KECERDASAN EMOSI DAN PENYESUAIAN DIRI (Studi Aplikasi Kode Etik Mahasiswa di STAIN Padangsidimpuan) Oleh: Lis Yulianti Syafrida Siregar Email :
[email protected] Abstract Background of this research is there some infraction in code of ethics which is done by students collage. It is about akhlaqulkarimahand is also about how to good wear as like as Islam that wear of students collage of Institute for Islamic Studies Padangsidimpuan. This case is a decadence of moral in circle of students collage. The purpose of this research is to know how the emotional intelligence and how students collage for adapting. This research was done in code of ethic application at students’ collage of IAIN. Then, to know the resistivity factor of students collage in applying of code of ethic, and how is to adapt as students collage of IAIN. Furthermore, this research is to know the effort that was done of deputy of IAIN Padangsidimpuan in motivating students collage for doing the code of ethic IAIN Padangsidimpuan. Based on the data analysis, the researcher used descriptive qualitative method. This research was done to observe phenomena with scientific logic. Based on method, this research was phenomenological descriptive. It means that, this research was also to describe the true condition that had happened in field as natural. The result of this research showed that emotional intelligence and students adaptation was related with code of ethic IAIN Padangsidimpuan which was less. Moreover, still found some infraction in code of ethic. For this case, guidance and construction is needed for attitude of students collage in IAIN Padangsidimpuan. Kata Kunci: Emotional Intelligence, Adaptation, Code of Ethic.
79 `
80 Tazkir Vol. 9 No. Juli-Desember 2014 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan pada hakikatnya adalah “proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama dari manusia sebagai makhluk berpikir. Dengan pembinaan olahpikir, manusia diharapkan semakin meningkat kecerdasannya dan meningkat pula kedewasaan berpikirnya, terutama memiliki kecerdasan dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupannya.1 Oleh karena itu, masalah pendidikan tidak akan pernah selesai, sebab hakikat manusia itu sendiri selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupannya. Pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan kehidupan yang lebih tinggi.2 Salah satu bentuk permasalahan bahwa saat ini terjadi wujud perilaku yang memiliki pergeseran nilai-nilai yang dianut masyarakat terdapat dalam berbagai kasus kenakalan di kalangan para pelajar/mahasiswa, diantaranya : 1. Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu-lintas, dan membahayakan jiwa sendiri serta orang lain. 2. Perilaku ugal-ugalan, brandalan, mengacaukan ketentraman alam sekitar. 3. Perkelahian antargang, antarkelompok, antarsekolah, antarsuku, sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa. 4. Membolos sekolah/kuliah
lalu bergelandangan
sepanjang jalan, atau
sembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan bermacam-macam kedurjanaan dan tindakan asusila.3 Mahasiswa Islam sudah seharusnya menunjukkan akhlakul karimah yang sesuai dengan syariat Islam. Dengan memiliki akhlak yang baik sudah seharusnya menjadi sebuah identitas mahasiswa muslim. Akhlak merupakan perbedaan yang sering menjadi tolak ukur baik-buruk perilaku dimasyarakat. Manusia dibekali akal oleh Allah Swt yang menjadi pembeda dengan makhluk ciptaanNya yang lain (seperti binatang/hewan). Maka dengan akal dapat menjadi referensi bagi manusia bagi terbentuknya akhlak ataupun budi pekerti, dimana memang
memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Furqaan ayat 63: ٓ ٓ٤٦ٓٓلٓشَيۡٓءٓٓ َعلِين ِّٓ ضٓقَ ۡٓدٓيَ ۡٓعلَنٓٓ َهٓبآأًَتنۡٓٓ َعلَۡٓي ِٓهٓ َويَىۡٓ َٓمٓي ۡٓر َجعىىَٓٓإِلَۡٓي ِٓهٓفَيٌَبِّئهنٓبِ َوبٓ َع ِولىآٓ َٓوٱلِلٓٓبِك ِٓ لَ ۡٓر ٓ ۡ تٓ َٓوٱ ِٓ لِلِٓ َهبٓفِيٓٱلس َٓو َٓى ٓ ِ ٓٓلٓإِى ٓأَ َ ا
Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 56. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm 83. 3 Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2008) hlm. 21. 1 Hasan Basri,
2 Ramayulis dan Syamsul Nizar,
Kecerdasan emosi dan penyesuaian …Lis Yulianti Syafrida Siregar 81
Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”4 Fenomena kehidupan remaja sekarang yang cenderung bergaul secara bebas menunjukkan kurang adanya perhatian terhadap kecerdasan emosional selama ini. Perhatian pendidikan terhadap persoalan pengembangan kecerdasan emosional memang dirasa masih kurang, sehingga pendidikan perlu berbenah guna meningkatkannya. Demikian halnya dengan mainstream masyarakat perlu diubah bahwa cerdas tak cukup hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara emosinal. Pendidikan kecerdasan emosional hendaknya dilakukan pada semua jalur pendidikan baik pendidikan formal, non formal maupun informal, masingmasing dengan strategi dam implementasi yang sesuai. Konsep kecerdasan emosional memang masih relatif baru, oleh karena itu belum dikenal sebagaimana kita mengenal hebatnya kecerdasan intelektual, juga belum banyak dikembangkan oleh dunia pendidikan. Sehingga konsep-konsep dan praktek
pendidikan
yang
berlangsung
masih
cenderung
mengedepankan
kecerdasan intelektual. Untuk mencapai keberhasilan hidup tidak cukup hanya dengan bekal cerdas secara intelektual tetapi rendah dalam kecerdasan emosional. Kecerdasan itu menyangkut kemampuan belajar dan menggunakana yang dipelajarinya dalam usaha penyesuaian diri terhadap situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan
masalah-masalah. Karena manusia yang belajar sering
menghadapi situasi-situasi baru serta permasalahan. Hal ini memerlukan kemampuan individu atau kecerdasan untuk memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya5 Saat ini, ratusan ribu mahasiswa yang belajar di perguruan-perguruan tinggi atau universitas, menghadapi lingkungan baru yang penuh dengan masalah penyesuaian diri. Ternyata, kebanyakan mahasiswa itu dapat menyesuaikan diri dengan gembira serta mudah bergaul dengan teman-teman baru mereka; mereka menumbuhkan kecenderungan baru dan mempelajari macam-macam perilaku, serta sikap baru yang dapat memenuhi kebutuhan serta dorongan mereka. Akan tetapi, sebagaian mereka gagal dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, sehingga mereka menjauhi dan menghindari mahasiswa lain, bahkan mungkin mempunyai sikap bermusuhan terhadap yang lain, sehingga mereka selalau dalam keadaan cemas dan tidak tenang.6 4Q.S. Al-Furqon ayat: 63, hlm.568.
5 Pulungan, Samsuddin, Belajar Berbasis Kecerdasan Emosional: Membangun Paradigma Mangasuh Anak dalam Keluarga Muslim. Padang: Rios Cipta, 2013, hal:10 6 Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia:2009. hal:524
82 Tazkir Vol. 9 No. Juli-Desember 2014 Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Begitu pentingnya hal ini sampai-sampai dalam berbagai literatur, kita kerap menjumpai uangkapan-ungkapan seperti: “Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyesuaian diri”. Dalam lapangan psikologi klinispun, sering kita temui berbagai pernyataan para ahli yang menyebutan bahwa” Kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri”.
Karena itu, tidaklah heran bila untuk menunjukkan kelainan-kelainan
kepribadian seseorang sering dikemukakan istilah “maladjustment”,yang artinya “tidak ada penyesuaian” atau “tidak ada kemampuan menyesuaikan diri”.7 Kemampuan penyesuaian diri pada mahasiswa juga dituntut dalam hal etika. Etika yaitu hal-hal mengenai apa-apa saja yang baik(diperbolehkan) dan apa-apa saja yang buruk (tidak diperbolehkan), dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Dalam Islam istilah etika merupakan bagian dari Akhlak. Dikatakan bagian dari akhlak karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan lahiriah saja, akan tetapi mencakup hal-hal yang lebih luas, yang meliputi bidang akidah, ibadah dan syariah. Etika juga dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki, mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia yang dapat di ketahui oleh akal pikiran.8 Kode Etik adalah merupakan falsafah moral dan pedoman cara hidup yang benar, dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama.9. Kode etik mahasiswa adalah sebuah rumusan yang berisi mengenai aturan-aturan yang diberlakukan dan diterapkan
kepada seluruh mahasiswa. Kode etik
Padangsidimpuan
tertuang
dalam
Surat
mahasiswa STAIN
Keputusan
Ketua
STAIN
Padangsidimpuan No. 25 Tahun 2003 Tentang Karakteristik dan Kode Etik Mahasiswa
STAIN
Padangsidimpuan.
Kepada
seluruh
mahasiwa
STAIN
Padangsidimpuan diharapkan tunduk dan patuh terrhadap aturan ini dalam kata lain mampu menyesuaikan diri. Mahasiswa perguruan tinggi Islam identitas dan jati dirinya tercermin dari sikap dan
perilakunya. Sebagai hamba Allah yang berkewajiban
untuk
melaksanakan perintah Allah, seperti melaksanakan shalat, berpakaian Islami, berakhlakul karimah dan ibadah lainnya. Dalam berpakaian seorang muslim harus dapat menjaga auratnya dari pandangan orang lain terutama yang bukan muhrimnya. Busana merupakan alat untuk menutup aurat. Aurat adalah lambang Psikologi Perkembangan, Jakarta: BPK Gunung mulia, 1981. hal: Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm.15. 9Titik Mulyaningsih, Etiket Beretika, (Yogyakarta: CV Kompetensi Terapan Sinergi Pustaka, 2007), 7 Singgih, Gunarsa. 8 H. A. Mustofa,
hlm. 1.
Kecerdasan emosi dan penyesuaian …Lis Yulianti Syafrida Siregar 83
kewibawaan seseorang. Jika aurat itu
terjaga dan terpelihara, maka semakin
tinggilah kewibawaan sang pemiliknya. Hal tersebut di atas sebagaimana telah ada ketentuan dari Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59, yang berbunyi: ٓل ٓي ۡٓؤ َذۡٓييَٓ ٓ َو َكبىَٓ ٓٱلِلٓ ٓغَفىرٓا ٓ َ ََى ٓأَى ٓي ۡٓع َرۡٓفيَٓ ٓف ٓك ٓأَ ۡٓدً ا َٓ ِك ٓ َوًِ َسٓبا ِٓء ٓٱۡٓلو ۡٓؤ ِهٌِييَٓ ٓي ۡٓدًِييَٓ ٓ َعلَۡٓي ِهيٓ ٓ ِهي ٓ َجٓلَبِيبِ ِهيٓ ٓ َٓذل َٓ ِك ٓ َوبٌََبت َٓ ي ٓقل ٓ ِّلَ ۡٓز َٓو ِج ُّٓ ِٓياَأَيُّهَب ٓٱلٌب ٓ ٓ٩٥ٓر ِحيوٓب Artinya:
“Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu dan wanita-wanita mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”.10
Dari ayat di atas terlihat jelas betapa pentingnya menutup aurat bagi kaum wanita sesuai dengan syariat Islam. Dengan berpakaian Islami akan menjauhklan mereka dari gangguan laki-laki hidung belang dan pembicaraan yang mengundang dosa bagi orang lain. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui observasi di lapangan (STAIN Padangsidimpuan) bahwa banyak mahasiswa yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik mahasiswa. Bentuk pelanggaran itu mulai dari tatacara berbusana/berpakaian dan bergaul yang tidak sesuai dengan norma agama (Islam). Pergaulan yang terjadi terkesan bebas sampai-sampai ada mahasiswa yang terjerumus ke dalam hal yang menyangkut perzinahan.Padahal kode etik ini dirancang dan dibuat serta ditetapkan sebagai sebuah aturan yang harus ditaati oleh keseluruhan mahasiswa STAIN Padangsidimpuan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kecerdasaan emosi mahasiswa STAIN Padangsidimpuan? 2. Bagaimana penyesuaian diri mahasiswa STAIN Padangsidimpuan? 3. Bagaimana kecerdasan emosi dan penyesuaian diri mahasiswa STAIN Padangsidimpuan
dalam
aplikasi
kode
etik
mahasiswa
STAIN
Padanghsidimpuan? KAJIAN TEORITIS a. Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri 1. Kecerdasan Emosi Kata ”cerdas” menurut Goleman mengandung dua arti, pertama cerdas pikiran dan kedua cerdas emosional. Cerdas pikiran dimaksudkan adalah pikiran pada suatu model pemahaman yang lazimnya kita sadari dengan karakter bijaksana, mampu bertindak hati-hati dan merefleksi. Sedangkan cerdas 10 AL-Qar’an Dan Terjemahan(revisi terbaru) Departemen Agama. Hlm 668
84 Tazkir Vol. 9 No. Juli-Desember 2014 secara emosional dimaksudkan adalah pikiran emosional yang merupakan satu sistem pemahaman yang impulsif dan berpengaruh besar, terkadang tidak logis. Kedua pikiran tersebut, pikiran emosional dan pikiran rasional bekerja dalam keselarasan, saling melengkapi dalam mencapai pemahaman walaupun dengan cara-cara yang amat berbeda, dan berfungsi secara bersama mengarahkan kita menjalani kehidupan duniawi. Namun apabila kecerdasan emosi mengalahkan kecerdasan rasio, hal ini dapat mengakibatkan kita mempunyai kecenderungan tragis. Kecerdasan emosional menurut Goleman adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri dan emosi orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.11 2. Penyesuaian Diri Dalam istilah psikologi, penyesuaian disebut dengan istilah adjusment. Adjustment merupakan suatu hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial .12 Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Lebih jelasnya Schneider mendefenisikan penyesuaian diri sebagai: “A process, involving both mental and behaioral respons, by which an individual strives to cope succesfully with inner, needs, tensions, frustation, and conflictts, and to effect a degree of harmony between these inner demands and those imposed on him by objective world in which the lives”13 Sementara itu Sawrey dan Telford mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi terus-menerus antara individu dengan lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional. Dalam interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen perubahan. Penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi yang kontiniu dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia. Ketiga faktor ini secara konsisten mempengaruhi seseorang. Hubungan ini bersifat timbal balik 14 Hurlock memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap
11 Daniel Goleman,
hal.58-59
Emotional Inttelligence, terj. Hermaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998),
Kamus Lengkap Psikologi.( Jakarta: Rajawali Pers,. 2000).hal: 11 A Personal Adjustment and Mental Health.( New York: Rinehart & Winston, 1964.hal: Acocella, Calhoun,and James F.,. Pschology of Adjustment and Human Relationship, Third
12 JP.Chaplin. 13 Schneiders, 14
Edition, NewYork: McGraw-Hill Publishing Company.1990. hal:
Kecerdasan emosi dan penyesuaian …Lis Yulianti Syafrida Siregar 85
serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya15 W.A
Gerungan
dalam
buku
Psikologi
Sosialnya
menjelaskan:
Menyesuaiakan diri itu kami artikan dalam artinya yang luas, dan dapat berarti: mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga: mengubah lingkungan sesuai dnegan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (auto=sendiri, palstis=dibentuk), sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis (alo=yang lain). Jadi, penyesuaian diri ada artinya yang “pasif”, dimana kegiatan itu ditentukan oleh lingkungan, dan ada yang bersifat “aktif”, dimana kmita mempengaruhi lingkungan16 b. Kode Etik Mahasiswa Kata kode etik terdiri dari dua suku kata yaitu kode dan etika. Kode dapat diartikan sebagai kumpulan peraturan kode adalah tanda (kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu (untuk menjamin yang bersistem). Etika adalah norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku17. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, akhlak, adat perasaan, cara berpikir.18 Dalam Ensiklopedi Pendidikan diterangkan bahwa etika mempelajari nilainilai, ia juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. Didalam kamus istilah pendidkan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian daripada filsafat yang mengajarkan keluhuran budi pekerti (baik dan buruk)19 Kode etik adalah peraturan yang dibuat oleh suatu lembaga (STAIN Padangsidimpuan) untuk mengatur pola atau cara hidup manusia yang berada dalam sebuah lembaga atau instansi yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Kode etik mahasiswa memiliki isi tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta hak dan kewajiban moral atau akhlak bagi mahasiswa.
Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press.2000. hal: 24 Psikologi Sosial. Bandung: PT.Eresco, 1981, hal:
15 Gumarsa, Singgih. 16 Gerungan,W.A.
Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Kamus Besar Bahsa Indonesia,(Jakarta, Balai Pustaka, 2001), hlm. 578. 18 Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), cet I, hlm. 173. 19 Asmaran , AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm .6. 17Tim
86 Tazkir Vol. 9 No. Juli-Desember 2014 METODE PENELITIAN Berdasarkan pendekatan analisis data, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengamati fenomena dengan menggunakan logika ilmiah. Berdasarkan tempat, penelitian ini termasuk penelitian lapangan, karena dilakukan di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Padangsidimpuan. Penelitian ini juga termasuk penelitian eksploratif yaitu penelitian yang dilaukkan bertujuan untuk mengungkapkan fenomena tertentu Berdasarkan metode, penelitian ini didekati dengan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya dilapangan secara murni apa adanya. HASIL PENELITIAN Aplikasi Kode Etik Mahasiswa sebagai perwujudan Kecerdasan Emosi dan Penyesuaian Diri STAIN Padangsidimpauan merupakan lembaga tinggi pendidikan agama Islam yang mempunyai aturan yang disebut dengan Kode Etik mahasiswa/i yang termuat didalamnya beberapa aturan yang berkaitan dengan mahasiswa/i seperti, sikap dan tingkah laku cara berpakain. Berakhlakul karimah dan menutup aurat merupaka bagaian dari ajaran agama Islam yang wajib di patuhi oleh umat Islam secara kaffah, kode etik yang diterapkan kepada mahasiswa/i adalah sesuatau peraturan yang antara lainnya menyinggu bagaimana mahasiswa/i bertingkah laku dengan baik dan menuntutut agar mahasiswa/i menjaga auratnya dari pandangan orang lain, mahasiswa/i yang baik akan terliahat dari sege bagaimana cara bertingkah lakunya dengan orang lain yang ada disekitarnya, untuk itu suatu kebenaran bagi mahasiswa jika taat terhadap kode etik mahasiswa/i STAIN Padangsidimpuan, karna tujuan kode etik bertujuan untuk memberikan suatu pendidikan moral bagi mahasiswa/i STAIN Padangsidimpuan. Namun dari hasil pengamatan
peneliti dilapangan adanya suatu
kesenjangan yang terjadi antara mahasiswa/i dengan dosen, kantin yang merupakan suatu tempat berkumpulnnya mahasiswa/i baik yang senior dan junior dan civitas akademis lainya termasuk dosen, disini sering terliahat kesenjangan itu, terkadang tingkah laku mahasiswa/i yang tidak senono acap kali menjadi suatu perhatian, mahasiwa yang merupakan peserta didik yang mempunyai nilai
Kecerdasan emosi dan penyesuaian …Lis Yulianti Syafrida Siregar 87
intelektual yang lebih di banding peserta didik lainnya. Setidaknya akan lebih dewasa dalam bertingkah laku20. Dalam istilah lembaga pendidikan akan ada istilah junior dan senior tentu akan ada saling memberi jika terjadi kesalahan dalam bertingkah laku, baik merupakan nasehat atau teguran lainnya yang mendidak guna menandakan keperdulian sesama mahasiswa/i, kode etik yang menjadi tolak ukur mahsiswa baik dalam bertingkah laku dan tata caraberpakain atau peraturan lainnya, sebagi manusia yang doib terkadang ihklap dan melanggar perturan tersebut, maka perhatian sesama mahasiswa/i itu sangat di butuhkan, misalnya junior yang melakukan palanggar terhadap kode etik maka sebagai senior setidaknya memberikan teguran dan nasehat yang mendidik. Kepedulian seorang senior terhadap juniornya saat ini sama sekali tidak ada terliahat, alasanya sering terjadi pelanggaran terhadap kode etik
baik cara
berpakain dan juga tingkah laku mahasiswa/i sering terjadi terkadang sebagi senior dia melihat kesalahan itu namun dia hanya diam seribu kata seolah olah-olah dia tidak tahu dengan perbuatan juniornya21. Dari hasil wawancara ini,setidaknya menjawab betapa kurangnya perhatian seorang senior terhadap junior, bicara tentang kode etik setidaknya mahasiswa/i yang lebih senior lebih tahu dibandingkan mahasiswa/i yang di bawahnya, ini menggambarkan bahwa mahasiswa/i STAIN Padangsisdimpuan prodi pendidikan agama Islam tingkat kepedulian sesama mahasiswa/i masih kurang, suatu kenyataan terlihat bahwa kepribadian mahasiswa/i baik sifat dan tinggkah lakunya kebanyakan dari mahasiswa/i masih mempunyi sifat keegoan yang menyebabkan rasa kepedulian dan saling membagi antara sesama mahasiswa/i belum nampak terjadi, contah ketika peneliti wawancara dengan salah satu mahasiswa/i STAIN Padangsidimpuan. Saidina Ali pernah berkata barang siapa yang mengajariku satu ilmu maka ia akan kujadikan guru.Ini menggambarkan betapa pentingnya memuliakan seorang guru/dosenyang mengajari orang lain untuk menjadi manusia yang lebih berarti, ilmu adalah suatu berkah yang tidak pernah ternilai dengan apa pun yang dianggap lebih berarti, namun ilmu itu bisa saja tidak berarti jika akhlakul karimah mahasiswa/i itu kurang,
jadi ilmu mempunya timbal balik dengan akhlakul
karimah yang tidak bisa dipisahkan antara kedua komponen tersebut. Dari hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dosen selaku tenaga pendidik memandang kurangnnya sifat akahlakul karimah di dalam diri 20hasil observasi 25, februari, 2013. 21hasil interview dengan Ali napia, 28, februari, 2013, jam 13:40.
88 Tazkir Vol. 9 No. Juli-Desember 2014 mahasiswa/i baik dari segi berpakaian dan tingkah laku, namun selaku tenga pengajar dan sebagi orang yang memberikan contoh teladan dosen tidak akan terlepas dari tanggung jawab dalam memberikan pendidikan yang sempurana terhadap mahasiswa/i dalam rangka memanusiakan manusia artinya mahasiswa/i itu bukan hanya mahasiswa/i yang cerdas dari segi intelektual (IQ) namun harus di topang dengan budi pekerti yang baik (EQ dan SQ). Dalam hal ini tentu saja ada usaha yang dilakukan dosen dalam membiana mahasiswa/i keharah yang lebih baik, atau usaha yang dialakukan dalam pembiaan kode etik darhadap mahasiswa/i yang melakukan pelanggaran baiak secara formal atau non formal. PENUTUP 1. Mahasiswa/i memendang penerapan Kode Etik itu baik diterapkan akan tetapi secara pengamalannya belum terlaksana dengan baik oleh mahasiswa/i STAIN Padangsidimpuan ini terbukti dengan didapati pelanggran-pelanggran yang dilakukan mahasiswa/i STAIN Padangsidimpuan. 2. Faktor-faktor
yang menjadi penghambat penberapan kode etik pada
mahasiswa/I STAIN Padangsidimpun yaitu: a. Faktor yang pertama itu timbul dari dalam diri mahasiawa/i itu
sendiri.
b. Sedangkan faktor yang kedua itu disebabkan kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkewajiban terhadap pembinaan Kode Etik, sehingga ini berakibat terhadap ketidak patuhan mahasiswa/i terhadap kewajibannya dalam mengamalkan Kode Etik tersebut. c. Yang ketiga adalah sanksi-sanksi bagi mahasiswa/i yang melakukan pelanggaran
Kode
Etik
itu
tidak
teransparan
disampaikan
kepada
mahasiswa/i
di samping itu sosialisasi penerapan Kode Etik itu belum
maksimal dan pengawasan yang dilakukan baik di dalam kampus STAIN Padangsidimpuan dan juga diluar kampus belum teransparan di lakukan oleh tim monitoring Karakteristik Mahasiswa dan Kode Etik. d. Sosialisasi yang dilakukan oleh tim pembina Kode Etik belum maksiamal di buktikan dengan pengetahuan mahasiswa/i terhadap peraturan-peraturan yang ada di dalam Kode Etik tersebut. 3. Upaya- upaya yang dilakukan oleh pihak STAIN Padangsidimpuan dalam memotivasi mahasiswa. Dalam pembinaan Kode Etik mahasiswa pihak STAIN Padangsidimpuan dalam hal ini sudah membuat suatu upaya agar mahasiswa/i lebih memperdulikan dan taat sehingga dalam pengamalannya mahasiswa/i lebih baik.
Kecerdasan emosi dan penyesuaian …Lis Yulianti Syafrida Siregar 89
Upaya-upaya yang sudah dilaksanakan baik di dalam kampus STAIN Padangsidimpuan yaitu: a. Membuat surat keputusan ketua STAIN Padangsidimpuan tentang krakteristi dan Kode Etik mahasiswa/i/ STAIN Padangsidimpuan. b. Membuat baliho tentang Krakteristik dan Kode Etik Mahasiswa/i STAIN Padangsidimpuan. c. Membuat baliho dan gambar tentang tata cara berpakaian kuliah baik putra dan putri, membuat surat edaran Ketua STAIN Padangsidimpuan tetntang berpakaian dan pelayanan akademisi bagi mahasiswa/i dan dosen, dosen melakukan sosialisasi tentang Kode Etik mahasiswa/i. d. Membuat pengumuman atau himbauan kepada seluruh civitas akademika STAIN Padangsidimpuan, Dema dan Musma melakukan sosialisasi keruangan. Untuk mengawal program yang dilakukan dalam pembinaan Kode Etik maka dibentuk tim monitoring sebagai pengwas, dalam pengaawasan yang sudah dilakukan oleh tim sudah maksimal dibuktikan dengan sidang-sidang dalam mengambil
keputusan
terhadap
mahasiswa/i
yang
kedapatan
melakukan
pelanggaran Kode Etik, akan tetapi diluar kampus STAIN Padangsidimpuan belum maksimal itu disebabkan dengan aktivitas-aktivitas tim monitoring di dalam kampus STAIN Padangsidimpuan sehingga menyita waktu tim monitoring.
90 Tazkir Vol. 9 No. Juli-Desember 2014 DAFTAR PUSTAKA
Alex, Sobur. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2009 Ali, M. & Asrori, M. Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta:PT. BumiAksara: 2005 Ary Ginanjar Gustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual, Jakarta: Arga, 2001, Calhoun, James F.,and Joan Ross Acocela. Pschology of Adjustment and Human Relationship, Third Edition, NewYork: McGraw-Hill Publishing Company.1990 Fatimah,N. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pusaka Setia, 2005 Gerungan,W.A. Psikologi Sosial. Bandung: PT.Eresco, 1981 Goleman, Daniel. Emotional Inttelligence, terj. Hermaya .Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998 .Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006 Hamim Thohari dan Ika Rais. Tumbuh Kembang: Kecerdasan Emosi Nabi. Jakarta: Pustaka Inti, 2003 Hariyadi, Sugeng dkk. Perkembangan Peserta Didik. Semarang: IKIP Semarang Press,Cetakan ke-3, 2000. Hariydi Sugeng, dkk. Perkembangan Peserta Didik. Semarang: IKIP Semarang Pres.Cetakan Ketriga. 2003 http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2183477-faktor-faktor-yangmempengaruhi-penyesuaian/#ixzz2QDlc8yJp Hurlock, Elizabeth.,Psikologi Perkembangan. Tata McGraw Hill, New York, New Delhi, 1978 JP.Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi.Jakarta: Rajawali Pers,. 2000 Kartono, Kartini. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju. 200 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Mahmud, M.Dimyati. Psikologi Suatu Pengantar, Yogyakarta: Edisi 1 BPFE, 1990
Kecerdasan emosi dan penyesuaian …Lis Yulianti Syafrida Siregar 91
Herry Zen Pieter, Lumonggo, Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Prenada Media Group, Samsuddin, Pulungan, Belajar Berbasis Kecerdasan Emosional: Membangun Paradigma Mangasuh Anak dalam Keluarga Muslim. Padang: Rios Cipta, 2013 Schneiders, A Personal Adjustment and Mental Health.New York: Rinehart & Winston, 1964 Segal, Jeane. Melejitkan Kepekaan Emosional. Bandung: Mizan Media Utama, 2000 Simon, Sidney., Howe, Leland W., & Kirchenbaum, Howard.Values Clarification: A handbook of Practical Strategies for Teachers and Students. New York: Hart Publishing Company,Inc.1978 Singgih, Gunarsa. Psikologi Perkembangan, Jakarta: BPK Gunung mulia, 1981 Standar Mutu Mahasiswa STAIN Padangsidimpuan.2012 Sunarto & Hartono, B. Agung. Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo.1995 Yusuf, S. Psikologi Perkembangan Rosdakarya, 2005
Anak dan Remaja.
Bandung: PP. Remaja