137
KAJIAN SPEKTROSKOPI FTIR, XRD DAN SEM KAOLIN ALAM ASAL TATAKAN, KALIMANTAN SELATAN HASIL PURIFIKASI DENGAN METODE SEDIMENTASI THE STUDY OF FTIR , XRD AND SEM OF NATURAL KAOLIN FROM TATAKAN, SOUTH KALIMANTAN AFTER PURIFICATION PROCESS BY SEDIMENTATION METHODS. Sunardi* Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70714 Abstract This study aimed at demonstrating complementary roles offered by Fourier transform infrared spectrophotometry, X-ray powder diffraction (XRD) and Scanning Electron Microscope (SEM) techniques in characterizing clay fraction of kaolins. The clay fraction of kaolin samples from Tatakan, South Kalimantan, Indonesia was purificated by sedimentation methods and siphoning to obtain pure kaolinite and to reduce the quartz mineral and the others impurities. Main peaks in the infrared spectra reflected Al-OH, Al-O and Si-O functional groups in the high frequency stretching and low frequency bending modes and were those for kaolinite but possible absorption interferences peaks for quartz and the other impurities are inferred. The XRD results identified kaolinite as the major minerals phase with confirmed presence of quartz, chlorite, halloysite and christobalite as minor quantities in the samples. Furthermore, the purification process increased the composition of kaolinite, specific surface area , total pore volume and cation exchange capacity of kaolin were about 30-35%. Keyword: natural kaolin, purification, sedimentation, siphoning
*
Korespondensi: 0511-4772428 Alamat email:
[email protected]
Kajian Spektroskopi FTIR, XRD dan SEM Kaolin Alam... (Sunardi)
PENDAHULUAN
Material
pengotor
kaolin
Suatu mineral dapat disebut
terutama kuarsa mempunyai komposisi
sebagai lempung kaolin jika komposisi
SiO2 dan berukuran hampir sama
mineral
dengan
kaolinit
komposisi
lebih
mineral
(Dombrowski, 2000).
dari
50%
kaolin
ada
teragregasi
Mineral kaolin
pemurnian
yang
dalam
keadaan
sehingga
proses
dengan
menggunakan
dapat ditemukan di alam dalam bentuk
pengayakan kurang efektif. Mineral
kaolinit murni maupun mineral kaolin
kaolin
lain seperti haloisit, nakrit maupun dikrit
pseudoheksagonal
serta mineral lempung lain seperti
dengan ukuran 1-10 µm dan
smektit,
sebagai
keadaan individu biasanya tersusun
komponen utama serta feldspar dan
dari 10 sampai dengan 50 lapisan silika
kuarsa
alumina
ilit
dan
sebagai
mika
pengotor
(Ekosse,
2005).
mempunyai
beberapa Kaolin
merupakan
struktur berlapis-lapis dalam
dengan
ketebalan
lapisan
puluh
nanometer
hingga
mineral
beberapa mikrometer (Murray, 2000).
lempung dengan struktur lapisan 1:1
Kaolin dapat teragregasi membentuk
dengan unit dasar terdiri dari lembaran
susunan
kartu
yang
lembaran
menyebabkan ukuran partikel kaolin
oktahedral dengan Al3+ sebagai kation
menjadi relatif sangat besar dan tidak
oktahedral.
dapat dipisahkan dari mineral kuarsa
tetrahedral
SiO4
dan
rumah
Kaolin biasanya berada
sebagai mineral kaolinit murni atau
dengan metode pengayakan.
mineral yang berhubungan misalnya haloisit,
nakrit
dan
dikrit
yang
Dalam media air dan kondisi serta
perlakuan
tertentu,
agregasi
bergabung dengan mineral lain seperti
kaolin
dapat terpisah dan mineral
smektit, mika, kuarsa dan feldspar
kaolin akan mempunyai ukuran lebih
sebagai pengotor.
kecil (≤ 2 µm). Berdasarkan hukum Stokes’s, perbedaan ukuran dan sifat
139
fisis dari kaolin dan kuarsa akan
pengotor yang ada dengan metode
menyebabkan perbedaan kecepatan
sedimentasi.
sedimentasi
dari
kedua
mineral
tersebut, dimana fraksi kuarsa dengan
METODE PENELITIAN Sebanyak 100 g kaolin alam
ukuran lebih besar (≥ 20 µm) akan dahulu
lolos ayakan 400 mesh dimasukkan
sehingga sehingga dapat terpisah dari
kedalam 1000 ml akuades sambil
fraksi kaolin (Lagaly, 2006).
diaduk
tersedimentasi
terlebih
Dalam bidang industri kaolin banyak
dimanfaatkan
secara
luas
dengan
pengaduk
magnet
selama 3 sampai 4 jam.
Suspensi
kemudian dipindahkan ke dalam batch agar
kaolin
yang
ada
sebagai bahan tambahan kertas, cat,
ultrasonic
tinta, karet, keramik dan plastik. Selain
terdisagregasi selama sekitar 15 menit.
itu kaolin banyak dimanfaatkan dalam
Selanjutnya
bidang
kembali selama beberapa saat dengan
obat-obatan,
kosmetik,
dilakukan
penjernih anggur, material pembawa
pengaturan
(carrier) untuk insektisida, pestisida,
didiamkan selama waktu tertentu untuk
fungisida, bahan pengisi krayon, pensil,
memisahkan fraksi yang mengendap.
adsorben minyak, pupuk, dan juga
Setelah waktu tertentu, larutan bagian
katalis (Ekosse, 2000; Murray, 1986).
atas diambil dengan metode sifoning
Tujuan yang hendak dicapai dalam
dan
penelitian
diperoleh
ini
adalah
menentukan
kemudian
Padatan
Kalimantan
dihaluskan
meningkatkan
kandungan
sampel
dengan
menghilangkan/mengurangi
serta
dan
kaolin dan
sehingga
kaolin
yang
sehingga
lolos
200
cara
kemudian
dianalisis
murni.
telah
diayak
kaolinit
jumlah
kemudian
diuapkan
padatan
komposisi mineral kaolin asal Tatakan, Selatan
pH
pengadukan
kering kembali
mesh
dan
menggunakan
FTIR, XRD, SEM dan penentuan luas
Kajian Spektroskopi FTIR, XRD dan SEM Kaolin Alam... (Sunardi)
140
permukaan
spesifik
serta
harga
serapan yang secara umum tidak menunjukkan
kapasitas tukar kationnya.
perbedaan
yang
signifikan. Puncak serapan tajam pada daerah
HASIL DAN PEMBAHASAN
sekitar
cm-1
1000
adalah
Data spektrogram FTIR dari
karakteristik vibrasi ulur dari Si-O.
sampel kaolin sebelum dan sesudah
Serapan kuat pada daerah 950-1250
purifikasi yang diperiksa memberikan
cm-1 adalah vibrasi ulur dari M-O
informasi mengenai jenis jenis vibrasi
(dimana
gugus fungsional pada sampel yang
melibatkan gerakan utama dari atom
secara
oksigen Si-O (Flanigen et al., 1971).
tidak
langsung
juga
M
=
Si
atau
Sedangkan
lempung dan mineral lain dan juga
sekitar 1600 dan 3400 cm-1 berturut-
adanya senyawa pengotor lain. Jenis-
turut adalah serapan untuk
jenis vibrasi yang khas tersebut secara
tekuk –OH yang terperangkap dalam
kualitatif mengindikasikan keberadaan
kisi kristal dan vibrasi ulur
struktur
Puncak serapan
dan
tingkat
pada
yang
mengindikasikan keberadaan mineral
kaolinit
serapan
Al)
daerah
vibrasi
–OH.
di daerah sekitar
Spektra FTIR kaolin
3600 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi
asal Tatakan sebelum dan sesudah
ulur –OH yang memiliki perbedaan
purifikasi ditunjukkan pada gambar 1.
lingkungan, yaitu –OH yang terikat
kemurniannya.
Gambar serapan
1
spektra
menunjukkan inframerah
tiap
pada
atom
Al
oktahedral,
pada
permukaan silikat atau pada antar lapis
sampel yang cukup tajam pada daerah
silikat.
Dari seluruh data puncak-
bilangan gelombang di sekitar 500;
puncak
serapan
1000; 1600; dan 3400 hingga 3600 cm-
diperoleh
1
kaolin
.
Dari kedua spektra inframerah
informasi
yang
tersebut, bahwa
diperiksa
dapat sampel
terdiri
dari
tersebut dapat diamati bahwa kedua
mineral yang memiliki gugus fungsional
spektra
–OH dan Si-O.
dari
kaolin
menunjukkan
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 2 (Juli 2010), 137-149
Dengan demikian
141
dapat disimpulkan bahwa sampel yang
mineral silikat kelompok lempung yang
dianalisis
mineral
menyerap air seperti kaolinit, haloisit,
Hal ini
klorit, smektit (clay) dan ilit.
adalah
keluarga
silikat yang menyerap air.
mengarahkan dugaan pada berbagai
Gambar 1. Spektra inframerah sampel kaolin Tatakan sebelum purifikasi (Raw Kaolin) dan sesudah purifikasi (Pure Kaolin)
Pada
spektogram
menunjukkan perbedaan
adanya serapan
pada
FTIR
purifikasi (Pure Kaolin) yang lebih
sedikit
ramping
dan
tajam
menunjukkan
daerah
komposisi yang lebih homogen dari
serapan di sekitar 500 cm-1 dan sekitar
sampel
1000 cm-1 yang menunjukkan adanya
purifikasi (Raw Kaolin).
perbedaan lingkungan atau kemurnian
sebelum
dari kedua sampel.
Bentuk serapan
pada 1002,98 cm-1 yang merupakan
yang
kaolin
serapan khas dari kuarsa yang pada
dimiliki
oleh
sesudah
dibanding
kaolin
Pada kaolin
purifikasi muncul
Kajian Spektroskopi FTIR, XRD dan SEM Kaolin Alam... (Sunardi)
sebelum
serapan
142
kaolin
sesudah
tersebut
purifikasi
serapn
tidak muncul dan bergeser
puncak serapan pada daerah 540,07 cm-1
dan
cm-1
532,35
merupakan
menjadi serapan pada 1010,70 dan
serapan hasil vibrasi ulur Si-O-Al (Al
1033,85 cm-1 yang merupakan serapan
oktahedral) yang oleh Madejova (2003)
khas dari mineral kaolinit (Ekosse,
diamati
2005).
Hal tersebut menunjukkan
Pergeseran puncak serapan ke arah
berkurang/hilangnya fraksi kuarsa oleh
bilangan gelombang yang lebih tinggi
karena proses purifikasi.
juga
Serapan pada daerah 400-500
pada
daerah
memperkuat
520
dugaan
cm-1.
semakin
homogennya lingkungan dari mineral
cm-1 terjadi sedikit pergeseran puncak
silika-alumina
serapan ke arah bilangan gelombang
langsung menunjukkan berkurangnya
yang lebih tinggi dari kaolin sesudah
mineral dan senyawa pengotor yang
purifikasi dibanding kaolin sebelum
ada.
purifikasi.
muncul
Puncak
serapan
pada
daerah 400 cm-1 merupakan serapan hasil
vibrasi
ulur
Si-O
yang
secara
tidak
Data puncak serapan yang pada
kedua
jenis
sampel
secara detail ditunjukkan pada tabel 1.
sedangkan
Tabel1. Puncak serapan FTIR kaolin sebelum dan sesudah purifikasi Raw Kaolin Pure Kaolin Teoritis* Keterangan (cm-1) (cm-1) (cm-1) 424,34 432,05 430 Vibrasi Si-O str 462,92 470,63 468 Vibrasi Si-O str 532,35 540,07 537 Vibrasi Si-O-AlIV 694,37 694,37 693 Vibrasi Si-O str 756,10 756,10 752 Vibrasi simetris Si-O-Si 910,40 910,40 912 Vibrasi Al----O-H str 1002,98 1010,70 1010 Vibrasi Si-O1033,85 1032 Vibrasi Si-O1111,00 1111,00 1114 Vibrasi asimetris Si-O-Si 1627,92 1620,21 Vibrasi H-O-H str 3448,72 3448,72 Vibrasi H-O-H str 3618,46 3618,46 3620 Vibrasi OH- (Al---O-H str inter-oktahedral) 3695,61 3695,61 3694 Vibrasi OH- (Al----O-H str) *Ekosse (2005)
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 2 (Juli 2010), 137-149
143
Untuk memperkuat dugaan tentang
sampel
mineralogi sampel kaolin berdasarkan
semikuantitatif,
hasil
mineral
analisis
menggunakan
FTIR
kaolin
alam.
Secara
estimasi
kelimpahan
dilakukan
dengan
diperlukan data pendukung berupa
menggunakan
data difraksi sinar-X. Analisis terhadap
Lagaly (Amman, 2003).
data
mampu
sinar-X untuk sampel kaolin sebelum
memberikan informasi yang lengkap
dan sesudah proses purifikasi disajikan
mengenai komposisi mineral penyusun
pada gambar 2.
difraksi
sinar-X
metode
Tributh
dan
Difraktogram
Gambar 2. Difraktogram sinar-X sampel Kaolin alam asal Tatakan sebelum purifikasi (Raw Kaolin) dan sesudah purifikasi (Pure Kaolin) (K=Kaolin; H=Haloisit; Ch=Klorit; Cl=Lempung; Q=Kuarsa; Cr=Kristobalit)
menunjukkan
sama yaitu di sekitar 2θ (o) = 12,14;
perubahan pola difraksi dan intensitas
12,42; 18,91; 19,98; 20,96; 21,38;
difraktogram sinar-X untuk kedua jenis
24,09;
sampel.
Kedua sampel memberikan
Puncak-puncak difraksi setiap mineral
puncak intensitas difraksi yang hampir
lempung adalah khas, sudut difraksi 2θ
Gambar
2
25,02;
26,72
Kajian Spektroskopi FTIR, XRD dan SEM Kaolin Alam... (Sunardi)
dan
35,12.
144
berhubungan dengan bidang kisi kristal mineral yang dianalisis.
Identifikasi
Analisis
terhadap
foto
SEM
yang disajikan pada gambar 3 dan
komponen penyusun sampel dilakukan
gambar
dengan mencocokan harga dhkl yang
permukaan
ada pad difraktogram sampel dengan
morfologi khas kaolin yang berupa
harga dhkl mineral yang terdapat pada
kelompok
Mineral Powder Diffraction File.
berlapis untuk kedua sampel. Menurut
4
menunjukaan yang
morfologi
dominan
lembaran
dari
heksagonal
Harga 2θ (o) dan bidang kisi
Murray
(2000),
kristal untuk mineral kaolinit adalah
struktur
pseudoheksagonal
12,42o
(001);
untuk
lapis dengan ukuran 1-10 µm dengan
mineral
klorit
6,28o(001);
jumlah lembaran tiap lapis sekitas 10 –
24,88o(002); adalah
12,54o(002); 18,90o(003); 25,00o(004); untuk
mineral
kuarsa
kaolin
mempunyai berlapis-
50 buah.
adalah
Pada morfologi kaolin sebelum
20,88o(100); 26,66o(101); untuk mineral
purifikasi terlihat jelas adanya mineral
clay adalah 19,98o(020); 35,12o(200);
kuarsa yang berupa bongkahan cukup
untuk kristobalit adalah 22,12o (Amman,
besar yang merupakan pengotor dari
2005) dan untuk haloisit adalah 20,00o;
mineral sampel, dimana hal tersebut
25,00o yang pada pemanasan pada
tidak
temperatur 50 oC akan kehilangan air
sesudah
dan menjadi metahaloisit yang akan
menunjukkan
memunculkan serapan pada 12,14o
kuarsa
(Tan, 1982).
menunjukkan bahwa proses purifikasi
Dari identifikasi yang
terjadi
pada
proses
sampel
kaolin
purifikasi
yang
hilangnya
pada
bongkahan
sampel
yang
telah dilakukan, sampel kaolin alam
berhasil
asal
Selatan
pengotor pada kaolin alam terutama
mineral
mineral kuarsa. Pengamatan terhadap
kuarsa, klorit dan
mineral lain dengan kelimpahan yang
Tatakan,
menunjukkan kaolinit, haloisit, kristobalit.
Kalimantan kelimpahan
lebih
mengurangi/menghilangkan
rendah
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 2 (Juli 2010), 137-149
seperti
haloisit
dan
145
kristobalit tidak selalu berhasil teramati
sampel yang dianalisis serta ukuran
untuk sampel yang dianalisis.
Hal
kedua mineral tersebut yang relatif
kendala
sangat kecil (0,01-1 µm) dibanding
tersebut
disebabkan
oleh
pencarian morfologi permukaan khas
mineral yang lain (Lee dan Kim, 2002).
Gambar 3. Foto SEM sampel kaolin sebelum purifikasi. Kaolin (K) nampak sebagai kelompok lembaran pseudoheksagonal bertumpuk tertutupi klorit. Klorit (Cl) ditunjukan oleh lembaran tipis yang terpisah tidak teratur. Kuarsa (Q) ditujukkan berupa bongkahan cukup besar
Gambar 4. Foto SEM sampel kaolin sesudah purifikasi. Kaolin (K) nampak sebagai kelompok lembaran pseudoheksagonal bertumpuk
Kajian Spektroskopi FTIR, XRD dan SEM Kaolin Alam... (Sunardi)
146
Meskipun secara cukup jelas dugaan
secara
komposisi mineral penyusun utama
perhitungan
kaolin
Tributh
alam
Tatakan
telah
dapat
semikuantitif
dilakukan
menggunakan
dan
Lagaly
seperti
metode yang
dijelaskan menggunakan analisis foto
dilakukan oleh Amman (2003) dengan
SEM seperti yang telah dilaporkan oleh
memanfaatkan data intensitas difraksi
Murray
sinar-X yang karakteristik untuk tiap
SEM
(2000)
yang
untuk
berbagai
mengkaji
jenis
memperkirakan
Komposisi relatif (% berat)
menggunakan morfologi
lempung, komposisi
untuk
mineral, yang hasilnya disajikan pada gambar 5.
mineral
80 70 60 50
Raw Kaolin
40
Pure Kaolin
30 20 10 0 Kaolinit
Haloisit
Klorit
Kuarsa
Kristobalit
M ineral
Gambar 5.
Untuk
Analisis semikuantitatif komposisi kelimpahan mineral pada sampel kaolin Tatakan (Kalimantan Selatan) dihitung berdasar data XRD menggunakan metode Tributh dan Lagaly
komposisi
sinar-X, yang hasilnya disajikan pada
mineral secara semikuantitif dilakukan
gambar 5. Gambar 5 memberikan
perhitungan
metode
informasi
komposisi
relatif
yang
penyusun
setiap
sampel
Tributh
memperkirakan
dan
menggunakan Lagaly
seperti
mineral yang
dilakukan oleh Amman (2003) dengan
dianalisis. Mineral kaolinit merupakan
memanfaatkan data intensitas difraksi
komponen
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 2 (Juli 2010), 137-149
dengan
kelimpahan
147
terbesar untuk kedua jenis sampel
Data pada tabel 2 tentang hasil
diikuti oleh kelimpahan haloisit, kuarsa,
pengukuran luas permukaan spesifik
klorit dan kristobalit. Proses purifikasi
dan volume pori dan KTK dari kaolin
yang dilakukan mampu meningkatkan
sebelum dan sesudah proses purifikasi
kandungan
secara
menunjukkan peningkatan harga luas
mampu
permukaan, volum total pori serta
menurunkan kandungan mineral klorit
harga kapasitas tukar kation yang
serta kuarsa dalam sampel kaolin.
cukup
Proses
purifikasi
purifikasi dabanding sebelum purifikasi.
perbedaan
laju
cukup
mineral
signifikan
kaolinit serta
berdasarkan
sedimentasi
besar
dari
kaolin
sesudah
cukup
efektif untuk memisahkan fraksi kaolin alam. Tabel 2. Hasil pengukuran luas permukaan spesifik dan volume pori dan KTK dari kaolin sebelum dan sesudah proses purifikasi Luas permukaan Volume total KTK Sampel Kaolinit (%) spesifik (m2/g) pori (10-3 cm3/g) (meq/100 g) Raw Kaolin 53,36 29,56 9,22 7,93 Pure Kaolin
73,03
38,70
12,21
10,47
Jika diamati lebih lanjut, persentase
mineral kaolin alam sangat ditentukan
perubahan
oleh fraksi kaolinit yang ada sebagai
harga
luas
permukaan
spesifik, volume total pori dan harga
mineral yang paling dominan.
KTK ternyata berbanding lurus dengan
kapasitas tukar kation yang semakin
persentase
meningkat
perubahan
komposisi
seiring
Harga
dengan
mineral kaolinit yang terdapat pada
meningkatnya komposisi kaolinit dapat
sampel yaitu sekitar 30 - 35%.
Hal
dijelaskan karena mineral kaolinit dapat
tersebut mengindikasikan bahwa luas
mempunyai muatan negatif terutama
permukaan spesifik, volume total posi
dari sumbangan sisi tepi (edge) yang
dan proses pertukaran kation pada
mampu mengikat kation, sedangkan
Kajian Spektroskopi FTIR, XRD dan SEM Kaolin Alam... (Sunardi)
148
mineral klorit, kuarsa dan kristobalit tidak dapat menukarkan kation karena
Dombrowski, T., 2000. The origin of kaolinite.
Implication In:
utilization. muatan permukaannya yang hampir netral.
Carty,
for W.M.,
Sinton, C.W. (Eds.), Science of white
wares
II.
American
Ceramic Society, Westerville, OH, pp. 3–12. KESIMPULAN
Ekosse, G.E., 2000. The Makoro kaolin
Hasil analisis terhadap kaolin sebelum dan sesudah proses purifikasi
deposit,
southeastern
Botswana:
its
genesis
and
possible industrial application. menggunakan
spektroskopi
FTIR,
difraksi sinar-X, SEM dan BET serta penentuan harga KTK secara jelas
Appl. Clay Sci., 16 (5-6) 301320 Ekosse, G.E., 2005. Fourier Transform Infrared Spectrophotometry and
mampu
mengkonfirmasi
sampel
mineral lempung alam asal Tatakan, Kalimantan
Selatan
merupakan
X-ray powder Diffractometry as Complementary Technique in characterizing Clay size fraction of Kaolin. J. Appl. Sci. Enviro.
lempung jenis kaolin dengan fraksi terbesar
berupa
mineral
Proses
purifikasi
yang
kaolinit. dilakukan
Mgt 9 (2), 43-48 Flanigen, E.E., Khatami, H., Szymanski, H.A., Infrared Structural Studies of Zeolite Framework Molecule
dengan metode sedimentasi mampu meningkatkan
persentase
mineral
kaolinit,
permukaan
spesifik,
luas
Sieve Society
Zeolite
I,
Amerrican
Adv.
In
Chemistry
Series No. 10, Washington, 291-297
volume total pori serta harga kapasitas tukar kation sekitar 30 – 35%.
DAFTAR PUSTAKA
Lagaly, G., 2006, Colloid clay science, dalam: Handbook of Clay Science, Development in Clay Science, vol.1. Eds. Bergaya, F., Theng, B.K.G., and Lagaly, G., Elsevier., Netherlands Lee, S.Y., dan Kim, S.J., 2002,
Amman, L., 2003. Cation exchange
Adsorption of naphthalene by
and adsorption on clays and clay
HDTMA modified kaolinite and
minerals.
halloysite, Appl. Clay Sci., 22,
Dissertation, Kiels University
55-63
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 2 (Juli 2010), 137-149
149
Madejova, J., 2003. FTIR Technique in Clays Mineral Studies, Slovac Academy of Science, Slovakia,
general overview, Appl. Clay Sci., 17, 207-221. Tan, K.H., 1995, Dasar-Dasar Kimia Tanah, Edisi 4, Gadjah Mada
31, 1-10 Murray H. H., 1986, Clays. In: Ullman’s encyclopedia
of
University Press., Yogyakarta.
industrial
th
chemistry. 5 Edition. 109-136 Murray, H.H., 2000, Traditional and new
applications
for
kaolin,
smectit, and polygorskite: A
Kajian Spektroskopi FTIR, XRD dan SEM Kaolin Alam... (Sunardi)