KARAKTERISASI SOIL PHYSICS PROPERTIES DIATAS TEROWONGAN KERETA API MRAWAN KABUPATEN JEMBER Puguh Hiskiawan Staf Pengajar Fisika FMIPA Universitas Jember email :
[email protected]
Abstract : Railway Tunnel Mrawan in Jember regency, which is vital access to transportation in the province of East Java are now facing the threat of leakage caused by the influence of pressure above the surface layer of the tunnel as the tunnel strukutur supporters. This research is to characterize soil properties on soil physics is a zone of material suspected of causing the fluid loading and soil tunnels which do not exist as a fluid material zones for comparison with the use of drilling and testing laboratories. Results showed that the zone of fluid material characterization memilki a fairly high level of wetness and soil physics variable values that support the attractiveness of the properties for the concentration of fluid material therein, which varies with the characterization of other lands that are not associated with the presence of fluid matrial, and the level of wetness very low. So that the results of the study concluded that a railway tunnel Mrawan in Jember regency, the handling of the serious need for carrying capacity of the surface above the tunnel was approaching the culmination of considerable concern. Key words : Tunnel, Soil Physics, Drilling, Leakage, Material fluid I.
PENDAHULUAN Terowongan kereta api Mrawan merupakan akses jalur transportasi dari Kabupaten Jember
menuju Kabupaten Banyuwangi dan sebaliknya, di wilayah Dusun Mrawan Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember dibangun terowongan kereta api dengan panjang +695 m. Terowongan dibangun pada zaman kolonial Belanda, sekitar tahun 1901 M, terowongan tersebut terletak di daerah perbukitan dengan ketinggian 495M dpl, sebagian besar berada di perkebunan kopi yang dikelola oleh PTPN XII Unit Usaha Strategis (UUS) Gunung Gumitir. Purwantara (2009) dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas, menduga keadaan terowongan Mrawan telah mengalami keretakan dan kebocoran yang cukup signifikan, hal itu disebabkan karena terowongan tersebut berada pada zona lemah geologi. Saat ini kondisi terowongan ini sangat memprihatinkan, dimana pada beberapa sisi dinding terowongan telah mengalami
kebecororan dan keretakan yang cukup signifiikan. Dugaan sementara pada saat itu oleh pihak DAOP IX PT, KAI, kerusakan disebabkan oleh lapisan dinding terowongan sehingga dilakukan pembenahan, akan tetapi kondisi ini tetap berlanjut. Keadaan ini memberikan hipotesa kemungkinan kerusakan dan keretakan terowongan berasal dari permukaan atas terowongan sehingga berpengaruh pada pelemahan struktur daya dukung terowongan. Purwantara (2008) melakukan penyelidikan secara regional bawah permukaan di atas terowongan KA Mrawan menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner telah melakukan mengindikasikan adanya jebakan-jebakan fluida yang diduga berkontribusi terhadap perembesan
yang terjadi di
terowongan
Mrawan. Keberadaan jebakan-jebakan
fluida
tersebut dinyatakan dengan nilai resistivitas semu yang bernilai rendah pada penggambaran bawah permukaan. Hal yang menarik
dari
hasil
penampang
citra
tersebut,
ternyata
jebakan-jebakan fluida tidak ditemukan disemua tempat di sepanjang terowongan, akan tetapi berada pada titik-titik yang diduga mejadi zona keretakan dan kebocoran terowongan, sehingga diduga keberadaan daerah jebakan fluida tersebut merupakan regional akuifer. Penyelidikan regional berikutnya untuk memvalidasi hasil penelitian dengan metode geolistrik, kemudian digunakan penyelidikan dengan menggunakan Ground Penetrating Radar (GPR) yang bertujuan untuk mengamati secara keseluruhan keberadaan jebakan fluida bawah permukaan di atas terowongan KA Mrawan. Pada penyelidikan GPR (Hiskiawan, 2009) menujukkan hasil yang tidak berbeda jauh dan bahkan lebih nampak bahwa pada zona-zona dugaan
terdapat pembebanan massa oleh keberadaan fluida, ini dinyatakan oleh tingkat
konduktivitas batuan yang tingga pada daerah tersebut. Oleh sebab itu maka perlu dilakukan pengkajian pada karakteristik soil physics properties pada daerah yang mempunyai jebakan fluida dan pada daerah yang tidak mempunyai jebakan fluida, penelitian ini bertujuan sebagai evaluasi hipotesa keberadaan jebakan fluida yang diyakini sebagai akibat pelemahan daya struktur terowongan KA Mrawan di Kabupaten Jember. Penelitian karakteristik soil physics properties merupakan penelitian yang komparasi dari dua dugaan objek tanah diatas terowongan KA Mrawan. Penelitian ini mengambil sampel tanah dengan proses drilling pada tanah yang diduga sebagai jebakan fluida dan pada tanah yang bukan sebagai jebakan fluida. Pada saat drilling akan didapatkan logbor data yang memuat susunan, ketebalan lapisan, jenis dan warna tanah. Hasil cuplikan drilling kemudian dibawa ke laboratorium uji tanah sehingga didapatkan karakteristik soil physics properties diantaranya
yaitu : nilai porositas, permeabilitas, kadar air dan berat jenis tanah. Tanah dapat diamati dan ditentukan dari bagian penyusunnya, dalam tanah yang kering tersusun dari butiran tanah dan udara dan pada tanah jenuh tersusun atas butiran tanah, dan air, sedangkan tanah yang tidak jenuh tesusun dari butiran tanah, air, dan udara. (Craig, 1994). Gambar (1) merupakan perbedaan susunan tanah dengan karakterisitik yang tertentu sesuai dengan material fluida didalamnya. Pada gambar 2 merupakan hubungan antara volume tanah dan berat tanah berdasarkan pada material fluida yang tersusun dalam bagian tanah. Tampak bahwa terdapat pemisahan kandungan tanah dan tanah.
Gambar 1. Jenis Tanah dan Penyusunnya (a) Tanah Kering; (b) Tanah Jenuh; (c) Tanah tidak Jenuh
Gambar 2. Hubungan Volume Tanah dan Berat Tanah berdasarkan penyusunnya
Porositas (n) merupakan perbandingan antara volume pori-pori dengan volume total tanah, pori-pori tanah selalu terisi oleh material fluida diantaranya adalah udara, air atau minyak bumi atau gas bumi. Pengukuran sifat fisis porositas sangatlah penting dalam eksplorasi baik dalam eksploitasi perminyakan maupun dalam penyelidikan air bawah permukaan (Hiskiawan, 2006). Porositas merupakan vaaribel utama untuk menentukan besarnya cadangan material fluida yang tersusun dalam tanah (Bowles, 1991). Secara matematis porositas dinyatakan sebagai berikut : (1) dengan 0 ≤ n ≤ 1 Porositas tanah memiliki pengertian sebagai porositas absolut yang merupakan persentase
volume pori-pori (Vv) terhadap volume tanah total (VT) dan porositas efektif merupakan persentase volume pori-pori yang saling berhubungan dengan volume tanah.Pada persamaan (1) porositas dapat diuji ke dalam angka pori (e) material fluida yag terkandung di dalam tanah. Angka pori merupakan perbandingan volume pori-pori (Vv) dengan volume tanah (Vs), maka dapat dituliskan sebagai berikut : (2) Karena Vv = VT – Vs, maka : (3) Kadar air (W) merupakan perbandingan berat air (Ww) yang mengisi rongga pori tanah atau material batuan terhadap berat partikel tanah (Ws) yang dinyatakan dalam persentase : (4) Kadar air berhubungan dengan derajat kepadatan tanah. Pemadatan tanah merupakan proses naiknya partekiel penyusun tanah sehingga mereduksi volume pori tanah (Craig, 1994). Pamadatan tanah yang dikenal dengan derajat kepadatan tanah dikukr berdasarkan satuan kerapatan kering ρd yaitu massa partikel padat persatuan volume tanah. Bila kerapatan butiran tanah ρ dan kadar air (W) sehingga kerapatan kering dapat dituliskan menjadi : (5) Kerapatan kering setelah pemadatan tergantung pada kadar air dan besarnya energi yang diberikan oleh alat pemadatan tanah. Berat jenis tanah (Gi) adalah perbandingan antara berat tanah (Ws) dengan berat air pada suhu 4oC (Ww,4oC), secara matematis dapat ditulis dengan (6) Pada umumnya yang diperlukan dalam pengukuran soil physics adalah berat jenis butiran tanah (Gs) yang berhubungan dengan volume tanah (Vi) yang berasosaisi dengan berat tanah dan volume air (Vw) yang berasosiasi dengan berat air, maka : (7) Permeabilitas merupakan bagian dari soil physics properties, dengan difinisi perbandingan volume di dalam ruang yang dapat dianggap dapat terisi cairan atau gas volume dalam seluruh ruang, atau kemampuan matrial fluida untuk mengalir melalui medium yang
memilki pori (Bowles, 1991). Sehingga permeabilitas tanah (κ) dipegaruhi oleh berat isi air (γw), viskositas air (η) dan jari-jari pori (R). atau : (8) untuk bagian lapisan tanah yang tidak teratur (dalam arah memanjang) tergantung pada angka pori dalam porositas (e)., dapat diamati pada gambar berikut :
Gambar 3. Koefien permeabilita berhubungan dengan jenis tanah
Permeabiltas tanah berhubugan dengan angka pori pada tanah yang digetrakan dengan volume oleh batuan penyusun yang tidak berubah akan tetapi volume pori-pori akan berubah (Terzaghi, 1987). Hubungan permeabilitas dan angka pori diterapkan dalam persamaan A. Casagrande, seperti berikut : k = 1,4e2k0,85
(9)
Untuk pasir bersih sedang (moderate) atau berbutir halus dengan butiran debu (bulky grains). Pada kenyataannya pasir bersih jarang ditemui, jika pasir yang ditemui banyak mengandung partikel lain. Tanah berbutir halus mengandung unsur penyusun berupa serpihan tetapi tanah senantiasa mempunyai perbandingan penyusun yang berbeda sehingga hubungan angka pori dan k/k0.85 juga tidak sama. Gambaran geologi daerah penelitian secara umum, Menurut Sapei dkk (1992), geologi daerah penelitian didominasi oleh Formasi Kalibaru (Qpvk) dan Formasi Batu Ampar (Tomb). Formasi Kalibaru (Qpvk) bersifat kwarter yang berupa breksi lahar, konglomerat, batu pasir tuf, dan tuf. Breksi lahar dan konglomerat berwarna kelabu coklat, tidak padu, berlapis baik. Tuf berwarna coklat keabuan, berukuran halus, rapuh, dan banyak mengandung batu apung. Sedang formasi batu ampar (Tomb), bersifat tersier yang berupa perselingan batu pasir dan batu lempung
bersisipan tuf, breksi dan konglomerat. Batu pasir berwarna abu-abu kehijauan, halus sampai kasar, berstruktur lapisan bersusun. Batu lempung berwarna abu-abu, padu dan keras. Tuf berwarna abu-abu, berbutir pasir halus sampai kasar, padu. Breksi berukuran seragam, pejal, berkemas terbuka danbermassa dasar tuf pasiran. Konglomerat tersusun oleh kerakal andesit, batu pasir,batu lempung, dan batu gamping, terpilah baik dengan massa dasar pasir halus. Formasi Kalibaru (Qvpk) dan Formasi Batu Ampar (Tomb). Daerah penelitian berada di sebelah utara kecamatan Ledokombo, sebelah timur kecamatan Kalibaru, sebelah utara kecamatan Tempurejo, dan sebelah selatan kecamatan Mumbulsari dan Mayang. Dalam penelitian ini digunakan pengambilan tanah dengan cara drilling (Pengeboran) dengan teknik sampling bor menggunakan Bor auger atau bor tangan merupakan alat yang paling sederhana untuk membuat lubang pada tanah, pada bor auger ada dua jenis yaitu bor jenis helical. Bor auger jenis helical dapat digunakan untuk membuat lubang dengan kedalaman hingga 100 ft. Namun kebanyakan dioperasikan untuk pengeboran dengan kedalaman 12 ft, bor ini dapat membuat lubang dengan diameter 3-12 inci..
II. METODE Mekanisme penelitian dilakukan dalam dua tahapan karaterisasi, yang masing-masing tahapan karaterisasi terdiri dari beberapa tahapan eksperimen yang berkonversi tahapan karaterisasi. Tahapan karakterisasi yang pertama, adalah di lapangan dan tahapan karatrisasi yang kedua dilakukan di laboratorium fisika batuan. Tahapan karaterisasi pertama, meliputi tahapan eksperimen diantaranya adalah survei awal yang bertujuan untuk menvalidasi lokasi yang diperuntukan dalam proses pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian, sesudah survei awal, hasil survei menentukan lokasi pengeboran sesuai dengan titik-titik yang telah diketahui dalam penelitian sebelumnya, dari titik-titik lokasi didapatkan dua titik lokasi yang telah memenuhi tujuan penelitian, kemudian dilakukan proses drilling, hasil proses drilling dilakukan pengamatan dengan naked eye pada struktur tanah dan warna tanah. Contoh tanah yang telah tercuplik dilakukan pengangkutan dan penyimpanan sebagai bahan dalam penyelidikan karakterisasi berikutnya di laboratorium. Tahapan karakterisasi kedua, meliputi analisa eksperiman kadar air, analisa eksperimen berat jenis tanah, analisa eksperiman permeabilitas, dan analisa eksperiman porositas.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak pada 150 m dari titik awal lintasan terowongan kereta api Mrawan yang diduga sebagai zona material fluida, dengan koordinat 08o16’13,5” LS dan 113o55’59” BT dengan ketinggian 572 dpl merupakan titik lintasan pertama. Sedangkan titik lintasan kedua berada pada daerah yang bukan merupakan zona material fluida, dengan koordinat 08o16’13” LS dan 113o56’03,5” BT dengan ketinggian 636 dpl. Pengolahan Data Laboratorium Hasil dari analisa eksperimen laboratorium diolah berdasaarkan persamaan yang mengikuti persamaan diatas dengan pengkajian yang disesuaikan berdasarkan bahan dan material laboratorium. Dapat diamati sebagai berikut : Pengolahan data kadar air (W) berdasarkan berat cawan + tanah basah (W1) dan berat cawan + tanah kering (W2), serta berat cawan kosong (Ws), sehingga diperloreh prosentase : (10) Pengolahan data berat jenis tanah (Gs) berdasarkan berat piknometer (w1), berat tanah + piknometer (w2), berat piknometer + tanah basah, (w3) dan berat piknometer + air pada suhu yang ditentukan (80oC), sehingga diperoleh : (11) Pengolahan data permeabilitas (κ) berdasarkan pada panjang contoh tanah dalam permeameter (L), waktu (to) ketika kondisi air mencapai ketinggian ho, dan waktu (t1) ketika kondisi air mencapai ketinggian (h1)., jadi dapat ditunjukkan sebagai berikut : (12) pengolahan data porositas (n), angka pori (e), dan berat isi tanah (γi) berdasarkan pada volume tanah (Vi), kadar air (W), berat cawan + tanah basah (W1), berat cawan + tanah kering (W2), berat jenis tanah (Gs), dan berat isi tanah jenuh (γw), sehingga dapat ditulis berikut : (13) (14) (15)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan dua titik drilling, dengan karakteristik yang berbeda dengan tuuan agar mendapatkan hasil yang demikian terwakili dalam proses pelemahan daya dukung strukutur trowongan kereta api Mrawan di Kabupaten Jember. Hasil penelitian ini pada tiap-tiap titik diambil menjadi dua segmen interval, yang masing-masing terdiri dari 0 – 2,5m dan 2,5m – 5m, kondisi ini dimungkinkan agar pada karaktersitik soil physics properties dicapai hasil yang komprehensif pada bawah permukaan dengan hasil yang signifikan. Hasil Titik drilling Pertama. Titik drilling pertama merupakan titik yang diduga merupakan zona pembebanan massa yang mempengaruhi daya dukung terowongan kereta api Mrawan. Sehingga hasil drilling pada titik pertama dapat digambarkan sebagai berikut : Topik :
Elevasi (dpl)
Kedalaman (m)
Lokasi :
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0
Penelitian Karakteristik Physics Propeerties di Terowongan Kereta Api Mrawan Kabupaten Jember
Rock type or Formation
Soil atas
Kedalaman : 5m
Description
Tanah berjenis Lempungan, Warna Coklat Tua 572 Tanah berjenis lempung yang sangat lunak, warna dominasi hitam
Gambar 4. Hasil drilling titik pertama.
Sedangkan hasil analisa eksperimen tahapan karateristik, dapat diamati pada gambar (5) yang merupakan hasil pengolahan laboratorium pada tanah di titik drilling pertama dengan kedalaman 2,5m dan 5m. maka dapat diperlihatkan sebagai berikut :
Borrow pit and depth Observation Properties Berat isi air Kadar air Berat jenis Berat isi tanah asli Berat isi tanah jenuh Berat isi tanah kering Angka pori Porositas Permeability
m γw (gr/cm3) W (%) Gs γt (gr/cm3) γsst (gr/cm3) γd (gr/cm3) e n (%) κ (cm/dt)
2,5
5,0
1 51,03 1,589 1,307 1,240 0,640 1,158 53,66 8,9. 10-3
1 82,07 1,715 1,450 1,330 0,790 1,483 59,73 5,7 . 10-3
Gambar 5. Hasil analisa eksperiman karateristik laboratorium titik pertama
Hasil Titik drilling Kedua. Titik drilling kedua merupakan titik yang tidak diduga adanya zona pembebanan massa yang tidak mempengaruhi daya dukung terowongan kereta api Mrawan. Sehingga hasil drilling pada titik kedua dapat digambarkan sebagai berikut : Topik :
Elevasi (dpl)
Kedalaman (m)
Lokasi :
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0
Penelitian Karakteristik Physics Propeerties di Terowongan Kereta Api Mrawan Kabupaten Jember
Rock type or Formation
Soil atas
Kedalaman : 5m
Description
Tanah berjenis Lanuan, sand clay Warna Coklat Muda 636 Tanah berjenis lempung yang kasar, warna Coklat Tua
Gambar 6. Hasil drilling titik kedua.
Sedangkan hasil analisa eksperimen tahapan karateristik,titik kedua dapat diamati pada gambar (7) yang merupakan hasil pengolahan laboratorium pada tanah di titik drilling kedua dengan kedalaman 2,5m dan 5m. maka dapat diperlihatkan sebagai berikut : Borrow pit and depth Observation Properties Berat isi air Kadar air Berat jenis Berat isi tanah asli Berat isi tanah jenuh Berat isi tanah kering Angka pori Porositas Permeability
m γw (gr/cm3) W (%) Gs γt (gr/cm3) γsst (gr/cm3) γd (gr/cm3) e n (%) κ (cm/dt)
2,5
5,0
1 34,89 2,160 1,544 1,550 1.14 0,884 46,92 1,3. 10-2
1 52,42 2,319 1,560 1,700 1,02 1,091 52,18 3,3 . 10-2
Gambar 7. Hasil analisa eksperiman karateristik laboratorium titik kedua
PEMBAHASAN Degradasi warna tanah pada titik drilling pertama, mengisyratkan adanya perbedaan yang signifikan pada atas permukaan (0-2,5m) hingga bawah permukaan (2,5m-5m), Nampak bahwa dari warna tanah yang coklat tua menuju hitam, yang menujukkan terjadinya perubahan sedimentasi dalam tanah akibat berkonsentrasinya material fluida pada daerah tersebut. Fenomena ini muncul disebabkan daerah ini menjadi zona aliran fluida dari daerah sekitar sehingga menjadi kontong-kantong material fluida yang mengakibatkan semakin lama semakin membebani struktur tanah dibawahnya yang arting membebani terowongan kereta api Mrawan. Hasil analisa eksperimen kerakteristik laboratorium menmberikan hasil yang demikian, kadar air yangs emakin bertambah besar pada interval kedalaman yang semakin besar, demikian pula yang terjadi pada kandungan dan sifat-sifat dari berat tanah. Angka pori pada titik drilling pertama menujukkan fenomena yang semakin besar dengan kedalaman yang semakin besar yang sebanding dengan porositas. Kondisi ini menujukkan bahwa material batuan dalam tanah yang semakin kebawah maka tingkat kejenuhan semakin besar dan tingkat kekasaran tanah semakin kecil yang berarti bahwa material fluida dalam titik tersebut semakin besar, dan dapat menyimpan material fluida yang cukup besar yang dibuktikan dengan semakin besarnya porositas. Permeabilitas dalam titik drilling pertama, menujukkan semakin kecil menuju ke bawah permukaan, ini mengindikasikan bahwa permeabilitas merupakan kemampuan daya tarik
material fluida untuk mengisi ronga-rongga yang kosong, atau sifat aliran yang demikian besar pada atas permukaan menuju daerah yang memiliki aliran yang kecil sehingga aliran material fluida akan tetap bertahan dan berdiam dalam titik tersebut. Oleh karena itu maka daerah tersebut mengalami pembebanan massa yang cukup memprihatinkan, disebabkan material fluida dalam keadaan stagnan atau tetap dalam posisi titik tersebut. Degradasi warana pada titik drilling kedua, menujukkan perbedaan yang masih dalam kontras warna yang sama, yaitu coklat, akan tetapi pada level hingga 2,5m warna didominasi oleh warna coklat muda dan pada kedalaman hingga 5m warna tanah lebih kelihatan tua, yaitu coklat tua. Kondisi ini menjukkan bahwa tanah pada daerah tersebut dalam kondisi yang miskin material fluida, dalam arti tanah pada kondisi tersebut lebih banyak meloloskan fluida daripada menyimpan dalam struktur tanahnya. Hasil analisa eksperimen karateristik soil physics menujukkan yang demikian, Kadar air pada permukaan hingga 5m menjukkan semakin besar, akan tetapi selisih dari kedalaman 2,5m yang tidak signifikan, begitu pula pada kondisi properties berat jenis, variasi berat isi tanah, angka pori, dan porositas. Kondisi ini menunjukkan bahwa tanah pada daerah tersebut tidak banyak menyimpan material fluida, tetepi lebih banyak meloloskan material fluida untuk menuju ke daerah lain. Fenomena ini dikuatkan dari nilai permeabilitas yang semakin besar menuju bawah permukaan, yang mengindikasikan bahwa aliran material fluida tidak berhenti atau stagnen pada daerah bawah permukaan. Oleh karena itu semakin menguatkan bahwa hasil penelitian karakterisitk soil physics properties menunjukkan titik drilling pertama merupakan zona pembebanan massa berisi dengan material fluida yang terjebak didalamnya yang sesuai dengan dugaan awal sebelumnya, dan titik drilling kedua bukan merupakan zona pembebanan massa.
KESIMPULAN Karaktersitik soil physics properties yang ditunjukkan bahwa tanah yang mempengaruhi kebocoran terowongan kereta api Mrawan di Kabupaten Jember, dapat diamati dari tingkat degradasi warna yang cukup signifikan pada titik drilling pertama dibandingkan degradasi warna tanah pada titik drilling kedua. Pada analisa eksperimen karakteristik laboratorium, nampak sifat-sifat properties tanah memberikan informasi yang komprehensif tentang berkumpulnya atau terjadinya konsentrasi material fluida dalam jebakan titik drilling pertama tersebut, daripada titik dirilling kedua. Kondisi ini menguatkan bahwa titik drilling pertama yang merupakan zona
dugaan pembebanan massa akibat merupakan jebakan material fluida dapat dibuktikan dengan nilai permeabilitas yang menjukkan semakin kecil seturut menuju bawah permukaan, yang mengindikasikan bahwa aliran material fluida akan menuju daerah tersebut dan stagnan dalam areal tersebut sehingga terjebak dalam tanah, kondisi ini berlainan dengan titik drilling kedua yang memiliki nilai permeabilitas semakin besar menuju bawah permukaan, sehingga material fluida tidak terjebak didalamnnya. Dengan demikian kondisi terowongan kereta api Mrawan menujukkan tingkat kulminasi yang rawan mengalami bencana kerusakan dan kebocoran.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang. W, Hiskiawan. P, 2006, Pengamatan Air Bawah Permukaan dengan Metode Potensial diri (Self Potential) untuk Pembebanan Massa di Desa RenokenongoSidoarjo, Report Internal, ITS , Surabaya Bowles E Joseph. 1991. Soil Properties and Geotecnical (Soil Mechanics), Elsaiver, Cambridge Craig, R. F., 1994, Soil Mechanics, John Willey Sons, fourth edition, New York, USA. Hiskiawan. P, 2009, Intepretasi Bawah Permukaan Terowongan Mrawan Berdasarkan Data Ground Penetrating Radar,National Seminar on Aplied Technology Science, and Arts (1st APTECS) ITS, Surabaya 22 Desember 2009. London. New York, USA. Purwantara Nova. 2008. Investigasi Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas (Studi Kasus Terowngan Kereta Api Mrawan-Jember). Report Internal Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember Sapei. T, Suganda., A.H., Astadireja., K.A.S., dan Suharsono. 1992. Geologi Lembar Jember. Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Terzaghi Karl, Peck B Ralph, 1987. Soil Mechanics and Experiments. John willey Sons