ARTIKEL ILMIAH
BENTUK TULANG SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN SENI PATUNG
Oleh I Komang Ardika 2006. 04. 035 Seni Patung
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2012
Abstrak
Tulang memiliki bentuk yang unik dan menarik, ada yang pipih, bulat, panjang, dan berongga bentuk-bentuk tulang memiliki keindahan tersendiri, dapat merangsang suatu imajinasi kreatif. Hal ini tentunya sangat bermanfaat dalam berkreativitas. Imajinasi-imajinasi kreatif tersebut dapat diwujudkan menjadi seni patung abstrak, dengan berbagai media dan teknik yang diwujudkan menjadi patung-patung abstrak yang indah dengan mengabstraksikan bentuk.
Abstract
bones have unique and interesting shape, here are flate bones, long, round and hollow bones. The shapes of bones have their own beanty, can simulate some creative imagination. This things for sure so useful in creativity. From all of that creative imaginations can create abstract statue, with various media and technique can bring into reality become beautiful abstract statues with abstraction shape.
PENDAHULUAN Latar Belakang Ide penciptaan Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan jauh dari pembicaraan tulang, di televisi maupun di koran terkadang diberitakan penemuan tulang manusia yang diduga korban dari pembunuhan. Begitu pula ketika memotong hewan seperti kerbau, sapi, ayam, bebek biasanya yang tersisa tulang-tulangnya. Anggapan masyarakat Bali terhadap tulang manusia adalah suatu yang mistis. Tulang manusia diartikan sebagai sebuah keletehan bila berada tidak pada tempatnya. Masyarakat di Bali tidak diperkenankan membawa tulang manusia ke dalam lingkungan atau pekarangan rumah, bila hal ini terjadi maka akan diadakan upacara
pembersihan
lingkungan
karang
dengan
cara
mecaru.
(http://binginbanjah.wordpress.com/2011/03/13/maknacarudibali) Hal tersebut di atas jarang terjadi karena dalam upacara ngaben, tulang biasanya langsung diupacarai di kuburan. Di Bali upacara ngaben dengan menggali tulang di kuburan menganut kebiasaan /dresta masing-masing desa pekraman. Biasanya sebelum penggalian kuburan ada upacara-upacara sesuai dengan adat desa masing-masing. Sampai hari yang sudah ditentukan untuk pengabenan barulah dilakukan penggalian tulang. Dan nantinya tulangnya akan dibakar sampai menjadi abu selanjutnya dibawa ke suangai atau laut untuk dihanyut. (http://koranbalitribune.com/2012/05/15/pembakarantulangdibali). Pengalaman pencipta mengikuti kegiatan dalam upacara pengabenan di kampung halaman Banjar Pesangkan, Desa Duda, Selat, Karangasem. Pencipta pernah mengikuti upacara pengabenan ada menggali kuburan yang sudah tinggal kerangka tulangnya saja. Pengalaman ini ada hal yang menarik bagi pencipta yaitu pada saat menyusun kembali tulang-tulang yang masih tersisa kebagian posisi semula seperti tulang kaki di bawah, tulang dada di tengah, dan tengkorak bagian atas.
Secara kebetulan suatu ketika pencipta berjalan-jalan di pantai, pencipta melihat tulang-tulang dipasir, pencipta perkirakan itu adalah tulang hewan yaitu anjing. Pencipta mulai mengamati dan kemudian mengambil beberapa tulang untuk disusun secara sederhana. Berawal rasa iseng bermain dengan tulang-tulang tersebut membawa pencipta pada khayalan yang merangsang munculnya ide-ide kreatif, menyegarkan ingatan pencipta tentang bentuk-bentuk tulang yang pernah pencipta amati terdahulu ketika melihat tulang-tulang pada upacara ngaben. Ternyata pengalaman tersebut memunculkan ide untuk menciptakan bentukbentuk seni patung terutama dalam menciptakan komposisi-komposisi setatis dan dinamis. Untuk pengembangan ide tersebut di atas pencipta memandang perlu menambah wawasan tulang, maka itu diperlukan studi tentang tulang, dengan mencari refrensi-refrensi bacaan di perpustakaan maupun di internet, dengan melihat poto-poto, gambar-gambar tentang tulang telah merangsang kreativitas pencipta. Dipilihnya bentuk tulang sebagai sumber inspirasi karena tulang memiliki bentuk-bentuk yang menarik ada yang pipih, bulat, panjang, dan berongga, ketika disusun sedemikian rupa mampu memberikan imajinasi kreatif. Keunikan tulang adalah tulang disatukan oleh sendi-sendi yang memiliki fungsi tersendiri, tulang satu mendukung tulang yang lain membentuk satu-kesatuan sebagai penyangga tubuh. Keunikan akan tulang yang telah dijelaskan timbul keinginan pencipta untuk mewujudkannya ke dalam bentuk karya seni berupa patung yang nantinya menghilangkan gambaran negatif tentang tulang yang dulunya dianggap memiliki nilai mistis semata, namun ada nilai estetika yang terdapat pada patung tulang yang akan dibuat, sehingga orang yang menikmati akan merasakan isi dan tujuan pembuatan patung tulang ini.
Rumusan Masalah Pada saat melihat, mengamati bentuk-bentuk tulang, pencipta tertarik menciptakan patung-patung abstrak dengan mengabstraksi bentuk-bentuk tulang. Dalam penciptaan ini ada beberapa masalah yang perlu dikaji lebih lanjut antara lain: a. Bagaimana mewujud seni patung yang terinspirasi dari bentuk-bentuk tulang? b. Bagaimanakah proses perwujudan karya seni patung yang terinspirasi dari bentuk-bentuk tulang?
Batasan Masalah Mengingat luasnya cakupan masalah, pencipta memandang perlu adanya batasan masalah dalam hal ini pencipta batasi pada bahasan karya-karya pencipta yang semuanya terinspirasi dari bentuk-bentuk tulang manusia.
Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses berkarya diantaranya : a. Untuk menambah wawasan tentang bagaimana bentuk tulang bila diwujudkan ke dalam bentuk patung abstrak. b. Terwujudnya ide pencipta yang terinspirasi bentuk tulang manusia hingga terwujud menjadi karya patung dalam menempuh Tugas Akhir di FSRD ISI Denpasar ini.
Manfaat Penciptaan Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam proses berkarya diantaranya: a. Bagi pencipta sendiri dapat menumbuhkan kreativitas dengan wawasan sumber ide yang baru dan mendalam. b. Bagi lembaga ISI Denpasar dapat menambah refrensi keanekaragaman dalam pengungkapan ide, daya cipta dan kreasi. c. Bagi masyarakat seni dapat dijadikan bahan apresiasi seni khususnya tentang seni patung yang terinspirasi dari tulang manusia.
KAJIAN PUSTAKA
Tulang Tulang atau kerangka adalah penopang tubuh Vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur. http://id.wilipedia.org/wiki/tulang15.02,14 Maret 2012. Kerangka embrio pada permulaannya terdiri dari “tulang” yang sebenarnya bukan tulang, melainkan tulang rawan hyaline atau membrane fibrosa yang setrukturnya menyerupai tulang. Setruktur ini lambat laun akan berubah menjadi tulang yang sebenarnya dengan melalui proses yang rumit. Tulang rawan hyaline itu akan berubah menjadi tulang dengan cara yang demikian rupa yang disebut dengan tulang-tulang endochondra (Chitrawathi. 2001:23). Refrensi dari Karya Seni Dalam penciptaan karya Tugas Akhir ini pencipta juga memanfaatkan beberapa refrensi dari karya seniman terdahulu diantaranya:
Gundah Seniman : Baby Chorles (Narasi A.P.I., 2009 : 28) Dilihat dari karya seniman Baby Chorles yang berjudul Gundah di atas, pencipta tertarik dengan garisnya yang lugas, tegas, tekstur halus serta finishingnya yang mengkilap membuat pencipta ingin membuat karya yang
terinspirasi dari ide-ide pencipta dengan mengkombinasikan gaya-gaya, garis dan penyelesaian akhirnya yang pencipta akan buat.
Tulang Punggung Seniman Winoto (Soedarso, 1992 : 83) Karya seniman Winoto yang berjudul Tulang punggung, pada karya tersebut pencipta tertarik dengan refetisi tidak beraturan mendukung ide pencipta ingin membuat karya yang bentuk-bentuknya berulang-ulang tetapi tidak beraturan serta memiliki tekstur halus agar mendapatkan karya yang harmonis.
PERWUJUDAN
Ide Penciptaan Ide adalah gagasan atau dasar pemikiran. Sedangkan penciptaan adalah suatu proses, cara, dan perbuatan menciptakan (Tim Penyusun, 2002 : 298). Ide penciptaan adalah suatu dasar pemikiran untuk melakukan proses perwujudan hasil pemikiran ke dalam bentuk karya seni dengan mengadakan suatu imajinasi yang kreatif, bisa dipicu atau ditimbulkan dari endapan estetis. Dalam hal ini pencipta terinspirasi untuk memvisualisasikan karya seni patung terilhami dari bentuk-bentuk tulang manusia. Setelah mengamati dan melihat gambar atau refrensi tulang dari yang panjang, pendek, bulat, pipih, bentuk-tulang tulang tersebut yang mengandung elemen-elemen seni rupa seperti garis, warna, tekstur, ruang dan bidang. Elemen-elemen tersebut pencipta komposisikan sesuai dengan pertimbangan rasa dan gubahan ide kreatif pencipta menjadi karya tiga dimensional Pencipta
mewujudkan
keindahan
tulang
menggunakan
konsep
penyederhanaan bentuk yang lebih menekankan pada permainan keindahan ruang dan bidang sesuai dengan imajinasi pencipta. Setiap bentuk yang diwujudkan, pencipta sederhanakan menjadi sesederhana mungkin tetapi tanpa menghilangkan kesan dari bentuk yang akan diwujudkan. Pencipta mengkomposisikan ruang dan bidang dengan lebih menekankan pada garis lengkung, tekstur, komposisi dan unsur-unsur seni rupa lainya menjadi karya tiga dimensional. Sehingga menampilkan karya yang menekankan pada keindahan ruang, bidang, garis secara maksimal dan menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Metode Penciptaan a. Eksplorasi Pada tahap eksplorasi (penjelajahan) dalam penciptaan ini adalah merupakan suatu proses penjelajahan ide dari pengalaman yang pernah pencipta alami maupun dari pengamatan terhadap kenyataan lingkungan dimana pencipta berada.
Eksplorasi termasuk berpikir, berimajinasi merasakan dan merespon bentuk tulang yang pencipta jadikan objek atau sumber penciptaan patung. Dalam hal ini pencipta melihat dan mengamati gambar-gambar tulang. Berbagai macam bentuk tulang diantarnya tulang iga, tulang belakang, tulang tengkorak, tulang punggung dan sebagainya. Di samping melakukan pengamatan melalui gambar-gambar, pencipta juga melakukan studi kepustakaan dimana pencipta membaca buku-buku ataupun literatur yang ada kaitannya dengan judul yang pencipta angkat. Data lainnya diproleh dengan memanfaatkan kemajuan teknologi pencipta mencari gambargambar maupun literatur di internet yang bisa dijadikan perbandingan dan sumber ide dalam pembuatan karya patung. Dari semua data yang sudah terkumpul kemudian pencipta melakukan perenungan untuk mendapatkan beberapa bayangan atau reka-reka ide yang nantinya akan diwujudkan menjadi karya seni patung. b. Eksperimentasi Eksperimen merupakan percobaan yang bersistem dan berencana. Percobaan yang dimaksud sebagai proses penyeleksian ide, ide yang sudah melalui tahapan eksplorasi, kemudian dilanjutkan pada tahap percobaan. Dalam proses ini sangat diperlukan eksperimen-eksperimen baik yang menyangkut bahan, teknik dan finishing. Pada tahap ini adalah kelanjutan dari tahap eksplorasi dimana setelah melakukan pengamatan pada objek, terlebih dahulu diawali dengan pembuatan sket. Pembuatan sket ini adalah bertujuan untuk memvisualisasikan dengan garis bayangan-bayangan atau reka-reka ide yang didapat pada eksplorasi. Dengan garis inilah ide-ide tersebut terus diolah sampai mendekati bentuk yang sesuai, tentunya dengan tidak mengabaikan komposisi dan kesatuan bentuk. Sket-sket ini nantinya banyak memberikan alternatif bentuk yang bisa dipilih untuk diwujudkan menjadi karya. Setelah melakukan percobaan-percobaan dengan sket, pencipta lanjutkan dengan membuat maket atau sket tiga dimensi. Maket ini pencipta buat dengan bahan lunak/plastisin, disamping karena harganya relatif murah juga mudah untuk
dibentuk. Dengan dibuatnya maket ini tentunya akan memudahkan dalam pembentukan pada karya patung. Maket ini nantinya akan menjadi panduan dalam perwujudan karya patung. Gambar sketsa-sketsa karya :
Sketsa karya 1 (foto Ardika. 2012)
Sketsa karya 3 (foto Ardika. 2012)
Sketsa karya 2 (foto Ardika. 2012)
Sketsa karya 4 (foto Ardika. 2012)
Sketsa karya 5 (foto Ardika. 2012)
Sketsa karya 7 (foto Ardika. 2012)
Sketsa Karya 6 (foto Ardika. 2012)
Sketsa karya 8 (foto Ardika. 2012)
Bahan dan Alat Dunia seni khususnya seni patung, material atau bahan yang bisa dijadikan karya patung itu memiliki sifat yang konkrit dan abstrak yang bisa dilihat, diraba dan mutlak harus ada (Suparli, 1983 : 69). Bahan Dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini pencipta menggunakan beberapa bahan yaitu : Resin Resin adalah bahan kimia yang berbentuk cair, menyerupai minyak goreng, tetapi lebih kental. Untuk bahan fiberglass, umumnya menggunakan resin bening atau resin berwarna merah muda. dengan nomer seri 3314.
Katalis Katalis berbentuk cair, berwarna bening, dan berbau sengak. Digunakan untuk mempercepat proses pengerasan dan pengeringan adonan fiberglass. folder/kalsium karbonat Bahan ini berbentuk serbuk dan berwarna putih yang menyerupai tepung terigu. Yang berfungsi untuk mencampur resin agar lebih kental sesuai dengan kebutuhan Styrofoam Merupakan bahan yang mudah dibentuk
dan sangat ringan. Pencipta
menggunakan bahan ini pada saat pembuatan model global yang nanti hasil akhirnya dicetak dengan gipsum. Batu Karangasem Merupakan batu yang banyak dipergunakan untuk kerajinan pelinggih. Pencipta menggunakan batu karena bahan ini mudah dibentuk dan masih jarang digunakan sebagai bahan patung. Plastisin Plastisin merupakan bahan lilin mainan yang memiliki sifat lebih plastis dari pada tanah liat. Pencipta menggunakan plastisin pada saat pembuatan maket karena mudah dibentuk dan tidak mudah kering. Kayu Kayu merupakan salah satu bahan yang sering dijadikan sebagai bahan patung, kayu juga memiliki jenis dan serat kayu yang berbeda-beda. Salah satu jenis kayu yang pencipta gunakan sebagai karya patung adalah kayu Suar dan kayu waru. Pencipta menggunakan kayu jenis ini karena memiliki serat yang bagus dan tidak terlalu keras. Semir lantai Semir lantai merek MAA merupakan bahan pengkilap, disini pencipta menggunakan semir untuk melapisi cetakan. Politur Politur pencipta gunakan pada saat proses finishing patung berbahan kayu dan fiberglass
Pewarna Pewarna politur pencipta gunakan dengan merk seriti untuk menghasilkan warna coklat dan hitam pada karya berbahan kayu. Alat Adapun alat-alat yang pencipta gunakan dalam proses berkarya yaitu : Pahat Pahat merupakan alat yang digunakan dalam pembentukan karya berbahan kayu dan juga batu. Pahat memiliki berbagai macam ukuran dari ukuran kecil hingga berukuran besar, dan memiliki ujung yang datar (pengerancap), pahat dengan ujung yang lengkung (pemuku/pengelokob) dan (penatar, penyawian). Palu Palu merupakan alat untuk memukul pahat, palu yang pencipta gunakan adalah palu besi digunakan dalam pembuatan karya patung berbahan batu. Dan palu kayu (semeti/pengotok) merupakan alat yang digunakan dalam pembuatan karya patung berbahan kayu. Gergaji mesin Gergaji mesin (mesin sensor) merupakan alat untuk memotong, dan digunakan pada saat pembutan patung berbahan kayu. Pencipta menggunakan mesin ini pada saat proses pembentukan global dengan cara mengurangi bahan sdikit demi sedikit. Mesin Gerinda Mesin gerinda merupakan alat untuk memotong, pencipta menggunakan alat ini pada saat proses pembuatan karya patung batu menggunakan piringan khusus untuk memotong batu. Mesin gerinda juga digunakan saat proses penghalusan karya dengan mengunakan amplas. Mesin Bor Bor merupakan alat untuk melubangi, pencipta menggunakan bor pada saat pembuatan lubang pada karya patung kayu. Bor juga digunakan saat proses penghalusan bagian-bagian yang tidak terjangkau mesin gerinda, dan juga sebagai alat bantu untuk mengaduk campuran resin.
Kompresor Kompresor pada dasarnya adalah mesin penghasil angin. Pengecatan dilakukan dengan teknik semprot atau air brush. Spraygun Spraygun pencipta gunakan pada saat proses finishing dengan politur Pisau dan Gergaji Pisau dan gergaji pencipta gunakan pada saat pembuatan bentuk global pada bahan styrofoam Pisau (Pengutik dan Pangot) Pisau (Pengutik dan Pangot) pencipta gunakan pada saat pembuatan dan penghalusan permukaan patung berbahan kayu. Butsir Butsir meruakan alat utuk membentuk pada saat pembuatan maket. Butsir terdiri dari dua jenis, diantarnya butsir kayu dan butsir dengan ujungnya yang berbahan kawat baja, dan memiliki bentuk yang berbeda-beda menurut kegunaannya. Palet Palet adalah alat sejenis cetok dengan bermacam-macam bentuk dan ukuran. Palet pencipta gunakan saat penempelan dan pembentukan pada karya patung berbahan fiberglass. Amplas Amplas merupakan alat bantu untuk menghaluskan permukaan pada karya patung, dan berbentuk lembaran. Amplas memiliki nomer seri yang berbeda-beda menurut kegunaannya. Kuas Kuas pencipta gunakan untuk melapisi semir dan politur pada saat proses finishing. Ember Ember digunakan sebagai tempat campuran resin.
Proses Perwujudan Proses perwujudan adalah totalitas dari endapan pengalaman estetis yang dimiliki oleh seorang pencipta, baik berupa kegelisahan harapan, pemikiran dan hasil-hasil yang lain yang terpendam dalam batin yang terwujud dalam ketrampilan atau kemampuan skill. Pembentukan ini akan dipengaruhi oleh aspek idioplastis sebagai aspek internal karena merupakan gambaran tentang ide, gagasan atau dasar pemikiran yang diekspresikan menjadi isi wujud karya. Ini didapat melalui proses penjajakan (eksplorasi). Aspek ini tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan kehadirannya dari proses membaca, mengamati, menghayati berbagai kesan yang ditimbulkan sebagai sebuah tanda yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tampak pada penuangan unsur visual seni patung yaitu garis, bidang, bentuk, ruang dan tekstur dalam wujud karya sehingga menampilkan karya yang maksimal dan menjadi satu kesatuan yang harmonis. Pada umumnya proses perwujudan karya patung melalui beberapa tahapan, pertama pembuatan sket dua dimensi karya yang akan diwujudkan, kemudian dipindahkan ke dalam bentuk sket tiga dimensi (maket). Selanjutnya dimulai dengan pembuatan bentuk global sesuai dengan maket yang telah dibuat sebagai panduan dalam pentransferan ke media yang ingin di buat seperti media kayu, batu, fiberglass, dan plat aluminium. Sesudah pembentukan global dilanjutkan dengan pembentukan global detail, dan seterusnya proses penghalusan hingga mencapai bentuk detail sesuai dengan maket. Tahapan terakhir adalah finishing untuk memaksimalkan hasil karya yang telah di buat.
Pada proses perwujudan pencipta melakukan beberapa tahapan baik yang mengguanakan bahan fiberglass, kayu maupun batu.
Tahapan-tahapan pembentukan menggunakan bahan fiberglass sebagai berikut.
1.
Tahap pembentukan pencipta awali dengan membuat bentuk yang akan diwujudkan dengan bahan styrofoam, selanjutnya dicetak menggunakan gipsum.
2.
Setelah mendapatkan cetakan negatif kemudian dibuat hasilnya dengan resin. Setelah kering cetakan dibuka atau dihancurkan.
3.
Tahap penghalusan pencipta lakukan dengan menggunakan amplas, baik yang digosok dengan tangan maupun dengan bantuan mesin gerinda.
4.
Tahap akhir di cat dengan teknik air brush.
Tahapan-tahapan pembentukan mengguanakan bahan kayu sebagai berikut:
1.
Tahap pembentukan global, tahap ini pencipta awali dengan memastikan ukuran kayu dengan skala maket yang akan diwujudkan. Pada pembentukan global pencipta menggunakan gergaji-gergaji mesin (sensor).
2.
Tahap pembentukan global detail, setelah pembentukan global pencipta lanjutkan dengan tahap pembentukan yang lebih detail dengan menggunakan pahat berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan fungsinya.
3.
Tahap penghalusan, tahap penghalusan pencipta lakukan setelah tahap pembentukan detail selesai, alat yang pencipta gunakan adalah pisau pengutik dan pangot untuk mendapatkan permukaan yang rata dengan tujuan mempermudah tahap penyelesaian akhir.
4.
Tahap penyelesaian akhir, tahap ini merupakan rangkaian akhir dalam proses pembuatan karya patung dengan menghaluskan memakai amplas dan cat.
Tahapan-tahapan pembentukan dengan bahan batu sebagai berikut
1.
Tahap pembentukan global, merupakan proses mengurangi bahan sedikit demi sedikit
dengan menggunakan mesin gerinda dan pancak untuk
mendekati bentuk global detail. 2.
Tahap global detail, setelah pembentukan global dilanjutkan dengan tahap pembentukan yang lebih detail mengikuti bentuk maket dengan
menggunakan pahat dan mesin gerinda. Dan pembuatan tekstur dengan menggunakan pahat, dan pancak. 3.
Tahap penghalusan dan penyelesaian akhir, tahap penghalusan pencipta lakukan menggunakan amplas dengan bantuan mesin gerinda hingga mencapai
tingkat
kehalusan
yang
diinginkan.
Kemudian
tahap
akhir/finishing menggunakan semir lantai dengan merek MAA, warna bahan terlihat lebih jelas dan mengkilap
Teknik Pengerjaan Secara umum dalam penciptaan karya seni patung terdapat tiga teknik yang bisa diterapkan diantaranya: a. Teknik mengurangi media, teknik mengurangi media dapat diterapkan dalam proses pembuatan patung berbahan marmer, batu, batu padas, dan kayu dengan menggunakan alat manual maupun menggunakan mesin. b. Teknik menambah media, teknik menambah media dapat diterapkan dalam proses pembuatan patung berbahan yang lunak seperti tanah liat dan plastisin. Media ini ditambahkan/disusun hingga mencapai bentuk-bentuk yang diinginkan dengan menggunakan alat butsir. c. Teknik kombinasi menambah dan mengurangi, pada umumnya teknik ini diterapkan pada media beton, yang dimaksud media ini adalah campuran antara pasir, semen, mil, dan besi sebagai kerangkanya. Alat yang digunakan adalah cetok, palet, pahat, fleser dan tang. Dari ketiga teknik diatas dalam menciptakan karya patung pencipta menggunakan tiga teknik yaitu: a. Teknik memahat (mengurangi media) Teknik ini pencipta terapkan pada karya dengan media kayu dan batu. Pada bahan kayu untuk pembentukan global pencipta menggunakan
bantuan
mesin
sensor
tangan
(gergaji
mesin),
dilanjutkan ketahap global detail dengan menggunakan pahat, dilanjutkan
proses
penghalusan
dengan
menggunakan
pisau
(pengutik/pengot), kemudian diamplas hingga mendapatkan kehalusan permukaan yang diinginkan. Pada karya dengan media batu pencipta menggunakan mesin gerinda, pahat dan pancak untuk membuat bentuk global. Kemudian dilanjutkan dengan proses penghalusan menggunakan amplas dengan bantuan mesin gerinda dan menggunakan pahat dan paku beton untuk membuat tekstur. Kemudian proses akhir pencipta menggunakan semir sebagai pelapis agar terlihat lebih mengkilap dan berkesan antik. b. Teknik menambah, mengurangi media (kombinasi) dan mencetak. Teknik ini pencipta terapkan pada karya dengan menggunakan media fiberglass, langkah pertama yang pencipta lakukan dengan penerapan teknik ini adalah, pembuatan model global dengan styrofoam menggunakan gergaji dan pisau yang kemudian dicetak menggunakan bahan gipsum untuk mendapatkan cetakan negatifnya. Dari negatif ini kemudian dibuat hasilnya dengan menggunakan bahan fiberglass. Setelah semua selesai selanjutnya cetakan dibuka dengan cara gipsum dihancurkan dengan dipukul-pukul. Hasil cetakan telah didapat kemudian direstorasi untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Dilanjutkan dengan proses pengamplasan dengan menggunakan bantuan mesin bor dan gerinda, dan terakhir proses.
ULASAN KARYA
Karya I
Nama Judul Ukuran Bahan Tahun Foto
: I Komang Ardika : ”Itu” : 105 x 24 x 25 cm : Kayu akasia : 2012 : Ardika
Aspek Ideoplastis Kata ”itu” dipakai untuk menunjukan sesuatu. Itu contohnya, seperti jari tangan yang digerakan untuk menunjukan sesuatu. Penghayatan atas jari tersebut pencipta mendapat inspirasi untuk mewujudkan karya patung. Pencipta tertarik dengan lekukan garis sambungan tulang, memberikan kesan sebuah irama. Irama dalam pengungkapan suatu, sebuah kata dengan irama tertentu memiliki makna berbeda.
Aspek Fisikoplastis
Karya ini diwujudkan memanjang di atas dua tiang yang trinspirasi dari bentuk tulang jari, dan mengkomposisikan bentuk bidang cekung yang dipadukan dengan bentuk bulat/cembung dengan irama garis sebagai upaya pencapaian makna tentang ”Itu” yang diwujudkan dari sebuah jari telunjuk yang biasa digunakan orang-orang dalam menunjukan sesuatu. Tekstur kasar dan halus disusun sedemikan rupa untuk mendapatkan karya yang harmonis. Kayu yang natural berkesan alami diibaratkan jujur dan tulus akan lebih bermakna bermanfaat dalam kehidupan. Menunjukan sesuatu dengan irama halus walaupun katanya sama bisa bermakna berbeda. Pesan yang ingin disampaikan hendaknya kita tidak meremehkan kata ”Itu” karena jika kita salah mengartikan akan menemukan kekeliruan makna begitu sebaliknya jika kita mempercayai ”Itu” saja lebih keliru lagi nantinya.
Karya II
Nama Judul Ukuran Bahan Tahun Foto
: I Komang Ardika : ”Pelindung dan Pusat kendali” : 60 x 43 x 57 cm : Aluminium : 2012 : Ardika
Aspek Ideoplastis
Tengkorak dibentuk oleh
tulang-tulang yang bentuknya tidak teratur,
tulang-tulang berpasangan, tulang-tulang tidak berpasangan. Semua tulang tengkorak (kecuali sebuah) berhubungan erat satu sama lainnya, sehingga tidak dapat bergerak. Tengkorak terdiri dari dua bagian yaitu: kotak otak (neurocranium/cranium)dan bagian wajah (spanchnocranium). Kotak sebagai pelindung otak manusia dari berbagai benturan, karya ini terinspirasi dari pentingnya perlindungan hal yang pital, menjaga dan memeliharanya dengan baik.
Aspek Fisikoplastis
Karya ini diwujudkan dengan jalinan kawat-kawat yang disusun pada bentuk plat aluminium. Kawat disusun menjadi dua bagian sebagai wujud keseimbangan asimetris. Untuk menggambarkan dinamika yang tetap harmonis sebagaimana dinamika pikiran manusia. Dipilihnya aluminium karena aluminium dengan sifat reflektifnya mendukung ide yaitu menggambarkan otak yang merekam segala aktifitas pikiran, yang didukung dengan permainan bentuk cekung, cembung dan datar pada lempengan aluminium untuk memperkuat sifat reflektif pada otak, di tengah-tengah pada karya terdapat suatu ruang kosong sebagai penyeimbang antara bentuk yang lainnya. Sehingga karya menjadi harmonis dan satu kesatuan yang utuh. Pesan yang ingin disampaikan adalah keseimbangan pikiran kita semestinya bisa dijaga dengan mengontrol pikiran kearah yang positf.
KESIMPULAN
Kesimpulan 1.
Bentuk-bentuk tulang manusia dengan berbagai estetika bentuknya
dapat dijadikan sumber inspirasi dalam penciptaan karya-karya patung abstrak. Wujud patung abstrak yang dihasilkan tidak harus sesuai dengan bentuk-bentuk tulang. Unsur dan struktur seni rupa merupakan hal yang esensial dalam penciptaan pemahaman seni patung abstrak. 2.
Proses perwujudan karya seni patung abstrak yang terinspirasi dari
bentuk-bentuk tulang manusia dengan cara mengabstraksi bentuk tidaklah mudah karena tidak jarang muncul bentuk-bentuk yang sangat dekat dengan bentuk sumber inspirasi. Keseimbangan imajinasi kreatif sangat diperlukan dalam perwujudan karya. Saran Bagi kalangan umum agar tidak memikirkan hal-hal yang mitos saja tentang tulang, dimana selalu dipandang sebagai sesuatu yang memiliki nilai mistis semata. Dibalik itu ada nilai keindahan yang terlihat dari bentuk maupun susunan tulang manusia tersebut yang dapat dijadikan ide dalam pembuatan sebuah karya seni yang memiliki nilai yang artistik