KONSEP TAUBAT MENURUT IBN QAYYIM AL-JAUZIYAH
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Filsafat Agama
Oleh: Iksan 11510045
JURUSAN FILSAFAT AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
MOTTO
Lebih baik bertindak walaupun sedikit daripada terdiam dalam anganangan
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya Mempersembahkan Skripsi Ini Untuk:
Kedua orang tua saya (Ibu dan Bapak) tercinta yang selalu menyayangi dan memberikan semangat hidup dalam perjalanan mencari ilmu di tanah rantau Saudara-saudara saya yang sama-sama masih menempuh pendidikan dan yang sudah berkeluarga Dan orang-orang tercinta yang ada disekeliling saya
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi kata-kata arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987. A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ة
Bā‟
b
be
ت
Tā‟
t
te
ث
Ṡ ā‟
ṡ
es (dengan titik di atas)
ج
Jīm
j
je
ح
Ḥā‟
ḥ
ha (dengan titik di bawah)
خ
Khā‟
kh
ka dan ha
د
Dāl
d
de
ذ
Żāl
ż
zet (dengan titik di atas)
ز
Rā‟
r
er
ش
Zāi
z
zet
س
Sīn
s
es
ش
Sy n
sy
es dan ye
ص
Ṣ ād
ṣ
es (dengan titik di bawah)
ض
Ḍ ād
ḍ
de (dengan titik di bawah)
ط
Ṭ ā‟
ṭ
te (dengan titik di bawah)
ظ
Ẓ ā‟
ẓ
zet (dengan titik di bawah)
ع
„Ain
„
koma terbalik di atas
غ
Gain
g
ge
ف
Fā‟
f
ef
vii
ق
Qāf
q
qi
ك
Kāf
k
ka
ل
Lām
l
„el
و
Mīm
m
„em
ٌ
Nūn
n
„en
و
Wāw
w
w
هـ
Hā‟
h
ha
ء
Hamzah
'
apostrof
ً
Yā‟
Y
Ye
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap يـتعدّدة
ditulis
Muta‘addidah
عدّة
ditulis
‘iddah
C. Tā’marbūṭ ah di akhir kata Semua tā’ marbūṭ ah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata tunggal ataupun berada di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti oleh kata sandang “al”). Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya kecuali dikehendaki kata aslinya. حكًة
ditulis
Ḥ ikmah
عهّـة
ditulis
‘illah
ditulis
karāmah al-auliyā’
كساية األونيبء
D. Vokal Pendek dan Penerapannya
viii
----َ---
Fatḥ ah
ditulis
A
----ِ---
Kasrah
ditulis
i
----ُ---
Ḍ ammah
ditulis
u
فعَم
Fatḥ ah
ditulis
fa‘ala
ذُكس
Kasrah
ditulis
żukira
يَرهت
Ḍ ammah
ditulis
yażhabu
E. Vokal Panjang 1. fatḥ ah + alif جبههـيّة 2. fatḥ ah + yā‟ mati
ditulis
ā : jāhiliyyah
ditulis
ā : tansā
ditulis
ī : karīm
ditulis
ū : furūḍ
ditulis
Ai
ditulis
Bainakum
ditulis
au
ditulis
qaul
تَـُسي 3. Kasrah + yā‟ mati كسيـى 4. Ḍ ammah + wāwu mati فسوض
F. Vokal Rangkap 1. fatḥ ah + yā‟ mati ثـيُكى 2. fatḥ ah + wāwu mati قول
ix
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof أ أ َـتى
ditulis
a’antum
اُعدّت
ditulis
u‘iddat
ditulis
la’in syakartum
نئٍ شكستـى
H. Kata Sandang Alif + Lam 1. Bila diikuti huruf Qamariyyah maka ditulis dengan menggunakan huruf awal “al” ٌانقسأ
ditulis
al-Qur’ān
انقيبس
ditulis
al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama Syamsiyyah tersebut
I.
انسًّبء
ditulis
as-Samā’
انشًّس
ditulis
asy-Syams
Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya ذوى انفسوض
ditulis
Żawi al-furūḍ
أهم انسّـُّة
ditulis
ahl as-sunnah
x
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. Segala puji syukur hanya bagi Allah atas segala rahmat, taufiq serta hidayahnya. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan keharibaan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Amin Akhirnya setelah melewati proses panjang, penyusunan dapat menyelesaikan skripsi ini berktat bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penyusun ingin menyampaikan ungkapan terimakasih khususnya kepada: 1. Bapak Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A, ph.D. selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Dr. Alim Roswantoro, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. 3. Bapak Dr. Robby H. Abror, M.Ag., M.Hum selalu Ketua Jurusan Filsafat Agama 4. Bapak Drs. Abdul Basir Solissa, M.Ag selaku Pembimbing Skripsi yang selalu memberi arahan serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. 5. Bapak Imam Iqbal, S.fil.I.,M.S selaku pembimbing akademik (PA) yang sejak awal masuk kuliah selalu memberi bimbingan dan nasehat dalam proses menyelesaikan kulian maupun dalam menyelesaikan skripsi. 6. Kedua orang tercinta bapak Hasyim dan ibu Sitti yang tidak pernah berhenti mendoakan dan memberi dukungan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan kulian di UIN Sunan Kalijaga. xi
7. Saudara-saudaraku tercinta Mas Jun, Mbak Farihah, Halimur Rasyid. 8. Teman-teman seperjuangan hidup dan di Filsafat Agama (Lampita Miftahul Jannah, Nia, Dian, Wiwik, Olif, Rifka, Prabu Alim, Fadil, Wahedi, Rasyidi, Su’di, Darsono, Aziz, Maul, Wahyudi, Mas Edi, dan sederan yang lain yang penulis tidak sebutkan di sini). 9. Shabat-sahabat seperjuangan (Jhon, Sauqi, Agus, Ara, Jaki, fiyat, Isto dll) dan sahabat-sahabat penyusun (Sanusi, Yusri, Lufti, O2nk MD, O2nk Habul, Imam Nawi, Om Fathol, Ali Fakih, Mas Lukman, Nufil Istikhori dll). 10. Sahabat-sahabat penyusun di Kos Kenzi diantaranya Faisol, Zahid, Bang Fahrul, O2nk dan teman-teman Interpreoner Abarori Alsael, R.Hendri Nasution, Imam budidaya, Taufikur Rahman al-bisnisi, Samsul phetthie dan Aziz shamsam. Sebagai insan biasa, penyusun menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekhilafan dan kekurangan yang mewarnai skripsi ini dan karya ini masih jauh dari harapan. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengaharapkan kritikan dan saran yang bersifat konstruktif utnuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhrinya penulis sangat berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penyusun sendiri dan orang lain yang membaca isi dalam skripsi ini. Amin. Yogyakarta, 9 Juni 2015 Penulis
Iksan NIM. 11510045
xii
ABSTRAK Perubahan demi perubahan tidak dapat dihindari mengiringi perkembangan zaman. Dari perkembangan ini ada yang lebih mengarah pada sisi yang positif seperti kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pesatnya perkembangan teknologi, tetapi di sisi yang lain juga dari perkembangan tersebut membawa dampak negatif terhadap kehidupan umat manusia seperti yang terjadi sekarang ini yaitu terjadi krisis moral dan lemahnya iman seorang muslim terhadap Tuhannya. Akibatnya, manusia menghamba pada materi dan senantiasa mengejar kenikmatan dunia yang sifatnya fana. Semua ini terjadi menurut Ibn Qayyim alJauziyah disebabkan karena lemahnya iman seseorang. Akhirnya perbuatan dosa bisa dilakukan untuk mengejar materi tersebut baik yang sifatnya pelanggaran terhadap Tuhan atau yang sifatnya pelanggaran yang dapat merugikan antar sesama, seperti dehumanisasi, membunuh, berzina, korupsi, makan harta anak yatim dan bahkan menyekutukan Tuhan (Allah). Sehubungan dengan itu, penelitin tentang konsep taubat menurut Ibn Qayyim alJauziyah salah satunya bertujuan untuk memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat modern tersebut. Selain untuk mengetahui konsep taubatnya Ibn Qayyim al-Jauziyah secara jelas, juga agar dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian studi pustaka (library research) dengan mencari data-data mengenai taubat dan pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyah tentang taubat dalam menjawab problem manusia modern. Kemudian sumber data-data tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara kritis sebelum dituangkan dalam sebuah pemaparan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep taubat Ibn Qayyim alJauziyah tidak sekedar untuk menebus dosa-dosa yang telah dilakukan oleh seorang manusia tetapi taubat yang ditawarkan oleh beliau lebih kepada kehendak atau tekad yang kuat dari seorang manusia itu sendiri untuk tidak mengulangi dosa lagi dan memperbaikinya di masa yang akan datang. Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah bahwa sebelum seseorang melakukan taubat terlebih dahulu harus melakukan muhasabah sebab muhasabah ini yang akan menyadarkan manusia. Setelah itu taubat harus dilaksanakan dengan sunguh-sunguh (taubatan naṣ ủḥ a) ingin kembali ke jalan Allah yaitu kembali kepada Allah dari kedurhakaan kepada ketaatan kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi laranganNya. Konsep taubat Ibn Qayyim al-Jauziyah sangat relevan dengan kondisi sekarang sebab ia berorientasi kepada kebaikan bagi masa depan manusia agar lebih memperkuat ibadahnya kepada Allah dan untuk perbaikan hubungan dengan sesamanya.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .... ................................................................................... i HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... ii SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..... ................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... xi ABSTRAK……..…................ ......................................................................... xiii DAFTAR ISI ................... ................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 10 D. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 11 E. Metode Penelitian ....................................................................... 14 F. Sistematika Pembahasan ............................................................. 15
BAB II : BIOGRAFI IBN QAYYIM AL-JAUZIYAH A. Riwayat Hidup Ibn Qayyim Al-Jauziyah....... .............................. 17 B. Kondisi sosial dan Perjalanan Karir Keilmuannya ..................... 19 C. Pemikiran Ibn Qayyim Al-Jauziyah dan Karya-Karyanya ......... 29
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP TAUBAT MENURUT IBN QAYYIM AL-JAUZIYAH A. Pengertian Taubat......................................................................... 39 xiv
B. Macam-Macam Taubat dan Hukumnya ...................................... 40 C. Syarat-Syarat Terpenuhinya Taubat ............................................ 42 D. Hal-Hal yang Menyebabkan Orang Bertaubat ............................ 46
BAB IV : ANALISIS TERHADAP KONSEP TAUBAT IBN QAYYIM AL-JAUZIYAH
DALAM
MENJAWAB
PROBLEM
MANUSIA MODERN A. Problem-Problem Manusia Modern ............................................ 55 B. Taubat Sebagai Jalan Alternatif .................................................. 69 C. Implementasi Taubat Dalam Kehidupan Nyata .......................... 67
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .... ........................................................................... 69 B.
Saran ...... .................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 74
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bukanlah hal yang mudah untuk melaksanakan amanah dan tanggung jawab di muka bumi ini, sebab selain diberi kesempurnaan dan kemampuan tinggi,1 manusia juga memiliki sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan dan lain sebagainya2 yang nantinya akan terus melekat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kelebihan dan kekurangan ini yang sejatinya tak boleh disepelekan dalam hidup agar manusia bisa berhati-hati dalam menjalankan tanggung jawab karena jika tidak bisa mengendalikan keduanya, bisa jadi manusia akan menjadi mahluk yang serakah dan sombong. Sedangkan kesombongan dan kecenderungan untuk berbuat zalim terhadap dirinya dan sesemanya itu akan bermuara pada suatu penyesatan dan akan menjadi bumerang dalam hidup. Nafsu dan cinta terhadap kenikmatan dunia akhirnya akan manjadi prioritas utama di atas segala-galanya, bahkan bisa membawa mereka lupa terhadap akhiratnya sebagai tujuan akhir dari hidup ini. Dalam kondisi demikian manusia tidak lagi sempurna atau sulit untuk mencapai kesempurnaan, jurstru pada
1
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 82. Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), hlm. 1-2. 2
1
taraf ini menurut al-Ghazali posisinya sama dengan binatang, bahkan bisa lebih rendah dari binatang.3 Mereka tidak lagi mendahulukan tanggung jawabnya untuk melaksanakan amanah –yang sejatinya selalu dituntut untuk berbuat kebaikan, tolong-menolong antar sesama dan menegakkan keimanan terhadap yang Maha Kuasa (Allah). Islam sangat mengharapakan agar seluruh aktivitas seorang hamba dapat diniatkan ibadah semata-mata untuk mencari ridha Allah. Karena bila semua dimensi kehidupan itu benar-benar diniatkan untuk mencari ridha Allah, maka semua itu adalah ibadah. 4 Inilah tujuan hidup manusia di muka bumi ini menurut para kaum sufi, yaitu semata-mata untuk ibadah dan mengesakan Allah. Dalam firman-Nya Allah menegaskan: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Q.S. Adz-dzariat: 56). Kehidupan yang penuh dengan tuntunan spiritual ini yang ditawakan oleh kaum sufi di tengah kegersanagan spirit keagamaan yang melanda kehidupam umat manusia modern dan ketika logika tidak mampu merubah jalan hidup manusia lebih baik. Kehadiran para sufi sejatinya ingin memberikan jalan alternatif (altenatif solution) ketika para filosof dan aliran rasional tidak mampu memberikan “obat mujarab” bagi jiwa yang gelisah untuk mengatasi problema hidup dan tantangan 3
Muhammad Yasir Nasution, Manusia menurut al Ghazali (Jakarta: Rajawali Pers, 1988),hlm.132. 4 Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), hlm. 20.
2
zaman yang semakin berkembang lewat modernitas-nya.5 Pada kondisi ini dimensi sufismelah solusi yang tepat untuk mengatasi krisis spiritualitas manusia modern ini.6 Tujuannya jelas, yaitu agar manusia bisa merubah dirinya lebih baik dengan menitikberatkan pada jalan spiritual, pembersihan hati dari sifat sombong, congkak, berbuat zalim dan perbutan-perbutan dosa yang dapat menghapus keimananan seseorang. Ibn Qayyim al-Jauziyah mengatakan bahwa orang yang tidak beriman dan mentalnya rusak ia tidak akan percaya terhadap kehidupan yang lebih mulia dan kekal, namun ia lebih cinta terhadap kehidupan dunia, tamak dan lebih mengutamakan akalnya dalam perbutannya.7 Kondisi ini yang menyebabkan manusia sulit mencapai kesempurnaan, apalagi ingin mendekati Allah. Justru pada tahap tertentu mereka akan lalai dalam mengerjajakan perintah-perintah Allah yang sejatinya wajib hukumnya untuk dilakukan dan lagi-lagi pekerjaan-pekerjaan yang orientasinya materi bersifat dunia yang senantiasa akan diperjuankan. Padahal jika mau sadar bahwa cinta terhadap dunia yang berlebihan akan mengikis keimanan seseorang yang nantinya bermuara pada suatu tindakan yang dapat menghambat diri seseorang menuju Sang Ilahi (ma‟rifatullah) sebagai inti dari
5
Kehadiran modernitas sejatinya membawa dampak perubahan yang signifikan dalam kehidupan umat manusia, disatu sisi mempu memberikan gebrakan positif bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan disisi yang lain menyebabkan rapuhnya moral manusia, berupa kekeringan jiwa atau dalam bahasanya Haidar Nashir kesengsaraan rohaniah (Haidar Nashir, Agama dan Krisis Manusia Modern), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997). hlm. 138. 6 Harun Nasution, filsafat dan Mistisisme, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973). hlm. 56 7 Ibn Qayyim Al-Jauziah, Alfawaid: Menuju Pribadi Takwa, ter. Kathur Suhardi. cet. 1(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hlm.100-101.
3
ajaran tasawuf.8 Tasawuf sejatinya inging membimbing seseorang agar lebih dekat dengan Allah melalui jalan kesufian (thariqah), yaitu jalan penyucian jiwa untuk mendekatkan diri pada Sang Maha Suci (Allah),9 sedangkan taubat diakui secara umum sebagai maqam pertama yang harus dilalui seorang salik (orang yang menjalani tasawuf) untuk menuju kepada Allah. Maqam adalah latihan dan perjuangan menuju Allah “Azza Wa jalla”.10 Dan Allah tak dapat didekati sebelum bertaubat. Karena dengan bertaubat jiwa salik bersih dari dosa sementara Allah Swt hanya dapat didekati dengan jiwa yang suci atau tak berdosa.11 Sebagai tangga pertama, taubat adalah suatu kewajiban yang harus dilalui oleh seorang hamba agar dirinya bisa dekat dengan Allah sebelum maqam-maqam yang lain. Jika seseorang belum memenuhi kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam berbagai maqam, maka ia tidak boleh naik kejenjang lebih tinggi.12 Lebih jelasnya Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Madarijus Salikin mengatakan bahwa taubat merupakan media permulaan, pertengahan dan akhir bagi seorang hamba yang sedang melakukan perjalanan kepada Allah.13
8
Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam., cet. II (Jakarta: PT Raja Brafindo Persada, 2002), hlm.39. 9 Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat; Study Pemikiranan dan Pengalam Sufi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), hlm. 45. 10 Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat; study Pemikiran dan Pengalam Suf, hlm. 54 11 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 66. 12 Abd Al-Razzag Al-Kasyani, Kitab Istilahat al-Sufiah, (London: The Octagon Press LTD, 1991), hlm. 66. 13 Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Majaridus Salikin (Pendakian Menuju Allah) Penjabaran Kongkret “Iyyaka Na‟budu Wa Iyyaka Nasta‟in, ter. Kathur Suhardi. cet. I (Jakarta: Pustaka AlKautsat, 1998), hlm. 38.
4
Taubat sejatinya merupakan pintu masuk bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah sebab dalam taubat ada penyesalan terhadap perbuatan tercela yang telah dilakukan di masa silam sekaligus terdapat daya tarik (ikhtiar) kebangkitan jiwa dari seorang hamba untuk berbeburat kebaikan di masa yang akan datang. Salah satu alasan inilah mengapa kemudian konsep taubat Ibn Qayyim al-Jauziyah sangat penting untuk diteliti. Bagi Ibn Qayyim al-Jauziyah ada tiga syarat yang harus terkumpul menjadi satu ketika bertaubat. Syarat yang pertama adalah menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lampau. Kedua, membebaskan diri seketika itu pula dari dosa tersebut, dan yang ketiga bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di masa mendatang. Tiga syarat ini ia sebut dengan hakikat taubat yang nantinya akan menggerakkan hati seseorang untuk mencapai yang namnya taubatan naṣủḥa.14 Taubat naṣủḥa adalah suatu pertaubatan yang dibarengi dengan keihlasan dan kejujuran.15 Allah Berfiman: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan naṣủḥa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkkanmu ke dalam surge yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecawakan Nabi dan orang-orang Mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan disebelah kanan mereka, 14
Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Majaridus Salikin (Pendakian Menuju Allah) Penjabaran Kongkret “Iyyaka Na‟budu Wa Iyyaka Nasta‟in, ter. Kathur Suhardi. cet. I (Jakarta: Pustaka AlKautsat, 1998), hlm. 40. 15 Yusuf Qadhawi, Al-Taubat Ila Allah, ter. Irfan Maulana Hakiim, cet. I (PT Misan Pustaka, 2008), hlm. 20.
5
sambail mereka berakta, “ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunailah kami. Sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala sesuatu” (QS Al-Tahrim: 8). Lebih rinci Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya At-Taubah Wal Inabah membedakan taubat menjadi tiga macam yaitu taubatnya kaum awam, kaum pertengahan dan taubatnya kaum khawaṣ. Pertama taubatnya kaum awan adalah memandang banyak kebaikan dan ketaatan yang telah ia lakukan selama hidup. Mereka lengah dan tidak memperhatikan aib kebaikan-kebaikannya sehingga mereka mengingkari karunia Allah yang telah menutupi kebaikan-kebaikan mereka dan memberi mereka kesempatan memperbaiki kesalahannya dengan bertaubat.16 Kedua taubat kaum pertentengan. Yaitu mereka yang memandang sedikit maksiatnya. Sedangkan memandang sedikit maksiatnya adalah dosa sebagaimana memandang ketaatannya banyak merupakan dosa.17 Dan yang ketiga adalah taubatnya kaum khawaṣ
yaitu bertaubat dari menyia-nyiakan waktu (lalai dan
lengah) meleburkan diri bersama Allah.18 Taubatnya orang khawaṣ ini menurut Al Ghazali adalah taubatnya orang yang berusaha untuk menolak segala sesuatu yang dapat memalingkan diri dari jalan Allah.19
16
Ibn Qayyim Al-Jauziah, At-Taubah wal Inabah, ter. Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm 141-142. 17 Ibn Qayyim Al-Jauziah, At-Taubah wal Inabah, hlm 152. 18 Ibn Qayyim Al-Jauziah, At-Taubah wal Inabah, hlm. 154-155. 19 Imam Ghazali, Rahasia Taubat, ter. Muhammad al-Baqir, (Bandung: Karisma, 2003), hlm 10-11.
6
Sejatinya konsep taubat yang ditawarkan oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah bermuara pada suatu upaya sungguh-sungguh dalam hati yang disertai dengan tekad penyesalan ingin meninggalkan segala perbuatan yang dapat menimbulkan perbuatan dosa itu kembali, karena ia merupakan gerbang pembuka hati yang telah terbelenggu oleh kerikil dosa yang telah telah mendebu dalam hati penghambat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebab dengan usaha ini pertolongan Allah juga akan terbuka dan Allah akan mendekatkan diri kita kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an Allah berfiman: “Dan taubatlah kamu sekalian kepda Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (Q.S. Al-Nur: 31). Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim Rasulullah SAW bersada: “Wahai orang-orang, bertaubatlah kalian kepada Allah, karena aku pun bertaubat kepda-Nya sebanyak sertus kali dalam sehari”(HR Muslim). Dalam hadits yang lain Rasullah Saw bersabda: “sesungguhnya Allah „Azza wa Jalla senantiasa membukakan pintuNya setiap malam untuk taubatnya orang yang berbuat kesalahan pada waktu siang. Allah juga senantiasa membukakan pintu-Nya pda siang hari untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan pada waktu malam, sehingga matahari itu terbit dari Barat (HR An-Nasa’i). Dua hadits Nabi di atas sejatinya ingin menunjukkan bahwa betapa pentingnya pertaubatan itu dilakukan oleh seorang hamba Allah guna menjauh dari perbutan-perbutan yang tercela dan dorongan hawa nafsu. Allah sangat menghendaki taubat harus segera dilakukan, memohon ampun dan kasih sayang-Nya. Agar
7
manusia tidak terbentuk oleh karakter maksiat dan tidak jauh dari posisi naunganNya.20 Bertaubat dengan segera adalah tuntutan bagi seorang mukmin sejati. Tidak boleh menunda-nunda taubat (ta‟khỉr) atau menangguhkan (taswit) taubat, karena menurut Yusus Qardhawi hal itu dapat mengganggu hati orang yang beragama.21 Sehingga apabila ia tidak segera menyucikannya dengan bertaubat maka sedikit demi sediki pengaruh dari perbuatan dosa itu bisa menjadi membengkak.22 Ibn Qayyim al-Jauziyah mengatakan bahwa bersegera untuk melakukan taubat adalah kewajiban. Taubat harus dilakukan secepatnya, tidak boleh ditundatunda kerena kalau seorang menunda taubat, dia telah berdosa dan ia harus bertaubat atas penundaan taubat yang telah ia lakukan.23 Pelaksanaan taubat yang demikian yang sangat diharapakan oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam menghidupkan ruh keimanan umat islam yang nyaris pudar. Kehidupan yang ditopang dengan amal kebaikan, mengikuti sunnah Rasul dan menjalankan tuntunan syari’at islam yang semua itu tujuannya adalah untuk nenegakkan dan mengamalkan ajaran agama. Islam agama yang rahmatan lil „alamin
20
Mohammad As’ad, Filsafat Taubat, (Solo: Studia, 1988), hlm. 27. Yusus Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali ke Cahaya Allah, cet 1 (Bandung: PT Misan Pustaka, 2008), hlm. 56-57. 22 Yusus Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali ke Cahaya Allah, hlm. 57. 23 Ibn Qayyim Al-Jauziah, At-Taubah wal Inabah, Ter. Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 163. 21
8
sehingga ajaran pun tidak hanya bersifat untuk kemamfaatan pribadi melainkan mengajarkan nilai-nilai yang memberikan kemamfaatan bagi seluruh umat. Begitu pula harapannya dari konsep taubat dalam tasawuf sebagai maqam pertama dalam pendakian menuju Allah selain untuk meberikan pencerahan yang dapat melahirkan kemanfaatan baik untuk pribadinya hubungan manusia dengan Allah (dalam usaha pendakiannya) juga untuk hubungannya antar sesama manusia agar senantiasa terjalin keharmonsian yang bermuara pada bangunan kehidupan yang mengandung nilai-nilai ibadah. Berdasarkan beberapa uraian tentang taubat tersebut, maka penelitian tentang konsep taubat Ibn Qayyim al-Jauziyah sangat penting untuk diteliti selain sebagai bentuk tuntunan pengampuanan dosa, penyesalan dan harapan bagi jiwa-jiwa yang ingin berubah lebih baik dalam hidupnya khususnya bagi mereka yang ingin melakukan pendakian untuk menuju maqam-maqam berikutnya seperti yang diajarkan oleh para kaum sufi. B. Rumusan Masalah Agar dapat memberikan pemahaman yang lebih luas dan sistematis pada pembahasan berikutnya, maka penulis hanya mengambil dua rumusan masalah yang menjadi inti pembahasan, yaitu: 1. Bagaimana konsep taubat menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah?
9
2. Bagaimana konsep taubat Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam menjawab problem manusia modern. C. Tujuan dan Kegunaan penelitian Disamping sebagai sarat unuk mencapai gelar kesarjanaan dalam bidang Filsafta Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, penulisan skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengenal dan memahami konsep taubat menurut Ibn Qayyim alJauziyah. 2. Untuk memahmi lebih jelas apa yang menjadi syarat dan rukun diterimanya taubat, serta apa yang menjadi penyebab tertolaknya taubat seorang hamba Allah dalam pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyah. 3. Untuk memahami konsep taubatnya Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam menjawab problem manusia modern. Sedangkan gunanya dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang filsafat, khususnya dalam konteks tasawuf. 2. Agar mengetahui lebih mendalam sisi lain dari pemikiran Ibn Qayyim alJauziyah tentang taubat yang sejauh ini belum ada sama sekali penelitian yang mengupas tentang konsep taubatnya –yang menurut peneliti sangat penting bagi perbaikan spritualitas hidup dalam konteks saat ini untuk kembali pada jalan yang benar, yaitu ibadah kepada Allah. 10
3. Sebagai media tambahan referensi bagi mereka yang mau bertaubat maupun bagi penelitian berikutnya. D. Tinjauan Pustaka Ibn Qayyim al-Jauziyah merupakan salah satu tokoh ulama sufi yang konsisten dan tekun menulis dalam berbagai ilmu pengetauhuan. Beberapa tulisannya dalam bentuk kitab juga membahas tentan tasawuf khususnya thariqah ilallah (perjalanan kepada Allah). Tatapi yang menjadi sorotan dalam tinjauan pustaka ini adalah sebagian dari kitab Ibn Qayyim al-Jauziyah yang berhubungan dengan pembahasan tentang taubat serta yang berkaitan dengannya. Kitab Madarijus Salikin misalnya, dalam kitabnya yang berjumlah tiga jilid ini, Ibn Qayyim al-Jauziyah secara garis besar mempunyai dua tujuan. Pertama mengulas tentang pemikiranya beliau sendiri tentang jalan kesufian, sedangkang yang kedua ingin mengkritik kandungan tulisan Abu Ismail al-Harawy dalam kita manazilus-Sa‟irin sebuah kitab yang membahas perjalanan kepada Allah (thariqah). Pada bagian awal dalam kitab Madarijus-Salikin yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini. Membahas Al-Fatihah yang merupakan induk dari AlQur’an dan yang mengintisari semua kandungan di dalam Al-Qur’an. Kemudian pembahasan tentang makna iyyaka na‟budu wa iyyaka nasta‟in yang menjadi ruh dalam pembahasan kitab ini. Sedangkan bagian yang lain Ibn Qayyim al-Jauziyah membahas masalah perjalanan kepada Allah dengan manzilah, etape, tempat
11
persinggahan, keadaan dan kedudukannnya. Sementara pembahasan taubat yang menjadi penelitian dalam skripsi ini terletak pada bagian pertengahan dalam kitab ini. Sedangkan kitab Ibn Qayyim al-Jauziyah yang membahas tentang taubat adalah kitab At-Taubah wal Inabah. Kitab ini merupakan salah satu sumber primer dalam penulisan skripsi ini. Secara keseluruhan isi dalam kitab membahasan tentang hal-hal yang menyangkut dengan taubat, mulai dari hakikat taubat, syarat-sayat taubat yang harus dilalui seorang hamba, klasifikasi dan jenis dosa mulai dari dosa kecil sampai dosa besar, dan diakhiri dengan ulasan tentang manjilah inabah. Dari kitab ini, Ibn Qayyim al-Jauziyah sebenarnya ingin mendorong semangat taubat serta kembali kejalan Allah ketika manusia mengalami yang namanya krisis moral dan keimanan. Sedangkan skripsi yang berkaitan langsung dengan pemikiran Ibn Qayyim alJauziyah di antranya adalan Konsepsi Ibn Qayyim al-Jauziyah Tentang Muhasabah yang ditulis oleh Khayrul Anam, mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.24 Penelitian ini mengupas urgensi gagasan muhasabah Ibn Qayyim al-Jauziyah sebagai terapi kesehatan jiwa. Bahwa munculnya gangguan jiwa atat gangguan mental pada manusia disebabkan karena kosongnya harti atau jiwanya mengenal dan merindukan Allah. Olebabnya muhasabahlah obanya untuk mengetahu kekososngan diri (kesalahan) hak Allah terhadap dirinya.
24
Khayrul Anam, Konsepsi Ibn Qayyim Al-Jauziyah Tentang Muhasabah, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2008.
12
Kedua skripsi yang berjudul Konsep Terapi Hati Menurut Ibn Qayyim alJauziyah dalam Kitab Tazkiyatun Nufus yang ditulis oleh Mukhozin, Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakuttas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.25 Dalam skripsi ini dijelaskan apa yang dimakasud dengan hati oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah dan cara pengobatnnya (bila hati itu sakit atau keruh karena godan setan) yaitu dengan secara biasa-bisasa seperti pengobatan alakadarnya. Sedangkan yang kedua dengan syar’i (penyembuhan penyakit melaui iman kepada Allah) sebab penyakit hati yang dimaksudkan tersebut adalah penyakit hati yang menghendaki kecelakaan dan siksaan jangka panjang bagi pelakunya. Ketiga skripsi yang berjudul Penafsirfan Qalb Menurut Ibn Qayyim alJauziyah (Dalam Kitab At-Tatsir al-Qayyim)26 yang ditulis oleh Amin Mastaqi mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunana Kalijaga Yogyakarta. Dalam skripsi sini disinggung bahwa hamper semua ayat-ayat qalb dimaknai sebagai suatu alat untuk menghubungkan diri seseorang dengan Tuhannya (Allah) sedangkan qalbun marỉd menurut Ibn Qayyimh al-Jauziyah ditafsiri sebagai hati yang mengandung penyakit dimana di dalamnya terdapat kecintaan terhadap hawa nafsu sehwat dan lebih memetingkan selain dari padanya. Berangkat dari beberapa ulasan di atas, penulis belum menemukan kajian yang spesifik membahan tentang konsep taubat menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, 25
Mukhozin, Konsep Terapi Hati Menurut Ibn Qayyim Al-Jauziah dalam Kitab Tazkiyatun Nufus, Skripsi Fakuttas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007. 26 Amin Mastaqi, Penafsirfan Qalb Menurut Ibn Qayyim Al-Jauziyah (Dalam Kitab At-Tatsir al-Qayyim), Skripsi Ushuluddin UIN Sunana Kalijaga Yogyakarta,2010.
13
baik dalam benuk penelitin skripisi maupun tesis. Untuk itu penulis bisa menarik kesimpulan bahwa penelitan tentang konsep taubat Ibn Qayyim adalah sangat penting untuk dilakukan. E. Metode Penelitian Jenis penelitian skripsi ini adalah studi kepustakaan (library reseach), yaitu penelitian yang menekankan pada mengumpulkan data dari kepustakaan baik yang berupa buku, jurnal, majalah maupun sumber data lain yang berhubungan dengan topik yang menjadi sasaran penelitian.27 Agar penelitian ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan dapat dipertanggung jawabkan sebagai khazanah keilmuan, maka dalam mencari sumber data, mengolah dan menjelaskan objek penelitianm, penulis mengambil langkahlankah sebagai berikut: 1. Pengumpulan data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data primer yang bersifat literer28, yaitu dengan membaca dan menelaah sumber dari kepustakaan, kkususnya tentang karya-karya Ibn Qayyim al-Jauziyah yang membahasan tentang taubat serta karya-karya lain yang berkaitan dengan pembahasan tersebut. 2. Sumber data
27
Anton Bakker dan Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 63. 28 Setiawan Santana: Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), hlm. 83.
14
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yang dimaksudkan di sini adalah buku-buku yang dikarang langsung oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah. Sedangkan sumber data sekunder adalah pendukung yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, majalah, artikel maupun tulisan di ienternet yang ada katitannya dengan pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyah. 3. Analisis data Setelah data-data tersebut terkumpul kemudian dilakukan analisis data dengan metode yang bersifat deskriptis-analitis,29 yaitu metode yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan mendekripsikan segala hasil yang berkaitan dengan pokok masalah kemudian dilakukan analisis.30 Tujuanya agar dapat memperoleh gembaran secara jelas mengenai pemikiran seorang tokoh dan pokok permasalahan yang menjadi obyek penelitian. F. Sistematika Pembahasan Penelitian ini akan diuraikan secara sistematis dan logis dalam lima bab yang di dalamnya terdiri dari beberap sub bab pembahasan. Dimana dalam perbab dan sub bab tersebut saling ada keterkatian satu sama lain sehingga pada bab terakhir akan ditarik sebuah kesimpulan yang menjadi ujung dari obyek penelitian ini. 29
Metode deskriptis-analitis ini dilakukan untuk mendiskripsikan segala sumber data dalam penelitian skripsi ini, kemudian dari data-data tersebut dianalisis secara konprehensip sesuai dengan pokok permasalahan agar nantinya dapat diperoleh suatu pengertian dan pemahaman yang mendalam dari hasil penelitian yang dilakukan . 30 Anton Bakker dan Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,hlm 54.
15
Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematikan pembahasan. Bab kedua membahas mengenai biorafi Ibn Qayyim al-Jauziyah yang bertujuan untuk mengetahui kepribadiannya, meliputi riwayat hidup, kondisi sosial dan perjalanan karirnya dan pemikiranan berserta karya-karya yang telah dihasilkan oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah. Bab ketiga tinjauan umum tentang konsep taubat menurut Ibn Qayyim alJauziyah yang di dalamnya berisi pengertian, macam-macam taubat dan hukumnya, syarat-syarat tepenuhinya taubat, dan hal-hal yang menyebabkan bertaubat (klasifikasi dosa/kecil, dosa besar dan faktornya). Bab keempat akan menjelaska analisis terhadap konsep taubat Ibn Qayyim alJauziyah dalam menjawab problem manusia modern. Yang didalamnya berisi tentang problem-problem manusia modern, taubat sebagai jalan alternatifnya dan implementasi taubat dalam kehidupan. Bab kelima merupakan penutup dari skripsi ini yang di dalamnya berisi kesimpulan darn saran-sarab dari penulis.
16
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari beberapa uraian tentang konsep taubat menurut Ibn Qayyim alJauziyah yang telah penulis paparkan dalam bab sebelumnya setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa zaman modern tidak selalu meberikan dampak posistif bagi perkembangan hidup manusia tetapi di sisi yang lain terkadang menimbulkan problem bagi keberlangsungan hidup manusia. Masalah yang terjadi pada manusia modern misalnya semakin menguatknya penghambaan terhadap materi, hidup hedonenis dan individualistik, serta semakin lemah moralitas manusia. Bila terjadi masalah demikian, maka penanaman nilai-nilai tasawuf setidaknya sangat urgen untuk dilakukan. Tasawuf mestinya menjadi media untuk meluruskannya jalan hidup manusia demi mengurangi beban masalah serta untuk mendapatkan solusi hidup yang baik dengan pertolongan dariNya. Dalam konteks ini taubat sebagai maqam utama untuk memperoleh ridha dan pentunjuk dari Allah adalah sangat urgen untuk dilakukan. Taubat merupakan kewajiban bagi seorang hamba yang telah melakukan kesalahahan-kesalahan
(dosa-dosa)
yang
diharamkan
kewajiban-kewajiban yang telah difardhukan.
dan
meninggalkan
Sehingga bersegera bersegera
bertaubat dari kesalahan-kesalahan tersebut menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah adalah wajib hukumnya, seketika itu pula dan tidak boleh ditunda-tunda. Sebab
69
barang siapa yang menundanya, berarti ia telah melakukan kesalahan dan harus bertaubat kembali atas dosa penundaan bertaubatnya. Konsep taubat Ibn Qayyim al-Jauziyah sangat urgen dalam berkontribusi mengatasi problem-problem yang dihadapi manusia modern sekarang ini. Sebab menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah hanya orang yang bertaubatlah yang memiliki harapan di masa depan, hidupnya akan mendapatkan pertolongan dari Allah dan secara tidak langsung akan mengurangi beban dan masalah yang sedang dihadapi. Tetapi pelaksanaan taubat harus sungguh-sunguh, sesuai melalu tahapan-tahapan menuju kesempurnaannya. Orang
yang
benar-benar
betekad
bertaubat
pertama,
ia
harus
bermuhasabah sebelum taubat. Upaya ini dilakukan untuk menjernihkan hati halhal buruk menuju di jalanNy dengan menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lampau sebab taubat sejatinya tidak akan terwud tanpa kesadaran dan penyesalan. Kedua, meninggalkan perbuatan dosanya pada saat itu juga sebab Allah menyaksikan terus dan melihatnya terang benderang atas perbuatan hamba-Nya yang benar-benar punya niatan tulus memohon ampunan atas segala dosa yang ia telah perbuat. Ketiga, bertekad untuk tidak mengulangi perubuatan itu di masa mendatang. Keyakian dari hati yang paling dalam untuk tidak mengulangi perbuatan dosa kembali serta segera ingin meninggalkan dosa-dosanya adalah
70
prasayat yang harus tertanama dalam hati diri seseorang yang terwujudkan dalam bentuk perubatan. Bagi Ibn Qayyim al-Jauziyah sejatinya taubat memang tidak sekedar untuk menebus dosa-dosa yang telah dilakukan oleh seorang manusia tetapi taubat yang ditawarkan oleh beliau lebih kepada kehendak atau tekad yang kuat dari seorang manusia itu sendiri untuk tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dan memperbaikanya di masa yang akan datang. Tujuannya agar dapat segera keluar dari masalah yang melilit dirinya dan mendapatkan harapan kebaikan dengan pertolongan Allah melalui taubatnya tersebut. Jadi, seseorang yang benar-benar bertaubat bukan hanya dengan meninggalkan
maksiat,
menyesali,
lalu
berkemauan
kuat
untuk
tidak
mengulanginya lagi, melainkan dia harus memiliki kehendak kuat untuk melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya yang bisa melahirkan masalah dalam dirinya. Maka dari itu bila terjadi krisis kemanusiaan dan degradasi moral yang terjadi pada manusia modern taubatlah jalannya dan harus dilaksankan dengan sunggugh sungguh (taubatan nasuha) agar diterima oleh Allah dengan harapan dapat membuahkan hasil positif positif bagi bangunan hidup manusia modern di masa yang akan datang, baik relasi manusia dengan tuhannya (sebagai jalan kesufian) maupun terjalinnya hubungan yang lebih baik dengan antar sesama manusia.
71
Ikhtiar kebaikan ini yang terpotret dalam narasi konsep taubat Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam memberikan petunjuk kehidupan bagi setiap manusia menuju jalan yang benar yaitu jalan yang sesuai yang diperintahkan oleh Allah dan yang dianjurkan oleh Rasul-Nya. B. Saran-Saran Penelitian ini berangkat dari kegelisahan penulis melihat berbagai prolem dan penyakit yang melanda pada manusia modern sehingga penelitian tentang taubat dirasa sangat penting untuk dilakukan untuk memberikan kontribusi penting bagi tujuan hidup manusia yang mulai melenceng dan mengalami krisi moral. Tetapi penulis menyadari bahwa penelitian yang begitu singkat ini masih jauh dari kesempurnaan dan perlu dilakukan penelitian mendalam lagi tentang masalah ini, terutama pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyah tentang taubat relevansinya dengan kehidupan manusia sekarang. Maka dari itu penulis sangat berharap ada pengembangan dari penelitian ini dan ada penelitian yang leibh intensif legi mengenahi konsep taubat sebab hal tersebut merupakan persolan penting bagi kehidupan umat muslim khususnya yang hidup di zaman modern ini, sehingga hasilnya nanti dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata dan manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh umat manusia. Akhirnya, penelitian yang sangat sederhana dan jauh dari kesempurnanan ini semoga bermanfaat meskipun perlu terus dikembangkan dan diperbaiki ulang, baik dari segi penulisan maupn analisis yang belum lengkap selama penelitian.
72
Inilah yang menjadi harapan penulis sekaligus pekerjaan rumah bersama (PR) untuk selanjutnya.
73
DAFTAR PUSTAKA Al-Jauziyah, Ibn Qayyim. Majaridus Salikin (Pendakian Menuju Allah) Penjabaran Kongkret “Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nasta’in, ter. Kathur Suhardi. cet. I Jakarta: Pustaka Al-Kautsat, 1998. Al-Jauziah, Ibn Qayyim. Alfawaid: Menuju Pribadi Takwa, ter. Kathur Suhardi. Cet I Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005. Al-Jauziyah, Ibn Qayyim dan Ibnu Taimiyyah, Pesona Keindahan, terj. Hadi Mulyo, cet. ke-1, Jakarta: Pustaka Azzam, 1999. Al-Jauziah, Ibn Qayyim. Kalimat Tayyib,,ter. Kathur Suhardi, cet. Ke-3, Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1999. Al-Jauziyah, Ibn Qayyim. Kunci Kebahagiaan, terj. Abdul Hayyie al-Katani, dkk, Jakarta: Akbar Media, 2004. Al-Jauziyyah, Ibn Qayyim. Manajemen Qalbu, terj. Ainul Haris Umar Arifin, cet: VI, Jakarta: Darul Falah, 2005. Al-Jauziah, Ibn Qayyim. Ighatsatul Lahfan, terj. Hawin Murtadho dkk, cet. V Surakarta, 2012. Al-Jauziyyah, Ibn Qayyim. 13 Pengaruh Maksiat, terj. Junaidi Sofandi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2000. Al-Jauziah, Ibn Qayyim At-Taubah Wal Inabah, ter. Abdul Hayyie al-Kattani, Jakart: Gema Insani, 2006. Al-Darini, Abdul Al-’Aziz. Terapi Menyucikan Hati: Kunci-Kunci Mendekatkan Diri Kepada Ilahi, Bandung: Al-Bayan, 2003.
74
Al-Kasyani, Abd Al-Razzag. Kitab Istilahat al-Sufiah, London: The Octagon Press LTD, 1991. Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005. Al-Hijazy, Hasan bin Ali. Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, Terj. Muzaidi Hasbullah, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2001. Al-Jijazy, Hasan bin Ali. Al-Fikrut Tarbiyah ‘Inda Ibni Qayyim, terj. Muzaidi Hasbullah, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2001. As’ad, Mohammad Filsafat Taubat, Solo: Studia, 1988. Bakker, Anton. Metodologi Penelitian Filsafat,Yogyakarta: Kanisius, 1990. Bin Ibrahim Al-Hamd, Syikh Muhammad Cara Bertaubat Menurut Al-Quran dan as-Sunnah, Jakarta: Pustaka Imam Ssy-Syafi’e, 2007. Darmawan, Hendro dkk, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2011.
Depak RI, Ensiklopedi Islam, Jakarta: CV Anda Utama, 1993. Dahlan, Abdul Aziz. “Ibnu Qayyim” dalam Ensiklopedi Hukum Islam, cet ke 5 jil 4 Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996. Daradjat, Zakiah. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental,
Jakarta: Haji
Masagung, 1993. Djaya, Ashad Kusuma. Kembali Kepada Tuhan,cet I, Yogyakarta: Pustaka Mitra, 1999. Ensiklopedi Islam, Vol II, cet II, Jakarta : PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1994
75
Ghazali, Imam. Rahasia Taubat, terj, Muhammad al-Baqir, Bandung: Karisma, 2003. Hasan, Hasan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Djahdan Human,Yogyakarta: Kota Kembang, 1968. Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, cet ke 25, Surabaya: Pustaka Progresif, 2002. Madaris, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Nashr, Sayyed Hossein. Man and Nature: Spiritual Crisis of Modern Man, Chicago: Kazi Publication, 1998. Nashr, Sayyed Hossein. Ideals and Realities of Islam, London: George Allen & Unwim Ltd, 1966. Nashir, Haidar. Agama dan Krisis Manusia Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisisme, Jakarta: Bulan Bintang, 1973. Nashir, Haedar Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1992. Nasution, Muhammad Yasir Manusia menurut al Ghazali, Jakarta: Rajawali Pers, 1988. Qadhawi, Yusuf. Al-Taubat Ila Allah, ter. Irfan Maulana Hakiim, cet. I PT Misan Pustaka, 2008..
76
Qardhawi, Yusus. Kitab Petunjuk Taubat Kembali ke Cahaya Allah, cet. I Bandung: PT Misan Pustaka, 2008. Ritzer, George. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, cet ke-8, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Rusli, Rusli, H. Ris’an. Tasawuf dan Tarekat; study Pemikiran dn Pengalam Sufi, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013. Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, cet. II Jakarta: PT Raja Brafindo Persada, 2002. Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat Jakarta: PT Granfindo Persada, 1997. Tim penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2008. Uwaydhah, Kamil Muhammad. Al-Imam Al-Hafidh Syamsuddin Ibnu Qayyim, Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
77