Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II Saliah1,. Basirun Al Ummah2, Diah Astutiningrum3 Keperawatan STKes Muhammadiyah Gombong
1,2,3Jurusan
ABSTRACT According to Indonesian Health Demographic 1997 Infant mortality rate in Indonesia was 52% per 1000 births alive. The survey also reported that Gombong II Community Health Center supply of ASI exclusive is only 10,16%, far below agreement which expected that could reach 40%. At present there are many wrong perceptions about supply ASI exclucive. The objective of the study was to identify factors supply of ASI exclucive in Gombong II Community Health center. This study was a descriptive eksploratif with retrospektif design. Data analyses used Chi – square correlation and logistic regression to identify most dominant factor. Result of Chi-square and logistic regression analyses showed was not significant of knowledge, behaviour and team healthy support supply of ASI exclucive. Keywords : knowledge, behaviour, family support, team healthy support, PENDAHULUAN Perwujudan kualitas sumber daya manusia merupakan proses jangka panjang yang harus dimualai sejak janin dalam kandungan hingga berusia lanjut, sehingga diperoleh manusia sehat produktif, kreatif mandiri dan tangguh menghadapi tantangan jaman. Terciptanya manusia yang berkualitas ditentukan oleh status gizi yang baik. Status gizi yang baik dapat terwujud bila makanan yang dikonsumsi dapat memenuhi kecukupan gizi yang diperlukan baik dalam jumlah maupun mutu makanan. Untuk merealisasikan hal tersebut, salah satunya diawali dengan pemberian ASI kepada bayi (DEPKES, 2000). Air Susu Ibu (ASI) adalah jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan , anti alergi serta anti inflamasi. ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja sedini mungkin
setelah persalinan diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan tambahan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 2 tahun (Sri, 2004). Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52% pemberian ASI 1 jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition dan health surveillance system (NSS) kerjasama dengan Balitbankes dan International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumber, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, jatim, NTB, Sulsel) menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan diperkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%13%, sedangkan dipedesaan 2%13%.
92
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008
Hasil SDKI (Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia) tahun 1991 bahwa proporsi pemberian ASI ekslusif di pedesaan 54,9% menurun dalam tahun 1994 menjadi 48,0%, dan di perkotaan tahun 1991 46,7% turun menjadi 45,7% dalam tahun 1994 hasil penelitian dengan kuasi eksperimen dalam tahun 1996 diperoleh kesimpulan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif ibu-ibu di pedesaan pada bayi sampai umur 4 bulan sebesar 48,3%. Pemerintah Indonesia mengeluarkan keputusan baru Kepmenkes RI No. 450/MENKES/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayinya sampai 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. Kita ketahui bahwa anak khususnya bayi sangat rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Agar bayi terlindung dari penyakit infeksi bayi baru lahir harus diberi Air Susu Ibu (ASI), salah satu fungsi yang terkandung didalam ASI adalah zat immun yang sangat penting dan terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam kolostrum yang dihasilkan pada beberapa hari pertama setelah kelahiran bayi, zat tersebut bekerja untuk mencegah bakteri menempel kepermukaan sel-sel epitel didalam usus dan saluran pernafasan atas (PUSDIKNAKES, 2000). Dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Bayi pada saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya mulai matur, jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti jaringan pasir,
pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi akan tertutup rapat setelah bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian, usus bayi setelah berumur 6 bulan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk (Sri, 2004). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dapat menurunkan morbiditas dan bayi, namun masih terjadi kecenderungan rendahnya pemanfaatan ASI secara eksklusif disebabkan oleh banyk faktor, antara lain yang dapat mempengaruhi adalah adanya pengaruh sosiokultural seperti pendidikan, ibu bekerja, tradisi beberapa daerah, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI serta dukungan keluarga juga mempengaruhi sekali. Dikota-kota besar menurunnya pemberian ASI juga erat kaitannya dengan semakin gencarnya iklan dan promosi susu formula dengan adanya peningkatan penghasilan akan mendorong pemakaian susu botol (Roesli, 2000). Banyak faktor yang menyebabkan ibu-ibu tidak memberikan Asi eksklusif pada bayinya yaitu ASI tidak cukup, ibu bekerja, takut ditinggal suami Roesli, (2000). Faktor yang lainnya adalah faktor predisposisi yaitu pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu dan persepsi. Faktor pendukung yaitu pendapatan keluarga, ketersediaan waktu. Faktor pendorong yaitu sikap petugas dan orang tua (Notoatmodjo, 2002). Menurut soetjiningsih (1997) Keberhasilan atau kegagalan pemberian ASI eksklusif itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor.
93
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan ASI antara lain perubahan sosial budaya (ibu bekerja, meniru teman). Faktor biologis (takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita, tekanan batin). Faktor fisik ibu ibu sakit). Faktor kurangnya dorongan petugas kesehatan, meningkatnya promosi susu kaleng serta penerangan yang salah dari petugas kesehatan. Menurut profil Kesehatan Kabupaten Kebumen prosentase pemberian ASI Eksklusif secara keseluruhan tahun 2005 sebesar 10,16%. Puskesmas Gombong II didapatkan bayi yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 1044 (6,80%) dari 1576 jumlah bayi, dan yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 532 (33,7%). Dari uraian diatas mendorong minat penulis untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI Eksklusif. METODE PENELITIAN Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan
atau menguraikan keadaan tertentu dalam suatu populasi dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Gombong II. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu menyusui di wilayah Puskesmas Gombong II. Populasi dalam penelitian ini adalah 160 responden. Sampel penelitian ini adalah semua ibu yang menyusui yang tinggal di Wilayah Puskesmas Gombong II. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel secara cluster random sampling yang mempunyai kriteria inklusi : bersedia ikut serta dalam penelitian, ibu menyusui yang mempunyai anak dengan umur 624 bulan. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus: jika populasi ≤ 1000, maka sampel bisa diambil 20% -30% 160 . 25% = 40. Dari hasil perhitungan sampel diperoleh 40 responden ( Basirun. 2006).
Variabel Penelitian Variabel
Defnisi Operasional
Pengetahuan tentang ASI eksklusif
Pengetahuan tentang ASI eksklusif adalah pengetahuan yang dimiliki seorang ibu yang berhubungan dengan ASI eksklusif
Sikap
Sikap adalah kecenderungan atau reaksi terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif.
Parameter Pengetahuan diukur dengan Kuesioner sebanyak 10 pertanyaan dengan alternative jawaban multiple choice, bila jawaban benar diberi skor 1 dan bila jawaban salah diberi skor 0. Pengetahuan dikategorikan menjadi : - Baik bila nilai responden (X)> Mean + 1 SD - Cukup bila nilai responden Mean-1SD<X< mean-1 SD - Kurang bila nilai reponden (X) < Mean- 1 SD (Riwidikdo, 2007). Sikap diukur dengan kuesioner sebanyak 12 soal pertanyaan dengan alternatif jawaban SS= Sangat setuju nilai 4, S= Setuju nilai= 3, TS= Tidak setuju nilai = 2, STS= Sangat tidak setuju nilai 1. Hasil pengukuran dikategorikan dalam 2 yaitu baik dan kurang. Dikatakan baik apabila nilai skor responden ≥ 36, dikatakan kurang apabila nilai skor responden < 36.
Skala data Ordinal
Ordinal
94
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008
Variabel
Defnisi Operasional
Parameter
Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap dan perilaku keluarga (suami, orang tua/mertua, saudara kandung, saudara dekat) yang diwujudkan dalam pemberian nasehat anjuran dan mengingatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusi
Dukungan keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dikelompokan 2 kategori yaitu ada dorongan bila nilai skor responden ≥ 3 dan tidak ada dorongan bila nilai skor responden < 3. C.
Ordinal
Dukungan petugas kesehatan
Dukungan petugas kesehatan adalah sikap dan perilaku keluarga (tenaga kesehatan, kader) yang diwujudkan dalam pemberian nasehat anjuran dan mengingatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
Dukungan petugas kesehatan diukur dengan 5 pertanyaan yang terdiri dari 2 kategori yaitu ada dorongan bila nilai skor responden ≥ 3 dan tidak ada dorongan bila nilai skor responden < 3.
Ordinal
Pemberian ASI eksklusif
Pemberian ASI eksklusif adalah rentang ibu memberikan kolostrum dan ASI saja pada bayi sampai umur ≥6 bulan
Pemberian ASI eksklusif diukur dengan kuesioner sebanyak 6 pertanyaan dengan 2 alternatif yaitu memberikan 6 pertanyaan dijawab, tidak memberikan < 6 pertanyaan yang dijawab.
Nominal
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian ini di uji validitas pada ibu- ibu yang tinggal di Desa Panjer Kebumen pada tanggal 7 Agustus dengan jumlah 15 orang dan diujikan hanya satu kali. 1. Uji validitas Untuk memperkecil terjadinya bias dalam skala
rxy
Skala data
pengukuran, maka dilakukan uji validitas pada instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil uji coba kuesioner kemudian dilakukan sebagai uji validitas dengan rumus product moment :
N xy x y
N x x N y y 2
2
2
Keterangan : x = skor rata-rata dari x. y = skor rata-rata dari y. r = koefisien korelasi Instrumen penelitian dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari pada nilai r tabel (0,361) pada derajat signifikansi 5%. Dari hasil analisa dengan menggunakan uji poduct moment didapatkan bahwa pada instumen tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dari 20 item pertanyaan ada 10 item pertanyaan yang tidak valid,
2
2.
sehingga item yang tidak valid tersebut tidak dipakai. Sikap ada 12 pertanyaan, dukungan keluarga 5 pertanyaan, dukungan petugas kesehatan 5 pertanyaan serta pemberian ASI eksklusif 6 pertanyaan semuanya valid. Uji reliabilitas Untuk reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk
95
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabel menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu Rumus :
(Arikunto, 2006) uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach :
1 b2 k r11 1 2 k 1 1
Keterangan: r11 : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
2 b
: jumlah varians butir
2 1
: varians total Insrument penelitian dikatakan reliabel apabila hasil penghitungan Alpha (α) Crobach lebih besar dari nilai r tabel (0,361) pada derajat signifikasi 5%.Dari hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner didapatkan bahwa pada instrumen tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, sikap, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan adalah reliabel. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisa dengan menggunkan program komputer dan manual, analisa data meliputi : Analisa univariat disajikan dengan mendeskripsikan semua variabel sebagai bahan informasi dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Statistik korelasi yang digunakan adalah (Chi - square ). Analisis yang selanjutnya dilakukan analisis logistik menggunakan program komputer
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN Penelitian dilakukan di Wilayah Puskesmas Gombong II Kabupaten Kebumen. Puskesmas Gombong II terdiri dari 9 desa. Pada penelitian ini hanya mengambil 2 desa yaitu desa Semondo dan Wonosigro dengan populasi 160 ibu, dan jumlah sample 40 ibu. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Memberikan ASI Eksklusif. Untuk melihat hubungan atau pengaruh dari variabel independen atau variabel bebas dilakukan tabulasi silang menggunakan Chi-square yang selanjutnya dilakukan analisis logistik untuk mendapaatkan faktor yang paling dominan.
96
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008
Tabel 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Memberikan ASI
Pengetahuan
Baik Cukup Kurang
37 3
92,5 7,5
Pemberian ASI Eksklusif Ya Tidak 16 21 1 2
Sikap
Baik Kurang
5 35
12,5 87,5
16 1
19 4
0,227
0,205
0,275
0,037-2,022
Dukungan Keluarga
Ada Dukungan Tidak
35 5
87,5 12,5
17 -
18 5
0,04
0,765
7018
0,000-1,0529
Dukungan Petugas Kesehatan
Ada Dukungan Tidak
31
77,5
15
16
9
22,5
2
7
0,162
0,245
3,250
0,445-23,713
Variabel
Parameter
Jumlah
Prosentase
Tabel 1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 37 responden atau 92,5% dan pengetahuan kurang sebanyak 3 responden atau 7,5%. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan menunjukka tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai signifikan 0,738 atau P > 0,05. sedangkan dilihat dari OR = 0,990 menunjukkan bahwa faktor pengetahuan memiliki kesempatan sebesar 0,990 kali dalam mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Menurut Wasliyah (2003), pengetahuan ibu tentang ASI diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk petugas kesehatan, media poster, teman, kerabat dekat. Pengetahuan ini dapat memperjuangkan, membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Dari hasil tabel. 1 diketahui bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif berpengetahuan cukup 37
p
X2
OR
C195%
0,738
0,994
0,990
0,08-12,004
responden (992,5%) , lebih besar daripada ibu yang berpengetahuan kurang 3 responden (7,5%). Ibu tidak memberikan ASI eksklusif hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor lain seperti ASI mencukupi, kondisi fisik ibu, kondisi fisik bayi, hal ini terlepas apakah ibu berpendidikan rendah/tinggi, karena ibu yang berpendidikan rendah tetapi suka membaca (yaitu yang berkaitan dengan ASI) maka dia akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi tentang ASI dibandingkan mereka yang berpendidikan tinggi tetapi tidak atau jarang membaca masalah yang berkaitan dengan ASI. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasnodiharjo (1996) yang menyebutkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI akan memberikan ASI sejak dini sampai umur 4-6 bulan, tanpa diberikan makanan/minuman dan setelah umur 4-6 bulan baru diberi makanan dan minuman tambahan. Tabel 1. diatas menunjukkan bahwa sikap baik tehadap pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 5 responden atau 12,5% dan 35 responden mempunyai
97
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008
sikap kurang terhadap pemberian ASI eksklusif (87,5%). Berdasarkan uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa sikap ibu tidak ada hubungan yang bermakna dengna pemberian ASI eksklusif dengan nilai signifikan 0,227 atau P>0,05. Sedangkan dilihat dari nilai OR = 0,275 menunjukkan bahwa faktor sikap memiliki pengaruh sebesar 0,275 kali dalam terhadap pemberian ASI eksklusif. Sikap ibu sangat tergantung pada lingkungan sosial dan kebudayaan dimana didik/tinggal. Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap objek merupakan proses pendukung ataupun tidak mendukungterhadap objek tersebut. Jadi dapt diasumsikan bahwa sikap hanya merupakan satu komponen yang mempengaruhi perilaku yaitu pemberian ASI eksklusif. Menurut Azwar (2003) Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif, respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.Menurut Kelman dalam Febriani (2006) mengemukakan bahwa perubahan sikap tejadi karena adanya proses kesediaan, identifikasi, dan internalisasi. Pada proses internalisai terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan
sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. Tabel 1. menunjukkan bahwa responden menganggap ada dukungan keluarga begitu mempengaruhi terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 35 responden atau sebanyak 87,5% dan ada 5 responden menganggap dukungan keluarga tidak begitu mendukung kuat atau tidak ada sebesar 12,5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara dukungan keluaarga dengan pemberian ASI eksklusif, ini dilihat dari nilai signifikan yaitu 0,04 atau P=<0,05. Sedangkan dilihat dari nilai OR=7018,082. Hal ini menunjukka bahwa dukungan keluarga memiliki pengaruh sebesar 7018,082 kali dalam pemberian ASI eksklusif. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Pranajaya (2000) bahwa terdapat hubungan antara dorongan keluarga dengam pemberian ASI eksklusif. Kunci menuju keberhasilan menyusui dapat kita lihat bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu hal utama yang harus diperhatikan. Oleh karena itu sejak pranata, bimbingan yang diberikan tidak hanya kepada ibu hamil saja tetapi keluarga juga harus diikutsertakan/dilibatkan. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri maupun luar individu. Sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia atau dengan perkataan lain bahwa perilaku dipengaruhi oleh dorongan baik yang berasal dari luar maupun dalam diri individu. Febriani (2006) dalam Purwanto, 1999. Berdasarkan hasil penelitian Hartati, 2005 dukungan lingkungan keluarga termasuk suami, orang tua atau saudara
98
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008
lainnya sangat menentukan keberhasilan menyusui. Karena pengaruh keluarga berdambak pada kondisi emosi ibu sehingga secara tidak langsung mempengaruhi produksi ASI.. Salah satu kunci kesuksesan laktasi ini adalah dukungan/dorongan baik itu yang diberikan keluarga, petugas kesehatan, institusi pemerintahan maupun lingkungan sendiri. Hal ini sangat berkaitan karena orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi perilaku kita. Dengan kata lain adanya dukungan/dorongan dari keluarga, petugas kesehatan, institusi pemerintahan dan lingkungan dap mempengaruhi perilaku ibu untuk menyusui secara eksklusif Febriani (2006) dalam Wasliyah. Tabel 1. menunjukkan bahwa responden menganggap ada dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 31 responden tau sebanyak 77,5% dan 9 responden menganggap tidak ada dukungan petugas kesehatan sebesar 22,5%.hasil uji statistik menunjukka bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian Asi eksklusif, ini dapat dilihat dari nilai signifikan yaitu 0,162 atau P= >0,05. sedangkan dilihat dari nilai OR=3,250 ini menunjukkan bahwa dukungan petugas kesehatan memiliki pengaruh sebesar 3,250 kali dalam pemberian ASI eksklusif. Pada tabel 1. dapat diketahui bahwa seluruh ibu yang meyusui ASI eksklusif meperoleh dorongan petugas kesehatan 31 responden (77,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian Aipassa (1998) yang menyatakan bahwa perhatian dan bantuan petugas kesehatan
cenderung meningkatkan prosentase kelompok ibu yang termotivasi memberiakn Asi eksklusif. Pada suatu lokakarya mengenai perbaikan pola makanan bayi (Jakarta, 1984) dikomunikasikan bahwa petugas kesehatan “moder” memperlihatkan sikap kurang berminat dan kurang memberi dorongan kepada ibu-ibu agar menyusui sendiri bayinya Sotjiningsih, (1997). SIMPULAN 1. Sebagian besar responden dalam penelitian ini berpendidikan rendah yaitu SD sebesar 16 orang (40%), Umur antara 31-40 tahun sebanyak 20 orang (50%) dan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga sebesar 30 orang (75%). 2. Pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. 3. Tidak ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif. 4. Ada hubungan antara dukungan keluarga atau pengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif sebesar 87,5%, dengan nilai signifikan yaitu 0,04 atau P=<0,05 dari nilai OR=7018,082. Faktor yang paling dominan terhadap pemberain ASI eksklusif yaitu dukungan keluarga 5. Tidak ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. DAFTAR PUSTAKA Al Ummah Basirun. M. 2005. Catatan Kuliah Penulisan Ilmiah. LP3M STIKES Muhammadiyah Gombong: Gombong. Al Ummah Basirun. M. 2006. Metodologi Penelitan. Lembaga
99
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008
Penelitian Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat: Gombong. Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Rineka Cipta: Jakarta. Wasliyah S, 2003, Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Asi Eksklusif pada ibu yang menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kebasen Kabupaten Bayumas. Program Sudi Ilmu Keperawatan Pranajaya, 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam pemberian ASI Eksklusif Pda ibu Menyusui di sebelas posyandu Desa Cipacing Wilayah Kerja Puskesmas Cikeruh Kabupaten Sumedang. Skripsi sarjana Universitas Padjajaran .Bandung. Kasnodihardjo, dkk, 1996. Faktor Determunan Pemberian ASI tidak Eksklusif. Buletin Penelitian Kesehatan UI Hartati 2005.Tinjauan Pelaksanakan peningkatan pemberian Asi (PPASI) pada Institusi Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah Kota Yogyakarta. Program Studi Gizi Kesehatan Fk UGM Yogyakarta. Depkes RI. 2000. Strategi Nasional Peningkatan Penggunaan ASI Jakarta Azwar. 2003. Sikap manusia teori dan pengukurannya pustaka pelajar Yogyakarta Aipassa W. N.1998. faktor-faktor yagn berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu Yang Melahirkan di RSHS bandung. Majalah Kwesehatan Bandung 30. (2): 92-101
Febriani. 2006. Faktor-faktor Ynag Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pda Ibu Bekerja Di Pt Perkrbunan Nusantara Subang Jawa Barat. FK UGM. Yogyakarta http://www.gizi.net/kebijakan giz/donload/stranas%20final. doc diakses 11 Maret 2007 jam 13.30 wib Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmojo, S. 1997. Metodologi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmojo, S. 1993. Metodologi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Purwanti, S. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : EGC Riwidikdo Handoko.2007. Statistik Kesehatan.Mitra Cindikia Press: Yogakarta Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara Roesli Utami. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif Makanan Pendamping Tepat dan Imunisasi Lengkap. Gramedia: Jakarta. Soetjiningsih, R. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC STIKES Muhammadiyah Gombong. 2006. Pedoman Ujian Akhir. Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat.: Gombong. Sugiono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta (http://www.gizi.net/kebijakangiz/donload/stranas%20final .doc, diakses 11 Maret 2007 jam 13.30 wib
100