KINERJA AKUNTANSI SEBAGAI FAKTOR ANTESEDEN PADA PERGANTIAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER DI INDONESIA
Oleh: Lindrianasari1
ABSTRAK Keputusan pergantian pemimpin utama perusahaan ditujukan untuk pertumbuhan kinerja perusahaan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang kemanfaatan informasi akuntansi di dalam isu pergantian CEO. Penelitian sebelumnya yang mengkaji pergantian CEO memperlihatkan hasil yang belum konklusif baik dari faktor anteseden maupun konsekuensinya ditambah lagi isu pergantian CEO masih sangat jarang diteliti di Indonesia, menjadi motivasi kuat bagi peneliti untuk melakukan studi ini. Studi ini menggunakan sampel pada semua perusahaan yang teridentifikasi melakukan pergantian (baik secara rutin ataupun non-rutin) di tingkat pimpinan puncak perusahaan dalam jabatan sebagai Presiden Direktur. Sampel yang digunakan sebanyak 81 peusahaan yang melakukan pergantian CEO periode 1998-2006, dengan dikontrol dengan perusahaan yang selama masa amatan tidak melakukan pergantian CEO sama sekali. Tahun terjadinya pergantian CEO merupakan t0 untuk selanjutnya menetapkan tahun dan kinerja akuntansi yang digunakan di dalam model pergantian studi ini. Sampel akhir yang kami gunakan untuk pengujian data akuntansi adalah sebanyak 140 perusahaan, terdiri dari 81 perusahaan yang melakukan pergantian dan 59 perusahaan yang tidak melakukan pergantian. Sampel akhir ditetapkan setelah mempertimbangkan ketersediaan data dan dampak pengganggu (confounding effects) dalam periode amatan. Data akuntansi sebagai faktor anteseden pergantian diuji dengan menggunakan regresi Logit, karena variabel dependen yang digunakan merupakan variabel binary, dengan notasi 1 untuk pergantian dan 0 untuk tanpa pergantian. Hasil pengujian data akuntansi menunjukkan bahwa Total Asset, Total Sales, ROA, ROE dan Earnings, berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan pergantian sementara CurRatio tidak. Pada pengujian tambahan, kami menemukan bahwa kinerja akuntansi pada pergantian rutin lebih baik dibandingkan dengan pergantian CEO pada tipe non-rutin. Pergantian non-rutin adalah pergantian yang mengakibatkan CEO lama tidak memiliki menjabat apapun (baik sebagai dewan komisaris atau anggota tim manajemen puncak) di dalam perusahaan semula dan atau di perusahaan yang kepemilikannya sama. Dan akhirnya, dari hasil analisis studi ini kami menyimpulkan bahwa semakin baik kinerja akuntansi, maka kecenderung yang terjadi adalah CEO yang sedang menjabat tidak akan dikeluarkan dari perusahaan dan semakin buruk kinerjanya CEO yang sedang menjabat akan berpotensi untuk diganti (turun jabatan atau masuk ke dalam dewan komisaris) bahkan dipecat dari perusahaan. Kata Kunci: Pergantian CEO, Kinerja Akuntansi, Faktor Anteseden.
1
Penulis adalah Mahasiswa S3 Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM; Tenaga Pengajar pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung , Indonesia. 1
1. Pendahuluan Keputusan pergantian pemimpin utama perusahaan ditujukan untuk pertumbuhan kinerja perusahaan yang lebih baik. Hal ini dibuktikan pada salah satu perbankan umum di Indonesia yang melakukan pergantian CEOnya di tahun 2004. Tiga tahun sebelum pergantian (2002-2004), perusahaan ini mengalami penurunan pendapatan sebesar 34,67%, dengan perbandingan Total Pinjaman terhadap Asset sebesar 34,56%. Suatu perubahan positif terjadi setelah pergantian dilakukan. Pendapatan perusahaan terus meningkat hingga 17,5% di tahun 2008, sementara perbandingan Total Pinjaman terhadap Asset adalah 45,37% (meningkat hampir sebesar 11%). Dan suatu prestasi yang luar biasa, pada saat krisis global melanda dunia perbankan di seluruh negara di dunia, perbankan ini justru berhasil meningkatkan perolehan laba bersih perusahaan sebesar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Cerita konteks ini memberikan suatu pembuktian tentang keberhasilan suatu perusahaan setelah melakukan pergantian CEO. Studi ini dilakukan untuk menunjukkan kandungan informasi laporan keuangan berkaitan dengan isu pergantian CEO perusahaan. Studi ini diharapkan dapat menghasilkan suatu temuan yang mendukung penelitian sebelumnya (seperti Engel, Hayes and Wang 2003) dengan menghasilkan signifikansi variabel akuntansi sebagai anteseden dan konsekuensi terhadap pergantian CEO. Kami berharap, konsistensi temuan dalam penelitian di area ini akan mendorong stakeholders untuk semakin berorientasi pada angka-angka laporan keuangan pada saat membuat keputusan penting di dalam perusahaan. Sebelumnya, kajian di bidang ini masih sangat sedikit ditemukan di Indonesia. Hal ini karena keterbatasan informasi yang dipublikasi di negara ini. Namun begitu, kami menganggap penelitian ini penting dilakukan mengingat kontribusinya yang signifikan dalam penetapan kebijakan dalam tata kelola perusahaan. Lebih jauh, studi ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi stakeholders ketika akan memutuskan suatu perlakuan terhadap CEO perusahaan, dalam kinerja yang baik ataupun yang buruk yang dimilikinya, dengan menggunakan informasi akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut, pada studi ini kami berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan apakah informasi akuntansi mempengaruhi keputusan pergantian CEO di Indonesia dan selanjutnya terpengaruh atas pergantian itu sendiri.
2
2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Penelitian bidang akuntansi yang mengkaji pergantian CEO telah dimulai oleh Coughlan and Schmidt, (1985), yang diteruskan pada penelitian Warner, Watts, and Wruck (1988) dan Weisbach, (1988). Kesemuanya memberikan hasil temuan keterkaitan antara pergantian CEO dengan akuntansi dan pasar dan selanjutnya literatur yang menginvestigasi bidang kajian ini mulai berkembang, meskipun temuan dari keseluruhan penelitian hingga tahun 2009 masih belum konklusif. Selanjutnya, studi terdahulu hanya sedikit yang memberikan penjelasan tentang variasi temuan antar perusahaan dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja berbasis akuntansi dan pasar terhadap keberlanjutan kerja eksekutif tersebut. Dalam studi Engel, Hayes and Wang (2003), mereka meletakkan harapan yang lebih besar terhadap informasi akuntansi yang lebih informatif terhadap kinerja manajerial. Ketika informasi akuntansi memang terbukti lebih peka menjelaskan isu pergantian CEO, maka seharusnya dewan direksi lebih mempercayai return akuntansi dan akan mempertimbangkannya saat pembuatan keputusan tentang keberlanjutan kerja.
2.1. Kinerja Akuntansi sebagai Anteseden Pergantian CEO Studi yang dilakukan Kesner and Sebora (1994: 356) memberi simpulan bahwa pergantian sering diperlakukan sebagai variabel dependen, dan temuan tersebut memperlihatkan pola yang konsisten yaitu tingkat pergantian lebih tinggi terjadi pada kinerja perusahaan yang rendah. Namun begitu, Finkelstein and Hambrick (1996) menyatakan bahwa kinerja sebelum pergantian menjelaskan persentase varian yang sangat lemah. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan variabel yang akan diikuti pergantian masih lemah. Kelemahan yang ditemukan di dalam hasil terdahulu dilekatkan pada hasil dari perbedaan ukuran terhadap kinerja dan pada kehadiran faktor lain yang cenderung akan memoderasi hubungan antara kinerja dengan pergantian (lihat: Miller, 1991; Cannella and Lubatkin, 1993; Zajac and Westphal, 1996; Finkelstein and Hambrick, 1996).
Smith, Wright and Huo (2008) melanjutkan penelitian terdahulunya dengan menggunakan variabel yang ditemukannya signifikan secara statistika pada penelitian terdahulu. Variabel yang digunakannya diantaranya adalah Total Assets, Total Debt, Book value of equity, Debt to Equity, Retained Earnings; Current Ratio, dan Interest Coverage Ratio. Hasil studi mereka menemukan signifikansi pada semua sampel, termasuk Total Assets, Total Debt, Book Value of
3
Equity, Current Assets, Current Liabilities, dan Interest coverage ratio hanya untuk perusahaan yang surviving dengan p-value yang lebih kecil dari 0,05. Selain variabel yang digunakan Smith et al. (2008), masih terdapat variabel lain yang digunakan dalam penelitian terdahulu. Return on Assets (ROA), variabel ini banyak digunakan dalam penelitian sebelumnya yang menganalisis rasio akuntansi (seperti dalam studi Virany, Tushman, and Romanelli, 1985; Harrison, Torres, and Kukalis, 1988, Shen 2000). ROA ditemukan berhubungan negatif dengan pergantian dengan pengganti dari dari luar. Alasan mengapa para peneliti menggunakan variabel ROA memang tidak secara eksplisit dijelaskan, namun hubungan negatif yang ditemukan dari penelitian terdahulu mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan yang memburuk dapat tercermin dari semakin rendahnya nilai pengembalian assets perusahaan yang selanjutnya menjadi dorongan pergantian CEO. Hasil studi yang dilakukan oleh Beadles II (2002) menemukan adanya hubungan antara fungsionalitas pergantian dengan penjualan (sebagai proksi dari kinerja organisasional) yang mengindikasikan adanya hubungan positif yang signifikan secara statistika. Engel, Hayes and Wang (2003) dan DeFond and Hung (2004) menggunakan variabel earnings di dalam penelitian mereka. Temuan kedua penelitian ini memperkuat posisi earnings sebagai faktor antaseden dari pergantian. Tujuan paper yang ditulis oleh Engel et al. (2003) adalah untuk mempelajari bagaimana hubungan antara berbagai pengukuran kinerja dan pergantian CEO yang dipengaruhi oleh sifat-sifat sistem akuntansi. Studi Engel et al. ini secara khusus menguji variasi cross-sectional untuk poin penting dari informasi akuntansi pada keputusan CEO, dan selanjutnya menghubungkan sifat-sifat ini pada ukuran kinerja. DeFond and Park (1999) menyatakan bahwa perusahaan di industri yang kurang terkonsentrasi memiliki perusahaan pembanding yang luas. Konsekuensinya earnings industri tersebut memberikan sinyal yang tepat sebagai faktor yang mempengaruhi perusahaan di dalam industri tersebut. Engel et al. menemukan bahwa pergantian CEO lebih umum terjadi pada industri yang kurang terkonsentrasi. Temuan ini konsisten dengan penelitian DeFond and Park bahwa direksi dapat belajar lebih cepat tentang kemampuan CEO pada jenis industri ini dan selanjutnya dapat mengganti CEO yang kinerjanya buruk secepatnya. Hasil ini hanya ditemukan DeFond and Park pada sampel perusahaan yang mengalami pergantian. Baik Engle et al. (2003), maupun DeFond & Hung (2003) di dalam hasil penelitian mereka menemukan hubungan yang negatif pada hubungan antara earnings dan pergantian. Selanjutnya, kami membuat simpulan sementara bahawa kinerja akuntansi berpengaruh terhadap pergantian CEO, sebagai hipotesis pertama studi ini.
4
2.2. Kinerja Akuntansi sebagai Konsekuensi Pergantian CEO Gamson and Scotch (1964) dan Boeker (1992) memandang bahwa pergantian sesungguhnya tidak memiliki konsekuensi terhadap kinerja. Pergantian tersebut hanya menyimbolkan kejadian “kambing hitam/scapegoating” yang umumnya terjadi ketika CEO berasal dari kalangan pendiri (pemilik) perusahaan. Dan ketika perusahaan dihadapkan pada penurunan kinerja, maka CEO jenis ini tidak akan mengalami pergantian, dan sebagai konsekuensinya, CFO-lah yang akan diganti. Kondisi ini yang dimaksud dengan scapegoating oleh peneliti terdahulu. Namun begitu, terdapat beberapa hasil
penelitian dalam kajian konsekuensi
pergantian CEO yang memberikan indikasi bahwa pergantian dapat memiliki efek positif terhadap kinerja (Helmich, 1974; Davidson, Worrell and Dutia, 1993) jika CEO tersebut adalah personal yang tidak menciptakan kinerja yang baik bagi perusahaan. Namun, sebagian penelitian juga menemukan efek negatif dari pergantian (Grusky, 1963; Allen, Panian, and Lotz, 1979; Carroll, 1984; Beatty and Zajac, 1987; Haveman, 1993), karena menimbulkan gangguan bagi organisasional. Faktor kontinjensi yang mendorong temuan yang beragam ini umumnya disebabkan oleh faktor personalitas eksekutif tersebut. Perubahan ROA. Pembahasan konsekuensi pergantian CEO saat ini menjadi topik yang menarik karena didorong oleh dua tipe permasalahan (dalam agency problem) yang terjadi antara prinsipal dan agen yang muncul semenjak hak properti semakin memburuk dan lemahnya perlindungan terhadap investor. Desakan terhadap pengokohan tata kelola perusahaan menjadi isu yang mendapat porsi besar di kalangan akademisi, praktisi dan peneliti. Kato and Long
(2006) memandang pergantian CEO dan hubungannya dengan kinerja
perusahaan dapat memberikan ukuran penting tentang bagaimana efektifnya suatu perusahaan menyelesaikan dua kelompok permasalahan serius di dalam prinsipal dengan agen. Pertama, mempertemukan dua kepentingan antara manajemen puncak dengan pemegang saham, dan kedua adalah mempertemukan dua kepentingan antara pemegang saham mayoritas (sebagai kekuatan mengendalikan perusahaan) dengan pemegang saham minoritas. Semakin baik CEO mempertemukan dua permasalahan besar ini, maka semakin baik pula kredibilitas CEO sehingga probabilitas pergantian akan semakin kecil. Dan sebaliknya, kegagalan CEO akan memperburuk kinerja organisasi dan akhirnya peluang terjadinya pergantian akan semakin besar karena ketidakpuasan pemangku kepentingan terhadap kinerja CEO.
5
Perubahan Pendapatan. Baron, Hannan & Button (2001) melakukan studi dengan mengambil arah pada konsekuensi dari sebuah pergantian eksekutif. Terdapat beberapa argumen menyarankan bahwa model yang berhubungan dengan tenaga kerja seharusnya menolak perubahan dan upaya untuk membuat ulang blueprint hanya akan menyebabkan gangguan. Usaha untuk mengubah tata kelola ketenagakerjaan akan lebih menimbulkan gangguan lagi ketika terjadi perubahan organisasi.
Penelitian yang menemukan bahwa beberapa tipe
perubahan organisasi (dalam strategi, pimpinan puncak, atau lainnya) memiliki konsekuensi kerusakan pada kinerja organisasional dan keberadaan organisasi tersebut (lihat Barnett and Carroll 1995 dan Carroll and Hannan 2000). Dengan argumen di atas, perlu diperdalam kajian tentang analisis pada arah konsekuensi suatu pergantian. Hasil analisis Baron et al. (2001) memperlihatkan adanya hubungan yang secara statistika adalah negatif signifikan dampak pergantian terhadap pertumbuhan pendapatan, dan ini konsisten dengan hipotesis pertamanya. Mereka menghipotesiskan bahwa semakin sering pergantian terjadi, maka pertumbuhan perndapatan akan semakin kecil karena ketidaksiapan organisasi menghadapi persaingan dalam perubahan kepemimpinan yang biasanya diikuti dengan (sedikit atau banyak) perubahan strategi. Dalam tulisan Baron et al. (2001), para penulis tidak mampu membuat simpulan yang kuat dari hasil studi mereka. Alasan mereka adalah karena mereka mengalami keterbatasan dalam pencarian data. Namun begitu, mereka menyatakan bahwa hasil eksploratori yang mereka lakukan terlihat konsisten dengan pandangan yang mengadopsi model organisasional baru di mana peningkatan pergantian secara prinsip merupakan kelalaian (dalam hal penjagaan) dari pemilik perusahaan. 3. Metoda Penelitian 3.1. Data dan Sampel Penelitian Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah semua data pergantian CEO periode 1998-2005. Pergantian yang terjadi periode 2001-2003 dan selama empat tahun berturut-turut tidak melakukan pergantian adalah sampel yang digunakan di dalam penelitian ini. Karena kami berasumsi, CEO ini akan membawa perubahan di perusahaan hingga tahun 2005. Data diperoleh dari investigasi langsung pada laporan keuangan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 8 tahun amatan. Konsisten dengan studi terdahulu, kami akan menggunakan posisi Presiden Direktur di dalam perusahaan sebagai CEO (dalam DeFond and Hung 2004) jika perusahaan tidak menggunakan istilah CEO secara tertulis. Data pergantian CEO diperoleh dengan melakukan penelusuran data perusahaan dengan membandingkan nama Presiden Direktur perusahaan selama tahun amatan. Dengan cara ini kami berharap 6
memperoleh informasi jika terjadi perubahan nama CEO. Perubahan nama CEO inilah yang kami maksud dengan pergantian CEO di perusahaan tertentu pada tahun tertentu. Dari perubahan nama CEO di Indonesia selama 3 tahun, yaitu yang terjadi di tahun 2001 hingga 2003 yang selanjutnya ditetapkan sebagai t0 untuk selanjutnya menentukan data akuntansi 3 tahun sebelum tahun pergantian. Sementara itu, untuk data pasar kami menggunakan data 3 tahun sebelum dan 3 tahun setelah tahun pergantian. Penelitian terdahulu umumnya menggunakan periode 5 atau 3 tahun sebelum dan setelah perubahan. Namun, karena sampel penelitian kami akan semakin kecil jika periode amatan kami perluas, maka kami memilih menggunakan periode 3 tahun sebelum dan setelah pergantian. Selama periode 1998-2005 terdapat sekitar 246 pergantian CEO pada perusahaan terbuka di Indonesia. Namun yang memenuhi kriteria pemilihan sampel studi kami (yaitu memiliki data keuangan 3 tahun sebelum pergantian dan data pasar 3 tahun setelah pergantian serta tidak memiliki confounding effect seperti restrukturisasi dan manajemen saham), sampel akhir untuk pergantian yang menggunakan data akuntansi adalah sejumlah 81.
Tabel 1 Pemilihan Sampel Penjelasan
Jumlah
Perusahaan Yang diivestigasi periode 1998-2006 Jumlah pergantian yang teridentifikasi periode 1998-2006 Pergantian tanpa perubahan selama 4 tahun berturut-turut dalam periode 20012003 Sampel akhir untuk analisis data akuntansi
3200 264 97 140*
*81 sampel pergantian dan 59 sampel kendali*** ** Sampel kendali adalah perusahaan yang selama tahun amatan 1998-2005 tidak mengalami perubahan CEO. Perusahaan ini diduga memiliki kinerja yang relatif stabil. Data akuntansi dan pasar yang kami gunakan untuk analisis adalah data rata-rata selama 5 tahun yaitu periode 2001-2005.
3.2. Pengujian Variabel Pengujian variabel anteseden akan menggunakan LOGIT (pengujian hipotesis pertama) seperti dalam persamaan (1) yang umum digunakan di dalam penelitian yang menggunakan variabel binary sebagai variabel dependen (dinotasikan 1 adalah pergantian dan 0 adalah selain itu) serta data yang bersifat cross sectional. Model penelitian ini sudah dilakukan dalam penelitian terdahulu di bidang kajian Akuntansi dan Manajemen. Zhou, Xiong and Garguli (2009) menggunakan model binary ketika mereka melakukan kajian di bidang akuntansi dengan menggunakan variabel dependen pengadopasian IFRS dan bukan. Mereka melambangkan ADOPT (1,0). Analisis LOGIT mereka gunakan bertujuan untuk menguji hubungan yang 7
mungkin terjadi di antara variabel independen dengan dependen. Dari kajian di banyak paper, dalam beberapa tahun terakhir analisis LOGIT menjadi salah satu bagian penting analisis penelitian, untuk menjaga kekuatan metodologi saat terpublikasi dalam jurnal yang berstandar tinggi. Model Logit penelitian kami untuk menguji hipotesis pertama kami adalah: TURNOVER (1,0)= α0 + α1ln-TAssetsit + α2CurRattit + α3ln-TSalesit + α4 ROAit + α5ROIit + α6Earningsit + εit
Sedangkan untuk menguji hipotesis kedua, kami menggunakan paired sampel test karena hipotesis ini berusaha untuk menguji beda rata-rata dua mean yang berasal dari sampel yang sama. 3.3. Variabel Penelitian 3.3.1.Kinerja Akuntansi sebagai Anteseden Pergantian (Pergantian CEO sebagai Variabel Dependen) Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang telah digunakan di dalam penelitian sebelumnya (seperti Smith, Wright and Huo 2008) yaitu variabel yang ditemukan signifikan secara statistika di dalam penelitian sebelumnya. Variabel yang kami gunakan adalah: a) Total assets (ln-TAsset), sebagai proksi untuk ukuran perusahaan, dan digunakan natural log untuk mengkontrol ketidaklinieran data yang sangat tinggi. Variabel ini diduga memiliki hubungan negatif terhadap pergantian karena total assets yang meningkat mencerminkan pertumbuhan positif perusahaan. b) Current ratio (CurRat), formulasi current assets/current liabilities, dan disajikan sebagai proksi untuk kekurangan keuangan jangka pendek. Penelitian dalam kasus kebangkrutan sebelumnya menunjukkan hubungan yang negatif terhadap probabilitas pergantian (Flagg and Giroux, 1991, Zmijewski, 1984, and Altman, 1977) dalam Smith et al. 2008. c) Total sales (ln-TSales), yang menjadi ukuran kinerja operasional manajemen perusahaan dengan dinatural log-kan untuk mengkontrol ketidaklinieran data. ln-TSales diduga berhubungan negatif terhadap pergantian, yang artinya ln-TSales yang tinggi tidak akan mendorong pergantian CEO. d) Return on Assets (ROA). Merupakan ukuran kinerja yang diperoleh dari perbandingan dari earnings dengan total asset. Semakin baik ROA, pergantian tidak akan terjadi. 8
e) Return on Equity (ROE), sebagai alternatif pertimbangan keberhasilan manajemen terhadap pengembalian ekuitas perusahaan. Nilai ROE diperoleh dari persamaan earnings dibagi dengan total ekuitas. Variabel ini diduga memiliki hubungan negatif terhadap pergantian, sehingga kegagalan di dalam pegembalian modal menjadi alasan terjadinya pergantian bagi perusahaan. f) Earnings. Ukuran ini digunakan Engle et al. (2003); DeFond & Hung (2004) dan memberikan hubungan yang negatif antara earnings dan pergantian. Ukuran ini menjadi hal yang sangat umum dan banyak digunakan sebagai pertimbangan kinerja manajemen. Kami menggunakan net income untuk mewakili earnings.
KINERJA AKUNTANSI ln-TAssets CurRat ln-TSales
(-) (-) (-) (-)
ROA ROE Earnings
(-)
PERGANTIAN CEO
(-)
1= Pergantian 0= Tanpa Pergantian
Gambar 1. Model Pergantian dengan Kinerja Akuntansi sebagai Anteseden
9
4. Hasil dan Analisis 4.1. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis Logit untuk data akuntansi, kami terlebih dahulu melakukan uji klasik untuk kedua sumber data yang digunakan tersebut. Pengujian klasik kami tujukan hanya pada uji multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Pada pengujian multikolinearitas, kami memperoleh nilai R-squared yang sebesar 0.31 < dari 0.66 yang merupakan nilai Rsquared pengujian model variabel. Nilai ini menandakan tidak terjadi multikol dalam data (antar variabel). Selanjutnya, kami juga melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan test white dan menemukan nilai probabilitas sebesar 0,998. Nilai probabilitas yang lebih besar dari 0,05 ini mengindikasikan data yang digunakan memenuhi asumsi homokedastisitas. Dari hasil uji asumsi klasik pada data kami menyimpulkan bahwa data yang digunakan baik dan konsisten sehingga dapat diteruskan pengujiannya dengan menggunakan alat statistika berikutnya.
4.2. Hasil Regresi LOGIT pada Kinerja Akuntansi Studi kami melakukan pengujian terhadap data akuntansi sebagai faktor yang kami pertimbangkan di dalam isu pergantian CEO di Indonesia. Secara keseluruhan, hasil pengujian LOGIT untuk data akuntansi yang digunakan di dalam studi ini (seperti Total Asset, Current Ratio, Total Sales, ROA, ROE dan Earnings) memiliki nilai prediksi perentage correct sebesar 91,4%. Nilai ini menyimbolkan bahwa variabel yang digunakan di dalam model memang tepat. Dan secara sendiri-sendiri, 5 dari 6 variabel akuntansi memperlihatkan signifikansi pada level p ≤ 0,05. Nilai ini didukung dengan omnibus test dari pengujian chisquare yang memperlihatkan pengaruh model anteseden akuntansi dan pasar yang sangat kuat signifikansinya, masing-masing (p= 0,000). Nilai chi-square omnibus test of model coefficients yang kurang dari p= 0,05 ini menandakan bahwa hipotesis nul penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap dependennya adalah ditolak. Selanjutnya, Nagelkerke’s R square yang merupakan modifikasi dari coefficient cox and snell R square yang digunakan sebagai pertimbangan untuk memastikan variasi hubungan untuk masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Pengaruh variabel bebas secara bersama ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke’s R square sebesar 0.66, dan untuk mengetahui secara parsial nilai Nagelkerke’s R square dijelaskan dengan Wald bersama dengan signifikansinya. Kami menjelaskan keseluruhan hasil analisis studi ini di dalam Tabel 2. Karakteristik dan hasil pengujian yang dilakukan di dalam penelitian ini berikut dengan sampel yang 10
digunakan juga kami jelaskan di dalamnya. Pada Tabel 2 Panel A hasil pengujian pengaruh pergantian terhadap pergantian CEO dari 140 sampel perusahaan yang terdiri dari 59 perusahaan yang tidak melakukan pergantian pada periode amatan kami tambahkan ke dalam 81 perusahaan yang melakukan pergantian. Hasil analisis memperlihatkan bahwa dari enam variabel akuntansi yang kami gunakan di dalam model anteseden pergantian, terdapat lima variabel yang menunjukkan signifikansi terhadap pergantian. Total Sales signifikan pada level 0,05, sementara Total Asset, ROE dan Earnings signifikan pada level p ≤ 0.05, sementara ROA, variabel ini memperlihatkan signifikan yang paling kuat yaitu sebesar p ≤ 0.000. Pada studi ini kami tidak menemukan signifikansi ini pada variabel Current Ratio terhadap pergantian. Menggunakan hasil statistika ini, studi kami dapat mendukung hipotesis pertama penelitian
bahwa kinerja akuntansi memiliki pengaruh signifikan terhadap
pergantian CEO. Studi ini juga konsisten terhadap hasil penelitian Smith et al. (2008) dan penelitian lainnya, seperti Engel et al. (2003). Dengan terdukungnya hipotesis ini, kami dapat mengkalim bahwa hasil studi ini sejalan dengan harapan dari peneliti sebelumnya, Engel, Hayes, and Wang (2003), yang berharap informasi akuntansi menjadi informasi yang dipertimbangkan pada saat pembuatan keputusan penting di perusahaan. Pengujian pada variabel ROA yang menunjukkan signifikansi hubungan yang kuat pada pergantian juga konsisten terhadap temuan Shen (2000) yang menemukan signifikansi ROA terhadap pergantian. Hasil ini menjadi sinyal bahwa kinerja akuntansi merupakan suatu faktor yang dipertimbangkan oleh pihak perusahaan ketika membuat keputusan penting. Tabel 2 Karakteristik dan Hasil Kelompok Pengujian
Panel A, N=140 0 = 59 1 = 81 Pengujian Logit Data Akuntansi
Variabel lnTAssets CurRatio lnTSales ROA ROE Earnings
z-Statistic -2.2899 -0.1706 -1.9191 -4.4301 -2.1563 -1.9137
Wald 5.239 .00 3.683 19.719 4.566 4.212
Sig. .02 .99 .05 .00 .03 .04
4.3. Hasil Uji Beda pada Kinerja Akuntansi untuk Pergantian Rutin dan Non-Rutin Kami melakukan pengujian pada perusahaan yang melakukan pergantian secara rutin dan non-rutin sebagai pengujian tambahan dengan tujuan dapat memberikan penjelasan yang lebih detil pada isu pergantian. kami menggunakan Paired Sampel Test pada kedua tipe 11
pergantian dan menemukan perbedaan mean yang mencolok pada lima variabel akuntansi yang digunakan antara pergantian rutin dan non-rutin, yaitu Total Assets, Total Sales, ROE, Current Ratio dan Earnings, namun tidak konsisten pada ROA. Tabel 3 memperlihatkan secara detil hasil uji beda yang dilakukan pada tipe pergantian rutin dan non-rutin.Pada tipe pergantian yang dilakukan secara non-rutin memperlihatkan kinerja akuntansi yang lebih rendah (kecuali ROA). Hal ini mengindikasikan bahwa pergantian non-rutin terjadi ketika kinerja perusahaan berada dalam penurunan. Dengan begitu, temuan ini sesuai dengan alasan dilakukannya pergantian CEO secara konsepsual, dan sejalan dengan pendapat para peneliti terdahulu bahwa kinerja keuangan menjadi anteseden pergantian, sehingga kami menyimpulkan pergantian non-rutin lebih didorong karena kondisi memburuknya kinerja organisasional. Kami mendefinsikan proses pergantian sangat hati-hati. Pergantian non-rutin adalah pergantian yang mengakibatkan CEO lama tidak memiliki menjabat apapun (dewan komisaris atau anggota tim manajemen puncak) di dalam perusahaan semula dan atau di perusahaan yang kepemilikannya sama. Setiawan (2008) menggunakan arahan dari Kang and Shivdasani (1996) dalam mengidentifikasi proses penggantian rutin dan non-rutin. Jika CEO yang keluar beralih menjadi anggota dewan komisaris maka proses penggantian dianggap rutin, sedang sebaliknya. Selain menjadi anggota komisaris, penelitian kami juga mempertimbangkan pergantian CEO pada perusahaan yang kepemilikannya sama dan juga pertimbangan
menjadi anggota tim manajemen puncak. Selanjutnya, kami menemukan
perbedaan yang signifikan pada variabel akuntansi yang kami gunakan di dalam penelitian ini.
Tabel 3. Hasil Pengujian Uji Beda berdasarkan Pergantian Rutin dan Non-Rutin
Uji Beda Sampel Berpasangan, N= 59
Pairs 1 TAssetR TAssetN 2 CurRatR CurRatN 3 TSalesR TSalesN 4 ROAR ROAN 5 ROER ROEN 6 EarningsR EarningsN
Mean 6.517 5.938 4.106 4.481 6.071 5.125 .368 7.236 2.965 -68.410 96.642 -680.973
Sig. .017 .914 .001 .002 .014 .159
12
5. Simpulan, Implikasi dan Keterbatasan Studi ini telah memberikan temuan tentang kontribusi informasi akuntansi terhadap pergantian CEO di Indonesia. Faktor anteseden atas pergantian telah kami analisis dalam penelitian kami merupakan kontribusi utama penelitian ini. Seluruh sampel yang digunakan adalah perusahaan yang melakukan pergantian CEO pada tahun tertentu dan penelurusan data akuntansi dan data pasar menjadi usaha kami selanjutnya. Dari enam variabel akuntansi yang kami gunakan sebagai anteseden pergantian ditemukan konsisten dan tidak bias untuk variabel Total Asset, Total Sales, ROA, ROE dan Earnings. Temuan memberikan informasi penting yang menjelaskan tentang kemanfaatan informasi akuntansi, yang sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat akuntansi, karena hingga saat ini akuntansi menjadi salah satu informasi yang dipertimbangkan dalam keputusan penting perusahaan. Kita tidak dapat memandang pergantian CEO merupakan suatu tindakan yang mudah bagi organisasi karena perubahan pada puncak pimpinan berarti mengubah (sebagian besar) model organisasi dan menyebabkan organisasi menjadi lemah dan menata kembali manajemen perusahaan (Baron, Hanan and Burton 2001), terutama pada perusahaan yang masih sangat tergantung pada sosok pemimpin dan belum berbasis sistem informasi. Pergantian CEO yang mempertimbangkan informasi akuntansi telah memperlihatkan keberartian informasi akuntansi, dan kesemua itu tidak terlepas dari kualitas informasi tersebut. Meskipun di dalam melakukan penelitian ini kami telah melakukan kehati-hatian, seperti pada saat memutuskan sampel dan data yang akan dipergunakan di dalam studi ini, namun kami masih menemukan beberapa kekurangan di dalam penelitian ini yang selanjutnya menjadi motivasi untuk penelitian selanjutnya. Beberapa keterbatasan di dalam penelitian ini adalah belum mempertimbangkan alasan pergantian yang lebih luas seperti pensiun, kematian, atau pergantian yang secara paksaan atau sukarela, yang dari hasil penelitian terdahulu di area ini memperlihatkan efek yang patut dipertimbangkan. Selain itu juga, sesuai dengan referensi yang diperoleh dari studi sebelumnya, penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan karakteristik personalitas CEO yang keluar dan yang baru. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, hasil yang akan diperoleh dalam isu pergantian CEO akan semakin baik dan mampu menjelaskan lebih komprehensif permasalahan pergantian di Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA Allen, P. A. and Panian, S. K. 1982. Power, performance, and succession in the large corporation. Administrative Science Quarterly 27:538-547. Baron, James N., Hannan, Michael T., and Burton, M. Diane. 2001. Labor Pains: Change in Organizational Models and Employee Turnover in Young, High-Tech Firms. The American Journal of Sociology 106(4): 960-1012. Beadles II, N. A., Lowery, Christopher M., Petty, M. M., and Ezell, H. 2000. An Examination of the Relationships between Turnover Functionality, Turnover Frequency, and Organizational Performance. Journal of Business and Psychology 15(2): 331-337 Beatty, Randolph P. and Zajac, Edward J. 1987CEO Change and Firm Performance in Large Corporations: Succession Effects and Manager Effects. Strategic Management Journal 8(4): 305-317. Boeker, W. 1992. Power and managerial dismissal: Scapegoating at the top. Administrative ScienceQuarterly 37: 400-421. Cannella, JR., Albert, and Lubatkin, Michael. 1993. Succession as a sociopolitical process: Internal impediments to outsider selection. Academy of Management Journal 36(4): 763-793. Carroll, G. R. 1984. Organizational Ecology. Annual Review of Sociology 10; 71-93. Chow C. 1960. Test of equality between subsets of coefficients in two linear regressions, Economnetrica 28: 591-609. Coughlan, A. T. and R. M. Schmidt. 1985. Executive compensation, managerial turnover, and firm performance: An empirical investigation. Journal of Accounting and Economics 7: 43-66. Davidson, W. N., D. Worrell, and D. Dutia. 1993. The stock market effects of CEO succession in bankrupt? Journal of Management 19(3): 517-533. Defond, Mark L. and Hung, Mingyi. 2004. Investor Protection and Corporate Governance: Evidence from Worldwide CEO Turnover. Journal of Accounting Research 42(2): 269312. Denis, David J. and Denis, Diane K. 1995. Performance Changes Following Top Management Dismissals. The Journal of Finance 50(4): 1029-1057. Engel, Ellen, Hayes, Rachel M., and Wang, Xue. 2003. CEO turnover and properties of accounting information. Journal of Accounting and Economics 36: 197–226. Finkelstein, S., & Hambrick, D. C. 1996. Strategic leadership. New York: West. Gamson, W., and Scotch, N. 1964. Scapegoating in baseball. American Journal of Sociology 70:69-76. Grusky, O. 1964. Reply to Scapegoating in Baseball. American Journal of Sociology 70: 7276. Harrison, J. R., D. L. Torres, S. Kukalis. 1988. The changing of the guard: Turnover and structural change in top-management positions. Administration Science Quarterly 33: 211-232.
14
Haveman, Heater. 1993. Organizational size and change. Administrative Science Quarterly 38: 20- 50. Helmich, D. L. (1974). 'Organizational growth and succession patterns', Academy of Management Journal 17: 771-775. Kato, Takao and Long, Cheryl. (2006) Executive Turnover and Firm Performance in China. The American Economic Review, Vol. 96(2); 363-367. Kesner IF, and Sebora TC. 1994. Executive succession: past, present & future, Journal of Management 20: 327-372. Miller, D. 1991.'Stale in the saddle: CEO tenure and the match between organization and environment, Management Science 37: 34-52. Shen, Wei. (2000). Political dynamics within corporate upper echelons and their Impacts on contender and outsider CEO successon. Academy of Management Proceedings BPS: H1. Smith, Frank, Wright, Alan, and Huo, Y. Paul. 2008. Scapegoating Only Works If The Herd Is Big: Downsizing, Management Turnover, And Company Turnaround. International Journal Of Business Strategy 8(3): 72-83. Virany, Beverly, Michael L. Tushman, and Elaine Romanelli. 1992. Executive Succession and Organization Outcomes in Turbulent Environments: An Organization Learning Approach. Organization Science 3: 72-91. Warner, Jeroid B. Watts, Ross L., and Wruck, Karen H. 1988. Stock prices and top management changes. Journal of Financial Economics 20: 461-492. Weisbach, Michael S. 1988. Outside directors and CEO Turnover. Journal of Financial Economics 20: 431-460. Zajac, E. J. and J. D. Westphal. 1996. 'Who shall succeed? How CEO/board preferences and power affect the choice of new CEOs'. Academy of Management Journal 39: 64-90. Zhou, Haiyan, Xiong, Yan and Ganguli. 2009. Does The Adoption of International Financial Reporting Standards Restrain Earnings Management? Evidence from an Emerging Market. Academy of Accounting and Financial Studies Journal 13 Special Issue: 43-56. Zmijewski, M. 1984. Methodological issues related to the estimation of financial distress prediction models. Journal of Accounting Research Supplement: 59-82.
15
(Lampiran)
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
140 0 140 0 140
Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value Tdk Ada Pergantian Pergantian
Internal Value 0 1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted
Step 0
Observed Pergantian
Tdk Ada Pergantian Pergantian
Pergantian Tdk Ada Pergantian Pergantian 0 59 0 81
Overall Percentage
Percentage Correct .0 100.0 57.9
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables not in the Equation Step 0
Variables
Overall Statistics
lnTAssets lnTSales ROA ROE Earnings CurRatio
Score 4.215 6.853 5.770 5.423 1.733 .034 16.398
df 1 1 1 1 1 1 6
Sig. .040 .009 .016 .020 .188 .854 .012
16
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square 94.839 94.839 94.839
Step Block Model
df 6 6 6
Sig. .000 .000 .000
Model Summary Step 1
-2 Log Cox & Snell likelihood R Square a 95.771 .492
Nagelkerke R Square .662
a. Estimation terminated at iteration number 10 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea Predicted
Step 1
Observed Pergantian
Tdk Ada Pergantian Pergantian
Pergantian Tdk Ada Pergantian Pergantian 55 4 8 73
Overall Percentage
Percentage Correct 93.2 90.1 91.4
a. The cut value is .500 Variables in the Equation Step a 1
lnTAssets lnTSales ROA ROE Earnings CurRatio Constant
B -.964 .694 1.282 -.021 -.003 .000 .673
S.E. .421 .354 .289 .010 .002 .022 1.240
Wald 5.239 3.835 19.719 4.566 4.212 .000 .294
df 1 1 1 1 1 1 1
Sig. .022 .050 .000 .033 .040 .998 .588
Exp(B) .381 2.002 3.604 .980 .997 1.000 1.959
a. Variable(s) entered on step 1: lnTAssets, lnTSales, ROA, ROE, Earnings, CurRatio.
17
Multikolinearitas Dependent Variable: X1 Sample: 1 140 Included observations: 140 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
X2 X4 X5 X6 X7
0.001592 1.056309 0.019855 -0.002520 1.01E-05
0.006172 0.018381 0.003452 0.002926 3.78E-05
0.258020 57.46787 5.751351 -0.861282 0.268738
0.7968 0.0000 0.0000 0.3906 0.7885
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.309771 0.289320 1.220456 201.0842 -223.9971 1.913168
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
6.277953 1.447722 3.271387 3.376446 3.314080
Prob. F(15,124) Prob. Chi-Square(15) Prob. Chi-Square(15)
0.9987 0.9982 0.6660
Uji Heterokedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.233619 3.847709 12.17218
Test Equation: Date: 06/14/10 Time: 11:19 Sample: 1 140 Included observations: 140 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X2^2 X2*X4 X2*X5 X2*X6 X2*X7 X4^2 X4*X5 X4*X6 X4*X7 X5^2 X5*X6 X5*X7 X6^2 X6*X7 X7^2
1.630974 -0.000102 0.003447 0.001490 0.003483 -0.000235 -0.008888 0.004800 0.000712 1.69E-05 -0.000142 -0.004399 0.000167 -1.09E-05 5.17E-06 3.55E-09
0.846540 0.001820 0.046659 0.006853 0.008429 0.000655 0.020367 0.007166 0.004369 0.000252 0.000134 0.004070 0.000322 5.56E-05 6.20E-05 3.69E-08
1.926634 -0.056274 0.073869 0.217428 0.413279 -0.357826 -0.436405 0.669859 0.163082 0.067127 -1.055901 -1.080916 0.518531 -0.195318 0.083413 0.096379
0.0563 0.9552 0.9412 0.8282 0.6801 0.7211 0.6633 0.5042 0.8707 0.9466 0.2931 0.2818 0.6050 0.8455 0.9337 0.9234
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.027484 -0.090159 3.925943 1911.215 -381.6210 0.233619 0.998710
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.436316 3.760096 5.680301 6.016488 5.816917 1.926632
18
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5 Pair 6
TAssetR TAssetsN CurRatR CurRatN TSalesR TSalesN ROAR ROAN ROER ROEN EarningsR EarningsN
Mean 6.5714 5.9380 4.1058 4.4805 6.0712 5.1251 .3685 7.2356 2.9651 -68.4097 96.6417 -680.9725
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59
Std. Deviation 1.28733 1.44141 14.87939 21.27662 1.49981 1.70192 1.37474 16.02491 7.17933 217.28386 184.98107 4194.44192
Std. Error Mean .16760 .18766 1.93713 2.76998 .19526 .22157 .17898 2.08627 .93467 28.28795 24.08248 546.06983
Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5 Pair 6
TAssetR & TAssetsN CurRatR & CurRatN TSalesR & TSalesN ROAR & ROAN ROER & ROEN EarningsR & EarningsN
59 59 59 59 59 59
Correlation -.043 -.036 .104 -.008 .090 .056
Sig. .745 .789 .433 .953 .499 .676
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5 Pair 6
TAssetR - TAssetsN CurRatR - CurRatN TSalesR - TSalesN ROAR - ROAN ROER - ROEN EarningsR - EarningsN
Mean .63339 -.37475 .94610 -6.86712 71.37475 777.61424
Std. Deviation 1.97374 26.39403 2.14834 16.09451 216.75736 4188.24839
Std. Error Mean .25696 3.43621 .27969 2.09533 28.21940 545.26350
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper .11903 1.14775 -7.25307 6.50358 .38624 1.50596 -11.06137 -2.67287 14.88747 127.86202 -313.849 1869.078
t 2.465 -.109 3.383 -3.277 2.529 1.426
df 58 58 58 58 58 58
Sig. (2-tailed) .017 .914 .001 .002 .014 .159
19