(
KESELAMATAN DAN KESEHATAN PADA BIDANG
TEKNIK SIPIL Oleh Suprasman 1 Abstrak Keselamatan dan kesehatan kerja pada peketjaan-peketjaan/proyek teknik sipil memerlukan perhatian yang sungguhsungguh dari pihak-pihak terkait dalam perencanan, pelaksanaan kegiatan konstruksi/stuktur industri konstruksi bidang teknik sipil. Melalui perencanaan dan pelaksanaan K3 (keselamatan dan kesehatan keija) yang baik akan menekan terjadinya kccelakaan keija pada proyek, sehingga akan mengurangi akibat kecelakaan kerja seperti kerugian harta benda, cacat maupun meninggal dunia. Dalam upaya mencegah dan menanggulangi kecelakaan ketja telah diterbitkan Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nomor l tahun 1970 dan Keputusan bersama Menteri Pekeijaan Umum dan Menteri Tenaga Ketja Nomor 174/Men/1986, Nomor: 104/KPTS/l986 serta undang-undang lainnya yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Kata kunci: Keselamatan dan Kesehatan kerja, konstruksi dan Teknik Sipil
Pendahuluan Perkembangan penduduk yang sangat cepat dan perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka semakin cepat pula pertumbuhan perkembangan proyek-proyek konstruksi/struktur bangunan bidang teknik sipil. Peningkatan kwantitas proyek-proyek industri konstruksi dengan berbagai bentuk (pola) arsitektur dan penggunaan peralatan yang semakin canggih dan beragam mempunyai potensi rawan kecelakaan pada \Vaktu pelaksanaannya.
1
Penulis adalah Ketua STMIK Riau
s~ Keselamatan Dan Keselwtan Pada Bidang Telcnik Sipil Data kasus k.ecelakaan kerja pada konstruksi menunjukkan kenaikan yang sikni~ dari tahun 1983 sampai dengan tahun 1996 teJah teljadi 27.925 kecelakaan kelja di Indonesiarn dan setiap peningkatan kecelakaan kelja dua kali lipat dari tahun sebelumnya. KeceJakaan kelja dapat menirnbulkan kerugian harta, benda, fisik maupun nyawa. Justru itu perlu diterapkan pola pelaksanaan keseJamatan dan kesehatan kelja pada pekeijaan!proyek konstruksi telmik sipil sehingga keceJakaan kerja dapat ditekan sekecil-kecilnya
Peoyebab Dan Akibat Kecelakaan Kerja 1. Penyebab Kecelakaao Kerja Kecelakaan kelja pada proyek teknik sipil dapat dikareoakan oleh dua fak:tor utama, yaitu: a Unsafe Condition. Y aitu: keadaan kelja yang tidak aman (faktor alat dan lingkungan kerja). b. Unsafe AcJion. Yaitu: Tindakan kerja yang tidak aman (faktor manusia). Dati laporan keceJakaan kerja yang ter:jadi tercatat 200/o disebabkan Unsafe Condition dan 80% dikarenakan Unsafe Action (kurang pengetabuan, kurang keterampilan dan kurang peduli) terbadap keselarnatan kerja Penyebab kecelakan kelja menurut JLO ( International Labor Organization ) adalah: 1. Perencanaan Organisasi a KegagaJan rencana teknis b. Batasan waktu yang tidak sesuai c. Pekerjalkontraktor yang tidak profesional
I
ISSN: 1693 - 9573
I SPEKTRUM, Desember 2006 Volume 4, Nomor 2 b. Penggunaan peralatan yang tidak sesuai c. Kerusakan peralatan d. Tidak adanya alat-alat keselamatan kerja. 4. Manajemen dan Pelaksanaan Pekerjaan a. Tidak cukupnya persiapan pekerjaan b. Tidak cukupnya pengujian peralatan c. Tida·k adanya ketetapan atau kurang instruksi. d. Memperkajakan tanaga kerja yang tidak ahli atau terlatih. e. Tidak cukupnya pengawasan pekerja. 5. Perilaku Kerja a. Tidak betanggug jawab b. Melakukan pekerjaan yang bukan wewenangnya. c. Perilaku kerja yang semborono (ILO:1979)
2. Akibat-akibat Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja dapat menimbulkan akibat antara Jain: a. Pekerjaan terhenti sehingga produksi menurun. b. Kerugian material/peralatan. c. Cedera ringan maupun cacat. d. Maninggal dunia. e. Citra perusahaan menjadi rusak. Akibat kecelakaan kerja terhadap tenaga kerja ( laporan ILO, tahun 1979) No a. b. C.
d. e.
Prosentase (%) 83 5 8
Jenis Akibat Sembuh dapat bekerja kembaJi Cacat sebahagian anggota tibuh Cacat (berkurang) fungsi organ tubuh Cacat total tetap (tidak bisa bekeria lagi) Meninggal dunia
1 3
Dilihat dari bahagian tubuh yang cedera akibat kecelakaan kerja (I aporan ILO , tah un 1979) Anggota Tubub
No a. b. C.
d. e.
Kepala Mata Telinga Badan Lengan
Prosentase (%)
25 2 5 32 16
183
Suprasman, Keselomatan Dan Kesehatan Pada Bidang Teknik Sipil [
g. b..
i. j. k.
Tangau Jari tangan
8 4
Paha
I
Kaki Jari kaki Bagian da1am
6 ]
I
Keselamatan Dan Kesebatan Kerja Pda Bidang Teknik Sipil Keselamatan · dan kesehatan kerja pada pekerjaan struktur/konstruk.si teknik sipil dapat dlbagi sebagai berikut: a Pekerjaan tanah b. Peke.rjaan beton c. Pekerjaan finishing dan pembongkaran
Ad a Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Tanah Pekerjaan tanah pada proyek konstruksi terdiri dari: galian {exeavation), timbunan (embankmen/filling) dan bawah tanah {underground}, ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan daJam pengoperasian peralatan pemindahan tanah adaJah: a Peralatan pemindahan tanah harus dllengkapi dengan sebuah plat petunjuk atau semacamnya yang menunjukan: l _ Berat totallkotor kendaraan 2. Tekanan gandar maksimum dalam hal peralatan yang beroda rantai ( caleJRuar), tekanan tanah, dan.
3. Berat sendiri kendaraan. b. Peralatan pemindahan tanah harus dilengkapi dengan: I. Sinyal lisntrik yang tidsak bersuara 2. Lampu sorot untuk: gerakan maju mundur. 3. Rem-rem mekanik dan rem-rem tangan. 4. Lampu-lampu belakang dan 5. Alat-alat peredam. c. Operator peralatan pemindahan tanah harus dilindungi kab, penahan angin (windscreen) secukupnya terhadap cuaca atau dengan cara-cara lain. d. Peralatan pemindahan tanah dengan kab barus dilengkapi dengan 1. Petunjuk arah, dan 2. Kaca spion yang dipasang pada kedua sisinya
184
I
ISSN: 1693 - 9573
I SPEKTRUM, Desember 2006 Volume 4, Nomor 2 e. Operator peralatan yang menggunakan draglines atau talitali , penarik, harus dilindungi secukupnya terhadap sambaran tali yang terputus f. Bila perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan, para operator peralatan penimbunan harus dilindungi terhadap bagian-bagian muatan yang terjatuh.
Cara Penggunaan Peralatan a. Peralatan pemindahan tanah tidak boleh dihidupkan sebelum semua pekerja barada diternpat yang aman. b. Tidak seorangpun diperkenankan untuk memasuki radius kerja, dan peralatan pemindahan tanah yang sdang bekerja. c. Tindakan pengamanan secukupnya harus diambil untuk mencegah agar pemindahan tanah tidak dijalankan didekat benda-benda yang bersifat konduktor listrik. · d. Pemeriksaan harus dilaksanakan terhadap bagian-bagian yang erat kaitannya dengan keselamatan yang antara lain berupa motor peralatan pemindahan tanah, beroda gigi kemudi, chasis, pisau (blades), tangkai pisau, rantai roda gigi (tracks), kawat, roda katrol, peralatan hydrauhs bagian meter yang bergerak, transmisi , baut, dan bagian-bagian Jainnya. e. Jalan dan jalur pengangkut yang berdebu harus disiram air untuk menjaga pandangan yangjelas. f. Peralatan pemindahan tanah tidka boleh ditinggalkan pada suatu tanjakan dengan mesin yang hidup. g. Sejauh mungkin diusahakan agar peralatan pemindahan tanah tidak ditinggalkan di jalan raya pada malam hari . h. Bila peralatan pemindahan tanah terpaksa harus ditinggal di jalan raya, maka harus diberi tanda-tanda secukupnya berupa lentera, bendera merah, atau alat pengaman lainnya. 1. Orang yang tidak berkepentingan dilarang menumpang pada peralatan pemindahan tanah. J. Pembetulan, pemeliharaan, atau perbaikan tidak boleh dilakukan pada waktu kendaraan berjalan, atau mesin dalam keadaan hidup. k. Plat injak (deck plates) harus bersih dari oli, gemuk, lumpur, atau cairan-cairan lainnya yang dapat membuat tergelincir.
185
Sup~ Keselamallln Dan Kesehatan Pada Btdang Telcm1c Sipil ~
Keselamatan dan Kesebatan Kerja Pada Peketjaan Beton Resiko terjadinya kecelakaan kerja pada pekerjaan beton
sebagai beril-ut 1. Pekerjaan Pembesian a Saat penurunan besi dari truk ke tempat penimbunan. b. Saat pengambilan besi dari tempat penimbunan ke mesin potong. c. Saat pemotongan. d Saat pembengkokan e. Saat pengangkutan ke tempat stock atau ketempat penyetelan. f. Saat penyete1an. 2. Pemasangan .Fonn (bekisting) a Saat pembatuan fonn (bekisting) b. Saat pengangkutan form ke lokasi penyetelan fonn. c. Saat penyetelan fonn (perkuatan). 3. Pengadukan Beton a Site Mixed] (I) Saat penurunan material (PC, pasir, split). (2) Saat penimbangan (hatching). (3) Saat Pengadukan (mixing) ( 4) Saat penuangan ke hopper/bucket talang (chute)
b. Ready Mixed (I) Saat masuk ke job site dan jalan raya (2) Saat transportasi di lokasi (job site) (3) Saat penuangan ke bucket/hopper. talang (chute) 4. Saat Pengangkatan Beton ke Lokasi Pengecoran dengan a Gerobak cor b. Concrete pump
c. Bucket/crane d Talang (chute) 5. Saat Penuangan/pengecoran 6. Saat Pembukaan Form
Resiko-resiko Kecelakaan, Pada Pekerjaan Beton Antara lain: 1. Jatuh dari ketinggian 2. Kejatuhan benda keras
186
I
1SSN: 1693 - 9573
I SPEKTRUM, Desember 2006 Volume 4, Nomor 2 3. Terpukul 4. Formlbekisting roboh 5. 6. 7. 8.
Terkena semprotan beton Terkena debu/abu semen Terkena belt conveyor Terkena mesin-mesin yang berputar/bergerak seperti: Fly - wheel Shaft Gear 9. dan lain-lain.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pekerjaan Beton adalah: 1. Saat Persiapan pengecoran r Periksa kekuatan perancah dan bekisting ,. Hindari kulit bersinggungan langsung dengan semen ,. Usahakan badan tertutup sebanyak mungkin ,. Pakai alat-alat perlindungan diri/pengamanan ,. Pastikan tidak ada kebocoran bekisting. 2. Saat Penuangan r Hati-hati saat penuangan/pembukaan bucket ,. Hati-hati saat penuangan di ujung concrete pump yang sedang bekerja. ,. Hati-hati pada saat transportasi bucket ke lokasi penuangan. ,. Perhatikan kekuatan form sebelum beton dituangkan. ,. Perhatikan kekuatan talang/chute sebelum beton dituangkan. 3. Saat Selesai Penuangan ;.... Bila dengan concrete pump: hati- hati saat penembakan beton terakhir dengan compressor (pastikan seluruh jaringan pipa dan pekerjaan dalam posisi aman). ,. Bersihkan semua alat sehingga tidak ada beton/lapisan bcton yang tertinggal. ,. Simpan dan kembalikan semua peralatan pada tempat yang telah disediakan.
l87
Suprasman, Keselamatan Dan Kesehotan Pada Bidang Telcnik SipilJ
C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pek.erjaan
Finishing dan Pembongkaran. 1. Sifat Pekerjaan Finishing a. Akhir proses dam simultan (bersamaan). - Sehingga fungsi koordinasi sangat penting.
b. Alat bantu (steiger/tangga keija dan bangku ) sering dipakai perkelja berlainan: -
Sehingga sering bergeser lkatan-ikatanlkestabilan sering terganggu.
2. Sifat Pembongkaran Sering planninglpola kerja pembongkaran tidak jelas. Sehingga sering membahayakan.
Penyebab Kecelakaan yang Seriog Terjadi: a. Pekerjaao Finishing:
l. Peletakan alat bantu tidak benar. 2. Penempatan bahan-bahan bongkaran yang tidak benar (sehingga tersandung, menginjak palru, kejatnban, dan sebagainya). 3. Alat bantu tidak benar, pekerja kunmg mengetahui prinsitrprinsip keselamatan kerja, sehingga jatuh dari ketinggian. b. Pek.erjaan Pembongkaran I. PJanning/pola pekeJjaan pembongkaran tidak jelas. 2. Pekeija/pengawas kurang mengawast jala.nnya pembongkaran.
Hal-bal yang Perlu Diperhatikan Pada Pekerjaan Finishing 1. Peralataa Diri: • Gunakan helm pengaman • Pakai sabuk pengaman • Pakai sepatu kelja • Gunakan kaos tangan (bila perlu) 2. Alat Pengaman:
•
Railing
•
Jaring (net)
•
Rambu-rambu
188
ISSN: 1693 - 9573
I SPEKTRUM, Desember 2006 Volume 4, Nomor 2 3. Alat-alat bantu (perancah, tangga, tangga jalan): • • •
Perhatikan perletakannya Cek ikatan-ikatanlsambungan-sambungannya. Patikan posisi/ penempatan/stabil itasnya dalam keadaan a man
Hal-hal yang Perlu Pembongkaran 1. Peralatan Diri:
Diperhatikan
Pada
Pekerjaan
• Gunakan helm pengaman • Pakai sabuk pengaman • Pakai sepatu kezja • Gunakan kaos tangan (hila perlu) 2. Planninglpola pembongkaran harus jelas 3. Matikan aliran listrik/gaslair pada saat pembongkaran 4. Pasar pagar di sekitar gedung yang dibongkar.
Daftar Rujukan Departemen Pekeljaan Umum 1999, Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Bidang Konstruksi . Sekretariat Jenderal Pekezjaan Umum, Jakarta. Bahan-bahan Materi Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, tahun 2000. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nomor I Tahun 1970, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 2003. Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Meteri Tenaga Kerja Nomor 174/Men/1986, dan Nomor 104/KPTS/1986. Bahan Materi Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Teknik Universitas Riau, tahun 1999.
189