Sage Publications. United Kingdom:2004 Effendi, Onong Uchjana, M.A Prof. Dinamika Komunikasi. 1986. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ________________ , Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. 2003. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Cet Ke-3 Eriyanto. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A 2005. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara. Farihah, Ipah. Panduan Penelitian UIN Syahid Jakarta. 2006. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press. Hamad, Ibnu dan Agus Sudibyo, M. Qodari. Kabar-kabar Kebencian Prasangka di Media Massa. 2001. Jakarta: ISAI Ishwara, Luwi. Seri Jurnalistik Kompas: Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
86
87
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktik. Pengantar: Prof. Dr. M. Budayatna, M.A. 2006. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII. 1995 Mc Quail, Dennis. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Terjemahan Agus Dharma, dkk. 1996. Jakarta: Erlangga Miller, Kathrine, Communication Theories, New York : Mc Graw-Hill Companies 2001 Muhtadi, Asep Saeful M.A, Drs. Jurnalistik Pendekatan Teori Dan Praktik. 1999. Jakrta: Logos Wacana Ilmu Cetakan Ke-2 Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. 2005. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poesporodjo. Logika Scientifika: Pengantar Dialektika Dan Ilmu. 1999. Bandung: Pustaka Grafika. Rachmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Edisi Revisi. Rivers, William L, Bryce Mcintyre, Alison Work. Editorial. Penyunting: Deddy Jamaluddin Malik. 1944. Bandung Remaja Rosdakarya. Cetakan Pertama. Romli, Asep Syamsul M. S.IP. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. 2005. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Salam, Prif, Dr. H. Syamsir MS dan Jaenal Arifin, M.Ag Metodologi Peneletian Sosial. 2006. Jakarta UIN Press. Sobur, Alex M. Si, Drs. Analisis Teks Media (Suatu pengantar Untuk Analisis Wacan, Analisis Semiotik dan Analisi Framing). 2006. Bandung: PT Remaja Rosdalarya. Cet, ke-4. Sodjoeno Soekamto. Sosiologi Pengantar. 1987. Jakarta: PT Rajwali Pers Sudarsana, Gunawan. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. 2007. Yogyakarta: Indonesia Tera. (lihat kamus besar bahasa Indonesia(1992)) Sumadiria, AS Haris M.Si, Drs Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional.2006. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
88
Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta. Lkis. 2001 Strenz, Herbert. Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dalam Mengemas dan Menyesatkan Berita. 1993. Jakrta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tebbel, John. Karier Jurnalistik. Penyadur: Dean Praty Rahyuningsih. 2003.Semarang: Dahara Prize. Referensi Lain: Dokumen Company Profile Jurnal Nasional. http://alioebaid.blogspot.com Kamus Besar Bahasa Indonesia, JakArta: Balai pustaka. 1988. Depdikbud. www.jurnas.com Wawancara dengan Redaktur Berita Politik Harian Jurnal Nasional Very Herdiman Harian Jurnal Nasional pada Maret 2011
DAFTAR WAWANCARA
Nama
: Very Herdiman
Jabatan
: Redaktur Berita Politik Harian Jurnal Nasional
Tanggal Wawancara : 10 Maret 2011 Tempat
: Kantor Redaksi Harian Jurnal Nasional. Jalan Johar no 8, Menteng, Jakarta Pusat
1. Apa yang melatar belakangi lahirnya harian jurnal nasional?kapan tepatnya? Jurnal Nasional terbit perdana pada 1 Juni 2006. Pemilihan tanggal 1 Juni bertepatan dengan Hari Lahirnya Pancasila. Ini sebuah komitmen pendiri untuk tetap mengawal salah satu pilar bangsa, Pancasila. Jurnal Nasional (Jurnas) menempatkan diri sebagai penghubung antara suara "republik" (yaitu pemerintah) dengan "publik" (rakyat). Selama ini, hubungan dua entitas tersebut (pemerintah) dan rakyat) boleh dibilang terjadi gap (kesenjangan). Informasi dari pemerintah tidak sepenuhnya mencapai masyarakat. Demikian pula, segala keluhan masyarakat tidak sampai pada pemerintah. Hal inilah yang menimbulkan salah pengertian atau pemahaman. Karena itu, muncul riak, dan rasa saling tidak percaya. Nah, Jurnas coba tampil untuk menjadi penghubung dua entitas tersebut, agar terjadi saling pengertian antara pemerintah dan rakyat. 2. Bagaimana perkembangannya hingga kini? Nah, saya kurang tahu hal ini (ini bisa ditanyakan ke bagian pengembangan Jurnas, atau pimpinan Jurnas). Tapi secara garis besar, Jurnas masih tetap eksis, walaupun masih harus bersaing ketat dengan media lainnya. Persaingan media saat ini sangat ketat. Karena itu, Jurnas berkembang secara perlahan. 3. Apa visi dan misi harian Jurnal Nasional? -
Visi harian Jurnal Nasional Adalah surat kabar berbasis jurnalisme pencerahan terdepan di Inonesia 2014
-
Misi Harian Jurnal Nasional a. Menegakkan fungsi informasi, edukasi, re-kreatif dan kontrol sosial b. Mewartakan fakta dan peristiwa secara obyektif tanpa prasangka c. Menegakkan cober both side dalam seluruh aspek pemberitaan d. Menyajikan informasi edukatif dan pengembangan optimisme
e. Mengembangkan wawasan pembaca sebagai bagian dari proses perubahan dan pembaruan bangsa f. Menegakkan demokrasi berbudaya secara kreatif berdasrkan etika g. Menguatkan nilai ekonomi media massa h. Menciptakan kondisi terbaik bagi kesejahteraan karyawan 4. Bagaimana struktur redaksi harian Jurnal nasional? Struktur reksi Jurnas berkembang. Pada awalnya, Jurnas hanya menerbitkan koran (cetak). Strukturnya adalah: Pemimpin Umum (PU), Wakil Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi, Wakil Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Reporter Senior, Reporter Junior. Saat ini Jurnas juga menerbitkan portal dengan nama, www.jurnas.com. Seiring itu, struktur pun diubah: Direktur Utama, Pemimpin Redaksi, Wakil Pemimpin Redaksi, Redaktur Eksekutif, Redaktur Pelaksana, Kepala Newsroom, Kepala Jurnas.com, Redaktur, dan Reporter. 5. Bagaiaman segmentasi pembaca harian Jurnal Nasional? Pembaca Jurnas adalah golongan kelas menengah ke atas. Sasarannya adalah para pejabat di kementerian, atau pemerintahan, dan para pengusaha swasta. Namun masyarakat kelas bawah juga menjadi salah satu sasaran pembaca Jurnas. Namun, porsinya lebih sedikit. 6. Dari mana saja sumber berita yang didapat oleh wartawan dalam setiap penulisan berita? Dari narasumber, baik itu pemerintah (Presiden, para menteri, pejabat publik) maupun pengusaha atau pelaku usaha, pengamat di perguruan tinggi, dan masyarakat biasa. 7. Apa strategi wartawan Harian Jurnal Nasional agar pembaca memahami apa yang dituliskan dalam berita? Tulisan disajikan dalam bahasa populer dengan
tidak mengabaikan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Juga mengambil tema yang sedang ngetrend atau menjadi perhatian masyarakat. 8. Bagaimana dengan tanggapan bahwa Jurnal Nasional dekat dengan Partai Demokrat dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono? Sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah, maka mau tidak mau Jurnas harus bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pemerintahan pimpinan Presiden SBY. Jurnas coba mengangkat semua keberhasilan, atau pencapaian yang dilakukan pemerintahan SBY. Jurnas sebenarnya tidak memiliki hubungan struktural dengan Partai Demokrat. Cuma karena SBY merupakan kader Partai Demokrat, maka mau tidak mau Jurnas memiliki hubungan yang baik dengan partai demokrat. Pemberitaan yang positif tentang pemerintahan Presiden SBY pasti akan berdampak positif bagi Partai Demokrat. Namun, Jurnas tidak hanya membina hubungan dengan Partai Demokrat saja, tetapi dengan semua partai politik. Media massa wajib membangun dan memberi pendidikan politik terhadap semua partai politik. 9. Bagaimana reaksi
dan tanggapan Harian
Jurnal
Nasional
terhadap
diluncurkannya Buku Membongkar Gurita Cikeas? Tulisan itu sah-sah saja. Menerbitkan buku adalah bagian dari ekspersi kebebasan berpikir seseorang. Namun, sebagai sebuah karya ilmiah, metode penulisan sebuah buku harus dipenuhi. Misalnya harus ada penelitian mendalam, harus ada investigasi dan klarifikasi. Nah, ini yang lalai dilakukan Geoge, karena itu menimbulkan kritikan publik. 10. Apa pesan yang ingin disampaikan Harian Jurnal Nasional terhadap pemberitaan buku ini? Intinya buku ini penuh dengan rumors yang belum bisa dipertanggungjawabkan. Karena itu, buku ini harus dilengkapi atau direvisi agar menghasilkan buku yang ilmiah. 11. Bagaimana arus produksi di Harian Jurnal Nsional ini? Jurnas hadir sebagai media yang membawa paradigma baru yaitu, Good News Is Good News. Ini sebagai revisi terhadap paradigma lama yaitu, Bad News is Good News. Karena itu, Jurnas selalu menghadirkan berita yang positif, misalnya
pencapaian pemerintah, atau sektor swasta. Berita positif itu diharapkan mampu menerbitkan harapan bagi kemajuan Indonesia. 12. Apa hambatan dalam memprodulsi berita? Mungkin dari narasumber yang belum terbuka, dan juga adanya keterbatasan dari segi SDM. Tapi hal ini coba terus dibenahi. 13. Bagaimana dengan pemilihan sumber berita dalam penulisan tentnag beritaberita Buku Membongkar Gurita Cikeas INI? George lebih banyak ambil dari situs, tanpa ada verifikasi dengan narasumber. Padahal, verifikasi hal yang hakiki dalam sebuah penerbitan. 14. Bagaiman Proses produksi pembritaan buku ini? Saya tidak tahu, mungkin tanya ke penulisnya. Tapi kesannya penulis menerbitkannya dengan tergesagesa. Mungkin dia mengejar timing yang pas. 15. Bagaiaman tanggapan pembaca yang diterima oleh redaksi tentang penulisan pemberitaan tentnag buku ini? Ada pro dan kontra. Ada yang mendukung George tapi juga ada yang menolaknya. Tentu dengan alasan mereka masingmasing.