KELUARGA SAKINAH DAN DZIKIR (Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al-Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah dalam Hukum Islam
Oleh: Khoirul Anam NIM : 211 11 017
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
ii
iii
iv
MOTTO
“Barang siapa menginginkan kebahagiaan didunia maka haruslah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengann ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya maka haruslah dengan ilmu juga” (HR. Ibnu as-Asakir)
Jadikanlah ilmu berguna bagi diri sendiri dan orang lain
Berjuang dan berkhidmah (melayani) di jalan kebajikan merupakan kunci keberkahan hidup di dunia dan di akhirat (Khoirul Anam)
v
PERSEMBAHAN
“Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan tanda Bakti Kepada Kedua Orang Tuaku” Skripsi ini saya persembahkan kepada: Pertama Kedua orang tuaku tercinta Ibundaku “SUSILOWATI” dan Ayahandaku “SURATMAN” yang senantiasa membimbing, mendorong, mendukung dengan penuh kesabaran, keikhlasan, kegigihan dan tidak henti-hentinya mendoakan anak-anaknya supaya menjadi orang yang sholih, bermanfaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa. Amiin Yaa Rabbal’alamiin. Ke-dua Kyai saya Simbah KH. Fachrur Rozi Midkhol, Abah KH. Saiful Hadi, AH. Simbah Kyai Slamet Idris, Ustadz Asyiq Ma’ruf, Ustadz Nur Hudaya, Ustadz Farid Abdullah dan Abah KH. Mudzakir AH. yang selalu mendoakan dan mebemri nasihat-nasihat yang Bermanfaat untuk saya. Ke-tiga Adikku tersayang SITI MUNAWAROH dan calon pendamping hidupku yang ku sayang neng LAILA yang ikut serta memberi dorongan, semangat dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini. Ke-empat Yang terakhir dan yang terspesial Almamaterku Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala limpahan nikmat, karunia, serta hidayah-nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan dan tercurahkan kepada Khatamul Anbiya’ wal Mursalin (penutup para Nabi dan Rasul) baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, shahabat dan pengikutnya serta orang-orang yang mencintainya, hingga yaumil qiyamah. Semoga kita semua, orang tua kita, keluarga kita, guru-guru kita diberi tetap Iman, Islam, Ihsan, istiqamah dalam beribadah dan dibimbing oleh Allah SWT dan pada akhirnya jika kita di panggil menghadap Allah SWT menetapi ‘ala ar-Ridha wa khusnil khatimah. Amin yaa Rabbal ‘Alamiin. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Syari’ah Hukum Islam pada Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Berawal dari kebodohan dan keterbatasan, akhirnya penulis dapan menyelesaikan skripsi yang berjudul “KELUARGA SAKINAH DAN DZIKIR” (Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang) dengan baik. Sebagai hamba yang lemah dan banyak kesalahan, penulis menyadari bahwa dalam
vii
menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang ikut serta memberikan bantuan moril maupun materil. Oleh karenanya dengan kerendahan hati perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi. M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.
3.
Bapak Syukron Makmun, S.HI., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ahwal AlSyakhshiyyah IAIN Salatiga.
4.
Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesantunan, kesabaran, keikhlasan dan kebijakan.
5.
Ibu Evi Ariyani, SH., MH. selaku dosen Pembimbing Akademik selama kuliah di jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah IAIN Salatiga yang selalu memberi motivasi belajar bagi penulis.
6.
Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademika IAIN Salatiga terlebih kepada dosen-dosen di jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah IAIN Salatiga yang banyak berjasa kepada penulis.
7.
Jama’ah Majelis Dzikir Al khidmah yang telah berkenan menjadi obyek penelitian untuk penulisan skripsi ini. Terutama kepada pengurus dan Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang dan sekitarnya.
8.
Para Staff Perpustakaan IAIN Salatiga, PERSIPDA Kota Salatiga dan perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terima kasih atas bantuan penyediaan buku-buku kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
viii
9.
Pengelola beasiswa BIDIK MISI IAIN Salatiga Tahun 2011 yang telah memberi kesempatan kepada saya mendapatkan beasiswa tersebut dan semoga bermanfaat.
10. Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Ibundaku tercinta beliau ibu Susilowati dan ayahandaku beliau bapak Suratman yang penulis mulayakan dan banggakan. Berkat kesabaran dan ketulusan beliau dalam membimbing, memberi dukungan, pengorbanannya serta tidak henti-hentinya selalu mendoakan setiap hari untuk anak-anaknya. Penulis berharap semoga seluruh amal dan jerih payah beliau tercatat sebagai amal sholih yang bisa mendapatkan ridho dari Allah SWT, dan bisa menghantarkan keharibaan Allah SWT. Teruntuk kepada adikku tersayang Siti Munawaroh, semoga kamu bisa menjadi kebanggaan kedua orang tua yang selalu mendoakannya dan semoga menjadi anak yang sholihah. Amiin. 11. Pengasuh Pon-Pes Al-Faqih Kauman Selo Tawangharjo simbah KH. Fachrur Rozi, Abah KH. Saiful Hadi. AH yang telah membimbing dan mengajarkan ilmu-ilmunya, sehingga sekarang bermanfaat bagi penulis. kepada guru MTs dan MA Diniyyah Sunniyyah Selo Ustadz Khumaidi yang berkenan membiayai selama belajar dan selalu menasihatiku unuk menjadi orang yang berguna bagi masyarakat. Tidak lupa juga kepada para sesepuh sekaligus pengasuh Pon-Pes Al-Ishlah simbah Kyai Slamet Idris, simbah KH. Moh. Zainal Abidin, Ustadz Asyiq Ma’ruf dan Ustadz Nur Hudaya, Ustadz Farid Abdullah beserta keluarganya yang meberikan semangat belajar, mendoakan dan memberikan bimbingannya untuk selalu menjadi insan yang berakhlak
ix
mulia dan berkepribadian luhur. Semoga beliau-beliau diberi umur panjang, berkah hidupnya, diberi kesabaran membimbing santri-santinya dan pada akhirnya kelak jika sowan keharibaan Allah SWT menetapi Alar Ridha wakhusnil khatimah, ma’anaili syafa’atil udzma mirrosulillahhi SAW. Amin. 12. Bapak M. Zaenuri selaku ketua Al Khidmah Kabupaten Semarang beserta jajaran kepengurusan dan juga para jama’ah Majelis Dzikir Kabupaten Semarang yang bersedia meberikan informasi, data-data dan arahanarahannya sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Mas Mirza Faishol., S.Pd.I. dan mas M. Irsyad., S.Pd.I selaku Pembina Al Khidmah Kampus Kota Salatiga yang selalu memberi motivasi dan masukanmasukan dalam menyelesaiakan skripsi ini. 14. Dinda Layla yang ikut membantu dan selalu meberikan semangat supaya cepat dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kamu juga cepat menyelesaikan studinya di D3 Perbankan dan cepat meyelesaikan Tugas Akhirnya. 15. Mbah Kasman dan keluarganya yang telah menyediakan rumahnya untuk ditempati dan sebagai tempat proses terselesaikannya skripsi ini. Semoga amal baik panjenengan di terima dan mendapat ridho dari Allah SWT. Amiin 16. Mas Amir Yusuf dan kang Ali Muhtadin yang berkenan berbagi pengalaman dalam pembuatan skripsi ini, dan meluangkan waktunya menemani ke perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk mencari buku-buku sebagai referensi pembuatan skripsi ini dan juga sudah diajak melihat keindahan malam kota pelajar tersebut.
x
17. Sahabat-sahabat penulis yang menemani belajar di IAIN Salatiga yang berada di Kota yang sejuk ini. Kota Salatiga yang penuh suka-duka dan penuh kenangan indah ini sebagai kebanggaan tersendiri. Teriama kasih kepada teman-teman Bidik Misi 2011, kang Imam, kang Sunarnoto, kang Salim, kang Rokhim, gus Afif, kang Tisna, kang Sahal, kang Habban, kang Hanafi, kang Rofiq, kang Syukron, kang Majid, kang Idris, kang Angga, mbak Annur, mbak Azalia, mbak Uswah, mbak Nanik, mbak Amel, mbak Anis, mbak pipit, mbak Puput, Mbak Rif’ah, mbak Fadhilah, mbak, mbak Khusnul, mbak Dina, mbak Fajar, mbak, Ana, mbak Atin, mbak Yani, mbak Mujiati, mbak Munziroh, dan mbak Ayuk. Sekali lagi terima kasih atas kebersamaannya selama IAIN Salatiga. Semoga kelak jika ada yang menjadi orang yang sukses jangan lupakan kebersamaan Bidik Misi (YA BISMILLAH 2011). 18. Gus Anas Habibi dan teman-teman Pon-Pes Al-Ishlah Tingkir Lor, yang telah banyak memberi semangat dan motivasi selama belajar di Pondok. Semoga kelak panjenengan semua bisa menjadi kyai atau tokoh masyarakat dan menjadi panutan bagi masyarakat luas. 19. Teman-teman Al Khidmah Kampus Kota Salatiga saya ucapkan terima kasih kekompakannya, ketulusannya, keakrabannya dan kesantunannya lebih-lebih atas doanya sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada mbak Nikmah, mbak Ella, mbak Niswah, mbak Zahro, kang Qorib, kang Zainudin, mbak Puji, mbak Yeni, mabk Dian dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
xi
20. Semua teman-teman satu angkatan 2011 Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah yang telah bersama-sama berjuang dan belajar bersama selama kuliah di IAIN Salatiga dengan didukung oleh Kota yang sejuk nan indah ini. 21. Yang terkhir teruntuk siapapun yang belum penulis sebutkan satu persatu. Teruntuk semuanya Jazakumullahu ahsanal jazaa’ syukran katsiraan. semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan. Penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan acuan dan bahan referensi oleh pihak siapapun. Maka dari itu penulis minta dukungan dan sarannya kepada siapapun yang membaca skripsi ini untuk berkelajutan yang lebih baik lagi nantinya. Pada akhirnya semua usaha dan upaya penulis dari Allah SWT. Tanpa adanya kekuatan dan pertolongan dari Allah SWT, skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik dan hanya kepada Allah-lah semua urusan di kembalikan. Oleh karena itu penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya. Iyyakana’budu waiyyaka nasta’iin. Amiin.
Salatiga, 26 September 2015 Penulis
Khoirul Anam NIM: 211 11 017 xii
ABSTRAK Anam, Khoirul. 2015. Keluarga Sakinah dan Dzikir (Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Kata Kunci: Keluarga Sakinah, Dzikir, Majelis Dzikir Al Khidmah. Keluarga sakinah merupakan suatu hal yang didambakan oleh setiap orang yang sudah berumah tangga supaya menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Banyak persoalan yang muncul dalam keluarga yaitu kurang terpenuhinya faktor ekonomi, kurangnya pemahaman tentang agama sehingga mudah marah dan hatinya tidak tenang. Dari faktor tersebut akan berdampak pada ketidak harmonisan keluarga. Karena tujuan dari suatu pernikahan adalah untuk mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Salah satu upaya untuk mengatasi ketidak tenangan jiwa yaitu dengan memperbanyak berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah merupakan salah satu jalan dan wadah untuk berdzikir kepada Allah SWT. Majelis Dzikir tersebut semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mendoakan kepada kedua orang tua, guru-guru, sesepuh masyarakat, dan para Salafuna al-Shalih. Dengan berdzikir diharapkan dapat menjadi pribadi yang shalih-shalihah sabar dan tenang dalam menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan. Hal tersebut selaras dengan visi dan misi Al Khidmah yaitu membentuk Keluarga yang shalih-shalihah sejahtera lahir dan batin. Atas dasar tersebut penulis ingin meneliti dan mendeskripsikan bagaimana peran dan keterkaitannya Majelis Dzikir Al Khidmah dalam pembentukan keluarga yang sakinah. Penulis juga mendeskripsikan kegiatan, amaliyah-amaliyah dan pengalaman para jama’ah majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten Semarang. Atas dasar latar belakang di atas penulis melakukan penelitian tentang peran Majelis Dzikir Al khidmah dalam pembentukan keluarga sakinah, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitis denganmengunakan pendekatan sosiologis dan fenomenologis. kemudian menganalisis dengan jenis penelitian lapangan (field research) dan mengambil data-data dengan melakukan observasi dan interview secara langsung. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa participant observation dan indepthinterview sebagai metode pengumpulan data utama. Hasil penelitian bahwa kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah berpengaruh dalam pembentukan keluarga sakinah yitu timbulnya kasih sayang antara orang tua kepada anak, anak kepada orang tua ataupun semua anggota keluarga. Pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah memberikan dorongan lebih baik dan meningkatnya kualitas beribadah. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang mampu memberikan ketenangan, kenyamanan, kesabaran serta membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta sejahtera secara lahir dan batin kepada para jama’ah.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i NOTA PEMBIMBING ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................... iv MOTTO .....................................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................ vii ABSTRAK ............................................................................................. xiii DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................7 C. Tujuan Penelitian ................................................................................7 D. Metode Penelitian ..............................................................................8 1.
Manfaat Teoritis ..........................................................................8
2.
Manfaat Praktis ............................................................................8
E. Penegasan Istilah ................................................................................9 1.
Keluarga Sakinah dan Dzikir ......................................................9
2.
Majelis Dzikir Al Khidmah ......................................................10
F. Telaah Pustaka .................................................................................11 G. Moetode Penelitian ..........................................................................15
xiv
1.
Jenis Penelitian .........................................................................15
2.
Sifat Penelitian ..........................................................................16
3.
Sumber Data .............................................................................16
4.
Tektik Pengumpulan Data ........................................................17
5.
Analisis Data .............................................................................19
H. Sistematika Pembahasan ..................................................................19
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................22 A. Keluarga Sakinah .............................................................................22 1. Pengertian Perkawinan ................................................................22 2. Tujuan Perkawinan ......................................................................24 3. Pengertian Keluarga Sakinah ......................................................27 4. Konsep Keluarga Sakinah dalam Islam .......................................31 5. Kriteria Keluarga Sakinah ...........................................................35 B. Dzikir ................................................................................................40 1. Pengertian Dzikir .......................................................................40 2. Keutamaan Dzikir ......................................................................45 3. Manfaat Dzikir ...........................................................................51 4. Macam-Macam Dzikir ...............................................................58
BAB III TINJAUAN UMUM MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH ..62 A. Sejarah Majelis Dzikir Al Khidmah ................................................62 1.
Tinjauan Historis .......................................................................62
xv
2.
Visi dan Misi Al Khidmah ........................................................67
3.
Dasar Pemikiran Lahirnya Al Khidmah ...................................68
4.
Al Khidmah Sebagai Wadah .....................................................70
5.
Lambang, Makna dan arti simbolik Al Khidmah .....................73
6.
Perkembangan Al Khidmah ......................................................74
7.
Susunan Pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang .............78
B. Kegiatan dan Amaliyah Al Khidmah ...............................................82 1.
Kegiatan Al Khidmah ...............................................................82
2.
Amaliyah Al Khidmah ..............................................................83
3.
Bentuk Amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah .........................93
4.
Bentuk Amaliyah Majelis Khushusy ........................................101
C. Standart Operating Prosedure (SOP) Kegiatan Al Khidmah .........107 1.
Penetapan Tempat Majelis Khushusy ......................................107
2.
Pelaknaa Majelis Khushusy .....................................................108
3.
Penyelenggaraan Majelis Dzikir, Maulid, Manakib dan Ta’lim ……………………………………………………….108
D. Pengalaman jama’ah Al Khidmah Membentuk Keluarga Sakinah 109 1.
Bapak Kyai Mohammad Zaenuri ............................................112
2.
Bapak KH. Masykur ...............................................................114
3.
Bapak Amir Mahmud .............................................................115
4.
Bapak Amir Safrudin ..............................................................116
5.
Bapak Guritno .........................................................................117
6.
Mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I. ............................................119
xvi
7.
Bapak Mohammad Suhudi ......................................................120
8.
Bapak Muhamad Turkhamun .................................................121
9.
Mas M. Abdul Aziz ................................................................122
BAB IV ANALISIS PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH DALAM PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH DI KABUPATEN SEMARANG .....................................................................................124 A. Pembentuk Keluarga Sakinah Melalui Tarbiyah Ruhiyah dan Tarbiyah Imaniyah ......................................................................124 B. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Kegiatan dan Amaliyah Dzikir Al Khidmah ......................................................................128 C. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Pembersihan Hati .......131 D. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Muidhoh Hasanah.......131 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................138 B. Saran-saran ..................................................................................139 1. Kepada Pengurus ....................................................................130 2. Kepada Jama’ah ......................................................................131 3. Kepada Pemerintah .................................................................131 4. Kepada Masyarakat .................................................................132
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................133 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu ajaran agama Islam
yang
menganjurkan bagi yang telah memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga akan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera. Dalam perkawinan tentunya seseorang menginginkan keluarganya menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Keluarga sakinah merupakan suatu hal yang didambakan oleh setiap orang yang sudah berkeluarga atau berumah tangga supaya menjadi keluarga yang harmonis. Akan lebih harmonis lagi jika dalam pembentukan keluarga itu selalu dihiasi dengan berdzikir, bersholawat dan melakukan ibadah-ibadah lain yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tanpa perkawinan, manusia tidak dapat melanjutkan sejarah hidupnya, karena keturunan dan perkembangbiakkan manusia disebabkan oleh adanya perkawinan. Jika perkawinan manusia tanpa didasarkan pada hukum Allah, sejarah dan peradaban manusia akan hancur oleh bentuk-bentuk perzinaan. Dengan demikian, manusia tidak berbeda dengan binatang yang tidak berakal dan hanya mementingkan hawa nafsunya (Saebani, 2001: 16-17). Sangat penting sekali bagi umat manusia untuk selalu menjaga keturunan generasi selanjutnya. Tetapi semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan diridhai Allah SWT. Dalam masalah ini, dibolehkannya berhubungan antar
1
seorang laki-laki dan seorang perempuan tidak lain harus dengan suatu akad perkawinan yang sah. Dijelaskan di dalam Al-Qur'an, bahwa Allah SWT telah menciptakan seorang laki-laki dan perempuan agar dapat berhubungan satu sama lain, saling mencintai, menghasilkan keturunan, dan hidup berdampingan secara damai dengan perintah Allah SWT dan petunjuk Rasulullah.
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an Surat al-Rum ayat 21 yaitu:
Artinya: “Dan diantaratanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapal tanda-tanda gagi kaum yang berfikir”. (Departemen Agama RI, 2006:572). Dalam
Undang-Undang No. l Tahun 1974 tentang Perkawinan
memberikan pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal tersebut merupakan rumusan arti dan tujuan perkawinan. Oleh Karena itu perkawinan tidak hanya cukup dengan adanya ikatan lahir atau ikatan batin saja, tetapi harus kedua-duanya. Dijelaskan juga dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2 dan 3 perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk
2
mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan ibadah (Saebani, 2001: 15). Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketika rumah tangga sudah bisa mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah, maka secara otomatis kehidupannya akan menjadi semakin lebih baik. Dengan begitu ketengan jiwa seseorang akan selalu terjaga dan akan lebih dekat kepada Allah SWT. Dalam kenyataannya pada masyarakat masih banyak fenomenafenomena perceraian. Penyebab perceraian itu diantaranya kurang adanya keharmonisan dalam keluarga, fartor ekonomi, kurangnya akhlak, moralitas, kurangnnya tanggung jawab dan lain-lain. Dalam berumah tangga terciptanya keluarga sakinah sangatlah penting karena bisa menentramkan hati dan jiwa untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Dari keluarga sakinah inilah kelak akan terwujud masyarakat yang rukun, damai, tentram, makmur material dan spiritual. Baik dalam Islam maupun sistem hukum di Indonesia tujuan perkawinan adalah pada intinya membentuk sebuah keluarga yang sakinah. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak sekali hal-hal yang harus dipenuhi dalam membentuk keluarga sakinah. Keluarga sakinah adalah suatu keluarga yang dibina atas keluarga yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, meliputi suasana kasih sayang antara para anggota keluarga dan lingkungannya secara selaras, serasi, serta mampu mengamalkan,
menghayati
dan
memperdalam
3
nilai-nilai
keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia (Departemen Agama RI, 2005:13). Dari pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa keluarga sakinah yaitu keluarga yang terbentuk atas keseimbangan hidup antara urusan dunia dan urusan akhirat. Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan lahir maupun batin. Akan tetapi kebutuhan itu tidak semuanya bisa terpenuhi karena kemampuan manusia itu terbatas. Manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yaitu agama.
Manusia
merasa
lebih
memiliki
ketenangan
jiwa
dengan
melaksanakan berbagai ritual keagamaan, salah satunya adalah dzikir. Dengan berdzikir mampu mengingatkan manusia bahwa yang membuat dan menentukan sesuatu hanyalah Allah SWT semata. Salah satu upaya yang dilakukan seorang hamba untuk mengingat Allah adalah
dengan
berdzikir.
Dzikir
adalah
upaya
seseorang
untuk
menghubungkan diri seorang hamba secara langsung dengan Allah SWT. baik dengan lisan dan hati, ataupun dengan memadukan keduanya. Banyak pakar-pakar ahli yang sudah membuktikan dan menyatakan bahwa dzikir merupakan perwujudan komitmen keagamaan seseorang. Sedangkan keimanan seseorang merupakan kekuatan spiritual yang dapat dikembangkan dan mampu mengatasi penyakit seseorang yang dideritanya. Terlebih pada penyakit rohaniyah maupun penyakit bathiniyah. Dalam keseharianya manusia tidak lepas dari dua kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani atau yang biasa disebut dengan kebutuhan duniawiyah adalah kebutuhan manusia yang 4
bersifat fisik seperti makan, minum, kesehatan, dan kebutuhan yang bersifat material lainya. Sedangkan kebutuhan rohani atau kebutuhan ukhrawiyah adalah kebutuhan manusia yang berhubungan dengan jiwa atau hati, seperti ketentraman jiwa, kedamaian hati dan kesejahteraan hidup. Urgensi dari terpenuhinya dua kebutuhan tersebut adalah tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu upaya untuk mewujudkan ketenangan jiwa dan hati salah satunya adalah dengan berdzikir. Seperti dijelaskan dalam firman Allah dalam al-Qur’an surat ar-Ra'du ayat 28 yaitu:
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram (Departemen Agama RI, 2006:341). Majelis dzikir adalah sebagai sarana mengkaitkan hati seorang hamba dengan Allah SWT. Majelis dzikir juga dapat melunakkan hati dan menjernihkan pikiran dari sifat keduniawian. Di dalam majelis dzikir tidak sedikit seseorang yang meneteskan air matanya karena terhanyut oleh dorongan rohani dan sanubarinya yang mengharapkan kelak di akhirat bisa bertemu dengan Dzatnya Allah SWT. Seorang yang secara intensitas melakukan dzikir maka akan merasakan manfaat dan keutamaan spesifik dari dzikir yaitu: a. dzikir akan menghidupkan hati; b. dengan dzikir hati akan tentram; c. dzikir membawa pelakunya dekat kepada Allah; d. dengan dzikir, sedih dan khawatir tidak akan pernah singgah (Sholikin, 2008:24). Selain itu majelis dzikir banyak sekali fadhilah (keutamaan), diantaranya yaitu sebab turunnya rahmah, 5
ketengangan batin, dikelilingi oleh para malaikat dan akan di puji oleh Allah SWT di hadapan para malaikat-Nya. Tidak hanya itu saja, majelis dzikir juga bisa memberikan siraman rohani yang sangat dibutuhkan oleh setiap pasangan suami istri. Dzikir juga merupakan jalan alternatif untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jika dzikir dilakukan dengan bersungguhsungguh maka seorang hamba dapat mengingat akan kemulyaan, keagungan, kekuasaan dan keberadaan Allah yang sangat dekat dengannya dan begitu juga pastinya Allah akan mengingatnya. Allah berfirman dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 152 yaitu:
Artinya: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (Departemen Agama RI, 2006:29). Jama'ah Al Khidmah merupakan majelis dzikir yang menyelenggarakan kegiatan lebih kompleks karena mempunyai ritual-ritual yang jarang sekali ditemukan di majelis dzikir lainnya. Majelis dzikir Al Khidmah tidak hanya orang yang yang sudah ikut tarekat saja, tetapi sudah merambah mulai pelajar, remaja dan orang yang sudah tua. Sebagian dari Jama'ah dzikir Al Khidmah ada yang sudah menikah lama dan ada juga yang baru menikah. Bagi seseorang yang sudah menikah tersebut selalu berusaha untuk mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah dengan cara mengikuti majelis dzikir tersebut dan berharap keinginannya untuk menciptakan keluarga sakinah dapat terwujud.
6
Berdasarkan pada latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian dan menyusun sebuah skripsi yang berjudul "KELUARGA SAKINAH DAN DZIKIR" (Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang). B. Rumusam Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dideskripsikan di atas, penulis akan merumuskan beberapa pokok masalah. Pokok permasalahan tersebut yaitu: 1. Bagaimana kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah? 2. Bagaimanakah pengalaman jama'ah
Majelis Dzikir Al
Khidmah
Kabupaten Semarang dalam pembentukan keluarga sakinah? 3. Bagaimana peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk keluarga sakinah? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawab pertanyaan dari rumusan pokok masalah yang telah disebutkan di atas, adalah: 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah. 2. Untuk mengetahui pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang dalam membentuk keluarga sakinah. 3. Untuk menjelaskan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam pembentukan keluarga sakinah.
7
D. Manfaat Penelitian Adapun dalam penelitian ini ada dua manfaat yang dapat diperoleh, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis a.
Memberikan sumbangsih dan kontribusi pada Fakultas Syari'ah khususnya Jurusan Ahwal Al-Syakshiyyah di bidang fikih munakahat dan akhlak tasawuf.
b.
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam menerapkan konsep-konsep dan mengembangkan pemikiran tentang keluarga sakinah.
c.
Menambah wawasan khasanah keilmuan sekaligus bisa dijadikan bahan acuan dalam penulisan lebih lanjut yang kritis dan representatif.
d.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan referensi bagi para peneliti di bidang akhlak tasawuf, fikih dan pendidikan keagamaan.
2. Manfaat Praktis a.
Mengetahui konsep keluarga sakinah melaalui Majelis Dzikir Al Khidmah.
b.
Penelitian ini memberikan kontribusi kajian dan pengetahuan tentang pembentukan keluarga sakinah.
c.
Mengetahui peran dzikir dalam pembentukan keluarga sakinah melalui Majelis Dzikir Al Khidmah.
8
d.
Bagi para anggota Majelis Dzikir Al Khidmah, hasil penelitian ini dapat membantu dan menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah.
e.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk memberikan pendidikan Hukum Islam bagi lembaga dan mahasiswa IAIN Salatiga.
f.
Bagi peneliti, untuk memotivasi diri dan menjadikan bekal hidup dalam bermasyarakat, beribadah kepada Allah SWT dan berharap menjadi hamba yang beruntung di dunia dan di akhirat.
E. PenegasanIstilah Untuk menghindari kesalahfahaman dan penafsiran makna pada skripsi ini, maka penulis menjelaskan terlebih dahulu maksud dari istilah-istilah yang ada dalam judul skripsi. Dalam memberikan beberapa pengertian dan gambaran pada judul skripsi ini yang nantinya mudah dipahami secara konkrit dan lebih operasional. Penegasan istilah yang penulis ingin jelaskan yaitu: 1. Keluaga Sakinah dan Dzikir a. Keluarga Sakinah Keluarga sakinah adalah dambaan setiap orang yang hidup berumah tangga. Yaitu rumah tangga yang damai dan bahagia, karena kata sakinah itu berarti damai bahagia (Ulfatmi, 2011: 8). Jadi maksud dari keluarga sakinah adalah keluarga yang setiap anggota keluarganya senantiasa merasa aman, tentram, damai dan bahagia. Dalam
9
keluarganya
merasakan
cinta
kasih,
keamanan,
ketentraman,
perlindungan, keberkahan, kehormatan dan dirahmati oleh Allah SWT. b. Dzikir Secara etimologi, dzikir berakar pada kata mengingat,
memperhatikan,
mengenang,
, artinya
mengambil
pelajaran,
mengenal atau mengerti. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, diantara pengertianpengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga atau mengerti perbuatan baik (Masyhudi dan Wahyu, 2006:7). Jadi yang dimaksud majelis dzikir disini adalah tempat untuk duduk atau tempat berkumpul dalam rangka mendekatkan diri pada Allah SWT. 2. Majelis Dzikir Al-Khidmah a. Majelis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan pengertian
tentang arti
kata
majelis
yaitu
rapat,
pertemuan,
perkumpulan, bangunan atau ruangan tempat untuk sidang (Fajri, dan Senja, 2004:542). Tetapi arti majelis yang di maksud penulis adalah duduknya dan berkumpulnya seorang hamba karena berdzikir kepada Allah (dzikrullah), besholawat kepada Nabi Muhammad SAW dan mengerjakan amalan-amalan shalih (perbuatan baik) lainnya. b. Al-Khidmah Al-Khidmah
dari
asal
kata
bahasa
Arab
yaitu
khadama,yakhdimukhidmatan yang artinya secara bahasa “melayani”
10
orang-orang yang membantu atau dalam bahasa jawa ngeladeni (PP Al Khidmah Pelajar dan Mahasiswa, 2013:15).
Jama'ah Al Khidmah
berarti suatu jama'ah atau sekumpulan orang-orang yang tanpa ikatan tertentu, secara suka rela membantu orang yang perlu dibantu, baik sesama maupun untuk orang yang lebih mulia (guru). Majelis dzikir Al Khidmah juga sebagai sarana beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT seperti Istighatsah (minta pertolongan), dzikir tahlil, pembacaan Manakib dan Maulidurrasul SAW dengan bertujuan melestarikan (istiqamah) ritual para Salafuna as-Shalih. F. Telaah Pustaka Secara spesifik sudah banyak buku-buku, penelitian, maupun judul skripsi yang berhubungan tentang dzikir dan keluarga sakinah. Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut antara lain: Pertama, skiripsi yang di susun oleh Khusnul Chotimah mahasiswa jurusan syari'ah program studi Ahwal Al Syakhshiyyah STAIN Salatiga tahun 2009. Skripsi tersebut berjudul "Peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Dalam Membina Keluarga Sakinah di Kota Salatiga Tahun 2008." Skripsi tersebut memberikan kesimpulan BP4 di Salatiga merupakan lembaga resmi yang bertugas membamtu Departemen Agama Kota Salatiga dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan gerakan keluarga sakinah. BP4 Kota Salatiga juga memberikan penataran atau penyuluhan pranikah kepada calon suami istri agar mempunyai bekal tentang pengetahuan arti penting perkawinan dan
11
membantu menyelesaikan permasalahan suami istri dengan memberikan nasihat-nasihat yang berhubungan dengan konflik yang dihadapinya. Kedua, Skripsi yang disusun oleh Muhammad Faiz Fuadi Jurusan AlAhwal Asy-Syakhsiyah Fakultas Syaria’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Peran Majelis Dzikir dan Sholawat An-Najah Krapyak Yogyakarta Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah.” tahun 2012. Dalam penelitian tersebut memberi kesimpulan bahwa peran majelis dzikir dan sholawat An-Najah terhadap jama’ah memberikan shock teraphy dan memberikan solusi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik lagi terutama dalam pembentukan keluarga sakinah. Dilihat dari tinjauan hukum Islam majelis dzikir dan sholawat an-Najah Krapyak Yogyakarta itu selaras dengan tujuan pembentukan keluarga sakinah karena berdasarkan dalil-dalil yang jelas baik dari Al-Qur’an maupun Hadis. Ketiga, Skripsi yang disusun oleh Sigit Purwanto Mahasiswa STAIN Salatiga jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam pada tahun 2013 dengan judul "Kontribusi Majelis Ilmu Dzikir Ajeg Seloso Kliwon Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2014." Dalam skripsi tersebut memberi kesimpulan bahwa majelis ilmu dzkir ajeg Seloso Kliwon merupakan lembaga non formal yang berperan dalam membina jamaah yang terdiri dari sebagian Mahasiswa STAIN Salatiga tentang keagamaan, khususnya dalam bidang akhlak. Yaitu melalui dzikir tahlil dengan bacaan surat fatihah, al-ikhlas, al- Falaq, an Nas, al-Baqarah ayat
1-5
dan
ayat
255.
Kemudian
12
disambung
kalimat
istighfar
(Astaghfirullahal Adzim), bacaan sholawat (Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad), kalimat Tahlil (Laa Ilaaha Illallah). Serta dzikir ditutup dengan do’a dan Sholawat Asyraqal. Sholawat-sholawat dari Selasa Kliwon diiringi dengan musik dengan memadukan alat musik dari perkusi, alat-alat elektrik dan alat-alat musik khas jawa yaitu saron dan demung. Kemudian dilanjutkan dengan paparan materi sesuai dengan tema dan diskusi. Selain diskusi dilakukan Tanya jawab tentang permasalahan keagamaan. Do’a bersama menjadi penutup dalam majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon. Kemudian dilanjutkan dengan jabat tangan antar jama’ah untuk mengakhiri majelis ilmu dzikir ajeg Seloso Kliwon. Keempat, skripsi yang berjudul "Hubungan Keaktifan Mengikuti Majelis Dzikir Dengan Sikap Sabar Jama'ah Al Khidmah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2013" disusun oleh Nur Ikhsan Ari Wibowo mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2013 jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam. Dalam skripsi tersebut menyimpulkan adanya implementasi sikap sabar pada jama'ah Al Khidmah Kecamatan Tingkir Kota Slatiga Tahun 2013, tergolong dalam ketegori tinggi, terbukti dari 35 responden yang mengisi angket. Dengan demikian ada pengaruh signifikan antara mengikuti majelis dzikir dengan sikap sabar pada jama'ah Al Khidmah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2013. Adanya hubungan signifikan tersebut, jama'ah Al Khidmah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang mengikuti majelis dzikir mengetahui secara mendalam makna, tujuan, manfaat dzikir dan profil Al Khidmah.
13
Kelima, skripsi yang di susun oleh Ana Syarifah mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2012 jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam dengan judul "Pengaruh Intensitas mengikuti kegiatan Majlis Dzikir Terhadap Kecerdasan Emosional Jama'ah Dzikir Al Hikmah Desa Pedut Kelurahan Wonodoyo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Tahun 2012." Di dalam skripsi tersebut memberikan kesimpulan bahwa intensitas mengikuti majelis dzikir di Desa Pedut
Pada tahun 2012 mempunyai kategori tingkat
kecerdasan emosional pada taraf yang baik, cukup dan taraf kurang. Dengan adaya tingkatan taraf tersebut kecerdasan emosional jama'ah majlis dzikir pada tahun 2012 tergolong pada taraf cukup yaitu mencapa 56,66%. maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan "ada pengaruh antara intensitas mengikuti majlis dzikir terhadap kecerdasan emosional jama'ah dzikir Al-Hikmah di desa Pedut" dinyatakan diterima berdasarkan uji analisis. Pada penelitian-penelitian di atas secara global memberikan kesimpulan bahwa majelis dzikir meberikan kontribusi besar pada masyarakat. Karena setiap majelis dzikir mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu penulis mencoba untuk melakukan penelitian yang berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Dalam skripsi ini penulis akan menjelaskan tata cara dan amaliyah Al Khidmah, pengalaman Jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang serta peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam pembentukan keluarga sakinah. Karena pada Majelis Dzikir Al Khidmah bagi penulis mempunyai keunikan yang berbeda dengan majelis-majelis dzikir lainnya. Diantara keunikannya yaitu bagi jama'ah Majelis Dzikir Al Khidmah
14
diharapkan memakai pakaian serba putih-putih,
tidak diperbolehkan
membawa perkara yang berhubungan dengan partai politik apalagi menjelekjelekan orang atau organisasi lain. G. Metode Penelitian Untuk penulisan skripsi ini, penulis memerlukan sebuah metode penelitian untuk memperoleh data yang akan dikaji lebih mendalam. Supaya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah yang dapat menjelaskan dan menyimpulkan obyek pembahasannya. Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian karena berhasil tidaknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh bagaimana peneliti memilih metode yang tepat (Arikunto, 1996: 22). Metode penelitian yang di gunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.Jenis Penelitian Penulis dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif atau merupakan penelitian lapangan (field research). Karena data yang dikumpulkan lebih banyak dari data kualitatif, yakni yang disajikan dalam bentuk data verbal bukan dalam bentuk angka. Jadi dalam penelitian ini akan mengetahui peranan Majelis Dzikir Al Khidmah terhadap pembetukan keluaga sakinah. Disamping itu, penelitian kualitatif juga ditandai dengan penggunaan metode
pengumpulan
data
yang
15
berupa
participant
observation(pengamatan terlibat) dan
indepthinterview
(wawancara
mendalam) sebagai metode pengumpulan data utama (Susanto, 2006,15). 2.Sifat Penelitian Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu penelitian yang menuturkan menganalisa dan mengklasifikasikan kualitatif. Metode deskritif analitik itu dapat diartikan sebagai prosdur pemecahan masalah yang diteliti berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagai mana adanya (Chotimah, 2009:16). Dalam penelitian ini menggambarkan kegiatan (amaliah) Majelis Dzikir Al Khidmah, peran Majelis Dzikir Al-Khidmah tentang
keluarga
sakinah
kemudian
dianalisis
kaitanya
dengan
pembentukan keluarga sakinah. 3. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data dari beberapa literatur pustaka sebagai bahan teoritik dan untuk memperoleh informasi yang nyata. Metode Pendekatan penelitian ini menggunakan data primer dan skunder yaitu: a. Termasuk data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara (interview) dengan jama'ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang yang terlibat langsung sebagai jama'ah dari majelis tersebut dan pihak-pihak lain yang sekiranya memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Khususnya yang berhubungan dengan dzikir dan kekeluargaan.
16
b. Sedangkan untuk data skunder, yaitu data yang diperoleh dari studi pustaka, majalah, hasil penelitian, makalah dan buku-buku lain yang berhubungan dengan permasalahan di atas sebagai bahan pendukung dari penelitian skripsi ini. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam pelaksanaanya, penelitian ini menggali informasi dan data dari pengurus jama'ah Al Khidmah Kabupaten Semarang dan dari beberapa keluarga yang mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. Data tersebut akan dikumpulkan melalui riset kepustakaan dengan membaca dan menelaah buku-buku, tulisan-tulisan yang masih ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Selain itu data dikumpulkan melalaui riset lapangan dengan mencari informasi dan data tentang masalah yang diteliti ke objek penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunanakan beberapa teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang akurat dan valid. Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa tektik dalam pengumpulan data diantaranya: a. Interview (Wawancara) Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarka tujuan tertentu (Maslikhah, 2013:321). Metode wawancara adalah tektik
17
pengumulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keteranga-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka untuk melakukan tanya jawab dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti (Chotimah, 2009:17). Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara secara langsung pada pihak yang terkait, yaitu dari para jama'ah Majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten Semarang yang sudah berkeluarga. b. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu menacari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat agenda, dan sebagainya (Arikunto, 1996: 234). Dengan tersebut maka, memudahkan bagi penulis untuk memperoleh data secara tertulis yang kaitannya dengan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam pembentukan keluarga sakinah. Metode ini juga digunakan untuk melengkapi dan mencari data sesuai yang ada di lapangan yang diperoleh dari observasi, interview (wawancara), fotofoto kegiatan, buku-buku dan kitab-kitab amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah. c. Observasi Metode observasi atau metode pengumpulan data dengan cara mencari data melalui pengamatan dan pencatatan yang sistematis mengenai fenomena-fenomena yang diteliti. Supaya tidak adanya upaya penulis untuk memanipulasi data-data yang ada di lapangan, maka
18
dalam observasi ini penulis melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat dan mengikuti kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah tersebut secara langsung. Tujuan dari metode ini agar bisa diperoleh dan diketahui data yang semestinya. pada Majelis Dzikir jama'ah AlKhidmah di Kabupaten Semarang yang berkaitan dengan tata cara dan amaliyah Al Khidmah, pengalaman para jama’ah dan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam pembentukan keluarga sakinah. 5.Analisis Data Analisa data adalah proses pencarian dan penyusunan secara sistematis semua daftar wawancara dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan untuk memperoleh pemahaman mengenai apa yang diteliti dan mengungkapkan atau mempresentasikan apa yang telah ditemukan orang lain (Susanto, 2006:17). Metode analisis data yang dipakai adalah metode kualitatif secara induktif. Metode ini dilakukan dengan cara data dikumpulkan, disusun dan diklarifikasikan ke dalam tema-tema yang akan disajikan kemudian dianalisis dan dipaparkan dengan kerangka peneliti lalu diberi interpretasi sepenuhnya dengan jalan dideskripsikan apa adanya (Fuadi, 2012: 15). Maka langkah-langkah yang digunakan penulis dalam analisis data tersebut dengan cara mengumpulkan data-data yang didapat pada saat observasi, interview dan data dokumen. Menyusun data yang diperoleh sesuai dengan urutan pembahasan dan melakuakan intrepretasi data yang sudah disusun untuk menjawab rumusan masalah.
19
H. Sistematika Pembahasan Dalam penyusunan skripsi ini penulis akan menjelaskan sintematika pembahasannya supaya lebih fokus dan lebih komprehensif. Pada penelitian ini penulis membagi dalam lima bab, sebagaimana di uraikan dalam rangakaian berikut: Bab pertama, merupakan gambaran umum sebagai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian, dan sitematika pembahasan. Bab kedua, kajian pustaka yang berisi tentang tinjauan umum tentang keluarga sakinah dan dzikir, terdiri dari beberapa sub bab, diantaranya yaitu pengertian perkawinan, tujuan perkawinan, pemgertian keluarga sakinah, konsep keluarga sakinah, dan kriteria keluarga sakinah. Sedangkan tentang dzikir meliputi pengertian, keutamaan, manfaat dan macam-macam dzikir Bab ketiga, menjelaskan tentang uraian data-data yang didapat dari lapangan yaitu gambaran umum Majelis Dzikir Al Khidmah meliputi Sejarah Majelis Dzikir Al Khidmah, visi dan misi Al Khidmah, dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah, Al Khidmah sebagai wadah, lambing, makna dan arti simbolik Al Khidmah, perkembangan Al Khidmah susunan pengurus Al Khidmah Kab. Semarang dan kegiatan serta bentuk amaliah-amaliah Al Khidmah. Standart Operating Prosedure (SOP) Kegiatan Al Khidmah dan pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah. 20
Bab keempat, menjelaskan tentang analisissosiologis yang di peroleh dari lapangan yaitu tentang Majelis Dzikir Al Khidmah dalam konteks pembentukan keluarga sakinah, kemudian dikaitkan dengan pandanganpandangan peran majelis Dzikir Al Khidmah dalam pembentukan keluarga sakinah. Bab kelima yaitu penutup, dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dengan menjawab rumusan masalah yang ada, saran-saran kepada pemabaca yang bermanfaat dan membangun kemudian diakhiri dengan lampiranlampiran.
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keluarga Sakinah 1. Pengertian Perkawinan Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No. l Tahun 1974 tentang Perkawinan memberikan pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, keluarga yang dibentuk dari perkawinan tersebut merupakan keluarga bahagia dan sejahtera atau keluaga sakinah. Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Haji Nomor: D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Bab III Pasal 3 menyatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia (Departemen Agama RI, 2005:23). Jadi keimanan, kataqwaan dan akhlak mulia sangat penting peranannya untuk membangun keluarga yang sakinah sejahtera lahir dan batin setiap jiwa manusia.
22
Menurut bahasa pernikahan terambil dari kata nakaha, yankihu, nakahan, wanikaahan,yang mempunyai arti berhimpun, bersatu dan berkumpul. Dalam kamus bahasa Indonesia nikah diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi. Adapula yang mengartikan nikah dengan istilah perkawinan secara kiasan disebut dengan hubungan seks (Fadlillah, 2014: 2-3). Bagi suami istri yang sudah terikat dengan suatu akad pernikahan diperbolehkan melakukan hubungan fisik untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya. Tetapi kebutuhan yang terpenting adalah melangsungkan keturunan dan menciptakan suatu keluarga yang harmonis dengan didasari ketakwaan kepada Allah SWT. Pernikahan (perkawinan) dalam bahasa Arab berati az-Zawaj yang menunjukkan pertemuan dua perkara. Maksudnya adalah roh itu dipertemukan dengan badan supaya ia bangkit dan hidup. Karena kata azZawaj menunjukkan pada pertemuan, maka dapat dikatakan akad nikah berati pertemuan antara pria dan wanita (Ahid, 2010: 73). Maka dari itulah pentingnya suatu akad perkawinan yang mempertemukan antara laki-laki dan perempuan untuk menjalin hubungan asmara. Dari jalinan tersebut diharapkan bisa menjadi keluarga yang harmonis tanpa ada tekanan dari pihak lain. Sedangkan menurut istilah pernikahan atau perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan atau hubungan seksual antara seorang lakilaki dan perempuan yang bukan mahram, sehingga menimbulkan hak dan
23
kewajiban antara keduanya. Bisa juga dikatakan sebagai perjanjian seorang pria dan seorang wanita untuk menjadi suami istri dengan tujuan membina rumah tangga yang harmonis, bahagia penuh rasa cinta dan kasih sayang, serta mendapat ridha dari Allah SWT. Pengertian di atas senada dengan pendapat Dr. Soejono Sukanto, SH. MA., yang mengatakan bahwa pernikahan atau perkawinan adalah suatu proses yang telah melembaga dimana pria dan wanita memulai dan memelihara suatu hubungan timbal balik yang merupakan dasar bagi suatu keluarga, sehingga timbullah hak dan kewajiban, baik di antara pria dan wanita maupun anak-anak yang kemudian dilahirkan. Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa inti dari sebuah pernikahan adalah mempersatukan dua sejoli (pria dan wanita bukan mahram) menjadi satu dalam ikatan yang sah sesuai dengan ketentuan syari'at agama dan Undang-Undang pemerintah dalam rangka membina keluarga yang sakinah, mawaddah,warahmah lahir dan batin untuk menggapai ridha Allah SWT (Fadlillah, 2014: 3). 2. Tujuan Perkawinan a. Melaksanakan Perintah Allah SWT dan Rasul-Nya Tujuan pertama dan yang paling utama dalam sebuah pernikahan adalah untuk melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Orang yang telah mampu melaksanakan pernikahan berarti ia telah melaksanakan apa yang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Bahkan seandainya ada orang yang belum menikah, kita 24
diperintahkan untuk menikahkannya atau mencarikan pasangan untuknya. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an Surat an-Nur ayat 32 yaitu:
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan arrunia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Departemen Agama RI, 2006:494). Selain melaksanakan anjuran Allah nikah juga termasuk perintah Rasulullah, seperti sabdanya:
. Artinya: “Pernikahan adalah sunnahku, barang siapa yang benci kepada sunnahku, bukanlah ia termasuk umatku.” (HR. Bukhari dan Muslim). b. Melestarikan Keturunan yang Baik dan Berkualitas Tujuan yang selanjutnya dari sebuah pernikahan atau perkawinan yaitu untuk membina rumah tangga yang bahagia dan sejahtera yang dapat memberikan keturunan yang baik, banyak dan berkualitas dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat an-Nahl ayat 72 yaitu:
25
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?" (Departemen Agama RI, 2006:374). c. Menjaga Kehormatan (kemaluan) dari Berzina Pernikahan dimaksutkan untuk menjaga kesucian diri seseorang dari perbuatan zina yang sangat dilaknat oleh Allah SWT. Oleh karenanya, orang yang telah memiliki kemampuan dianjurkan untuk segera melaksanakan pernikahan, supaya tidak terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan. Allah SWT telah berfirman di dalam al-Qur’an Surat al-Mu’minun ayat 1-6 yaitu:
Artinya: 1). Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2). (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 3). Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4). Dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5). Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6). Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.” (Departemen Agama RI, 2006:475).
26
Tujuan yang tertinggi dalam perkawinan adalah memelihara regenerasi manusia, memelihara gen manusia dan masing-masing suami istri mendapat ketenangan jiwa karena kecintaan dan kasih sayangnya dapat disalurkan. Demikian juga pasangan suami istri sebagai tempat peristirahatan
disaat-saat
lelah
dan
tegang,
keduaya
dapat
melampiaskan kecintaan dan kasih sayangnya selayaknya sebagai suami istri (Azzam, 2009:36). Perlu diketahui bahwa mewujudkan keluarga yang bahagia sejahtera itu tidaklah mudah. Karena setiap pribadi seseorang mempunyai tujuan dan karakter yang berbeda-beda. Tetapi dalam membentuk keluarga jika menginginkan atau tercapainya keluarga sakinah maka perlu mempersatukan tujuan dalam perkawinan tersebut. 3. Pengertian Keluarga Sakinah Di dalam buku yang berjudul Bimbingan Keluarga & Wanita Islam mengungkap Rahasia Isu Emansipasi karya Husain ‘Ali Turkamani (1992:30) terjemahan dari buku “The Center of Stability” menjelaskan yang dimaksud keluarga adalah unit dasar dan unsur fundamental masyarakat, yang dengan itu kekuatan-kekuatan yang tertib dalam komunitas sosial dirancang dalam masyarakat. Ikatan perkawinan adalah indikasi tahap awal yuridiksi hukum dalam masyarakat. Perpaduan mental dan sprirtual antara pria dan wanita membentuk sebuah organisme yang bagian-bagiannya saling melengkapi satu sama lain.tujuan organisme ini adalah menegakkan keadilan dan menciptakan peradaban.
27
Pengertian keluarga menurut etimologi berasal dari dua kata yakni kawulan dan warga, kawulan berarti hamba dan warga berarti anggota. Sedangkan menurut terminologi keluarga adalah satu kesatuan (unit) di mana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan unit tersebut. Keluarga juga terdiri dari beberapa pengertian antara lain menurut
Hurlock (1999:220)
Keluarga
adalah ”Lingkungan
pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga juga berfungsi sebagai transmater budaya atau mediator sosial anak. Menurut Sayekti, keluarga suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seoarang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian atau tanpa anak-anak, baik anak sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Ulfatmi, 2011:19). Keluarga merupakan suatu unit, terdiri dari beberapa orang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan tertentu. Keluarga itu dibina oleh sepasang suami dan istri yang telah sepakat untuk mengarungi hidup bersama dengan tulus dan setia, didasari kenyakinan yang dikukuhkan melalui pernikahan, dipateri dengan kasih sayang, ditujukan untuk saling melengkapi dan meningkatkan diri dalam menuju ridha Allah SWT. Istilah keluarga adalah “sanak saudara yang bertalian dengan perkawinan atau sanak keluarga yang bertalian dengan keturunan”. Atau yang dimaksud dengan keluarga adalah masyarakat terkecil yang terdiri dari suami istri yang terbentuk melalui perkawinan yang sah, baik
28
mempunyai anak maupun tidak sama sekali. Sedangkan sakinah menurut arti bahasa adalah tenang atau tentram. Keluarga sakinah berarti keluarga yang tenang, damai dan tidak banyak konflik, dan mampu menyelesaikan problem-problem yang dihadapi (WJS, 1995:675). Permasalahan yang ada pada keluarga jika bisa diselesaiakan dan dikendalikan dengan kebijaksanaan dan merasa memiliki tanggung jawab bersama maka kesakinahan dalam berumah tangga akan mudah dicapai. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga diartikan dalam berbagai arti ada yang kaitannya dengan hubungan darah dan ada kaitannya dengan hubungan sosial. Baik keluarga yang didasarkan pada hubungan darah maupun hubungan sosial dapat kita temukan dalam arti luas dan dalam arti sempit. Keluarga dalam arti luas yaitu keluarga yang berkaitan dengan hubungan yang meliputi semua pihak yang ada hubungan darah. Sedangkan keluarga dalam arti sempit yaitu keluarga yang di dasarkan pada hubungan darah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang dijuluki dengan istilah keluarga inti (Solaeman, 1994:6). Pengertian keluarga dalam arti luas maupun sempit semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu bisa membangun keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah sejahtera lahir dan batin. Dari penjelasan tersebut di atas keluarga sakinah berarti keluarga yang bahagia atau juga keluarga yang diliputi rasa cinta-mencintai (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Dasar pembentukan keluarga 29
tersebut Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an Surat ar-Rum ayat 21 yaitu:
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Departemen Agama RI, 2006:572). Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi. Kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk mensifati atau menerangkan kata keluarga. Keluarga yang tenang, tenteram bahagia dan sejahtera. Dengan demikian dari teori dan ayat di atas, bahwa keluarga sakinah dapat berarti keluarga yang tangguh dan di dalamnya setiap anggota menemukan ketenangan dan ketenteraman jiwa. Keluarga sakinah tidak lain adalah keluarga yang bahagia lahir batin, penuh diliputi cinta kasih mawaddah dan rahmah (Subhan, 2004:6). Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Keluarga lazimnya disebut rumah tangga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dalam pergaulan hidup (Murtiningsih, 2008:6). Sakinah adalah bermakna tenang, tentram dan tidak gelisah, mawaddah bermakna penuh cinta dan rahmah adalah saling mencintai dan saling berkasih sayang antara suami istri dan anak-anaknya, yang tenang, yang tenang damai, damai saling mencintai dan menyayangi. 30
Untuk mencapai keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi sangatlah sulit dan benar-benar harus dicari untuk mencapai tujuan hidup yang sejahtera. Karena jalan menuju hal tersebut banyak duri dan
batu sandung yang harus dihilangkan lebih dahulu
(Chotimah, 2009:31). Tetapi sesulit apapun dalam berkeluarga jika bisa menyatukan tujuan dan persepsi yaitu menikah dengan di dasari iman, taqwa dan niat ibadah maka semua urusan keluarga yang sulit akan jadi mudah. 4. Konsep Keluarga Sakinah Dalam Islam Allah menciptakan makhluk serba berpasangan, demikian juga manusia, jadi berkeluarga adalah fitrah hidup. Telah menjadi Sunnatullah, bahwa setiap orang yang memasuki pintu gerbang pernikahan, apakah ia pria atau wanita, apakah ia tua atau muda pada dasarnya semuanya ingin menciptakan pernikahan itu menjadi sebuah rumah tangga dan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Pasangan secara konsepsional harus melahirkan harmoni atau dinamika, salah satu konsep hidup berkeluarga adalah keluarga sakinah, yakni keluarga yang berlangsung dengan mengikuti panduan agama Islam. Rumah tangga itu tidak seindah seperti yang kita duga kalau tidak tahu rumusnya. Rumah tangga yang kurang harmonis salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya pemahaman dan ilmu, sehingga visinya tidak jelas akan dibawa kemana. Ada yang arahnya hanya duniawi saja dimana alat ukurnya hanya harta atau kedudukan. Justru karena alat ukur yang salah menyebabkan cara
31
menilainya pun menjadi salah, anak yang pendidikannya kurang tinggi dianggap tidak sukses, bapak yang penghasilannya sedikit dianggap gagal. Begitulah yang terjadi kalau alat ukurnya salah. Keluarga yang baik pastilah merupakan suatu masyarakat yang ideal. untuk mewujudkan cita-cita yang baik dan melahirkan amal shalih. Di dalam keluarga seperti ini akan ditemukan kehangatan dan kasih sayang yang wajar, tiada rasa tertekan, tiada ancaman, dan jauh dari saling sengketa dan perselisihan. Jika si anak telah mencapai usia sekolah dan belajar dengan baik, maka seluruh potensinya dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin, ia belajar dengan penuh semangat dan gairah. Dalam keluarga semacam ini akan tumbuh ketenangan batin bagi seluruh anggotanya, sehingga akan tercipta sakinah atau ketenangan yang diliputi dengan mawaddah dan rahmah atau cinta dan kasih sayang. Membina rumah tangga menuju sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, jelas tidak semudah yang dibayangkan. Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah, namun lebih kepada adanya keterampilan untuk mengelola konflik yang terjadi di dalamnya (Chotimah, 2009:47-48). Dengan demikian suatu proses pembinaan keluarga sangatlah penting bagi pasangan suami istri. Ketika sudah terbiasa menyelesaikan masalah bersama, maka lambat laun kebahagian akan mudah dicapai.
32
Kehidupan keluarga, apabila diibaratkan sebagai satu bangunan, demi terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan guncangan gempa, maka ia harus didirikan di atas satu pondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang kokoh serta jalinan perekat yang lengket. Pondasi kehidupan kekeluargaan adalah ajaran agama, disertai dengan kesiapan fisik dan mental calon-calon ayah dan ibu (Ahid, 2010:78). Kebahagiaan akan muncul dalam rumah tangga jika didasari ketakwaan, hubungan yang dibangun berdasarkan percakapan dan saling memahami, urusan yang dijalankan dengan bermusyawarah antara suami, istri, dan anak-anak. Semua anggota keluarga merasa nyaman karena pemecahan masalah dengan mengedepankan perasaan dan akal yang terbuka. Apabila terjadi perselisihan dalam hal apa saja, tempat kembalinya berdasarkan kesepakatan dan agama, karena syariat dalam hal ini bertindak sebagai pemisah. Dalam al-Qur’an Surat an-Nisa’ ayat 57, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (Departemen Agama RI, 2006:113).
Keluarga yang beriman adalah keluarga yang mengambil jalan tengah, tidak bersikap berlebihan juga tidak minim berinteraksi. Keadilan
33
yang tidak membebani pemimpin keluarga dan tidak mendorong untuk merusak pengatur rumah tangga. Ada perbedaan yang sangat besar antara merasakan kenikmatan Allah dalam batas yang wajar dan pemborosan atau kebahilan. Apabila pemborosan merusak kebanyakan rumah tangga, kebahilan juga sangat berpotensi menghancurkan hubungan kekeluargaan. Sering di dapatkan seorang istri meminta cerai suaminya karena alasan bahil. Berapa banyak para suami yang merasa sempit akibat tingkah laku istrinya yang bahil. Sikap tengah sebagaimana yang diterangkan merupakan
metode
terbaik
dan
cara
terpenting
(http://qultummedia.com/55-kabar-qultum/review/701-konsepmembangun-keluarga-sakinah-dan-sejahtera). Oleh
karena
itu
keluarga
mempunyai
kedudukan
sebagai
penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Agar anak dapat melakukan bersikap selektif dan aruf dalam menyaring norma sosial. Keluarga harus terlebih dahulu memiliki dasar dan keyakinan yang kuat atau komitmen moral yang tinggi. Keluarga yang melaksanakan fungsi sosialisasi ini akan dapat membentuk pola pikir, idealism, karakter dan kepribadian anak yang terintegritas, sehingga mengantarkannya dapat menegakkan eksistensi dirinya sebagai seorang individu yang memiliki kecerdasan sosial dan menemukan tempat dalam kehidupan sosial. Salah satu kebutuhan yang fundamental dalam diri manusia adalah kasih sayang. Suami isteri yang mendapatkan kasih sayang yang cukup dari pasangannya akan memberi kontribusi positif dalam diri pasangannya
34
untuk menjadi setia dan lebih besemangat dalam melakukan kewajibannya terhadap anggota keluarga. Sebaliknya isteri atau suami yang tidak mendapatkan cinta dan kehangatan yang cukup dari pasangannya akan mudah beralih hati kepada lawan jenis yang memberikan perhatian dan kasih sayang kepada dirinya (Ulfatmi, 2011:23). Jadi pernikahan yang baik adalah mampu menjaga sebuah ikatan seumur hidup. Islam memandang potret keluarga yang ideal adalah keluarga yang dapat menggabungkan antara sakinah, mawaddah dan rahmah sebagai satu kesatuan dan dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari 5. Kriteri Keluarga Sakinah Islam telah menjadikan rumah tangga sebagai biduk untuk berlayar dengan nama-nama (asma) Allah yang akan melewati jalur dan kebiasaan, yakni melalui panasnya gelombang kehidupan yang bergelora. Dengan ketinggian
jalan
mengantarkannya
iman,
mereka
kepuncak
tidak
kemuliaan
akan
tenggelam,
membawa
bahkan
amanah
dan
mendatangkan sebuah misi, sehingga mengeluarkan mereka dari kesempitan dunia dan membimbingnya menuju alam akhirat yang penuh dengan keadilan. Membina rumah tangga Islami adalah kewajiban setiap muslim. Kewajiban suami istri untuk memperbaiki kehidupannya, kewajiban ibu bapak untuk mendidik anak-anaknya agar taat kepada Allah dan RasulNya agar menjadi belahan jiwa dan tumpuan harapan (Kisyik, 2015:8).
35
Sangat diperlukan sekali adanya saling mengerti antara suami istri dan diharapkan juga bisa timbulnya cinta kasih dan sayang. Syahrin Harahap (1996:164) merumuskan kriteria keluarga bahagia (sakinah) setidaknya memiliki sepuluh ciri, yaitu: a. Saling menghormati dan saling menghargai antara suami isteri, sehingga terbina kehidupan yang rukun dan damai. b. Setia dan saling mencintai sehingga dapat dicapai ketenangan dan keamanan lahir batin yang menjadi pokok kekalnya hubungan. c. Mampu menghadapi segala persoalan dan segala kesukaran dengan arif dan bijaksana, tidak terburu-buru, tidak saling menyalahkan dan mencari jalan keluar dengan kepala dingin. d. Saling mempercayai, tidak melakukan hal yang menimbulkan kecurigaan dan kegelisahan. e. Saling memahami kelebihan dan kekurangan. f. Konsultatif dan musyawarah, tidak segan minta maaf jika bersalah. g. Tidak menyulitkan dan menyiksa pikiran tetapi secara lapang dada dan terbuka. h. Dapat mengusahakan sumber penghasilan yang layak bagi seluruh keluarga. i. Semua anggota keluarga memenuhi kebahagiaannya. j. Menikmati hiburan yang layak.
36
Menurut Dadang Hawari (1996:117) mengutip pemikiran Nick Stinnet dan John De Prain dari Universitas Nebraska, AS. dalam studinya berjudul The National Study of Family Strenght, ada enam kriteria untuk mewujudkan keluarga sakinah, yaitu: a. Ciptakan kehidupan religius dalam keluarga. Sebab dalam agama terdapat nilai-nilai moral atau etika kehidupan yaitu antara lain kasih sayang, cinta mencintai dan kasih mengasihi dalam arti yang baik. b. Tersedianya waktu untuk bersama-sama keluarga. harus ada acara keluarga, tidak ingin diganggu urusan kantor, organisasi dan lain-lain. c. Keluarga harus menciptakan hubungan yang baik antar anggota. artinya, terjadi segi tiga interaksi, komunikasi yang baik, demokratis dan timbal balik antara ayah, ibu dan anak. d. Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak. e. Jika mengalami masalah, prioritas utama adalah keutuhan keluarga, maka disini diperlukan kesadaran masing-masing anggota keluarga untuk saling pengertian, lebih mengutamakan kebersamaan dan tidak egois. f. Keluarga sebagai unit terkecil antara ayah, ibu dan anak adanya hubungan yang erat dan kuat. Sedangkan menurut Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji dalam
Petunjuk
Teknis
Pembinaan
Gerakan
Keluarga
Sakinah
(Departemen Agama RI, 2005:23-25) disusun kriteria-krteria umum kelurga sakinah yang terdiri dari keluarga Pra sakinah, Keluarga Sakinah I,
37
Kelurga Sakinah II, Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III plus yang dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi masingmasing daerah. Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut: a. Keluarga Pra Sakinah Keluarga pra sakinah yaitu keluarga-keluarga yang dibentuk bukan melalui ketentuan perkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan material secara minimal, seperti keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, pangan, papan dan kesehatan. b. Keluarga Sakinah I Keluarga sakinah I yaitu keluarga-keluarga yang dibangun atas perkawinan yang syah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara minimal tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarganya, mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya. c. Keluarga Sakinah II Keluarga Sakinah II yaitu keluarga-keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati serta mengembangkan nilai-nilai keimanan,
38
ketaqwan dan akhlaqul karimah, infaq, zakat, amal jariah, menabung dan sebagainya. d. Keluarga Sakinah III Keluarga Sakinah III yaitu keluarga-keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlaqul karimah sosial psikologi, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya. e. Keluarga Sakinah III Plus Keluarga sakinah III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketakwaan dan akhlak al-Karimah secara sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya
serta
dapat
menjadi
suri
tauladan
bagi
lingkungannya. Dari penjelasan di atas bahwa untuk mewujudkan keluarga sakinah maka perlu adanya kerja sama yang baik antara suami dan istri yaitu terutama
dalam
hal
akhlak al-Karimah.
Karena
untuk
mewujudkan keluarga sakinah maka peran dan pengetahuan tentang agama menjadi penting. Ajaran agama itu tidak cukup dengan diketahui dan dipahami, akan tetapi harus dengan dihayati dan diamalkan oleh setiap anggota keluarga. Maka dengan hal tersebut akan lebih mudah dalam memujudkan dan mencerminkan kehidupan yang penuh dengan ketentraman, keamanan dan kedamaian yang dilandasi oleh ketakwaan. Ketakwaan menjadi hal penting dalam kehidupan demi mewujudkan
39
kesakinahan sebuah keluarga. Setiap anggota keluarga harus senantia mendekatkan diri dan selalu ingan kepada Allah SWT. dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT akan tumbuh dan terwujudnya nilai-nila keimanan dan ketakwaan yang dapat mempermudah penyelesaian urusan atau permasalahan dalam rumah tangga. Salah satu upaya untuk menjadikan kehidupan dan keluarga yang sakinah adalah dengan cara mingingat Allah SWT (dzikrullah). Karena inti dari kebahagiaan
dalam
kehidupan
seseorang
adalah
dengan
cara
memperbanyak berdzikir.
B. Dzikir 1. Pengertian Dzikir Secara etimologi, dzikir berakar pada kata
, artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, diantara pengertian-pengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga atau mengerti perbuatan baik (Masyhudi dan Wahyu, 2006:7). Adapun menurut istilah fiqh dzikrullah sering dimaknai sebagai amal qauliyah (ucapan) melalui bacaan-bacaan tertentu. Dzikir memiliki cakupan makna yang sangat luas, karena setiap amalan baik yang dilakukan karena Allah merupakan bagian dari berdzikir kepada-Nya. (Amin dan Al-Fandi, 2013:1). Dzikir juga dapat dimaknai sebagai doa dan wirid, atau melafalkan suatu bacaan-
40
bacaan yang baik dan mengucapkannya itu bernilai ibadah sebagaiman yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Dalam kitab al-Adzkar karangan Imam Nawawi (631-676 H), dijelaskan dzikir itu bisa dengan hati bisa dengan lisan. Dan yang tebaik adalah dengan hati dan dengan lisan sekaligus. Kalau harus memilih diantara keduanya, maka dzikir denga hati saja lebih baik dari dzikir dengan lisan saja (Bisri, 1999:169). Dzikir dapat berarti ingat atau eling. Perbuatan apa saja tanpa ingat/eling akan menimbulkan kecelakaan, kesengsaraan, bahkan dapat menimbulkan bencana. Ingat adalah sumber dari keselamatan, apa lagi ingat/dzikir kepada Allah SWT. Dalam dzikir kita akan menjadi lebih berhati-hati dan waspada (Soetjipto, 1986:1). Kata dzikir dalam berbagai bentuknya ditemukan dalam al-Qur’an tidak kurang dari 280 kali. Kata tersebut pada mulanya digunakan oleh pengguna bahasa Arab dalam arti antonim lupa. Ada juga sebagian pakar yang berpendapat bahwa kata itu pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah/menyebut sesuatu. Makna ini kemudian berkembang menjadi “mengingat”, karena mengingat sesuatu sering kali mengantar lidah menyebutnya. Demikian juga, menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu (Shihab, 2008:11) Dzikir menurut syari’at adalah setiap ucapan yang dilakukan bagi tujuan memuji dan berdoa yaitu lafadz yang digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT, berkaitan dengan mengagungkan-Nya dengan 41
menyebut
nama-nama-Nya
atau
sifat-sifat-Nya,
memuliakan
dan
mentauhidkan-Nya, bersykukur dan mengagungkan dzat-Nya, membaca kitab-Nya dan berdoa kepada-Nya (Wibowo, 2013:21). Wawasan alQur’an tentang dzikir dan doa, karangan M. Quraish Shihab (2008: 128). Dalam teorinya beliau menjelaskan bahwa dzikir ada dampak bagi kehidupan manusia. Beliau juga menyimpulkan betapapun mewahnya, tidak akan menyenangkan jika dibarengi dengan ketentraman hati baru dapat dirasakan bila manusia yakin dan percaya bahwa ada sumber yang tidak terkalahkan yang selalu mendampingi dan memenuhi harapan. Yang berdzikir merenung dan mengingat Allah SWT selalu akan merasa ramai walau sendirian, kaya walau hampa tangan, dan berani walau tanpa kawan. Dzikir secara literal berarti mengingat, pada dasarnya merupakan amaliah yang selalu terkait dengan berbagai ibadah ritual dalam Islam. Dalam pengertian ini, dzikir berarti suatu bentuk kesadaran yang dimiliki oleh seorang makhluk akan hubungan yang menyatukan seluruh kehidupannya dengan sang pencipta (Subandi, 2009: 33). Dzikir bisa pula berupa doa, mengingat para Rasul-Nya, Nabi-Nya, wali-Nya, melalui sarana dan perbuatan tertentu seperti membaca, mengingat, bersyair, menyanyi, ceramah, dan bercerita (Al-Sakandari, 2000:29). Berdzikir merupakan suatu amalan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai salah satu sarana dan metode untuk mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah SWT. Dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 41 Allah SWT berfirman yaitu:
42
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari" (Departemen Agama RI, 2006:69). Menurut Abubakar Aceh (1996: 276) dzikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Allah SWT dengan hati dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Allah SWT dan membersihkannya dari sifat-sifat tercela selanjutnya memuji dengan pujian-pujian dan sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian. Dzikir dalam pengertian mengingat Allah SWT sebaiknya di lakukan setiap saat, baik secara lisan maupun dalam hati. Artinya kegiatan apapun yang dilakukan oleh seorang muslim sebaiknya jangan sampai melupakan Allah SWT. Dimanapun seorang muslim berada, sebaiknya selalu ingat kepada Allah SWT sehingga akan menimbulkan cinta beramal shalih kepada Allah SWT, serta malu berbuat dosa dan maksiat kepada-Nya. Menurut Syeh Ibnu Athaillah al-Sakandari (2010:123-124) dalam kitabnya al-Hikam dijelasakan bahwa dzikir itu sebenarnya tidak hanya dengan lisan. Setiap perilaku, tindakan untuk mengingat Allah boleh disebut dzikir. Ada dzikir dengan hati, ada dengan lisan, ada dengan pikiran, dan ada dengan perbuatan. Boleh dzikir dengan berjalan, dengan duduk, dengan bekerja, dengan berbaring, atau dzikir dengan tegak, duduk, dan beberapa cara selama tidak bertentangan dengan sunah Nabi
43
Muhammad SAW. Hal tersebut dijelaskan di dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 191, yaitu:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Departemen Agama RI, 2006:96). Sedangkan dzikrullah sebagai proses pengingatan akan Allah adalah dengan mengerjakan segala bentuk ketaatan, sehingga hal ini tidak hanya meliputi peribadatan pribadi, namun juga meliputi majlis taklim, majlis dzikir berjama’ah, sidang-sidang atau forum dialog yang membicarakan persoalan umat, semua termasuk dalam kerangka dzikrullah, semua aktivitas yang menghasilkan jalan mengingat Allah SWT, mengenang dan menghampiri Allah SWT itulah dzikrullah (Sholikin, 2008:5).Pada akhirnya dari definisi-definisi di atas, bahwa dzikir merupakan sarana untuk menempuh perjalanan menuju dan menghamba pada Allah SWT dan merupakan wujud keimanan bagi orang Islam.
2. Keutamaan Dzikir Seandainya tidak ayat al-Qur’an atau hadits Nabi yang menerangkan tentang dzikrullah, maka dzikir yang hakiki kepada Yang Maha Pemberi
44
nikmat ini tetaplah sangat penting. Sebab, kita adalah hamba-Nya, maka kita harus selalu mengingat-Nya jangan sampai melalaikan-Nya. Dialah Yang Maha Pemberi yang telah memberi nikmat dan kebaikan yang tidak terhitung banyaknya tanpa batas waktu. Karena itu, berdzikir kepada Allah dan mensyukuri karunia-Nya merupakan sesuatu yang fitrah bagi seorang hamba (al-Kandalawi, 2003: 357). Dzikir juga menumbuh-suburkan rahmat Allah, dan menghapus dosa-dosa kecil. Keterangan tersebut termaktub dalam al-Qur’an Surat alAhzab ayat 43yaitu:
Artinya: Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman (Departemen Agama RI, 2006:599). Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan akan melimpahkan rahmatnya kepada orang-orang yang berdzikir, dan malaikat juga memohon kepada-Nya, supaya dosa-dosa orang yang berdzikir diampuni dan dikeluarkan dari kehidupan gelap (tanpa cahaya), kepada kehidupan yang penuh cahaya (nur)-Nya. Rasulullah SAW bersabda:
45
Artinya: “Setiap kali ada sekelompok kaum yang berkumpul untuk berdzikir kepada Allah, dan dengan majelis dzikir ini mereka hanya bertujuan untuk Allah semata, niscaya mereka akan dipanggil oleh Dzat yang memanggil dari langit, “berdzikirlah kalian sementara dosa-dosa kalian sudah diampuni, Aku telah mengganti kejelekan kalian dengan kebaikan” (HR. Ahmad, Abu Ya’la dan ath-Thabrani), (Al-Ghazali, 1998:11). Penegasan Allah SWT tersebut menunjukkan, adanya perlakuan khusus Allah SWT dan para malaikat kepada orang-orang yang banyak berdzikir. Perlakuan khusus tersebut, diberikan oleh Allah dan para malaikat, sebagai suatu petunjuk bahwa kegiatan dzikrullah, merupakan suatu ibadah wajib yang memiliki kekhususan tersendiri, dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain, dan karenanya kepada pelaksanaan ibadah tersebut, akan diberikan berbagai keutamaan (Majid dan Aziz, 2004: 19). Dzikrullah adalah amalan yang sangat tinggi nilainya dan sangat mulia dalam pandangan Allah. Dzikrullah juga menjadi pembeda antara orang yang dikasihi oleh Allah SWT dan orang yang dibenci-Nya. Sebagaimana dikisahkan bahwa : “Nabi Musa a.s, bertanya : “Ya Allah bagaimana cara mengetahui perbedaan antara
kekasih-Mu dengan
kebencian-Mu? Jawab Allah; Hai Musa bagi kekasih-Ku ada dua tanda bukti, yaitu: a. Mudah berdzikir kepada-Ku, sehingga akupun dzikir kepadanya di alam malakut langit - bumi. b. Terpelihara dari segala yang haram dan kemarahan-Ku, sehingga ia selamat dari siksa dan marah-Ku. 46
Demikian pula bagi kebencian-Ku ada tanda bukti, yaitu: a. Mudah lupa dzikir kepada-Ku b. Mudah menuruti
nafsu, sehingga
terjerumus kedalam
kancah
kemungkaran dan haram, akhirnya mereka disiksa. Syaikh al-Faqih Abul Laits as-Samarqandi dalam kuliahnya mengatakan: “Dzikir kepada Allah adalah amal ibadah yang paling unggul, setiap ibadah di tentukan kapasitasnya (kadarnya) dan waktunya, bahkan terkadang ada yang dilarang jika tidak menepati waktunya atau melebihi ketentuan yang berlaku, tetapi dzikir kepada Allah, tiada ketentuan batas waktunya dan berapa jumlahnya (Al-Aziz, 1978:186-187). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat al-Ahzab ayat 41yaitu:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya” (Departemen Agama RI, 2006:599). Betapa mulianya bila seorang mampu selalu mengingat Allah SWT dalam dzikirnya. Orang yang berdzikir akan diingat Allah SWT, bahkan dalam diri Allah SWT itu sendiri, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits qudsi, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, yaitu:
47
. Artinya: “Dari Abu Hurairah RA. Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, Allah berfirman: Aku (Allah) bersama prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan bersama jika mengingat-Ku ,kalau ia mengingat-Ku dalam jiwanya, maka Aku akan ingat dia dalam diri-Ku, jika ia menyebut nama-Ku dalam suatu perkumpulan, maka Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat” (HR. Bukhari dan Muslim). Dzikir adalah cara mengingat Allah SWT yang sebaik-baiknya. Allah SWT akan ingat kepada orang yang ingat kepada-Nya, mengingat Allah dalam keadaan apa saja, saat berdiri, duduk, berjalan dan lain-lain. Apabila kita mengingat Allah SWT ditengah kerumunan orang ramai, maka Allah akan mengingat kita di dalam kerumunan yang lebih baik dari mereka. Sebuah hadits menyebutkan bahwa tanda-tanda mencintai Allah SWT adalah mencintai dzikirullah, Abu Darda r.a. Berkata, “Barang siapa lidahnya senantiasa basah karena dzikir kepada Allah, ia akan masuk surga dengan tersenyum”. Dari Abu Darda’ Rasulullah Saw bersabda,”
48
.(
,
Artinya:“Maukah kamu aku beritahu tentang amal yang baik, paling mulia dan paling suci disisi Allah, dan paling tinggi derajatnya, lebih berharga dari menginfakkan emas dan perak, dan bila bertemu musuh maka kalian akan memenggal lehernya,” para sahabat bertanya, “apa itu ya Rasulullah?”, dzikir kepada Allah.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah) (Soejtipto, 1986: 5-6). Setiap muslim tentu mengetahui, betapa utamanya berdzikir itu dan betapa besar manfaatnya, dzikir merupakan pekerjaan yang mulia dan sangat bermanfaat, sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Para ulama’ dan shalihin (orang-orang yang shalih) telah menguatkan keutamaan dzikir ini, dengan menyatakan, seorang yang dapat memadukan antara tafakkur (hatinya tentang siksa, nikmat, dan kesempurnaan kekuasaan Allah SWT, dengan sikap hati-hati (wara’) dari mendekati sesuatu yang haram dan syubhat (perkara yang belum jelas halam dan haram) serta menerima ketentuan-ketentuan-Nya, dan dzikir kepada Allah SWT, maka sesungguhnya ia mendekati tindakan para wali, para shiddikin (orang-orang yang benar), dan Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah). Sebagian para ulama’ menafsirkan dengan beberapa interpretasi sebagai berikut : Pertama, sesungguhnya dzikir kepada Allah SWT lebih besar dari segala sesuatu, dzikir adalah taat yang paling utama. Arti taat disini adalah menegakkan dzikir kepada-Nya, sedang dzikir adalah ketaatan dan daya
49
ketaatan itu sendiri. Kedua, sesungguhnya jika kamu sekalian, kaum muslimin, ingat kepada-Nya, maka Allahpun akan ingat kepadamu, sedangkan dzikir Allah SWT kepadamu lebih besar daripada dzikir kamu kepada-Nya. Ketiga, sesungguhnya dzikir kepada Allah SWT adalah lebih besar daripada tetapnya fakhsya’ (perbuatan keji) dan kemungkaran. Bahkan jika dzikir dibaca secara sempurna, ia akan dapat menghilangkan segala kesalahan dan maksyiat. Keempat, sesungguhnya amal shaleh, bila ingin diterima oleh Allah SWT, harus diakhiri dengan dzikir, jika tidak diakhiri dengan dzikir dan pujian maka amal itu akan sia-sia belaka. Dengan demikian, manakala seseorang berdzikir kepada Allah, dengan tasbih, tahlil, takbir atau berdzikir dalam keadaan sholat, berdo’a, membaca al-Qur’an atau dalam segala aktivitas hidupnya, maka Allah juga akan ingat kepadanya dengan dzikir yang lebih besar daripada dzikir yang mereka lakukan kepada Allah SWT. Allah SWT pun akan membanggakan itu kepada para malaikat, maka turunlah hidayah rahmat, dan maghfirah (ampunan) kepada sang dzakir (orang yang berdzikir). Ia akan diberi keistimewaan sepanjang hidupnya dan menjadi orang pilihan hingga pada hari kiamat. Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah bahwa dzikir adalah ibadah paling mudah, namun paling agung dan utama, karena gerakan lisan adalah gerakan anggota tubuh yang paling ringan dan mudah. Selain itu, dzikrullah merupakan amal yang paling dapat menyelamatkan manusia dari siksa Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yaitu:
50
( Artinya: “Tidak ada amal yang dapat dilakukan oleh anak adam (manusia) untuk menyelamatkannya dari siksa kubur, kecuali berdzikir kepada Allah.”(HR. Imam Ahmad). Dan dengan dzikir pula, hati dapat menjadi mengkilap, menjadi bersih dari segala kotoran. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Sesungguhnya tiap-tiapsesuatu ada alat pembersihnya, dan yang membersihkan hati itu ialah dzikir kepada Allah (ingat pada ajaran tuntunan Allah) (Soetjipto, 1986:7). 3. Manfaat Dzikir Menurut Abu Yusuf (2009: 27) menyatakan bahwa diantara sebabsebab terbesar mendapatkan kelapangan dada dan kelapangan jiwa adalah memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. Sebab dzikir memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam melapangkan dan memperbaiki ketentraman dalam dada, serta menghilangkan kesedihan dan kegundahan. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an Surat ar-Ra’du ayat 28 yaitu: Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Departemen Agama RI, 2006:599). Dengan demikian mengingat Allah SWT (dzikrullah) mempunyai pengaruh yang besar sekali bagi ketenangan hati dan jiwa bagi seorang 51
hamba akan mendapat keistimewaan pahala yang agung dan lebih-lebih akan mendapatkan ridho Allah SWT. Karena pokok dan tujuan dalam berdzikir bagi seorang hamba adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dari penjelasan tersebut di atas, maka berdzikir mempunyai manfaat yang banyak sekali bagi seorang hamba. Manafaat berdzikir yang hendak dicapai bagi seorang hamba diantaranya yaitu: a. Dzikir Menjadikan Cerdas Kebanyakan orang meyakini bahwa untuk mencapai kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual, harus diraih dengan belajar giat dan pantang menyerah. Padahal, tuntunan agama memberikan banyak kemudahan. Dengan kata lain, kecerdasan akan datang jika dalam ikhtiar atau belajar diikuti dengan dzikir sebagai senjata utamanya. Dzikir yang dilandasi dengan kesadaran pikiran serta kesucian hati, yang merupakan entitas (quantum), mengandung daya yang sangat tinggi sehingga mempu menyetrum yang bersangkutan dari lubuk hati yang paling dalam dan membuat perbuatan lahiriyah dengan pemikiran yang orisinal dan brilian (Suyadi. 2008: 44). Berdzikir kepada Allah merupakan suatu rangka dari rangkaian iman dan Islam yang mendapat perhatian khusus dan istimewa dari Al-Qur’an dan Sunnah. Dzikrullah merupakan peringkat doa yang paling tinggi, yang di dalamnya tersimpan hikmah serta manfaat yang besar bagi hidup dan kehidupan dunia dan juga di akhirat (Amin dan Al-Fandi, 2013:2). 52
b. Dzikir Mengundang Rahmat Allah Dzikir mempunyai fadhilah yang luar biasa, salah satunya mengundang kasih sayang atau rahmat dari Allah SWT. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut.
Artinya: “Manakala suatu kelompok duduk bersama, seraya berdzikir kepada Allah SWT, niscaya para malaikat akan mengelilingi mereka dan mereka pun akan diliputi rahmah dan Allah SWT akan menyebut mereka diantara siapa saja yang berada dari sisi-Nya” (Al- Ghazali. 1994: 19). Dengan
berdzikir
maka,
rahmat,
ketengangan
jiwa
dan
keberkahan dalam berumah tangga akan diperoleh bagi seseorang yang benar-benar melakukannya dengan rasa khusyu’ dan tawadhu’.
c. Dzikir Membersihkan Hati Membersihkan hati bermakna menghapus darinya kecintaan pada dunia dan hal-hal duniawi serta menghilangkan darinya segenap kesedihan, kedukaan dan kekhawatiran atas segala sesuatu yang tidak berguna. Setiap manusia terkadang merasakan gelisah dan terfokus hanya kepada permasalahan dunia semata. Namun jika seseorang mampu memutuskan dirinya dari berbagai kesedihan dan ketakutan dunia, dan
53
mencurahkan perhatiannya pada dzikir, maka hijab-hijab pun akan tersingkap dari hatinya. Orang yang senantiasa berdzikir, maka maka Allah membebaskan hatinya dari semua belenggu keduniawian (Valiuddin, 1997:46). Dzikir memberikan sinaran kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa, juga dapat melepaskan diri dari resah dan gelisah (Amin dan Al-Fandi, 2013:3). Pada dasarnya dzikir akan lebih utama jika dilakukan dengan istiqamah dan penuh kesopanan. Ditambah lagi dengan nilai-nilai di dalam al-Qur’an yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW yaitu dilakukan dengan rendah hati dan merasa hina dihadapan Allah SWT. d. Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis Dipandang
dari
kesehatan,
dzikir
mengandung
unsur
psikoterapeutik yang mendalam. Psikoreligius terapi ini sangatlah penting karena mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme. Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self confident) dan optimisme, merupakan dua hal yang amat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit, di samping obatobatan dan tindakan medis yang diberikan. Dr. Dale A. Matthews dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat mengatakan dalam pertemuan tahunan “The American Psychiatric Assotiation”, antara lain bahwa mungkin suatu saat para dokter akan menuliskan doa dan dzikir pada kertas resep, selain resep obat pada pasien. Dikatakan bahwa dari 212 studi yang telah dilakukan
54
oleh para ahli, ternyata 75% menyatakan bahwa komitmen agama (doa dan dzikir) menunjukkkan pengaruh positif pada pasien (Hawari, 1997: 8). Sangat dahsyat sekali kekuatan atau energi dzikir pada diri manusia. Jika berdoa dan dzikir sudah ditanamkan pada diri seseorang mulai sejak dini, kemungkinan besar manusia akan tahan dari penyakit dhahiriyah maupun bathiniyah. M. Quraish Shihab mengutip pendapat, bahwa Imam Ghozali menyebutkan ada empat puluh manfaat, dua puluh di dunia dan dua puluh lainnya di akhirat. Diantara manfaat yang diraih oleh pedzikir di dunia antara lain: 1) Dia akan disebut-sebut atau di ingat, dipuji dan di cintai Allah SWT. 2) Allah SWT menjadi wakil dalam menangani segala urusannya. 3) Allah akan menjadi teman yang menghibur. 4) Memiliki harga diri sehingga tidak merasa butuh kepada siapapun selain Allah SWT. 5) Memiliki semangat yang kuat, kaya hati, dan lapang dada. 6) Memiliki cahaya kalbu yang menerangi guna meraih pengetahuan dan hikmah. 7) Memiliki wibawa yang mengesankan. 8) Meraih mawaddah atau kecintaan pihak lain. 9) Keberkahan dalam jiwa, ucapan perbuatan, pakaian, bahkan tempat melangkah dan duduk.
55
10) Pengabul doa (Shihab, 2008: 131-132). 11) Memperoleh rahmat dan inayah Allah SWT. 12) Memberikan sinar kepada hati serta menghilangkan kekacauan jiwa dan kegelisahan pikiran. 13) Menghsilkan ampunan dari Allah SWT. 14) Menjadi ukuran derajat yang diperoleh di sisi Allah SWT. 15) Di jaga dan dikawal oleh malaikat. 16) Memelihara diri dari setan dan perbuatan maksiat. 17) Memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. 18) Mendapat sebutan dari Allah SWT dihadapan hamba-hamba yang pilihan. 19) Menegakkan dan menguatkan iman. 20) Menjadikan berderajat tinggi di sisi Allah SWT (Soejtipto, 1986:78). Menurut Ibnul Qoyyim al-Jauziah (2002:50) menjelaskan bahwa manfaat dzikir salah satunya adalah dzikir akan dapat memalingkan lidah dari menggunjing, mengadu domba, berbohong, berkata jorok, dan kebatilan. Beliau juga menambahkan bahwa tidak ada sesuatu jalan selamatpun kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT. Realita dan praktik telah membuktikannya. Barang siapa lidahnya telah terbiasa berdzikir kepada Allah SWT, maka ia akan terjaga dari perkataan yang batil dan sia-sia. Dan barang siapa lidahnya kering dari mengingat
56
Allah SWT, maka akan basah dengan segala kebathilan, perkataan siasia dan kejelekan. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dzikrullah sangat perlu bagi kehidupan manusia. Oleh karenanya perlu adanya keserasian dan menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Kesucian hati atau pembersihan hati mampu menghapus dari kecintaan pada duniawiyah yang berlebihan. Disinilah perlu adanya menumbuhkan sifat qana’ah (menerima atas pemberian-nya) dan sifat sabar dalam kehidupan, lebih-lebih dalam rumanh tangga. Karena sifat qana’ah dan sabar perlu ditumbuh kembangkan dalam keluarga. Karena sifat qana’ah dan sifat sabar seorang suami atau istri akan merasa rela dan cukup atas apa yang dimilikimya dan dapat menyadari bahwa semua yang dimilikinya hanyalah titipan dari Allah SWT semata. Dimasa modern dan era globalisasi seperti sekarang ini yang ditandai banyaknya tuntutan-tuntutan kebebasan setiap individu yang lebih menonjolkan sifat materialistis di tengah masyarakat itu akan berdampak dan akan menimbulkan perpecahan bahkan dapat mengancam ketentraman dan kesejahteraan keluarga. Karena itulah sifat qana’ah dan sifat sabar harus dijadikan sebuah benteng untuk menjaga dan mewujudkan kehidupan dan keluarga yang sakinah serta dapat membendung keretakan dan kehancuran dalam rumah tangga. 4. Macam-Macam Dzikir
57
Menurut pendapat Moh. Saefullah al-Aziz (1978:193-194) di dalam bukunya Risalah memahami ilmu tasawwuf secara umum dzikir dibagi menjadi dua macam, yaitu dzikir dengan hati dan dzikir dengan lisan. Masing-masing dari keduanya terbagi pada dua arti, yaitu: a. Dzikir dari arti ingat dari yang tadinya lupa b. Dzikir dalam arti kekal ingatannya Sedangkan yang dimaksud dengan dzikir lisan dan hati adalah sebagai berikut: a. Dzikir dengan lisan berarti menyebut Nama Allah SWT, berulang-ulang kali, sifat-sifat-Nya berulang-ulang kali pula atau pujian-pujian kepadaNya. Untuk dapat kekal dan senantiasa melakukannya, hendaknya dibiasakan atau dilaksanakan berkali-kali atau berulang-ulang kali. b. Dzikir kepada Allah dengan hati, ialah menghadirkan kebesaran dan keagungan Allah di dalam diri dan jiwanya sendiri sehingga mendarah daging. Kerjasama antara lisan (lidah) dan qalb (hati) dalam hal dzikir ini sangatlah baik, sebab bilamana seseorang telah mengamalkan dan melakukan dengan disiplin, dengan sendirinya akan meningkat menjadi dzikir a’dha’a, artinya seluruh badannya akan terpelihara dari berbuat maksiat kepada Allah SWT. Bagi seorang yang hatinya telah bening dan jernih akan dapat mengontrol anggota badannya untuk tetap disiplin, ucapannya akan sesuai dengan perbuatannya, lahiriyahnya akan sesuai dengan batiniyahnya.
58
Dzikir bisa dilakukan dengan lisan, hati, anggota badan, ataupun dengan ucapan yang terdengar menggabungkan semua unsur tersebut berarti telah melakukan dzikir secara sempurna. Setiap dzikir memiliki pengaruh tertentu. Dzikir yang disertai kesiapan akan bisa membuka tirai, tetapi hal itu disesuaikan dengan kondisi orang yang melakukannya. AlHasan pernah berkata “dzikir itu ada dua macam, yaitu berdzikir kepada Allah SWT di antara disi sendiri dengan Allah SWT. Tetapi dzikir yang lebih utama (afdhal) adalah berdzikir kepada Allah SWT ketika Dia tidak memberikan apa yang kita inginkan (Al-Ghazali, 1998:7). Menurut Imam al-Ghazali, hakikat dzikir adalah berkuasanya Allah di dalam kalbu disertai kesirnaan dzikir itu sendiri. Namun dalam pandangan beliau, ia memiliki tiga kulit atau lapisan yang salah satunya lebih dekat kepada inti (lubb) daripada yang lainnya. Inti (lubb) tersebut berada dibalik tiga tadi. Kuit-kulit itu adalah sebagai jalan menuju inti (lubb). Kulit yang paling luar adalah dzikir lisan semata (Al-Sakandari, 2000:30-32). Itulah pentingnya berdzikir bagi setiap orang yang tidak dilakukan dengan lisan saja, tetapi harus bisa direalisasikan dengan prilaku yang baik. Imam Nawawi berkata, dzikir dilakukan dengan lisan dan hati secara bersama-sama. Kalau hanya salah satu saja yang berdzikir, maka dzikir hati lebih utama. Seseorang tidak boleh meninggalkan dzikir lisan hanya karena takut riya’ (pamer). Berdzikirlah dengan keduanya dan niatkan hanya mencari ridha Allah SWT semata. Suatu hari saya mengunjungi AlFadhil untuk menanyakan orang yang meninggalkan amal perbuatan
59
karena takut riya’ dihadapan manusia. Beliau menjawab, ”kalau seseorang menyempatkan diri memperhatikan tanggapan orang lain padanya, berhatihati atas persangkaan jelek mereka, maka
pintu-pintu kebaikan tidak
terbuka lebar untuknya. Ia telah menghilangkan bagian agama yang sangat vital. Ini bukan jalan yang ditempuh orang-orang bijak” (Mahmud, 2004:78). Hal ini dengan simpel dan sederhana di sampaikan syaikh Ibnu Athaillah r.a. Beliau berkata : ”janganlah engkau tinggalkan dzikir sematamata karena tidak adanya kehadiran hatimu bersama Allah SWT di dalamnya. Sebab kelalaian hatimu (kepada Allah) tanpa adanya dzikir adalah lebih berbahaya daripada kelalaian hatimu di dalam dzikir. Barangkali Allah SWT akan mengangkatmu dari dzikir yang lalai menuju dzikir dengan sadar, dari dzikir yang sadar menuju dzikir yang hadir. Allah SWT dalam al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 20 yaitu:
Artinya: “Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah”.(Departemen Agama RI, 2006:348), (Ghozali, 2006:183). Sedangkan menurut ahli tashawuf, dzikir itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: a.
Dzikir lisan atau disebut juga dzikir nafi isbat, yaitu ucapan La Ilaaha Illallah. Pada kalimat ini terdapat hal yang menafikan yang lain dari Allah dan mengisbatkan Allah. Dzikir nafi isbat ini dapat juga disebut
60
dzikir yang nyata karena ia diucapkan dengan lisan secara nyata, baik dzikir bersama-sama maupun dzikir sendirian. b.
Dzikir qalbu atau hati, disebut juga dzikir: Asal dan kebesaran, ucapannya Allah, Allah. Dzikir qalbu ini dapat juga disebut dzikir ismu dzat karena ia langsung berdzikir dengan menyebut nama Dzat.
c.
Dzikir sirri atau rahasia, disebut juga dzikir isyarat dan nafas, yaitu berbunyi; Hu, Hu. Dzikir ini adalah makanan utama sir (rahasia). Oleh karena itu ia bersifat rahasia, maka tidaklah sanggup lidah menguraikannya, tidak ada kata-kata yang dapat melukiskannya (alAziz, 1978:194-195).
BAB III TINJAUAN UMUM MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH
A. Sejarah Majelis Dzikir Al Khidmah 1. Tinjauan Historis Sejarah Al Khidmah tidak lepas dari seorang tokoh ulama sufi kharismatik di wilayah Surabaya Jawa Timur. Pendiri Al Khidmah dan sekaligus seoarang Pengasuh Pondok Pesantren Al Fitrah Surabaya yakni KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi. Beliau adalah salah satu pasangan putra dari KH. Utsman al-Ishaqy dan Nyai Qomariyah binti kyai Munaji. Kata alIshaqi dinisbatkan kepada maulana Ishaq, ayah dari Sunan Giri. Kyai
61
Asrori merupakan putra ke lima dari Sembilan bersaudara. Kyai Utsman merupakan seorang murid Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah penerus dari mursyid sebelumnya yakni KH. Romli Tamim Jombang Jawa Timur (Yusuf, 2014:20-21).Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah dikenal sebagai tarekat yang penting dan memiliki penyebaran paling luas; cabang-cabangnya bisa ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan Mesir di belahan barat serta Indonesia dan Cina di belahan timur. Sepeninggal Kiai Utsman tahun 1984, atas penunjukan langsung Kiai Utsman, Kiai Ahmad Asrori meneruskan kedudukan mursyid ayahnya. Tugas sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan perkara mudah. Banyak pengikut Kyai Utsman yang menolak mengakui Kyai Asrori sebagai pengganti yang sah. Sebuah riwayat menceritakan bahwa para penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988 berangkat meninggalkan Surabaya menuju Kebumen untuk melakukan baiat kepada Kyai Sonhaji. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana sikap Kyai Asrori terhadap aksi tersebut namun sejarah mencatat bahwa Kyai Asrori tak surut. Ia mendirikan pesantren Al-Fithrah di Kedinding Lor, sebuah pesantren dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikannya menggabungkan pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning. Ia juga seorang penggagas Al Khidmah, sebuah jama’ah yang sebagian anggotanya adalah pengamal Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Jamaah ini menarik karena sifatnya yang inklusif, ia tidak memihak salah satu organisasi sosial manapun. Meski dihadiri tokoh-tokoh ormas politik
62
dan pejabat negara, majelis-majelis yang diselenggarakan Al Khidmah berlangsung dalam suasana murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang membebani. Kyai Asrori seolah menyediakan Al Khidmah sebagai ruang yang terbuka bagi siapa saja yang ingin menempuh perjalanan mendekat kepada Allah SWT tanpa membedakan baju dan kulit luarnya. Pelan tapi pasti organisasi ini mendapatkan banyak pengikut. Saat ini diperkirakan jumlah mereka jutaan orang, tersebar luas di banyak provinsi di Indonesia, hingga Singapura, Malaisia, Thailan, Saudi Arabia dan Filipina. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, kyai Asrori terbukti mampu meneruskan kemursyidan yang ia dapat dari ayahnya. Bahkan lebih dari itu, ia berhasil mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ke suatu posisi yang mungkin tidak pernah ia bayangkan. Kyai Asrori adalah pribadi yang istimewa. Pengetahuan agamanya dalam dan kharisma memancar dari sosoknya yang sederhana. Tutur katanya lembut namun seperti menerobos relung-relung di kedalaman hati pendengarnya. Menurut keluarga dekatnya, sewaktu muda Kyai Asrori telah menunjukkan keistimewaan-keistimewaan. Mondoknya tidak teratur, Ia belajar di Rejoso satu tahun, di Pare satu tahun, dan di Bendo satu tahun. Di Rejoso ia malah tidak aktif mengikuti kegiatan ngaji. Ketika hal itu dilaporkan kepada pimpinan pondok, Kyai Mustain Romli, ia seperti memaklumi, “biarkan saja, anak macan akhirnya jadi macan juga”. Meskipun belajarnya tidak tertib, yang sangat mengherankan, kyai Asrori
63
mampu membaca dan mengajarkan kitab Ihya’ Ulum al-Din karya Imam al-Ghazali dengan baik. Di kalangan pesantren, kepandaian luar biasa yang diperoleh seseorang tanpa melalui proses belajar yang wajar semacam itu sering disebut ilmu Laduni (ilmu yang diperoleh langsung dari Allah SWT). Adakah kyai Asrori mendapatkan ilmu Laduni sepenuhnya itu adalah rahasia Allah SWT, (wallahu a’lam). Ayahnya sendiri juga kagum atas kepintaran anaknya. Suatu ketika kyai Utsman pernah berkata “seandainya saya bukan ayahnya, saya mau kok ngaji kepadanya.” Barangkali itulah yang mendasari kyai Utsman untuk menunjuk kyai Asrori (bukan kepada anak-anaknya yang lain yang lebih tua) sebagai penerus kemursyidan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah padahal saat itu
Kyai
Asrori
masih
relatif
muda,
yaitu
30
tahun.
(http://alkhidmahrobayan.blogspot.com/2012/06/kh.html). Konon jauh sebelum nama Al Khidmah muncul sekitar tahun 1980an KH. Ahmad Asrori waktu masih muda sering bergaul untuk mendekati para pemuda di Gresik. Pemuda yang pertama di dekati KH. Achmad Asrori waktu itu adalah bernama Syamsul Hadi atau panggilannya “Puyuh”. ia adalah salah satu anak jalanan “anak embongan” juga seorang seniman yang sering mangkal di Terminal Bundar Kota Gresik. Puyuh setiap malam suka maksiat, sering minum-minuman keras dan sebagainya. KH. Ahmad Asrori akhirnya mulai mendekati Puyuh nama panggilannya anak jalanan tadi, sambil membimbing dan mengerahkan dengan penuh kesabaran, keuletan, pelan tapi pasti dan akhirnya Puyuh lambat laun
64
bertaubat dan akhirnya pengikut jama’ah KH. Ahmad Asrori dan bersedia untuk dibimbing menuju jalan yang benar. Dari sinilah kemudian Puyuh mengajak temannya yang lain untuk diajak gabung mengikuti arahan dari KH. Ahmad Asrori seperti halnya dirinya. Akhirnya Puyuh berhasil mengumpulkan sekitar 15 orang temannya untuk mengadakan suatu perkumpulan anak-anak muda yang kegiatannya berdzikir mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kemudian lambat laun dari 15 orang pemuda tersebut merasa antusias dalam mengikuti perkumpulan majelis dzikirnya KH. Ahmad Asrori. Sampai kemudian dari 15 pemuda tadi berhasil mengajak pemuda lainnya yakni sekitar 500 orang pemuda untuk mengadakan Majelis Dzikir dalam skala yang lebih besar dan sempat menyewa sebuah wisma di daerah Kota Gresik. Akhirnya KH. Ahmad Asrori memberi nama perkumpulan pemuda yang suka berdzikir tersebut dengan sebuah nama Orong-orong.Orong-orong (hewan sejenis jangkrik) atau hewan kecil yang muncul di waktu gelap yang dimalam hari dan
mencari cahaya
mengelilinginya. Dengan nama itulah kyai Asrori
mengkiaskan hal itu, yakni mengajak para pemuda yang awalnya kehidupannya gelap penuh dengan perbuatan maksiat dan dosa dibimbing menuju kehidupan cahaya kebenaran dengan Ahklak al-Karimah. Sekitar tahun 1984-an kyai Ahmad Asrori yang ketika itu masih belum menikah berinisiatip untuk mendirikan Mushalla (tempat untuk shalat) yang berada tepat disamping rumahnya di daerah kedinding Surabaya. Disana kyai Ahmad Asrori mulai mengajak santri-santri lama untuk mengikuti kegiatan
65
majelisan dan pengajain setiap hari malam jum’at. Kegiatan tersebut meneruskan dari amaliah ayahanya yaitu kyai Utsman yang sebelumnya pernah juga menghadiri mejelis-majelis yang sama di berbagai tempat. Kemudian dari tempat tinggal ini, selanjutnya menjadi awal cikal bakal tempat ia mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama Al-Fitrah (Yusuf, 2014:22-24). Awalnyanama Al Khidmah muncul, ketika para santri Pondok Pesantren Al-Fitrah setiah kali menulis undangan majelisan untuk disebarkan kepada jama’ah, mereka tidak lupa menulis di bagian pojok kanan bawah kertas undangan tersebut, ditului dengan kata “Al Khidmah” yang berarti pelayan atau melayani. Konon dari kebiasaan santri dalam menulis undangan mereka senantiasa mencantumkan kata Al Khidmah, akhirnya warga atau orang-orang dilingkungan pondok yang mendapat undangan dari santri Pondok Pesatren Al-Fitrah menyebut acara majelis dzikir itu dengan nama Majelis Al Khidmah. Sehingga nama itu sampai sekarang terkenal dengan sebutan nama Al Khidmah yakni majelis dzikir yang dipimpin oleh Kyai Ahmad Asrori (Yusuf, 2014:24-25). 2. Visi dan Misi Al Khidmah a. Visi Al Khidmah Mewujukan generasi yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin, yang pandai bersyukur, dapat menyenangkan hati keluarganya, orang tuanya, guru-gurunya hingga Nabi Besar Muhammad SAW
66
sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan hadis serta tuntunan ahklak para Salafuna as-Shalih. b. Misi Al Khidmah 1) Mewujudkan keluarga yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin, yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim doa kepada orang tua. 2) Mewujudkan masyarakat yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin, yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim doa kepada orang tua. 3) Mewujudkan pejabat yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin, yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim doa kepada orang tua. 4) Mewujudkan pengurus jama’ah Al Khidmah yang mampu memfasilitasi terselenggaranya majlis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim doa kepada orang tua. 5) Mewujudkan pengurus Al Khidmah di seluruh tanah air dan dibeberapa Negara tetangga. 6) Mewujudkan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga lebih istiqamah beribadah (Pengurus Pusat Al Khidmah. 2014:4). 3. Dasar Pemikiran Lahirnya Al Khidmah Dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah ini dibentuk karena untuk membentengi generasi muda Indonesia dari maraknya ajaran-ajaran yang
67
menyimpang dari ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Diatara munculnya dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah yaitu: a. Makin susah dan beratnya memegang teguh aqidah, keyakinan, dan perjalanan agama yang benar, tegak dan lurus, seperti menggenggam bara api dalam telapak tangan. b. Makin berkurangnya sikap menyayangi dan menghargai sesama, akibat berkurang atau tiada rasa malu. c. Makin banyaknya orang sering mencampuri urusan-urusan dan hak-hak orang lain, sehingga sering timbul dan bangkit kesalahpahaman dan salah pengertian, sampai ke perpecahan dan permusuhan. d. Ahlul amanah dikhiyanati, sebaliknya Ahlul khiyanah dipercaya, menjadikan yang dekat menjadi yang jauh, sebaliknya yang jauh menjadi dekat. e. Makin
terselubung
dan
kaburnya
persoalan,
sehingga
sulit
membedakan antara yang hak dengan yang bathil, akibat karena beraninya selalu membawa-bawa nama: “Demi Allah, demi Rasulullah SAW, demi agama dan demi kebenaran yang mutlak serta demi bangsa dan negara”. f. Makin terbaliknya pemikiran dan sudut pandang, yang baik dikatakan mungkar sebaliknya yang mungkar dikatakan baik. g. Persoalan Ijtihadiyah, Khilafiah dan Furu’iyyah yang seharusnya untuk saling mengerti, menyayangi, menghargai, memulyakan dan menaungi
68
serta melindungi sesama umat, lebih-lebih umat Islam, disejajarkan dengan persoalan mungkar dan ditduh sebagai perkara bid’ah yang sesat dan menyesatkan, yang menimbulkan makin jauhnya persatuan dan kesatuan umat, lebih-lebih ukhuwah islamiyah. h. Makin terjeratnya hanya oleh daya pikiran dan wawasan, dan tersekap hanya oleh kemampuan ilmu pengetahuan, tanpa disadari hampa dan kosongnya rahasia dan cahaya dari Allah SWT, yang mengiringi, menuntun dan memimbing kearah satu titik “Sidqu at-Tawajjuh” (kebenaran, ketepatan, kemantapan, dan kesungguhan) dalam mengabdi dan berkhidmah kepada Allah SWT. i. Makin berani dalam menangani persoalan, menduduki kedudukan dan dalam menguasai segala kekuasaan, lebih-lebih yang berkaitan dengan persoalan agama, di luar ilmu, keahlian dan kemampuannya. j. Makin banyak yang membanggakan dan mengagungkan pikiran, wawasan dan pendapatnya sendiri, seakan-akan yang paling benar secara mutlak. k. Makin banyak yang men-Tuhankan dan mengedepankan hawa nafsu dan kepentingan pribadi dan kelompok-kelompok, golongan-golongan. l. Makin sedikit dan berkurangnya para tokoh agama, tokoh masyarakat dan para pemimpin yang shalih, yang menjadi suri tauladan dan panutan yang baik, secara lahir dan batin.
69
m. Makin banyak kelompok-kelompok, golongan-golongan yang sesat dan menyesatkan, dengan terang-terangan menampakkan dirinya dengan segala aneka warna yang mengaburkan dan mensilaukan, dan dengan segala macam raut muka yang berbeda-beda (PP Al Khidmah Pelajar dan Mahasiswa, 2013:15-16). 4. Al Khidmah Sebagai Wadah Sadar bahwa manusia tidak akan hidup di dunia selamanya, kyai Asrori telah berfikir jauh ke depan untuk keberlangsungan pembinaan jama’ah yang sudah jutaan jumlahnya. Perkembangan jumlah murid cukup menggembirakan ini sekaligus mengundang kekawatiran. Banyaknya murid yang berbaiat di Thariqah Qadiriyah wan Naqsabandiyah AlUtsmaniyah menunjukkan bahwa ajaran ini memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi murid-murid yang telah berbaiat terus dibina melalui berbagai majelis, sehingga amalan-amalan dari sang guru tetap terpelihara. Di sisi lain banyaknya murid juga mengundang kekhawatiran sang guru. Karena mereka tidak terurus dan terorganisir dengan baik, sehingga pembinaannya pun kurang termonitor. Kondisi inilah yang mendorong beberapa murid senior memiliki gagasan untuk perlunya membentuk wadah di samping dorongan yang cukup kuat dari kyai Asrori sendiri, sehingga diharapkan dengan terbentuknya wadah bagi para muridmuridnya dapat lebih mudah melaksanakan amalan amalan dari gurunya. Maka dibentuklah wadah bernama “Jama’ah Al Khidmah”. Organisasi ini resmi dideklarasikan tanggal 25 Desember 2005 di 70
Semarang
Jawa
Tengah,
dengan
kegiatan
utamanya
ialah
menyelenggarakan Majelis Dzikir, Majelis Khotmil al-Qur’an, Maulid dan Manaqib serta kirim do’a kepada orang tua dan guru-gurunya. Kemudian menyelenggarakan Majelis Sholat Malam, Majelis Ta’lim, Majelis Lamaran, Majelis Akad nikah, Majelis Tingkepan, Majelis Memberi nama anak dan lain lain. Jika diruntut, Kyai Ahmad Asrori memiliki darah keturunan hingga Rasulullah SAW yang ke 38, yakni Ahmad Asrori putra kyai Utsman alIshaqi. Namanya dinisbatkan pada Maulana Ishaq ayah Sunan Giri. Karena kyai Utsman masih keturunan Sunan Giri. kyai Utsman berputra 13 orang. berikut silsilahnya : Ahmad Asrori al-Ishaqi-Muhammad Utsman-Surati-AbdullahMbah Deso-Mbah Jarangan-Ki Ageng Mas-Ki Panembahan Bagus-Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana-Panembahan Agung Sido Mergi-Pangeran Kawis Guo-Fadlullah Sido Sunan Prapen-Ali Sumodiro-Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri-Maulana Ishaq-Ibrahim Al Akbar-Ali Nurul AlamBarokat Zainul Alam-Jamaluddin Al Akbar Al Husain-Ahmad Syah Jalalul Amri-Abdullah Khan-Abdul Malik-Alawi-Muhammad Shohib Mirbath-Ali Kholi’ Qasam-Alawi-Muhammad-Alawi-Ubaidillah-Ahmad Al Muhajir-Isa An Naqib Ar Rumi-Muhammad An Naqib-Ali Al UraidliJa’far As Shodiq-Muhammad Al Baqir-Ali Zainal Abidin-Hussain bin AliAli
bin
Abi
Thalib/Fathimah
binti
Rasulullah
(http://alkhidmahrobayan.blogspot.com/2012/06/kh.html).
71
SAW.
Bapak H. Hasanuddin, S.H. (ketua Al Khidmah pusat masa khidmah 2006-2014) menjelaskan, organisasi Al Khidmah sengaja dibentuk bukan karena latah apalagi berorientasi ke politik praktis, akan tetapi semata mata agar pembinaan jama’ah lebih terarah dan teratur. Siapapun bisa menjadi anggotanya, baik yang sudah baiat
atau yang
belum baiat. Banyak kalangan orang umum baik dari kalangan pejabat maupun rakyat kecil mengikuti acaranya Al Khidmah. Al Khidmah adalah organisasi yang tidak berepihak pada golongan dan partai manapun. Seperti yang telah ditekankan oleh KH. Ahmad Asrori dalam sebuah catatan khusus bahwa berdirinya dan terbentuknya jama’ah Al Khidmah sekali lagi bukan sebagai cikal bakal awal berdirinya suatu partai atau pendukukng dan pembela salah satu organisasi partai. Organisasi Al Khidmah ini jangan dibawa kemana-mana, tetapi selalu berada dimanamana (al-Ishaqi, 2011:31). 5. Lambang, Makna dan Arti Simbolik Al Khidmah a. Lambang Al Khidmah
Gambar 1.1. Lambang/simbul jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah
Lambang Al Khidmah terdiri dari gambar, yaitu: 1) Pena sebagai alat untuk menulis 2) Arah pena yang menunjuk ke arah bawah 72
3) Kitab, 4 buah 4) Bintang, 3 buah 5) Tasbih 6) Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam lingkaran 7) Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke atas. b. Lambang Al Khidmah mengandung arti dan makna : 1) Menjujung tinggi kefitrahan 2) Mengabdi keharibaan Allah SWT 3) Meneladani Rasulullah SAW 4) Menegakkan dan meneruskan jejak Salafuna as-Shalih 5) Berbakti demi Nusa dan Bangsa 6) Dalam naungan dan lindungan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. c. Arti Simbolik dari lambang Al Khidmah : 1) Pena sebagai lambang mencari ilmu. 2) Arah pena ke bawah, melambangkan menuntut ilmu semenjak lahir hingga masuk liang lahat (sampai wafat). 3) Empat buah kitab, merujuk dan mengembalikan semua itu atas dasar al-Qur’an, al-Hadis, al-Ijma’ dan al-Qiyas. 4) Tiga
buah
bintang
melambangkan:
menegakkan
dan
membesarkan al-Islam, al-Iman dan al-Ihsan. 5) Tasbih melambangkan mengikuti ketetapan dan amaliah para ulama’ Salafuna as-Shalih.
73
6) Pentolan
tasbih
yang
mengarah
ke
dalam
menunjukkan
kesungguhan dan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah SWT. 7)
Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke atas, melambangkan bersikap rendah hati agar mawas diri dan toleransi serta arif , bijaksana demi meraih rahmat dan ridha serta keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT .
6. Perkembangan Al Khidmah Perkembangan Al Khidmah dari waktu ke waktu telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menyebar ke luar negeri (Malaysia, Thailand, Singapura, Arab Saudi, Brunai Darussalam, dan lain-lain). Kemajuan tersebut telah menjadikan Al Khidmah menembus dan menyentuh ke berbagai golongan dan kelompok masyarakat, bahkan institusi pemerintahan dan negara. Al Khidmah Kabupaten Semarang mengadakan kegiatan selapanan, maupun majelis yang lain berupa tasyakuran haji/umroh, Walimatul Aqiqah, Walimatunnikah, dan kegiatan peringatan hari besar Islam. Dalam perkembangannya Al khidmah juga masuk di perguruan tinggi dengan nama Al Khidmah kampus. Al Khidmah kampus tidak jauh berbeda dengan Al Khidmah yang dimaksud, hanya saja para mahasiswa sebagai panitia pelaksana. Al Khidmah kampus sendiri sudah tersebar di ± 93 Peguruan Tinggi di Indonesia seperti UI, UII, IAIN, UDINUS, STAIN, UIN, UNDIP, UNES, POLINES, ITB dan lain-lain) dan Universitas luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Thailand. Organisasi ini adalah cikal bakal bagi civitas akademika kampus
74
untuk mewujudkan kehidupan kampus yang berpedoman pada ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Gambar 1.2. Jambore Nasional Al Khidmah Indonesia di Yogyakarta dan Majelis Dzikir Haul Akbar di Country home, Rawang, Malaysia.
7. Sejarah Masuknya Al Khidmah ke Kabupaten Semarang Al Khidmah masuk ke Kabupaten Semarang diperkenalkan kepada masyarakat oleh KH. Abdul Wahab (pengasuh Pondok Pesantren AlMansur Ungaran) dan KH. Hasanudin, SH. Pada tahun 2003. Awal mulanya mengadakan majelis-majelis tahlil (iklilan)dari masjid ke masjid secara berkeliling (safari) dengan ruang lingkup Kota Ungaran dan sekitarnya. Al Khidmah waktu itu berpusat di kantor Radio Rasika Jl. Semanggka No. 7 Ungaran Timur yang pimpinannya adalah bapak H. Hasanudin SH. Berkembangnya para jama’ah di Kota Ungaran dan mendapat dukungan dari masyarakat maka Majelis Dzikir Al Khidmah dibentuklah sebuah kepengurusan. Terpilihlah ketua umum pertama jamaa’ah Majelis Dzikir Al Khidmah yaitu bapak Budiono (Anggota TNI aktif pada saat itu). Pada rintisan dan kepenguruan tersebut diselenggrakanlah majelis Khushushiyah yang masih menginduk di Masjid Baitur Rahman Simpang
75
Lima Semarang dan mengadakan mejelis manakib selapanan di Masjidmasjid Kota Ungaran. Pada tanggal 25 Desember tahun 2005 Hadratus Syekh KH Ahmad Asrori al-Ishaqi r.a. mendeklarasikan jama’ah Al Khidmah di Meteseh Semarang. Sekarang dijadikan Pondok Pesantren Assalafi Al-Fitrah dan sebagai pusat kegiatan majelis manakib selapanan tingkat Jawa Tengah. Dalam deklarasi sekaligus acara sarasehan jama’ah Al Khidmah Indonesia dan Asia di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Semarang menyetujui dan menyepakati secara resmi bapak H. Hasanudin terpilih sebagai ketua umum pertama. Jadi terbentukya kepengurusan Majelis Dzikir Al Khidmah di Ungaran itu sebelum deklarasi Al Khidmah Indonesia. Setelah deklarasi di Meteseh, kemudian kepengurusan di Ungaran yang masih di ketuai bapak Budiono diadakanlah pemilihan ketua atau kepengurusan yang baru. Melalui Musyawarah Daerah (Musda) ke I, terpilihlah ketua yang baru yaitu bapak Drs. Imam Sunaryo. Pada kepengurusannya bapak Imam Sunaryo tersebut kegiatan Al Khidmah mulai merambah dan berkembang di 5 kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. Majelis Khusushusi juga bertambah menjadi 5 tempat, 30 majelis iklilan dan manakib dengan estimasi jama’ah sekitar 5. 000 orang. Pada akhirnya di tahun 2006 menyelenggarakan majelis Haul Akbar yang pertama Kabupaten Semarang di Masjid Ikatan Persatuan Haji Indonesia
76
(IPHI) Ungaran Timur, yang sekarang di jadikan pusat majelis manakib selapanan Kabupaten Semarang. Pada tanggal 06 Mei 2009 Pengurus Pusat Al Khidmah mengamanatkan kepada team 9 untuk melakukan reshuffle kepada pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang masa Khidmah tahun 20072010. Setelah mendapat amanat secara langsung dari Pengurus Pusat Al Khidmah kemudian di tindak lanjuti dengan mengadakan Musayawarah Daerah (MUSDA) ke II Kabupaten Semarang di Masjid Jabal Khoir kampus UNDARIS Ungaran. Hasil MUSDA tersebut terpilihlah bapak kyai M. Zaenuri sebagai ketua umum masa khidmah tahun 2010-2013. Pada fase pengembangan yang kedua ini, jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah tumbuh dan berkembang yang semula hanya ada 5 kecamatan di Kabupaten Semarang menjadi 16 kecamatan diantaranya yaitu Kecamatan Ungaran Timur, Ungaran Barat, Prengapus, Bergas, Tuntang, Pabelan, Bringin, Susukan, Suruh, Tengaran, Bawen, Bandungan, Banyubiru, Sumowono, Bancak dan Kaliwungu. Juga di tambah lagi di dua Kecamatan Kota Madya Semarang yaitu Gunung Pati dan Banyumanik (Pudak Payung). Mulai tahun 2006 sampai 2012 Al Khidmah Kabupaten Semarang sudah menyelenggarakan Haul Akbar sebanyak 7 kali. Bertambah dan berkembangnya Al Khidmah pada tahun 2013 terdapat 75 tempat majelis Iklilan/Manakiban yang tersebar di 19 Kecamatan. Kemudian pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang pada tanggal 03 Februari 2013 mengadakan Rakerda yang ke 6, di MI Ma’arif 77
Keji, Ungaran Barat. Para peserta Musda ke 6 tersebut masih memberi kepercayaan kepada kyai M. Zaenuri yang terpilih kembali menjadi Ketua Umum masa khidmah tahun 2013-2016. Hingga sekarang majelis dzikir Al Khidmah dari bebagai acara di beberapa kecamatan sudah menyebar luas di masyarakat dan di berbagai kalangan yang tidak membedakan-bedakan jabatan, kedudukan, kekayaan dan partai politik manapun. Organisasi Al Khidmah telah tercatat secara resmi di Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan Nomor Akte AHU 25 AH 01.06 Tahun 2011. (wawancara dengan bapak kyai M. Zaenuri). 8. Susunan Pengurus Al Khidmah Kabupaten Semarang Jama’ah majelis dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang derdiri dari Dewan Penasihat, Dewan Pengawas Keuangan, Dewan Pengurus dan Bidang-bidang diantaranya yaitu: a. Dewan Penasehat Dewan penasehat majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang terdiri dari penasehat di beberapa kecamatan atau sebagai imam Khushusy atau sebagai perwakilan. Diantanya penasehat tersebut adalah: 1) KH. Hasanuddin, SH. 2) KH. Mashudi 3) KH. Asyifudin 4) Kyai Kabul 5) Kyai Masykur
78
6) Kyai Syamsudin 7) Kyai Zuhri al-Hafidz 8) Gus Indana Zulfa 9) KH. Nur Kholis 10) KH. Fatkhur Rahman 11) KH. Aris As’ad Nasution 12) KH. Fathan 13) KH. Agus Masna Sofa Fauza 14) KH. Zaenal Muttaqin Wahab 15) Kyai Mahsun 16) Kyai Muhdi Taufiq Wahab 17) H. Nurseri 18) Drs. Imam Sunaryo 19) Drs. H. Abdul Kholiq Rifa’i 20) H. Sumarno Atmojo, SE. b. Dewan Pengawas Keuangan Dewan Pengawas keuangan bertugas untuk mengawasi dan mengoreksi kas masuk dan kas keluar sebagai controlling. Pengawas Keuangan terdiri dari: 1) Abdullah Maskur, SE., M.SI. 2) H. M. Pujiyanto. 3) H. Nur Budiarso. c. Dewan Pengurus
79
Dewan
Dewan pengurus berarti sebagai pelaksana atau mengurusi dalam suatu ornanisasi untuk menjalakan program kerja yang telah ditetapkan melalu Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Kabupaten Semarang. Kepengurusan dibatasi waktu masa khidmah empat tahun dan bisa terpilih lagi setelah diadakn Rakerda berikutnya. Susunan kepengurusan jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah masa Khidmah 2014-2018 adalah sebagai berikut: 1) Ketua
: M. Zaenuri
2) Wakil Ketua I
: H. M. Aris Muji Widodo, SH, M.Hum.
Wakil Ketua II 3) Sekretaris
: Kardiman : Syahrul Munir, SE.
a) Wakil Sekretaris : Ali Sujiono, S,Pd. b) Wakil Sekretaris : M. Solihin, ST. 4) Bendahara
: M. Nur Kholis
a) Wakil Bendahara
: M. Sutrisno
b) Wakil Bendahara
: M. Sholeh
d. Bidang-Bidang 1) Kepala Bidang Organisasi Anggota
: Supriyono, S.Pd. : Shohibul Makmun, S.Pd.
2) Kepala Bidang Penyelenggaraan Majelis : Ustadz Faqih Al Hafidz Anggota
: Ustadz Harisun, Ust adz Mukhlasin
3) Kepala Bidang Pelajar & Mahasiswa : Abdul Ghoni, S.Pd.I. Anggota
: Adli Hidayat, SH.
80
4) Kepala Bidang Dana & Usaha
: Roni Pujiyanto
: Pintoko Ariwibowo, H. As’ad, M. Qosim.
Anggota
5) Kepala Bidang Pendidikan Anggota
: Sasmito
: M. Sokhib, Rokan, Gus Birun
6) Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan : ibu Siti Rohmah Anggota
: Ibu Wahyu, ibu Muthomimah, Titik Indriyana, S.
Sos.I, dan ibu Ihsan. 7) Kepala Bidang Humas/ Kominfo Anggota
: M. Ardiyanto
: Bambang Riyanto, SH. Aris, Fatin, M. Soleh,
8) Kepala Bidang Mobilisasi Jama’ah
: Mukhlisin
Anggota : Rohmiyadi, Sutrisno, Warseno, Dulrohman, Amir Bener, Tohir, Hanafi Faiz.
9) Kepala Bidang Kesekretariatan
: Muh Kamadun
Anggota : H. Imam Rosyidi, Beny Setiawan Gundong, Agusnanto, Wagiman, Mohayen, Mujiono, Ahmad Rodli, Rohman, Hidlayat Jawas (Dokumen Al Khidmah Kabupaten Semarang). B. Kegiatan dan Amaliah Al Khidmah Kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah sudah tercantum di dalam buku Pedoman Kepemimpinan, Kepengurusan dalam Kegiatan, Amaliyah Ath-Thoriqoh dan Al Khidmah tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AD/ART. Di dalam AD/ART tersebut berisi tentang kegiatan-kegiatan Al Khidmah, diantaranya yaitu:
81
1. Kegiatan Al khidmah a. Bidang Agama 1) Menyelenggarakan majelis dzikir, Maulid dan manakib serta kirim doa kepada orang tua dan guru-gurunya. 2) Menyelenggarakan majelis Shalat malam 3) Menyelenggarakan Majelis Ta’lim 4) Menyelenggarakan majelis lamaran atau Khitbah 5) Menyelenggarakan majelis Akad nikah 6) Menyelenggarakan majelis Tingkepan atau selamatan tujuh bulan kandungan 7) Menyelenggarakan majelis memberi nama anak atau Walimah atTasmiyyah 8) Menyelenggarakan majelis Sunatan atau Khitanan 9) Menyelenggarakan majelis Khotmil al-Qur’an 10) Menyelenggarakan Majelis Sya’ban dan lain-lain. b. Bidang pendidikan 1) Proses belajar mengajar dengan sistem Pondok Pesantren as-Salafi. 2) Menyelenggarakan pendidikan formal (TK s/d Universitas). c. Bidang Sosial berfungsi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat. d. Bidang Ekonomi 1) Mengupayakan tumbuhnya ekonomi kerakyatan
82
2) Mendorong tumbuh kembangnya KOPERASI masyarakat (alIshaqi, 2003:17). 2.
Amaliyah Al Khidmah Rangkaian amaliyah yang dilakukan oleh jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah dalam berbagai majelis sangatlah banyak sekali. Majelis tersebut dilakukan di beberapa daerah mulai tingkat Desa, tingkat Kecamatan, tingkat Kabupaten, tingkat Provinsi dan sampai tingkat Manca Negara. Amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah diantaranya meliputi: b. Majelis dzikir, Maulid, Manakib dan Ta’lim Majelis Dzikir, Maulid, Manakib serta ta’lim adalah mejelis yang mengamalkan bacaan al-Fatihah, Istighatsah, Maulid Nabi Muhammad SAW. dan Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a. majelis ini dipimpin oleh Imam Majelis Dzikir, maulid dan manakib serta ta’lim. Adapun urutan acaranya adalah sebagai berikut: 1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah) 2) Membaca Istighatsah 3) Membaca surat Yasin 4) Membaca Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a 5) Doa manakib 6) Tahlil 7) Doa tahlil
83
8) Mauidzoh hasanah 9) Doa (Al-Ishaqi, 2011:88). c. Majelis dzikir, Maulid, Manakib Kubro serta Majelis Ta’lim Adalah kegiatan gabungan dari majelis yag sama dari beberapa tempat dan daerah atau wilayah, pada waktu dan tempat yang telah diputuskan bersama dengan para pengurus Thariqah dan para pengrus Al Khidmah. 1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah) 2) Membaca Istighatsah 3) Membaca surat Yasin 4) Membaca Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a 5) Doa Manakib 6) Tahlil 7) Doa tahlil 8) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal) 9) Sambutan shohibul bait/pinisepuh 10) Sambutan mewakili pejabat 11) Mauidhah hasanah 12) Penutup doa Maulidurrasul SAW (Al-Ishaqi, 2011:91).
84
Gambar 1.3. Sambutan Bapak Emil Sanif Tarigan (ketua Al Khidmah Pusat) dan para sesepuh Al Khidmah bersama Bapak Mohammad Nuh (mantan Menteri Pendidikan RI).
d. Majelis Haul atau Haul Akbar Majelis Haul Akbar adalah majelis dzikir, Maulidurrasul SAW dan kirim doa kepada guru-guru, Ibadillahisshalihin (hamba-hamba Allah yang shalih-shalih), serta untuk kirim doa kepada orang tua, pinisepuh, juga kepada Arwahul Muslimin wal Muslimat wal Mu’minin wal Mu’minat. Majelis ini dilaksanakan dalam kawasan wilayah terbatas, pada waktu dan tempat yang telah diputuskan bersama oleh para dewan penasihat, pengurus Thariqah dan pengrus Al Khidmah yang disampaikan kepada guru Thariqah (al-Ishaqi, 2011:93).
Adapun urutan acaranya adalah sebagai berikut: 1) Membaca Surat al-Fatihah (hadharah) 2) Membaca Istighatsah 3) Membaca Surat Yasin 4) Membaca doa Surat Yasin 5) Manakib 6) Doa manakib 7) Tahlil 8) Doa tahlil 9) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal)
85
10) Sambutan shohibul bait/pinisepuh 11) Sambutan mewakili pejabat 12) Mauidhah hasanah 13) Penutup doa MaulidurrasulSAW. (Dokumen rangkaian amaliah jama’ah Al Khidmah dalam berbagai majelis).
Gambar. 1.4. Haul Akbar di halaman kantor Kec. Susukan Kab. Semarang.
e. Majelis khotmil Qur’an Urutan acaranya adalah sebagai berikut: 1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah) 2) Membaca Istighatsah 3) Membaca al-Qur’an bersama-sama, setiap orang mebaca satu juz dengan diakhiri membaca surat al-Fatihah satu kali surat alIhklash tujuh kali. Bagi para jama’ah yang tidak membaca alQur’an satu juz maka dimohon untuk membaca surat al-Ihklash sebanyak-banyaknya sampai khatam membaca al-Qur’an. 4) Doa Khotmil al-Qur’an
86
5) Tahlil dzikir bersama 6) Doa tahlil 7) Doa Birrul Walidain 8) Doa Bihaqqil Fatihah (al-Ishaqi, 2011:97). f. Shalat Malam Urutan acaranya sebagai berikut: 1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah) 2) Istighatsah 3) Khotmil Qur’an atau baca surat Yasin 4) Doa pendek khotmil Qur’an 5) Tahlil lengkap (Iklil) 6) Shalat tasbih 7) Shalat hajat 8) Doa shalat tasbih.
Gambar 1.5. Majelis sholat tasbih dan ramah tamah di Masjid Subulus Salam, Nyatnyono, Ungaran Barat.
g. Majelis as-Syuro (Sepuluh Muharam) 1) Shalat Magrib 2) Sholat tasbih
87
3) Membaca Surat al-Ihklash 1000 kali atau semampunya 4) Doa Sholat tasbih dan doa hari as-syura’ (al-Ishaqi, 2011:98). h. Majelis akhir dan awal tahun Hijriyah 1) Akhir tahun a) Membaca surat al-Fatihah (hadharah) b) Membaca Istighatsah c) Membaca surat Yasin d) Membaca doa Surat Yasin e) Membaca Tahlil f)
Doa akhir tahun (dibaca tiga kali secara bersama).
2) Awal tahun a) Sholat magrib sampai selesai b) Shalat tasbih dan doa shalat tasbih c) Dzikir d) Doa awal tahun (dibaca tiga kali secara bersama) e) Istirahat diselingi makan hidangan f)
Shalat isya’.
3) Sambutan Shohibul bait/pinisepuh 4) Sambutan mewakili pejabat 5) Mauidhah hasanah 6) Penutup doa Maulidurrasul SAW. (Dokumen rangkaian amaliah jama’ah Al Khidmah dalam berbagai majelis). i. Acara Dies Natalis Perguruan Tinggi
88
Urutan acaranya sebagai berikut: 1) Membaca surat Al-Fatihah (hadharah) 2) Istighatsah 3) Khotmil Qur’an 4) Membaca shalawat ‘Ibadallah 5) Membaca shalawat Yaa Arhamarrohimin 6) Dzikir dan nadhoman 7) Doa tahlil 8) Maulidurrasul SAW 9) Sambutan-sambutan 10) Mauidhah hasanah 11) Doa penutup. j. Acara Majelis Maulid Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabi’ul awal Urutan acaranya sebagai berikut: 1) Al-Fatihah (hadharah) 2) Istighatsah (tidak memakai dzikir dan tahlil, setelah membaca Yaa Arhamarrohimin langsung membaca maulid) 3) Maulidurrasul SAW/Mahalul qiyam (dengan diiringi rebana atau terbang) 4) Doa Maulidurrasul SAW 5) Mauidhoh hasanah 6) Membaca sholawat Fii Hubby Sayyidina Muhammad
89
7) Ceremony lempar buah (oleh habaib dan para kyai) (Dokumen rangkaian amaliah jama’ah Al Khidmah dalam berbagai majelis).
Gambar. 1.6. Majelis Haul Akbar Kedinding Surabaya 2015
k. Majelis Nisfu Sya’ban Urutan acaranya sebagai berikut: 1) Membaca surat Al-Fatihah (hadharah) 2) Istighatsah 3) Membaca surat Yasin 4) Doa suarat Yasin 5) Doa Nisfu Sya’ban. l. Majelis tahlil/iklil Urutan acaranya adalah sebagai berikut: 1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah) 2) Membaca Istighatsah 3) Membaca surat Yasin 4) Membaca doa Surat Yasin 5) Tahlil (mengacu pada kitab al-Iklil) 6) Doa tahlil 7) MaulidurrasulSAW (Fihubby/Asyraqal) 90
8) Sambutan Shohibul bait/pinisepuh 9) Mauidhah hasanah atau ceramah agama 10) Penutup doa. m. Majelis lamaran (khithbah) Urutan acaranya adalah sebagai berikut: 1) Membaca surat al-Fatihah (Hadharah) 2) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal) 3) Pengajuan lamaran dari wali pihak laki-laki atau wakilnya 4) Jawaban pihak perempuan ataua wakilnya 5) Doa. n. Majelis akad nikah Urutan acaranya adalah sebagai berikut: 1) Taukili wali (kalau memang diwakilkan) 2) Pembukaan dengan membaca surat al-Fatihah 3) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal) 4) Khutbah nikah 5) Akad nikah 6) Doa akad nikah 7) Sambutan shohibul bait 8) Mauidhah hasanah atau ceramah agama 9) Penutup doa Maulidurrasul SAW.
91
Gambar 1.7. Akad Nikah di rumah Bapak Junaedi di Kalirejo Ungaran Timur dan mauidhoh hasanah oleh Habib Umar al-Jilanani (Makah).
o. Majelis Walimatul Ursy Urutan acaranya adalah sebagai berikut: 1) Pembukaan dengan membaca surat al-Fatihah 2) Pembacaan ayat suci al-Qur’an al-Karim 3) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal) 4) Sambutan Shohibul bait (atau tuan rumah) 5) Mauidhah hasanah 6) Penutup doa Maulidurrasul SAW.
p. Majelis Walimatul Hamli/tujuh bulan masa kehamilan Urutan acaranya adalah sebagai berikut: 1) Membaca surat al-Fatihah 2) Membaca Istighatsah 3) Pembacaan surat Muhammad, surat Thoha, surat Yusuf, Surat Maryam (dibaca secara perorangan dan bersama-sama) 4) Doa 5) Maulidurrasul SAW (Fihubby/Asyraqal) 6) Sambutan Shohibul bait/pinisepuh 7) Mauidhah hasanah atau ceramah agama
92
8) Penutup doa MaulidurrasulSAW. q. Majelis Walimatut Tasmiyah/pemberian nama potong rambut bayi Urutan acaranya adalah sebagai berikut: 1) Membaca surat al-Fatihah (hadharah) 2) Membaca Istighatsah 3) Membaca surat Yasin 4) Membaca doa surat Yasin 5) MaulidurrasulSAW (Asyraqalan) disertai dengan potong rambut kepala bayi 6) Sambutan Shahibul bait/tuan rumah 7) Mauidhah hasanah atau ceramah agama 8) Penutup doa MaulidurrasulSAW. r. Kegiatan Al Khidmah atas undangan pribadi atau lembaga lain. Seluruh agenda acara dikordinaskan dengan pengurus Al Khidmah. Adapun acara yang dapat dipenuhi adalah sebagai berikut: 1) Haul 2) Tahlil 3) Tasyakuran 4) Keselamatan lamaran atau Khitbah 5) Akad nikah 6) Walimatul Ursy 7) Walimatul Hamli 8) Walimatut Tasmiyah
93
9) Serta kegiatan kegiatan-kegiatan agama lainnya (Al-Ishaqi, 2011:98-102). 3. Bentuk Amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah Kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah yang dilakukan di Kabupaten Semarang yaitu majelis rutinan atau disebut dengan Selapanan. Majelis Dzikir Selapanan tersebut dilakukan setiap hari Jum’at pahing malam Sabtu Pon di Masjid Agung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kabupaten Semarang tepatnya di depan rumah Dinas Bupati Kabupaten Semarang. Majelis Selapanan di Kabupaten Semarang dengan acara initinya pembacaan Manakib Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. dan MaulidurrasulSAW. Majelis tersebut dihadiri oleh segenap jama’ah Al Khidmah se-Kabupaten Semarang dan dari berbagai daerah atau kecamatan. Dari beberapa daerah terdiri dari Kecamatan Ungaran Barat, Ungaran Timur, Gunung Pati, Bergas, Pringapus, Suruh, Tuntang, Bandungan, Ambarawa, Tengaran, Bancak, Bringin, Pabelan, Susukan, Kaliwungu dan Kota Madya Salatiga. Acara Selapanan dimulai dari pukul 18.00 WIB dengan melakukan sholat magrib berjama’ah sampai pukul 23.00 WIB. Karena jama’ah Al Khidmah setiah ada mejlisan bisa dipastikan jam 23.00 WIB sudah selesai jikalau lebih kira-kira 15 menit (wawancara dengan Kyai M. Zaenuri). Adapun tata cara dan urutan kegiatanMajelis Dzikir Al Khidmah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Pembacaan Wasilah (lantaran)
94
Pembacaan wasilah yaitu upaya sebagai tawasul yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya Nabi, para sahabat, Tabi’in,Tabi’ut Tabi’in, para guru-guru, masyayikh, orang tua yang telah mendahului kita dan muslimin muslimat. Tawasulan di baca oleh seorang imam majelis yang duduk di depan berhadapan denga para jama’ah. Ketika pembacaan tawasulan para jama’ah membaca surat alFatihah setelah imam majelis membaca sampai syai’ul lillaahi lanaa walahum al-Faatihah. Dengan membaca wasilah dan surat al-Fatihah tersebut para jama’ah berharap mendapat syafaat dari Rasulullah SAW di dunia maupun di akhirat dan berharap mendapat barokahnya majelis tersebut. Adapun bacaan wasilah yang dilakukan oleh jama’ah Al Khidmah adalah sebagai berikut:
95
b. Pembacaan Istighotsah Pembacaan Istighotsah yaitu membaca bacaan-bacaan dzikir yang isinya memohon ampunan kepada Allah SWT, berisi pujian-pujian, dan pengagungan nama-nama Allah SWT. Majelis Dzkikr Al Khidmah dalam membaca Istighotsah masing-masing dibaca sebanyak 7/11/100 kali. Bacaan Istighotsah tersebut yaitu:
96
(Al-Ishaqy, 2012:12) c. Pembacaan surat Yasin Pembacaan surat Yasin dilakukan oleh orang yang sudah ditunjuk sebagai pembaca. Pembaca tersebut bisa disebut juga sebagai team (anggota) pembaca. Tim pembaca terdiri dari pembacaan surat Yasin, pembacaan maulid ad-Diba’i, manakib dan sholawat. d. Doa surat Yasin Doa yasin dibaca oleh salah satu dari imam majelis dzikir atau kyai, sesepuh yang berkenan untuk membacanya. Ketika doa surat yasin sedang dibaca maka para jama’ah mengikuti dan mengamini bacaan doa surat yasin tersebut. Adapun doa surat yasin yang dibaca yaitu:
e. Pembacaan Manakib Syeh Abdul Qadir Al-Jailani r.a. Membaca manakib Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. berati membaca sejarah biografi kehidupan, karamah, dan kemulyaannya
97
sebagai Sulthanul Auliya’ (pemimpinnya para wali). Dalam manakib selain berisi tentang sejarah tetapi juga berisi doa-doa yang dipanjatkan. Majelis Dzikir Al Khidmah dalam membaca manakibnya Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. Dengan dilagukan yang unik dan khas ala Al Khidmah. Manakibnya Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. terdiri dari tujuh bab. Ada doa yang dipanjatkan para jama’ah yang dibaca secara serentak oleh majelis dzikir yaitu ketika berpindah dari bab satu ke bab berikutnya. Selain itu juga di dalam manakib ketika disebut nama Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. Para jama’ah membaca surat al-Fatiah secara bersama. Bacaan doa yang ada di dalam manakibnya Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. yaitu:
f. Pembacaan Doa Manakib Setelah selesai pembacaan manakib maka dilanjutkan dengan membaca doa manakib dan membaca nadham atau puji-pujian kepada Allah SWT. Nadhaman tersebut dibaca oleh team (anggota) yang bertugas dan bacaannya juga mempunyai lagu yang khas. Bacaan Nadhaman tersebut yaitu:
98
.(Al-Ishaqy, 2012: 123-124 Setelah pembacaan nadham di atas, amak dilanjutkan dengan membaca Nadham al-Istiqbaalaat wat Tawajjuhaat wal Munaajaat dengan dilagukan khas Majelis Dzikir Al Khidmah. Dalam pembacaan nadham tersebut dibaca oleh tim pembaca manakib dan untuk para jama’ah membaca tahlil La Ilaha Illallah sampai selesai pembacaan nadham. Adapun nadham al-Istiqbalat wa Tawajuhat
wal Munajat tersebut yaitu:
.(al-Ishaqy, 2012: 161-162) g. Pembacaan Doa Tahlil Pembacaan doa tahlil bisa dimintakan atau dibaca oleh kyai dan masyayikh ataupun seseorang yang dianggap mampu. Doa tahlil bisa menggunakan doa dengan kalimat yang panjang atau bisa juga semampu dan sekehendak yang berdoa. Ketika Kyai atau sesepuh membaca doa para jama’ah mengamini doa tahlil tersebut dengan khusyuk dan penuh ta’dzim.
99
h. Pembacaan MaulidurrasulSAW Majelis dzikir Al Khidmah dalam pembacaan Maulidurrasul SAW bisa dilakukan dengan membaca shalawat Fihubby Sayyidina Muhammad atau membaca Maulidad-Diba’iy karangan al-Imam alHafidz Abdurrahman ad-Diba’i. Ditengah-tengah pembacaan maulid semua jama’ah berdiri ketika pembacaan Mahal al-Qiyam atau disebut juga Asroqalan dengan dengan diiringi rebana. Para jama’ah mengikuti dengan khusyuk dan bahkan sampai ada yang meneteskan air mata, karena para jama’ah meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW hadir dalam majelis tersebut. Adapun Asyraqalan yang biasa dibaca oleh jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah adalah sebagai berikut:
i. Pembacaan Doa Maulidurasul SAW Doa Maulidurrasul SAW dibaca oleh salah seorang kyai, masyayikh atau ustadz setelah pembacaan Mahal al-Qiyam.
100
j. Sambutan-Sambutan Sambutan yang pertama dimintakan kepada Ketua Al Khidmah sebagai ungkapan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah tersebut. Sambutan yang kedua dimintakan oleh ketua panitia, ketua ta’amir masjid atau pejabat pemerintah. k. Mauidhah Hasanah Untuk mengisi acara sebagai penceramah atau bisa disebut mauidhah hasanah itu biasanya disampaikan oleh seorang kyai, atau ustadz yang diundang dari luar daerah. Terkadang juga Mauidhah hasanah dimintakan langsung kepada ketua toariqoh pusat. Tetapi jika momentnya dalam rangka Haul Akbar di Kedinding Surabaya, Tausiyyah atau Mauidhah hasanah diisi secara langsung oleh cucu Syeh Abdul Qadir Al-Jailani r.a. yang ke 17 yakni al-Habib Umar alHadi al-Jailani r.a. dari Kota Suci Makah al-Mukarromah. Dalam penyampaian mauidhah hasanah mengenai pembahasan atau tausiyah yang disampaikan bervariasi, diantarnya yaitu yang berkaitan dengan ilmu fikih, tauhid, muamalah, Qishat al-Ulama’, akhlak dan lain-lain. Tetapi biasanya lebih ditekankan pada kajian ilmu tasawuf dan akhlak. l. Doa Penutup Doa penutup berati akhir dari serangkaian acara Majelis Dzikir, biasanya di baca oleh seoarang kyai atau masyayikh. Setelah pembacaan doa penutup dilanjutkan dengan acara ramah tamah bagi para habaib, 101
para kyai, para masyayikh dan para tamu undangan termasuk dari pejabat pemerintah. 4. Bentuk Amaliyah Majelis Khusushiyah Majelis khushushy merupakan salah satu bagian dari kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Al Khidmah. Majelis khushushymerupakan“Rabithoh al-Qolbiyyah wa Shilaturruhiyyah” yaitu untaian, rangkaian, jalinan, dan ikatan detak hati, desah nafas, langkah perjalanan lahir batin, jasmani dan rohani, bersama-guru-guru, sampai kehadirat Baginda Habibillah, Rasulullah SAW. dan Malaikat Jibril a.s. dimohonkan, dihantarkan dan dihaturkan keharibaan Allah SWT. Majelis Khushushy betujuan demi meraih lembut, halus, besar dan agungnya kasih sayang, pengampunan, keberkahan dan kemulyaan dari Allah SWT. Ternaungi dan terlindungi, selamat dan aman dari segala ujian, cobaan, mushibah, malapetaka dan dari sesiapa yang berencana atau berbuat buruk dan jahat dan dari segala fitnah di dunia dan di akhirat. Majelis Khushushy juga dapat menjadikan seseorang terobati dan tersembuhkan dari segala penyakit dan sakit lahir, batin, jasmani dan rohani. Terurai dan terlepas dari segala persoalan, permasalahan, keresahan,
keriasuan,
kegelisahan,
kesediahan
dan
kegoncangan.
Terpenuhi dan teratasinya segala hajat, kebutuhan, kepentingan, amanat dan tanggung jawab. Terbuka dan bersinarnya penuh cahaya hati serta rohani, di dalam bersimpuh, menghadap keharibaan Allah SWT. seakan-
102
akan menatap dan melihat Allah SWT. Atau merasa ditatap, diperhatikan dan dilihat oleh Allah SWT (Al-Ishaqy, 2011:
– ).
Majelis khususiyah di kabupaten semarang dilakukan diberbagai daerah maupun kecamatan. Pelaksanaan tempat dan waktu majelis khushusy diberbagai daerahpun juga berbeda-beda. Bagi para jama’ah sudah mengikuti Mubaya’ahThariqahQadiryah wa Naqsyabandiyah alUtsmaniyah oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi wajib mengikuti majelis khushusiyah. Tetapi bagi jama’ah yang belum pernah baiat tetap diperkenankan untuk mengikuti majelis Khushusiyah. Bacaan Khushushy al-Khotmy tersebut adalah sebagai berikut: a. Membaca Tawasulan
.(al-Ishaqy, 2012: 1) b. Membaca shalawat
c. Membaca surat Al-Insyirah 79 kali, atau kurang dari 79 kali.
103
d. Membaca surat Al Ikhlash 100 kali, atau kurang dari 100 kali. e. Membaca tawasul singkat untuk di tujukan kepada guru-guru.
f. Membaca shalawat dan doa (atau kurang 100 x) yiatu sebagai berikut:
g. Membaca tawasulan (al-Fatihah) dilanjutkan dengan shalawat, yaitu:
104
h. Kemudian berhenti dan diam sejenak dengan penuh ketenangan, hadapkan dan dekatkan hati keharibaan Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Agung, dengan disertai rasa rendah diri, diletakkan dirinya di bawah telapak kaki semua makhluk Allah SWT, dan tidak sekali-kali merasa dirinya lebih baik dan utama dari orang lain, merasa penuh lalai, lemah, serba kurang, sembrono (tidak hati-hati), durhaka dan hina (AlIshaqy, 2012: 14-30). Atau bisa berdoa sesuai apa yang menjadi hajat dan keinginan pribadi masing-masing jama’ah. Kemudian ditutup doa yaitu:
. i. Setelah berdoa dilanjutkan membaca shalawat lagi, yaitu:
105
j. Kemudian diam sejenak berdoa lagi dengan penuh hadhir dan khusyu’ (tenang) hati dan rohani dengan ketenangan, hadapkan dan dekatkan hati kehadirat Allah SWT yang Maha Besar dan Agung. Setelah itu membaca doa:
(Al-Ishaqy, 2012:31-40). k. Membaca shalawat (nadhaman) al-Fariidatul Jaliilah fii Nadlmi Asmaa’i Masyayihissilsilah, yaitu:
106
l. Kemudian yang terakhir membaca Ash-Shalawat ar-Roliyyah, yaitu sholawat karangan syekh Romli Tamim Rejoso Jombang seorang Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah guru dari Kyai Utsman al-Ishaqy (ayahanda KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi). Adapun bacaan sholawatnya yaitu:
m. Mauidhah Hasanah dan Ta’lim Dalam
memberikan
Mauidhah
hasanah
ketika
majelis
khushusydisampaikan oleh Imam Khushushy atau sesepuh yang hadhir, atau biasanya secara langsung disampaikan langsung oleh ketua Al Khidmah Kabupaten Semarang yaitu kyai M. Zaenuri. Setelah Mauidah hasanah selesai dilanjutkan membaca kitab Al-Muntakhabat (karangan KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy) oleh para sesepuh, masyayikh dan kyaikyai di tempat diadaknnya majelis Khushusiyah. n. Mushafahah (berjabat tangan)
107
Pada acara Mushafahah ini para jama’ah Al Khidmah membentuk lingkaran dengan berbaris. Mushafahah di mulai dari imam khushusy yang kemudian diikuti oleh para jama’ah dengan diiringi lantunan sholawat Allahumma sholli ‘Ala Muhammad. o. Ramah-tamah (makan bersama) di serambi masjis-masjid dimana tempat yang diselenggarakannya majelis Khusushyah se-Kabupaten Semarang, dengan hidangan dan minuman alakadarnya. C. Standar Operating Prosedure (SOP) Kegiatan Al Khidmah Untuk mneyelenggarakan majelis dzikir Al Khidmah diberbagai tempat maka mepunyai syarat-syarat dan hal-hal yang harus memenuhi Standar Operatting Procedur (SOP), diantaranya yaitu: 1.
Penetapan Tempat Majelis Khushushy a.
Pengurus Thoriqoh mengajukan penetapan tempat kepada Guru Thoriqoh, melalui pengurus pusat.
b.
Tempat
majelis
Khushusy
harus
segera
ditempati
setelah
disampaikan / diahturkan kepada guru Thoriqoh. c.
Pengurus Al Khidmah bertanggung jawab untuk mencari beberapa alternatif calon tempat majelis Khushusy, dengan memperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1) Mendapat restu dari pinisepuh, Kepala Desa, dan masyarakat desa setempat dan apabila di Masjid/Musholla juga mendapat restu dari takmir/nadzir (ketua/pengurus masjid).
108
2) Luas tempatnya dapat menampung seluruh calon jama’ah majelis Khushusy. 3) Mudah di jangkau dari berbagai jurusan/arah dan tempat. 4) Tidak bersamaan dan terganggu dengan acara kegiatan lain. 5) Jarak dengan tempat majelis khushusy lainnya minimal 3 km atau lain desa yang berjauhan/secara bergilir antara desa yang berdekatan. 2.
Pelaksanaan Majelis Khushushy 1) Setelah tempat dan waktu khushusy disampaikan/dihaturkan kepada guru
Thoriqoh
dan
meneriam
penetapannya
maka
para
murid/jama’ah di desa dan daerah yang terdekat, harus segera melaksanakan Majelis Khushusy. 2) Pada putaran 1-5 yang menjadi imam Khushusy adalah Imam Khushusy yang ditinjuk oleh guru Thoriqoh atau Imam Khushusydari daerah terdekat dengan sepengetahuan dan persetujuan pengurus Thoriqoh wilayahnya. a. Selanjutnya pengurus Thoriqoh memilih 2-3 orang calon Imam Khushusy setempat, disampaikan/dihaturkan kepada guru Thoriqoh (Pedoman Kepemimpinan, Kepengurusan dalam kegiatan, amaliah ath-Thoriqoh dan Al Khidmah, 2003:18-19). 3.
Penyelenggaraan Majelis Dzikir, Maulid, Manakib dan Ta’lim a.
Setiap majelis Khushusy wajib menyelenggarakan majelis dzikir, maulid, dan manakib sertta ta’lim minimal sebulan sekali
109
b. Di setiap desa boleh diselenggarakan secara istiqomah / tetap dan secara bergilir antara tempat pertempat atau rumah per rumah c. Majelis dzikir maulid dan manakib serta ta’lim dipimpin oleh seseorang yangtelah dipilih dan ditetapkan oleh jama’ah dari imam khushusy/kyai dan ustadz dan pinisepuh yang diundang dari luar murid dan selain jama’ah Al Khidmah d. Majelis tersebut yerbuka umtuk umum dan mengundang para kyai/ustadz/pinisepuh dan tokoh masyarakat setempat e. Dalam mejelis yang lebih besar (kubro) juga mengundang para kyai/ustadz, para pinisepuh, para pejabat pemerintahan, kumpulankumpulan dan lembaga-lembaga serta organisasi-organisasi dari dalam dan luar daerah dan wilayahnya (Pedoman Kepemimpinan, Kepengurusan dalam kegiatan, amaliyah Ath-Thoriqoh dan Al Khidmah, 2003:22). D. Pengalaman Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang dalam Membetuk Keluarga Sakinah Jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten semarang mempunyai motivasi dan pengalaman spiritual yang berbeda-beda dalam mengikuti majelis dzikir. Setelah penulis melakukan wawancara terhadap jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang pengalamannya, yaitu: Peran yang diharapkan dan yang hendak di capai bagi jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah diantaranya adalah yang terdapat dalam misi Al Khidmah
110
itu sendiri yaitu mewujudkan keluarga yang sholih sholihah sejahtera lahir dan batin yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manakib serta kirim doa kepada orang tua. Kunci dari ketenanagn jiwa dan keluarga adalah Waladin Sholihin Yad’ulah (anak sholih yang bisa mendoakan orang tuanya). Mendoakan bukan hanya kepada kedua orang tuanya saja, tetapi juga kepada para guru, masyarakat. Jika menginginkan keluarganya sakinah maka harus di dasari dengan kesabaran, estu (sungguh-sungguh) dan di imbangi dengan dzikir tentunya. Tetapi perlu di ingat bahwa keharmonisan dalam keluarga tidak hanya terpicu pada mengikuti majelis dzikir saja, tetapi harus dengan ikhtiar bekerja. Tawasulan dan tabarukan kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a melalai pembacaan manakibnya itu juga merupakan kunci untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah. Selain itu, jama’ah majelis dzikir Al Khidmah berharap akan mendapatkan syafa’at dari Rasulullah dengan melantunkan sholawat Nabi Muhammad, kirim do’a kepada masyayikh, kirim doa kepada kedua orang tua dan muslimin muslimat. Para jama’ah merasakan dan mengakui bahwa peran dari kegiatankegiatan yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Al Khidmah sangatlah besar. Salah satu peran dari mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah yaitu untuk mewujudkan pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT dan mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah serta suka mendoakan kepada kedua orang tua, guru-guru sehingga dengan harapan bisa mencontoh akhlak para Salafuna as-Sholih lebih-lebih dapat mencontoh akhlak Rasulullah
111
SAW. Kemudian diantara manfaatnya mengikuti kegiatan majelis dzikir Al Khidmah yakni hati menjadi tenang tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, beban berat menjadi terasa ringan, dan menjadi salah satu sebab berkah rizqinya. Karena barang siapa berdzikir maka hatinya akan menjadi tenang. Seperti firman Allah dalam al-Qur’an “Alaa Bidzikrillahi Tathmainnul Quluub” (dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang). Para jama’ah sangat antusias sekali dalam mengikuti kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah, selain mengajak dirinya pribadi untuk berdzikir kepada Allah, tetapi juga mengajak keluarga, kerabat, tetangga, teman kerja ataupun kepada masyarakat yang ada di lingkungannya untuk berbondong-bondong mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. Para jama’ah yang sudah punya keyakinan dan I’tiqad yang sangat kuat, majelis dzikir dijadikan sebagai wadah dan sarana untuk mewujudkan keluarga yang sakianh, mawaddah dan rahmah. Tidak heran jika di dalam majelis dzikir banyak jama’ah yang meneteskan air mata ketika do’a maupun dzikir Fida’ (membaca Laa ilaha illallah). Dalam bahasan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk keluarga sakinah, bahwa Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran dan manfaat yang sangat besar dalam mensucikan jiwa (Tazkiyatun nufus), menjernihkan akal pikiran dan menjadikan hati tenang. Ketika hati selalu di ajak untuk berdzikir maka hati akan menjadi sehat, bukan hati saja tetapi seluruh anggota tubuh juga akan merasakan efek positif dari dalam hati. Itulah perlunya berdzikir setiap saat, dzikir tidak harus mengkhususkan pada
112
waktu-waktu tertentu tetapi dzkir bisa dilakukan di manapun dan dalam keadaan apapun. Jika tidak bisa dengan lisan maka dzikir bisa dilakukan di dalam hati (wawancara dengan bapak kyai M. Zaenuri). 1. Bapak Kyai Moh. Zaenuri Peran yang diharapkan dan yang hendak di capai bagi jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah diantaranya adalah yang terdapat dalam misi Al Khidmah itu sendiri yaitu mewujudkan keluarga yang sholih sholihah sejahtera lahir dan batin yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manakib serta kirim doa kepada orang tua. Kunci dari ketenanagn jiwa dan keluarga adalah Waladin Sholihin Yad’ulah (anak sholih yang bisa mendoakan orang tuanya). Mendoakan bukan hanya kepada kedua orang tuanya saja, tetapi juga kepada para guru, masyarakat. Jika menginginkan keluarganya sakinah maka harus di dasari dengan kesabaran, estu (sungguh-sungguh) dan di imbangi dengan dzikir tentunya. Tetapi perlu di ingat bahwa keharmonisan dalam keluarga tidak hanya terpicu pada mengikuti majelis dzikir saja, tetapi harus dengan ikhtiar bekerja. Salah satu peran dari mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah yaitu untuk mewujudkan pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT dan mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah serta suka mendoakan kepada kedua orang tua, guru-guru sehingga dengan harapan bisa mencontoh akhlak para Salafuna as-Sholih lebih-lebih dapat mencontoh akhlak Rasulullah SAW. Kemudian diantara manfaatnya 113
mengikuti kegiatan majelis dzikir Al Khidmah yakni hati menjadi tenang tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, beban berat menjadi terasa ringan, dan menjadi salah satu sebab berkah rizqinya. Karena barang siapa berdzikir maka hatinya akan menjadi tenang. Seperti firman Allah dalam al-Qur’an “Alaa Bidzikrillahi Tathmainnul Quluub” (dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang). Para jama’ah sangat antusias sekali dalam mengikuti kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah, selain mengajak dirinya pribadi untuk berdzikir kepada Allah, tetapi juga mengajak keluarga, kerabat, tetangga, teman kerja ataupun kepada masyarakat yang ada di lingkungannya untuk berbondong-bondong mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. Para jama’ah yang sudah punya keyakinan dan I’tiqad yang sangat kuat, majelis dzikir dijadikan sebagai wadah dan sarana untuk mewujudkan keluarga yang sakianh, mawaddah dan rahmah. Tidak heran jika di dalam majelis dzikir banyak jama’ah yang meneteskan air mata ketika do’a maupun dzikir Fida’ (membaca Laa ilaha illallah). Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran dan dalam mensucikan jiwa (Tazkiyatun nufus), menjernihkan akal pikiran dan menjadikan hati tenang. Ketika hati selalu di ajak untuk berdzikir maka hati akan menjadi sehat. Bukan hati saja tetapi seluruh anggota tubuh juga akan merasakan efek positif dari hati. Itulah perlunya berdzikir setiap saat, dzikir tidak harus mengkhususkan pada waktu-waktu tertentu tetapi dzkir bisa dilakukan di manapun dan dalam keadaan apapun. Jika tidak bisa dengan
114
lisan maka dzikir bisa dilakukan di dalam hati (wawancara dengan bapak kyai M. Zaenuri). 2. Bapak KH. Masykur KH. Masykur selaku imam khusushy sekaligus penasihat Al Khidmah Kabupaten Semarang menjelaskan, bahwa dzikir itu sangat penting sekali bagi seorang hamba. Karena dzikir itu melebihi dari semua ibadah. Bahkan dzikir itu lebih utama dan lebih penting dari pada berdoa. Dzikir dapat menenangkan hati, pikiran, jiwa, ruh dan dapat di jadikan terapi dalam berkeluarga. Bukan hanya dalam hal keluarga saja tetapi dzikir itu bisa di gunakan sebagai jembatan apapun. Ketika menginginkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta kehidupan yang damai sejahtera itu lewat dzikir. Majelis Dzikir Al Khidmah adalah sebagai wadah untuk menampung umat supaya diselamatkan di dunia dan di akhirat. Dengan cara mengajak keluarga, kerabat terdekat, tetangga dan para masyarakat untuk bersamasama berdzikir mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kuncinya jika menginginkan keluarga yang sakinah, itu harus di dasari dengan keyakinan dan kesungguhan dalam beribadah. Pada zaman sekarang jika orang tua menasihati anak-anaknya itu terasa berat sekali. Tetapi dengan ikhtiyar orang tua untuk menjembatani dan mengantarkan menjadi anak sholih sholihah maka di ajak ke tempat-tempat majelis dzikir. Mengajak keluarga untuk di antarkan ke tempat-tempat majelis dzikir supaya mendapat nur para auliya’ karena di dalam mejelis dzikir itu para masyayikh, 115
Auliya’illah (wali-wali Allah) dan Rasulullah SAW itu hadir di tempat majelis tersebut. Adanya ikatan batin antara jama’ah Al Khidmah dengan guru maka akan merasa selalu mendapat bimbingan dan arahan supaya menjadi orang yang beruntung baik dirinya sendiri maupun keluarganya. Dengan cara mencontoh kehidupan Rasulullah SAW dan para guru di dalam majelis dzikir. Supaya hati kita tidak merasa sombong dan merasa yang paling benar sendiri. Cobaan yang berupa apapun itu harus di jalani dengan penuh kesabaran dan tawakal yang kuat. Karena amalan-amalan yang dilakuakn oleh Majelis Dzikir Al Khidmah itu banyak sekali nur (cahaya) dan sirr (rahasia-rahasia) yang tidak tampak (wawancara dengan KH. M. Masykur). 3. Bapak Amir Mahmud Peran majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk keluarga sakinah menjadi controlling dalam diri sendiri dan keluaga, hati tidak mudah marah (penyabar), senantiasa di cintai keluarga terlebih istri, hubungan dengan masyarakat menjadi lebih erat dan jiwa sosial semakin tinggi serta dapat mengahadipi suatu masalah dengan bijaksana. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah tidak sebatas itu saja, tetapi bisa lebih dalam lagi maknanya yakni pada hakikatnya dzikir itu sebagai sarana seorang hamba untuk menuju dan taqarrub keharibaan Allah SWT untuk menggapai ridha-Nya. Menjalankan perintah guru, mengikuti jejak para
116
Salafuna as-Sholih adalah sebagai media dan pengharapan akan dilirik, dilihat dan diakui sebagai umatnya Rasulullah SAW. Bahwa semua kegiatan keagamaan yang dilakukan majelis Dzikir Al Khidmah adalah bertujuan untuk mengharap ridha dari Allah SWT dan mengharap berkah dari para guru-guru dan para masyayikh. Selain amalanamalan dzikir juga ada mejelis kirim doa kepada kedua orang tua, para guru-guru dan para sesepuh pini sepuh (orang tua yang di tuakan) yang telah mendahului kita. (wawancara dengan ustadz Amir Mahmud). 4. Bapak Amir Safrudin Bapak Amir Safrudin adalah seorang wiraswasta yang merupakan bagian dari jama’ah majelis dzikir Al Khidmah sejak tahun 2005. Awal mula yang memotivasi beliau ikut Majelis Dzikir Al Khidmah karena keluarganya merasa masih kurang harmonis dan seringnya terjadi percekcokan dalam rumah tangga dan hati yang masih gelisah. Beranjak dari situlah ketika ia mendengarkan radio Rasika FM Ungaran mendengarkan ceramah seoarng kyai yang menurutnya pas dan enak di dengar, dengan tutur bahasa yang santun dan ceramahnya mengena. Penceramah yang santun itu adalah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi, beliau adalah pengasuh pondok pesantren kedinding Surabaya sekaligus pendiri Jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah. kemuadian ia mencari informasi tentang jama’ah Al Khidmah dengan mendengarkan jadwal majelisan yang disiarkan radio Rasika FM. Pertama kali ia mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah bertempat di SD Islam Srondol Semarang dalan acara haul dan
117
pembacaan manakib Syeh Abdul Qadir al-Jailani. Pada waktu itu ia terkagum dan hatinya gemetar melihat jama’ah yang memakai pakaian dan peci putih-putih. Sepulang dari majelis tersebut ia merasa senang dan ingin mengikuti terus. Tetapi tidak semulus yang ia banyangkan karena keluarga yang belum mendukung lebih-lebih mendapat cercaan dan kritikan dari mertuanya yang tidak mendukungnya juga. Tiga tahun setelah mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah ia baru merasakan manfaat dan perubahan yang sangat luar biasa. Keluarga yang awalnya tidak mendukung akhirnya malah ikut juga menjadi jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah. rasakan yaitu jiwanya menjadi tenang tidak grusa-grusu (tergesa-gesa), menjadi penyabar, tidak mudah mengeluh, lebih tawakal dan keluarga terasa lebih harmonis dibanding sebelum mengikuti majelis dzikir ibarat mobil itu ada remya. Ia mengatakan jika bisa istiqomah mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah Insya Allah rizqi akan selalu ada, hati tidak merasa grangsang (hampa) dan hati akan terhiasi
dengan
ketenangan.
Atas
keyakinannya
tersebut
beliau
menambahkan jika orang mencari bekal akhirat maka dunia akan mengikutinya (wawancara dengan bapak Amir Syafrudin). 5. Bapak Guritno Bapak Guritno adalah seorang wiraswasta, yang berprofesi sebagai seorang parkir di rumah makan mbok Yem Mbener, Tengaran. Tetapi beliau juga salah satu orang kepercaayaannya Wali Kota Salatiga (bapak
118
Yuliyanto, SE. MM). Bapak Guritno bertempat tinggal di desa Tegal Waton Rt 29/08 Tengaran, Kab. Semarang mempunyai istri satu dua anak. Pertama kali kenal Majelis Dzikir Al Khidmah pada tahun 2003 mendengarkan suara dan ceramahnya KH. Asrori dari tetangga yang sedang mendengarkan radio Rasika FM. Ia tersadar dan termotivasi ingin mencari guru pembimbing dunia dan akhirat. Karena guru (kyai) yang ia hormati sejak kecil mengalami kecelakaan dan menjadi lupa ingatan. Dari situlah beliau memantapkan hatinya untuk masuk Thariqohnya KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy. Ia mengikuti majelis mubaya’ah (perjanjian seorang mursyid dengan calon murid Thoriqoh) di Masjid Baitur Rahman Semarang hatinya tambah yaqin dan tambah mantap, menurutnya inilah amaliyah yang bisa dijadikan pegangan dunia akhirat. Kaitannya dengan peran majelis dzikir maupun amaliyah sebelum dan sesudah mengikuti Al Khidmah Bapak Guritno menuturkan bahwa manfaat dan efek samping dari dzikiran banyak sekali. Sebelumnya ia merasa resah dan khawatir jika tidak punya uang, dan istrinya sering marah-marah jika Bapak Guritno pulangnya sampai larut malam. Tetapi pada akhirnya menjadi baik setelah adanya keyakinan yang kuat bahwa dzikir mampu mejadikan hati lebih lunak dan kehidupan lebih baik diantaranya yaitu dari segi ekonomi semakin membaik, dari pihak keluarga juga semakin mendukung, mendpat rizqi yang tak terduga, hidup menjadi tenang, rumah tangga lebih harmonis. Intinya dari semunya tersebut adalah ketakwaan dan keikhlasan (wawancara dengan bapak Guritno).
119
6. Mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I. Mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I. adalah salah seorang jama’ah Al Khidmah yang masih relatif muda. Ia saat ini berumu 28 tahun mempunyai istri satu dan satu anak. Ia mengikuti Al Khidmah pada tahun 2012, karena termotivasi dari temannya bernama M. Ikhsan Ari Wibowo, yaitu salah seorang jama’ah Al Khidmah Kampus. Dari obrolan kecil sambil minup kopi akhirnya ya Ikhsan bercerita tentang ceramahnya KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi. Kemudian Mas Mohammad Irsyadi tertarik sesosok kyai yang kharismatik yaitu KH Ahmad Asrori Al Ishaqy. Kemudian ia mengikuti majelis Khushusy di Masjid Sabilal Muttaqin Tingkir Lor, yang sampai sekarang ia aktif dalam bebagai kegiatan di Al Khidmah. Berhubungan dengan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dengan pembentukan keluarga sakinah ia menjelaskan, bahwa istrinya adalah seorang yang tomboy, agamanya masih awam dan terkadang masih sering marah tanpa mengetahui penyebabnya. Tetapi setelah menjadi bagian dari jama’ah majelis Dikir Al Khidmah lambat laun keluarganya menjadi baik dan hatinya terasa ada kedamaian. Hingga sekarang yang ia rasakan ketika dalam keluarga menjadi tumbuhnya kasih sayang saling mengerti dan memahami satu sama lain. Ia menegaskan ketika seseorang berdzikir kepada Allah SWT, maka semua urusan, masalah dalam rumah tangga dan kehidupan sehari-hari dengan sendirinya akan cepat terselesaikan. Ibarat seperti air yang selalu mengalir tanpa adanya hambatan (wawancara dengan Mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I.).
120
7. Bapak Mohammad Suhudi Bapak Moh. Suhudi adalah seorang wiraswasta berumur 63 tahun. Ia menjadi pegikut jama’ah Al Khidmah sejak tahun 1988. Waktu masih muda dulunya ia adalah seorang pemabuk, terminal adalah tempat kesehariannya. Pada akhirnya ia diajak oleh tetangganya yaitu mbah Sholeh, dalam majelis khushushy di Semarang. Pertama kali ia marasa minder karena merasa tak pantas ikut dalam majelis dzikir tersebut. Tetapi setelah selesai majelis tersebut ia dinasihati mbah Sholeh untuk menjadi orang yang lebih baik dan mencari keselamatan di dunia dan di akhirat. Baru kemudian ia berubah drastis yang semula sering minum-minuman dan ke terminal setelah taubat majelis dzkir di manapun kalau ia bisa di kunjunginya, misalnya di Pekalongan, Kendal, Demak, Semarang, Gresik, Surabaya dan di berbagai tempat. Bapak Mohammad Suhudi menuturkan bahwa majelis dzkir Al Khidmah itu luar biasa manfaat dan perannya. Sebelumnya ia seorang pemabuk keluarga amburadul (hidup yang tidak teratur) tetapi setelah mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah kehidupannya jadi lebih baik, keluarga jadi tenteram, dan urusan dunia terasa menjadi berkah. Ia menjelaskan lagi itu semua karena anugrah dari Allah SWT dan sebuah motivasi hidup untuk jadi lebih baik. Ia juga berpesan kepada penulis ketika sudah berkeluarga nanti, pastinya banyak permasalahan yang muncul dari perkara kecil maupun besar. Untuk meredamkan dan
121
menjadikan obatnya adalah dengan berdzikir (wawancara dengan bapak Mohammad Suhudi). 8. Bapak Muhamad Turkhamun Merupakan pengikut jama’ah Al Khidmah sejak tahun 2002. Yang mulanya kenal Al Khidmah lantaran kerja di Surabaya jarak 1 kilo meter dengan Pondok Pesantren Al-Fitrah. Ketika shalat jum’at di salah satu Masjid di Kedinding Lor, kebetulan yang menjadi khatib khutbah jum’at Kyai Ahmad Asrori Al-Ishaqy. Dari situ ia tertarik dengan isi khutbah dengan penyampaian tutur bahasa yang halus dan berkharisma. Ia mencari informasi tantang sesosok kyai kharismatik terebut, yang pada akhirnya di antar di pondok oleh seseorang di Pondok Pesantren Al-Fitrah Surabaya. Dalam hal peran Majelis Dzikir Al Khidmah dengan pembentukan keluarga sakinah bapak Turkhamun menjelaskan, bahwa mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah termotivasi ingin diarahkan dan mendapat bimbingan dari seorang guru dalam hal ini kyai. Saya sangat beruntung sekali bisa berkumpul dengan orang-orang sholih dan para ulama’. Bagiku Al Khidmah sangat berberan dalam keluarga dan banyak manfaatnya, diantarnya ibadah bisa lebih giat, lebih dewasa dalam menyikapi permasalahan, keluarga tambah adem ayem (damai sejahtera), hati jadi tenang, masalah berat jadi ringan dan tentunya istri makin sayang dan lebih perhatian. saya merasakan perubahan sejak ikut Majeleis Dzikir Al Khidmah, yaitu ekonomi semakin baik, keluarga tidak banyak menuntut,
122
anak tidak nakal dan dengan lingkungan masyarakat semakin erat (grapyak) (wawancara dengan bapak Turkhamun). 9. Mas M. Abdul Aziz Mas M. Abdul Aziz lahir di Kabupaten Semarang taggal 9 September 1984. Ia bekerja sebagai wiraswasta yang sekarang tinggal di Desa Beji Lor Rt. 03/05 Kecamatan Suruh. Ia menjelaskan awal mulanya kenal majelis Dzikir Al Khidmah mulai tahun 2003 sewaktu diajak kyainya untuk menghadiri majelis Haul di Desa Ngroto Kecamatan Gubug kabupaten Grobogan dengan status santri Pondok Pesantren Tajul Ulum Brabo Kabupaten Grobogan. Ia menikah pada tahun 2007 yang sekarang sudah mempunyai 1 anak. Kaitannya dengan peran majelis dzikir Al Khidamh dalam pembentukan keluarga sakinah ia menjelaskan, ketika ia masih dipondok itu sangat mbeling (nakal) dan sering melanggar peraturan pondok. Setelah keluar dari pondok saya menikah dengan seorang gadis dari Suruh. Kaitannya dengan pembentukan keluarga sakinah majelis dzikir Al Khidmah yang saya ikuti sekarang ternyata lama-kelamaan memberi pengaruh positif dan kehidupan bagi keluarga. Dulu ketika masih muda sering berpacaran dan menggoda cewek. Tetapi sekarang karena ia sudah mengikuti Majelis Dzikir dan setiap ada majelis menggunakan baju dan kopiah putih, ia merasa malu jika kelakuan tidak baik bahkan melakukan perbuatan maksiat. Dzikir itu bisa mendatangkan ketenangan dalam hati, bisa dijadikan sebagai control keluarga, rizqi selalu ada dan istri semakin
123
sayang. Kasih sayang sangat perlu sekali, karena dengan adanya cinta dan kasih sayang akan mensuport untuk menjadi lebih baik dan semangat dalam beribadah (wawancara dengan mas M. Abdul Azis).
BAB IV PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAHDALAM PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH DI KABUPATEN SEMARANG
A. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Tarbiyah Ruhiyah dan Tarbiyah Imaniyah
124
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada Majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten Semarang bahwa kegiatan dan amaliyah yang dilakukan itu mengarahkan dan memberikan pendidikan bagi jama’ahnya. Melalui tarbiyah ruhiyah (pendidikan ruh) dan tarbiyah imaniyah (pendidikan keimanan) jama’ah majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten Semarang mampu menerapkannya dalam kehidupan seharihari. M. Quraish Shihab (2008:131) mengutip pendapat Imam Ghozali diantara manfaat dzikir yaitu: 1. Memiliki semangat yang kuat, kaya hati, dan lapang dada. 2. Meraih mawaddah atau kecintaan pihak lain. 3. Keberkahan dalam jiwa, ucapan perbuatan, pakaian, bahkan tempat melangkah dan duduk. 4. Pengabul doa Dijelaskan pada BAB II hasil dari wawancara dengan KH. Masykur yaitu adanya ikatan batin antara jama’ah Al Khidmah dengan guru maka akan merasa selalu mendapat bimbingan dan arahan supaya menjadi orang yang beruntung baik dirinya sendiri maupun keluarganya. Dengan cara mencontoh kehidupan Rasulullah SAW dan para guru di dalam majelis dzikir. Manfaat dzikir bimbingan dari seorang guru tersebut di atas bahwa Majelis Dzikir Al Khidmah berperan dalam pembentukan keluarga
125
sakinah. Karena dengan kelapangan dada dan mengaplikasikan kehidupan sehari-hari lebih-lebih bisa memncontoh perilaku Rasulullah dengan membiasakan perilaku dan mengucapkan perkataan yang santun. Hal tersebut dapat mulai dari seorang suami sebagai kepala rumah tangga dengan memberikan contoh kepada istri dan anak-anaknya. Demi terbentuknya keluarga sakinah seorang suami harus pandai memelihara dan menjaga istrinya secara lahir dan batin. Sehingga suami dapat menjadi istrinya sebagai istri idaman dan istri yang ideal, ibu rumah tangga yang baik dan bertanggung jawab. Jika suami bertanggung jawab memberikan nafkah lahir dan batin maka seorang istri bertanggung jawab atas pendidikan anak, controlling perekonomian keluarga dan mampu berupaya untuk menjadiakn rumahnya seperti taman surga. Suasana harmonis dan kesakinahan keluarga sangat ditentukan dengan kerja sama yang bagus antara suami istri dalam menciptakan suasana yang kondusif dan hangat, tidak membosankan, apalagi menjenuhkan. Setiap orang yang sudah berkeluarga dan berumah tangga dituntut untuk berperilaku sesuai dengan syari’ah Islam. Karena perilaku seseorang dapat menentukan baik atau tidaknya suatu perbuatan. Dengan demikian setiap anggota keluarga diharapkan mempunyai aklak yang baik dan berbudi pekerti yang luhur. Hal tersebut akan memberikan dampak yang positif juga terhadap masyarakat dan keluarga. Maka orang tua perlu memberikan pendidikan agama kepada anggota keluarga dan anakanaknya supayanya menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah. Tentu
126
hal tersebut tidaklah mudah, tetapi bukan berati tidak akan bisa mewujudkannya. Hal tersebut dapat diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah (bapak Kyai M. Zaenuri) Peran dari mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah yaitu untuk mewujudkan pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT dan mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah serta suka mendoakan kepada kedua orang tua, guru-guru sehingga dengan harapan bisa mencontoh akhlak para Salafuna as-Sholih lebih-lebih dapat mencontoh akhlak Rasulullah SAW. Kemudian diantara manfaatnya mengikuti kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah yakni hati menjadi tenang tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, beban berat menjadi terasa ringan, mensucikan jiwa (Tazkiyatun nufus), yaitu dapat menjernihkan akal pikiran dan menjadi salah satu sebab berkah rizqinya. Ketika hati selalu di ajak untuk berdzikir maka hati akan menjadi sehat, bukan hati saja tetapi seluruh anggota tubuh juga akan merasakan efek positif dari dalam hati. Berhubungan dengan peran Majelis Dzikir Al Khidmah dengan pembentukan keluarga sakinah (mas Mohammad Irsyadi, S.Pd.I.) menjelaskan, bahwa sebelum mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah istrinya adalah seorang yang tomboy, agamanya masih awam dan terkadang masih sering marah tanpa mengetahui penyebabnya. Tetapi setelah menjadi bagian dari jama’ah Majelis Dikir Al Khidmah lambat laun keluarganya menjadi baik dan hatinya terasa ada kedamaian. Hingga
127
sekarang yang ia rasakan ketika dalam keluarga menjadi tumbuhnya kasih sayang saling mengerti dan memahami satu sama lain. Senada dengan yang di tuturkan oleh mas Abdul Aziz setelah mengikuti majelis Dzikir Al Khidmah lambat laun memberi pengaruh positif dan kehidupan bagi keluarga. Ketika masih muda ia sering berpacaran dan menggoda cewek. Tetapi sekarang karena ia sudah mengikuti Majelis Dzikir dan setiap ada majelis menggunakan baju dan kopiah putih, ia merasa malu jika kelakuan tidak baik bahkan melakukan perbuatan maksiat. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah dengan pembentukan keluarga sakinah bapak Turkhamun menjelaskan, bahwa mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah termotivasi ingin diarahkan dan mendapat bimbingan dari seorang guru dalam hal ini kyai. Saya sangat beruntung sekali bisa berkumpul dengan orang-orang sholih dan para ulama’. Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa Majelis Dzikir Al Khidmah memberikan peran dan pengaruh yang signifikan. Hal tersebut berati jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah mendapatkan manfaat dariadanya tarbiyah ruhiyah (pendidikan ruh/jiwa) dan tarbiyah imaniyah (pendidikan keimanan) dalam pembentukan keluarga sakinah. Melalui pendidikan tersebutlah para jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah akan terdidik, terlatih dan terarah supaya menjadi manusia bertakwa mempunyai keimanan yang kuat, pandai bersyukur kepada Allah SWT,
128
pandai mendoakan kepada orang tua, guru-guru, para salafuna as-Sholih lebih-lebih dapat menyenangkan hati Rasulullah SAW. B. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Kegiatan dan Amaliyah Dzikir Al Khidmah Rangkaian amaliyah yang dilakukan oleh jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah dalam berbagai majelis sangatlah banyak sekali. Majelis tersebut dilakukan di beberapa daerah mulai tingkat Desa, tingkat Kecamatan, tingkat Kabupaten, tingkat Provinsi dan sampai tingkat Manca Negara. Seperti yang di jelaskan penulis pada BAB ke III rangkaian amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah diantaranya meliputi: Majelis Dzikir, Maulid, Manakib serta ta’lim adalah mejelis yang mengamalkan bacaan al-Fatihah, Istighatsah, Maulid Nabi Muhammad SAW. dan Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a. serta ta’lim. Jika seseorang melakukan dzikir dan membaca sejarahnya auliyaillah (para keksaih Allah SWT) seperti dalam manakibnya syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. dan bersholawat kepada Rasulllah SAW maka diharapkan bisa meneladani kehidupannya. Maka hal tersebut sangat didambakan bagi pasangan suami istri supaya dapat mencontoh kehidupan Rasulullah SAW. Dengan begitu kehidupan dan pembentukan keluarga sakinah dikit demi sedikit akan menjadi lebih baik dan lebih harmonis. Dari serangkaian kegiatan dan amaliyah yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Al Khidmah mampu memberikan dorongan motivasi untuk meningkatkan keharmonisan keluarga dan meningkatkan kualitas ibadah.
129
Karena antara dzikir dan kesakinahan sebuah keluarga sangat erat sekali hubungannya. Amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah sangatlah bervariasi mulai dari majelis khotmil qur’an, majelis manakib, majelis haul, majelis akad nikah dan lain-lain. Amaliyah tersebut berguna dan berdampak pada perubahan para jama’ahnya. Perubahan tersebut dirasakan oleh pelakunya sendiri maupun oleh oleh kelurganya. Bahkan manfaat dampak tersebut merambah sampai lingkungannya dan masyarakat. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan KH. Masykur bahwa Majelis Dzikir Al Khidmah dengan memberi penjelasan bahwa amaliyah yang ada pada Majelis Dzikir Al Khidmah mampu menenangkan hati, pikiran, jiwa, ruh dan dapat di jadikan terapi dalam berkeluarga. Bukan hanya dalam hal keluarga saja tetapi dzikir itu bisa di gunakan sebagai jembatan apapun. Ketika menginginkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta kehidupan yang damai sejahtera itu lewat dzikir. Jika punya cita-cita atau apapun hajat dan keinginan seseorang itu bisa lewat dzikir, minta dimasukkan surga atau minta diselamatkan dari neraka lewat dzikir, ketika sakit meminta kesembuhan lewat dzikir, rizqi yang kurang berkah supaya menjadi berkah juga lewat dzikir. Bapak Amir Safrudin menuturkan, tiga tahun setelah mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah merasakan manfaat dan perubahan yang sangat luar biasa. Keluarga yang awalnya tidak mendukung akhirnya malah ikut juga menjadi jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah.
130
Peran majelis dzikir maupun amaliyahthariqat sebelum dan sesudah mengikuti Al Khidmah Bapak Guritno menuturkan bahwa manfaat dan efek samping dari dzikiran banyak sekali. Sebelumnya ia merasa resah dan khawatir jika tidak punya uang, dan istrinya sering marah-marah jika Bapak Guritno pulangnya sampai larut malam. Tetapi pada akhirnya menjadi baik setelah adanya keyakinan yang kuat bahwa dzikir mampu mejadikan hati lebih lunak dan kehidupan lebih baik diantaranya yaitu dari segi ekonomi semakin membaik, dari pihak keluarga juga semakin mendukung, mendpat rizqi yang tak terduga, hidup menjadi tenang, rumah tangga lebih harmonis. Intinya dari semunya tersebut adalah ketakwaan dan keikhlasan Bapak Mohammad Suhudi menuturkan bahwa majelis dzkir Al Khidmah itu luar biasa manfaat dan perannya. Sebelumnya ia seorang pemabuk keluarga amburadul (hidup yang tidak teratur) tetapi setelah mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah kehidupannya jadi lebih baik, keluarga jadi tenteram, dan urusan dunia terasa menjadi berkah. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa adanya suatu keterlkaitan dan suatu efek (pengaruh) antara amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah dengan pembentukan keluarga sakinah. Walaupun sebelumya para jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah masih banyak kekurangan dan keterbatasan, mulai dari ekonomi yang pas-pasan, anak nakal dan permasalahan lain yang dihadapi dalam rumah tangga. Tetapi setelah
131
melakukan amaliyah-amaliyah dan mengikuti menjelis dzikir perubahan yang dirasakan sangat besar sekali manfaatnya. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah mampu dijadikan sebagai media ketenangan jiwa dan hati. Ketika jiwa dan hati menjadi tenang maka kehidupannya menjadi sejahtera. Sejahtera bukan berati banyaknya harta yang melimpah ruah, tetapi yang dimksud sejahtera karena tenangnya hati dan pikiran yang menjadikannya bersikap sabar dan tawadhu’. Dengan tersebut secara otomatis akan memberikan dampak kepada keluarga untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. C. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Pembersihan Hati Salah
satu
dai
fungsi
berdzikir
adalah
bertujuan
untuk
membersihkan hati. Karena hati merupakan anggota tubuh yang sangat penting (ungen). Hati untuk mengontrol anggota tubuh manusia. Hati manusia itu diumpamakan seperti selembar kertas putih yang bersih, ketika seseorang berbuat dosa maka munculah sebuah titik hitam pada kertas tersebut. Tetapi ketika ia beristighfar dan mengerjakan amal sholih bintik hitam itupun menjadi hilang. Demikian seterusnya hati akan tetap bersih selama ia tetap beristghfar dan mengerjakan amal-amal sholih. Jika ia tidak pernah beristighfar ataupun berdzikir maka hati itu akan dipenuhi bintik hitam yang pada akhirnya akan menutupi seluruh hatinya menjadi hitam legam penuh kegelapan. Sesuai yang tertera pada BAB II bahwa Setiap manusia terkadang merasakan gelisah dan terfokus hanya kepada
132
permasalahan dunia semata. Namun jika seseorang mampu memutuskan dirinya dari berbagai kesedihan dan ketakutan dunia, dan mencurahkan perhatiannya pada dzikir, maka hijab-hijab pun akan tersingkap dari hatinya. Orang yang senantiasa berdzikir, maka maka Allah membebaskan hatinya dari semua belenggu keduniawian. Dengan demikian seseorang yang hanya terfokus pada hal-hal yang berhubungan dengan duniawiyah semata, maka dalam menjalani hidup pasti lebih mementingka nafsu atau kepuasan meteriil semata. Berbeda dengan seseorang yang tekun beribadah dan memperbanyak berdzikir dengan tujuan akhirat tetapi secara kesinambungan urusan dunia akan mengikutinya. Ketekunan dalam beribadah juga bisa dijadikan sebagai barometer (tolak ukur) kesakinahan sebuah keluarga. Ketika keluarga yang dilandasi dengan saling mengerti satu sama lain. Seperti yang termaktub pada BAB III pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah bapak Amir Safrudin dan bapak Turkhamun, hasil wawancara tersebut menunjukkan adanya perubahan yang ia rasakan yaitu jiwanya menjadi tenang tidak grusa-grusu (tergesa-gesa), menjadi penyabar, tidak mudah mengeluh, lebih tawakal dan keluarga terasa lebih harmonis dibanding sebelum mengikuti majelis dzikir, ibarat mobil itu ada remya. Ia juga mengatakan jika bisa istiqomah mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah Insya Allah rizqi akan selalu ada. Al Khidmah sangat berberan dalam keluarga dan banyak manfaatnya, diantarnya ibadah bisa lebih giat, lebih dewasa dalam menyikapi permasalahan, keluarga tambah
133
adem ayem (damai sejahtera), hati jadi tenang, masalah berat jadi ringan dan tentunya istri makin sayang dan lebih perhatian. Dzikir mempunyai Peran dan manfaat yang sangat besar dalam mensucikan jiwa (Tazkiyatun nufus), menjernihkan akal pikiran dan menjadikan hati tenang. Ketika hati selalu di ajak untuk berdzikir maka hati akan menjadi sehat, bukan hati saja tetapi seluruh anggota tubuh juga akan merasakan efek positif dari dalam hati. Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa antara teori dengan hasil penelitian adanya keterkaitan dalam pembersihan hati dalam membentuk keluarga sakinah. Bahwa setiap jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah diharapkan menjadi pribadi yang sabar, tidak mudah mengeluh dan lebih tawakal. Sifat-sifat
tersebut
merupakan upaya
untuk
membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan maksiat. Mewujudkan pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT dan mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah adalah harapan setiap orang. Mendoakan kepada kedua orang tua, guru-guru juga berupakan bentuk dari berbakti kepada orang tua. D. Pembentukan Keluarga Sakinah Melalui Mauidhoh Hasanah Peran yang diharapkan dan yang hendak di capai bagi jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah diantaranya dijelaskan pada BAB III yang terdapat dalam visi Al Khidmah itu sendiri yaitu mewujudkan keluarga yang sholih sholihah sejahtera lahir dan batin yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manakib serta kirim doa kepada orang
134
tua. Dengan didukung oleh salah satu misinya yaitu Mewujudkan keluarga dan masyarakat yang shalih-shalihah sejahtera lahir dan batin, yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib serta kirim doa kepada orang tua. Seseorang jika melakukan sesuatu dengan kemauan sendiri akan merasa berat. Tetapi jika sesuatau itu atas saran dan dorongan dari seorang guru atau kyai maka terasa lebih diperhatikan. Melalui maudhoh hasanah para jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah mendapatkan ilmu tambahan selain manfaat dari amaliyah dzikirnya. Nasihat atau arahan dari seoarang kyai selalu dinantikan bagi seseorang yang masih awam tentang agamanya. Ketidak mampuannya untuk belajar mengkaji suatu ayat atau kitab-kitab klasik tinggalan para salafuna as-Sholih maka jama’ah lebih memilih untuk mendengarkan mauidhoh hasanah dari seorang kyai atau orang yang lebih alim. Isi dari mauidhoh hasanah diantaranya juga menyangkut masalah kekeluargaan. Seperti yang di tuturkan oleh bapak Mohammad Suhudi Tetapi setelah selesai majelis tersebut ia dinasihati mbah KH. M. Sholih yang merupakan sesepuh sekaligus sebagai imam Khushusy.
Bapak
Suhudi ingin menjadi orang yang lebih baik dan mencari keselamatan di dunia dan di akhirat. Ia berubah drastis yang semula sering minumminuman ke terminal-terninal. Pada akhirnya ia bertaubat dan menjadi aktif menghadiri majelis dzikir di berbagai daerah. Ia juga berpesan kepada penulis ketika sudah berkeluarga nanti, pastinya banyak
135
permasalahan yang muncul dari perkara kecil maupun besar. Untuk meredamkan dan menjadikan obatnya adalah dengan berdzikir. Dapat dipahami bahwa mauidhoh hasanah dari para kyai juga mampu memberikan dorongan dan perubahan individu dan keluarga menjadi lebih baik. Membentuk pribadi yang sholih tidaklah mudah. Ketika seseorang bertaubat yang semula melakukan kejelekan belum tentu orang lain mau memaafkan perbuatan yang sebelum bertaubat. Dengan adanya nasihat dan perkataan yang bijak dari oarang yang alim (berilmu) itu berdampak pada kesakinah dalam keluarga. Dari hal tersebut mauidhoh hasanah yang dilakukan oleh para sesepuh, kyai jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah dapat membentuk keluarga sakinah yang sejahtera lahir maupun bathin. Peran majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk keluarga sakinah yaitu menjadi controlling dalam diri sendiri dan keluaga, hati tidak mudah marah (penyabar), senantiasa di cintai keluarga terlebih istri, hubungan dengan masyarakat menjadi lebih erat dan jiwa sosial semakin tinggi serta dapat mengahadipi suatu masalah dengan bijaksana. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah tidak sebatas itu saja, tetapi bisa lebih dalam lagi maknanya yakni pada hakikatnya dzikir itu sebagai sarana seorang hamba untuk menuju dan taqarrub keharibaan Allah SWT untuk menggapai ridha-Nya. Menjalankan perintah guru, mengikuti jejak para Salafuna as-Sholih adalah sebagai media dan pengharapan akan dilirik, dilihat dan diakui sebagai umatnya Rasulullah SAW. Majelis Dzikir Al
136
Khidmah adalah majelis dzikir yang sangat kompleks, karena bayak sekali amaliah-amaliahnya yang dilakukan. Mulai dari majelis istighotsah, manakib, tahlil, majleis haul, maulid,khotmil qur’an, majelis akad nikah, khitanan dan lain-lain. Selain hal tersebut di dalam amaliyah-amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah terdapat doa-doa yang di panjatkan kepada Allah SWT. Memohon semoga selalu diberi tetap Iman, Islam, ihsan, istiqomah dalam beribadah, kesabaran, deberi kelancaran rizqi, dikabulkan segala hajat dan urusanya, dijadikannya anak yang sholih sholihah dan keturunannya, keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah serta mendoakan kepada para guru-guru dan orang tua. Sesuai analisis penulis kegiatan dan amaliyah jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah menunjukkan pernyataan yang sama, bahwa Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran untuk mewujudkan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta sejahtera lahir dan batin bagi para jama’ah maupun pengurus Al Khidmah. selain itu juga Majelis Al
Khidmah sebagai
wadah umat
yang senang berdzikir dan
hendakmendekatkan diri kepada Allah SWT dan sebagai terapi ketenangan jiwa. Maka setiap jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah diharapkan bisa menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat serta dapat meneruskan amaliyah-amaliyah para salafuna as- Sholih ila yaumil qiyamat. Terlebih bisa berkontribusi untuk ikut serta membangun umat dan mewujudkan
137
baldatun thoyyibatun warobbun ghafur (Negara yang baik dan Negara yang mendapatkan ampunan oleh Allah SWT).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
138
Setelah penulis melakukan penelitian dan observasi terhadap Majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten Semarang, maka dari pembahasan dan analisis dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1.
Kegiatan dan amaliyah yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Al Khidmah meliputi istighasah, majelis tahlil, maulid, manakib, khotmil qur’an majelis kirim doa kepada oran tua dan guru-guru. Amaliyah tersebut merupakan bagian dari ajaran para Rasulullah SAW dan salafuna asSholih yaitu mempunyai tujuan yang baik. Dengan berdzikir dan mendoakan orang tua berati merupakan bentuk bakti anak kepada orang tua. Orang tua akan senang ketika anaknya mendoakannya. Maka akan timbullah rasa kasih sayang antara anak dengan orang tua, orang tua dengan anak atau seluruh anggota keluarganya.
2.
Pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang selama mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah merasakan ketenangan jiwa dan rohani ketika mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. sebelum mengikuti majelis dzikir al khidmah jiwa dan pikiran jama’ah kurang tenang yang sering kali marah-marah tampa adanya sebab. Setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah masalah dan urusan keluarga yang membebaninya menjadi cepat terselesaikan serta mencari rizqi menjadi mudah dan berkah. Bertambahnya kasih sayang antara suami istri, saling pengertian itu dapat menjadi bekal kehidupan yang sejahtera lahir maupun batin. Sehingga perubahan yang di alami jama’ah Al Khidmah mampu membawa keluarganya untuk menuju keluarga sakinah dan
139
berharap menjadi orang yang beruntung di dunia dan di akhirat dengan ridho Allah SWT. 3.
Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran dan manfaat dalam membentuk kelurga sakinah. Diantaranya yaitu para jama’ah yang aktif dan istiqomah dalam mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah merasakan ketenangan, kenyamanan, ketentraman kesabaran hati dan lebih tawakal yang membawa dirinya menjadi lebih baik. Ditambah dengan mendapat ilmu agama dari penyampaian seorang kyai (penceramah) serta semakin bertakwa kepada Allah. Jiwa tenang berdampak pada kejernihan pikiran yang jernih dan membawa pengaruh pada perkataan, tindakan dan budi pekerti yang luhur. Sehinga hal tersebut berpengaruh pada kepribadian yang mulia naik bagi diri sendiri, keluarga maupun lingkungan masyarakat.
B. Saran-saran Setelah penulis mengetahui dan melakukan observasi, yang kaitannya dengan kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah di Kabupaten Semarang menurut penulis masih ada hambatan dan kendala yang sekiranya perlu dibenahi atau diperbaiki. Karena dengan adanya saran dari penulis ini, bertujuan demi mewujudkan suatu majelis dzikir yang kuat dan solid (kompak).Oleh karenanya penulis memberikan saran sebagai berikut: 1.
Kepada Pengurus
140
a. Lebih menggiatkan dalam sosialisasi dan menginformasi apapun bentuk kegiatannya kepada para jama’ah baik melalui Undangan, SMS, Facebook ataupun dengan media-media yang lain. b. Perlu adanya kaderisai tim pembaca manakib, penabuh terbang dan MC supaya ketika tim inti berhalangan maka sudah ada penggantinya. c. Menjalin keharmonisan pengurus dengan pengurus, pengurus dengan jama’ah, jama’ah dengan jama’ah ataupun dengan pemerintahan dan sering-sering melakukan silaturrahim dengan para kyai dan sesepuh. d. Harus mempunyai komitmen dan bisa mengajak jama’ah untuk tidak terpengaruh dan ikut dengan partai politik. 2.
Kepada Jama’ah a. Untuk bisa lebih istiqomah dan ikhlas dalam mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. b. Untuk bisa mengajak keluarga, saudara, teman dan tetangga di setiap ada kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah, dengan harapan cita-cita Al Khidmah sebagai oase dunia bisa terealisasikan. c. Diniatkan dalam mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah semata-mata untuk mencari ridha para guru, orang tua dan Allah SWT.
3.
Kepada Pemerintah a. Hendaknya dapat meberikan ijin dan dukungan penuh di setiap terselenggaranya Majelis Dzikir Al Khidmah dimanapun berada 141
lebih-lebih memberikan bantuan moril demi ikut mensukseskan penyelenggaraan maejelis dzikir. b. Untuk bisa menjaga keharmonisan masyarakat dan mewujudkan kabupaten Semarang menjadi damai, aman, sejahtera dan mapan. c. Jangan memanfaatkan Majelis Dzikir Al Khidmah untuk kepentingan pribadi dan semisal kampaye demi maksud politik tertentu. 4.
Kepada asyarakat a. Senantiasa memberikan kenyamanan di linggkungan masyarakat yang diadakkannya suatu Majelis Dzikir Al Khidmah. b. Senantiasa mengikuti kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah walaupun tidak sebagai jama’ahnya. c. Ikut serta mensosialisasikan program dan kegiatan jama’ah Al Khidmah dimanapun tempat.
142
DAPFTAR PUSTAKA
Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2003. Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan dalam Kegiatan dan Amaliyah Ath-Thariqah dan Al Khidmah, cet. Ke-1. Semarang: Jama’ah Al Khidmah. Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2011. Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan Dalam Kegiatan dan Amaliah ath-Thariqah dan Al Khidmah, cet. Ke-VII. Semarang: Jama’ah Al Khidmah. Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2011. Al-Anwar Al-Khushushy Al-Khotmiyyah. Cet. Ke-9. Surabaya: Al-Wafa. Al-Ishaqy, Al-Faqir, Al-Mudznib, Az-Zalil Ibnu Al-Yaum. 2011. Al-Faidhur Rahmani. Surabaya: Al-Wafa. Al-Ishaqi, Ahmad Asrori. 2006. Pedoman Kepemimpinan, Kepengurusan dalam Kegiatan, Amaliyah Ath-Thoriqoh dan Al Khidmah. Surabaya: Pengurus Pusat Al Khidmah. Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2002. Fawaidu Al-Adzkar (Dzikir Cahaya Kehidupan), cet. Ke-1. Jakarta: Gema Insani Press. Al-Aziz, Moh Saefullah. 1978. Risalah Memahami Ilmu Tasawwuf. Surabaya: Terbit Terang. Al-Kandahlawi, Maulana Moh. Zakariyya. 2003. Fadhilah Amal. Yogyakarta: Ash-Shaaf. Al-Ghazali, Abu Hamid. 1994. Rahasia Zikir dan Do’a. Bandung: Kharisma. Al-Ghazali, Munajat. 1998. Dzikir dan Doa Wacana Amaliah Keseharian (judul asli “Al-Adzkar wad-Da’awaat, Ad-Da’awaat al-Mustajabah wa Mafatih al-Faraj”). Surabaya: Risalah Gusti. Al-Sakandari, Ahmad Ibnu Athaillah. 2010. Terjemah Al Hikam. Surabaya: Mutiara Ilmu. Al-Sakandari, Ibn Athaillah. 2000. Zikir Penentram Hati. Jakarta: Zaman. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Aceh, Abubakar. 1996. Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik) Cet ke XIII. Solo: Ramadhani.
Azzam, Abdul Azis Muhammad. 2009. Fikih Munakahat. Jakarta: Amza. Amin, Samsul Munir dan Al-Fandi, Haryanto. 2013. Etika Berdzikir, Cet. Ke-2. Jakarta: Amzah. Bisri, Musthofa. 1999. Pesan Islam Sehari-hari Ritus Dzikir dan Gempita Ummat. Surabaya: Risalah Gusti. Chotimah, Khusnul. 2009. Peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Dalam Membina Keluarga Sakinah di Kota Salatiga Tahun 2008. Salatiga: STAIN. Departemen Agama RI. 2005. Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah. Jakarta: Ditjen Bimas PH. Departemen Agama RI, 2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 Edidi Baru. Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan. Fadlillah, M. 2014. Menikah Itu Indah. Yogyakarta: Elangit7 Publishing. Fuadi, Muhammad Faiz. 2012. Peran Majelis Dzikir Dan Sholawat An-Najaah Krapyak Yogyakarta Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Fajri, Em Zul dan Senja, Ratu Aprilia. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Difa Publisher. Ghozali, Muh Luthfi. 2006. Percikan Samudra Hikam, jilid 1. Semarang: Abshor. Ghozali, Ahmad. 2006. Zikir dan Amalan Nabi Sehari-hari. Jakarta : Zahra Hurlock, Elizabeth, B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Ruang Kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Hawari, Dadang. 1996. al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. Hawari, Dadang. 1997. Doa dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis. (Jakarta: Dana Bhakti Primayasa). Harahap, Shahrin. 1996. Islam Dinamis Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran alQur’an dalam Kehidupan Modern di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana. Masyhudi, In’ammuzahiddin dan Wahyu, A. Nurul. 2006. Berdzikir dan Sehat Ala Ustad Haryono. Semarang: Syifa Press. Kisyik, Abdul Hamid. 2005. Bimbingan Islam Untuk Mencapai Keluarga Sakinah. Bandung: PT Mizan Pustaka. Majid, M. Amin, dan Aziz, Tirmidzi Abdul. 2004. Analisa Zikir dan Doa. Jakarta: Pinbuk Press.
Mahmud, Abdul Halim. 2004. Terapi Dengan Dzikir Mengusir Kegelisahan & Merengkuh Ketenangan Jiwa. Jakarta: Misykat PT. Mizan Publika. Murtiningsih, Sri. 2008. Keluarga Sejahtera & Kesehatan Reproduksi dalam Pandangan Islam. Jakarta: KIE. Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Masiswa. Yogyakarta: Trust Media. Pengurus Pusat Al Khidmah. 2014. Kebijakan Umum Pengurus Pusat Al Khidmah Masa Khidmah 2014-2018. Malang: Pengurus Pusat Al Khidmah Pelajar & Mahasiswa. 2013. Pendidikan Anggota Dasar Al Khidmah Kampus Se-Jawa Tengah. Semarang: Pengurus Al Khidmah Kampus Indonesia. Saebani, Beni Ahmad. 2001. Fiqh Munakahah 1. Bandung: CV. Pustaka Setia. Shihab, M.Quraish. 2008. Wawasan al-Qur’an Tentang Dzikir dan Doa. Jakarta: Lentera Hati. Soetjipto, Ahmad. 1986. Dzikrullah. Yogyakarta: LPPM IAIN Sunan Kalijaga. Sholikhin, Muhammad. 2008. Tamasya Qalbu. Yogyakarta: Mutiara Media. Soelaeman, M.I. 1994. Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta. Subandi. 2009. Psikologi Dzikir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Subhan, Zaitunah. 2005. Membina Keluarga Sakinah. Yogyakarta: LKiS. Susanto, Faisal Bahar. 2006. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (Tinjauan Historis Dan Kritik Edukatif Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Balak Kabupaten Semarang). Surakarta: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Suyadi. 2008. Quantum Dzikir. Yogyakarta: Diva Press. Turkamani, Husain ‘Ali. 1992. Bimbingan Keluarga & Wanita Islam mengungkap Rahasia Isu Emansipasi. Jakarta: Pustaka Hidayah. Ulfatmi, 2011. Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kementrian Agama RI. Wibowo, Nur Ikhsan Ari. 2013. Hubungan Keaktifan Mengikuti Majelis Dzikir Dengan Sikap Sabar Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2013. Salatiga. STAIN. WJS, Perwadarminto. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Yusuf, Muhammad Amir. 2014. Pengaruh Majelis Dzikir Terhadap Keharmonisan Keluarga (Studi kasus majelis dzikir Al-Khidmah di pondok pesantren Hidayatul Falah Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. http://qultummedia.com/55-kabar-qultum/review/701-konsep-membangunkeluarga-sakinah-dan-sejahtera. diakses pada tanggal 9 Agustus 2015 http://alkhidmahrobayan.blogspot.com/2012/06/kh.html diakses pada tanggal 17 Agustus 2015. Dokumen Rangkaian dan Amaliyah Jama’ah Al Khidmah Kabupaten Semarang. Wawancara dengan ketua Umum Al Khidmah Kabupaten Semarang Bapak kyai M. Zaenuri. Wawancara dengan penasihat (Imam khushushy) Al Khidmah Kabupaten Semarang Bapak KH. M. Masykur.