1
Keselamatan Diri Anak SMP
KESELAMATAN DIRI ANAK SMP TERHADAP RISIKO TERJADINYA KECELAKAAN DI SEKOLAH Rizkiyani Istifada1, Henny Permatasari2 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Depok, Jawa Barat – 16424 Email:
[email protected] Abstrak Remaja merupakan agregat berisiko yang rentan mengalami kecelakaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku keselamatan diri anak SMP dengan risiko kecelakaan di sekolah. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melibatkan 219 siswa SMP Negeri 10 Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan 56,7% responden dengan pengetahuan tinggi dan 56,5% responden dengan perilaku baik memiliki risiko rendah kecelakaan di sekolah. Hasil uji korelasi menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku keselamatan diri dengan risiko terjadinya kecelakaan di sekolah (p= 0,240, p= 0,585, α= 0,05). Hasil penelitian ini dapat dijadikan evidence based pentingnya diterapkan pendidikan kesehatan mengenai keselamatan diri di sekolah. Kata kunci: anak SMP, kecelakaan di sekolah, keselamatan diri, pengetahuan, dan perilaku.
Abstract Adolescents are the risk aggregate that often have accidents. The purpose of study to examine the relationship between knowledge and behaviour personal safety among student with the risk accidents in school. This study used cross sectional design involved 219 students in SMP Negeri 10 Bekasi. The result showed 56,7% adolescents who high knowledge and 56,5% adolescents who good behaviour have low risk accidents in school. Based on correlation test, there wasn’t relationship between knowledge and behaviour personal safety among student with the risk accidents in school (p= 0,240, p= 0,585, α= 0,05). This study can be used evidence based to apply personal safety education in school.
Keywords: students of junior high school, accidents in school, personal safety, knowledge, and behaviour.
Pendahuluan
menimbulkan cedera. Berdasarkan penelitian,
Remaja merupakan masa peralihan dari masa
cedera menyebabkan 7% kematian di seluruh
anak yang penuh ketergantungan ke masa
dunia (WHO, 2000). Penyebab kematian
dewasa yang mandiri (Dhamayanti, 2004).
karena cedera merupakan penyebab tertinggi
Remaja
rasa
kematian anak umur 7-14 tahun, yaitu sebesar
keberanian untuk mengambil risiko yang
20%-60% (Baser et al., 2007). Cedera tidak
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan di
sengaja (kecelakaan) merupakan penyebab
sekolah,
kematian utama pada anak di sebagian
cenderung
sehingga
menimbulkan
pada
akhirnya
dapat
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.
2
Keselamatan Diri Anak SMP
wilayah dunia (Blum & Nelson-Mmari,
yang terjadi di Indonesia pada beberapa tahun
2004).
ini menunjukkan angka kejadian cedera masih tinggi, termasuk pada remaja awal di sekolah.
Berdasarkan
perkiraan
World
Health
Tahap
perkembangan
ini,
tertarik
remaja
Organization (WHO), cedera mengakibatkan
cenderung
5,8 juta kematian di seluruh dunia, dengan
psikomotorik, seperti berolahraga, bermain
lebih dari tiga juta kematian terjadi di negara-
sepeda, dan mengendarai motor. Jika tidak
negara berkembang (WHO, 2000). Indonesia
diperhatikan
merupakan salah satu negara berkembang
menyebabkan kecelakaan (jatuh) pada anak
yang memiliki prevalensi cedera cukup tinggi.
yang mengakibatkan cedera.
secara
pada
awal
serius,
aktivitas
aktivitas
ini
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 melaporkan bahwa prevalensi nasional cedera
Sejak dini anak-anak di Inggris dan Swedia,
mencapai
sudah
7,5%.
Sebanyak
14
provinsi
diperkenalkan
cara
menjaga
diatas
keselamatan diri, seperti cara menyebrang
prevalensi nasional, salah satunya Jawa Barat
jalan yang benar dan menolak ajakan orang
yaitu sebesar 9.5% (Badan Litbang Depkes,
asing.
2008). Persentase nasional tiga penyebab
dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah
cedera terbanyak adalah jatuh (58,0%),
(Gillham & Thomson, 1996). Pembekalan
kecelakaan transportasi darat (25,9%) dan
sejak dini juga diterapkan di Akron High
terluka benda tajam (20,6%) (Badan Litbang
School
Depkes, 2008). Prevalensi cedera menurut
mengenai pelatihan Resusitasi Jantung Paru
kelompok umur yang menduduki peringkat
(RJP)
tertinggi adalah umur 5-14 tahun yaitu
dilakukan di Norwegia. Anak-anak Norwegia
sebesar 9.1% dan sebanyak 9.3% kasus cedera
mendapatkan tahap pembelajaran mengenai
tertinggi terjadi pada mereka yang masih
keselamatan
sekolah (Badan Litbang Depkes, 2008).
berdasarkan umur. Pendidikan keselamatan
Penyebab tertinggi cedera karena jatuh terjadi
diri yang dilakukan oleh Norwegia dimulai
pada anak sekolah yaitu sebesar 63.0%
pada anak umur enam tahun (Bolig, Wahl, &
(Badan Litbang Depkes, 2008).
Svendsen, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Sumilo dan
Indonesia belum menerapkan pendidikan
Brown (2006), penyebab remaja jatuh disaat
mengenai keselamatan diri pada kurikulum di
aktivitas olahraga memperoleh prevalensi
berbagai sekolah. Pendidikan keselamatan
tertinggi. Hal ini terjadi karena remaja lebih
lebih ditujukan pada sikap dan perilaku untuk
menyukai aktivitas-aktivitas fisik. Fenomena
menjaga
mempunyai
prevalensi
cedera
Pendidikan
New
York,
(Davis,
diri
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.
keselamatan
2012).
diri
mereka Hal
yang
sendiri
dan
sudah
diajarkan
serupa
juga
dikelompokkan
orang
lain.
3
Keselamatan Diri Anak SMP
Pendidikan keselamatan menekankan pada
Pengolahan
pencegahan dan penjagaan diri terhadap
menggunakan program komputer yang terdiri
kecelakaan.
di
dari empat tahap, yaitu tahap editing, coding,
sekolah penting diterapkan untuk mengurangi
processing, dan cleaning. Analisis yang
risiko cedera yang terjadi pada remaja.
digunakan adalah analisis univariat dan
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini
analisis
bertujuan
bagaimana
gambaran dari hasil penelitian, membuktikan
hubungan antara pengetahuan dan perilaku
hipotesa, dan memperoleh kesimpulan dari
tentang keselamatan diri anak SMP dengan
penelitian.
Pendidikan
untuk
keselamatan
mengetahui
data
bivariat,
pada
sehingga
penelitian
memperoleh
risiko terjadinya kecelakaan di sekolah.
Hasil Metode
Hasil penyajian penelitian kuantitatif ini
Penelitian menggunakan desain deskriptif
menampilkan
korelatif. Metode penelitian yang digunakan
karakterisitik demografi, dan menyajikan
adalah metode random sampling, dengan cara
hubungan pengetahuan dan perilaku tentang
mengundi populasi berdasarkan karakterisitik
keselamatan diri dengan risiko kecelakaan.
variabel
penelitian,
siswa yang memiliki nomor absensi ganjil di kelas. Jumlah sampel penelitian ini adalah
Tabel 1 Distribusi Pengetahuan dan Perilaku
219
mengenai Keselamatan Diri dengan Risiko
siswa-siswi
kelas
VIII
dengan
karakterisitk usia 12-15 tahun di SMP Negeri 10 Bekasi.
Variabel
Etika penelitian merupakan hal penting yang diperhatikan
Kecelakaan di Sekolah
pada
sebuah
penelitian.
Penelitian ini menggunakan tiga prinsip etika penelitian, yaitu beneficence (memperhatikan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan), respect for human dignity (memperhatikan
Jumlah
Persentase (%)
Pengetahuan Tinggi Rendah
171 48
78,1 21,9
Perilaku Baik Kurang Baik
115 104
52,5 47,5
Risiko Kecelakaan Tinggi Rendah
100 119
45,7 54,3
martabat), dan justice (keadilan). Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan
mengenai
pengetahuan
dan
perilaku keselamatan diri, serta cedera yang pernah terjadi dalam enam bulan terakhir.
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.
4
Keselamatan Diri Anak SMP
Tabel 2 Distribusi Karakteristik Demografi Variabel
Jumlah
Persentase (%)
111 108
50,7 49,3
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
memiliki risiko rendah kecelakaan di sekolah. Hal ini terjadi pula pada 54 responden (51,9%)
dengan
perilaku
kurang
baik
memiliki risiko rendah kecelakaan di sekolah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,585
Usia 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun
1 88 114 16
5 40,2 52,1 7,3
Suku Betawi Sunda Jawa Batak Lain-lain
47 67 72 12 21
21,5 30,6 32,9 5,5 9,6
dapat
disimpulkan
tidak
ada
perbedaan
proporsi risiko kecelakaan antara siswa dengan perilaku baik dan siswa dengan perilaku kurang baik.
Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
Pekerjaan Orang Tua PNS/ABRI Pegawai swasta Wiraswasta Lain-lain
16 72 107 24
7,3 32,9 48,9 11
Pendidikan Orang Tua SD SMP SMA Perguruan Tinggi
36 48 91 44
16,4 21,9 41,6 20,1
siswa-siswa SMP Negeri 10 Bekasi memiliki pengetahuan tinggi mengenai keselamatan diri dan perilaku baik mengenai keselamatan diri.
Hal
ini
didukung
dengan
faktor
keselamatan diri yang dikemukakan oleh Craven & Hirnle (2003), faktor fisiologis, toleransi dan koping stress, serta faktor
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan
lingkungan mempengaruhi terjadinya cedera
dengan risiko kecelakaan diperoleh sebanyak
pada seseorang. Seluruh siswa SMP pada
97 responden (56,7%) dengan pengetahuan
penelitian ini tidak mengalami gangguan
tinggi memiliki risiko rendah kecelakaan di
fisiologis atau cacat fisik. Kondisi ini
sekolah. Sedangkan, 26 responden (54,2%)
mempengaruhi
dengan pengetahuan rendah memiliki risiko
perilaku siswa SMP dalam aktivitas sehari-
tinggi kecelakaan di sekolah. Hasil uji
hari di sekolah, sehingga sebagian besar
statistik diperoleh nilai p = 0,240 dapat
memiliki pengetahuan dan perilaku baik
disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi
mengenai keselamatan diri.
risiko
kecelakaan
pengetahuan
tinggi
antara
siswa
dengan
dan
siswa
dengan
pengetahuan
dan
Penelitian Kuschithawati, Magetsari, & Ng (2007)
pengetahuan rendah.
tingkat
mengemukakan
lingkungan
sekolah
bahwa
penting
faktor
diperhatikan
Hasil analisis hubungan antara perilaku
dalam upaya keselamatan diri. Lingkungan
dengan risiko kecelakaan diperoleh sebanyak
sekolah tersebut meliputi kepadatan kelas,
65 responden (56,5%) dengan perilaku baik
pencahayaan, serta sarana bermain yang
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.
5
Keselamatan Diri Anak SMP
faktor
bermakna pada perilaku mengenai cara
lingkungan sekolah mempengaruhi tingkat
bermain, waktu bermain, dan tempat bermain
pengetahuan dan perilaku keselamatan diri
pada kelompok yang sudah diberikan promosi
siswa
kesehatan. SMP Negeri 10 Bekasi tidak
memadai.
Peneliti
SMP.
pengamatan
Hal
berkeyakinan
ini
peneliti
didasarkan bahwa
pada
lingkungan
menerapkan
metode
pembelajaran
sekolah termasuk lingkungan aman, terlihat
keselamatan di sekolah, namun cara bermain,
adanya
memadai,
tempat bermain, dan waktu bermain telah
meskipun kepadatan dan pencahayaan di
diatur oleh pihak sekolah, seperti peraturan
kelas masih memiliki kekurangan. Kondisi
sekolah yang ditetapkan. Karena itu, siswa-
lingkungan
ini
siswa memiliki perilaku baik mengenai cara
mendukung terbentuknya pengetahuan dan
bermain, waktu bermain, dan tempat bermain.
perilaku baik pada siswa SMP.
Salah satu faktor ini juga yang menunjukkan
sarana
bermain
sekolah
yang
yang
aman
perilaku baik pada siswa SMP. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian dan
Salah satu temuan pada penelitian ini
Simajuntak (2005) bahwa keselamatan diri di
menunjukkan sebagian besar siswa-siswa
SDK St. Theresia I Surabaya dilakukan sesuai
SMP Negeri 10 Bekasi memiliki risiko rendah
dengan tingkat kematangan anak sekolah. Hal
kecelakaan di sekolah. Hasil penelitian ini
ini juga diperkuat dengan Clark (1999) bahwa
didukung
karakterisitik perkembangan psikososial pada
keselamatan diri yang dikemukakan oleh
remaja usia 11-14 tahun dimulai dengan
Craven
memiliki perubahan pubertas dari masa anak-
fisiologis. Risiko cedera akan terjadi jika
anak menjadi remaja. Peneliti berkeyakinan
sistem fisiologis manusia memiliki gangguan,
perubahan
perbedaan
seperti gangguan sistem muskuloskeletal,
tingkat kematangan anak usia sekolah dasar
neurologis, dan aktivitas. Aktivitas juga
dengan anak usia sekolah menengah pertama.
memiliki peran penting dalam menjaga
Karena itu, siswa SMP memiliki pengetahuan
keselamatan. Kondisi tubuh dalam merespon
tinggi mengenai keselamatan diri.
aktivitas
Sumargi,
Kurniawan,
ini
Sasongko,
mempengaruhi
dengan &
Hirnle
dapat
salah (2003),
satu yaitu
meningkatkan
faktor faktor
kecepatan
seseorang dalam bertindak. Siswa SMP Temuan penelitian menunjukkan pula bahwa
memiliki
perilaku siswa SMP mengenai cara bermain,
khususnya
waktu bermain, dan tempat bermain memiliki
memiliki gangguan (cacat) fisik dan mental.
perilaku baik. Hal ini diperkuat dengan
Hasil observasi peneliti menunjukkan pula
penelitian Permatasari dan Keliat (2011) yang
bahwa siswa SMP memiliki banyak aktivitas
menyatakan
yang
tidak
terdapat
perubahan
sistem
baik.
sistem
Hal
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.
fisiologis
yang
baik,
muskuloskeletal,
tidak
ini
menjadikan
faktor
6
Keselamatan Diri Anak SMP
penyebab risiko kecelakaan rendah pada
Hasil penelitian yang dilakukan Berger dan
siswa SMP.
Mohan (1996) menunjukkan bahwa 44% anak-anak yang hidup di rumah yang tidak
Temuan penelitian ini didukung dengan
aman mengalami cedera. Hampir sebagian
penelitian yang dilakukan oleh Grunbaum,
sekolah memiliki pengawasan yang ketat dari
Lowry, dan Kann (2001) yang menunjukkan
pihak sekolah (guru). Faktor ini pula yang
tingkat aktivitas fisik siswa di sekolah reguler
menyebabkan
lebih tinggi dibandingkan tingkat aktivitas
kecelakaan di SMP Negeri 10 Bekasi, karena
fisik siswa di sekolah alternatif pada Kota
hampir sebagian kejadian cedera pada anak-
Kolumbia. Pada penelitian tersebut, definisi
anak terjadi di lingkungan rumah tempat
sekolah
tinggal yang tidak aman. Hasil penelitian ini
rehabilitasi
alternatif untuk
merupakan siswa
yang
sekolah memiliki
risiko
menunjukkan
pula
rendah
bahwa
terjadinya
siswa
SMP
masalah pada emosi dan sosialnya, sedangkan
memiliki pengetahuan tinggi dan perilaku
sekolah reguler merupakan sekolah umum.
baik. Faktor ini salah satu pendukung yang
Berdasarkan definisi tersebut, SMP Negeri 10
menyebabkan risiko rendah kecelakaan di
Bekasi merupakan sekolah reguler yang
sekolah.
siswanya merupakan remaja pada umumnya. Peneliti berkeyakinan hal ini mendukung
Hasil
terbentuknya emosi yang baik pada siswa
menunjukkan tidak ada hubungan antara
SMP, sehingga memiliki tingkat risiko rendah
pengetahuan tentang keselamatan diri dengan
kecelakaan di sekolah.
risiko kecelakaan di sekolah. Hasil penelitian ini
uji
korelasi
didukung
pada
dengan
penelitian
hasil
ini
penelitian
Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil
Permatasari dan Keliat (2011) bahwa ada
penelitian Kuschitawati, Magetsari, dan Ng
perubahan
(2007), faktor lingkungan rumah tempat
pengetahuan di kelompok intervensi SMA se-
tinggal tidak aman bagi anak merupakan
Depok. Hubungan dan perubahan bermakna
faktor yang paling berperan dalam kejadian
pada komposit pengetahuan siswa SMA
cedera pada anak. Pengawasan orang tua
Depok terjadi pada responden yang diberikan
merupakan faktor yang penting pada anak-
promosi kesehatan keselamatan diri oleh
anak berusia dibawah 15 tahun. Anak-anak
peneliti sebelumnya. Sedangkan, penelitian
usia dibawah 15 tahun memiliki kerentanan
ini tidak melakukan upaya promosi kesehatan
terjadi cedera, karena pada saat tersebut anak-
terlebih dahulu, karena itu menjadikan salah
anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
satu faktor tidak ada perubahan bermakna
tanpa memahami bahaya yang terjadi pada
antara pengetahuan tentang keselamatan diri
bermakna
dirinya.
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.
pada
komposit
7
Keselamatan Diri Anak SMP
dengan risiko kecelakaan di SMP Negeri 10
perubahan bermakna pada komposit perilaku
Bekasi.
di kelompok intervensi SMA se-Depok. Hubungan dan perubahan bermakna pada
Penelitian ini diperkuat pula dengan hasil
komposit perilaku siswa SMA Depok terjadi
penelitian Kuschitawati, Magetsari, dan Ng
pada responden yang diberikan promosi
(2007) yang menunjukkan faktor keamanan
kesehatan keselamatan diri oleh peneliti
dalam rumah dan pengawasan orang tua
sebelumnya. Sedangkan, penelitian ini tidak
memiliki kemaknaan statistik sebagai faktor
melakukan upaya promosi kesehatan terlebih
risiko terjadinya cedera pada anak-anak,
dahulu, karena itu menjadikan salah satu
sedangkan faktor lingkungan luar rumah tidak
faktor tidak ada perubahan bermakna antara
menunjukkan adanya kemaknaan statisitik.
perilaku tentang keselamatan diri dengan
Hasil
risiko kecelakaan di sekolah.
penelitian
penelitian
ini
tersebut bahwa
mendukung
keamanan
dan
pengawasan orang tua lebih berperan penting
Hasil penelitian ini pula didukung dengan
dalam mengurangi tingkat cedera pada anak.
penelitian
Hal ini menjadikan faktor terjadinya risiko
perbedaan perilaku pencegahan cedera pada
rendah kecelakaan di SMP Negeri 10 Bekasi,
siswa sekolah antara sebelum dan setelah
serta tidak ada kemaknaan statistik antara
diberikan perlakuan, sehingga bimbingan
pengetahuan
tentang risiko cedera berpengaruh terhadap
dengan
terjadinya
risiko
Huriah
(2010),
yaitu
adanya
perilaku pencegahan cedera pada anak usia
kecelakaan di sekolah.
sekolah. SMP Negeri 10 Bekasi belum Peneliti menganalisis pula hubungan perilaku
menerapkan metode pembelajaran mengenai
tentang
keselamatan
keselamatan
diri
dengan
risiko
diri
di
sekolah,
hal
ini
kecelakaan di sekolah. Hasilnya adalah
memungkinkan menjadi faktor tidak ada
sebanyak 56,5% responden dengan perilaku
hubungan perilaku keselamatan diri dengan
baik memiliki risiko rendah kecelakaan di
risiko terjadinya kecelakaan di sekolah.
sekolah, sedangkan 43,5% responden dengan
Adanya kerjasama dengan pemerintah dan
perilaku
berbagai instansi terkait merupakan hal
baik
memiliki
risiko
tinggi
kecelakaan di sekolah. Hasil uji korelasi
penting
yang
harus
menunjukkan tidak ada hubungan antara
penerapan metode pembelajaran keselamatan
perilaku tentang keselamatan diri dengan
diri di sekolah. Telah banyak penelitian yang
risiko kecelakaan di sekolah.
membuktikan
adanya
dilakukan
pengaruh
dalam
metode
pembelajaran keselamatan diri dengan risiko Hal ini didukung pula dengan hasil penelitian
kecelakaan di sekolah. Jika pelaksanaan
Permatasari dan Keliat (2011) bahwa ada
metode pembelajaran telah dilakukan dengan
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.
8
Keselamatan Diri Anak SMP
baik, maka risiko terjadinya cedera siswa di
pengetahuan dan perilaku dengan risiko
sekolah menjadi berkurang.
terjadinya kecelakaan di sekolah pada siswa SMP.
Hasil penelitian Bolig, Wahl, dan Svndsen (2009)
menunjukkan
pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data
keselamatan diri penting diberikan di sekolah.
masukan dan sumber informasi bagi perawat
Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan
komunitas
dalam
keperawatan
mengatasi
bahwa
penurunan
prevelensi
dalam
memberikan
preventif
untuk
asuhan menjaga
tingkat cedera anak di sekolah. Sebagai
keselamatan diri di sekolah pada agregat
agregat berisiko, remaja memulai masa
remaja
transisinya dengan mencoba hal baru agar
diharapkan dapat memperluas area penelitan
tidak dianggap sebagai anak-anak. Karena itu,
dengan
upaya pencegahan terhadap kondisi yang
menambahkan karakterisitik penelitian terkait
membahayakan
variabel dependen, seperti jenis cedera yang
seperti
remaja
memberikan
perlu
dilakukan,
pelatihan
mengenai
awal. metode
Penelitian penelitian
selanjutnya berbeda
dan
sering terjadi di sekolah.
pertolongan pertama dan memperkenalkan media
menarik
yang
berisi
materi
keselamatan diri.
Ucapan Terimakasih Kepala
SMP
Negeri
10
Bekasi,
staff
akademika, dan siswa kelas 8 yang membantu
Kesimpulan
proses penelitian ini; Ibu Henny Permatasari,
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dosen pembimbing yang telah memberikan
penelitian, dapat disimpulkan bahwa siswa
bimbingan; Ayah dan Ibu yang selalu
SMP yang berisiko mengalami kecelakaan di
memberikan dukungan motivasi; Seluruh
sekolah, sebagian besar berusia 14 tahun,
pihak
berjenis kelamin laki-laki, bersuku Jawa,
penyusunan penelitian ini.
yang
telah
membantu
dalam
pekerjaan orang tuanya wiraswasta, dan sebagian besar orang tuanya lulusan SMA. Penelitian ini menyimpulkan pula bahwa sebagian
besar
pengetahuan
siswa
tinggi
dan
SMP
memiliki
perilaku
baik
mengenai keselamatan diri, sehingga sebagian besar siswa SMP memiliki risiko rendah
Referensi Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan. (2008). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan.
kecelakaan di sekolah. Hasil uji korelasi
Baser, et al. (2007). Evaluating first-aid
menunjukkan tidak ada hubungan antara
knowledge and attitudes of a sample of
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.
9
Keselamatan Diri Anak SMP
Turkish primary school teachers. Journal
preschool to adolescence (pp. 1-11).
of Emergency Nursing. 33(5). 428-432.
London: Routhledge.
Berger, L.R., Mohan, D. (1996). Injury
Grunbaum, J.A., Lowry, R., dan Kann, L.
control: A global view. New Delhi: Oxford
(2001).
University Press.
behaviors among alternative high school
Blum, R.W., & Nelson-Mmari, K. (2004). The health of young people in a global context. Journal of Adolescent Health, 35,
Bolig,G., Wahl, H.A., & Svendsen, M.V., (2009). Primary school children are able to perform basic life-saving first aid measure. Journal of Resuscitation, 80, 689-692. Clark, M.J. (1999). Community health nursing handbook. Stamford: Appletonn & Lange. R.F.
as
of
compared
health-related with
students
attending reguler high schools. Journal of Adolescent Health, 29, 337-343. Huriah, Titih. (2010). Pengaruh bimbingan
402–418.
Craven,
students
Prevalance
dan
Hirnle,
C.J.
(2003).
Fundamentals of nursing: Human health and function. 4th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
tentang risiko cidera terhadap perilaku pencegahan cidera di Sekolah Dasar Bibis Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta. Jurnal Keperawatan, 1, 2. Kuschithawati, S., Magetsari, R., Ng, Nawi. (2007). Faktor risiko terjadinya cedera pada anak usia sekolah dasar. Berita Kedokteran Masyarakat, 23, 131-141. Permatasari, Henny., dan Keliat, Budi Anna. (2011). Laporan akhir hibah riset UI kelompok berbasis kompetensi. Efektivitas
Davis, Henry. L. (2012). After girl's death,
promosi kesehatan: ”Aman di jalan, aman
mother strives for school CPR training.
di sekolah, nyaman kembali ke rumah.
Journal of Bussines and Economics.
Depok: Universitas Indonesia
Dhamayanti,
Meita.
(2004).
Tumbuh
Sumargi, A.M., Kurniawan, Y., Sasongko,
kembang remaja dan permasalahannya.
J.W., & Simajuntak, E. (2005). Apa yang
Dalam Soetjiningsih (Ed). Kecelakaan
diketahui anak-anak sekolah dasar tentang
pada remaja (pp. 267). Jakarta: CV.
keselamatan dirinya: Studi pendahuluan
Sagung Seto.
tentang pemahaman akan keselamatan diri.
Gillham, B., & Thomso, J.A. (1996). The
Jurnal INSAN, 7, 3.
challenge of child safety research. Dalam
Sumilo, D., & Brown, S.S., (2006). The
B. Gilham & J.A. Thomson (Ed). Child
causes and consequences of injury in
safety: Problem and prevention from
students at UK institutes of higher
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.
10
Keselamatan Diri Anak SMP
education. Journal of Public Health, 120, 125-131. World Health Organization. (2000). Injury: A leading cause of the global burden of diseases. Geneva: WHO.
Keselamatan diri..., Rizkiyani Istifada, FIK UI, 2013.