Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga kemungkinan dampak negatif berupa pencemaran udara akibat kebisingan dan getaran. Keadaan ini akan sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar rel kereta api. Fenomena di kota adalah kurangnya lahan untuk tempat tinggal bahkan lahan yang tersedia hanya mampu dimiliki oleh harganya yang cukup
masyarakat pada kalangan ekonomi menengah keatas karena
mahal, sedangkan bagi masyarakat ekonomi rendah terpaksa
memanfaaatkan lahanlahan sempit seperti daerah pinggiran rel kereta api sebagai tempat tinggal. Maka lahan-lahan terbukaí (hijau) seperti jalur hijau lalu lintas, bantaran sungai, bantaran jalur rel kereta api, lahan kosong dan semacamnya, menjadi sasaran empuk akhirnya menjadi daerah permukiman (Purnomohadi, 2001).
Gambar 1. Kereta api Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan getaran adalah pergerakan bolak-balik suatu massa/berat melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik tertentu (Keputusan MENLH, 1996). Di bidang elektronik, fisiologi persarafan dan teori komunikasi, bising bermakna sebagai tanda-tanda tidak dikenal yang intensitasnya selalu berubah-ubah sepanjang waktu. Perkataan bising kadang-kadang dipakai di bidang suara, tetapi akustik pendengaran yang pengaruhnya
di sini diartikan sebagai sebuah energi
merugikan secara fisiologi atau psikologi bagi
kesejahteraan masyarakat. Ini sesuai dengan definisi bising yang umum yaitu suara yang tidak
diinginkan (Kryter, 1985). Suara dihasilkan ketika sumbernya menyentuh partikel-partikel udara sehingga saling bergesekan, menimbulkan gelombang suara yang bergerak menyebar
ke
partikel-partikel udara lainnya akhirnya sampai kemana-mana jauh dari sumbernya. Kecepatan rambat suara ini kira-kira 340 meter/detik, tetapi angka ini bervariasi sesuai dengan media perantara. Kecepatan rambat suara di besi adalah 5000 meter/detik dan 1500 meter/detik di dalam air (Phoon, 1988). Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori: 1. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik 2. Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 ñ 8.000 Hz. 3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan bedil. Di Indonesia nilai ambang batas kebisingan ditetapkan 85 dBA berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. 1/1978. Baku tingkat kebisingan yang diperuntukan kawasan/lingkungan kegiatan sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan No. KEP 48/MENLH/11/1996 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Tingkat Kebisingan Peruntukan kawasan /lingkungan kegiatan
Tingkat kebisingan dB (A)
a. Peruntukan kawasan 1. Perumahan dan pemukiman
55
2. Perdagangan dan jasa
70
3. Perkantoran dan perdagangan
65
4. Ruang terbuka hijau
50
5. Industry
70
6. Pemerintah dan fasilitas umum
60
7. Rekereasi
70
8. Khusus -
Bandar udara *
-
Pelabuhan laut
-
Kereta api*
-
Cagar budaya
70 60
b. Lingkungan kegiatan 1. Rumah sakit atau sejenisnya
55
2. Sekolah atau sejenisnya
55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
55
Keterangan : Sumber: Himpunan Peraturan di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan *) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan tahun 1996 Dampak kebisingan di suatu daerah besar pengaruhnya bagi kesehatan dan kenyamanan hidup masyarakat, hewan ternak maupun satwa liar dan gangguan terhadap ekosistem alam. Bagi kesehatan manusia, kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada sistem pendengaran dan pencernaan, stress, sakit kepala, peningkatan tekanan darah serta dapat menurunkan prestasi kerja (Gunarwan, 1992). Secara terperinci dampak kebisingan terhadap kesehatan dijelaskan sebagai berikut: 1. Gangguan Fisiologis Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk kenaikan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi atau denyut jantung, konstraksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit. 2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain. 3. Gangguan Komunikasi Gangguan
komunikasi
biasanya
disebabkan masking
effect (bunyi
yang
menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang. 4. Gangguan Keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual. 5. Efek pada pendengaran Keterpaparan terhadap kebisingan dan getaran yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen.
Gambar 2. Efek bising pada pendengaran Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus
di area bising maka akan terjadi tuli permanen dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas ke frekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.