1
KEINDAHAN BENTUK ULAT SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN SENI PATUNG
Oleh: I Putu Gede Herman Pranata 2009 04 003 Minat Seni Patung Program Studi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa Dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar 2013 E-mail pencipta :
[email protected]
ABSTRAK Keindahan bentuk ulat sebagai sumber inspirasi dalam penciptaan seni patung. Ulat adalah larva dari serangga yang bersifat hama bagi tanaman. Jika diteliti lebih lanjut, ulat merupakan serangga yang memiliki karakteristik serta gerak yang lincah dan lembut. Berbagai jenis ulat yang memiliki karakter dan keunikan tersendiri dapat kita jumpai hampir di seluruh belah dunia. Keunikan ulat yang sedemikian rupa menjadikan ulat layak dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni patung dengan berbagai pengolahan sesuai dengan imajinasi pencipta. Sebelum mewujudkan karya, pencipta terlebih dahulu menuangkan imajinasi pencipta melalui sketsa-sketsa yang pencipta buat. Setelah melalui proses sketsa barulah pencipta lanjutkan dengan proses pembuatan maket untuk memunculkan sisi tiga dimensional dari sketsa yang sebelumnya telah pencipta buat. Dalam proses berkarya, pencipta memadukan berbagai unsur dan struktur seni rupa sehingga tercipta sebuah karya seni patung dengan visual ulat yang unik dan menarik. Dalam memvisualisasikan karya tersebut, pencipta mempergunakan berbagai macam bahan yaitu bahan fiberglass, kayu, pelat besi, batu padas, tali ijuk, dan beton. Dalam proses finishing, pencipta mempergunakan berbagai macam finishing sesuai dengan karakter bahan yang pencipta pergunakan sehingga memunculkan karya dengan hasil akhir yang indah dan menarik.
2
Kata kunci : keindahan bentuk, ulat, seni patung.
ABSTRACT The beauty of caterpillar as the source of inspiration in creating sculpture. Caterpillar is a flyblow of insect which is pest to the plant, if we make further study of it, caterpillar is categorized into insect family that has characteristic and agile movement also smooth. Many kind of caterpillar has character and its own uniqueness that we can see almost on all over the world. The uniqueness of caterpillar is deserved to be chosen as the inspiring idea in the making of the sculptures with various processing according to the imagination of the creator. Before the sculpture is being made, at first the creator visualizes the imagination through sketches. When the sketching process is done then it is continued by making the miniature to get the three dimensional of the sketches which were made. In the making process, the creator uses various elements and structures of visual art till those sculptures with unique and interesting visualization of caterpillar are created. In visualizing the mentioned art works above, creator uses various kind of materials such as Fiberglass, Wood, Iron Plate, Padas Stone (the hard part of ground layers which is like rock), Rope made by palm fiber and Polyester Cement. In the finishing process, creator uses various finishing touches according to the characteristic of material which used till it gets beautiful and interesting final result. Key words : Beauty of form, Catterpillar, Sculpture
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam diciptakan oleh Tuhan bukan semata-mata sebagai karya untuk dikagumi manusia, akan tetapi ada alasan lain seperti memberi nafkah hidup kepada makhluk seperti berinteraksi, berlindung dan lainnya. Alam juga merupakan bagian dari rantai kehidupan yang mempunyai arti penting dalam kehidupan baik yang berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bermacam-macam kehidupan yang ada di alam ini khususnya serangga yang hidup di darat maupun di air. Masing-masing makhluk hidup mempunyai karakter dan ciri khas tersendiri seperti: bentuk, warna serta tingkah laku yang berbeda-beda, sehingga dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi kalangan pecinta makhluk hidup terutama para perupa khususnya dalam bidang seni patung. Dibalik semua itu manusia dapat memetik suatu hikmah, makna atau pelajaran yang dijadikan gambaran atau pengalaman hidupnya. Alam lingkungan beserta isinya merupakan sumber inspirasi yang tak pernah habis-habisnya untuk dikaji. Seni tidak akan dapat hidup dan berkembang bila tidak dikaitkan dengan alam dan lingkungan, karena alam merupakan sumber inspirasi yang tidak akan pernah habis untuk digali. Alam dan lingkungan beserta isinya bagi seniman merupakan sumber inspirasi dalam berkarya dan merupakan modal berharga untuk dapat menimbulkan obsesi yang bernuansa inspiratif, hal ini perlu didukung dan disatupadukan dengan pengalaman estetis. Makhluk hidup yang ada di alam dapat memberikan ide atau gagasan-gagasan yang kreatif, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil karya seniman yang mengambil tema dari jenis flora dan fauna. Ulat merupakan bagian dari makhluk hidup atau serangga yang memiliki karakteristik serta gerak yang lincah dan lembut. Berangkat dari pola pikir di atas pencipta tertarik dengan keindahan bentuk ulat. Ketertarikan terhadap serangga terutama ulat, karena seringnya melihat dari tayangan televisi baik itu berupa film kartun maupun di alam nyata, dan juga melihat secara langsung di lingkungan sekitar tempat tinggal dimana kehidupan pencipta di daerah pedesaan yang sering menjumpai berbagai jenis ulat baik yang besar maupun yang kecil. Menurut Ensiklopedia Indonesia, menjelaskan bahwa ulat merupakan serangga pra-dewasa dari kupu-kupu dan ngengat. Ulat memiliki bentuk, warna dan cara hidup yang beraneka ragam. Pada umumnya ulat sangat dibenci, karena bentuknya yang menggelikan, menakutkan, menjijikan dan dapat menyebabkan alergi. Ulat
3
tertarik oleh cahaya lampu, tubuhnya lebih panjang daripada kupu-kupu dan antenanya mempunyai beberapa bentuk. Namun dibalik semua itu ada wujud fisik dan warna ulat sangat menarik dan indah bila diamati dan diteliti lebih jauh. Ciri-ciri umum dari ulat yaitu bentuknya yang silindris dan mempunyai tiga pasang kaki pada ruas toraknya, dan beberapa pasang pada abdomennya, berbulu halus maupun kasar, lebat ataupun tipis. Ulat pada masa kehidupannya dianggap hama tanaman bagian pucuk, tunas, akar pangkal, dan ada juga yang hidupnya pada batang tanaman, yang mengakibatkan jenis tanaman menjadi rapuh dan mudah roboh. Ulat mempunyai beberapa cara untuk melindungi diri tergantung pada jenisnya untuk menghindarkan diri dari musuhnya, ulat mengeluarkan bau yang tidak sedap atau dengan memanfaatkan bulunya sebagai alat sengat. Pada ulat juga ditemukan kelenjar sutera, yakni modifikasi kelenjar ludah yang terdapat dibibir bawah. Sutera ini digunakan untuk membuat kepompong atau tempat perlindungan misalnya berupa gulungan atau lipatan daun. Dalam kehidupannya ulat melalui metamorphosis sempurna, awalnya yaitu dari kupu-kupu yang sudah kawin akan mencari tempat untuk bertelur biasanya pada pucuk-pucuk tumbuhan. Setelah selesai sampai dua minggu atau sampai satu bulan telur menetas menjadi larva atau ulat kecil sampai menjadi besar kemudian memasuki tahap pupa(kepompong) dan yang terakhir pupa ini siap menjadi kupu-kupu dan akan berubah warna sesuai dengan warna sayap yang akan terjadi (Ensiklopedi Indonesia,2004:233-234). Jika ditelusuri lebih jauh lagi ternyata serangga terutama kupu-kupu memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, karena tanpa adanya ulat (sampai tahap kupu-kupu) alam ini tidak akan selengkap seperti saat ini seperti halnya jenis tanaman yang ada sekarang tanpa adanya bantuan dari serangga-serangga tersebut akan sulit berkembangbiak. Setelah ulat sudah menjadi kupu-kupu akan sangat berguna karena memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, karena kupu-kupu membantu dalam hal penyerbukan pada tanaman. Nugroho Susetya Putra (1994:77) menuliskan dalam bukunya bahwa ulat dibenci manusia karena ulah serangga pra-dewasa (larva atau ulat) yang sering merusak dan menghancurkan tanaman. Ulat akan memakan berbagai jenis tanaman dan tak akan pernah berhenti makan sebelum memasuki tahap pupa (kepompong) dan menjadi kupu-kupu. Walaupun dimusuhi oleh manusia karena merusak tanaman yang mereka budidayakan, namun ada beberapa jenis ulat yang mempunyai andil yang besar bagi kehidupan manusia, misalnya ulat sutera. Serat sutera ini dihasilkan oleh ulat sutera yang biasanya dibudidayakan secara besar-besaran pada daun murbei. Ulat-ulat sutera yang mudah matang akan memasuki tahap pupa. Pupa inilah yang kemudian dipintal menjadi benang-benang sutera yang selanjutnya ditenun menjadi kain sutera yang sangat indah dan mempunyai nilai jual yang sangat tinggi. Dalam cerita pewayangan disebutkan ada sebuah cerita yang masih diyakini oleh masyarakat di Bali yang menerangkan dimana bila seorang ibu pada kehidupan duniawi (sekala) mempunyai seorang anak enggan atau tidak mau menyusui anaknya kelak bila si ibu ini meninggal dan sudah berada di alam baka (niskala) atmanya akan tersiksa. Atma si ibu ini harus menyusui ulat yang merupakan suatu hukuman baginya karena tidak mau menyusui anaknya pada kehidupan duniawi (Wawancara dengan I Wayan Subagia staf pengurus Kerta Gosa, Hari Rabu, 14 Januari 2013, Jam 09:30 Wita). Pengalaman mengenai ulat menggugah daya kreativitas pencipta untuk menciptakan karya seni patung yang berbentuk ulat dan menonjolkan pada keindahan bentuk ulat itu sendiri. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas muncul beberapa permasalahan yang berkaitan dengan proses kreatif yang pencipta jalani yaitu: a. Bagaimana wujud seni patung yang terinspirasi dari keindahan bentuk ulat? b. Bagaimana proses mewujudkan karya seni patung yang terinspirasi dari keindahan bentuk ulat? C. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses berkarya diantaranya : a. Untuk mewujudkan karya seni patung yang terinspirasi dari keindahan bentuk ulat.
4
b. Untuk mengetahui proses mewujudkan karya seni patung yang terinspirasi dari keindahan bentuk ulat. D. Manfaat Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam proses berkarya diantaranya: a. Dapat mengembangkan kreativitas berkarya dengan wawasan serta sumber ide yang baru. b. Dapat menambah keanekaragaman dalam pengungkapan ide, daya cipta dan kreasi dalam seni patung. c. Dapat dijadikan bahan apresiasi dan refrensi tentang seni patung yang terinspirasi dari keindahan bentuk ulat d. Dapat mewujudkan ide tersebut dalam karya seni patung sebagai karya dalam menempuh tugas akhir di FSRD ISI Denpasar. E. Ruang Lingkup Mengingat begitu luasnya permasalahan yang dihadapi serta terbatasnya sumber-sumber refrensi, untuk menghindari salah penafsiran dalam karya ini maka perlu kiranya pencipta memberikan batasan sebagai penyampaian pokok pikiran, gagasan atau ide yang hanya pada keindahan bentuk ulat.
2. METODOLOGI A. Eksplorasi Pada tahap eksplorasi (penjajakan) dalam penciptaan ini adalah merupakan suatu proses penjelajahan ide dari pengalaman yang pernah pencipta alami maupun dari pengamatan terhadap kenyataan lingkungan dimana pencipta berada. Eksplorasi termasuk berpikir, berimajinasi merasakan dan merespon bentuk ulat yang pencipta jadikan objek atau sumber penciptaan patung. Pencipta melakukan eksplorasi langsung ke Bali Butterfly Park, Wanasari, Tabanan. Disana pencipta melihat dan mengamati ulat secara langsung, mulai dari karakter, warna, aktifitas, dan bentuk yang beraneka ragam. Selain melakukan pengamatan secara langsung ke Bali Butterfly Park, pencipta juga melakukan pengamatan terhadap ulat di lingkungan tempat tinggal pencipta karena di sekitar tempat tinggal pencipta masih banyak terdapat lahan hijau sehingga beberapa jenis ulat masih bisa ditemukan disana. Eksplorasi yang pencipta lakukan melalui gambar-gambar, pencipta juga melakukan studi kepustakaan dimana pencipta membaca bukubuku ataupun literatur yang ada kaitannya dengan judul yang pencipta angkat. Data lainnya diproleh dengan memanfaatkan kemajuan teknologi pencipta mencari gambar-gambar maupun literatur di internet yang bisa dijadikan perbandingan dan sumber ide dalam pembuatan karya patung.
B. Improvisasi Improvisasi dilakukan dengan melalui pembuatan sket. Pembuatan sket bertujuan untuk memvisualisasikan dengan garis bayangan-bayangan atau reka-reka ide yang di dapat pada eksplorasi. Dengan garis inilah ide-ide tersebut terus diolah sampai mendekati bentuk yang sesuai, tentunya dengan tidak mengabaikan komposisi dan kesatuan bentuk. Dari sket-sket ini nantinya banyak memberikan alternatif bentuk yang bisa dipilih untuk diwujudkan menjadi karya. Setelah melakukan percobaan-percobaan dengan sket, pencipta lanjutkan dengan membuat maket atau miniatur tiga dimensi. Maket ini pencipta buat dengan bahan plastisin, dikarenakan mudah untuk dibentuk. Dengan dibuatnya maket ini tentunya akan memudahkan dalam pembentukan pada karya patung. Maket ini nantinya akan menjadi panduan dalam perwujudan karya patung
5
Setelah selesai pembuatan maket, pencipta melakukan proses improvisasi tentang bahan yang akan pencipta pergunakan untuk mewujudkan karya seni patung. Percobaan yang pencipta lakukan adalah pemanfaatan bahan yang berbeda dari biasanya yaitu mempergunakan bahan dari tali ijuk. Tali ijuk yang pencipta pergunakan merupakan tali ijuk yang berukuran kecil sampai dengan ukuran sedang. Kendala yang paling menonjol dalam pemanfaatan tali ijuk yaitu bahan dasar apa yang dipergunakan untuk dijadikan sebagai tempat untuk melekatkan tali ijuk tersebut. Pertama pencipta mempergunakan bahan sterofoam sebagai bahan dasar untuk tempat melekatkan tali ijuk tersebut. Akan tetapi pada saat pemasangan tali ke sterofoam, tali tidak dapat melekat dengan sempurna dan mudah terlepas sehingga pencipta mencoba mempergunakan media dasar yang lain. Percobaan kedua pencipta mempergunakan kerangka besi untuk menempelkan tali ijuk tersebut. Pemasangan tali pada kerangka tersebut pencipta lakukan dengan dua tahap yaitu tahap pertama pemasangan dengan cara merajut kemudian pemasangan tahap dengan cara pemasangan seperti merajut untuk menutupi seluruh bagian kerangka kemudian dilanjutkan ke tahap kedua yaitu pemasangan tali dengan menumpuk hingga menghasilkan bentuk yang pencipta inginkan. Untuk memperkuat lekatan tali ijuk, pencipta menambahkan lem pada beberapa bagian saat melakukan proses pemasangan tali ijuk tersebut.
C. Alat Dalam pembuatan karya ini tentunya diperlukan alat dalam proses mewujudkan karya. Dibawah ini merupakan beberapa alat yang pencipta pergunakan dalam proses perwujudkan karya.
Gambar : 1 Pahat Foto : Herman
Pahat merupakan alat yang digunakan dalam pembuatan karya berbahan kayu. Pahat memiliki berbagai macam ukuran dari ukuran kecil hingga berukuran besar, dan memiliki ujung yang datar (perancab), pahat dengan ujung yang lengkung (pemuku/lokob) dan lain sebagainya.
Gambar : 2 Semeti Foto : Herman
Palu kayu merupakan alat untuk memukul pahat, palu yang pencipta gunakan adalah palu kayu (semiti/pengotok) alat yang digunakan dalam pembuatan karya patung berbahan kayu.
6
Gambar : 3 Gergaji Mesin Foto : Herman
Gergaji mesin (mesin sensor) alat untuk memotong, dan pembutan patung berbahan kayu. Pencipta menggunakan mesin ini pada saat proses pembentukan global dengan cara mengurangi bahan sedikit demi sedikit.
Gambar : 4 Gerinda Foto : Herman
Mesin gerinda alat untuk memotong, pencipta menggunakan alat ini pada saat proses pembuatan karya dari bahan kayu dan fiberglass saat proses penghalusan karya dengan mengunakan amplas.
Gambar : 5 Pisau dan Gergaji Besi Foto : Herman
Pisau dan gergaji pencipta gunakan pada saat pembuatan bentuk global pada karya berbahan styrofoam
Gambar : 6 Pemutik dan Pangot Foto : Herman
Pisau Pemutik dan Pangot pencipta gunakan pada saat pembuatan dan penghalusan permukaan patung berbahan kayu.
7
Gambar : 7 Palet Foto : Herman
Palet adalah alat sejenis cetok dengan bermacam-macam bentuk dan ukuran. Palet pencipta gunakan saat penempelan dan pembentukan pada karya patung berbahan beton.
D. Bahan Dalam mewujudkan karya seni patung, bahan merupakan bagian yang sangat penting. Dibawah ini merupakan beberapa bahan yang pencipta pergunakan dalam proses perwujudan karya.
Gambar : 8 styrofoam Foto : Herman
Merupakan bahan yang mudah dibentuk dan sangat ringan. Pencipta menggunakan bahan ini pada saat pembuatan model dan hasil akhirnya dilapisi dengan benang wol.
Gambar : 9 Kayu Foto : Herman
8
Kayu merupakan salah satu bahan yang sering dijadikan sebagai bahan patung, kayu juga memiliki jenis dan serat yang berbeda-beda. Salah satu jenis kayu yang pencipta gunakan sebagai karya patung adalah kayu suar dan kayu nangka. Pencipta menggunakan kayu jenis ini karena memiliki serat yang bagus dan tidak terlalu keras.
Gambar : 10 Semen Foto : Herman
Semen digunakan sebagai campuran pasir dan kalsium karbonat pada karya berbahan beton.
Gambar : 11 Tali ijuk Foto : Herman
Tali ijuk dipergunakan untuk melilit dan membentuk karya yang terbuat dari bahan tali ijuk.
Gambar : 12 Resin Foto : Herman
Resin adalah bahan kimia yang berupa cair, untuk bahan fiberglass, umumnya menggunakan resin bening atau resin berwarna merah muda.
9
3. PROSES PERWUJUDAN Pembentukan (Forming) Pembentukan (Forming), tahap ini adalah suatu proses perwujudan (eksekusi) dari berbagai percobaan yang telah dilakukan. Kebutuhan membuat komposisi tumbuh dari hasrat manusia untuk memberi bentuk terhadap sesuatu yang telah ditemukan. Tahap ini juga merupakan proses penyusunan dengan menggabungkan hasil dari berbagai improvisasi yang berdasar pada pertimbangan garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur, harmoni, kerumitan, dan lain sebagainya. Gambar sketsa karya :
Gambar : 13 Sketsa Karya I Foto : Herman
Gambar : 17 Sketsa Karya V Foto : Herman
Gambar : 14 Sketsa Karya II Foto : Herman
Gambar : 18 Sketsa Karya VI Foto : Herman
Gambar : 15 Sketsa Karya III Foto : Herman
Gambar : 19 Sketsa Karya VII Foto : Herman
Gambar : 16 Sketsa Karya IV Foto: Herman
Gambar : 20 Sketsa Karya VIII Foto : Herman
Gambar maket karya :
Gambar : 21 Maket Karya I Foto : Herman
Gambar : 22 Maket Karya II Foto : Herman
Gambar : 23 Maket Karya III Foto : Herman
Gambar : 24 Maket Karya IV Foto : Herman
10
Gambar : 25 Maket Karya V Foto : Herman
Gambar : 26 Maket Karya VI Foto : Herman
Gambar : 27 Maket Karya VII Foto : Herman
Gambar : 28 Maket Karya VIII Foto : Herman
Pada proses perwujudan pencipta melakukan beberapa tahapan baik yang mengguanakan bahan fiberglass, kayu, beton, tali ijuk, batu padas, dan pelat besi. Tahapan-tahapan pembentukan menggunakan bahan fiberglass. - Tahap pembentukan pencipta awali dengan membuat bentuk awal dengan bahan styrofoam, selanjutnya dilapisi kertas bekas sebanyak tiga kali lapis. Dilanjutkan dengan pelapisan menggunakan fiberglass, untuk pelapisan resin, pencipta penggunakan campuran resin dengan calcium carbonat yang kental, agar lebih memudahkan dalam proses penempelannya dan pembuatan tekstur. - Tahap penghalusan pencipta lakukan dengan menggunakan amplas air nomor 360 dengan mempergunakan tangan. - Tahapan finishing pencipta lakukan dengan mempergunakan cat dengan teknik airbrush. Tahapan-Tahapan Pembentukan Menggunakan Bahan Kayu. - Tahap pembentukan global, tahap ini pencipta awali dengan dengan memastikan ukuran kayu dengan skala maket yang akan diwujudkan, Pada pembentukan global pencipta menggunakan gergaji mesin. - Tahap pembentukan detail, setelah pembentukan global pencipta lanjutkan dengan tahap pembentukan yang lebih detail dengan menggunakan pahat berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan fungsinya. - Tahap penghalusan, tahap penghalusan pencipta lakukan setelah tahap pembentukan detail selesai, alat yang pencipta gunakan adalah pisau pengutik dan pangot kemudian di amplas. - Tahap finishing, tahap ini pencipta menggunakan semir pada permukaan karya berbahan kayu. Tahapan-Tahapan Pembentukan Menggunakan Bahan Beton. - Tahap pembentukan pencipta awali dengan membuat kerangka dari besi, kawat strimin yang diikat menggunakan kawat tali dengan memperhitungkan konstruksi, kerangka dibuat lebih kecil dengan diperhitungkan ketebalan lapisan berikutnya sampai bentuk jadi yang diinginkan. - Tahap membentukan global yaitu dengan membuat adonan pasir yang dicampur semen dan ditempelkan pada kerangka. - Tahap pembentukan detail yaitu dengan menempelkan adonan yang lebih halus. - Tahap akhir yaitu proses finishing yaitu dengan tekstur halus dengan di amplas serta pemberian warna. Tahapan-Tahapan Pembentukan Mempergunakan Bahan dari Tali Ijuk.
11
- Tahap pembentukan pencipta awali dengan membuat kerangka dari besi, kawat strimin yang diikat menggunakan kawat tali dengan memperhitungkan konstruksi, kerangka dibuat lebih kecil dengan diperhitungkan ketebalan lapisan berikutnya sampai bentuk jadi yang diinginkan. - Tahap pembentukan global dengan cara melilit-lilitkan tali ijuk pada permukaan kawat sehingga seluruh permukaan kawat tertutup dengan rata dan bentuk karya yang pencipta ingin wujudkan dapat terbentuk. - Tahap yang terakhir yaitu proses finishing dengan merapikan lilitan tali ijuk serta melapisi lem fox putih yang dicampur dengan air pada permukaan karya. Tahapan-Tahapan Pembentukan Dengan Mempergunakan Bahan Batu Padas. - Tahap pembentukan global, tahap ini pencipta awali dengan dengan memastikan ukuran batu padas yang akan diwujudkan, Pada pembentukan global pencipta menggunakan kapak dan pahat. - Tahap penghalusan, tahap penghalusan pencipta lakukan setelah tahap pembentukan detail selesai, alat yang pencipta gunakan adalah pahat kemudian di amplas. - Tahap finishing, tahap ini pencipta menggunakan mowilex natural sehingga permukaan karya menjadi terlihat mengkilap. Tahapan-Tahapan Pembentukan Menggunakan Bahan Pelat Besi. - Tahap pembentukan pencipta awali dengan pembuatan pola yaitu bagian perbagian dari bahan kertas karton. Setelah pembuatan pola selesai kemudian dilanjutkan dengan pemotongan pelat besi sesuai dengan ukuran pola yang telah pencipta buat. Kemudian dilanjutkan dengan proses menggetok plat besi tersebut sampai muncul bentuk yang pencipta inginkan. Barulah dilanjutkan dengan proses merangkai potongan-potongan tersebut dengan mempergunakan teknik las sampai bentuk karya yang pencipta inginkan dapat terwujud. - Tahap finishing yang pencipta terapkan yaitu dengan cara dibakar dengan sebelumnya melapisi oli bekas pada permukaan karya. Dilanjutkan dengan proses pembakaran dengan mempergunakan kompor. Setelah pembakaran selesai pencipta lapisi karya dengan mempergunakan clear.
4. WUJUD KARYA Karya I
12
Gambar : 29 Judul Karya: Menggapai Ukuran: 54 x 44 x 60 Cm Bahan: Kayu Nangka Tahun : 2013 Foto : Herman
Aspek Ideoplastis Karya ini terinspirasi dari gerak ulat yang sedang menggapai daun. Daun merupakan makanan yang paling disukai oleh ulat. Namun terkadang posisi daun seringkali tidak sejajar dengan tubuh ulat sehingga ulat harus mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk dapat menggapai daun tersebut. Walaupun posisi daun tidak sejajar dengan posisi ulat dan terkadang lebih tinggi dari tubuhnya, namun ulat tetap berusaha untuk bisa menggapainya. Walau memiliki kemampuan yang terbatas, ulat tersebut tetap berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Aspek Fisikoplastis Wujud visual karya dengan judul ” menggapai” ini menggambarkan gerakan ulat yang sedang menggapai daun dimana posisi badan ulat yang terangkat ke atas. Kekurangan yang dimiliki oleh ulat tersebut tidak menjadi halangan untuk dapat menggapai apa yang dia inginkan. Perpaduan antara garis lengkung dan lurus menggambarkan bahwa selain memiliki karakter yang keras yaitu keinginan yang keras untuk bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan, karakter lembut juga terselip didalamnya yaitu dengan menampilkan garis-garis lengkung yang terdapat pada karya tersebut. Duri-duri yang banyak terdapat pada tubuhnya menggambaran tentang kekuatan yang terdapat pada dirinya. Finishing dengan mempergunakan semir cokelat pencipta pergunakan untuk lebih memunculkan kesan lembut yang terdapat pada ulat tersebut. Karya II
Aspek Ideoplastis
Gambar : 30 Judul Karya: Pertahanan Diri Ukuran: 176 x 55 x 50 Cm Bahan: Kayu Suar Tahun : 2013 Foto : Herman
Semua makhluk hidup pasti akan selalu berusaha untuk tetap mempertahan hidupnya dengan berbagai cara dan usaha. Kelangsungan hidup merupakan sesuatu yang wajib diperoleh oleh semua makhluk di dunia. Begitu pula dengan ulat yang akan selalu berusaha untuk tetap dapat menjalani kelangsungan hidupnya. Salah
13
satu faktor yang mengganggu kelangsungan hidup dari ulat yaitu pemangsa yang sering memutus kelangsungan hidup dengan cara memangsa ulat tersebut. Pada saat pemangsa berusaha untuk memangsa ulat tersebut, ulat pasti akan melakukan perlawanan kepada pemangsa dengan melakukan pertahanan diri. Oleh karena itu, karya diatas yang berjudul “pertahanan diri” terinspirasi dari gerakan ulat yang sedang melingkar. Dimana gerakan ulat ini dilakukan pada saat sedang terancam dan untuk melindungi diri dari musuhnya. Aspek Fisikoplastis Bentuk tubuh yang melingkar menggambarkan tentang penyatuan tubuh dimana jika tubuh bersatu maka energi yang besar akan muncul dari tubuh. Lekukan-lekukan yang muncul pada saat ulat itu melingkar mengisyaratkan kekuatan ulat tersebut. Lekukan-lekukan pada tubuh ulat tersebut yang ukurannya tidak sama menggambarkan energi yang muncul dapat memberikan irama yang sangat menarik untuk diamati. Dua ujung ekor yang menggambarkan senjata yang sangat berbahaya apabila dipergunakan untuk menyerang.
Karya III
Aspek Ideoplastis
Gambar : 31 Judul Karya: Siap Menyerang Ukuran: 144 x 85 x 28 Cm Bahan: Tali Ijuk Tahun : 2013 Foto : Herman
Jika seekor binatang merasa terancam maka dia akan melakukan sebuah perlawanan. Seringkali jika binatang tersebut merasa terancam namun lawan yang dihadapi ukuran tubuhnya lebih besar maka dia akan berusaha untuk menampilkan bentuk tubuh yang menyamai atau lebih besar dari lawannya tersebut meskipun sebenarnya kekuatan yang dimiliki tidaklah sebesar lawannya tersebut. Karena faktor tersebut, karya diatas yang berjudul “siap menyerang” merupakan karya yang terinspirasi dari gerakan ulat yang akan bertarung dengan lawan yang menyerangnya dengan posisi badan yang hampir berdiri tegak dan bertumpu pada bagian ekornya.
14
Aspek Fisikoplastis Visualisasi karya diatas adalah ulat yang sedang terancam yaitu posisi badan yang terangkat keatas menggambarkan bahwa dia ingin menunjukkan kekuatan besar yang dimiliki kepada musuhnya. Akan tetapi kekuatan tersebut hanyalah tipuan semata karena dia hanya ingin membuat musuhnya menjadi takut. Karakter bahan yang dipergunakan yaitu tali ijuk yang berwarna hitam dan sedikit berbulu menggambarkan sosok yang menyeramkan dan bulu halus yang terdapat disana juga membuat karakter menyeramkan dari ulat tersebut semakin terlihat jelas. Moncong ulat yang berwarna cokelat muda dengan bentuk mulut yang terbuka menggambarkan bahwa ulat tersebut siap untuk menyerang musuh yang sedang dihadapinya. Warna bagian mulut yang berbeda dengan warna badannya semakin memberikan keyakinan kepada musuhnya bahwa ulat tersebut sangatlah berbahaya ini juga. Hal ini juga didukung oleh posisi kaki-kaki ulat tersebut yang sudah ingin menerkam musuhnya. Ulat ini juga berdiri hanya bertumpu pada bagian dari ekornya padahal pada beberapa binatang, ekor merupakan bagian terlemah dari tubuh binatang tersebut. Ini membuktikan jika kita mampu memanfaatkan bagian yang terlemah dan mampu mengolahnya serta diikuti dengan kemauan yang sangat tinggi maka kekuatan besar akan muncul dari sesuatu yang terlemah tersebut.
Karya IV
Gambar : 32 Judul Karya: Kehebatanku Ukuran: 75 x 30 x 80 Cm Bahan: Pelat Besi Tahun : 2013 Foto : Herman
Aspek Ideoplastis Ulat merupakan serangga yang berukuran kecil. Walaupun memiliki bentuk tubuh yang kecil, ulat tetap memiliki kelebihan seperti halnya binatang-binatang yang ukuran tubuhnya lebih besar darinya. Salah satu kelebihannya yaitu mampu turun dari dahan pohon dengan posisi normal seperti pada saat menaiki pohon. Sehingga karya karya di atas berjudul “kehebatanku” ini terinspirasi dari gerakan ulat yang sedang turun dari atas pohon. Dimana pada saat turun dari pohon ada suatu gerakan yang dinamis yang timbul saat ulat tersebut melakukan gerakan turun. Dalam melakukan gerakan tersebut tentunya membutuhkan energi yang cukup banyak karena harus melawan grafitasi dan ulat tersebut bisa umtuk melakukannya
15
Aspek Fisikoplastis Karya diatas berbentuk ulat dengan posisi kepala lebih rendah daripada ekornya. Ini menggambarkan bahwa dia menitik pusatkan energinya pada bagian depan tubuh. Bentuk tubuh dengan perpaduan antara garis lengkung dan garis lurus membuat karakter lembut maupun kaku terdapat dalam karya tersebut. Karakter keras juga dapat diperoleh dari karakter bahan yaitu penggunaan pelat besi yang merupakan bahan yang berkarakter keras dan tajam. Faktor bahan yang pencipta pergunakan yaitu pelat besi merupakan bahan yang mempunyai sifat yang tajam sehingga menggambarkan karakter ulat yang sangat berbahaya. Karat yang terdapat pada pelat besi menambah nilai estetis dari karya tersebut serta memberikan karakter jijik sehingga kurang tertarik untuk disentuh sebagaimana ulat pada umumnya. Motif las yang terdapat pada tubuh ulat yang menyerupai struktur pemasangan batu bata menggambarkan walaupun memiliki kekuatan yang terbatas tetapi jika mampu mengolah dengan terstruktur maka kekuatan maksimal akan muncul.
Karya V
Aspek Ideoplastis
Gambar : 33 Judul Karya: Hampir Mati Ukuran: 50 x 30 x 60 Cm Bahan: Beton Bertulang Tahun : 2013 Foto : Herman
Setiap makhluk yang hidup di dunia pasti mempunyai tujuan dalam hidupnya meskipun tujuan tersebut sangatlah sederhana yaitu hanya untuk bertahan hidup. Begitu pula dengan ulat yang salah satu tujuan hidupnya adalah untuk tetap bertahan hidup dengan cara terus mencari makanan untuk menyambung kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, karya diatas berjudul “hampir mati” ini terinspirasi dari ulat yang sedang mencari makanan di atas ranting sebuah pohon. Akan tetapi setelah berbagai macam usaha yang dilakukan untuk dapat sampai ke atas ranting pohon tersebut, tidak ada makanan yang berupa daun yang bisa ditemukannya. Aspek Fisikoplastis Karya ini divisualisasikan dengan bentuk ulat dengan posisi badan melengkung kebawah dan dengan badan terlihat sangat lemas. Ini menggambarkan kelelahan fisik yang sedang melanda dirinya akibat dari perjalanan yang sudah dilalui untuk sampai ke tempat tersebut. Gerakan badan yang melengkung kebawah juga menggambarkan bahwa energi yang dimilikinya sudah hampir habis dan dia sangat merasa kelelahan. Warna yang yang cenderung gelap yang terdapat pada badan ulat tersebut juga menggambarkan bahwa energi yang
16
dimilikinya sudah hampir habis. Ranting pohon yang mempunyai bentuk melengkung dan bercabang menggambarkan tentang perjalanan yang telah dilalui sangatlah berat. Sedangkan ujung ranting pohon yang kering dan tanpa ditumbuhi sehelai daun menggambarkan bahwa usaha yang sudah dilakukannya tidak mendapatkan hasil apa-apa.
Karya VI
Aspek Ideoplastis
Gambar : 34 Judul Karya: Ulat menari Ukuran: 70 x 30 x40 Cm Bahan: Batu Padas Tahun : 2013 Foto : Herman
Karya diatas yang berjudul “ulat menari” terinspirasi dari gerak ulat yang sedang berjalan. Pada saat berjalan, ulat tersebut seakan-akan sedang melakukan tarian dimana ekor yang sedang membantu untuk mendorong tubuhnya tersebut mengeluarkan gerak yang sangat menarik. Gerakan kaki pada saat ulat tersebut berjalan juga mampu mengeluarkan bentuk dan ritme yang sangat menarik untuk diamati bila ulat tersebut sedang berjalan. Aspek Fisikoplastis Visualisasi karya diatas yang terinspirasi dari gerakan ulat yang sedang berjalan. Posisi ekor yang melengkung sehingga menghasilkan ruang tembus dan mampu mencerminkan gerakan yang dinamis. Gerakan kaki pada saat bergerak mampu menumbulkan ritme yang begitu indah. Ini menggambarkan bahwa apa yang dilakukan dengan teratur akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. Karakter ulat yang lembut mampu tercermin dari garis-garis lengkung yang terdapat pada bagian ujung kepala sampai dengan ujung ekor. Bentuk kaki dengan ujung yang runcing menggambarkan tentang kekuatan yang dimilikinya untuk mencengkeram pada saat berjalan. Warna alami dari batu padas tersebut membuat bentuk karya menjadi semakin mempunyai karakter dan menimbulkan karakter keras pada karya. Finishing natural pada karya tersebut untuk semakin mempertegas karakter bahan yang dipergunakan.
17
Karya VII
Aspek Ideoplastis
Gambar : 35 Judul Karya: Berusaha Bangkit Ukuran: 40 x 38 x 30 Cm Bahan: fiberglass Tahun : 2013 Foto : Herman
Karya yang berjudul “berusaha bangkit” ini terinspirasi dari ulat yang terjatuh dari atas pohon dengan posisi terbalik. Akan tetapi ulat tersebut tetap berusaha untuk kembali bangkit pada posisi semula. Usaha ulat tersebut untuk kembali bangkit sangatlah besar. Ini dibuktikan dengan gerakan ekor yang melingkar dan berusaha untuk mendorong tubuhnya untuk kembali pada posisi semula. Aspek Fisikoplastis Visualisasi karya yang berjudul “berusaha bangkit” berwujud ulat yang sedang terbalik dimana posisi kaki diatas dengan ekor yang melingkar. Bentuk ulat yang terbalik menggambarkan ulat yang sedang berusaha untuk bangkit kembali akibat terjatuh dari atas pohon. Walaupun sedang tertimpa masalah dia tetap berusaha untuk bisa keluar dari permasalahannya tersebut dan tetap berusaha untuk bangkit kembali. Bentuk ekor yang melingkar kebawah mmenggambarkan bahwa dia sedang berusaha untuk mengeluarkan kemampuannya semaksimal mungkin. Karakter keras dari ulat ini juga tercermin dari bahan yang dipergunakan yaitu fiberglass dengan beberapa tekstur yang terdapat pada tubuh ulat tersebut. Warna merah yang ditampilkan pada karya tersebut menggambarkan bahwa dia berusaha sekuat tenaga untuk memunculkan semaksimal mungkin energi yang dia miliki untuk dapat keluar dari permasalahannya tersebut. Sesulit apapun masalah yang dihadapi seharusnya kita tetap mempunyai semangat juang yang tinggi untuk bangkit dan keluar dari masalah yang sedang kita hadapi.
18
Karya VIII
Aspek Ideoplastis
Gambar : 36 Judul Karya: Akhirnya Sampai Ukuran: 60 x 40 x 97 Cm Bahan: Beton Bertulang Tahun : 2013 Foto : Herman
Karya yang berjudul “akhirnya sampai” ini terinspirasi dari ulat yang sedang berada pada ujung batang pohon. Ulat biasanya sangat menyukai berada pada ujung batang pohon karena pada tempat itulah banyak terdapat makanan yang sangat digemari oleh ulat yaitu pucuk atau daun yang masih dalam keadaan muda. Untuk mencapai ujung dari pohon ini sangatlah tidak mudah karena banyak perjuangan yang harus dilakukan oleh ulat tersebut. Keinginan yang keras untuk mendapatkan makanan kemudian mendorong ulat untuk bisa mencapai ujungnya. Aspek Fisikoplastis Karya ini divualisasikan dengan bentuk ulat berada pada ujung batang pohon. Ulat tersebut terlihat sangat santai dan nyaman saat berada di ujung pohon tersebut. Dimana ujung dari pohon merupakan tujuan yang selalu ingin dicapai oleh ulat tersebut. Tidak hanya binatang, manusia juga selalu ingin mendapatkan apa yang telah dicita-citakannya sejak lama. Apabila apa yang telah dicita-citakannya sejak lama dapat tercapai makan ketenangan dan kepuasan akan menghampirinya. Ini terlihat dari bentuk ulat yang terlihat tenang dan nyaman saat berada pada ujung batang pohon. Batang pohon yang bertekstur kasar dan berwarna hitam menggambarkan bahwa perjalanan menuju keatas atau menuju ujung pohon tersebut tidaklah mudah karena banyak rintangan yang harus dilalui oleh ulat tersebut. Warna hijau pada tubuh ulat tersebut menggambarkan ketenangan dan kesejukan karena dia telah mencapai apa yang diinginkannya. Sementara corak hitam yang bercampur dengan warna hijau berada pada badan ulat tersebut menggambarkan bahwa selain mempunyai karakter yang lembut, ulat tersebut juga memiliki sisi keras dimana dengan keinginan yang keras dia mampu mencapai hal yang telah diinginkannya.
19
5. SIMPULAN a. Karya seni berupa karya-karya tiga dimensi dengan bentuk utama dalam berbagai komposisi yang berakar pada bentuk-bentuk ulat. Pemanfaatan elemen garis dengan variasi tegas dan lembut serta variasi bahan yanng dipergunakan mendukung ide penciptaan karya seni patung yang bertemakan ulat. Bentuk ulat yang pencipta tampilkan dengan berbagai bentuk yaitu bentuk ulat yang sedang melingkar, ulat dengan posisi sedang berdiri, ulat dengan posisi menungging, ulat dengan posisi terbalik dan berbagai macam bentuk yang lainnya. b. Bereksplorasi dengan melihat langsung ulat dengan berbagai bentuk, warna dan gerak serta didukung dengan pemahaman berbagai informasi tentang ulat sangat mendukung dalam berimprovisasi. Kemudian pencipta wujudkan dengan menekankan pada pengolahan aspek bentuk, unsur dan struktur seni sehingga terwujud karya patung dengan karakter ulat.
6. PERSANTUNAN Dalam penulisan dan perwujudan karya banyak pihak yang telah memberikan bantuan yang sangat menunjang keberhasilan tulisan dan perwujudan karya ini, maka itu melalui kesempatan yang baik ini, pencipta menyampaikan ucapan yang tulus kepada :
a. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar b. Dra. Ni Made Rinu, M.Si selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar c. Drs. I Wayan Kondra, M.Si selaku Ketua Program Studi Seni Rupa Murni, Institut Seni Indonesia Denpasar d. Drs. I Wayan Sutha S, selaku Ketua Minat Seni Patung, Institut Seni Indonesia Denpasar e. Drs. I Ketut Buda,M.Si selaku dosen Pembimbing I serta selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dalam penulisan maupun berkarya. f. I Made Jodog, S.Sn, MFA selaku Pembimbing II yang telah membimbing dalam penulisan maupun berkarya. g. Seluruh staf akademik dan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar. h. Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional yang telah membantu pencipta dengan memberikan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM), yang pernah pencipta terima sebagai biaya penunjang dalam proses pembelajaran i. Seluruh teman, rekan, sahabat yang telah memberikan dukungan moral j. I Ketut Sunata dan Ni Wayan Murtini Asih selaku orang tua yang telah memberikan segalanya kepada pencipta.
20
7.
DAFTAR RUJUKAN
Nugroho, Susetya Putra, 1994, Serangga di Sekitar Kita, Kinisius, Yogyakarta. Team Penyusun, 2004, Ensiklopedia Nasional Indonesia, PT. Delta Pamungkas, Jakarta. Observasi Bali Butterfly Park,Wanasari,Tabanan, 24 Februari 2013. Wawancara dengan I Wayan Subagia staff pengurus Kerta Gosa, Hari Rabu, 14 Januari 2013, Jam: 09.30 Wita 8. LAMPIRAN Beberapa foto-foto pada saat pembuatan karya.
Gambar : 37 Proses pengampelasan karya dari bahan kayu Foto : Ambara
Gambar : 38 Proses pemasangan tali ijuk Foto : Ambara
Gambar : 39 Proses pembakaran karya dari bahan pelat besi Foto : Ambara