KEPASTIAN PEMBELIAN BIOFUEL OLEH PERTAMINA
MARKETING & TRADING DIRECTORATE 14 Juli 2011
AGENDA 1. LATAR BELAKANG IMPLEMENTASI KOMERSIALISASI BBN DI PERTAMINA 2. KOMERSIALISASI DAN ROADMAP BBN PERTAMINA 3. DISTRIBUSI DAN KONTROL KUALITAS 4. KEPASTIAN PEMBELIAN BIOFUEL
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Page 2
LATAR BELAKANG IMPLEMENTASI KOMERSIALISASI BBN DI PERTAMINA
Page 3
LATAR BELAKANG
TARGET ENERGI MIX 2025 (Peraturan Presiden No. 5/2006)
UU No. 30/2007 Tentang ENERGI
Minyak, 20% Gas, 30%
BIOFUELS, 5% Panas Bumi, 5%
EBT,17%
Biomasa, Nuklir, Hydro
Diversifikasi Energi Konservasi Energi
Solar Energy, Tenaga Angin, 5% Coal Liquefaction 2%
Batubara , 33%
Instruksi Presiden No. 1/ 2006 tentang Penyediaan dan Keputusan Presiden No. 10/ 2006 Tentang Pembentukan Tim Nasional Pengembangan BBN untuk Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran
Pemanfaatan BBN (Biofuel) sebagai bahan bakar lain
Peraturan Menteri No. 32 / 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain
Peraturan Presiden No. 45 / 2009 tentang Perubahan Peraturan Presiden No 71/2005 ttg Penyediaan dan Pendistribusian Jenis BBM Tertentu
•BLUEPRINT/ ROADMAP •REKOMENDASI •EVALUASI
IMPLEMENTASI Page 4
PEMERINTAH TELAH MENETAPKAN PENTAHAPAN KEWAJIBAN PEMANFAATAN BIODIESEL DAN BIOETANOL MELALUI PERMEN ESDM No. 32/2008 • BIODIESEL
• BIOETANOL
Page 5
KOMERSIALISASI DAN ROADMAP BBN PERTAMINA
Page 6
PERTAMINA TELAH MENGEMBANGKAN BEBERAPA BRAND PRODUK BIOFUEL
PERTAMINA BIO PREMIUM
▪
Biofuel untuk mesin diesel yang dijual oleh Pertamina terdiri dari campuran Solar and Fatty Acid Methyl Ester (FAME)
▪
Biofuel untuk mesin bensin yang dijual oleh Pertamina terdiri dari campuran Bensin dan Ethanol Unhydrous (purity Ethanol > 99,5% )
Page 7
PEMASARAN DAN DISTRIBUSI BIOFUEL PERTAMINA DIMULAI TAHUN 2006 1. BIO SOLAR Pemasaran perdana tanggal 20 Mei 2006 di Jakarta, dilanjutkan dengan Surabaya dan Denpasar. Launching Bio Solar di Jakarta oleh Bapak Menteri ESDM Bapak Purnomo Yusgiantoro Launching Bio Solar di Jakarta tanggal 20 Mei 2006 oleh Menteri ESDM Bpk. Purnomo Yusgiantoro
2. BIO PERTAMAX Pemasaran perdana tanggal 11 Desember 2006 di Jakarta, dilanjutkan dengan Surabaya, Malang dan Denpasar.
Launching Bio Pertamax di Jakarta tanggal 11 Desember 2006 oleh Deputi Direktur Pemasaran
3. BIO PREMIUM Pemasaran perdana tanggal 13 Agustus 2006 hanya 1 (satu) SPBU di Malang dan dilanjutkan dengan Jakarta
Launching Bio Pertamax dan Bio Solar di Denpasar tanggal 13 November 2007 oleh Presiden RI – Bpk Susilo Bambang Yudhoyono
Page 8
RENCANA ROAD MAP BIOFUEL DENGAN PERMEN ESDM NO. 32/2008 2011 LOKASI: • Jawa • Bali • Sumatra & Kalimantan (Sebagian)
2012 LOKASI: • Jawa • Bali • Sumatra , Kalimantan & Sulawesi (sebagian)
PERTAMINA
2013 LOKASI: • Jawa • Bali • Sumatra • Kalimantan, Sulawesi, NTT & papua (sebagian)
DISUSUN
2014 LOKASI: Seluruh Indonesia (sebagian besar)
Produk:
Produk:
Produk:
Produk:
• BIOSOLAR/
• BIOSOLAR
• BIOSOLAR/
• BIOSOLAR
• BIOPREMIUM
• BIOPREMIUM
• BIOPREMIUM/
• BIOPREMIUM
• BIO PERTAMAX
• BIO PERTAMAX/
• BIO PERTAMAX/
• BIO PERTAMAX
Page 9
SESUAI
ROADMAP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERTAMINA UNTUK MENDUKUNG DISTRIBUSI BIOFUEL Wilayah
2009
2010
2011
2012
2013
Jawa & Bali
Sumatera Kota Besar Seluruh Sumatra Kalimantan Sulawesi Catatan : 1. Seluruh Terminal BBM (TBBM) di Jawa & Bali sudah tersedia infrastruktur Biofuel 2. Sebagian TBBM di Sumatera telah dilengkapi infrastruktur Biofuel yaitu : TBBM Medan Group Medan, TBBM Panjang-Lampung , TBBM Dumai, TBBM Siak-Pekanbaru, TBBM Kertapati – Palembang 3. Kebutuhan biaya pengembangan infrastruktur (tangki, pompa, meter arus, dan pipa) di tempat lainnya (Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi) yang belum dilengkapi fasilitas Biofuel Rp.58.5,Milyar
Page 10
KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENGCOVER DISTRIBUSI BIOFUEL
Area
Kebutuhan
Existing
Improvement
Fuel Retail Marketing Region I
6
3
3
Fuel Retail Marketing Region II
4
2
2
Fuel Retail Marketing Region III
8
8
0
Fuel Retail Marketing Region IV
5
5
0
Fuel Retail Marketing Region V
9
7
2
Fuel Retail Marketing Region VI
4
0
4
Fuel Retail Marketing Region VII
3
0
3
Page 11
PERJALANAN IMPLEMENTASI KOMERSIALISASI BIOFUEL PERTAMINA
Prosentase maksimum FAME dalam Biosolar yang pernah diimplementasikan Pertamina adalah 10 % (B10). Sejak tahun 2010 Pertamina melaksanakan ketentuan Menteri ESDM sebesar 5 % (B5) Prosentase maksimum Ethanol Anhydrus dalam Bio Premium yang pernah diimplementasikan Pertamina adalah 5% (E5). Sejak tahun 2010 Pertamina tidak mendistribusikan Bio Premium karena tidak adanya suplai Ethanol Anhydrus ke Pertamina Prosentase maksimum Ethanol Anhydrus dalam Bio Pertamax yang pernah diimplementasikan Pertamina adalah 5% (E5). Sejak tahun 2010 Pertamina tidak mendistribusikan Bio Pertamax karena tidak adanya suplai Ethanol Anhydrus ke Pertamina
Page 12
REALISASI DISTRIBUSI BIOFUEL PERTAMINA 2006 – 2011 (dalam KL) BIOSOLAR
Update 11 Juli 2011
BIOPREMIUM
BIOPERTAMAX
2006 TOTAL
217,048
1,624
16
2007 TOTAL
555,609
3,776
9,958
2008 TOTAL
931,179
44,016
16,234
2009 TOTAL
2,398,234
105,816
20,232
2010 TOTAL
4,460,825
-
-
2011 TOTAL
3,427,054
-
-
Terjadi shortage supply Ethanol Unhydrous terkait harga ekspor yang lebih menarik, sehingga sejak tahun 2010 Pertamina tidak dapat melaksanakan pendistribusian Bio Premium & Bio Pertamax Page 13
MARKET COVERAGE BIOFUEL
Update 11 Juli 2011
Bio Solar : •SPBU: 15 •Volume 3.878 KL / bln •FAME 194 KL / bln
NAD Bio Solar : • SPBU: 19 • Volume 3.747 KL / bln • FAME 187 KL / bln
Lampung
Sumatera Utara Bali & sekitarnya
Bio Solar : • SPBU: 197 • Volume 43.542 KL / bln • FAME 2.177 KL / bln
Bio Solar : •SPBU: 165 •Volume 13.481 KL / bln •FAME 674 KL / bln
Riau Bio Solar : •SPBU: 54 •Volume 10.633 KL / bln •FAME 532 KL / bln
Sumatera Selatan Bio Solar : SPBU: 27 •Volume 13.908 KL / bln •FAME 695 KL / bln
Jawa Barat Bio Solar : •SPBU: 827, Non SPBU: 5 •Volume 151.902 KL / bln •FAME 7.595 KL / bln
Jawa Timur Bio Solar : •SPBU: 668, Non SPBU: 20 •Volume 89.322 KL / bln •FAME 4.466 KL / bln
Jawa Tengah & DIY DKI Jakarta & Banten Bio Solar : •SPBU: 469, Non SPBU: 43, •Volume 91.290 KL / bln •FAME 4.565 KL / bln
Bio Solar : •SPBU: 663,Non SPBU: 25 •Volume 126.021 KL / bln •FAME 6.301 KL / bln
Total Penjualan: Bio Solar •SPBU: 3213, Non SPBU: 118 •Volume: 547.724 KL/ bln •FAME 27.386 KL/ bln
PROGRAM RISET & PENGEMBANGAN YANG TELAH DILAKUKAN PERTAMINA 1. Pengujian ketahanan Biosolar B10 pada Mesin Genset (kerjasama dengan BPPT) Untuk mengetahui ketahanan unjuk kerja dan mengevaluasi efek lain penggunaan bahan bahan bakar tersebut terhadap mesin
Hasil: • Pada saat penggunaan awal Biosolar B10 perlu dilakukan pengecekan khususnya kebersihan filter agar tidak terjadi kebuntuan. • Pengaturan injection timing perlu di-set mundur (retard) guna meng-optimalkan sifat biodiesel yang mempunyai Cetane Number yang lebih tinggi,. • Campuran Biodiesel sampai dengan maksimum B10 mempunyai karakteristik sangat mirip dengan B0 sehingga pembentukan deposit relatif tidak terjadi. • Penggunaan biodiesel gas buang menjadi lebih bersih dan mesin lebih tahan lama karena biodiesel memiliki sifat pelumasan yang lebih baik terhadap komponen mesin dibanding dengan solar.
2.
Uji Kinerja Biodiesel di Pembangkit Jawa Bali Gresik (kerjasama dengan PLN)
Hasil: 1. Hasil pengujian kehandalan operasi (reliability runtest) baik dalam arti tidak pernah terjadi gagal start, proses turun naik turun beban turbin generator normal, dan selama operasi tidak pernah mengalami trip dari faktor bahan bakar 2. Hasil pengujian unjuk kerja operasi (performance test) selama 10 hari pertama daya mampu maksimum mampu bertahan konstan dan mulai hari ke 11 mulai terjadi penurunan daya mampu rata-rata 0,075 MW/hari dan terjadinya penurunan daya mampu tersebut juga disertai trend kenaikan specific fuel consumption (SFC) rata-rata 0,001 liter/KWH per hari. 3. Hasil pengamatan gas buang masih memenuhi standar baku mutu lingkungan.
3.
Uji dyno dan road test untuk Solar dan Biosolar (B10) (Kerjasama dengan Lemigas
Hasil: 1. Penambahan 10% bahan bakar biodiesel (FAME) ke dalam minyak solar dapat digunakan dan tidak memberi pengaruh negatif yang signifikan kepada operasional kendaraan diesel bahkan pada beberapa parameter penambahan ini justru memberi pengaruh yang sangat positif. 2. Pengaruh negatif terhadap operasional kendaraan diesel dapat terjadi bila kualitas dari bahan bakar biodiesel (FAME) tidak sesuai dengan spesifikasi, sehingga sangat diperlukan sekali pengawasan mutu yang lebih ketat terhadap biodiesel (FAME)
Page 15
DISTRIBUSI DAN KONTROL KUALITAS
Page 16
POLA DISTRIBUSI DAN KONTROL KUALITAS BBN PERTAMINA
Produsen Biofuel (Ethanol & FAME)
Q1
MOBIL FAME / ETHANOL
TANKER FAME
KONSUMEN INDUSTRI
Q2 Inl i ne Bl endi ng Bi o Fuel
TANKER BIO SOLAR (Trial ke PLN)
TANGKI TIMBUN PENERIMAAN/TBBM FAME/ETHANOL
Q4 SPBU
Q3 INSTALASI SOLAR/ PREMIUM/ PERTAMAX
MOBIL BIO SOLAR/ BIO PREMIUM/ BIO PERTAMAX
-Q1: Dilakukan pemeriksaan kualitas oleh Produsen (CoQ) -Q2: Dilakukan pemeriksaan terhadap 7 parameter produk FAME -Q3: Dilakukan pemeriksaan terhadap produk (Solar/Premium/Pertamax) -Q4: Pengambilan sample produk (Biosolar/Biopremium/Biopertamax)
Page 17
KEPASTIAN PEMBELIAN BIOFUEL OLEH PERTAMINA
Page 18
REALISASI PEMBELIAN BAHAN BAKU
35,000
Fame
32,344
30,597
30,156
Realisasi Pembelian FAME (KL) 26,759 24,062
26,052 25,000
22,320 19,330
22,183 17,911 14,999 11,459 8,888
15,000
10,378 8,159 2,440
5,000
Oct -08
Dec -08
Feb -09
Apr -09
Jun -09
20,036
16,910
12,230 8,405 5,095
517 Aug -09
Oct -09
Dec -09
Feb -10
Apr -10
Jun -10
Au g10
Oct -10
764
806
851
881
992
1,074
774
Dec -10
Feb -11
Apr -11
Harga FAME (US$/KL)
1,500
740
716
813
760
807
1,169 1,092
0 Feb-10
Apr-10
350
Jun-10
325
250
213
Aug-10
Oct-10
Dec-10
Feb-11
Ethanol Realisasi Pembelian Ethanol (KL)
191
155 150
104
102 99 99 100
60 47
60
50
20 Apr -08
Ju n08
Oct -08
De c08
Fe b09
Apr -09
Ju n09
Au g09
Oct -09
De c09
0
0 0 Fe b10
0 0 Apr -10
Ju n10
0 Au g10
0 0 0 0 Oct -10
De c10
0 0 0 Fe b11
Apr -11
Page 19 Sumber: Petrocehemical Trading
lancar, namun ada beberapa usulan dari Pertamina mengenai Pola Pembelian FAME, terkait kontrol kualitas, diusulkan pembelian FAME dengan pola VHS, dimana Pertamina akan menyediakan tangki timbun sedangkan pihak suplier bertanggung jawab terhadap : a). Stok FAME dalam tangki b). Kualitas dan kuantitas c). Tank cleaning tangki d). Susut dalam tangki FAME yang dibayarkan oleh Pertamina kepada suplier berdasarkan volume FAME yang mengalir melalui meter arus di Instalasi / TT / Depot
Apr-11
305
201
- Secara Umum Suplai FAME cukup
- Awal Tahun 2010, tidak ada supply ethanol mengingat Harga Ethanol diatas harga index pasar BBN yang ditetapkan oleh Pemerintah - Agar Pemerintah memfasilitasi penyelesaian masalah harga dengan berkoordinasi dengan Supplier Ethanol
PERMASALAHAN LAIN 1. Pasar • Resistensi Customer untuk memakai BBN • Belum semua Badan Usaha Migas mengimplementasikan pemanfaatan biofuel dalam Bahan Bakar Minyak yang dijual. • Keluhan customer terjadinya penurunan output kalori atau daya yang dihasilkan bila menggunakan campuran Biofuel di dalam Bahan Bakarnya (contoh PLN terjadi penurunan 3%). 2. Infrastruktur • Beberapa Depot mempunyai thruput yang kecil (apakah akan dibangun infrastruktur atau disuplai berupa produk jadi Biosolar/BioPremium). • Banyak Depot yang memiliki infrastruktur sederhana dan tidak mempunyai tangki timbun FAME.
3. Kontrol Kualitas Bahan Baku • Laboratorium pemeriksaan produk FAME dan Ethanol harus terakreditasi • Belum semua supplier FAME dan Ethanol dapat melakukan pemeriksaan sesuai yang dipersyaratkan oleh Dirjen Migas • Belum ada Pemeriksaan Halphen* di Indonesia
*) Uji Halphen : pengujian untuk mengetahui asam lemak dengan gugus sikloprophenoid di dalam biodiesel Asam lemak dinilai sebagai penyebab salah satu masalah pada biodiesel, karena itu SNI menetapkan uji Halphen yang harus menunjukkan tanda negatif. Jika uji Halphen bereaksi positif, Biodiesel dinyatakan mengandung asam lemak siklopropenoid yang akan berpolimerisasi. Akibatnya injektor mesin diesel akan tersumbat. Page 20
KESIMPULAN DAN SARAN
Page 21
KUNCI KEBERHASILAN KOMERSIALISASI BBN Regulatory : • Fuel Standards
Policy
Encourage investment
• Mandates & Obligations Permen 32/2008 Tentang Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata
Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain • PP No 45/2009 Oktober 2009 Tentang
Price
Biofuel vs Fossil Fuel
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2005 Tentang Penyediaan Dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu
Policy Options
Product
Product Standards
Fiscal : • Fuel Tax & Subsidies • Vehicle taxes • Carbon reflective fuel tax
• Kepmen ESDM No. 2711/2009 Tentang Perubahan Ke-3 atas keputusan Menteri ESDM No. 1246 K/12/MEM/2009 tentang Harga Patokan Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu Tahun
Production
Security of Supply
Anggaran 2009 & No. 2712/2009 Tentang Harga Index Pasar BBM dan Harga Index Pasar BBN (Biofuel )Tahun 2009) Investment : • Capital Investment incentives
Page 22
PERLU DIKEMBANGKAN ALTERNATIF SKEMA BISNIS DALAM PENDISTRIBUSIAN, MONITORING, KONTROL KUANTITAS & KUALITAS
PERTAMINA :
Kompetensi : BBM/K (Bio Pertamax, Bio Premium dan Bio Solar) Key account FAME dan Ethanol Anhydrus Mendapatkan layanan dengan skema Vendor Held Stock serta mendapatkan suplai FAME dan Ethanol Anhydrus secara tepat mutu dan tepat jumlah Menyediakan sarana dan fasilitas kepada Vendor untuk penyimpanan FAME dan Ethanol Anhydrus Membayar FAME dan Ethanol Anhydrus berdasarkan volume yang telah diblending menjadi Bio Pertamax, Bio Premium dan Bio Solar
VENDOR :
Kompetensi : FAME dan Ethanol Anhydrus Produsen / pemasok FAME dan Ethanol Anhydrus Memberikan layanan dengan skema Vendor Held Stock serta mensuplai FAME dan Ethanol Anhydrus secara tepat mutu dan tepat jumlah Mengoperasikan sarana dan fasilitas penyimpanan FAME dan Ethanol Anhydrus Mendapatkan pembayaran FAME dan Ethanol Anhydrus berdasarkan volume yang telah diblending menjadi Bio Pertamax, Bio Premium dan Bio Solar
Page 23
USULAN PERCEPATAN IMPLEMENTASI KOMERSIALISASI BIOFUEL
DISTRIBUSI : Target pendistribusian Biofuel akan terpenuhi apabila suplai FAME dan Ethanol Anhydrus dapat memenuhi kebutuhan secara kontinyu dengan harga yang dapat diterima oleh semua pihak Badan usaha selain Pertamina diberikan kewajiban yang sama dalam pendistribusian Biofuel sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 32 tahun 2008 Pemberian insentif bagi pelaku bisnis dan customer sebagai kompensasi pemakaian Biofuel
MONITORING : Monitoring implementasi dan evaluasi komersialisasi BBN dilakukan semua pihak terkait secara berkala dilanjutkan dengan penetapan rencana aksi
KONTROL KUALITAS : Kontrol kualitas dilakukan dalam rangkaian supply chain oleh semua pihak terkait dengan melibatkan lembaga yang terakreditasi untuk menjamin kesesuaian kualitas yang dipersyaratkan Perlu percepatan dalam pemenuhan sarfas pengujian termasuk SDM-nya
Page 24
Page 25
BACK UP SLIDE
Page 26
KONTROL KUALITAS PRODUK BIOFUEL PERTAMINA DILAKUKAN SESUAI KETENTUAN YANG DITETAPKAN DAN DIVERIFIKASI OLEH LEMBAGA TERAKREDITASI ……
Page 27
KONTROL KUALITAS PRODUK BIOFUEL PERTAMINA DILAKUKAN SESUAI KETENTUAN YANG DITETAPKAN DAN DIVERIFIKASI OLEH LEMBAGA TERAKREDITASI ……
Page 28
KONTROL KUALITAS PRODUK BIOFUEL
Page 29
Spesifikasi FAME
Spesifikasi Bioethanol
HARGA INDEX PASAR BAHAN BAKAR NABATI
1. Untuk Jenis Biodiesel, didasarkan Harga Patokan Ekspor Biodiesel dari minyak sawit (FAME) yang ditetapkan Menteri Perdagangan setiap bulan dengan faktor konversi sebesar 870 kg/m3
2. Untuk jenis Bioetanol, didasarkan Harga publikasi Argus untuk Ethanol FOB Thailand rata-rata pada periode satui bulan sebelumnya ditambah 5% (lima persen) indeks penyeimbang produksi dalam negeri dengan faktor konversi sebesar 788 kg/m3
Page 31
Page 32
Page 33