Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PENGUMPULAN DAN PENGELOLAAN DATA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VI SDN CURAHNONGKO 01 Oleh: Kasiono (Guru di SDN Curahnongko 01 Kecamatan Tempurejo, Jember) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data siswa Kelas VI SDN Curahnongko 01 melalui implementasi model pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu perencanaan, implementasi, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus 1 diperoleh rata-rata hasil belajar adalah 68,33. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Siswa yang mendapat nilai >70 hanya ada 14 siswa. Berdasarkan hasil tes siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar adalah 77,59. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90. Siswa yang mendapat nilai >70 ada 23 orang. Hasil observasi terhadap guru menunjukkan pada siklus I guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran berbasis masalah dan belum dapat mengelola waktu dengan baik. Namun pada siklus II proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan guru dapat mengelola waktu dengan baik. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data siswa kelas VI SDN Curahnongko 01. Untuk itu disarankan kepada guru Matematika agar menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Pengumpulan dan Pengelolaan Data, Pembelajaran Berbasis Masalah
63
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
PENDAHULUAN Matematika diberikan di jenjang pendidikan dasar antara lain untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Pembelajaran Matematika di sekolah pada umumnya lebih bersifat klasikal, yakni guru berdiri di depan kelas, sedangkan siswa duduk rapi di tempat masing-masing. Pada sistem pembelajaran seperti ini, sistem komunikasi yang terjadi cenderung satu arah yaitu guru aktif menerangkan, memberi contoh, menyajikan soal atau bertanya. Sedangkan siswa duduk mendengarkan, menjawab pertanyaan atau mencatat materi yang disajikan guru. Untuk memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih bersifat multi arah, dapat diterapkan model pembelajaran melalui diskusi kelompok kecil. Pembelajaran matematika di sekolah juga banyak yang hanya menekankan pada tujuan kognitif. Salah satu alternatif agar pembelajaran matematika tidak hanya menekankan pada tujuan kognitif saja adalah melalui pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran matematika berbasis masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan soal–soal seperti yang sering terjadi di lembaga bimbingan tes (belajar). Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membangkitkan rasa ingin tahunya untuk melakukan penyelidikan sehingga dapat menemukan sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hal itu dengan orang lain. Dalam penyelidikan sering dilakukan kerjasama dengan temannya. Hal ini memberikan implikasi pada pembelajaran, termasuk pada pembelajaran Matematika. Pembelajaran Matematika mestinya juga harus menjadi wahana untuk mengembangkan kecakapan dalam memecahkan masalah, karenanya perlu ditetapkan model pembelajaran berbasis masalah sejak dini dan secara berkelanjutan. Dalam rangka pembaharuan pendidikan, hendaknya guru mampu melibatkan siswanya secara aktif dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas dan berpikir pada siswa yang dapat memperkuat motivasi. Pada umumnya masalah yang menonjol yang dihadapi oleh pendidikan matematika adalah hasil belajar para siswa yang belum memuaskan. Aktivitas belajar dan kemampuan siswa Kelas VI SD Negeri Curahnongko 01 Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember dalam
64
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
menyelesaikan soal matematika masih rendah. Rendahnya kemampuan tersebut ditunjukkan oleh rendahnya hasil belajar siswa. Hasil refleksi diri dan diskusi dengan teman sejawat diperoleh hasil bahwa: (1) siswa cukup sulit memahami konsep-konsep matematika karena konsep-konsep matematika tersebut bersifat abstrak, (2) siswa tidak banyak yang siap atau menyiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi pelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya sudah diketahui, dan (3) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini menyebabkan hasil belajar matematika siswa Kelas VI SD Negeri Curahnongko 01 Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember masih rendah yaitu kurang dari 65. Oleh karena itu, perlu suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas VI SDN Curahnongko 01 Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Berbagai upaya telah dilakukan tetapi hasilnya belum memuaskan. Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini, akan dicobakan model pembelajaran berbasis masalah untuk pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas VI SDN Curahnongko 01”. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD Matematika sebagai studi objek abstrak tentu saja sangat sulit dicerna anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) yang oleh Piaget, mereka diklasifikasikan masih dalam tahap berpikir operasi kongkret. Siswa SD masih belum mampu berpikir formal, karena orientasinya masih terkait dengan benda-benda kongkret. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa matematika tidak mungkin dapat diajarkan di SD, bahkan pada hakekatnya matematika lebih baik diajarkan sejak usia balita. Siswa harus dipandang bukan sekedar obyek pendidikan, tetapi juga sebagai subyek pendidikan. Keanekaragaman kemampuan siswa juga perbedaan minat mempersulit penyampaian matematika. Sebab metematika yang universal itu bersifat abstrak dan formal terlepas dari obyek kongkret walaupun inspirasinya dapat berasal dari dunia nyata. Mengingat pentingnya Matematika untuk pendidikan sejak siswa SD maka perlu dicarikan jalan penyelesaian, yaitu suatu cara mengelola proses belajar mengajar matematika di SD sehingga matematika dapat
65
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
dicerna dengan baik oleh siswa SD pada umumnya. Kegiatan mengelola proses belajar mengajar matematika itu harus sesuai dengan kegiatan belajar Matematika di SD sehingga belajar matematika menjadi bermanfaat dan relevan bagi kehidupan siswa. Pemilihan topik-topik matematika yang diperluas di SD harus mempertimbangkan beberapa hal, misalnya bahwa: 1. Mengajar matematika tidak sekedar menyusun urutan informasi, tetapi juga kemampuan siswa pada tingkat SD, relevansi materi yang dipilih ditinjau bagi kegunaan dan kepentingan siswa. 2. Mengajar matematika dapat mengembangkan sikap siswa agar siswa mampu mengetes idenya, menyelesaikan masalah, menemukan dan mengkomunikasikan idenya. 3. Walaupun perkembangan matematika yang sangat pesat dan sangat bermanfaat bagi pengembangan sains dan teknologi, dunia lingkungan siswa perlu mendapat prioritas utama. Orientasi pengajaran Matematika adalah subyek didik, yaitu agar siswa belajar Matematika. Permasalahan yang timbul adalah tidak sesuainya kemampuan siwa terhadap matematika yang disajikan gurunya. Guru ingin segera menyelesaikan bahan pelajaran yang tercantum dalam silabus matematika, sedangkan siswa belum sempat memahaminya. Pada dasarnya siswa ingin berhasil. Mereka lebih mengharapkan sukses daripada gagal. Keberhasilan siswa akan membentuk masa depan yang meyakinkan. Banyak terjadi siswa lebih lambat mencerna konsep yang diberikan guru. Ini dapat diartikan guru terlalu banyak mengharapkan, dan mengakibatkan siswa membenci matematika. Yang harus diusahakan ialah agar siswa menyukai Matematika. Untuk siswa tingkat SD, terdapat dua aspek dalam pengajaran Matematika, yaitu: 1. Matematika sebagai alat untuk menyelesaikan masalah. 2. Matematika merupakan sekumpulan keterampilan yang harus dipelajari. B. Hasil Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa karena adanya pengalaman dan latihan. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui (Rooijakkers, 1991:14) Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar
66
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai raport yang secara nyata dapat dilihat dalam bentuk angka-angka. Menurut (Sudjana, 1990:22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. b. Faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pembelajaran. Gagne (Sudjana, 1990:22) mengungkapkan ada 5 (lima) kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Sementara Bloom (Sudjana, 1990:22) mengungkapkan 3 (tiga) kawasan tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Romiszowski (Abdurrachman, 1999:38) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan dan kinerja (performance). Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal menunjukkan hasil yang optimal ditunjukkan dengan ciriciri sebagai berikut. a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya dan setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. d. Hasil belajar yang dicapai bermakna secara menyeluruh (komprehensip), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,
67
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
keterampilan atau perilaku. e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya (Sudjana, 1990:57). C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu : rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakukan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Asikin, 2003:5). Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berbasis : tujuan pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berbasis tujuan, pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar. Yang dimaksud dengan sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan guru atau siswa. Sintaks dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen yang sama. Menyusun pembelajaran matematika di SD perlu memperhatikan paling sedikit dua aspek yaitu matematika dan sifatnya serta tingkat perkembangan berpikir anak SD. Agar matematika yang abstrak, aksiomatis, simbolik dan deduktif itu dapat dipahami oleh siswa SD maka matematika untuk anak SD perlu disusun sesuai dengan tingkat berpikir mereka. Ini berarti perlu adanya penyederhanaan dan penyesuaian baik dari segi materi maupun cara penyajiannya. Penyajian matematika secara abstrak perlu didahului oleh penyajian wujud matematika yang lebih kongkret. Ada 2 (dua) macam pengetahuan matematika yang perlu dikuasai anak yaitu pengetahuan konseptual dan prosedural. Anak perlu mengkonstruksi pengetahuan matematika konseptual sebelum dapat memahami pengetahuan prosedural. Selain itu pembelajaran perlu dibuat menarik dan menyenangkan. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi masalah. Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak semuanya merupakan permasalahan matematis, namun matematika mempunyai peranan yang
68
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Oleh karena itu, cukup beralasan jika pembelajaran berbasis masalah menjadi trend dalam pembelajaran matematika sekarang ini. Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pengajuan petanyaan, memusatkan kepada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah (Ismail, 2002:2). Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka. Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah meliputi beberapa hal diantaranya sebagai berikut. a. Tugas-tugas perencanaan Hakekat interaktifnya, pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa. 1) Penetapan tujuan Pertama kali kita mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berbasis masalah direncanakan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran guru, dan membantu siswa menjadi pembelajar mandiri. 2) Merencanakan situasi masalah Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki dan tidak terdefinisi secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum. 3) Organisasi sumber daya dan rencana logistik Pembelajaran berbasis masalah, siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan serta pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas, bisa juga dilaksanakan di perpustakaan bahkan dapat pula dilakukan di luar kelas. Oleh karena itu tugas
69
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas perencanaan bagi guru yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. b. Tugas interaktif 1) Orientasi siswa pada masalah Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah menggunakan kejadian yang menimbulkan keinginan untuk memecahkan masalah. 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar Pada model pembelajaran berbasis masalah ini, dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. 3) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok a) Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber. Siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan juga informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, b) Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan perencanaan sepenuhnya. Ide-ide itu merupakan hal penting dalam tahap penyelidikan pembelajaran berbasis masalah. Selama penyelidikan guru memberi bantuan tanpa mengganggu ide-ide atau kreativitas siswa. Sintaks (alur proses) pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari 5 (lima) tahap yang disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Sintaks (Alur Proses) Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Tahap – 1 Orientasi siswa pada masalah
70
Tingkah laku guru
Tingkah laku siswa *)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, siswa terlibat pada aktivitas relevan masalah yang dipilihnya
Siswa secara aktif terlibat pada aktivitas relevan masalah yang dipilihnya
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
Tahap – 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap – 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
Tahap – 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
Tahap – 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Siswa secara aktif mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Siswa secara aktif mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan pemecahan masalah Siswa secara aktif merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya Siswa secara aktif melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
(Ibrahim, 2000:13) Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Kenyataan menunjukkan sebagian besar kehidupan adalah berhadapan dengan masalah-masalah, dan perlu mencari penyelesaiannya. Bila gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah, maka harus mencoba menyelesaikannya dengan cara yang lain. Dalam pembelajaran matematika, pertanyaan yang dihadapkan pada siswa biasanya disebut soal. Dengan demikian, soal-soal matematika akan dibedakan menjadi dua bagian sebagai berikut. a. Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah yang bersifat melatih agar terampil atau sebagai aplikasi dan pengertian yang baru saja diajarkan. b. Masalah tidak seperti halnya latihan pada no.1 yang menghendaki siswa agar menggunakan sintesis atau analisis untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus menguasai hal-hal yang dipelajari yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan dan pemahaman.
71
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
Mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa merupakan kegiatan dari seorang guru dimana guru itu membangkitkan siswasiswanya agar menerima dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan kemudian ia membimbing siswa-siswanya untuk sampai kepada penyelesaian masalah. Di dalam menyelesaikan masalah siswa diharapkan memahami proses menyelesaikan masalah tersebut dan menjadi terampil di dalam memilih dan mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Melalui penyelesaian masalah siswa-siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari. Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa tersebut menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa akan mampu mengambil keputusan. Sebab siswa tersebut mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan dan menganalisis informasi tersebut. Matematika yang disajikan kepada siswa-siswa yang berupa masalah akan memberikan motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. Para siswa akan merasa puas bila mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya. Kepuasan intelektual ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa tersebut. Karena itu alangkah baiknya bila aktivitas-aktivitas matematika seperti mencari generalisasi dan menamakan konsep melalui strategi pemecahan masalah. Dengan dihadapkan kepada suatu masalah, maka siswa akan berusaha melakukan penyelesaiannya. Ia belajar bagaimana melakukan perencanaan dengan melalui proses memecahkan masalah. Menurut Hudojo dan Sutowijoyo menyatakan bahwa petunjuk langkah-langkah sistematik untuk menyelesaikan masalah sebagi berikut. a. Pemahaman terhadap masalah, meliputi pemahaman kata demi kata, kalimat demi kalimat. Identifikasi masalah yang hendak dicapai. Abaikan hal-hal yang tidak relevandan jangan menambahkan hal-hal sehingga masalahnya menjadi berbeda. b. Perencanaan penyelesaian masalah yang seringkali memerlukn kreativitas untuk merumuskan rencana/strategi penyelesaian masalah. c. Merencanakan penyelesaian masalah. Langkah ini merupakan langkah Poyla yang didefinisikan sebagai melaksanakan perencanaan penyelesaian. d. Melihat kembali penyelesaian.
72
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
Menurut Polya (Suherman, 2003:99), dalam pemecahan suatu masalah terdapat 4 (empat) langkah yang harus dilakukan yaitu, memahami masalah, merencanakan pemecahannya, memecahkan masalah sesuai rencana langkah kedua dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Salah satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah dapat dilakukan setelah penyelesaian masalah selesai dilakukan. Memikirkan atau menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan anak dalam pemecahan masalah (Suherman, 2003:103). Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran Matematika, sebab: 1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, menganalisis dan kemudian meneliti kembali hasilnya. 2) Keputusan intelektual akan timbul dari dalam dan ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa. 3) Potensi intelektual siswa meningkat. 4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. Seorang guru harus mempunyai bermacam-macam masalah yang cocok dan bermakna bagi siswa-siswanya agar siswanya tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut bisa bersumber dari buku-buku, majalah-majalah yang berhubungan dengan matematika sekolah. Selain itu agar para siswa tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi perlu diberikan penghargaan. Penghargaan itu dapat berupa nilai atau penghargaan khusus lainnya. Pujian juga tidak boleh dilupakan. Semua itu merupakan cara yang efektif untuk mendorong keberhasilan dalam pembelajaran. HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Hasil observasi proses pembelajaran Hasil observasi terhadap guru Dari lembar observasi terhadap guru diperoleh hal-hal berikut. a) Guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran dengan baik, sudah memunculkan masalah dengan baik dan cukup memotivasi siswa untuk memecahkan masalah. b) Dalam mengorganisir untuk belajar, guru sudah membimbing siswa dalam mengorganisasi tugas-tugas dan membimbing siswa untuk A. 1. a. 1)
73
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
selalu berbagi tugas bersama teman sekelompoknya dengan baik. c) Guru belum membimbing penyelidikan individu/kelompok. Pengamatan guru terhadap kerja kelompok masih kurang. Guru tidak berkeliling pada saat diskusi kelompok. d) Guru belum membimbing siswa dalam menyajikan hasil karya. e) Guru sudah cukup baik dalam menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2) Hasil observasi terhadap siswa Dari lembar observasi untuk siswa diperoleh hal-hal sebagai berikut. a) Sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru. Hanya ada 10 (sepuluh) orang siswa yang tidak memperhatikan, mereka justru memperhatikan observer dan melihat keluar kelas. b) Ada 6 (enam) orang siswa yang mampu memberikan tanggapan/ contoh atas penjelasan guru. c) Ada 4 (empat) orang siswa yang mampu menjawab pertanyaan. d) Ada 9 (sembilan) orang siswa yang berani bertanya atas panjelasan guru. e) Dalam setiap kelompok, hanya seorang siswa yang mampu mengambil bagian dalam diskusi. Terlihat hanya siswa yang pandai saja yang menyelesaikan permasalahan yang diberikan. f) Siswa tidak dapat sepenuhnya mengamati demonstrasi/penyajian hasil karya. Hanya 6 (enam) orang siswa yang mampu mengamati penyajian hasil karya. Pada saat satu kelompok maju, kelompok yang lain tidak memperhatikan cenderung bermain sendiri. g) Ada 16 (enam belas) orang siswa yang dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik. h) Siswa belum dapat menarik kesimpulan sendiri. b. Hasil tes Berdasarkan hasil tes siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar adalah 68,33. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Siswa yang mendapat nilai > 70 hanya ada 14 siswa. c. Hasil refleksi Berdasarkan hasil tes pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa adalah 68,33 masih jauh dibawah indikator keberhasilan yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena disebabkan beberapa faktor diantaranya sebagai berikut. 1) Guru Pada siklus I guru masih belum terbiasa melakukan pembelajaran berbasis masalah. Permasalahan yang dimunculkan guru belum mendapat respon dari siswa. Pada saat diskusi kelompok guru belum berkeliling untuk membimbing siswa/kelompok yang mengalami kesulitan. Pada
74
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya hanya beberapa kelompok yang mempresentasikan hasil karya kelompoknya, karena waktu yang tidak memungkinkan. Pada siklus I guru belum bisa mengorganisasikan waktu dengan baik. 2) Siswa Pada siklus I seluruh siswa hadir dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran hanya sebagian kecil siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru dan dapat menanggapi serta memberi contoh atas penjelasan dari guru. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran berbasis masalah. Dalam kerja kelompok yang penentunya tempat duduk, hanya sebagian siswa yang mengambil bagian dalam diskusi/masih ada siswa yang tidak ikut serta dalam kerja kelompok. Pada saat satu kelompok menyajikan hasil karya kelompoknya banyak siswa yang tidak memperhatikan, mereka cenderung bermain dan berbicara sendiri. Uraian di atas menyatakan bahwa pada siklus I indikator keberhasilan belum tercapai. Oleh karena itu perlu adanya suatu tindakan pada siklus II agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. 2. Siklus II a. Hasil observasi proses pembelajaran 1) Pertemuan pertama a) Hasil observasi terhadap guru Dari lembar observasi terhadap guru diperolah hal-hal berikut. (1) Guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran dengan sangat baik. Sudah memunculkan masalah dan memotivasi siswa untuk memecahkan masalah dengan baik. (2) Dalam mengorganisir untuk belajar guru sudah membimbing siswa dalam mengorganisasi tugas-tugas dan berbagi tugas bersama teman sekelopoknya dengan sangat baik. (3) Guru sudah membimbing penyelidikan individu/kelompok. (4) Pengamatan guru terhadap kerja kelompok sudah baik. Guru sudah berkeliling pada saat diskusi kelompok. (5) Guru sudah membimbing siswa dalam menyajikan hasil karya. (6) Guru sudah baik dalam menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. b) Hasil observasi pada siswa Dari lembar observasi untuk siswa diperoleh hal-hal berikut. (1) Semua siswa memperhatikan penjelasan guru dengan sangat baik. (2) Ada 14 orang siswa sudah mampu memberikan tanggapan / contoh
75
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
dari penjelasan guru dengan baik. (3) Ada 20 orang siswa mampu menjawab pertanyaan. (4) Ada 18 (delapan belas) orang siswa yang berani bertanya atas penjelasan guru. (5) Dalam setiap kelompok, hanya 4 (empat) orang siswa yang mampu mengambil bagian dalam diskusi. Terlihat hanya siswa yang pandai saja yang menyelesaikan permasalahan yang diberikan. (6) Siswa dapat mengamati demonstrasi / penyajian hasil karya meskipun belum sempurna. Ada 16 (enam belas) orang siswa yang mampu mengamati penyajian hasil karya. (7) Ada 24 (dua empat) orang siswa yang dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik. (8) Siswa mampu menarik kesimpulan dengan bimbingan guru. Ada 6 (Enam) orang siswa yang mampu mengambil kesimpulan. 2) Pertemuan kedua a) Hasil observasi terhadap guru Dari lembar observasi terhadap guru diperoleh hal-hal berikut. (1) Guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untukmemecahkan masalah dengan sangat baik, sudah memunculkan masalah dengan baik. (2) Dalam mengorganisir untuk belajar guru sudah membimbing siswa dalam mengorganisasi tugas-tugas dan berbagi tugas bersama teman sekelompoknya dengan sangat baik. (3) Guru sudah membimbing penyelidikan individu / kelompok. Pengamatan guru terhadap kerja kelompok sudah sangat baik. Guru sudah berkeliling pada saat diskusi kelompok. (4) Guru sudah membimbing siswa dalam menyajikan hasil karya. (5) Guru sudah baik dalam menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. b) Hasil observasi pada siswa Berdasarkan lembar observasi pada siswa diperoleh hal-hal berikut. (1) Siswa sudah memperhatikan penjelasan guru dengan sangat baik. (2) Ada 9 (sembilan) orang siswa sudah mampu memberikan tanggapan/ contoh dari penjelasan guru dengan sangat baik. (3) Ada 12 (dua belas) orang siswa mampu menjawab pertanyaan. (4) Keberanian siswa untuk bertanya semakin meningkat, pada pertemuan ini ada 14 (empat belas) orang siswa yang berani bertanya atas penjelasan guru. (5) Semua anggota kelompok sudah mengambil bagian dalam diskusi. (6) Siswa dapat mengamati demonstrasi/penyajian hasil karya dengan baik. Hanya 4 (empat) orang siswa yang tidak memperhatikan.
76
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
(7) Siswa sudah melaksanakan tugas yang diberikan dengan sangat baik. Semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan. (8) Siswa mampu menarik kesimpulan. Ada 20 (dua puluh) orang siswa yang dapat menarik kesimpulan. b. Hasil tes Berdasarkan hasil tes siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar adalah 77,59. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90. Siswa yang mendapat nilai > 70 ada 23 orang. c. Hasil refleksi Berdasarkan hasil tes siswa pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa adalah 77,59. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sebagai berikut. a) Guru Pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan oleh guru pada siklus II berlangsung efektif. Guru sudah berhasil mengorgaisasikan waktu dengan baik. Dalam pembelajaran guru sudh dapat memotivasi siswa untuk aktif seperti siswa dapat memberikan tanggapan/memberi contoh atas penjelasan dari guru, siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar. Secara umum, dalam siklus II ini guru sudah berhasil melaksanakan pembelajaran berbasis masalah. b) Siswa Dalam siklus II ini, seluruh siswa hadir dalam pembelajaran. Siwa sangat aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar, siswa berani menyampaikan pendapat dan menanggapi siswa lain. Dalam kerja kelompok hampir seluruh siswa berpartisipasi aktif/ambil bagian di dalamnya. Pada saat satu kelompok mempresentasikan hasil karya kelompoknya, siswa yang lain memperhatikan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas jika dikaitkan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu nilai rata-rata hasil belajar ≥ 70 maka dikatakan penelitian sudah berhasil dan tidak perlu dilakukan tindakan selanjutnya. B. Pembahasan Pembahasan yang dilakukan didasarkan atas hasil observasi yang dilanjutkan dengan refleksi pada setiap siklus tindakan. Pada siklus I pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru sudah cukup baik, namun ada ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, diantaranya bimbingan yang diberikan oleh guru kurang merata, sehingga banyak kelompok yang tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dari 6 (enam) kelompok hanya 2 kelompok yang dapat menyelesaikan
77
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
permasalahan yang diberikan dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kemampuan siswa itu sendiri yang memang kurang baik/tidak begitu pandai dan bimbingan guru yang kurang. Bimbingan individu juga masih kurang, sehingga hanya sebagian siswa yang aktif dalam diskusi kelompok. Guru tidak memberikan bimbingan kepada siswa pada saat menuliskan hasil diskusi pemecahan masalah pada lembar presentasi. Tulisan mereka terlalu kecil sehingga tidak terbaca oleh siswa yang duduk di belakang. Selain itu suara mereka juga kurang keras sehingga hanya didengar oleh siswa yang duduk di depan. Sedangkan siswa yang lain tidak memperhatikan. Dengan kata lain siswa tidak dapat sepenuhnya mengamati presentasi hasil kelompok. Pada akhir pelajaran penarikan simpulan dilakukan oleh guru, seharusnya siswalah yang mengambil kesimpulan. Pengelolaan waktu pada siklus I ini belum begitu baik. Waktu untuk mengerjakan kartu masalah terlalu lama sehingga pada saat presentasi hanya 1(satu) kelompok yang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya karena waktunya yang tidak memungkinkan. Aktivitas belajar siswa sudah baik, namun jumlah siswa yang mampu memberikan tanggapan/memberi contoh atas penjelasan guru dan yang mampu menjawab pertanyaan masih sedikit. Dalam diskusi kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pandai. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk meningkatkan aktivitas siswa diantaranya dalam pembelajaran guru selalu memberikan motivasi pada siswa. Berdasarkan hasil tes yang dicapai pada siklus I, yang mendapat nilai ≥ 70 masih sedikit, hanya 6 (enam) siswa dan rata-rata kelasnya 68,33 masih jauh di bawah indikator keberhasilan yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan kurangnya kesungguhan siswa dalam mengerjakan soal, faktor takut bertanya atas materi yang belum dipahami dan juga faktor dari guru yang belum sepenuhnya memahami model pembelajaran berasis masalah, sehingga guru tidak melaksanakan alur proses dalam pembelajaran yang terdiri dari 5 (lima) tahap yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan sempurna. Misalnya pada saat diskusi kelompok guru tidak berkeliling untuk mengetahui dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran matematika sudah baik. Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklu II sudah mencerminkan ciri dari pembelajaran berbasis masalah, seperti yang dikemukakan oleh Ismail (2002:2) bahwa ciri utama pembelajaran
78
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
berbasis masalah adalah pengajuan pertanyaan, memusatkan kepada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan hasil karya atau peragaan. Guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran dengan lengkap, sudah memunculkan masalah dengan baik dan sudah memberikan motivasi dengan baik kepada siswa. Bimbingan yang diberikan guru dalam proses penyelesaian masalah sudah baik dan lebih merata dari siklus sebelumnya. Guru sudah berkeliling pada saat diskusi kelompok dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Bimbingan yang diberikan guru juga sudah meningkat, meskipun masih ada siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran namun jumlahnya relatif sedikit. Guru juga sudah memberikan bimbingan kepada siswa pada saat presentasi. Tulisan sudah besar dan suaranya juga sudah keras, sehingga bisa didengar oleh semua siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa unuk memberikan tanggapanatas presentasi yang dilaksanakan. Penarikan simpulan diulakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Pada siklus II ini siswa sudah mempunyai pengalaman dalam mengikuti pembelajaran berbasis masalah. Mereka mulai terbiasa bekerja kelompok. Pembentukan kelompok yang dilakukan dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa, ada yang pandai dan ada yang kurang pandai memungkinkan mereka untuk bekerjasama dan berbagi pendapat dalam diskusi kelompok. Siswa yang pandai dengan sabar memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang pandai sehingga diskusi kelompok dapat berlangsung dengan baik. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah terliht lebih baik. Dari 4 (empat) kelompok, 3 (tiga) kelompok sudah dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik. Berdasarkan hasil tes pada siklus II, nilai rata-rata yang dicapai adalah 77,59. Siswa yang mendapat nilai ≥ 70 ada 23 orang. Jika dikaitkan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yitu rata-rata kelas 70 maka dikatakan penelitian sudah berhasil. Berdasarkan hasil observasi kelas, hasil angket dan hasil tes pada siklus II dapat dievaluasi bahwa langkah-langkah yang telah diprogramkan dan dilaksanakan mampu mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian. Dengan demikian pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data siswa kelas VI SDN Curahnongko 01 Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015 Di samping mempunyai kelebihan, model pembelajaran berbasis masalah juga mempunyai kekurangan yaitu, model pembelajaran ini tidak cocok dilaksanakan pada kelas yang siswanya malas belajar dan tidak
79
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
mempunyai motivasi yang tinggi dalam mempelajari matematika. Secara umum, uraian diatas menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas VI SDN Curahnongko 01 Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan, maka dapat ditarik simpulan bahwa melalui implementasi model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pokok bahasan pengumpulan dan pengelolaan data siswa kelas VI SDN Curahnongko 01 Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember Tahun pelajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data, pada siklus 1 diperoleh rata-rata hasil belajar adalah 68,33. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Siswa yang mendapat nilai > 70 hanya ada 14 siswa. Berdasarkan hasil tes siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar adalah 77,59. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90. Siswa yang mendapat nilai > 70 ada 23 orang.
80
Kasiono, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengumpulan dan Pengelolaan Data...
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2004. Pedoman Pembelajaran Tuntas. Depdiknas: Dirjendikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Herman Hodojo. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika (common texbook). Malang:Jurusan Pendidikan Matematika, Fakulas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang Muslimin Ibrahim. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku Ajar Ismail. 2000. Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction). Surabaya:Departemen Pendidikan Nasional. Mahasiswa). Surabaya:Universitas Surabaya-University Press Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Sudjadi, R.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Surabaya:Direktorat jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan nasional. Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Eman
Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.. Bandung:Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pendidikan Indonesia
81
Jurnal PITALOCA Vol. 3 No. 2 Januari 2017
82