PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur
KISAH SUKSES SASARAN PENGENTASAN KEMISKINAN BERBAGAI KISAH SUKSES SUBYEK SASARAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN ================================================== UPK SEJAHTERA Desa Tempuran Berkembang di Tengah Hutan Pernah ke desa Tempuran, di kecamatan Ngluyu kabupaten Nganjuk? Memang tidak ada yang istimewa. Desanya ada di pinggiran hutan yang tidak terlalu jauh berbatasan dengan kabupaten Bojonegoro. Tidak ada potensi yang menonjol. Tidak ada pasar, tidak ada pusat atau sentra kerajinan maupun home industri. Kalau siang hari, desa ini terlihat sepi, karena hampir sebagian besar penduduknya pergi keluar desa untuk bekerja. Mereka berdagang ke luar desa, bertani ke sawah atau bahkan ke hutan untuk mencari kayu bakar atau mengerjakan ladang. Melihat keadaan desa seperti ini, aneh rasanya dapat meyakini Program Gerdu-Taskin dapat diharapkan berhasil di desa ini. Tetapi yang terjadi kenyataannya lain. Lihat saja ke kantornya UPK. Jangan di waktu siang hari. Tetapi bila ingin melihat aktivitasnya, datang saja pada waktu malam hari selepas maghrib. Setiap hari di desa itu, UPK melayani angsuran dan pinjaman dari anggota Pokmas maupun RTM-B secara perorangan. Jusianto, sang ketua UPK bersama dua rekannya
1
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur Sucipto dan Sunarto memang gigih agar UPK yang dikelolanya berhasil. Mereka mencoba membuat aturan dan prosedur pinjaman yang aman dan menghasilkan keuntungan. Pak Kades juga memberikan otonomi yang memadai agar UPK dapat berjalan secara maksimal. Agar pinjaman dapat berjalan dengan lancar, pada Pokmas, diterapkan benar pola tanggung renteng, namun pada pinjaman perorangan, UPK menerapkan jaminan. ”Apa tidak memberatkan, Pak?” tanya saya agak heran. Orang miskin kok harus dimintai jaminan. ”Kami hanya mendidik rasa tanggung jawab pada masyarakat. Kalau mereka bertanggung jawab, jaminan itu bukan sesuatu yang menjadi masalah. Sekalipun awalnya sebagian masyarakat menolak, tetapi kini mereka sudah dapat menerima aturan ini,” urainya. Penjelasan sederhana ketua UPK ini seperti memberikan jawaban atas pernyataan-pernyataan heroik sebagian kalangan, bahwa memberikan pinjaman kepada si miskin tidak boleh dengan jaminan dan jasa yang memberatkan. Padahal jaminan maupun jasa itu justru untuk mendidik si miskin agar mengelola secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pinjamannya. Penolakan masyarakat ternyata dapat diubah dengan penjelasan. Terbukti, masyarakat desa Tempuran kini bisa memahami. Salah satunya adalah Pak Kabul penjual es krim. Baginya, meminjam harus dengan jaminan bukan masalah.
2
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur Yang dia rasakan, pinjaman itu telah membantu kehidupannya. Terbukti, dengan adanya UPK dari Program Gerdu-Taskin di desanya, kini dia bisa membeli sepeda motor yang dipakai untuk menjual es krim buatannya sendiri. ”Ada sepeda motor, jualan jadi terasa nyaman. Tidak capek”, katanya sumringah, ketika ditemui. Dia bertekad ingin mengembangkan usaha, terutama untuk istrinya agar kehidupannya berubah. Dia telah merencanakan untuk membuka warung di rumahnya. Begitulah, kesuksesan seperti yang dialami oleh Pak Kabul, bukan semata-mata karena mendapat bantuan, namun lebih banyak disebabkan keinginan kuat darinya untuk merubah nasibnya. Kini UPK desa Tempuran yang dibentuk tahun 2002 ini telah memiliki kantor sendiri yang terpisah dari kantor desa, memiliki seperangkat komputer dan meja kursi serta almari dari dana sendiri. Sangat sederhana, tetapi ini pun sudah luar biasa dibandingkan UPK-UPK lain pada umumnya. Setiap bulan, UPK mampu memberikan dana pembangunan untuk desa sebesar Rp. 200.000,-. Masing-masing pengelolanya sudah berhonor di atas Rp. 200.000 per bulan. Dan bukan tidak mungkin, bila suatu saat, pemuda-pemuda gigih itu berhonor di atas Rp. 500.000 atau lebih per bulan. Lalu, apa harapan mereka? Ternyata sederhana. Mereka hanya membutuhkan pembinaan dan kejelasan status UPK. Selama ini hampir tidak ada lagi monitoring, baik dari Propinsi maupun Kabupaten.
3
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur Hal ini oleh sebagian masyarakat dianggap bila program ini sudah selesai dan tidak ada kelanjutannya lagi. Berarti pinjaman kepada masyarakat tidak perlu dikembalikan. Oleh sebab itu, mereka menyatakan rasa senangnya bila ada yang mengunjungi, karena masyarakat menganggap bahwa GerduTaskin masih berlanjut. Woalah, ... ada-ada saja alasan provokator untuk berbuat tidak baik. Kalau Program GerduTaskin sudah selesai sekalipun, juga bukan berarti UPKnya menjadi bubar. Justru sebaliknya, UPK yang telah dirintis itu bisa dikembangkan sehingga menjadi besar. ----------------------------------‘-‘---------------------------------------------
4
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur Pak LARDI, Sukses Menjadi Pembatik Ban Bekas UPK Percaya Karena Kerja Kerasnya Orangnya sederhana. Berbekal pengalaman bekerja di sebuah bengkel mobil di Gresik, Pak Lardi (37 tahun) mencoba membuka usaha sendiri pada bidang yang sama di desanya. Keyakinannya untuk merintis usaha bengkel dengan sukses sangat tinggi. Lokasi usahanya mendukung, karena tempat usahanya di jalan utama, yang cukup banyak dilalui kendaraan. Secara teknis, ketrampilannya juga memadai untuk menangani problem kerusakan kendaraan. Apalagi, di desa tersebut belum ada usaha bengkel mobil. Pikirnya, orang yang memiliki kendaraan dan ingin memperbaiki tidak perlu harus pergi ke Ponorogo yang jaraknya cukup jauh dari desanya. Bengkelnya pasti cukup laris. Dengan modal sendiri yang telah dimiliki, Pak Lardi juga dapat pinjaman Rp. 1.000.000,- dari UPK “SEJAHTERA” desa Karangan, kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo, tempat dia tinggal. Semangatnya menggebu, karena ia ingin membahagiakan isteri dan keempat anaknya. Namun kerja keras dan semangatnya ternyata belum menghasilkan seperti yang dibayangkannya. Bukan untung, tetapi malah merugi. Bengkelnya sepi. Pak Lardi tidak patah semangat. Pinjamannya ke UPK selama ini dia angsur secara baik. Hal inilah yang membuat Mas Kusnudin, ketua UPK bersama dengan Mbak Ari Nur Hanani (sekretaris) dan Mas Kadir (bendahara) berketetapan
5
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur untuk memberikan pinjaman lagi kepada Pak Lardi, meski pinjamannya belum lunas. Untuk meyakinkan kepada pengurus UPK, Pak Lardi memberikan jaminan berupa sertifikat tanah miliknya. Pak Lardi mengajukan pinjaman sampai Rp. 2.500.000,- karena ia masih sangat yakin bahwa usahanya dapat berhasil. Oleh UPK, pengajuan sebesar itu kemudian dipotong Rp. 600.000,- karena Pak Lardi masih memiliki sisa pinjaman di UPK, sehingga ia hanya menerima Rp. 1.900.000,-. Dengan modal sebesar itu Pak Lardi memindah lokasi bengkelnya di Sumoroto, sebuah kecamatan yang sangat ramai karena merupakan jalan utama Ponorogo-Wonogiri. Kecamatan yang jaraknya dekat dengan kota Ponorogo ini dipandangnya akan mengubah usahanya menjadi berkembang. Harapan Pak Lardi ternyata gagal. Usahanya tetap sepi. Pemasukan yang diperolehnya tidak cukup untuk menutup biaya operasionalnya. Namun demikian, angsuran pinjaman ke UPK tetap dia bayar secara tertib. Alasannya, hutang adalah kewajiban yang harus dipenuhi seperti kewajiban-kewajiban yang lain. Dia selalu berusaha menyisihkan penghasilannya untuk membayar angsuran setiap bulannya. Masih penasaran, Pak Lardi mengajukan pinjaman lagi kepada UPK. Dalam hatinya, dia berkata, “membuka bengkel adalah keahliannya. Suatu saat pasti akan berhasil”. Pinjaman sebesar Rp. 1.000.000,- dari UPK dicobanya
6
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur kembali untuk meneruskan usaha bengkel mobil yang ada di kecamatan Sumoroto itu. Entah apa penyebabnya, yang jelas faktanya, Pak Lardi harus menerima kenyataan, usaha bengkel mobil ternyata bukan rejekinya. Padahal dia sudah mencoba melakukan beberapa perbaikan, termasuk pelayanan kepada konsumennya. Namun nampaknya, pemilik kendaraan tidak berpihak kepadanya. Mereka kurang yakin dengan bengkelnya yang terlihat sederhana dan dengan peralatan yang sangat terbatas. Akibatnya, kini ia mulai menunggak di UPK. Di tengah kegalauannya tersebut, Pak Lardi nekad menjual sebagian tanahnya untuk dapat melunasi hutangnya di UPK. Kemudian ia mulai melirik peluang usaha pada ban bekas sepeda motor. Menurutnya, ban bekas masih bisa dibatik kembali dan terlihat seperti baru. Tinggal menghitung-hitung harga dan operasionalnya. Niat itu kemudian diwujudkannya. Sisa uang dari hasil penjualan tanahnya, dia pakai untuk uang muka membeli sepeda motor. Eh, untuk apa? Ternyata dia harus keliling mencari ban bekas yang sudah mulai halus batikannya untuk kemudian dia batik ulang. Pengerjaannya ternyata cukup mudah dia lakukan. Cukup dengan menggunakan pemes (sejenis pisau tipis) yang kemudian dibuatkan tempat dari kayu untuk pegangannya. Supaya terlihat seperti baru, ban yang sudah dibatik ulang tersebut,
7
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur kemudian disemir sehingga terlihat cerah. Sebagian dari banban tersebut dia jual kepada penampung, dan sebagian lagi dijual langsung kepada konsumen. Dan hasilnya ternyata cukup menggembirakan. Pekerjaan seperti ini dilakukannya sendiri bersama isterinya. Semangat dan kerja keras Pak Lardi untuk merubah nasibnya patut dicontoh. Agaknya, di sinilah rejeki Pak Lardi. Setelah mulai menemukan pola usaha ini, Pak Lardi mengajukan pinjaman lagi kepada UPK. Kali ini dia mengajukan sebesar Rp. 2.000.000,- untuk mengembangkan usahanya. Track record angsurannya yang selama ini cukup baik, menjadi pertimbangan pengurus UPK. Mas Kusnudin bahkan menyatakan kekagumannya dengan kegigihan Pak Lardi. Maka dia tidak ragu mencairkan pinjaman kepada pelanggannya ini. Kini dengan usaha yang baru ini, Pak Lardi sudah mulai leluasa mengembalikan pinjamannya ke UPK sekaligus dapat mengangsur sepeda motor kreditnya. Ia berharap, suatu saat UPK dapat memanjaminya lebih besar lagi, karena omsetnya kini sudah mulai meningkat. Kalau modal ada, omsetnya bisa ditingkatkan menjadi 2 sampai 3 kali lipat dari yang sekarang. Apalagi usaha seperti yang dijalankannya sekarang belum banyak yang melakukan. Saat ini dengan modal yang ada, sehari Pak Lardi mampu menjual 10 – 20 ban. Ia bercita-cita dapat membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda-pemuda di
8
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur desanya. “Tidak pinjam ke Bank, Pak?” Dengan tegas Pak Lardi mengatakan tidak. Karena di UPK selain prosedurnya sederhana, mudah, karena tidak terlalu neko-neko, dia juga sudah merasa saling mengenal dengan seluruh pengurusnya. Jasanya juga cukup ringan, hanya 1,5%. Bahkan sekalipun lebih mahal sedikit dengan Bank, dia tetap memilih untuk pinjam ke UPK, karena baginya UPK sangat berjasa dalam kehidupannya. Pak Lardi menyampaikan harapannya ingin sukses bersama-sama dengan UPK. UPK ”SEJAHTERA” sendiri memperoleh manfaat ganda. Selain mendapatkan keuntungan, UPK kini mulai terbuka untuk melihat peluang usaha di bidang ini. Ada pemikiran untuk membangun kemitraan dengan usaha yang telah dirintis oleh Pak Lardi. Bila berkembang dan sukses, bukankah hal ini yang dimaksudkan dengan pengentasan kemiskinan itu? Wah, kalau upaya seperti ini bisa dilakukan kepada banyak orang, betapa mulianya. Eh, untungnya juga banyak lho. Lalu pelajaran apa yang bisa diambil hikmahnya? Bagi UPK Penilaian terhadap karakter peminjam adalah sangat penting. Pak Lardi adalah contoh karakter yang baik. Sekalipun usaha yang dijalankan sebelumnya tidak berhasil, namun dia tetap berusaha melunasi kewajiban angsurannya
9
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur kepada UPK. Kunjungan ke anggota (Pak Lardi). UPK secara lngsung melihat bagaimana Pak Lardi melakukan usaha. Selain itu juga mengenal dan membangun silaturahmi dengan anggota keluarga Pak Lardi yang lain, terutama isterinya.Ternyata ini sangat positif hasilnya, karena mampu mendorong Pak Lardi untuk memenuhi kewajibannya. Juga ada rasa segan bila tidak membayar angsuran ke UPK. Dari hasil silaturahmi UPK yang cukup intens ini, kini UPK dapat melihat peluang usaha untuk mengembangkan usaha kemitraan dengan Pak Lardi yang telah sukses. Bagi Anggota Disiplin dan tanggung jawab dalam membayar angsuran ternyata membuahkan kepercayaan. Pengurus UPK memberikan kepercayaan berupa pinjaman karena sebelumnya Pak Lardi menunjukkan track record yang baik dalam pembayaran angsuran. Kerja keras adalah kunci sukses usahanya. Modal bukan sesuatu yang dapat merubah nasib seseorang, tetapi kerja keras, keuletan dan ketlatenan telah mampu membuktikan kesuksesannya. Dengan demikian, untuk dapat menjadi orang yang berhasil dan sukses seperti Pak Lardi, ternyata uang/modal bukan hal yang utama, melainkan kerja keras, ulet dan telaten serta disiplin. Semuanya ini merupakan jiwa wirausahawan yang perlu untuk dikembangkan. ----------------------------------------‘-‘---------------------------------------
10
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur UPK ”BAROKAH” Tengedan Barokah Besar Bersama Masyarakat Kecil Jangan berpikir negatif terhadap Madura. Memang, sebagian besar UPK-UPK di wilayah ini menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan. Tetapi ternyata ada lho yang baik. Salah satunya adalah UPK ”Barokah”, di desa Tengedan kecamatan Batuputih kabupaten Sumenep. Sekalipun lokasinya di ujung Madura dan cukup jauh dari kota, perkembangan usaha simpan pinjamnya berjalan baik. UPK ini berkategori sehat. Sadar kalau amanah yang diemban cukup berat, para pengurus UPK, Pak Buseri (ketua), Mbak Nurdian (sekretaris) dan Pak Atbeni (bendahara) bertekad UPK ini dapat memberikan manfaat dan barokah kepada masyarakat. Tekad tersebut dilaksanakan dengan membuat aturan sedemikian rupa agar masyarakat bisa memahami sejak awal. Pak Klebun (kepala desa) ikut mendukung sehingga menambah semangat pengurus UPK. Seleksi kelompok sasaran yang sesuai (kriteria RTM-B) dan penilaian kelayakan peminjam (karakter) dilakukan secara ketat dan hati-hati. Dibentuk pada tahun 2006, dengan modal awal sebesar 43 juta, kini UPK Barokah sudah berkembang menjadi Rp. 58 juta (per Agustus 2007). Sekalipun dikelola dengan cara yang masih sangat sederhana, 10 Pokmas yang diberi pinjaman tidak ada yang macet. Namun diakui oleh pengurus Pokmas, bahwa ada beberapa anggota yang
11
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur mengalami kekurang-lancaran dalam angsurannya. ”Apa sudah memberikan barokah kepada masyarakat, Pak?” Hampir semua pengurus UPK menjawab serentak, ”Insyaallah”. Mereka menyarankan untuk melihat dan menanyakan langsung kepada anggotanya. Penasaran dengan jawaban UPK, saya minta untuk melihat secara langsung salah satu anggota Pokmas yang telah diberikan pinjaman. Akhirnya, saya diantar dengan sepeda motor ke rumah pasangan Pak Zubairi dan Ibu Madaniyah. Rumahnya yang kecil dan sederhana, lumayan jauh, sekitar 3 kilo dari kantor UPK. Jalan bebatuan dan sempit yang saya lewati hanyalah sebagian hal yang menunjukkan bahwa desa Tengedan memang desa miskin. Pasangan ini masih muda, dan baru berputra satu, berusia 6 tahun. Selain jadi buruh tani, pasangan muda ini membuka usaha pracangan di rumahnya, yang dikelola oleh Ibu Madaniyah. Di sekelilingnya yang rata-rata kondisi rumahnya hampir sama, memang belum ada toko atau warung. Warga di situ bila berbelanja harus ke toko desa yang lokasinya cukup jauh. Dengan begitu, Pak Zubairi dan Bu Madaniyah sudah tepat melihat peluang itu. Modal awalnya membuka pracangan itu hanya Rp. 300 ribu. Mereka kulakan dari toko di desa, berupa gula, minyak goreng, teh, kopi dan mie instan serta rokok beberapa merk. Karena hanya sedikit, maka biasanya barangnya cepat habis, sehingga sehari atau dua hari sekali
12
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur mereka harus kulakan. Hal ini membuat biaya mereka menjadi tidak efisien. Keuntungan sedikit yang mereka peroleh jadi sering terpotong karena digunakan untuk wirawiri. Ketika program Gerdu-Taskin masuk desa Tengedan, dan terbentuk UPK yang sasarannya adalah Rumah Tangga Miskin, maka Bu Madaniyah dengan antusias mengajukan pinjaman. Pinjaman sebesar Rp. 500 ribu langsung digunakan untuk menambah barang kulakannya. Untuk ukuran mereka, hal itu sudah cukup lumayan. Jenis barang dagangannya kini bertambah. Kulakan yang biasanya dilakukan 1-2 hari sekali, kini bisa ditunda 3-4 hari. Itu berarti dapat menekan biaya transport. Dengan usaha mracang ini, Bu Madaniyah kini dapat menabung setiap hari antara Rp. 1.000 – Rp. 2000 pada kotak tabungan yang dibuatnya sendiri. Menurutnya, kalau ini bisa dilakukan dengan disiplin, maka tahun depan dia dapat menambah modal dagangannya antara Rp.350 ribu sampai Rp. 500 ribu. Itu berarti, tahun depan Bu Madaniyah dapat memperbesar usahanya. Begitulah, nasib bisa berubah karena rajin menabung dan berhemat. Sungguh, hal yang sepele ini, benar-benar sangat dirasakan manfaatnya bagi keluarga Pak Zubairi dan Bu Madaniyah. Hidup sederhana dapat mengajarkan bagaimana seharusnya berusaha. Pinjaman Rp 500 ribu dari UPK begitu berarti dalam kehidupan mereka. Seperti yang mereka
13
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur katakan pada saya, bila UPK memang dikelola dengan sungguh-sungguh dan dimanfaatkan pada sasaran yang tepat, tidak salah kalau UPK tersebut dinamakan barokah, karena memang terbukti bisa memberikan barokah. UPK Barokah membuka layanan sebulan dua kali, antara jam 08.00 – 14.00. Anggotanya umumnya adalah petani (jagung dan tembakau) dan pedagang (mracang). Kini UPK ini telah mampu menghasilkan SHU sebesar Rp. 11 juta. Pengelolanya, masih berhonor kecil. Mereka ikhlas bekerja dengan honor antara Rp 75.000 – Rp. 100.000 per bulan. Mereka yakin, sekalipun honor kecil, barokahnya lebih besar, karena memang membantu kepada masyarakat yang memang membutuhkan. Amin. -------------------------------------------‘-‘------------------------------------
14
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur UPK ”AMANAH” Kalipepe Hebat Karena Dikelola Srikandi Kalau ingin melihat contoh UPK yang dikelola oleh para srikandi, salah satunya adalah UPK AMANAH yang terletak di desa Kalipepe, kecamatan Yosowilangun kabupaten Lumajang. UPK ini sama suksesnya dengan UPK BAROKAH desa Pajarakan Kulon kecamatan Pajarakan kabupaten Probolinggo, UPK SRI REJEKI desa Mojotengah kecamatan Bareng kabupaten Jombang, dan UPK DANA LESTTARI desa Segulung kecamatan Dagangan kabupaten Madiun, yang juga dikelola oleh perempuan semua. Administrasinya teliti, pinjaman bermasalahnya nol persen dan tegas terhadap peraturan yang telah disepakati. Mereka juga cukup rajin melakukan pembinaan kepada anggotanya. Mbak Supadmi (ketua), mbak Suratmi (sekretaris) dan mbak Tutik Nurhidayati (bendahara) telah membuktikan mereka cukup berhasil mengelola UPK. Terbukti, bukan sekedar masuk kategori sehat, lebih dari itu, tahun 2007 ini UPK AMANAH meraih predikat UPK Berhasil Propinsi Jawa Timur peringkat pertama. Sebuah prestasi yang menunjukkan bahwa perempuan tidak boleh diremehkan. Mereka telah membuktikan bahwa perempuan, bila diberi kepercayaan bisa bekerja lebih baik dari pada laki-laki. Lalu, apa yang menarik dari UPK AMANAH ini? Yang menonjol, UPK ini cukup produktif. Aturan simpan pinjamnya tertata dengan baik, sehingga
15
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur performanya bagus. Peminjam dikenakan biaya administrasi 1%, selain keharusan untuk menyetorkan simpanan beku (simpanan wajib pinjam) sebesar 10% dari nilai pinjaman. Bila sudah lunas, simpanan ini dikembalikan kepada peminjam tanpa diberi bunga. Tidak seperti UPK lain pada umumnya yang terlambat dan belum mampu menarik simpanan masyarakat, UPK AMANAH telah mampu menggalang simpanan masyarakat sebesar Rp. 2.438.350,- dengan diberi jasa 0,5% per bulan. Bila promosinya tepat, bisa jadi simpanan masyarakat yang dapat digalang lebih besar lagi. Paling tidak, hal ini telah menggambarkan kepercayaan masyarakat pada UPK AMANAH. Di banyak tempat, fenomena yang berkembang adalah, kalau pinjam uang masyarakat ke UPK, tetapi bila menyimpan uang mereka pergi ke bank. UPK menerapkan jasa pinjaman yang berbeda antara kelompok (Pokmas) dan perorangan. Jika pada Pokmas dikenakan jasa pinjaman sebesar 1,7%, namun peminjam perorangan dikenakan bunga sebesar 2,5%. Aturan seperti ini, ternyata juga bisa dipahami oleh masyarakat. Kekhawatiran akan munculnya kecemburuan di antara mereka ternyata tidak terbukti. Nilai pinjaman untuk kelompok peminjam perorangan kini berkisar antara Rp. 1 juta hingga Rp. 3 juta, sebuah jumlah yang cukup besar untuk ukuran di desa. Sampai saat ini, angsuran pinjaman dari anggota, baik yang perorangan maupun Pokmas berjalan
16
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur lancar. Kredit atau pinjaman macetnya nol persen. Apa kiatnya? Pertama, pinjaman diberikan terutama pada kaum perempuan. Alasannya, perempuan memiliki rasa malu yang tinggi bila tidak membayar, berbeda dengan kelompok lakilaki. Selain itu, mereka lebih telaten dalam melakukan usahanya. Kedua, pinjaman diutamakan untuk kelompok RTM-B yang telah memiliki usaha. Sekalipun demikian, beberapa ada yang baru mulai mengembangkan usaha atau digunakan untuk kebutuhan konsumtif. Yang terpenting menurut mereka, karakter calon peminjam harus baik. Ketiga, UPK rajin menagih. Hal ini membutuhkan strategi tersendiri, agar yang ditagih mau membayar tanpa merasa ditagih. Dengan demikian tidak sampai menganggu hubungan persaudaraan dengan warga desa. Operasional UPK dilakukan seminggu tiga kali, yaitu pada hari Senin, Selasa dan Jum’at pada jam 09.00 – 12.00. UPK yang dirintis sejak tahun 2004 melalui APBD Kabupaten dan kemudian mendapat program Gerdu-Taskin Propinsi tahun 2006 ini telah mampu memberikan honor kepada pengelolanya sebesar Rp. 300 ribu sampai Rp. 400 ribu per bulan. UPK ini juga telah memiliki ruangan operasional sendiri di balai desa, dan dilengkapi dengan seperangkat
17
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur komputer dan software akuntansi UPK. Pada setiap tutup buku di akhir tahun, mereka mengadakan door price serta memberikan penghargaan pada Pokmas-Pokmas yang dinilai baik. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi semua anggota agar disiplin dalam membayar angsurannya. Di samping itu, kegiatan ini juga bisa menambah kepercayaan masyarakat kepada UPK. Wah, hebatnya para srikandi. Selamat! Semoga UPKnya terus berkembang dan bisa mengemban AMANAH. -----------------------------------------‘-‘--------------------------------------
18
PNPM Perdesaan Provinsi Jawa Timur UPK-UPK sukses yang lain jumlahnya cukup banyak dan sangat menarik kisahnya. Mereka antara lain: UPK KARYA BERSAMA, desa Sepanjang kecamatan Gondanglegi kabupaten Malang UPK DANA LESTARI, desa Segulung kecamatan Dagangan kabupaten Madiun UPK BAROKAH desa Pajarakan Kulon kecamatan Pajarakan kabupaten Probolinggo UPK SRI REJEKI desa Mojotengah kecamatan Bareng kabupaten Jombang UPK BAROKAH desa Trojalu, kecamatan Baureno kabupaten Bojonegoro UPK ARTHA MULIA desa Bakung, kecamatan Bakung kabupaten Blitar UPK PUTRA BANGSA kelurahan Kangenan kecamatan Pamekasan kabupaten Pamekasan UPK KARYA MAJU desa Jambangan kecamatan Kawedanan kabupaten Magetan UPK LESTARI desa Suruhan Kidul kecamatan Bandung kabupaten Tulungagung UPK SUMBER ABADI desa Prambon Wetan kecamatan Rengel kabupaten Tuban UPK TUNAS HARAPAN desa Bumi Anyar kecamatan Tanjung Bumi kabupaten Bangkalan UPK SUMBER MAKMUR desa Jintel kecamatan Rejoso kabupaten Nganjuk dan lain-lain.
19