Keretakan Sambungan Las Pelat Landas Material 8aja Pada 8antalan Rei KA (Juliarso Gondoprajogo)
KERETAKANSAMBUNGANLASPELAT LANDAS MATERIAL BAJA PADA BANTALAN REL K.A. Juliarso Gondoprajogo Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi Abstract Rail road track should be fulfil certain railway technical specifications such like nominal axle load, rail head's profile form, and it's standard dimension and last but not least that is it's hardness number which should be higher than railway vehicle's steel wheels. Beside that mentioned specifications, the rail road track should be laid on good railroad sleepers. This paper will discuss concerning welding cracks which happened on the welding connection between base plate and rail road steel sleepers. As a result of that welding crack's research which consists of cracks inspection, metal/ographic testing and hardness Vickers testing, it can be conclude that the welding cracks mostly were caused by some lacks of welding works or in other words the welders who did the welding works were under qualified. They did not have a good skill and good knowledge about welding theory. Kata Kunci : Keretakan, sambungan las, pelat landas, bantalan rei K.A.
PENDAHULUAN Kanstruksi jalan rei kereta api bisa mempergunakan bantalan kayu, bantalan betan atau bantalan rei yang terbuat dari pelat baja. Meskipun sebagian besar jalan rei yang ada di Jawa dan Sumatera telah banyak yang mempergunakan bantalan betan, namun di beberapa tempat masih dipergunakan bantalan kayu atau bantalan yang terbuat dari pelat baja. Adapun teknik yang dipergunakan untuk mengikat rei kereta api terhadap bantalan rei yang disebut sebagai alat penambat rei dapat digalangkan dalam dua jenis sistem alat pen am bat, yaitu pen am bat rei jenis baut atau paku baja berulir yang umumnya dipergunakan untuk bantalan rei yang terbuat dari balok kayu dan jenis lainnya adalah alat penambat rei elastis (elastic rail fastening). Alat penambat rei elastik yang banyak dipakai di jalan rei Jawa dan Sumatera adalah alat penambat rei elastik tipe Pandral dan tipe DE-Clip. Sedangkan alat penambat rei jenis baut hanya dipergunakan untuk rei dengan bantalan kayu yang dapat dijumpai pada rei-rei persilangan (rail crossing) dan rei tikungan karena bentuknya yang spesifik maka penggunaan alat penambat rei jenis baut akan lebih mudah untuk menyesuaikan posisi letak baut pengikat rei terhadap bantalan kayu, dimana pengebaran ISSN 1410-3680
terhadap bantalan kayu tersebut dapat dilakukan dengan mudah di lapangan mengikuti bentuk kantur rei tersebut. Akan tetapi untuk jalan rei yang lurus yang kebanyakan sudah menggunakan bantalan betan, tidak dipergunakan lagi alat penambat rei jenis baut seperti pada bantalan kayu. Untuk jalan rei yang lurus dimana letak dan jarak penempatan alat penambat rei sudah mempunyai ukuran yang pasti, penggunaan bantalan betan dengan alat penambat rei elastik lebih efisien. Pelat landas atau base plate adalah pelat baja yang terpasang pad a bantalan rei baik bantalan kayu, bantalan betan atau bantalan yang terbuat dari material baja. Pelat landas terse but berfungsi sebagai tempat tumpuan dipasangnya penjepit rei pada bantalan rei sehingga dapat menjepit rei terhadap bantalan reI. Pada bantalan betan, pelat landas sudah terpasang menyatu dengan bantalan betan, dilakukan bersamaan dengan proses pengecaran bantalan betan tersebut. sedangkan pada bantalan rei yang terbuat dari bahan baja, pemasangan pelat landas terhadap bantalan baja tersebut dilakukan dengan cara pengelasan. Gambar 1 memperlihatkan bantalan rei yang terbuat dari betan (concrete Sleeper), kayu (timber) dan baja (steel) dengan pelat landas (base plate), rei dan alat penambat rei elastik tipe Pandrol.
37
M.P.I. Vol.1 No.3. Desember 2007,37·44
Ccncret~···
sambungan las pelat landas pada bantalan baja tersebut.
. Timber
~M!'~
Gambar2. Rei Dengan Bantalan Baja Dan Alat Penambat Elastik Tipe D.E. Clip
METODE PENELlTIAN
Srect
Metode penelitian terdiri dari empat tahap, yaitu : 1) Pengamatan visual, 2) Pemeriksaan dengan dye penetrant 3) Pemeriksaan metalografi 4) Pengujian kekerasan dengan metode Vickers
Gambar 1. Alat Penambat Rei Elastik Tipe Pandrol Pada Bantalan Beton, Bantalan Kayu dan Bantalan Baja Didalam rangka menjaga prasarana jalan rei agar tetap dalam kondisi baik, diperlukan pemeliharaan dan perbaikan jalan rei , dimana dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi jalan rei dan jembatan secara teratur. Pemeriksaan terhadap fungsi dan kondisi dari alat penambat rei elastis dilakukan dengan mengetokkan palu pada alat penambat rei tersebut atau dengan mempergunakan alat pengungkit untuk mengetahui apakah alat penambat elastik tersebut masih dapat berfungsi menjepit rei ---. dengan baik. Disamping pemeriksaan terhadap alat penambat rei juga dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi lasan pelat landas. Permasalahan yang hendak dibahas dalam tulisan ini ialah adanya keretakan sambungan las pelat landas pada bantalan rei yang terbuat dari material baja. Gambar 2 memperlihatkan rei dengan bantalan yang terbuat dari baja. Oleh karena masalah keretakan sambungan las tersebut berpotensi dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kereta api, maka diperlukan adanya penelitian dan pengkajian terhadap kasus keretakan 38
Sebagai langkah awal dari penelitian ini, dilakukan survei lapangan di lokasi dimana terdapat pelat landas yang mengalami keretakan pada sambungan las, yaitu di Ciwari dan Ciamis Jawa Barat. Pada survei lapangan tersebut dilakukan pemeriksaan secara umum dan secara visual terhadap hasil pengelasan dan kondisi fisik bantalan baja. Dari pemeriksaan secara visual di lapangan dapat dilihat banyak bantalan baja yang kondisinya sudah usang. Untuk bantalan yang sudah kelewat usang telah dibongkar dan tidak dipakai lagi seperti diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Tumpukan Bantalan Baja Yang Usang dan Melengkung
Telah
Penelitian dilakukan terhadap bantalan baja yang masih terpasang dimana dapat dilihat dengan jelas adanya keretakan sambungan las pelat landas pada beberapa bantalan baja yang masih terpasang ISSN 1410-3680
Keretakan
Sambungan
Las Pelat Landas Material Baja Pad a Bantalan Rei KA
tersebut. Kondisi keretakan sambungan las tersebut ada yang bisa dilihat dengan jelas namun ada pula keretakan yang tidak terlalu tampak jelas. Untuk memastikan adanya keretakan yang tidak tampak jelas tersebut, dilakukan pemeriksaan keretakan dengan mengguna kan dye penetrant. Kemudian dilakukan pengambilan sampel satu batang bantalan baja yang masih dalam keadaan baik, satu sampel bantalan baja yang telah mengalami penipisan karena korosi dan tiga batang sampel bantalan baja yang hasil pengelasannya sangat jelek (pengelasan tidak kontinyu, peleburan kurang sempurna dan pengelasan yang mengalami keretakan. Satu batang yang dalam keadaan baik untuk uji kekuatan tarik dan kekerasan, satu bantalan yang tipis untuk dipotong melintang sedangkan tiga batang bantalan baja lainnya untuk pemeriksaan keretakan, pengukuran kekerasan dan untuk diuji metalografi.
(Juliarso Go.ndoprajogo)
Gambar 5. Kampuh Las Tidak melebur Sempurna 3)
Beberapa sambungan las tampak jelas adanya celah atau retak yang cukup lebar seperti diperlihatkan dalam Gambar 6.
HASIL PENELlTIAN Pengamatan
Visual
Dari hasil pengamatan visual terhadap mutu pengelasan didapatkan beberapa fakta sebagai berikut : 1) Kualitas pengelasan pada sebagian besar bantalan baja pada umumnya tidak kontinyu seperti diperlihatkan Gambar 4.
Gambar4. Hasil Pengelasan Yang Tidak Teratur (Kontinyu) 2)
Bentuk kampuh las memperlihatkan tidak sempurnanya peleburan antara logam pengisi dan logam yang disambung, tidak menyatu, Gambar 5.
ISSN 1410-3680
Gambar6. Retak Las Pada Sampel no.3 4)
Terdapat beberapa bantalan yang mengalami penipisan akibat korosi dari ketebalan awal 9 mm, terjadi penipisan hingga 4 mm seperti diperlihatkan pad a Gambar 7 setelah diambil sebagai sampel dan dipotong melintang.
Gambar 7. Potongan Melintang Bantalan Baja Yang Mengalami Penipisan Karena Korosi Pemeriksaan
Dengan Dye Penetrant
Pemeriksaan dengan dye penetrant dilakukan terhadap tiga sampel bantalan baja yang secara visual tampak baik. Langkah pertama ialah pembersihan permukaan las yang hendak diperiksa keretakannya dengan menyemprotkan cairan pembersih (cleaner).
39
M.P.I. Vol.1 NO.3. Desember
2007,37
- 44
Selanjutnya dilakukan penyemprotan kedua dengan cairan dye penetrant dan dibiarkan selama lima hingga sepuluh men it, untuk memberikan kesempatan agar cairan dye penetrant tersebut terserap masuk ke dalam celah atau retakan yang halus. Kemudian dilakukan penyemprotan yang ketiga dengan cairan developer. Bilamana memang ada keretakan meskipun keretakan yang halus yang tidak tampak jelas secara visual, namun dengan cairan developer ini bisa menghisap cairan dye penetrant yang telah masuk kedalam retakan terhisap keluar dari permukaan lasan yang mengalami retak dan cairan dari dye penetrant tersebut akan bereaksi dengan cairan developer dan berubah warna menjadi merah sehingga terjadi garis berwarna merah pada sambungan las yang mengalami keretakan. Dari tiga sampel bantalan baja yang pengelasannya sangat jelek salah satunya (sampel nomor 3) memang sudah tampak retak, sedangkan sampel nomor 4 baru tampak retak setelah diperiksa dengan dye penetrant. Dan sampel nomor 5 setelah dilakukan pemeriksaan sambungan las dengan dye penetrant, ternyata tidak dijumpai adanya keretakan. Pemeriksaan
Metalografi
Pemeriksaan metalografi dilakukan terhadap salah satu sampel yang teridentifikasi retak, yaitu sampel nomor 3 untuk dilihat struktur mikronya. Hasil pemeriksaan metalografi terlihat adanya porositas pada daerah antara base plate dan logam pengisi seperti yang diperlihatkan pad a Gambar 8 berikut ini. Dari gambar ini terlihat bahwa material baja pad a daerah HAZ (Heat Affected Zone) berubah strukturnya dari besi kelabu menjadi besi putih. Dan dapat diamati pula bahwa patahan pada lasan diawali oleh kerusakan struktur mikro pad a daerah ini.
Gambar 8. Struktur Mikro Sampel No. 3 dgn. Sambungan Las Retak
Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan dilakukan terhadap sampel yang retak dengan cara sebagai berikut: a) Lokasi titik pengujian adalah yang diberi tanda garis (a), (b) dan (c) pada Gambar
10. b)
c)
d)
Pengujian dilakukan sepanjang garis mulai dari pelat bantalan baja (bagian bawah) miring ke atas sampai dengan pelat land as (base plate). Jarak garis a terhadap b dan b terhadap c adalah 2 mm dan titik pengukuran kekerasan pad a satu garis, masingmasing berjarak 1 mm seperti diperlihatkan pada Gambar 9. Pengukuran dilakukan dengan metode Vickers (micro hardness Vickers) dengan hasil pengukuran sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1.
Gambar 9. Lokasi Titik-Titik Pengujian Kekerasan Sampel No. 3 Tabel1. Pengujian Kekerasan Sampel NO.3.
Titik
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
HV (Hardness
a 175 175 191 191 243 *) 285 285 270 256 270 320 302 381 340 320 700 *) 548 *) 548 *) 270 175 175 175
Vickers)
c
b
175 168 183 183 161 154 320-) 285 302 302 320 320 455 *) 730 *) 507 *) 220 243 175 175 175
168 175 168 161 168 191 168 200 191 142 168 340 -) 320 270 285 381 765*) 385 340 220 191 183
* ) daerah fusi base plate - lasan ** ) derah fusi bantalan - lasan
40
ISSN 1410-3680
Keretakan
Sambungan
Las Pelat Landas Material Baja Pad a Bantalan ReI KA
(Juliarso Gondoprajoqo)
pengelasan yang baik, apabila dilakukan pengujian tarik maka bagian dari benda kerja tersebut yang akan mengalami patah terlebih dahulu adalah di daerah HAZ yang lebih rapuh dari pada kampuh las.
Dari hasil pengujian kekerasan ini dapat dilihat bahwa pada beberapa titik yang diberi tanda *) dan **) yaitu di daerah heat affected zone (HAZ) mengalami pengerasan yang signifikan, hal ini memperlihatkan adanya perubahan struktur logam baja di daerah HAZ tersebut yang disebabkan laju pendinginan yang terlampau cepat.
PEM8AHASAN Col\jmnllrcryst,ls
Dari kajian literatur mengenai teknik pengelasan, dapat dipelajari tentang pengaruh pengelasan pad a material baja dan beberapa macam faktor penyebab terjadinya cacat pengelasan yang relevan dengan kasus ini serta pencegahan terhadap terjadinya retak dan cacat pengelasan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Pengaruh Pengelasan
L __ Heiit
•...... --...J
.r!{j(;\I~d%O"'-~
fin.
\ srains
(re-cry:'lulllinliol'll
tHAZ.1
Gambar 10. Daerah Pengaruh Panas (HAZ) Terjadinya distorsi tegangan secara berlebihan akibat pengelasan tersebut dapat dihindari atau diperkecil dengan metode dan teknik pengelasan yang benar. 8eberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan antara lain ialah ; pemilihan jenis elektroda las dan pengaturan besarnya arus listrik yang tepat, bentuk kampuh las, urutan pengelasan, kecepatan gerak pengelasan, metode pengikatan benda kerja Gig & fixture), proses pre-heating dan stress releasing dengan cara heat treatment (anealing). Mengingat bahwa rei mendapat beban dari rangkaian kereta api yang relatif berat dan oleh karena menyangkut keselamatan penumpang, maka proses pengelasan pelat andas dengan bantalan rei harus dikerjakan sebaik mungkin. Keretakan dapat terjadi pad a saat pengelasan maupun setelah mendapat beban dari kereta api yang melintasinya. Untuk mengetahui terjadinya keretakan yang tidak dapat terlihat secara jelas, diperlukan pemeriksaan atas hasil pengelasan dengan metode non destructive test (NOT).
Pad a Material 8aja
Pengelasan pada suatu konstruksi baja akan memberikan dampak pada keadaan fisik dari konstruksi baja tersebut. Pengaruh tersebut terutama ialah terjadinya perubahan struktur mikro dari logam baja setelah mengalami proses pengelasan. Daerah yang terpengaruh oleh proses pengelasan ini dinamakan heat affected zone (HAZ). Akibat dari pengelasan dimana logam baja mengalami kenaikan temperatur hingga mencair dan kemudian melebur bersama dengan bagian logam lainnya yang hendak disatukan (dilas) dengan elektrode (filler metal) dan kemudian setelah selesai pengelasan logam baja tersebut mengalami penurunan temperatur secara cepat hingga logam lasan membeku. Penurunan temperatur secara cepat dari temperatur cair hingga logam lasan membeku kembali melalui pendinginan udara bebas ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk struktur mikro dari log am baja yang berdekatan dengan kampuh las. Struktur mikro kristal tersebut mengalami perubahan bentuk dari kristal yang halus menjadi kristal martensit yang kasar. Perubahan struktur kristal terse but akan mengakibatkan terjadinya tegangan atau distorsi pada benda kerja. Selain itu terjadinya perubahan bentuk kristal terse but mengakibatkan sifat fisik dari material pada daerah pengaruh panas (HAZ) yang berdekatan dengan kampuh las tersebut menjadi keras dan rapuh atau mudah retak. Gambar 10 memperlihatkan HAZ, dimana tampak bentuk struktur kristal martensit yang kasar di daerah pengaruh panas. Pada benda kerja dengan hasil ISSN 1410-3680
P.•rnnl plate
--...
Penyebab Terjadinya Retak dan Cacat Las Retak Pada Daerah Las Retak las dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok retak dingin dan kelompok retak panas. Retak dingin adalah retak yang terjadi di daerah las pad a suhu transformasi martensit yaitu sekitar 300 QC, sedangkan retak panas adalah retak yang terjadi pada suhu diatas 550 QC
41
M.P.I. Vol.t
NO.3. Desember
Retak Dingin
2007,37 - 44
(Cold Cracking)
Retak dingin ini bisa disebabkan karena adanya difusi hidrogen dari logam las ke dalam daerah pengaruh panas. Pada waktu logam las masih cair, logam ini menyerap hidrogen dalam jumlah banyak yang dilepaskan dengan cara difusi pada suhu rendah karena pada suhu tersebut kelarutan hidrogen menurun. Hidrogen yang didifusikan ini menyebabkan terjadinya retak di daerah pengaruh panas. Retak dingin pada daerah pengaruh panas yang sering terjadi dapat dilihat pada Gambar 11. Retak dingin utama pada daerah ini adalah retak bawah manik las, retak akar dan retak kaki. Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya retak memanjang dan retak melintang.
Gambar 11. Beberapa Contoh Retak Dingin Retak Panas (Hot Cracking) Pada Logam Las
Retak panas yaitu retak karena pembebasan tegangan pada daerah pengaruh panas yang terjadi pada suhu antara 550 QC - 700 QC. Hot cracking disebabkan karena logam lasan mengalami tegangan (stress) akibat adanya ekspansi dan kontraksi ketika terjadi pembekuan logam lasan. Pendinginan yang terlalu cepat berpotensi terjadinya hot cracking. Pendinginan secara perlahan-Iahan akan mencegah terjadinya hot cracking. Pemanasan pendahuluan (preheating) juga dipergunakan untuk menghambat laju pendinginan pada logam baja berkadar karbon rendah dan baja campuran karbon tinggi. Disamping itu unsur paduan seperti Si, Ni, S dan P dapat mempertinggi kepekaan material baja terhadap retak jenis ini.
42
Gambar 12. Retak Memanjang, Melintang Dan Retak Kawah (Crater Crack) Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah pembekuan selesai, yang dapat berbentuk retak memanjang dan retak kawah seperti diperlihatkan pada Gambar 12. Retak pada kampuh las selain disebabkan karena laju pendinginan yang terlalu cepat (tanpa pemanasan awal) juga dapat disebabkan oleh faktor - faktor lain seperti : ~ Kesalahan dalam pemilihan elektroda atau logam pengisi (filler metal). ~ Kondisi elektroda yang basah atau mengandung uap air. ~ Kerbatasan gerak dari logam untuk dapat memuai dan menyusut. Cacat Manik
Beberapa macam bentuk cacat manik yang dijumpai pada hasil pengelasan pelat landas rei ini dapat dijelaskan sebagai berikut : -< Lebar Manik Tidak Rata : disebabkan oleh karena gerakan elektroda yang tidak tetap. Untuk mendapatkan bentuk manik las yang baik, kecepatan dan gerakan elektroda harus konstan. -< Bentuk Gelombang Manik Tidak Teratur : disebabkan karena gerakan elektroda yang tidak tetap; arus listrik terlampau besar dan sudut elektroda yang tidak tepat. -< Manik Cembung : disebabkan karena arus listrik terlalu kecil dan gerakan ....... elektroda terlalu cepat. -< Manik Cekung : arus terlalu besar dan gerakan elektroda terlalu cepat.
ISSN 1410-3680
Keretakan
Sambungan
yil.tng
Lcbar'
Las Pelat Landas Material Baja Pad a Bantalan Rei K.A. (Juliarso Gondoprajogo)
l;d ...• k
Pencegahan Terjadinya Retak Las :
Si-lrY\U
Untuk menghindari terjadinya retak las perlu dilakukan langkah-Iangkah sebagai berikut: a) Dengan menggunakan fluks yang mengandung karbonat akan dihasilkan gas karbon dioksida yang dapat menurunkan tekanan parsial hidrogen di dalam busur listrik sehingga mengurangi hidrogen difusi. b) Penggunaan CO2, sebagai gas pelindung akan sangat mengurangi terjadinya difusi hidrogen. c) Menghilangkan kristal air yang terkandung dalam fluks. Elektrodaelektroda yang akan digunakan harus dikeringkan terlebih dahulu, misalnya disimpan di dalam lemari pemanas. d) Sebelum mengelas, pada daerah sekitar kampuh las harus dibersihkan dari air, karat, debu, minyak dan zat organik yang dapat menjadi sumber hidrogen. e) Menghindari pengelasan pada waktu hujan atau di tempat dimana daerah las dapat kebasahan. f) Tegangan yang terjadi pada daerah las harus diusahakan serendah mungkin dengan cara pengelasan yang tepat. g) Mencegah retak las dapat dilakukan penurunan kecepatan pendinginan, yaitu dengan memberikan pemanasan mula pad a temperatur antara 50 QC sampai 200 QC atau memberikan pemanasan kemudian pad a temperatur antara 200 QC sampai 300 °C. h) Pemilihan material logam baja dengan kandungan Si dan Ni yang serendah mungkin serta menekan unsur S dan P sesedikit mungkin.
~((((((~(~ !V!:ausk
~elnbung
f_._
c==r---_
[b.-:==J
[L __
--"
Gambar 13. Beberapa Macam Bentuk Cacat Manik Peleburan yang kurang baik ,
f Gambar 14. Peleburan Kurang Sempurna <0{
<0{
Peleburan Kurang Sempurna disebabkan oleh diameter kawat elektroda terlalu besar; arus listrik terlalu kecil ; kecepatan terlalu tinggi sudut ketirusan terlalu keci!' .Cacat Lipatan : disebabkan karena arus listrik terlalu kecil dan sudut atau gerakan elektroda yang kurang tepat Liparan
cdJ '
,".
.'
.. ,: .
Gambar 15. Cacat Lipatan
ISSN 1410-3680
Korelasi Antara Hasil Pemeriksaan Metalografi dan Uji Kekerasan
-'.
Dari hasil pemeriksaan metalografi terhadap daerah lasan (HAZ) pada pelat andas Gambar 8, terlihat adanya perubahan struktur mikro dari besi kelabu menjadi besi putih. Perubahan struktur mikro ini mengakibatkan berubahnya bentuk kristal dan sifat fisik dari material pelat landas baja di daerah HAZ tersebut yaitu bentuk kristalnya kasar dan menjadi keras akan tetapi rapuh sehingga mengakibatkan keretakan. Adanya pembentukan besi putih tersebut menandakan bahwa daerah ini mengalami pendinginan yang cepat setelah proses pengelasan. Hasil pemeriksaan metalografi tersebut mempunyai korelasi dengan hasil uji
43
M.P.1. Vol.1 NO.3. Desember
2007, 37 - 44
kekerasan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1 dimana pada daerah lasan pelat landas di beberapa titik yang diberi tanda (*) dan (**) memperlihatkan angka kekerasan Hardness Vickers (HV) yang relatif tinggi yang artinya bahwa terjadi perubahan struktur logam dengan kristal yang kasar pad a daerah HAZ dimana pad a struktur kristal yang demikian sifat fisik material pelat landas baja menjadi keras akan tetapi menjadi sangat rapuh. Hal ini adalah sesuai dengan teori tentang terjadinya HAZ akibat pengelasan seperti yang telah dibahas sebelumnya dan diperlihatkan pad a Gambar 10.
KESIMPULAN •
•
44
DAFTAR KEPUSTAKAAN 1.
2.
3.
4.
Althouse, AD., Turnquist, C.H., Bowditch, A, Modern Welding, The Goodheart - Willcox Co. Inc. Publishers 1998. Kenyou,W., Basic Welding And Fabrication, Produced By Longman Singapore Publishers Pte Ltd. 1997. Stinchcomb,C., Welding Technology To Day Principle and Practice, Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey 07632, 1989. Wiryosumarto,H.,. Okumura,T., Teknologi Pengelasan Logam, PT Pradnya Paramita Jalan Bunga 98 - 8 A Jakarta13140, 2000.
DAN SARAN
Dari hasil penelitian dilapangan yaitu dengan melihat banyaknya sambungan las pada pelat landas yang mengalami cacat pengelasan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan keretakan, metalografi serta hasil uji kekerasan terhadap beberapa sampel bantalan baja, maka dapat disimpulkan bahwa pengelasan pelat land as terhadap bantalan baja, dilakukan tanpa mengikuti kaidah dan prosedur pengelasan yang benar, dan hasil peneltian tersebut mengindikasikan bahwa pengelasan pelat landas tersebut dikerjakan oleh tukang las yang tidak memiliki keterampilan pengelasan yang balk. Atas dasar hal terse but diatas, maka disarankan agar dilakukan perbaikan sambungan las pada beberapa pelat landas yang mengalami cacat las dan untuk itu diperlukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelasan oleh pengawas yang kompeten
RIWAYAT PENULlS Juliarso Gondoprajogo, lahir di Malang tahun 1948, lulus Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) tahun 1976. Th. 1976-1977 bekerja sebagai Surveyor Biro Klasifikasi Indonesia. Th. 1977-1981 bekerja di PT Boma Stork sebagai PPC Manager. Th. 1982 hingga sekarang bekerja di BPPT, th. 1992-1998 Kasubdit Pengkajian Industri Transportasi, sejak tahun 1998 sebagai Peneliti pad a Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT. Anggota Tim Teknis Pembuatan Prototipe KRL, anggota Tim Studi Standarisasi Kereta Rei Listrik. Anggota Tim Pengkajian Perkembangan Teknologi Kereta Rei Listrik Departemen Perhubungan, anggota Tim Pemeriksa Dan Penguji Pertama KRL-I Produksi PT INKA Madiun. Anggota Tim Penelitian I Evaluasi Penggunaan Penambat Elastis Dan Retakan Pelat Landas Lintas Tasikmalaya - Banjar.
ISSN 1410-3680