Jurnal mimbar bumi bengawan volume 7, No. 15 Juni 2014
PENGARUH KOLEKTABILITAS TERHADAP NOT PERFOMING LOAN (NPL) DI BMT ALHIKMAH BLORA Warno, SE., MSi. Sri Wiranti Setiyanti, SE., MSi. Dosen Tetap STIE Semarang Abstraksi Hasil analisis regresi sederhana dengan menggunakan program SPSS 16,0 diperoleh nilai thitung > t tabel yaitu 20,307 > 1,656 dengan taraf signifikan 5 %. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kolektabilitas (X) dengan variabel NPL (Y) di BMA Akhikmah Blora. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik kolektabilitas yang dilakukan BMA Alhikmah, maka NPL akan mengalami kenaikan. Sebaliknya semakin rendah kolektabilitas maka NPL akan mengalami penurunan. Piutang berisiko untuk tidak terbayar namun ada cara yang bisa untuk mencegah resiko tersebut yaitu dengan meminta agunan dari peminjam dan nilai dari agunan tersebut harus lebih besar dari pinjamanya sehingga ketika ada piutang yang tidak terbayar maka agunan tersebut bisa dipakai untuk menggantikanya. Kata kunci : Kolektabilitas, NPL Abstraction The results of a simple regression analysis using SPSS 16.0 was obtained value of t> t table is 20.307> 1.656 with a significance level of 5%. This indicates a significant difference between kolektabilitas variable (X) with the NPL variable (Y) in the BMA Akhikmah Blora. These results indicate that the better kolektabilitas done Alhikmah BMA, the NPL will increase. Conversely the lower kolektabilitas the NPL will decline. Risk for unpaid receivables, but there is no way it can to prevent these risks is by requesting collateral from the borrower and the value of the collateral must be greater than pinjamanya so when there are debts that are not paid then the collateral can be used to replace them. Keywords: Kolektabilitas, NPL
A. PENDAHULUAN Entitas bisnis yang bergerak dibidang apapun kunci utamanya adalah bagaimana penerimaanya dari operasional, perusahaan bebas memilih untuk memasarkan produknya, ada yang menjual secara tunai dan ada yang menjual secara kredit, ada tiga jenis bidang usaha perusahaan secara umum yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Untuk perusahaan dagang mereka bisa memilih menjual secara tunai atau menjual dengan sistem kredit, sedangkan perusahaan manufaktur mereka juga sama bisa memilih sistem penjualan yang dipakai, khusus untuk perusahaan jasa ada yang bisa memilih sistem penjualanya misalkan perusahaan dibidang bengkel mereka bisa menentukan harga jualnya secara tunai juga kredit namun untuk perusahaan jasa yang berada dalam jasa simpan pinjam misalkan perbankan atau koperasi simpan pinjam, mereka tidak punya pilihan yaitu harus memberikan kredit karena bila tidak maka usahanya tidak akan bisa berjalan. Ketika perusahaan sudah memilih untuk menjual secara kredit produknya maka mereka harus siap menanggung resiko, setiap penjualan secara kredit maka akan menghasilkan piutang, ketika itu muncul maka resiko yang akan terjadi yaitu adanya piutang yang sulit tertagih bahkan harus merelakan piutangnya dihapus karena ada pembeli yang tidak memungkinkan mereka membayarnya. Perusahaan
harus
memiliki
informasi
dari
pembayaran
piutang
dari
konsumen/nasabah, karena dari data itu maka akan bisa diketahui bagaimana tindakan yang harus diambil. Apabila pembayarannya tidak bermasalah maka tidak perlu ada tindakan khusus namun apabila ada masalah maka harus diambil tindakan yang tepat. Pemerintah memiliki aturan khusus terkait piutang yaitu khusus untuk perusahaan yang bergerak dibidang keuangan maka maka mereka diberi kewenangan untuk membentuk cadangan kerugian piutang atau penghapusan aktiva produktif dalam dunia keuangan, kebijakan itu kelihatanya tidak adil karena hanya perusahaan dibidang keuangan yang diperbolehkan sedangkan perusahaan yang lain seperti perusahaan dagang, perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa lain yang bukan bergerak
dibidang keuangan, namun setelah dicermati maka kebijakan itu maka kita bisa menyimpulkan adanya unsusr keadilan karena perusahaan dibidang keuangan tidak punya pilihan lain kecuali memberikan kredit sehingga resiko yang harus diambil sangat besar, sedangkan perusahaan selain itu mereka bisa dengan leluasa untuk memilih sehingga resiko yang mereka ambil kecil. Dari latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh kolektabilitas terhadap Not Perfoming Loan (NPL) di BMT Alhikmah. B. LANDASAN TEORI KOLEKTABILITAS Kolektibilitas adalah collectibility yaitu keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya, berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, kolektibilitas dari suatu pinjaman dapat dikelompokan dalam lima kelompok, yaitu kredit lancar, dalam perhatian khusus (special mention), kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet Berdasarkan aturan dari Bank Indonesia ditetapkan bahwa perbankan dibolehkan membuat cadangan kerugian piutang atau penyisihan penghapusan aktiva produktiv (PPAP), ada manfaat tersendiri dari dibentuknya PPAP yaitu perusahaan sudah mengakui dan mencatat adanya biaya untuk pengeluaran kerugian piutang walaupun itu belum menjadi kerugian, dari pengakuan itu maka laba perusahaan akan cenderung untuk berkurang pada tahun bersangkutan namun punya manfaat dimasa yang akan datang ketika terjadi piutang yang tidak terbayar maka perusahaan sudah ada dana untuk membiaya kurugian itu. Bagian dari entitas koperasi adalah BMT, berdasarkan aturan BMT juga diperbolehkan menetapkan PPAP karena termasuk dalam entitas keuangan, prosedur dalam penghitungan antara perbankan dan koperasi tidak jauh berbeda.
Penyisihan penghapusan kerugian piutang atau penyisihan penghapusan aktiva produktiv (PPAP) dihitung dari jumlah aktiva produktif yang telah diklasifikasikan setelah dikurangi nilai agunan dengan kolektibilitas sebagai berikut : Lancar
: Jika tidak ada tunggakan pokok dan bunga atau menunggak kurang dari satu bulan sebelum jatuh tempo pembayaran dibentuk penyisihan kerugian piutang 0,5 %
Kurang lancar : Jika terjadi tunggakan pokok dan atau bunga 1 bulan setelah jatuh tempo pembayaran dibentuk penyisihan kerugian piutang 10 % Diragukan
: Jika terjadi tunggakan pokok dan bunga 2 bulan setelah jatuh tempo pembayaran dibentuk penyisihan kerugian piutang 50 %
Macet
: Jika terjadi tunggakan pokok dan bunga lebih dari 2 bulan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dibentuk penyisihan kerugian piutang 100 %
Perhatian khusus : jika Terdapat tunggakan angsuran pokok, dan belum melampaui 3 bulan, baik kredit yang ditetapkan masa angsurannya bulanan, terdapat tunggakan bunga belum melampaui 3 bulan, bagi kredit yang masa angsurannya bulanan, terdapat cerukan karena penarikan, tetapi jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja. terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur, dokumen pinjaman lemah Kelima kriteria diatas adalah pedoman dari kolektabilitas, yang diharapkan setiap entitas yang bergerak dibidang keuangan tentunya pada kriteria lancar namun apabila pada kriteria yang lain maka entitas tersebut harus mengambil langkah untuk memperbaikinya. Contoh penghitungan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sebagai berikut : Daftar Nominatif kredit yang diberikan
Pinjaman kepada anggota per 30 Nopember 2013 No
Nama Debitur
Plafon
Baki debet
1
Ahmad Dani
180.000.000
65.000.000
2
Budiman
216.000.000
3
Chandra
4
Jumlah
Nilai aguna n
Kolektibili tas
(650.000)
64.350.000
-
Lancar
78.000.000
(780.000)
77.220.000
-
Lancar
308.000.000
55.000.000
(550.000)
54.450.000
-
Lancar
Darto
60.000.000
30.000.000
(300.000)
29.700.000
-
Lancar
5
Fadoli
187.500.000
75.000.000
(750.000)
74.250.000
-
Lancar
6
Gendon
158.400.000
66.000.000
(660.000)
65.340.000
-
Lancar
7
Hari
129.600.000
90.000.000
(900.000)
89.100.000
-
Lancar
8
Jarot
84.000.000
70.000.000
(700.000)
69.300.000
-
Lancar
9
Kokok
67.500.000
54.000.000
(540.000)
53.460.000
-
Lancar
10
Legiman
78.000.000
65.000.000
(650.000)
64.350.000
-
Lancar
1.469.000.0 00
648.000.000
(6.480.000)
641.520.000
jumlah
So Provisi
1.1. Pinjaman kepada non anggota per 30 Nopember 2013 No
Nama Debitur
Plafon
So.Pokok Kredit
So.Provisi
So.Biaya
jumlah
Nilai agunan
Kolektibilitas
Transak si 1
Dirgo
43.200.000
36.000.000
(540.000)
90.000
35.550.000
15.000.000
Kurang Lancar
2
Darko
48.000.000
44.000.000
(660.000)
90.000
43.430.000
25.000.000
Diragukan
3
Kholik
45.000.000
22.500.000
(337.500)
60.000
22.222.500
20.000.000
Macet
4
Daryanto
30.960.000
25.800.000
(387.000)
25.000
25.438.000
20.000.000
Lancar
5
Martono
87.000.000
36.250.000
(217.500)
30.000
36.062.500
25.000.000
Macet
6
Sodik
168.000.000
42.000.000
(630.000)
90.000
41.460.000
25.000.000
Lancar
7
Bambang
93.000.000
38.750.000
(581.250)
70.000
38.238.750
25.000.000
Lancar
8
Toni
120.000.000
40.000.000
(600.000)
75.000
39.475.000
20.000.000
Lancar
9
Yoyok
84.000.000
42.000.000
(630.000)
75.000
41.445.000
28.000.000
Lancar
10
Doni
48.000.000
28.000.000
(420.000)
49.000
27.629.000
26.000.000
Lancar
11
Soni
48.000.000
24.000.000
(360.000)
40.000
23.680.000
20.000.000
Macet
12
Darmin
54.000.000
26.684.750
(405.000)
40.000
26.319.750
22.000.000
Macet
869.160.000
406.300.000
5.768.250
734.000
400.950.500
jumlah
PERHITUNGAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BULAN DESEMBER 2013 URAIAN
LANCAR
KURANG
DIRAGUKAN
MACET
TOTAL
LANCAR Kredit yang diberikan : Anggota 665.794.500
665.794.500
Non Anggota 222.140.950
35.550.000
43.430.000
86.605.000
887.435.950
35.550.000
43.430.000
86.605.000
75 %
100 %
32.572.500
86.605.000
25.000.000-
65.000.000 -
387.725.950
Total % bobot klasifikasi
0%
Jumlah Akt.Prod
0
Nilai Agunan
Dasar Perhitungan
50 %
17.775.000 15.000.000-
887.435.950 0,5 % x
2.775.000
7.572.500
10 % x
50 % x
277.500
3.786.250
1.053.204.700
136.952.500
21.605.000 100 % x
% pembentukan Jml PPAP yang
4.437.180
21.605.000
30.105.930
Dibentuk
NOT PERFOMING LOAN (NPL) Kemampuan dalam menyalurkan dana sangat mempengaruhi tingkat performance lembaga. Not Perfoming Loan (NPL) merupakan pembiayaan yang buruk yaitu pembiayaan yang tidak tertagih. Besarnya NPL mencerminkan tingkat pengendalian biaya dan kebijakan pembiayaan kredit yang dijalankan oleh lembaga keuangan. Faktorfaktor yang menyebabkan pembiayaan yang buruk, antara lain karakter buruk peminjam, adanya praktek kolusi dalam pencairan pembiayaan, kelemahan manajemen, pengetahuan
dan ketrampilan, dan perubahan kondisi lingkungan. Untuk menekan atau meminimalkan tingkat NPL ini perlu dilakukan analisis pembiayaan. Hubungan antara tabungan dan pembiayaan dapat dilihat dari kemampuan BMT untuk meraih dana sebanyak-banyaknya serta kemampuan menyalurkan dana secara baik, sehingga tidak terjadi dua kondisi yang berlawanan yaitu idle money atau illiquid, untuk menghitung NPL adalah dengan rumus sebagai berikut: kredit non lancar/ total kredit. Contoh dari atas bila dihitung NPL Nya = 887.435.950 /1.053.204.700 = 0,842 Dari hasil NPL akan bisa dilihat bagaimana kondisi koperasi, semakin besar nilai NPL maka semakin baik kondisi koperasi dilihat dari sisi pembiayaanya, dan sebaliknya bila semakin besar nilai npl maka menunjukkan kondisi yang buruk.
C. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) disini peneliti harus turun langsung ke lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Peneliti juga harus terlibat dengan partisipan (nasabah) agar memperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang situasi setempat. (Arikunto, Suharsimi. 2006) Sifat dari penelitian ini masuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk melukiskan,
memaparkan, menuliskan, dan melaporkan suatu keadaan, suatu
objek, atau suatu perisitiwa. Penelitian ini menggambarkan secara cermat fakta-fakta dan karakteristik yang ada di lapangan. 2. Pendekatan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris oleh karena sasaran penelitian ini adalah mengkaji mekanisme yang dipilih oleh para pihak di dalam penyelesaian utang debitur wanprestasi. Pendekatan penelitian yuridis empiris pada prinsipnya adalah penggabungan antara
pendekatan yuridis normatif dengan penambahan unsur-unsur empiris. Perbedaan yang paling prinsip terletak pada sasaran penelitian yaitu fakta empiris.( Arikunto, Suharsimi. 2006) 3. Sumber Data Dalam penelitian ini, data dibagi menjadi dua yakni data primer dan data sekunder. a. Data primer Data primer dalam penelitian ini berupa wawancara yang akan dilakukan kepada: nasabah pembiayaan. (Arikunto, Suharsimi. 2006) b. Data Sekunder Sedangkan data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini yaitu karya ilmiah yang terkait dengan topik pembahasan, ditambah dengan tulisan-tulisan, jurnaljurnal yang terkait dalam disiplin ilmu ekonomi yang bisa dijadikan sebagai rujukan serta mendukung relevansi penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui metode dokumentasi serta studi lapangan. a.
Metode dokumentasi dilakukan untuk mencari data tentang hal-hal atau variabel baik
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar dan lain
sebagainya. b.
Sedangkan studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan cara melalakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait (sebagaimana yang telah dijelaskan di bagian “sumber data”). Selain wawancara, observasi juga perlu dilakukan dalam penelitian ini, gunanya untuk melakukan pengamatan secara mendalam pada objek penelitian.( Arikunto, Suharsimi. 2006)
5. Populasi dan Sampel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah BMA Alhikmah di Kabupaten Blora, sedangkan sampelnya adalah nasabah dari lembaga tersebut dan yang diambil sebagai sampel adalah 100 nasabah, untuk teknik pengambilan dengan cara acak (Random). ( Arikunto, Suharsimi. 2006) 6. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu independen dan dependen Y=a+bX +e
Keterangan : X = Kolektabilitas Y = Not Perfoming Loan (NPL) Definisi operasional : Kolektabilitas Kolektibilitas adalah collectibility yaitu keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah. Untuk pengukuran kolektabilitas melalui kuesioner dari lancar sampai macet dengan rentang skor 1 sampai 5. Not Perfoming Loan (NPL) Not Perfoming Loan (NPL) merupakan pembiayaan yang buruk yaitu pembiayaan yang tidak tertagih. Untuk pengukuran NPL melalui kuesioner dari sangat baik sampai sangat tidak baik dengan rentang skor 1 sampai 5,
7. Analisis Data Anlisis data adalah alat analisis yang digunakan dalam menganalisis dan menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika dapat menjelaskan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji ini dihitung dengan menghitung korelasi antara variabel dependen dan independen. Uji Realibilitas Uji realibilitas untuk mengukur suatu koesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsiten atau stabil dari waktu ke waktu. Regresi linier berganda Merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel lain yang ada hubungannya. Penggunaan alat analisis ini mempunyai tujuan untuk meramalkan atau memperkirakan nilai suatu variabel dalan hubungannya dengan variabel lain yang diketahui. Rumusnya sebagai berikut : y = a + b1x 1 +
Uji Statistik t ( Uji Signifikansi Indifidual) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh antara variabel independen X terhadap variabel dependen Y
Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan ) Uji F digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel bebas secara bersamasama (simultan) mempengaruhi variabel terikat secara signifikan. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi
digunakan untuk mengetahui prosentase perubahan
variabel dependent (Y) yang disebabkan oleh variabel independent (X). Jika semakin besar, maka prosentase perubahan variabel independent (X) semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya. (Arikunto, Suharsimi. 2006)
D. PEMBAHASAN Dari data yang diperoleh dari hasil penelitian dan diolah menggunakan SPSS maka hasilnya sebagai berikut : 1.
Regresi sederhana Analisis ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh kolektabilitas terhadap NPL. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel X terhadap Y digunakan uji regresi sederhana. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program software SPSS 16,0 for windows diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Konstan
Koefisien 0,207
thitung -
ttabel -
Kesimpulan -
Kolektabilitas
0,500
20,307
0,676
Hipotesis diterima
Adjusted R2
0,754
-
-
-
Sumber: Hasil SPSS 16 diolah penulis, 2013
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 0,207, nilai koefisien regresi dari variabel segmentasi pasar (X) sebesar 0,500. Dari tabel dan keterangan di atas dapat dirumuska persamaan regresi sebagai berikut:
Konstanta (a) = 0,207 Koefisien (b) = 0,500 Y = 0,207 + 0,500 X + e Di mana: Y = NPL X = Kolektabilitas
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Konstan sebesar 0,207 menyatakan bahwa jika variabel independen konstan maka perluasan pangsa pasar sebesar 0,207. b. Koefisien regresi X sebesar 0,500 menyatakan bahwa setiap penambahan variabel segmentasi pasar naik sebesar satu satuan, maka pangsa pasar akan naik sebesar 0,500. (Lihat output SPSS 16 for windows ). 2. Koefisien Determinasi (R) Pada tabel di atas didapat hasil perhitungan menggunakan SPSS 16 for Windows menunjukkan bahwa angka adjuted R square adalah 0,754. Hal ini menunjukkan bahwa 75,4 % perluasan pangsa pasar dipengaruhi oleh segmentasi pasar. Sedangkan sisanya sebesar 24,6% (100% - 7,54 = 24,6%) dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. (Lihat output SPSS16 for windows pada lampiran 09). 3. Uji t Uji t digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh kolektabilitas terhadap NPL di BMA Alhikmah Blora, untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak adalah dengan melihat tabel signifikan. Adapun prosedur uji t adalah sebagai berikut: a. Ho : β1 ≤ 0 berarti tidak terdapat pengaruh yang positif segmentasi pasar terhadap perluasan pangsa pasar. Ha : β1 ≥ 0 berarti terdapat pengaruh yang positif segmentasi pasar terhadap perluasan pangsa pasar. b. Menentukan Level of signifikansi (α) = 0,05 c. Menentukan daerah kritis melalui ttabel dengan df = n - k - 1. df = 135 − 1 − 1 = 133 dengan nilai ttabel sebesar 1,656 d. Perhitungan uji t Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16,0 for windows diperoleh thitung sebesar 20,307. e. Keputusan uji Karena thitung > ttabel ( 20,307 > 1,656 ) maka Ho ditolak, berarti ketentuan hipotesis yang menyebutkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
variabel kolektabilitas (X) terhadap variabel NPL (Y) diterima. Dari hasil tersebut hipotesis yang diajukan dapat diterima.
E. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana dengan menggunakan program SPSS 16,0 diperoleh nilai thitung > t tabel yaitu 20,307 > 1,656 dengan taraf signifikan 5 %. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kolektabilitas (X) dengan variabel NPL (Y) di BMA Akhikmah Blora. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa semakin baik kolektabilitas yang dilakukan BMA Alhikmah, maka NPL akan mengalami kenaikan. Sebaliknya semakin rendah kolektabilitas maka NPL akan mengalami penurunan. NPL merupakan jantung dari entitas yang bergerak dibidang keuangan, semakin baik atau semakin buruk hasilnya maka bisa dilihat kinerja dari entitas itu tanpa memperhatikan bagian yang lain karena bila NPL buruk maka secara otomatis entitas akan mengalami kerugian dan secara langsung akan menunjukkan kinerja entitas tersebut.
SARAN Piutang berisiko untuk tidak terbayar namun ada cara yang bisa untuk mencegah resiko tersebut yaitu dengan meminta agunan dari peminjam dan nilai dari agunan tersebut harus lebih besar dari pinjamanya sehingga ketika ada piutang yang tidak terbayar maka agunan tersebut bisa dipakai untuk menggantikanya.
KETERBATASAN Data yang diolah dalam penelitian ini adalah jawaban dari kuisioner padahal untuk menghitung kolektabilitas dan NPL sesungguhnya menggunakan data pembayaran piutang dari nasabah dan agunan yang mereka gunakan di lembaga, sehingga itu menjadi keterbatasan dalam penelitian ini dan dipenelitian yang lain bisa memakai data yang berbeda yaitu data pembayaran kredit dari nasabah.
DAFTAR PUSTAKA Asri Harahap, Abdul 2004, Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspekstif Ekonomi – Politik, Integritas Dinamika Ekspress, Jakarta. Amali, Ahmad Najih, “Analisa Persepsi Masyarakat Perbankan Syariah (Studi Kasus di Kecamatan Welehan Kubupaten Jepara)”, skripsi Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Hermawan, Asep.(2003). Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis, Lembaga Penerbit FE Trisakti, Jakarta Sudjana, (2000). “Metode Statistika”, Tarrsito, Bandung Sugiono, (2003). “Metode Penelitian Administrasi”, Alfabeta, Bandung Suharsimi Arikunto. (2002). “Prosedur Penelitian”. Rineka Cipta, Jakarta Undang-Undang No 28 tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 25 tahun 2002 tentang Perkoperasian Undang-Undang No 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel_11204070.pdf.
diakses pada tanggal 08 Agustus 2012. 10.04.