Ketetapan Hati Dan Nasihat bagi Petobat Muda
(
Jonathan Edwards Pengantar dan penyunting oleh
S t e ph en J. Ni chol s Penerbit Momentum 2005
Copyright © momentum.or.id
Ketetapan Hati dan Nasihat bagi Petobat Muda Oleh: Jonathan Edwards Pengantar dan Penyunting: Stephen J. Nichols Penerjemah: The Boen Giok Editor: Irwan Tjulianto Pengoreksi: Jessy Siswanto dan Irenaeus Herwindo Tata Letak: Djeffry Desain Sampul: Ricky Setiawan Editor Umum: Solomon Yo Originally published in English under the title, Jonathan Edwards’ Resolutions And Advice to Young Converts Copyright © 2001 by Stephen J. Nichols Translated and printed by permission of Presbyterian and Reformed Publishing Co. P.O. Box 817, Phillipsburg, New Jersey 08865, USA. All rights reserved Hak cipta terbitan bahasa Indonesia © 2005 pada Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature) Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia. Telp.: +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275 e-mail:
[email protected] Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) Edwards, Jonathan, 1703-1758. Ketetapan hati dan nasihat bagi petobat muda/Jonathan Edwards, pengantar dan penyunting oleh Stephen J. Nichols, terj. The Boen Giok – cet. 1 – Surabaya: Momentum, 2005. 67 hlm.; 11 cm. ISBN 979-3292-13-X 1. Kehidupan Kristen – Karya-karya Awal hingga Tahun 1800. 2. Kaum Muda – Kehidupan Rohani – Karya-karya Awal hingga Tahun 1800. 3. Pertumbuhan Rohani – Karya-karya Awal hingga Tahun 1800. 2005
248.4’858 – dc21
Cetakan pertama: September 2005 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan nonkomersial dengan jumlah tidak sampai satu bab.
Copyright © momentum.or.id
Daftar Isi (
Daftar Ilustrasi Pengantar Ketetapan Hati Nasihat bagi Petobat Muda Daftar Bacaan Lebih Lanjut
6 7 29 49 64
Copyright © momentum.or.id
Daftar Ilustrasi (
1. Jalan Utama, Northampton, tahun 1786 11 2. Jonathan Edwards Memorial 38
Copyright © momentum.or.id
Pengantar (
BUKLET INI MERUPAKAN gabungan dari dua naskah unik karya rohaniwan Kristen terke‐ muka di Amerika dari zaman kolonial, Jona‐ than Edwards. Naskah pertama bertajuk Kete‐ tapan Hati (Resolutions) yang ditulisnya pada periode 1722‐1723. Tatkala menuliskan ketu‐ juh puluh ketetapan hatinya itu, Edwards se‐ dang dalam proses menyelesaikan studi dan pelatihan kependetaannya, serta sedang ber‐ siap‐siap untuk menunaikan panggilan hidup‐ nya. Ia memanfaatkan kesempatan untuk seje‐ nak merenungkan bagaimana dan seperti apa kehidupan yang hendak dijalaninya kelak. Dengan cara khas yang kelak akan me‐ nandai seluruh perjalanan karirnya, ia meng‐ ambil penanya dan – pada saat‐saat teduh yang diluangkannya dari harinya yang sibuk – menyusun sejenis pedoman, sebuah sistem
Copyright © momentum.or.id
8
PENGANTAR (
evaluasi yang akan dipakainya untuk meren‐ canakan kehidupannya – relasinya, pembicara‐ annya, hasratnya, aktivitasnya. Singkat kata, melalui ketetapan‐ketetapan hatinya tersebut Edwards seakan‐akan hendak menasihati diri‐ nya sendiri. Naskah kedua yang bertajuk Nasihat bagi Petobat Muda (Advice to Young Converts) juga tidak jauh berbeda dengan naskah pertama. Naskah ini juga berisi sejumlah nasihat ke‐ pada orang muda, namun dituliskan dalam bentuk sebuah surat. Dan Edwards, yang ke‐ tika itu telah bertambah bijaksana, mendapat panggilan untuk membimbing orang lain. Se‐ kalipun tidak seluas cakupan Ketetapan Hati, surat ini pun memuat sejumlah besar nasihat dan pemikiran untuk dapat mencapai hidup Kristen yang berkelimpahan. Surat tersebut di‐ tulis pada sebuah periode yang menakjubkan dari zaman kolonial dan zaman Edwards hi‐ dup, periode yang dikenal sebagai masa Keba‐ ngunan Besar (the Great Awakening), yang berlangsung sekitar tahun 1740‐1742. Dalam surat tersebut, Edwards menuliskan sembilan belas pokok pikiran untuk dijadikan bahan pe‐
Copyright © momentum.or.id
) PENGANTAR
9
renungan oleh Deborah Hatheway. Surat ter‐ sebut bukan sekadar menawarkan sejenis nasi‐ hat sesaat bagi Deborah, tetapi juga nasihat permanen bagi generasi selanjutnya. Sebagai‐ mana kesimpulan seorang pakar baru‐baru ini, surat tersebut “telah menjadi sebuah karya klasik Kristen.” Tak satu pun dari kedua karya tersebut yang naskah aslinya masih bertahan. Sekali‐ pun demikian, kedua naskah tersebut telah di‐ reproduksi dan dicetak ulang secara luas se‐ lama kurun waktu tiga abad ini. The American Tract Society telah menyebarluaskan beratus‐ ratus ribu salinan naskah bertajuk Nasihat bagi Petobat Muda sepanjang abad ke‐19, sementara naskah bertajuk Ketetapan Hati telah menga‐ lami pencetakan ulang sepanjang tahun 1700‐ an. Kedua naskah tersebut telah diproduksi ulang dalam bentuk buklet ini bagi generasi baru petobat muda, dengan revisi minimal un‐ tuk menyempurnakan tata bahasanya, dengan harapan agar kata‐kata Edwards ini terus di‐ pakai oleh Allah untuk meneguhkan kita da‐ lam mengarungi “kehidupan Kristen” kita.
Copyright © momentum.or.id
10
PENGANTAR (
Toko‐toko buku masa kini telah dibanjiri dengan berbagai buku “pedoman” (how to). Namun demikian, nasihat Edwards kepada Deborah Hatheway dan dirinya sendiri, tetap memiliki kelas tersendiri. Nasihat Edwards yang lugas dan alkitabiah menolong kita un‐ tuk bangkit dan mengembalikan fokus kita ke‐ pada Kristus dan firman‐Nya sebagai satu‐ satunya penuntun bagi langkah hidup kita. Kehidupan Jonathan Edwards Terlahir pada tanggal 5 Oktober 1703, Jona‐ than Edwards dibesarkan dalam sebuah ke‐ luarga pendeta di East Windsor, Connecticut. Pada usia 13 tahun, ia menempuh pendidikan di Yale, meraih gelar sarjana muda pada tahun 1720 dan gelar masternya pada tahun 1723. Pada periode tahun 1722‐1723 ia menggem‐ balakan sebuah gereja Presbiterian di kota New York, sebelum kemudian kembali ke Yale untuk menjadi tenaga pengajar selama beberapa tahun ajaran. Pada tahun 1727 ia memenuhi panggilan untuk melayani sebagai
Copyright © momentum.or.id
Gambaran mengenai Jalan Utama, Northampton, Massachussets, 1786. Gambaran oleh Maitland de Gorgoza
) PENGANTAR
11
Copyright © momentum.or.id
PENGANTAR (
12
pendeta pembantu di Northampton Congrega‐ tional Church di Massachusetts. Setelah wafatnya Solomon Stoddard, Ed‐ wards mengemban jabatan pendeta di North‐ ampton pada tahun 1729 hingga tahun 1750. Dalam kurun waktu tersebut, ia telah ber‐ peran sebagai katalis bagi serangkaian keba‐ ngunan rohani pada pertengahan tahun 1730‐ an maupun Kebangunan Besar yang terjadi pada tahun 1740‐1742. Ia juga mempublikasi‐ kan sejumlah khotbah dan eksposisi, termasuk karyanya yang bertajuk Risalah mengenai Afeksi Religius (A Treatise Concerning Religious Affec‐ tions) * pada tahun 1746. Melalui berbagai khotbah dan karya tulisnya, Edwards segera memperoleh reputasi internasional sebagai pendeta, theolog, dan intelektual paling terke‐ muka di koloni tersebut. Ironisnya, Edwards dibebastugaskan dari mimbar gereja Northampton pada tahun 1750. Ia kemudian pindah ke Stockbridge, sebuah kota perbatasan di Massachusetts, di mana ia melayani sebagai pendeta di sebuah pos peng‐ *
Suatu versi ringkas telah diterbitkan dengan judul Pengalaman Rohani Sejati (Surabaya: Momentum, 2003).
Copyright © momentum.or.id
) PENGANTAR
13
injilan bagi Suku Asli Amerika Mohawk dan Mohican. Ia terus menulis, mempublikasikan sejumlah karyanya seperti Kebebasan Kehendak (Freedom of the Will, 1754) dan Dosa Asal (Origi‐ nal Sin, 1758). Sebuah dewan sekolah yang mengelola College of New Jersey – cikal bakal Princeton University sekarang ini – meminta kesediaan Edwards untuk menjadi rektor. Pada tahun 1758, Edwards menyatakan kesediaannya un‐ tuk memangku jabatan tersebut. Namun ha‐ nya beberapa bulan sesudahnya, ia menderita sakit akibat reaksi negatif dari vaksin cacar yang disuntikkan ke dalam tubuhnya, hingga akhirnya meninggal dunia pada tanggal 22 Maret tahun itu juga. Edwards meninggalkan 11 orang anak dan 72 orang cucu, serta mewariskan sejumlah karya tulis yang sebagian besar di antaranya diterbitkan setelah kematiannya. Melalui ber‐ bagai karya tulisnya ini Edwards terus meng‐ genapi panggilan kekalnya untuk menggem‐ balakan gereja Tuhan.
Copyright © momentum.or.id
PENGANTAR (
14 Ketetapan Hati
Edwards menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya di Connecticut River Valley. Semen‐ jak ia dilahirkan pada tahun 1703 hingga ta‐ hun 1750, ia terus‐menerus tinggal di sekitar Connecticut River, baik di Connecticut mau‐ pun Massachusetts, kecuali untuk masa bebe‐ rapa bulan pada tahun 1722‐1723. Jonathan muda meninggalkan rumah dan kampung ha‐ lamannya demi menjawab panggilan untuk melayani sebuah gereja kecil Presbiterian di kota New York. Tugas pelayanannya yang baru itu menempatkan dia di sebuah wilayah yang kemudian dikenal sebagai jalan Broad dan Wall. Petualangan bukanlah hal yang asing bagi Edwards. Ketika menjadi mahasiswa di Yale, ia pernah beberapa kali berpindah tempat mengikuti institusi tempatnya belajar itu, bu‐ kan hanya karena Yale belum menemukan tempat yang permanen, namun juga untuk menghindari bentrokan dengan tentara yang pada akhirnya terlibat konflik dalam Perang Tujuh Tahun (Seven Years’ War) itu. Maka Ed‐ wards yang ketika itu berusia 19 tahun men‐
Copyright © momentum.or.id
) PENGANTAR
15
dapati dirinya berada di lingkungan yang ba‐ ru, situasi yang baru, dan tanggung jawab baru yang lebih berat. Saat dihadapkan pada tantangan yang baru itu, Edwards – mengikuti pola yang se‐ lama ini dilakukannya dan terbukti berhasil mengasah kehidupannya – memutuskan un‐ tuk kembali menulis. Sebagaimana kaum Pu‐ ritan yang menjadi para pendahulunya, Ed‐ wards memulainya dengan menulis sebuah buku harian (diary) yang dimaksudkannya un‐ tuk menjadi jendela bagi jiwa dan akal budi‐ nya yang terdalam, sebagai sarana untuk mengevaluasi relasinya dengan Kristus dan mengontrol kondisi spiritualnya. Ia pun mulai menulis serangkaian pedoman, bukan sekadar untuk mengevaluasi kehidupannya, namun sekaligus juga merumuskan tujuan hidupnya. Pada dasarnya, berbagai karya tulisnya itu berfungsi sebagai pernyataan misi pribadinya. Edwards membuka karya tulisnya yang bertajuk Ketetapan Hati itu dengan sebuah kali‐ mat pengakuan: “Saya tidak mampu melaku‐ kan apa pun tanpa pertolongan Allah.” Ia ter‐ bukti telah menjadi siswa berprestasi saat me‐
Copyright © momentum.or.id
16
PENGANTAR (
nempuh pendidikannya di Yale, lulus dengan nilai tertinggi ketika meraih gelar sarjana mu‐ danya, dan kembali menjadi yang terbaik saat meraih gelar masternya. Meski sedemikian berbakat, cerdas, dan kompeten di bidangnya, Edwards tetap saja menyadari kebergantung‐ an mutlaknya pada Allah, dan inilah yang menjadi inti bagi sejumlah pokok bahasan da‐ lam Ketetapan Hati. Tanpa bermaksud merasio‐ nalisasi kebutuhannya akan pertolongan, Ed‐ wards sepenuhnya menyadari bahwa segala hal yang dapat dilakukannya untuk memper‐ kenan Allah atau segala prestasi yang mung‐ kin dicapainya itu semata‐mata merupakan karya Allah yang telah berkenan bekerja di da‐ lam dirinya. Meski demikian, Edwards juga mengakui perlunya ia mendisiplinkan diri. Saat membaca Ketetapan Hati, Anda tidak mungkin tidak menangkap tekad Edwards untuk mengontrol setiap aspek kehidupannya. Semangat ini mewarnai seluruh karya tulisnya itu. Tidak ada satu aspek pun yang terluput dari perhatiannya. Ia memperhatikan semua‐ nya, mulai dari hal makan dan minum hingga berbicara, dari hal berdoa dan membaca Alki‐
Copyright © momentum.or.id
) PENGANTAR
17
tab hingga relasinya dengan keluarga, dari ke‐ hidupan rohaninya hingga hasratnya yang ter‐ dalam – tidak ada satu hal pun yang tidak di‐ bongkarnya. Menuruti ajaran Rasul Yakobus, Edwards bahkan juga memperhatikan lidah, bagian tubuh yang kecil namun memiliki pe‐ ran yang begitu penting itu. Edwards menya‐ dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh lidah dan masalah besar yang dapat diakibat‐ kannya, dan ia menuliskan sejumlah resolusi sehubungan dengan pengendalian bagian tu‐ buh yang sulit dijinakkan ini. Ketetapan Hati juga menyingkapkan tekad Edwards untuk membawa setiap aspek kehi‐ dupannya ke bawah kuasa ketuhanan Kristus dan menyandarkannya ke dalam kuasa ke‐ daulatan Allah. Orang Yunani kuno mengenal istilah summum bonum atau kebajikan terting‐ gi. Istilah tersebut bermakna bahwa sekalipun ada banyak kebajikan yang untuknya sese‐ orang layak hidup, namun ada satu di antara‐ nya yang terbaik, yang tertinggi, yang meng‐ atasi semua kebajikan lainnya. Bagi Edwards, secara umum, pertanyaan pertama dalam Katekismus Westminster secara tepat mengena
Copyright © momentum.or.id
18
PENGANTAR (
pada jawaban itu. Kebajikan tertinggi yang layak dilakukan oleh setiap manusia – atau dalam bahasa katekismus disebut sebagai tu‐ juan utama hidup manusia – adalah “memu‐ liakan Allah dan menikmati Dia untuk sela‐ ma‐lamanya.” Banyak ketetapan hati Edwards yang merefleksikan upayanya untuk membuat pernyataan universal ini menjadi konkret dan spesifik dalam kehidupan pribadinya. Ia rindu agar Kristus boleh berotoritas dan Alkitab da‐ pat menjadi prioritas dalam setiap langkah hi‐ dupnya. Ia ingin agar hidupnya – tepatnya hari‐hari, minggu‐minggu, dan bulan‐bulan hidupnya – tidak dibuang percuma bagi hal‐ hal yang lain, sekalipun hal‐hal itu baik ada‐ nya. Sebaliknya, ia menginginkan hanya yang terbaik dan mempersembahkan dirinya hanya untuk itu. Edwards mencantumkan tanggal pada pe‐ nulisan ketetapan hatinya itu mulai dari tang‐ gal 18 Desember 1722, tepatnya pada resolusi nomor 35, pada tanggal itu pula ia mulai me‐ nulis buku hariannya. Ia menyelesaikan penu‐ lisan resolusi itu pada tanggal 17 Agustus 1723. Ketetapan hati yang ditulis sebelum Ed‐
Copyright © momentum.or.id
) PENGANTAR
19
wards mulai mencantumkan tanggal kemung‐ kinan besar ditulisnya hanya sesaat sebelum itu. Ia pergi ke New York pada bulan Agustus 1722 dan tinggal di sana hingga bulan April 1723. Semenjak saat itu hingga musim gugur tahun 1723, Edwards tinggal di rumah kera‐ batnya di East Windsor, sembari menulis tesis masternya dan berkhotbah di berbagai gereja. Dengan demikian, Ketetapan Hati dibuat pada masa transisi dalam kehidupan Edwards. Ia sedang berpindah dari masa‐masa pembelajar‐ an dan pembentukan sebagai seorang siswa kepada masa di mana ia akan mengawali pro‐ fesinya sebagai seorang theolog sekaligus hamba Tuhan. Di sepanjang perjalanan hidup‐ nya, Ketetapan Hati telah menjadi sahabat setia‐ nya. Edwards mengawali Ketetapan Hati de‐ ngan nasihat: “ingat untuk membaca daftar se‐ kali seminggu.” Sepertinya nasihat ini pun layak dituruti. Ketetapan Hati masih tetap rele‐ van hari ini, seperti juga saat pertama kali Edwards menuliskannya berabad‐abad silam. Membacanya secara teratur pasti akan sangat
Copyright © momentum.or.id
20
PENGANTAR (
menolong kita untuk hidup sungguh‐sungguh demi kehormatan dan kemuliaan Allah. Nasihat bagi Petobat Muda Setelah meraih gelar masternya, selama bebe‐ rapa tahun Edwards mendedikasikan dirinya sebagai tenaga pengajar di Yale hingga tahun 1727, saat ia pindah ke Northampton. Ia lalu membaktikan sebagian besar waktu pelayan‐ annya di Northampton hingga tahun 1750. Selama melayani di Northampton, Edwards mengalami banyak peristiwa suka maupun duka bersama jemaat gerejanya. Satu peristi‐ wa yang patut dicatat tentu saja, adalah peris‐ tiwa ketika Edwards menuliskan surat ini, pe‐ ristiwa yang dikenang sebagai Kebangunan Besar itu. Selain Perang Revolusi (Revolutionary War), Kebangunan Besar tampaknya merupa‐ kan peristiwa terpenting pada zaman kolonial itu, dan peristiwa tersebut mengindikasikan masa paling sibuk dalam kehidupan Edwards. Sekalipun ada begitu banyak tugas menanti‐ kannya, Edwards tetap meluangkan waktu
Copyright © momentum.or.id
) PENGANTAR
21
untuk menulis surat yang cukup panjang ke‐ pada seorang gadis Kristen dari kota Suffield, Connecticut. Untuk sesaat lamanya gereja di Suffield memang tidak memiliki gembala. Na‐ mun sesekali gereja itu mendapat kunjungan dari para hamba Tuhan yang cukup memiliki reputasi. George Whitefield pernah berkhot‐ bah di Suffield ketika ia melakukan perjalanan ke koloni‐koloni New England pada tahun 1740. Dan pada bulan‐bulan musim semi ta‐ hun 1741, Jonathan Edwards juga mengun‐ jungi dan menyampaikan khotbah kepada je‐ maat gereja itu. Beberapa bulan kemudian, saat Deborah Hatheway seorang gadis muda anggota gereja tersebut, membutuhkan bim‐ bingan rohani, ia mencari pendeta dari North‐ ampton ini. Edwards yang terkenal dengan kehebat‐ annya sebagai pengkhotbah – seperti terlihat dari khotbahnya yang berjudul Orang Berdosa di Tangan Allah yang Murka (Sinners in the Hands of an Angry God) dan sebagai penulis – seperti terbukti dari bukunya yang bertajuk Risalah mengenai Afeksi Religius (A Treatise Con‐ cerning Religious Affections), Sejarah Karya Pene‐
Copyright © momentum.or.id
22
PENGANTAR (
busan (History of the Work of Redemption), dan Kebebasan Kehendak (Freedom of the Will) – me‐ nunjukkan di sini, dimensi lain kehidupannya, yakni kemauannya yang besar untuk memper‐ hatikan kehidupan rohani orang lain dan ke‐ mampuannya untuk dengan lemah lembut dan sabar menggembalakan umat Tuhan yang masih muda. Di sini kita melihat keberadaan Edwards sebagai seorang pendeta, yang de‐ ngan sungguh‐sungguh memperhatikan orang‐ orang yang membutuhkan bimbingan dan per‐ tolongannya. Saat menerima permintaan Nona Hatheway, ia tidak menilainya lebih remeh daripada mempersiapkan khotbah, menulis buku, atau bertukar pikiran dengan para kole‐ ganya yang berasal dari Boston atau Skotlan‐ dia. Edwards dikenal sebagai seorang theolog terkemuka Amerika, dan di sini kita melihat dia dengan sabar membimbing seorang Kris‐ ten yang masih muda dalam menapaki kehi‐ dupan Kristennya. Setelah memberikan sedikit pengantar, Edwards menuliskan 19 pokok pikiran sebagai nasihat. Beberapa tema yang sangat prinsipil muncul dalam surat itu. Pertama, Edwards
Copyright © momentum.or.id
) PENGANTAR
23
menekankan pentingnya kesadaran dan kepe‐ kaan terhadap dosa. “Sekalipun Allah telah mengampuni dan melupakan dosa‐dosa Anda,” demikian ia menulis, “Anda sendiri jangan pernah melupakannya.” Tujuan Ed‐ wards bukanlah untuk membiarkan Deborah, atau kita semua dalam hal ini, terperangkap dalam jerat dosa dan berada dalam keadaan tertekan karena ingatan akan masa lalu kita. Sebaliknya, ia memperingatkan Deborah de‐ ngan menasihatinya untuk tidak “memboros‐ kan waktu dan tenaga[nya] dengan terus mengingat dan memusingkan pengalaman masa lalu.” Apa yang mau ditekankan Ed‐ wards ialah agar Deborah dan kita semua bo‐ leh menjadi rendah hati, oleh ingatan akan ke‐ limpahan anugerah Allah yang telah menebus kita dari dosa. Kesadaran akan dosa secara demikian ju‐ ga berguna untuk mengingatkan kita tentang kebutuhan kita untuk selalu mewaspadai tipu daya dosa, yang paling halus sekalipun, yang berusaha merangkak masuk ke dalam kehi‐ dupan kita dan mengakar di dalam hati kita, terutama setelah kita bertobat. Maka Edwards
Copyright © momentum.or.id
24
PENGANTAR (
– menuruti nasihat Rasul Paulus dalam Filipi 3:12‐14 – mengingatkan kita untuk mengerja‐ kan dengan sungguh‐sungguh karya Kristus di dalam hidup kita. Mungkin hal paling me‐ nyentuh dari surat tersebut tercermin pada nasihat Edwards yang ke‐18, di mana Ed‐ wards membagikan kesaksiannya tentang ba‐ gaimana Kristus melawat kita yang bagaikan kanak‐kanak yang tidak berdaya, menyucikan kita dalam darah‐Nya, dan membungkus kita dalam kebenaran‐Nya (His righteousness). Kesadaran akan dosa selayaknya juga membuat kita mengucap syukur kepada Allah dan merealisasikan ucapan syukur kita itu me‐ lalui pelayanan kita bagi‐Nya. Edwards tidak pernah jemu mengingatkan Deborah Hathe‐ way akan “kewajiban”‐nya dan mendorong‐ nya untuk dengan sungguh‐sungguh melaku‐ kan kewajibannya untuk berdoa, mengikuti sakramen, beribadah kepada Allah, serta me‐ layani dan memperhatikan sesama. Edwards juga mengingatkan Deborah akan kewajiban‐ nya untuk hidup sedemikian rupa, sehingga Kristus boleh dinyatakan di dalam hidupnya. “Jangan pernah memberi kesempatan kepada
Copyright © momentum.or.id
) PENGANTAR
25
para penghujat agama,” demikian ia dengan serius berkata, “untuk mengatakan bahwa para petobat baru ini tidak lebih baik daripada orang lain.” Tema terakhir dalam surat itu berkaitan dengan otoritas gereja dan keterlibatan Debo‐ rah di dalamnya. Ia bukanlah milik dirinya sendiri, hidup tersendiri, atau berdiri sendiri. Sebaliknya, ia adalah milik tubuh Kristus, dan melalui surat tersebut Edwards mengingatkan Deborah bahwa ia hidup dalam komunitas mi‐ lik Kristus dan menjadi anggota tubuh Kristus. Edwards menutup surat tersebut dengan mengarahkan perhatian Deborah pada peker‐ jaan Allah di luar wilayah gereja di Suffield dan meneladankan kebergantungannya sen‐ diri pada tubuh Kristus dengan cara meminta kesediaan Deborah untuk berdoa baginya. Selain sejumlah tema besar itu, Edwards juga menambahkan beberapa nasihat umum seperti, “Saat Engkau mendengar berita fir‐ man, tujukanlah berita itu kepada dirimu sen‐ diri.” Ia juga menuliskan hal‐hal praktis, se‐ perti nasihatnya kepada Deborah jika hendak menasihati teman sebayanya. Ia dengan bijak
Copyright © momentum.or.id
26
PENGANTAR (
menasihati Deborah agar tidak menempatkan diri pada posisi superior, tetapi justru mem‐ berikan kesaksian tentang ketidaklayakan diri‐ nya sendiri. Surat itu dipenuhi dengan nasihat bijak yang relevan bagi kita, sama seperti bagi Deborah Hatheway. Melalui kedua naskah yang mungkin tak pernah dimaksudkan oleh Edwards untuk menjadi konsumsi publik ini, Edwards melan‐ jutkan kewajibannya untuk menggembalakan umat Tuhan. Bagaimanapun, kedua naskah tersebut menyingkapkan sisi lain dari Ed‐ wards yang selama ini jarang diketahui orang. Hanya sebulan setelah ia menulis surat kepa‐ da Deborah Hatheway, Edwards menyampai‐ kan khotbahnya yang terkenal, Orang Berdosa di Tangan Allah yang Murka. Sebagai karya tulis Edwards yang paling banyak dibaca, naskah khotbah tersebut sekaligus menjadi satu‐satu‐ nya karya tulis Edwards yang akan senantiasa dibaca orang. Di satu sisi, tidak ada yang salah dengan fenomena ini: Orang Berdosa di Tangan Allah yang Murka adalah khotbah yang agung, layak menerima popularitas. Di sisi lain, akan sangat disayangkan jika orang‐orang menge‐
Copyright © momentum.or.id
) PENGANTAR
27
nal Edwards hanya dari Orang Berdosa di Tangan Allah yang Murka. Kedua naskah dalam buklet ini mengungkapkan bahwa masih ada sedemikian banyak pemikiran dan karya tulis sang rohaniwan Kristen zaman kolonial ini. Dan tak pelak, semua ini mengindikasikan fakta bahwa bagi mereka yang rindu untuk mendengar, Jonathan Edwards masih memi‐ liki banyak hal untuk ditawarkan kepada ge‐ reja masa kini."
Copyright © momentum.or.id