KONSEP YESUS ANAK ALLAH: SUATU APOLOGETIKA TERHADAP PANDANGAN ‘ALLAH TIDAK BERANAK DAN TIDAK DIPERANAKAN’ Kevin T. Rey1
Abstraksi Kekuatan iman Kristen adalah berita kepastian yang bersumber pada Alkitab yang hakikatnya adalah firman Allah. Penyataan Alkitab (presuposisi yang tertinggi) dan Yesus Kristus Tuhan merupakan dasar yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan atau direduksi salah satu kebenarannya. Alkitab menyatakan Yesus Kristus Tuhan dan Yesus Kristus Tuhan menghormati otoritas Alkitab. Dua relasi yang tidak dapat dipisahkan antara Yesus dan firman-Nya. Masing-masing memberikan kepastian kebenaran yang saling meneguhkan. Berkaitan dengan Yesus Kristus Tuhan yang dinyatakan sebagai Anak Allah, hingga kini masih banyak yang meragukannya bahkan menjadikan Alkitab sebagai obyek hukuman bahwasannya Alkitab adalah karya fiksi atau legenda kuno. Mereka yang menolak Yesus, Anak Allah berusaha untuk menafsirkan teks-teks Alkitab untuk mendukung logika rasionalitas mereka. Bahkan mereka berusaha untuk melakukan manipulasi kebenaran atas nama Alkitab. Fakta Biblis dimanipulasi untuk mendapatkan spekulasi kebenaran yang menolak Yesus Anak Allah atau merelatifkan makna teks. Kekuatan berita Alkitab bahwa Yesus, Anak Allah tidak dapat dipatahkan hanya berdasarkan asumsi pragmatis mereka yang menolak. Teks-teks kebenaran Alkitab tentang Yesus Anak Allah telah nyata dan tak terbantahkan. Implikasinya adalah Yesus Kristus Tuhan adalah Allah yang hidup dan berdaulat tidak akan pernah bertentangan atau melawan berita Alkitab yang menyatakan pribadi dan kehadiran Allah secara ontologis teologis dan historis teologis. Fakta kepastian dari Allah yang jadi manusia berkarya dalam historisitas kemanusiaan manusia hingga mati dan bangkit dari kematian. Berita itu bagi pemikiran manusia modern tidak dapat diterima berdasarkan metode analisis historis positivis sehingga mereka berusaha untuk menganulir pernyataan kebenaran Alkitab yang cenderung fiksi atau mitos. Kemudian menggantikannya dengan kebenaran yang parsial atau fragmentaris yang dapat mereka terima yaitu Yesus yang hanya memiliki kehidupan manusiawi dan fitrahnya tidak lebih sebagai manusia ciptaan Allah. Tulisan selanjutnya adalah tulisan apologetika terhadap pengakuan Yesus sebagai Anak Allah berdasarkan teks-teks Alkitab yang kanonik. 1
Ka.Prodi S2 Teologi dan Dosen Sekolah Tinggi Teologi INTHEOS Surakarta.
Perspektif yang dimunculkan adalah kebenaran dalam konteks historis dan ontologisme teologisKristiani. Alkitab, hakikatnya firman Allah menjadi sumber sahih berkaitan Yesus sebagai Anak Allah dan di luar Alkitab bukanlah sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya karena dasar berpikirnya kosmosentri antropologis parsial. Segala fakta positivis dalam dimensi yang terbatas, dalam kategori parsial atau fragmentaris dan tidak akan pernah sampai pada pemikiran yang utuh sempurna selain pikiran Allah. Kiranya tulisan yang terbatas ini dapat menjelaskan iman Kristen tentang Yesus, Anak Allah yang hidup.
The Concept of Jesus is The Son of God: An Apologetic View to the Opinion “God is not beget, and not been begotten” Abstract The strength of Christian faith is based on certainty news of Bible which is God’s Word. Both revelation (highest presupposition) and Jesus Christ The Lord is an unseparated relating basis or irreducibly truth. Bible reveals Jesus Christ the Lord and Jesus respects the Bible. Unseparated relation between Jesus and His Word. Each gives certain truth and mutually strengthen. There are still some doubts due to what was stated of Jesus Christ as The Son of God, even judged that Bible is a fiction or ancient legend. Those who rejected Jesus as the Son of God had tried interpreting Bible’s texts to advocate their rationalities. Even manipulated the Bible’s truth. Biblical fact was manipulated to obtain speculated truth which was rejecting Jesus as God’s Son or made textual meanings goes relatively. The strength of biblical news about Jesus is the Son of God can’t be broken by their only pragmatic assumption who rejected it. Textual Bible’s truth about Jesus, The son of God is factual already and indisputable. The implication is that Jesus Christ Lord is The Living Sovereign God will never be in conflict or against any stated of the Bible about God’s personal and presence theologically ontologism and theological history. The certainty fact of God became human did His works in humanity history till dead and rose again. The news was unacceptable to modern people through their positivism historical analyzing method, so they tried to annul biblical truth which tend to fiction or myth. Then exchanged by partial or fragmentary truth which was acceptable, that Jesus only lived as human being and not more than a human created by God. The next is apologetically writing about Jesus’ stated Himself as Son of God according to canonical text of Bible. The exposing perspective is the truth in Christian historical and theological ontologism context. The Bible, what essentially is God’s Word, becomes a valid source in relating to Jesus is The Son of God, and other can not be accounted for, because its presumption is partially anthropology cosmocentric. All positivism facts 2
in restricted dimension, in fragmentary or partial category would never achieve a perfect concept, except by God’s own mindset. May this article can answer the questioned Christian faith statement about Jesus is The Son of God.
bukan
PENDAHULUAN Ratio naturalis (rasio alamiah) selalu terbuka terhadap kebutuhan jawaban yang
dapat
dipertanggung-jawabkan
oleh si empunya. Manusia sejatinya adalah ciptaan yang memiliki keyakinan rasional
yang
terhadap
bertanggung
setiap
pertanyaan
jawab yang
berkaitan dengan entitas moral yang memiliki kemampuan otonomi (self determination) yang terbatas. Hal itu berarti akan
bahwa rasionalitas seseorang memberikan
jawaban-jawaban
yang implikasinya adalah harmonisasi entitas moral
- yang berdasarkan
asumsi-asumsi dasar dogma/ajaran iman (Kristen) – dan nilai (idealisme & realisme nilai) dalam berperilaku atau bertindak bukan berdasarkan moralitas otonomi yang ultimate independence. Rasio
ilmiah
berorientasi
pada
penemuan kebenaran yang ‘per se esse’(ada pada dirinya sendiri ), selain itu kebenaran bukan diciptakan atau diadakan atau dimanipulasi. Kebenaran
3
melalui
direkonstruksi-dekonstruksi konsepsi
persepsi
personal
melainkan ditemukan melalui dialektika logis
dalam
definisi/batasan
istilah
konseptual. Definisi istilah konseptual memberikan pemahaman dan penjelasan yang kontekstual. “Pada dasarnya, untuk bernalar menurut cara Aristoteles yang sesungguhnya,
kita
perlu
menerjemahkan segala sesuatu ke dalam istilah-istilah
konseptual.”2
Artinya,
proses penalaran untuk menemukan kebenaran haruslah diawali dari istilah konseptual yang memberikan penjelasan dan makna terhadap kata atau kalimat. Hal itu ternyata telah dilakukan oleh Aristoteles pada masanya. Berkaitan rasio alamiah seseorang terhadap suatu kebutuhan kebenaran tetap dalam batasan ruang dan waktu (res extensa) yang tidak sempurna dan tidak menjadi absolut. Rasio alamiah yang tidak sempurna sering kali hadir dalam inkonsistensi konseptual personal. 2
J. Donald Walters. Crises In Modern Thought, (Jakarta: Gramedia, 2003), 73.
Inkonsistensi konseptual merusak skema penalaran
teratur/sistematik
Sepanjang
sejarah
kekristenan
yang
hingga masa kini, telah banyak terjadi
berusaha menemukan suatu kebenaran.
pereduksian Yesus Kristus Tuhan –
Hal itu berarti ketidak-sempurnaan rasio
Allah yang dalam rupa manusia dan
ilmiah dinyatakan melalui pernyataan-
menjadi sentralitas iman kristen - yang
pernyataan
atau
argumentasi-
memiliki kodrat theanthropik (kodrat
argumentasi
yang
inkonsistensi
Illahi & manusiawi dalam kesatuan yang
konseptual/inkoherensi (terjadi proses
berpribadi)
pertentangan
berpikir/ketidak-
meragukan kemanusiaan Yesus dan ada
dalam
juga
logisan).
dalam
Kebenaran
batasan
.
Ada
kelompok
kelompok
yang
yang
meragukan
ruang dan waktu tidak akan pernah
keillahian Yesus dengan berdasarkan
menjadi kebenaran absolute, sebaliknya
presuposisi-presuposisi dan klaim-klaim
kebenaran itu dimaknai dalam perspektif
kebenaran yang mereka terima untuk
tertentu dengan presuposisi tertentu dan
menguatkan
menggunakan metodologi tertentu pula.
Tujuannya
Kebenaran ditemukan berdasarkan
pendapat adalah
mereka.
menghadirkan
konseptualitas Yesus dalam konteks
interpretasi yang benar dan interpretasi
dekonstruksi-rekonstruksi
berdasarkan presuposisi yang dimiliki
mereka &
individu sebelumnya. “Suatu interpretasi
sebagai suatu kebenaran murni. Mereka
tidak
suatu
yang menerima atau yang menolak salah
pemahaman tanpa presuposisi atas suatu
satu kodrat Yesus berusaha memahami
pernah
merupakan 3
yang disodorkan pada kita.” presuposisi,
tidak
akan
logis
yang
kelompoknya menganggap
Tanpa
Yesus di luar konteks Yesus dalam
ditemukan
Alkitab. Asumsi mereka bahwasannya
pemahaman yang benar dan bertanggung
Alkitab
jawab, karena presuposisi merupakan
diselewengkan berita kebenarannya oleh
prinsip dasar bangunan konseptual setiap
orang-orang Kristen atau Alkitab itu
individu
sebuah kesaksian mitos yang selanjutnya
yang
melakukan
proses
penalaran logis kontekstual.
telah
dimanipulasi
atau
disakralisasikan dan diterima sebagai buku yang berotoritas dari Allah. “Akan tetapi, upaya untuk mengubah teks dan ajaran Injil telah dimulai berabad-abad
3
W. Poespoprodjo. Hermeneutika, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 78.
4
lalu, tak lama setelah masa Yesus.”4
“Perjanjian
Artinya,
mereka
Baru
asli
telah
sangat
yang
menentang
dirusak oleh para penyalin sehingga tak
–
berdasarkan
terpulihkan.”6 Mereka percaya bahwa
perspektif tertentu terhadap rekonstruksi
kitab Perjanjian Baru kanonikal telah
historis - percaya bahwa teks-teks dalam
sangat rusak dan tidak dapat menjadi
Injil yang diilhamkan Allah ternyata
sumber
telah banyak berubah dan diragukan
sejatinya mereka telah menggunakan
kebenarannya.
Perjanjian
kesahihan
Alkitab
“Objektivitas
historis
primer
Kristianitas.
Baru
Namun
sebagai
dasar
bukanlah suatu rekonstruksi faktualitas
rekonstruksi faktual historis tentang
masa
terulang,
Yesus dari Nazaret. “Kriteria penilaian
lampau
apakah suatu pernyataan kanon adalah
lampau
melainkan dalam
yang
tidak
kebenaran
sinar
masa
sah
tidak
adalah
berdasarkan
masa
bahwa
orang dapat
pertanyaan apakah suatu teks berpusat
mempunyai objektivitas historis tanpa
pada Kristus (kristosentris), apakah teks
suatu perspektif adalah mimpi.”5 Hal itu
itu berasal dari ajaran para rasul
menegaskan bahwasannya mereka yang
(apostolic) dan apakah sesuai dengan
menolak berita Alkitab & Yesus Kristus
kesaksian Roh Kudus di dalam hati
Tuhan
perspektif
orang percaya (autopistis).”7 Hal itu
konseptual tertentu dan berusaha keras
berarti bahwa segala manuskrip kuno –
untuk menihilkan Alkitab. Tidak dapat
bukan literature kuno – yang masuk
diterima
kanonikal
Membayangkan
telah
suatu
memiliki
argumentasi
kini.
atau
terang
yang
harus
lolos
uji
yang
berorientasi pada netralitas personal
berorientasi pada kristosentris, apostolic
dalam menilai Alkitab yang esensinya
dan autopistis yang menjadi kesepakatan
adalah firman Allah. Ada juga –
gereja kuno yang pada saat itu – abad
kelompok Yesusanitas: mereka percaya
pertama
sampai
bahwa Yesus adalah guru/rabi, Ia tidak
melawan
bidat
mati disalib dan kebangkitan-Nya adalah
(aliran
ahistoris
lima aliran
kepercayaan
–
berjuang
Gnostikisme
yang
dualism,
- yang berpendapat bahwa 6
Darrell L. Bock & Daniel B. Wallace. Mendongkel Yesus Dari TahtaNya (Jakarta: Gramedia, 2009), 262. 7 Dieter Becker. Pedoman Dogmatika Suatu Kompedium Singkat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 50.
4
Louay Fatoohi. The Mystery of Historical Jesus, (Bandung: Mizan, 2012), 559. 5 Albert Nolan. Yesus Sebelum Agama Kristen(Yogyakarta: Kanisius, 1991), 12.
5
sinkretism: Yahudi, Kristen dan kafir.
mereka menolak Yesus yang Alkitabiah.
Orientasinya pada keselamatan yaitu
Yesus yang mereka hasilkan adalah
terbebasnya unsure immateri dari materi
Yesus yang eksistensi dan esensinya
yang jahat), Marcion (anti Yahudi dan
dapat dipikirkan dan dapat memuaskan
tulisan-tulisan Yahudi termasuk Allah
system penalaran mereka yang sejatinya
PL) dan Montanisme (penekanannya
mereka menolak Allah yang berdaulat
pada
mutlak. Sadar atau tidak sadar, mereka
Roh
Kudus
baru/progresif
yang
dan
pewahyuan
dipimpin
oleh
yang menjadikan Yesus sebagai pribadi
Montanus). Secara umum, kodrat Yesus yang
manusiawi
meneguhkan
penalaran
mereka
metodologi
tidak
mampu
theanthropik (illahi & manusiawi dalam
memikirkan
satu pribadi tidak tercampur dan tidak
bersifat ontologism teologis, sebaliknya
terpisahkan,
sublimasi
mereka membatasi Allah yang tak
entitas) menjadi pergumulan manusia
terbatas dengan finalitas penalaran yang
untuk menerima yang satu dan menolak
terbatas dan memaksa Allah untuk
yang lainnya, atau menolak kedua kodrat
tunduk pada proses penalaran manusia.
tidak
terjadi
itu. Mereka semua berada pada posisi
perkara-perkara
yang
Sepanjang sejarah yang berkaitan
yang berseberangan dengan mereka yang
dengan
percaya kepada Yesus Kristus Tuhan
beberapa
yang
kitab-kitab
menjadikan Yesus hanya memiliki nilai-
Perjanjian Baru yang kanonik. Mereka
nilai humanitas dan menolak keillahian-
memiliki
Nya. Beberapa golongan itu antara lain,
disaksikan
oleh
perspektif
masing-masing
Yesus
Kristus
golongan
Tuhan,
yang
ada
berusaha
terhadap Yesus Kristus dari Nazaret dan
adoptionisme
berusaha
Yesus dari Nazaret esensinya adalah
untuk
merekonstruksi
mendekonstruksi obyektivitas
&
historis
manusia
bukan
(mengajarkan
Allah.
bahwa
Berdasarkan
sehingga muncul narasi Yesus Kristus
pekerjaan-Nya maka Ia diangkat Anak
yang berbeda dengan narasi Yesus
oleh Allah). “Ebionit adalah kelompok
Kristus yang Injil kanonik (Perjanjian
dari abad ke-2 yang berpandangan
Baru)
tidak
bahwa Yesus sungguh manusia namun
menguatkan perspektif mereka tentang
tidak sungguh-sungguh ilahi. Dengan
Yesus yang non Alkitabiah karena
kata lain, Dia tidak memiliki kodrat ilahi
sampaikan.
Paling
6
sepenuhnya, hanya kodrat manusia.”8
mengeluarkan
Mereka percaya bahwa sejak awal Yesus
Unitarian.
dari Nazaret bukan Anak Allah. Roh
kesimpulan bahwa Tuhan itu Maha Esa.
Kudus ada pada-Nya saat pembaptisan
Yesus
dan penyaliban-Nya. Tokoh lain yaitu
manusia biasa. Dia telah dikandung
Arius pada abad ke-4 berpendapat
dalam rahim seorang perempuan suci
bahwa, “Sungguhpun demikian, menurut
melalui
Arius, Yesus bukanlah tuhan dalam
Artinya, mereka menerima Yesus yang
hakikatnya, tetapi diangkat Tuhan ke
manusiawi dengan fitrah kemanusiaan-
9
status ilahiah.”
Catechism
”Mereka
adalah
of
sampai
benar-benar
perantaraan
Roh
the pada
seorang
Kudus.”10
Artinya ke-Tuhan-an
Nya tetapi mereka tidak menolak proses
Yesus diberi bukan ada pada diri-Nya
Yesus dikandung melalui perantaraan
sendiri. Ke-Tuhan-an Yesus ada pada
Roh
saat Ia hidup di bumi. Ia adalah ciptaan
kemanusiaan
pertama dan tertinggi sama seperti
proses kelahiran yang supranatural –
malaikat.
Ebionit,
bukan berasal dari benih laki-laki - yang
Arianisme dalam sejarah Gereja dan
dilakukan oleh intervensi Roh Kudus.
teologi masuk golongan bidat atau sekte
Dapatkah kita hanya melihat hasilnya
karena bertentangan dengan kesaksian
saja dan mengabaikan proses terjadinya
Injil kanonik. Konsili Kalsedon (tahun
atau
451) menegaskan bahwa Gereja menolak
konsekuensi
yang
menyertainya?
ajaran mereka dan menerima pernyataan
Socianisme
berusaha
menyelaraskan
bahwa Yesus Kristus memiliki kodrat
fakta historis Yesus yang manusiawi
Adoptionisme,
Kudus.
Mereka Yesus
menerima
menerima
dan
proses
menerima
terjadi
dan
dan
dengan system penalaran yang mereka
manusiawi yang tidak terbagi, tidak
lakukan, namun disisi lain berusaha
bercampur dalam satu pribadi) .
terbuka terhadap perkara metafisik/supra
theanthropik
(kodrat
Ilahi
natural yang berkaitan dengan kelahiran
Selanjutnya pada masa reformasi socianisme
Yesus (bukan berasal dari benih laki-laki
(Laelius Socinus & Faustus Socinus)
dan hal itu merupakan pelanggaran
(1574)
muncul
aliran
hukum
8
Mark Stibbe. User’s Guide to Christian Belief (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 71. 9 Zainul Arifin. Nontrinitarianisme Monoteisme Kristen Dalam Dialog dengan Islam (Semarang: Walisongo Press, 2009), 72.
manusia 10
7
alamiah ciptaan).
Arifin. Ibid., 87.
terkait Hal
regenerasi tersebut
menegaskan
bahwasannya
konstruksi filsafat yang menempatkan
pola
Yesus pada manusia ciptaan.
penalaran socianisme terlalu dipaksakan
Marcus J. Borg – tokoh Jesus
untuk menjadi prinsip kebenaran.
Seminar: melakukan dekonstruksi &
Liberalisme theology – menolak segala hal yang hakekatnya supra natural
rekonstruksi
atau supra alamiah/adi kodrati yang
berdasarkan kitab-kitab Apokrif dan
dikategorikan mitos atau mitologi yang
Injil
irasional. Hal itu tidak perlu dipercaya -
(ditemukan di Nag Hammadi Mesir yang
mengajarkan bahwa Yesus hanya sebatas
bersifat gnostik). Kemudian menjadi alat
teladan ideal dan sumber dari kesadaran
ukur
akan Allah yang mengatasi dosa. Artinya
kanonikal
untuk kita mampu mengatasi dosa maka
menyatakan
kita wajib melihat teladan ideal yang
sebagai “wahyu Allah yang eksklusif”
Yesus berikan untuk manusia mengikuti-
tetapi sebagai “salah seorang perantara
Nya. Yesus dipahami sebagai bahasa
hal-hal yang sakral” yang membantu kita
symbol yang diberikan kepada manusia
berhubungan dengan realitas spiritual
ciptaan sehingga manusia dapat selamat
dalam diri kita dan di sekitar kita.”11
karena
Artinya, Borg hanya menerima konsep
meneladani
direkonstruksi
Yesus.
Yesus
berdasarkan
pola
Yesus
konseptual
Tomas/The
untuk
five
Gospels
mengukur
(Perjanjian bahwa:
yang
Yesus
kitab-kitab Baru)
“Yesus
manusiawi
– bukan
dengan
pemikiran filsafat bukan berdasarkan
kesakralan-Nya dan menolak konsep
berita Alkitab, hakikatnya firman Allah.
Yesus yang ilahi sebagai wahyu khusus
Alkitab
Allah
diterima
sebagai
laporan
yang mengalami
kebangkitan
manusia yang terbatas tentang realitas
secara historis literal. Borg berusaha
sejarah/historis
memisahkan
yang
selanjutnya
konseptualitas
Yesus
menjadi dokumentasi historis dan tidak
sebelum Paskah (identik dengan Yesus
ada
ontologism
yang manusiawi) dan setelah Paskah
teologis. Teologi Liberal mereduksi
(identik dengan Yesus yang bangkit dan
Alkitab hakikatnya firman Allah menjadi
hidup).
perkataan
memahami
kaitannya
dengan
manusia
ciptaan
pada
umumnya. Penyampaian identitas Yesus
11
Kelompok Yesus
Borg
berusaha
dalam
perspektif
Douglas Groothuis. Jesus in an Age of Controversy (Jakarta: Verbum Dei Book, 2008), 19.
bukan dari Alkitab namun berasal dari 8
Yesus historis yang berbeda dengan
terbatas dan akhirnya Yesus sadar bahwa
Yesus
diri-Nya akan dijadikan Tuhan oleh
dalam
perspektif
Kristus
iman/kerygmatis. Yesus historis yang
pengikut-Nya.
memberikan teladan iman kepada Allah
standarisasi
yang
sehingga
metodologi yang disesuaikan secara
peninggalan teladan iman itulah yang
rasionalisme dan empirisme sebagai
menjadi fokus bagi para pengikut-Nya
suatu system pencarian kebenaran yang
bukan
dalam
koheren/bertalian. “Yesus menurut Al-
kemanusiaan-Nya sebagai Tuhan. Borg
Quran adalah seorang nabi manusia dan
melakukan
utusan
monos/tunggal
menjadikan
reposisi
Yesus
terhadap
Yesus
Yesus sekuler
Allah
masuk
dalam
dengan
proses
yang
tidak
pernah
Kristus Tuhan yang Alkitab nyatakan,
mengklaim sebagai Tuhan.”12 Artinya,
menjadi
yang
Al-Qural menampilkan gambaran Yesus
meninggalkan teladan iman dan moral
yang sesuai dengan system kepercayaan
bagi manusia modern pada masanya.
Al-Qural bukan berdasarkan berita yang
Yesus dalam kemanusiaan-Nya yang
Injil kanonik sampaikan dan jelaskan.
historis, dihadirkan dan dipahami dalam
Berusaha menampilkan wajah Yesus
perspektif
manusia
modern
yang
dalam argumentasi-argumentasi asumtif
menolak
intervensi
Allah
dalam
manusia
historis
deklaratif
membutuhkan
perspektif
dunia/alam semesta ini. Segalanya dalam
sumber yang jelas bukan hanya sekedar
ukuran
melakukan argumentasi perbandingan
rasionalitas
manusia
yang
rasionalis tanpa adanya konsep Allah
yang
yang mengatur segala hal dalam dunia
kebenarannya.
yang
Yesus
materi
dapat Mereka
diragukan yang belajar
Proses
penalaran
dalam
konteks
menerima kerangka konsepsi Yesus
menyejarah dan terikat dengan satuan
historis/ manusiawi dan membuang atau
waktu ‘past, present, future’. Pikiran
menghilangkan tautan yang tidak dapat
manusia
dipisahkan
manusia
ini.
masih
selalu
berelasi
dengan
kesadaran
empiris atau kesadaran reflektif.
menurut
yaitu
Al-Quran,
Yesus
berusaha
ilahi
yang
dinyatakan dalam Injil kanonik dalam
Secara meyakinkan banyak orang
konteks kebangkitan-Nya yang historis
menerima bahwasannya Yesus hanya
dan literal. Yesus dalam perspektif
memiliki
kodrat
manusiawi
yang 12
9
Fatoohi, Op.,Cit. 440.
liberatif , fungsional dan ortopraksis
berpengaruh besar secara budaya.”13
yang mereka terima bukan Yesus yang
Lebih lanjut dapat dipahami bahwa,
memilik kodrat illahi dalam refleksi
“Pengalaman perlu dianalisis, tradisi
teologis. Hasil yang diperoleh adalah
perlu ditelisik dan refleksi atas tradisi
konsep Yesus yang lepas dari laporan
perlu
narasi kitab Injil kanonik yang historis
Artinya, segala hal yang berkaitan
dan teologis/imanen.
dengan
dilakukan
suatu
berdasarkan
Uraian selanjutnya berorientasi pada
secara
teratur.”14
penyampaian
fakta
rasionalisme
maupun
berita Yesus Kristus Tuhan dalam
empirisisme masih terbuka untuk dikaji
perspektif Yesus adalah Anak Allah
ulang berdasarkan data-data yang masih
dalam konteks apologetika terhadap
banyak belum ditemukan atau belum
konsep Allah tidak beranak dan tidak
tersentuh
dianakan. Yesus adalah Anak Allah
sintesis dari suatu interpretasi. Data yang
dalam perspektif Injil kanonik dan
disampaikan tetap dalam keterbatasan
memberikan
interpretasi bukan menjadikannya suatu
kepastian
yang
teguh
oleh
proses
kebenaran
dan diakui oleh jemaat sebagai Kristus
selanjutnya
Tuhan
kebenaran Biblis yang menjadi dasar
menjadi
prinsip
iman
dan
empiris
sehingga
menghasilkan
dipahami
secara
manapun, betapapun pengalaman dan
teologis
bukan
kuat
landasan
ha Elohim. PB: Huios tou Theou)
atau
interpretasi individu atau kelompok
terasa
jelas
Konsep Anak Allah (istilah PL: ben
ini adalah “Kebenaran Allah tidak
itu
yang
jawabkan.
Presuposisi dalam uraian penjelasan
pengalaman
berdasarkan
epistemologi yang dapat dipertanggung
1. KONSEP ANAK ALLAH.
interpretasi
menihilkan
dibangun
presuposisi-presuposisi
FOKUS PEMIKIRAN
pada
berusaha
yang
asumsi iman Kristiani. Fakta rasional
Kristiani sepanjang masa.
tergantung
dogmatis
dan
bahwasannya Yesus yang bangkit, hidup
dan
absolut
analisis
dan
13
ontologism/reflektif secara
harafiah
Douglas Groothuis. Pudarnya Kebenaran (Surabaya: Momentum, 2003), 55. 14 Stephen B. Bevans. Teologi dalam Perspektif Global (Maumere: Ledalero, 2010), 190.
10
fungsional. Artinya, istilah Anak Allah
itu malaikat dipahami sebagai makhluk
memiliki
mitos. “Penggunaan ini sering disebut
makna
dalam
perspektif
kekekalan yang bebas dari hukum-
mitos,
hukum dan simpulan aksioma-aksioma
dianggap sebagai makhluk mitos. Tetapi
(system logis) yang terbatas. Istilah
tidak ada alasan untuk membantah
Anak Allah digunakan dalam konteks
keberadaan makhluk-makhluk seperti itu
relasi ontologism Allah Trinitas – tiga
dan penggambaran mereka sebagai anak-
pribadi dalam satu hakekat Illahi yaitu
anak Allah menunjukkan sifat rohani
Yesus Kristus Tuhan - yang memiliki
mereka.”15 Berdasarkan Keluaran 4:22,
derajat
“Maka engkau harus berkata kepada
keillahian
berpribadi
bukan
yang
sama
dalam
dan
kepada
konteks
karena
Firaun:
malaikat-malaikat
Beginilah
firman
ordinasi-subordinasi satu terhadap yang
TUHAN: Israel ialah anakKu, anakKu
lain dan bukan dalam perspektif Allah
yang sulung.” Selanjutnya pada Yesaya
yang
untuk
63:16, 64:8, Yeremia 31:9, Hosea 11:1
mendapatkan derivasi keilahian yang
menunjukkan bahwa teks-teks tersebut
lebih rendah.
berbicara tentang relasi Allah sebagai
melakukan
emanasi
Bapa dan Israel sebagai anak Allah dan
Pada tradisi Perjanjian Lama, konsep Anak Allah dikenakan kepada makhluk-
diterima
sebagai
suatu
relasi
makhluk surgawi/supra-natural seperti
kekeluargaan yang wajar tanpa harus
dalam Kejadian 6:2 “Maka anak-anak
dimanipulasi maknanya.
anak-anak
Selanjutnya “Ungkapan anak-anak
perempuan manusia itu cantik-cantik
Allah dengan arti makhluk supranatural
….” , Ayub 1:6 “Pada suatu hari
juga digunakan dalam Ul. 32:8 pada
datanglah anak-anak Allah menghadap
LXX dan Ayub 38:7”16 Artinya, istilah
TUHAN ….” , 2:1 ”Pada suatu hari
dan konsep Anak Allah telah diterima
datanglah anak-anak Allah menghadap
dalam
TUHAN ….” , Mazmur 82:6 “Aku
Lama.
sendiri telah berfirman: “Kamu adalah
dikaitkan dengan kekuatan yang supra-
Allah
melihat,
bahwa
tradisi
kitab-kitab
Pemahaman
Perjanjian
Anak
Allah
allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi 15
kamu sekalian.” Identifikasi anak-anak
Donald Guthrie. Teologi Perjanjian Baru 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 339. 16 W.R.F. Browning. Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 21.
Allah mengacu pada malaikat yang saat 11
natural yang dimiliki oleh pribadi yang
berdasarkan kasih sehingga mereka –
dimaksud itu. Konsep Anak Allah dalam
orang Israel individual maupun kolektif -
tradisi
Lama
yang disebut anak Allah dapat disebut
mengacu pada individu atau kolektif
juga anak yang dikasihi/terkasih atau
seluruh bangsa Israel (Kel 4:22-23, Ul
kekasih Allah, dalam perkembangannya
14:1-2, Yer 3:19, Hos 1:10, 11:1), Raja
hal itu menjadi corpus identifikasi
Israel
dan
sepanjang tradisi PL yang berkaitan
mendapatkan wibawa otoritas dari Allah
dengan Israel personal maupun komunal
(Mzr 2:6-7, II Sam 7:14). Konsep Anak
(Yes 5:1, Yer 11:15).
kitab-kitab
sebagai
Perjanjian
wakil
Allah
Allah mengindikasikan adanya relasi
Istilah Anak Allah yang melekat
yang unik antara Allah yang berpribadi
untuk sebutan raja Israel – yang bersifat
dengan obyek relasi-Nya. Hal itu senada
teokrasi
dengan Riyadi yang mengutip D. R.
berdasarkan janji Allah (II Sam 7:4-17,
Bauer dalam bukunya “Son of God”
bahwasannya anak keturunan Daud
berkaitan
Allah
akan menjadi anak Allah. Allah menjadi
berpendapat bahwa, “Ketika digunakan
Bapa mereka. Para raja keturunan Daud
untuk
akan memerintah berdasarkan Takut
konsep
menyebutkan
Anak
orang
(bangsa
dari
keturunan
Daud
Israel) atau raja teokrasi, sebutan anak
akan Allah)
Allah menekankan status kepemilikan
berkaitan juga dengan istilah dalam
yang spesial, pemilihan untuk sebuah
konsep Mesias (pribadi yang terpilih dan
tugas tertentu dari Allah, pengalaman
diurapi).
akan kasih, pengampunan, perlindungan,
pengurapan diberikan kepada seseorang
dan rahmat Allah.”17 Artinya, konsep
yang menerima mandat Illahi yang
Anak Allah menegaskan tentang suatu
meliputi Raja(personal yang diurapi
relasi
waktu
Allah untuk melaksanakan kehendak-
bersamaan memiliki kewibawaan dan
Nya di bumi. Tunduk pada Taurat untuk
otoritas Illahi serta berhak menerima
menghadirkan kasih kepada Allah &
janji-janji Allah. Konsep anak Allah
sesama), Nabi(personal yang bersaksi
menegaskan
tentang Allahyang benar & hidup.
teologis
yang
suatu
pada
relasi
yang
– secara tidak langsung
Berdasarkan
tradisi
PL,
Kabar yang disampaikan adalah kabar Allah yang bertindak & hadir dalam
17
Eko Riyadi. Yesus Kristus Tuhan Kita (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 130.
12
sejarah
umat-Nya.
Pesannya:
taat
Mesias atau penggunaan istilah konsep
mendapat berkat, tidak taat mendapat
Mesias dan anak Allah tidak dapat
kutuk serta seruan pertobatan kepada
disamakan, namun demikian makna
umat yang berdosa) dan Imam(personal
istilah Mesias dan anak Allah sama-
yang membawa pesan umat kepada
sama memiliki sifat teologis.
Allahsecara langsung & disahkan di Sinai.
Penyampaikan
Pada masa peralihan atau antara
pengampunan,
perjanjian (PL ke PB) dalam konteks
rekonsiliasi, pemulihan hidup dalam
Yudaisme, istilah Anak Allah dan
persekutuan dengan Allah yang benar).
Mesias dapat diterima sebagai istilah
Hal itu berarti konsep Anak Allah secara
pengganti satu terhadap yang lain dan
implicit ada dalam konsep Mesias PL
memiliki
meski faktanya makna tidak identik.
menerima konsep Anak Allah itu identik
Istilah Anak Allah berorientasi pada
atau sama dengan Mesias dalam satu
relasi eksistensi teologis, sedangkan
pribadi yang terpilih atau dipilih Allah.
Mesias berorientasi pada fungsionalis
“Penggunaan sebutan anak Allah untuk
teologis.
menyebut Mesias baru muncul dalam
“Perjanjian
Lama
tidak
kecenderungan
untuk
menggunakan sebutan anak Allah ini
tradisi
sebagai sebuah sebutan spesifik bagi
intertestamen, misalnya dalam 1 Enoch
Mesias. Dengan kata lain, Perjanjian
69,4-5; 71,1; Jubille 1,24-25.”20 Hal itu
Lama tidak menyebutkan Mesias sebagai
menjelaskan bahwa Mesias adalah Anak
anak Allah.”
18
Yudaisme
Palestina
Allah yang Mahatinggi dan Anak Allah
Anak Allah dan Mesias, Lama gelar ini
yang Mahatinggi adalah Mesias. Satu
mengungkapkan relasi khusus antara
pribadi dengan dua identifikasi yang
Allah dengan manusia, khusus dengan
saling menguatkan dan meneguhkan
raja yang adalah wakil dan representan
dalam
Allah.”19 Artinya, tradisi PL tidak
Pemahaman tersebut mulai diterima
memberikan pemaknaan konsep yang
pada masa itu dan cepat atau lambat hal
sama terhadap
itu mempengaruhi konsep Anak Allah
“Dalam
Perjanjian
anak
Allah
dengan
perspektif
teologis
biblis.
dalam Injil Kanonik yang mana mereka 18
percaya Ia adalah Mesias dari Allah.
Ibid., 131. Georg Kirchberger.Allah Menggugat Sebuah Dogmatik Kristiani (Maumere: Ledalero, 2007), 151. 19
20
13
Riyadi. Op.,Cit. 131.
Pada masa itu pengharapan terhadap
kuasa-Nya yang ajaib (Ul. 32:6; Yes.
Anak Allah melalui keturunan Daud
63:16; 64:8; Mal. 1:6; 2:10; Yer 3:19;
yang sekaligus raja Israel yang berdaulat
31:9; Mzm. 103:13; Rm. 9:4).”22 Terjadi
dalam bidang sosio-politik, ekonomi-
relasi otoritas dari Allah Bapa dengan
budaya & teologis,
anak-anak Allah.
akan mampu
membebaskan Israel dari penjajahan –
Pada masa Perjanjian Baru (PB),
politik: Israel dijajah kerajaan Romawi
personalitas Mesias dan Anak Allah
& budaya: Israel dipengaruhi Helenisme
tertuju pada Yesus. Yesus adalah Anak
– yang menjadikan Israel sebagai bangsa
Allah meneguhkan esensi-Nya, esensi
budak
dinanti-natikan.
Allah yang tidak berasal dari atau diberi
Pengharapan raja yang merupakan Anak
oleh namun ada pada diri-Nya sendiri.
Allah menjadi teguh dalam perspektif
Secara
pengharapan
ada
kodrat Illahi. Pemaknaan Anak Allah
alasan yang kuat untuk tidak menerima
bukan dalam struktur hierarkhi atau
rahasia mesianis sebagai satu fakta
emanasi Allah sebaliknya dalam konteks
historis yaitu unsur penting dalam misi
relasi historis temporer. Hal itu sesuai
Yesus. Rahasia kemesiasan
itu dapat
dengan laporan Injil Matius 16:16
disamakan dengan rahasia Kerajaan
“Maka jawab Simon Petrus: “Engkau
Allah.”21 Mesias, raja yang diurapi
adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.”
sebagai Anak Allah memiliki keyakinan
Selanjutnya
teologis dan berkarya secara praktis
menyatakan, “...Imam Besar itu bertanya
mewujudkan pemerintahan Allah yang
kepadaNya
monarki teokrasi di tanah perjanjian. Ke-
“Apakah engkau Mesias, Anak dari
Mesias-an
kerajaan-Nya
Yang Terpuji? Jawab Yesus: “Akulah
bukan dalam standart ukur materi atau
Dia ….” Gagasan Mesias & Anak Allah
jasmani,
bersifat
sejatinya pada masa itu telah dapat
immateri/rohani/teologis. “Allah adalah
dipahami dan diterima sebagai identitas
Bapa dari Israel karena Ia menciptakan
personal yang memiliki relasi eksistensi
dan
historis praktis. Mesias – pribadi yang
sangat
Mesianik.
Yesus
dan
“Tidak
sejatinya
memelihara
umat-Nya
dengan
ontologism,
Yesus
Markus
sekali
14:
lagi,
memiliki
61-62
katanya:
21
George Eldon Ladd. Teologi Perjanjian Baru Jilid 1 (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 225.
22
Herman Bavinck. Dogmatika Reformed (Surabaya: Momentum, 2012), 339.
14
diurapi - dikaitkan dengan Anak Allah
kepercayaan para Imam, tidak ada
yaitu raja keturunan Daud yang akan
ciptaan (manusia) yang menyebut diri-
menegakkan monarki teokrasi secara
nya
adil dan benar sehingga kemakmuran
demikian berdasarkan tradisi Perjanjian
dalam bidang sosio-politik & ekonomi-
Lama yang menjelaskan bahwa jabatan
budaya dapat diwujudkan. Hal
itu
Raja, Nabi dan Imam sebagai jabatan
menjadi sebuah pengharapan yang kuat
Mesianik (yang diurapi Allah) mengarah
di kalangan umat Israel dan bukan
pada Yesus dalam perspektif Perjanjian
menjadi
teologis
Baru. “Telah menjadi kebiasaan untuk
pragmatis. Yesus adalah Mesias dan
membicarakan tiga jabatan berkenaan
Anak
dengan karya Kristus, yaitu jabatan
suatu
Allah
perdebatan
yang
Maha-tinggi
setara
dengan
Allah.
Namun
raja.”23
menegaskan bahwa dalam esensi Illahi,
sebagai
Ia hadir secara historis mewujudkan
Berdasarkan
pesan mesianik berdasarkan otoritas
diragukan bahwa orang-orang Kristen
Anak Allah yang Maha-tinggi.
mula-mula yakin bahwa Yesus adalah
nabi,
imam
hal
itu,
dan “Tidak
dapat
Konsep Anak Allah menurut Simon
Anak Allah.”24 Orang Kristen pada masa
Petrus (Mat 16:16) menyatakan Yesus
itu percaya bahwaYesus adalah Anak
sebagai Raja yang diurapi Allah dan
Allah dikaitkan dengan kelahiran-Nya
memiliki identitas Anak Allah (sebutan
(intervensi Roh Kudus), pembatisan-Nya
Raja-raja keturunan Daud, berdasarkan
(suara dari langit yang diterima sebagai
II Sam 7:14 & Mzm 2:6-7) dengan
suara Allah tentang pengakuan Yesus
mandat
adalah
dan
otoritas
Illahi
untuk
Anak
yang
Terkasih)
dan
memerintah Israel . Sedangkan pada
kebangkitan-Nya dari kematian (Yesus
konteks Imam Besar (Mrk 14:61-62)
adalah Allah dan kebangkitan sebagai
konsep Mesias, Anak Allah berkaitan
proklamasi otoritas-Nya yang berdaulat).
jabatan ke-Imamat-an yang sempurna
Orang pada masa itu percaya Yesus
hanya milik Allah sehingga konteks
Kristus Tuhan karena bukti kesaksian
pengakuan Yesus bahwa diri-Nya adalah
terhadap pribadi dan pelayanan Yesus
Anak Allah/Anak yang terpuji, dianggap
bahkan penyataan Yesus bangkit sebagai
sebagai
pengakuan
yang
menghujat
23
Louis Berkhof. Teologi Sistematika 3(Jakarta: LRII, 1996), 123. 24 Guthrie. Op., Cit. 339.
Allah dan layak dihukum mati. Bagi 15
peristiwa
historis
yang
tidak
Ia adalah Allah yang mengatasi segala
dimanipulasi atau direkayasa rasio.
keterbatasan yang ada dan hal itu tidak
Alkitab pada intinya menyatakan
dapat menghilangkan keallahan Allah
berita yang berorientasi pada peristiwa
karena Ia ada dalam proses kematian.
historis yang tidak terpisahkan satu
Sedangkan kebangkitan Yesus bukanlah
terhadap yang lain yaitu kematian &
berita untuk menaikkan derajat atau
kebangkitkan Yesus Kristus Tuhan (Luk
status Yesus menjadi Allah, sejatinya
24: 26, 46, Rm4:25, 6:4). Kematian dan
Yesus
kebangkitan Yesus menegaskan dua
kebangkitan
kodrat yang Yesus miliki (kodrat Illahi
konsekuensi bahwasannya Ia sungguh
dan manusiawi) sebagai suatu kebenaran
Allah yang hidup. Hal itu cukup
yang tidak terbantahkan berdasarkan
memberikan
berita
ontologism
Alkitab.
Kematian
Yesus
adalah
Allah
dari
kematian
fakta Yesus
sehingga sebagai
authentisitas Kristus
Tuhan.
menegaskan bahwa Ia sungguh manusia
Sejatinya Yesus adalah Anak Allah yang
yang harus melalui proses kematian,
historis dinyatakan dalam peristiwa-
sedangkan
kebangkitan-Nya
peristiwa tersebut di atas (kelahiran-Nya,
meneguhkan bahwa Ia sejatinya Allah
pembaptisan-Nya dan kebangkitan-Nya)
yang tidak dapat dibelenggu oleh hukum
bukan setelah peristiwa itu baru Anak
ruang, waktu & gerak yang Ia ciptakan.
Allah dikenakan pada Yesus. Sejatinya
Pribadi Yesus menjadi penyataan Allah
Yesus adalah Allah yang tidak terikat
yang definitive historis. Allah tidak lagi
dengan
terpisah
transcendental
ruang dan waktu, namun Ia mau diikat
namun telah hadir secara imanen dalam
secara temporal dengan hukum ruang
kehidupan
dan waktu.
jauh
secara
sejarah
mengatasinya
manusia.
keterbatasan
melampauinya
Tradisi penulisan kitab Perjanjian
sehingga kebangkitan bukan suatu mitos
Baru, khususnya dalam tulisan Injil,
atau
imajinasi
Yesus disebut Anak Allah bukan hanya
manusia yang menderita atau terjajah
pengakuan dari manusia (Mat 14:33,
dan membutuhkan hiburan iman.
16:16, 27:40,54, Mrk 1:1, 9:7, 15:39,
rekayasa
Pemberitaan
atau
Ia
hukum-hukum
rasio
atau
kematian
dan
Luk 22:70, Yoh 1:34,49, 11:27), ada
kebangkitan Yesus meneguhkan bahwa
juga pengakuan dari malaikat (Lukas 16
1:32 “Ia akan menjadi besar dan akan
menyatakan
disebut Anak Allah Yang Maha-tinggi
pemakaian Yohanes, gelar Putra Allah
…” 1:35 “Jawab malaikat itu kepadanya:
menunjukkan
“Roh Kudus akan turun atas-mu dan
merupakan pernyataan diri Allah dan
kuasa Allah Yang Maha-tinggi akan
memperkenalkan Allah kepada mereka
menaungi engkau; sebab itu anak yang
yang percaya.”25 Anak Allah merupakan
akan kau lahirkan itu akan disebut
identifikasi
kudus, Anak Allah.” Selain itu ada
menyatakan diri-Nya secara historis
pengakuan dari si jahat atau iblis
kepada orang percaya. Allah yang hadir
tentang Yesus adalah Anak Allah (Mat
dalam eksistensi yang terbatas namun
4:3, 8:29, Mrk 3:11, 5:7, Lukas 4:3,41,
tidak menghilangkan esensi keillahian-
8:28 “… Dan berkata dengan suara
Nya yang tak terbatas.
keras: “Apa urusanMu dengan aku, hai
akhirnya menjelaskan bahwa Yesus
Yesus Anak Allah Yang Maha-tinggi?
tidak lain, kecuali Allah kekal yang
Aku
dalam
memohon
kepadaMu,
supaya
diri.
Maka
Yesus
Yesus,
sejarah
dan
dalam
historis
yang
Allah
di
yang
“Yohanes
dunia
ini
Engkau jangan menyiksa aku.” Tidak
menyatakan serta menawarkan diri-Nya
ada dalam laporan Injil kanonik yang
kepada setiap manusia yang percaya
menyatakan bahwa kebangkitan Yesus
akan
menjadi titik awal Yesus disebut Anak
menegaskan
Allah.
yang
bahwa sejak semula, dalam jemaat yang
berkaitan dengan Anak Allah dalam Injil
berbahasa Aram, Yesus sudah disebut
merupakan
bahwa
“TUHAN”, dan yang dimaksudkan jelas
yang
“Tuhan yang mulia”, entah diharapkan
esensi
Sebaliknya
suatu
Yesus
teks-teks
peneguhan
adalah
Allah
kebenaran bahwa,
memberikan implikasi praktis dalam
kedatangan-Nya
perspektif historis teologis.
dinyatakan
itu.”26 “Yang
Jacobs penting
kembali
entah
kehadiran-Nya
dalam
perayaan jemaat.”27
Injil Yohanes menyatakan bahwa Yesus sering menyebut diri-Nya sebagai
Lebih lanjut, Yesus menempatkan
Anak Allah (Yohanes 5:25, 10:36, 11:4
diri-Nya dalam relasi dengan Bapa, pada
“… Sebab oleh penyakit itu Anak Allah
25
Kirchberger. Op.,Cit, 150. Ibid., 151. 27 Tom Jacobs. IMANUEL Perubahan Dalam Perumusan Iman Akan Yesus Kristus (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 106. 26
akan dimuliakan.” “Dengan kata lain: Yesus
Kristus
ialah
Allah
yang 17
posisi sebagai Anak (Mat 11:27, Mrk
dan tunduk diri-Nya pada Allah, Bapa-
1:32, 12:6, 14:36, Yoh 10:15,30, 14:9-10
Nya.
dan
Lukas
telah
Pada perspektif yang lain, Yesus
diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan
menyatakan diri-Nya satu dengan Allah
tidak ada seorangpun yang tahu siapakah
Bapa (Yohanes 10:30 “Aku dan Bapa
Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa
adalah satu”), melihat/mengenal Yesus
selain Anak dan orang yang kepadanya
(Anak Allah) sama dengan mengenal
Anak itu berkenan menyatakan hal
Allah Bapa (Yoh 14:7-9). Relasi yang
itu.”). “Dengan menyebut diri sebagai
unik yang hanya dimiliki oleh Yesus dan
anak dalam kaitannya dengan Allah
Bapa-Nya sehingga menjadi relasi yang
yang disebut-Nya sebagai Bapa, Yesus
satu berdasarkan kasih. Bapa mengasihi
memahami diri-Nya sebagai Anak dari
Anak (Yoh 3:35, 5:20, 10:17, 17:23) dan
Allah yang Dia kenal sebagai Bapa
Anak mengasihi Bapa (Yoh 14:31).
itu.”28 Hal itu menjelaskan bahwasannya
Relasi Yesus dengan Bapa dinyatakan
Yesus dalam keadaan
sadar untuk
dalam konteks kesatuan yang hanya
melakukan keputusan relasi keluarga
dipahami oleh Yesus dan Bapa-Nya
yang menyebutkan Allah sebagai Bapa
sendiri baik secara historis maupun
dan
teologis. Sejatinya relasi Yesus dengan
diri-Nya
10:22
sebagai
“Semua
Anak
dalam
konteks historis. Sapaan Yesus kepada
Allah,
Allah dengan istilah Bapa/Abba/Abi
ontologism
(bapa-ku), memberikan makna bahwa
Yesus
Anak (Yesus Kristus) dalam konteks taat
“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu,
dan tunduk terhadap segala keputusan
sebelum Abraham jadi, Aku ada.”
Allah, Bapa-Nya. Taat dan tunduk
Berdasarkan teks itu, Yesus menyatakan
sebagai konsistensi keadaan Hamba
eksistensi & esensi-Nya sebagai ADA
Allah yang menderita dalam laporan
yang tidak diadakan atau dijadikan, yang
Yesaya.
tentang
berbeda dengan ada yang Abraham
Hamba Allah yang menderita telah
alami. ADA yang memiliki eksistensi &
dikenal Yesus dan Yesus paham bahwa
esensi Illahi melakukan relasi Illahi
penderitaan adalah konsekuensi dari taat
selanjutnya dalam kontinuitas historis
Tradisi
Mesianik
Bapa-Nya
dipahami
berdasarkan dalam
secara
penyataan
Yohanes
8:58
melakukan relasi Bapa dan Anak. Hal itu 28
Riyadi. Op.,Cit. 134.
18
menjelaskan suatu konsistensi
(Yoh 17:24 “…Sebab Engkau telah
relasi
yang ada - eksistensial ontologism - dan
mengasihi
kontinuitas – eksistensial historis -
dijadikan.”). Lebih lanjut, konsep Anak
dalam
sehingga
Allah dalam Injil Sinoptik dan Injil
menghasilkan redefinisi relasi Yesus
Yohanes menjelaskan bahwa, “Dasarnya
dengan
sama, tetapi Anak Allah di dalam Injil
perspektif
terbatas
Allah,
Bapa-Nya
secara
Aku
sebelum
dunia
Yohanes berfokus pada relasi Yesus
fungsional autokrasi.
dengan
Konsep Anak Allah yang dilekatkan
Allah
sebagai
Bapa
pada Yesus bukan saja menegaskan
sedemikian
eksistensi & esensi ontologism yaitu
pembaca tinggal dalam kesan mendalam
kodrat
juga
mengenai apa artinya menjadi Anak
menegaskan kontinuitas relasi dalam
Allah dalam arti yang sangat khusus
konteks historis yang unik dengan Bapa-
itu.”29
Nya
tulisannya
Illahi-Nya,
hingga
namun
mengagumkan
yang
Injil
Yohanes
sehingga
membuka
menerima
konsekuensi
sebagai
Hamba
preeksistensi Yesus sebagai Anak Allah
Allah/YHWH yang taat dan tuduk pada
(Yoh 1:1-2) dan ayat 18 menyatakan
Bapa-Nya. Pada konteks relasi Anak
bahwa “Tidak seorangpun yang pernah
dengan Bapa-Nya, Yesus menegaskan
melihat Allah; tetapi Anak Tunggal
bahwa “Bapa lebih besar dari pada Aku”
Allah, yang ada di pangkuan Bapa,
(Yoh 14:28). Yesus menempatkan diri-
Dialah yang menyatakanNya. Artinya
Nya sebagai Anak yang mengakui Bapa-
Yesus memahami dari mana – Ia dari
Nya yang lebih besar. Bahkan pada
Allah, diutus Allah, Bapa-Nya dan untuk
Yohanes
apa
penderitaan
12:49-50,
menegaskan
bahwa
memerintahkan menyampaikan
14:24,
Yesus
Bapalah
yang
diri-Nya apa
yang
disampaikan.
Yesus
tidak
berdasarkan
kehendak-Nya
Ia
dengan
hadir
(menyatakan
menjelaskan
dalam
kemuliaan
dunia Allah
ini pada
untuk
dunia dan siapa yang percaya Anak akan
harus
memperoleh
hidup).
Makna
Anak
berbicara
Tunggal Allah (monogenes theos) adalah
sendiri.
suatu relasi yang unik dan hanya terjadi
Selain itu relasi Yesus dengan Bapa-Nya
antara Yesus dan Allah, Bapa-Nya.
menegaskan bahwa kasih Bapa kepada
Hanya Yesuslah yang sanggup dan
Anak telah ada sebelum dunia dijadikan 29
19
Ibid., 170.
mampu menyatakan Allah karena Ia dari
Anak Allah.”30 Hal itu tidak dapat
Allah. Pengakuan
Thomas terhadap
diperdebatkan karena jemaat Kristen
Yesus yang bangkit yaitu “Ya Tuhanku
pada masa itu telah menerima tanpa
dan
harus diperdebatkan maknanya atau
Allahku!”
meneguhkan
bahwasannya kodrat Illahi Yesus yang
melakukan
mampu mewujudkan kebangkitan-Nya
Konsep
(Ia tidak dibatasi oleh hukum alam atau
dihilangkan
hukum sebab akibat) dan sahih Yesus
Sebaliknya proses inkarnasi menguatkan
disebut Tuhan (kurios/ kyrios) dan Allah
bahwa sejatinya Yesus memiliki kodrat
(theos/Adonai/
Illahi. Tanpa kodrat Illahi, inkarnasi
momentum
Elohim). kebangkitan-Nya
Bukan baru
tidak
manipulasi
Anak
akan
Allah
oleh
makna
kata.
tidak
dapat
proses
terjadi
karena
inkarnasi.
subyek
sapaan Tuhanku dan Allahku dikenakan
pelakunya adalah Allah sendiri dan
pada Yesus.
Allah sahih untuk melakukan intervensi
Pada perspektif kitab Kisah Para
teknis berkaitan dengan kehadiran-Nya
Rasul, gagasan Yesus sebagai Anak
dalam dunia yang terbatas ini. Tidak ada
Allah selalu disampaikan kepada jemaat
satupun kekuatan ciptaan yang dapat
Kristen mula-mula. Kisah Para Rasul
intervensi terhadap kekuatan Pencipta
9:20, Paulus menyatakan bahwa Yesus
jika Ia sendiri haruslah pribadi Pencipta.
adalah Anak Allah. Selanjutnya Kisah
Yesus Kristus Tuhan menyatakan ke-
Para Rasul 9:22, Paulus mengatakan
Illahi-an-Nya melalui kebangkitan-Nya
bahwa Yesus adalah Mesias. Hal itu
dari kematian. Konsep Anak Allah
berarti dalam gagasan Paulus, Yesus
dalam
adalah Anak Allah identik dengan Yesus
dengan perjumpaannya dengan Yesus
adalah Mesias. Paulus menyebut Yesus
yang bangkit. Yesus yang bangkit karena
dengan Tuhan Yesus Kristus atau Yesus
identitas sejatinya Yesus adalah Anak
Kristus Tuhan dan sebutan yang Yesus
Allah. Tanpa kebangkitan Yesus dari
terima merupakan tradisi penyebutan
kematian, identitas kodrat Illahi Yesus
yang dikenal luas oleh jemaat Kristen
tidak dapat dikomunikasikan kepada
pada masa itu. “Keyakinan orang-orang
jemaat Kristen pada masa itu. “Kristus
Kristen mula-mula bahwa Yesus adalah
adalah pribadi supranatural sepenuhnya, 30
20
perspektif
Paulus
Guthrie. Op.,Cit. 355.
dikaitkan
Anak Manusia dan Anak Allah. Sifat
Illahi & manusiawi. Satu pribadi, dua
dan karya-Nya membenarkan klaim-Nya
natur/kodrat yang disebut juga kesatuan
itu.”31
hipostatik), Allah yang berinkarnasi dalam konteks Yesus adalah Anak Allah.
Konsep Anak Allah yang melekat pada
Yesus,
sejatinya
Hal itu merupakan inti berita Alkitab
memberikan
penguatan iman Kristen yang kuat
yang
karena terikat dengan pribadi Allah yang
dimanipulasi fakta kebenarannya hingga
hidup. Yesus Kristus Tuhan memiliki
menjadikan
kodrat Illahi yang tidak dijadikan atau
laporan yang tidak memiliki kekuatan
diberikan oleh, sebaliknya kodrat Illahi
teologis & historis. Ia adalah Anak Allah
itu
dalam
menembus
segala
keterbatasan
tidak
dapat
direvisi
Alkitab
pengertian
sebagai
ontologism
atau
buku
atau
berpikir manusia dengan mengesahkan
metafisis yang memiliki relasi Illahi dan
intervensi Illahi yang berkaitan dengan
hanya dipahami oleh Yesus dan Allah,
Yesus (kelahiran-Nya, pembaptisan-Nya
Bapa-Nya.
dan kebangkitan-Nya). “Sesungguhnya
dinyatakan oleh Yesus dan Allah, Bapa-
tidaklah
Nya
mungkin
bagi
kita
untuk
dalam
Tidak
ada
suatu
relasi
kekuatan
yang
relasi
memiliki pengetahuan apapun tentang
kekekalan ‘Aku dan Bapa adalah satu’
kesadaran diri Yesus, kecuali melalui
(Yoh 10:30). Bapa tidak dapat dipahami
Firman-Nya, sebagaimana dicatat dalam
secara mandiri tanpa Anak, demikian
Injil.”32 Hal itu berarti, untuk memahami
juga Anak tidak dapat dijelaskan secara
Yesus
dapat
mandiri tanpa Bapa-Nya. Suatu relasi
mengingkari berita Injil atau melakukan
yang saling terikat satu terhadap yang
manipulasi
lain
Kristus
Tuhan
historis
tidak
teologis
yang
dalam
perspektif
ontologism
berkaitan dengan Yesus, Anak Allah.
teologis. Relasi kekekalan yang tidak
Kitab Perjanjian Baru (Injil kanonik)
membutuhkan pengalaman interpretasi
menjadi sumber sahih – baik secara
individu atau kelompok di luar diri
ontologism teologis maupun historis
Allah. Pemahaman tentang Yesus, Anak
teologis fungsional - berkaitan dengan
Allah
identifikasi Yesus (kodrat theanthropos:
simplisitas Allah yang dapat diterima
bukan
berorientasi
pada
oleh logika manusia. Sebaliknya, konsep 31 32
Yesus,
Berkhof. Op.,Cit. 35. Ibid.
21
Anak
Allah
menyatakan
kompleksitas
identitas
Allah
yang
kaidah positivistic bahkan unsur sebab
disampaikan dalam keterbatasan berpikir
akibat terpenuhi, pemikiran itu tetap
& berbahasa manusia yang jauh dari
terbatas. Kita tidak dapat menjadikan
usaha untuk menguasai Allah Pencipta
konsep Yesus yang tunduk pada pola
yang berdaulat.
penalaran kita, sebaliknya Yesus Kristus
Kesatuan Yesus, Anak Allah dengan Allah,
Bapa-Nya
dinyatakan
Tuhan, Anak Allah yang menjadikan
dalam
pikiran kita berpikir tentang Dia yang
pernyataan authentisitas Illahi “Akulah
tak terselami dan tidak sampai tuntas.
jalan (hodos) dan kebenaran (aletheia)
Namun Allah ijinkan kita mengenal-Nya
dan hidup kekal (zoe). Tidak ada
dalam keterbatasan kita ciptaan-Nya.
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6).
2. KONSEP ALLAH BERANAK DAN DIPERANAKKAN
Yesus meneguhkan derajat ke-Illahi-an-
TIDAK TIDAK
Nya yang sama dengan Allah, BapaPerspektif Kristiani tentang Allah
Nya, sehingga Ia menyatakan bahwa
didasarkan
tidak ada seorangpun (ciptaan Allah) yang
datang
kepada
Bapa
yang
memiliki
menggugat Allah.
otoritas
Allah dalam
eksistensi &esensi-Nya sendirilah yang
tidak dapat mengenal karena kebodohan
memahami dengan sempurna. Di luar
kita.”33 Artinya, pemikiran hamba yang
Allah, pemahaman terhadap diri-Nya
rasional ilmiah tentang tuannya tetap
dalam
dalam batasan pikiran hamba itu sendiri, pemikiran
dan
luar diri-Nya tidak ada yang dapat
pengetahuan itu penuh misteri atau kita
juga
kedaulatan
authentisitas yang mutlak, yang mana di
dimiliki
seorang hamba akan tuannya, meskipun
demikian
bahwa
diketahui secara tuntas. Entitas Illahi
kodrat theanthropos). “Kita harus puas pengetahuan
presuposisi
pengetahuan tentang Allah tidak dapat
kecuali
melalui Aku (Yesus yang memiliki
dengan
pada
konteks
inkonsistensi.
manusia
meneguhkan
tentang Yesus, Anak Allah, sekalipun
fragmentaris
Kesempurnaan kedaulatan-Nya
Allah sebagai
Allah yang berpribadi, yang Ada bukan
hasil pemikirannya runtut, sesuai dengan
karena diadakan atau dijadikan ada. 33
John M. Frame. Doktrin Pengetahuan Tentang Allah (Malang: SAAT Malang, 1999), 67.
Allah yang Ada tanpa melalui proses
22
menjadi atau proses hadir karena Allah
ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya:
tidak terikat oleh waktu, ruang dan
“Beginilah kaukatakan kepada orang
gerak. Tanpa kesempurnaan Allah, Ia
Israel
menjadi Allah yang impersonal. Allah
mengutus
berpribadi
sebagai
menyatakan diri-Nya kepada manusia
Allah yang berkarya atau Allah Pencipta
(Musa) tanpa dibatasi oleh petunjuk
dan memelihara ciptaan-Nya. Segala hal
waktu yang sering kali dikenakan pada
yang ada di luar diri-Nya adalah hasil
objek ciptaan Allah. AKU ADALAH
ciptaan
adalah
AKU meneguhkan bahwa Allah adalah
segala ciptaan menyatakan kemuliaan
konsisten dengan kemandirian-Nya dan
Allah.
Ia tidak terikat dengan suatu batasan
diidentifikasikan
Allah.
Implikasinya
Pembahasaan manusia tentang
Allah berhenti pada arti kata, definisi
sebagai Allah yang transenden dan imanen (bukan dalam konteks lokasi atau deskripsi geografis), Allah dalam dan
aku
AKU
kepadamu.”
telah Allah
Bukan “Saya yang telah ada” atau “Saya yang akan ada” atau “Saya yang dalam proses perubahan atau menjadi,” tetapi “Aku yang ada adalah Aku yang ada.” Ia menggunakan kata kerja “to be” dalam tensa sekarang. Ini adalah nama Allah, sesosok yang keberadaannya selalu sekarang, sekarang secara kekal, dan tidak berubah secara kekal, tanpa keberadaan-Nya tidak ada yang lain yang mungkin bisa berada.34
terbatas. Allah berpribadi dipercaya
rasional
AKULAH
periodisasi waktu.
atau terminologi dalam bahasa yang
pemahaman
itu:
historis
manusia yang membedakan diri-Nya dengan yang bukan Allah. Allah yang transenden dan imanen meneguhkan bahwasannya Ia adalah Allah yang
Allah yang menyatakan diri-Nya
memiliki eksistensi dan esensi mandiri.
adalah Allah yang hadir dalam kekinian
Identifikasi yang berbeda dengan segala
kekal dan segala hal terikat dengan
hal yang diciptakan-Nya. Allah bukanlah
kehadiran-Nya secara langsung ataupun
hasil dari dekonstruksi dan rekonstruksi
tidak langsung. Allah berdaulat atas
ide-ide atau gagasan manusia meski
segala hal yang ada dan kedaulatan-Nya
didasarkan pada kebaikan, kebenaran
dinyatakan
dalam
kontrol
Illahi.
yang ada. Tradisi PL dalam Keluaran 3:4
34
R.C.Sproul. Defending Your Faith An Introduction to Apologetics (Malang:SAAT Malang, 2008), 140.
“Firman Allah kepada Musa: “AKU 23
Selanjutnya hal itu meneguhkan bahwa,
pada diri-Nya sendiri (self sufficient).
tidak ada satupun yang dapat lolos dari
Allah tidak membutuhkan sesuatu di luar
kontrol/kendali Allah karena segala yang
diri-Nya untuk menyatakan bahwa Ia
diciptakan-Nya tetap terikat pada diri-
ada
Nya.
tergantung pada sesuatu di luar Allah
Sejatinya
dalam
perspektif
Kristiani dipercaya dan dikenal sebagai
karena
eksistensi
Allah
tidak
(self existence).
Allah yang berpribadi dan berdaulat
Berdasarkan Injil Yohanes 5:24,
mutlak. Tidak ada satu halpun yang
“Allah itu Roh ….” Konsep Allah adalah
mampu melampaui otoritas kedaulatan-
Roh telah ada dalam Perjanjian Lama
Nya. Ibrani 1:3 “… Dan menopang
dengan
segala yang ada dengan firmanNya yang
elohim/YHWH/adonai). Bangsa Israel
penuh
itu
percaya bahwa Allah dalam wujud
menjelaskan bahwa Allah melampaui
sejatinya adalah immateri/tak terlihat.
segala hal dan ada dalam segala hal
Namun demikian Allah diterima dan
menopang dengan firman-Nya yang
dipercaya sebagai pribadi yang absolute,
berkuasa. Allah dalam relasi pribadi
sempurna dan tak teramati serta tidak
yang dipercaya dan diterima secara
dalam konteks memiliki limitasi. Allah
Trinitas (satu hakikat, tiga pribadi).
adalah Roh, menegaskan bahwa Ia
Berdasarkan karya-Nya, Allah Alkitab
adalah Pribadi yang tidak terikat dengan
diidentifikasikan sebagai Pribadi yang
waktu dnan tempat, Ia sejatinya tidak
pasti dan konsisten serta keteraturan,
berbentuk (2 Kor 3:17).
kekuasaan
….”
Hal
sedangkan di luar Allah yang ada hanyalah
ketidak-pastian
inkonsistensi
impersonal.
konsistensi
dan
Roh
Allah
(ruakh
Pernyataan Allah adalah Roh, jelas
dan
memiliki
Kepastian,
keteraturan
istilah
makna
yang
tidak
perlu
diperdebatkan lagi karena eksistensi
Allah
Allah
–
dengan
ciri
omnipotent,
dinyatakan dalam segala tindakan atau
omniscient,
karya-Nya dalam alam semesta meliputi
omnitemporaldan
tindakan mencipta, menyelamatkan dan
dipahami secara ontologism/metafisik.
memelihara
Alkitab menyatakan bahwa Allah ada
Allah
ciptaan-Nya. tersebut
Deskripsi
dengan
menghasilkan
omnipresent, omnibenevolent
identifikasi
Ia
-
menciptakan
langit dan bumi (Kej 1:1). Tindakan
pemahaman bahwa Allah adalah cukup 24
Allah menegaskan bahwa Ia ada sebagai
dan tidak dapat dikomunikasikan dengan
Pribadi pencipta alam semesta yang
Yesus, Anak Allah. Pengakuan Arius
mutlak dan segala yang ada terikat
terhadap Allah yang tunggal tanpa
dengan diri-Nya. Alkitab melaporkan
melakukan
bahwa Allah Pencipta sejatinya adalah
menghasilkan Allah yang dipercaya
Roh/Ruakh yang immateri. Identifikasi
sebagai Allah yang ‘oneness’. Istilah
Roh/Ruakh menegaskan bahwa hukum
Bapa hanya dikenakan pada Allah yang
sebab
alam
sejatinya Ia ada, sedangkan Allah Anak
semesta/natural dalam alam semesta
dan Roh Kudus ada pada posisi makhluk
ciptaan Allah, tidak dapat mengikat
ciptaan Allah. Makhluk ciptaan yang
mutlak
Roh
berbeda secara kualitas dengan Pencipta-
eksistensi-Nya
nya. Arius mereduksi Yesus, Anak Allah
bukan didapat dari atau diperoleh dari,
sebagai ciptaan yang menjadi bagian
bahkan Allah tidak diadakan melalui
dari alam semesta dan eksistensi-Nya
proses peranakan atau keturunan yang
terikat pada alam semesta. Yesus, Anak
sesuai dengan hukum alam yang berlaku.
Allah dipahami sebagai ciptaan yang
akibat
atau
Allah.
meneguhkan
Allah bahwa
Adalah
hukum
adalah
pengakuan
Arius
tidak
–
kekal
relasi
dan
ontologism
memiliki
awal
seorang presbiter dari Alexandria - yang
keberadaan, diciptakan dari yang tidak
mengatakan, “Kami mengaku satu Allah
ada. Bagi Arius, Yesus Anak Allah
yang satu-satunya tidak diperanakkan,
menerima status keIllahian-Nya dari
yang satu-satunya kekal, yang satu-
Allah Bapa, sebelum mandate misi dari
satunya tanpa awal, yang satu-satunya
Bapa diselesaikan. Yesus, Anak Allah
benar, yang satu-satunya tidak dapat
adalah contoh manusia sempurna yang
mati, yang satu-satunya bijaksana, yang
menerima status ke-Illahi-an dari Allah
satu-satunya baik, yang satu-satunya
Bapa terlebih dalam proses kenosis
Tuhan, yang satu-satunya adalah hakim
Yesus. Jika kita manusia melakukan
35
Hal itu menegaskan
imitasi teladan Yesus maka kita akan
bahwa Arius hanya menerima konsep
menerima status Anak Allah sama
Allah Bapa yang mutlak, transcendental
seperti
bagi semuanya.”
Yesus,
mendeskripsikan
35
Bernhard Lohse. Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 60.
Anak
Allah.
Arius
Allah
Bapa dalam
perspektif rasionalis monoteisme radikal 25
yang hanya menerima Allah Bapa
Jadi, hal yang mengindikasikan bahwa
sebagai Allah yang sejati. Atas dasar
Allah
pengakuan
selanjutnya
berdasarkan hukum beranak cucu tidak
muncul konsep bahwa Allah tidak
didukung dengan bukti-bukti Alkitabiah.
beranak dan tidak diperanakkan. Konsep
Di sisi lain, konsep Yesus, Anak Allah
tersebut di atas menjadi dasar pemikiran
secara dangkal dan premature dipahami
unitarianisme yang berorientasi hanya
berdasarkan proses regenerasi historis
pada Allah saja.
struktural harafiah. Istilah ‘Anak Allah’
iman
Arius,
melakukan
proses
regenerasi
Konsep regenerasi atau beranak
cenderung dipahami sebagai hasil dari
cucu yang disampaikan Alkitab hanya
proses keturunan berdasarkan dalil-dalil
ditujukan bagi ciptaan Allah dan bukan
positivistic
menjadi
Allah
dihasilkan pemahaman yang jauh dari
sehingga mengharuskan dan memaksa
berita Alkitab. Allah tidak beranak dan
Allah untuk mengakui bahwa diri-Nya
tidak
beranak karena ada Yesus, Anak Allah.
penjelasan bahwa sejatinya Allah adalah
Konsep Allah tidak beranak dan tidak
Roh tidak dalam kondisi terikat dan
diperanakkan, sejatinya telah sesuai
tunduk kepada hukum-hukum di luar
dengan dan tidak bertentangan dengan
diri-Nya, sebaliknya segala hukum yang
Alkitab
batasan
ada harus terikat kepada Allah dan
Alkitab
memuliakan Allah.
hukum
(dalam
tertentu).
terikat
makna
bagi
&
Bahwasannya
rasionalis
diperanakkan,
sehingga
memberikan
Allah tidak beranak dan tidak
menyatakan Allah ada tanpa diadakan atau hadir tanpa dihadirkan menjelaskan
diperanakkan,
merupakan
suatu
bahwa eksistensi Allah adalah mandiri
kebenaran ontologism teologis yang
dan tidak memerlukan suatu hal dari luar
meneguhkan bahwasannya Allah adalah
diri Allah untuk Allah ada.
Roh tidak terikat oleh tatanan hukum
Berkaitan dengan Allah adalah Roh,
keterbatasan yaitu hukum-hukum alam
memberikan peneguhan bahwa sejatinya
semesta atau hukum natural yang salah
Roh
konsep
satunya adalah regenerasi atau beranak
diperanakkan dan beranak. Roh Allah
cucu. Pada dimensi kekekalan – Allah
tidak dalam keharusan untuk terikat pada
berdaulat atasnya – tidak akan terjadi
hukum keturunan atau beranak cucu.
suatu
tidak
terikat
dengan
26
proses
sebab
akibat
(proses
regenerasi/beranak) karena proses itu
historis. Istilah konsep Yesus, Anak
berkaitan
Allah
dengan
waktu
dan
tidak
dimengerti
berdasarkan
tempat/ruang, yang mana hal itu ada
entitas-Nya dari Allah yang melahirkan
dalam
terbatas
alam
atau beranak – terikat pada proses
Identifikasi
dimensi
kejadian/kronologi peristiwa - dalam
adalah Allah ada, tidak
perspektif rasionalis teoritis positivistik.
berubah atau melakukan perubahan,
Sebaliknya harus dipahami berdasarkan
tidak berproses atau bertindak dalam
presuposisi dalam perspektif emosional
satuan waktu atau periodisasi waktu.
spiritual yang berbahasa teologis dengan
Dimensi
mengikat
orientasi pada kebenaran iman yang
entitas actual pada satuan waktu masa
terikat pada wahyu Illahi. Kebenaran
lalu yang menjadi bagian dari hukum
iman tidak menghilangkan kebenaran
sebab akibat. Berdasarkan hal tersebut,
rasional, sebaliknya kebenaran rasional
adalah sahih untuk menegaskan bahwa
bukan menjadi orientasi kebenaran yang
pada
mutlak
dimensi
semesta/kosmos. kekekalan
kekekalan
dimensi
tidak
kekekalan
yang
hingga
kebenaran
iman
dinihilkan.
menyatakan Allah ada tidak pernah terjadi proses kelahiran Anak Allah atau
Berkaitan dengan konsep Yesus,
Allah beranak atau Allah diperanakkan.
Anak Allah kita tidak memiliki standar
Allah adalah Roh bebas dari proses
ukur yang sahih di luar Alkitab yang
regenerasi historis maupun ontologism.
hakikatnya firman Allah. Allah dan
Allah bebas dari proses perubahan
Alkitab, firman-Nya menjadi dasar suatu
karena perubahan merupakan ciri dari
kebenaran
ketidak-sempurnaan
menjadi
terbatas.
Proses
dalam
dimensi
perubahan
terikat
iman sumber
mendapatkan
dibangun. yang
Alkitab
sahih
konstruksi
untuk
penalaran
dengan waktu, apabila Allah bebas dari
tentang Allah Alkitab. Kesempurnaan
waktu atau melampaui waktu maka
Allah yang dinyatakan oleh Yesus
Allah tidak alami perubahan eksistensi
Kristus Tuhan, Allah yang menjadi
dan esensi.
manusia tidak akan pernah dan tidak akan
Allah adalah Roh, tidak dalam
mampu
pikiran
manusia
perspektif melahirkan Anak Allah yang
memberikan kesimpulan final yang logis
diwujud-nyatakan
rasionalis.
pada
Yesus
yang 27
Aku’ yang Yesus nyatakan menjelaskan bahwa Ia dengan Allah, Bapa-Nya
3. KONSEP ANAK ALLAH SEBAGAI APOLOGETIKA IMAN KRISTEN
memiliki kesatuan transcendental yang tidak
Matius 1:20 “Tetapi …sebab anak
tatanan alam semesta yang terbatas,
menjadi besar dan akan disebut Anak Maha-tinggi
tetapi
….”
teologis yang terbatas. Implikasinya
Allah, Yesus Anak Allah meneguhkan
adalah makna Yesus Anak Allah sering
suatu relasi yang unik yang terjadi antara
dipahami sebagai cara menyatakan diri
Yesus dan Allah Bapa-Nya. Relasi yang
melalui proses regenerasi dan mendapat
dianalogikan dalam relasi Bapa – Anak
sebutan Anak Allah.
tanpa memberikan makna tafsir dalam Relasi
Yohanes
itu
mulanya
Allah. Ia pada mulanya bersama-sama
14:9-11, ayat 11 “Percayalah kepadaKu,
dengan
bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di atau
“Pada
dengan Allah dan Firman itu adalah
14:36, Lukas 10:22, Yohanes 10:15, 30,
Aku;
1:1-2
adalah Firman: Firman itu bersama-sama
dinyatakan pada Matius 11:27, Markus
dalam
kesatuan
kekekalan yang dipahami dalam bahasa
yang bersumber pada Alkitab wahyu
keturunan.
sebaliknya
transcendental merupakan sebab dari
Berdasarkan perspektif iman Kristen
perspektif
hukum-hukum
transcendental bukan akibat dari system
Roh Kudus. Lukas 1:32 “Ia akan
Yang
dengan
keterbatasan alam semesta. Kesatuan
yang di dalam kandungannya adalah dari
Allah
terikat
Allah.”
menyatakan
setidak-tidaknya,
Teks
indentifikasi
tersebut keberadaan
Yesus sebagai Firman/Logos Allah.
percayalah karena pekerjaan-pekerjaan
Adalah
itu sendiri.” Hal itu menegaskan bahwa
sahih
Firman/
Logos
ilahi
menjadi daging/manusia dalam dimensi
relasi ilahi Yesus dengan Bapa-Nya
terbatas (ruang & waktu). Sedangkan
merupakan identifikasi unio mystika
logos kita atau perkataan kita akan
(suatu kesadaran tinggi yang meliputi
hilang
kognitif, afektif dan psikomotorik yang
tersublimasi
karena
kita
merupakan bagian dari ciptaan Allah.
sempurna antara Yesus, Anak Allah
Proses Logos ilahi menjadi manusia
dengan Allah Bapa-Nya). Relasi ilahi
tidak
‘Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam
ada
seorangpun
yang
dapat
menjelaskan secara tuntas karena hal itu 28
adalah tindakan Allah yang berdaulat.
dengan Allah Bapa-Nya bukan dimaknai
Firman itu adalah Allah, meneguhkan
sebagai Allah yang beranak atau Anak
bahwasannya
dari
Allah yang diperanakkan, melainkan
inkarnasi adalah Allah sendiri bukan
relasi transcendental kualitas ilahi antara
yang lain di luar diri Allah. Adalah hal
Yesus dengan Bapa-Nya. Tanpa kualitas
yang
proses
ilahi tidak akan terjadi relasi ilahi yang
inkarnasi dilakukan oleh sesuatu yang di
sehakikat, sederajat keilahian-Nya atau
luar
selevel eksistensi &esensi-Nya.
pelaku
inkonsistensi
diri
Allah
tunggal
apabila
sedangkan
Allah
menyatakan diri-Nya berdaulat mutlak.
Perspektif iman Kristiani tentang
Demikian juga pemahaman terhadap
Yesus, Anak Allah bukan berdasarkan
Yesus, Anak Allah bukan berdasarkan
makna rasionalis teoritis yang harus
rasionalisme manusia ciptaan sehingga
menghasilkan konklusi rasionalis logis
mengharuskan
Anak
(Anak Allah berarti dilahirkan atau
Allah diukur berdasarkan system logika
diperanakkan oleh Allah atau harus
terbatas manusia. Sebaliknya makna
terjadi
Yesus, Anak Allah diterima berdasarkan
alamiah
standar ukur wahyu Allah sehingga tidak
manusia atau ciptaan lain. Anak
melakukan
identik dengan keturunan, keturunan
makna
Yesus,
pereduksian
sistematis
melalui
proses
seperti
regenerasi
proses
kelahiran
rasionalis terhadap wahyu Allah yaitu
berarti
Alkitab.
melahirkan/memperanakkan),
terjadi
dipahami
Penyataan Yesus pada Yohanes 8:58
dengan
proses namun
presuposisi
iman
“Kata Yesus kepada mereka: “Aku
kepada
berkata
bersumber pada Alkitab sehingga tidak
kepadamu,
sesungguhnya
Yesus,
Anak
memaksakan
Pengakuan Yesus dalam teks tersebut
bertindak
mengindikasikan
ada
memutuskan benar atau salah, rasional
bukan diadakan atau dijadikan ada,
atau irasional, logis atau illogic terhadap
sebelum Abraham jadi atau diciptakan
konsep Yesus, Anak Allah.
Yesus
Konsep
Allah. Identifikasi ontologism Yesus,
sebagai
Anak
penalaran
yang
sebelum Abraham jadi, Aku ada.”
bahwa
system
Allah
hakim
Allah
kita yang
tidak
sejatinya memberikan penjelasan bahwa
berorientasi pada makna bagaimana cara
relasi transcendental Yesus, Anak Allah
berada, melainkan berorientasi pada 29
unitas transcendental yaitu kualitas relasi
tentang Yesus, Anak Allah dengan
ilahi yang dimiliki Yesus dan Bapa-Nya.
sumber
Hal yang benar jika konsep Anak Allah
berorientasi pada kebenaran rasionalis
berkaitan dengan bagaimana cara berada
ilmiah
maka konsep itu akan dikaitkan dengan
kebenaran pada logika penalaran yang
proses kelahiran Anak Allah. Berbicara
logis. Sebaliknya mereka melepaskan
tentang relasi kualitas ilahi meneguhkan
kebenaran iman yang Biblis karena
bahwasannya konsep Anak Allah bukan
mereka pada posisi tidak terikat pada
dinyatakan secara simplisitas ide tetapi
wahyu Allah atau mereka pada posisi
secara
liberalis.
simplisitas
esensi
dalam
non
Biblis
yang
cenderung
menempatkan
hasil
kompleksitas Ilahi. Manusia ciptaan
Pada perspektif yang lain, “Al-Quran
tidak menjadikan Allah dalam perspektif
bicara tentang kehamilan perawan, tetapi
rasionalismenya sehingga Allah dapat
menolak status sebagai anak Allah.
diukur
Penolakan Al-Quran atas kedudukan
secara
tepat
berdasarkan
rasionalitas system penalaran manusia.
Yesus sebagai anak Allah mencerminkan
Sejatinya konsep Anak Allah dapat dianalogikan
dengan
ideologi’yang
tidak
konsep dapat
perbedaan
‘anak
teologinya
fundamental dan
teologi
antara Kristen.”36
Artinya, Al-Quran menerima kelahiran
diartikan
sebagai hasil dari proses kelahiran
Yesus
natural. Konsep ‘anak ideologi’ sejatinya
intervensi Allah sendiri. Yesus, Anak
merupakan konsep relasi kualitas ide-ide
Allah bukan berasal dari benih laki-laki
yang dianggap sama sehingga disebut
atau memiliki ayah biologis dan hal itu
‘anak ideologi’. Suatu istilah yang
menjadi
berkaitan dengan Allah – konsep Anak
bahwasannya Yesus dan Allah Bapa
Allah – tidak dapat dipahami secara
memiliki relasi kualitas Illahi yang tidak
harafiah tekstual sehingga menghasilkan
terbantahkan. Namun demikian fakta
perdebatan yang tidak selesai sepanjang
kepastiannya tentang Yesus Anak Allah,
masa. Apalagi menggunakan perspektif
Al-Quran tetap menolak kedudukan
non
berusaha
Yesus sebagai Anak Allah dan itu
manipulasi
menjadi finalitas perbedaan fundamental
Alkitabiah
menampilkan
yang
kebenaran
yang
supranatural,
suatu
fakta
Biblis. Mereka yang bertutur cerita 36
30
Fatoohi. Op.,Cit. 422.
adanya
kepastian
teologi Al-Quran dengan teologi Kristen.
Yesus dan Bapa-Nya. Kita ciptaan,
Berkaitan dengan penolakan Al-Quran
apapun keadaan kita tidak dapat dan
terhadap kedudukan Yesus Anak Allah
tidak mampu mendeskripsikan relasi
hendaknya dipahami dalam perspektif
Illahi Yesus dengan Bapa-Nya seperti
historis
kekekalan/metafisik
yang dipahami oleh Yesus dan Bapa-
ontologism. Pada perspektif historis,
Nya. Pada keterbatasan kita sebagai
konsep Yesus Anak Allah terbentur
ciptaan dalam memahami esensi Illahi
dengan natur materi-Nya (menurut Al-
tidaklah elok jika kita atas nama
Quran, materi tidak dapat di-Tuhan-kan
rasionalitas
atau ciptaan tidak dapat menjadi Allah)
Allah yang jauh sempurna dan kudus.
dan
kita menolak
Berdasarkan
yang terbatas dan diterima sebagai
perspektif
iman
terhadap
perspektif
kedaulatan Allah, konsep Yesus Anak
kekekalan/metafisik, Yesus Anak Allah
Allah sejatinya tidak dalam konteks
memiliki relasi kualitas Illahi dengan
debatable
Bapa-Nya. Kualitas Ilahi tidak dapat
menghukum Alkitab sebagai karya fiksi.
disimpulkan
pembahasaan
Sebaliknya Allah sahih bertindak dalam
ciptaan yang terbatas dan hal itu hanya
perspektif diri-Nya tanpa meminta ijin
diterima dengan bahasa iman teologis.
pada manusia, apakah idea atau gagasan-
Pengakuan
Al-Quran
batasan
Nya rasional atau irasional bagi manusia.
tertentu
benar
Alkitab
Mengakui
ciptaan.
Sedangkan
dengan
pada dan
bahkan cenderung untuk
kedaulatan
Allah
yang
mendukungnya bahwa ciptaan berbeda
sempurna namun menolak ide Allah
dengan dijadikan
tidak
dapat
yang menyatakan Yesus Anak Allah
Allah/sesembahan.
Pada
merupakan
Pencipta
dan
proses
inkonsistensi
perspektif ontologism teologis, sejatinya
penalaran
logis
penyataan Yesus, Anak Allah (yang
manusia
harus
didukung dengan pengakuan Al-Quran
perbedaan yang absolute antara Allah
atas kelahiran Yesus yang supranatural)
Pencipta yang berdaulat dengan manusia
adalah fakta kebenaran yang tidak
ciptaan yang terbatas. Kedaulatan Allah
terbantahkan karena hanya Yesus, Anak
tidak
Allah dan Bapa-Nya yang memahami
manusia atau kedaulatan Allah tidak
relasi kualitas Illahi yang terjadi diantara
harus dapat dirasionalisasikan manusia. 31
dapat
manusia.
Sejatinya,
menerima
dibatasi
oleh
suatu
rasional
Penyataan Yesus Anak Allah bukan
Bapa tidak eksis terlepas dari Anak dan
memisahkan antara eksistensi materi
Anak tidak eksis terlepas dari Bapa.
Yesus dan status pribadi/personal Anak
Implikasi penyembahan yang dilakukan
Allah.
dalam
adalah penyembahan kepada Yesus,
perspektif eksistensi materi berarti Allah
Anak Allah di dalam Allah Bapa. Yesus,
melahirkan Yesus Anak Allah (Allah
Anak
beranak) atau memiliki makna harafiah.
(autoaletheia),
“Bahwa yang disebut “Anak Allah ini
rasio (autologos) yang sama atau identik
bukan makna kata jasmaniah. Sebab
dengan Bapa-Nya. Hakikat Allah adalah
meskipun ada kata-kata “diperanakkan”
esensi Ilahi yang menyebabkan Allah
dan “Anak Tunggal”, tetapi kita tak
adalah Allah. Esensi Ilahi adalah kualitas
menjumpai
Ilahi yang sempurna dan hal itu tidak
Yesus
Anak
kata
Allah
“Ibu”
atau
yang
Allah
memiliki hikmat
(autosophia),
“mengandung Anak Allah”. Tak pula
dapat
kita jumpai kata kapan saat Anak Allah
dimanipulasi
itu dilahirkan.”37 Di sisi lain, Yesus
terbatas. Kodrat Ilahi Yesus dinyatakan
Anak Allah perspektif pribadi berarti
dalam hidup dan karya-Nya hingga mati
Yesus secara materi tidak pernah ada
dan
karena hanya berorientasi pada status
kemanusiaan Yesus terbatas dan berhenti
pribadi
pada
yang
tidak
mengharuskan
Anak
Allah
dipikirkan
atau
manusia
yang
rasio
bangkit.
Sedangkan
proses
kematian.
kodrat
Kodrat
theanthropos Yesus tidak membutuhkan
mawujud dalam materi yang visibel. Yesus,
dilihat,
kebenaran
bukti-bukti
sejatinya
authentisitas
non
Biblis
berkaitan dengan kodrat theanthropos
karena Alkitab telah menyatakannya.
(Illahi
“Lebih dari sekedar percaya bahwa Ia
–
sehakikat
dengan &
adalah Allah, Yesus juga membuktikan
manusiawi: daging/sarx) yang Yesus
itu dengan melakukan tindakan-tindakan
miliki. Kodrat Illahi Yesus sama dengan
supranatural,
Allah Bapa-Nya. Aku (Yesus Anak
nubuatan
Allah) dan Bapa adalah satu. Tidak
kejanggalan
matematis,
terjadi pemisahan antara Bapa dan Anak,
terpenting
adalah
Bapa/homoousios
to
patri
-
37
Daniel Bambang. Allah Tritunggal (Jakarta: Satya WidyaGraha, 2001), 60.
32
dengan kuno
menggenapi
tentang dan
semua yang
menaklukkan
kubur.”38Hal itu berarti keIlahian Yesus
pengampunan
dinyatakan dalam hidup dan karya-Nya
terhadap siapakah Yesus itu harus sesuai
yang
dari
dengan pengertian Yesus sendiri. Jika
kubur
kita tidak mengakui Yesus sebagai
historis
kematian kosong.
bahkan
yang “Kita
bangkit
menyatakan seharusnya
memulai
dosa.
Pengertian
Kristus, maka entah
kita
Ia berbohong
dengan keyakinan Alkitab bahwa Allah
terhadap identitas-Nya sendiri atau kita
ingin kita merasa pasti akan kebenaran
yang berbohong.”40 Artinya, konsep
Kristus (Luk 1:4) dan keselamatan kita
Anak
(1 Yoh 5:13).”39 Hal itu berarti proses
didasarkan pada kesadaran eksistensial
arumentasi orang percaya tentang Yesus,
Yesus bukan sesuatu yang dipaksakan
Anak Allah haruslah didasarkan pada
atau diberikan oleh ciptaan.
suatu kepastian yang bersumber pada Alkitab.
Suatu
kepastian
Allah
yang
Yesus
terima
Lebih lanjut dapat dipahami bahwa
tidaklah
setiap
pribadi
yang
berusaha
membutuhkan bukti karena kepastian
menjelaskan konsep Yesus, Anak Allah
itulah bukti pada dirinya sendiri.
sejatinya ia harus menjadikan Alkitab
Pada
dasarnya,
Alkitab
telah
sebagai sumber utama dan menghormati
memberikan kesaksian (Kejadian 6:2, II
otoritas
Samuel 7:14, Mazmur 2:7, Lukas 1:32,
hakikatnya firman Allah. “Kita tidak
Yohanes 1:1-2) yang tidak terbantahkan
meminta orang tidak percaya untuk
bahwasannya
mengevaluasi
Yesus,
Anak
Allah
kedaulatan
Alkitab
Kekristenan
yang
dengan
diterima sebagai kebenaran iman yang
menggunakan pikirannya,
karena ia
memiliki konsekuensi logis. Kebenaran
berusaha
pikirannya
atas relasi kualitas ilahi yang Yesus
secara
sampaikan dengan sadar diri bukan
tenggelam
sebagai manipulasi pernyataan. “Yesus
permulaannya.”41 Artinya, iman Kristen
mengerti diri-Nya sendiri sebagai Anak
tidak pada posisi untuk dikritik atau
Allah yang terkasih, yang dipilih Allah
direkonstruksi kebenarannya oleh orang
untuk menghadirkan kerajaan Allah, dan
tidak
mengoperasikan otonomi
dengan
dalam
percaya
melakukannya
kesalahan
karena
dengan
38
Ravi Zacharian dkk.Who Made God? (Bandung: Pionir Jaya, 2009), 94. 39 John M. Frame. Apologetika Bagi Kemuliaan Allah(Malang: SAAT, 2000), 101.
40 41
33
demikian
Ravi. Op.,Cit. 88. Frame. Op.,Cit., 108.
dari
mereka
epistemology
yang
menentang
kesahihan
Alkitab
dan tidak melebur satu terhadap yang
sebagai wahyu khusus Allah yang
lain.
menyatakan Yesus Kristus Tuhan, Anak
memahami
Allah. “Suatu sistem yang dimiliki orang
memiliki
tidak percaya tidak bisa secara memadai
manusiawi) dan mereka yang berada
mendeskripsikan
dunia
pada outsider Yesus hanya mampu
milikiNya.”42 Artinya, dasar konsep
berpikir tentang Yesus berdasarkan pola
orang tidak percaya berorientasi pada
penalaran
pemenuhan akali yang cacat dan terbatas
presuposisi yang cenderung memiliki
sehingga
kesalahan.
selalu
Allah
dalam
dan
kebutuhan
Hanya
Yesus diri-Nya
dua
yang
dapat
sendiri
yang
kodrat
dengan
(Illahi
&
asumsi
Pemikiran
ciptaan
atau
tidak
rasionalis teoritis logis termasuk Allah
mampu menguasai Pencipta yang tak
harus rasional untuk manusia dapat
terbatas.
menerima-Nya.
berlainan dengan ciptaan yang temporer
Pola
pemikiran
Pencipta
(muncul konsep kontinuitas), parsial dan cenderung inkonsistensi.
KESIMPULAN Yesus, Anak Allah dalam perspektif
Berdasarkan pengakuan kita (orang
Biblis tidak dapat dibantah dan telah
percaya)
banyak kepastian tekstual dalamnya
maka konsep Yesus Anak Allah tidak
yang disampaikan. Konsep Yesus Anak
dapat diragukan lagi karena Allahlah
Allah bukan dalam perspektif harafiah
yang berkarya dalam segala konteks
tekstual,
perspektif
keterbatasan ciptaan-Nya. Yesus, Anak
Berkaitan
Allah sejatinya merupakan demostrasi
dengan konsep Yesus Anak Allah, kita
keIlahian Allah dalam dimensi terbatas
hendaknya
kodrat
yang tidak membutuhkan rasio penalaran
theanthropos (Illahi & manusiawi) yang
logis tetapi berdasarkan bahasa iman
Yesus miliki. Kedua kodrat milik Yesus
untuk memahami rasionalitas Allah yang
menjadi acuan untuk kita menerima
sempurna. Sejatinya Allah yang dapat
Yesus, AnakAllah. Dua kodrat dalam
dengan tuntas dipikirkan manusia adalah
satu pribadi Yesus yang tidak bercampur
Allah jadian yang terbatas dan selalu
ontologism
tetapi relasi
dalam Ilahi.
memahami
terhadap
kedaulatan
Allah
terpenjara pada rasio manusia. Allah
42
John M. Frame.Suatu Analisis Terhadap Pemikirannya Cornrlius Van Til (Malang: SAAT, 2002), 211.
34
Alkitab hakikatnya firman Allah
modernism.
Akhirnya,
dalam
untuk
kontekstualisasi keterbatasan pikiran kita
menyatakan Yesus Anak Allah. Alktab
hendaknya Allah dalam Yesus Kristus
firman Allah cukup untuk menyatakan
Tuhan yang melampaui segala akal kita
dan menjelaskan siapa Yesus dan karya-
selalu menguatkan dan menyertai proses
Nya. Sebaliknya Alkitab telah menjadi
penalaran kita yang orientasinya adalah
bukti faktual suatu kebenaran Allah yang
Allah dimuliakan bukan mencari sensasi
tak terbantahkan bahwasannya Yesus
temporer antroposentris.
tidak
Anak
membutuhkan
Allah
adalah
bukti
sahih
untuk
dipercaya dan menjadi dasar iman
SOLI DEO GLORIA, AMIN.
Kristen sepanjang masa. Alkitab yang dalamnya
menyatakan
eksistensi
&
esensi Yesus tidak dihakimi dengan alat ukur penilaian yang rasional dan empiris
DAFTAR PUSTAKA Albert Nolan. Yesus Sebelum Agama Kristen, Yogyakarta: Kanisius, 1991 Bernhard Lohse. Pengantar Sejarah Dogma Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989 Daniel Bambang. Allah Tritunggal,Jakarta: Satya WidyaGraha, 2001 Darrell L. Bock & Daniel B. Wallace. Mendongkel Yesus Dari TahtaNya, Jakarta: Gramedia, 2009 Dieter Becker. Pedoman Dogmatika Suatu Kompedium Singkat, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996 Donald Guthrie. Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995 Douglas Groothuis. Jesus in an Age of Controversy, Jakarta: Verbum Dei Book, 2008 ------------------------. Pudarnya Kebenaran,Surabaya: Momentum, 2003 Eko Riyadi. Yesus Kristus Tuhan Kita, Yogyakarta: Kanisius, 2011 George Eldon Ladd. Teologi Perjanjian Baru Jilid 1, Bandung: Kalam Hidup, 1999 Georg Kirchberger.Allah Menggugat Sebuah Dogmatik Kristiani,Maumere: Ledalero, 2007 Herman Bavinck. Dogmatika Reformed,Surabaya: Momentum, 2012 J. Donald Walters. Crises In Modern Thought, Jakarta: Gramedia, 2003 John M. Frame. Doktrin Pengetahuan Tentang Allah, Malang: SAAT Malang, 1999 35
-------------------. Apologetika Bagi Kemuliaan Allah,Malang: SAAT, 2000 -------------------.Suatu Analisis Terhadap Pemikirannya Cornrlius Van Til, Malang: SAAT,2002 Louay Fatoohi. The Mystery of Historical Jesus, Bandung: Mizan, 2012 Louis Berkhof. Teologi Sistematika 3,Jakarta: LRII, 1996 Mark Stibbe. User’s Guide to Christian Belief,Yogyakarta: Kanisius, 2009 Ravi Zacharian dkk.Who Made God?Bandung: Pionir Jaya, 2009 R.C.Sproul. Defending Your Faith An Introduction to Apologetics, Malang:SAAT Malang, 2008 Stephen B. Bevans. Teologi dalam Perspektif Global,Maumere: Ledalero, 2010 Tom Jacobs. IMANUEL Perubahan Dalam Perumusan Iman Akan Yesus Kristus,Yogyakarta: Kanisius, 2000 W. Poespoprodjo. Hermeneutika, Bandung: Pustaka Setia, 2004 Zainul Arifin. Nontrinitarianisme Monoteisme Kristen Dalam Dialog dengan Islam Semarang: Walisongo Press, 2009
36