JMBI UNSRAT
ISSN: 2356-3966
Vol. 1 No. 1
Februari 2014
KEKUATAN BERSAING DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENCAPAIAN KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA INDUSTRI MEBEL DI KABUPATEN MINAHASA INDUK Oleh: Dr. Irvan Trang, SE, MM Staf Pengajar Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsrat Manado Surel:
[email protected] ABSTRAK Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistern manajemen strategis. Penelitian ini bertujuan Menganalisis pengaruh secara simultan dari variabel kekuatan bersaing yaitu, pengiriman, nilai, fleksibilitas, dan inovasi terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard. Menganalisis pengaruh secara parsial dari variabel kekuatan bersaing yaitu, pengiriman, nilai, fleksibilitas, dan inovasi terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard. Penelitian ini termasuk dalam penelitian exsplanatory yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabelvariabel melalui pengujian hipotesis. Populasi dalam penelitian ini adalah Industri muebel berskala besar dan sedang yang berorientasi ekspor serta tercatat di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman modal Kabupaten Minahasa Induk. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. artinya bahwa penetuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Variabel kekuatan bersaing yaitu pengiriman, nilai, fleksibilitas, dan inovasi secara simultan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard pada industri mebel yang berorientasi ekspor di Kabupaten Minahasa Induk. Kemudian Variabel kekuatan bersaing yaitu pengiriman, nilai, fleksibilitas, dan inovasi secara parsial berpengaruh terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard pada industri mebel yang berorientasi ekspor di Kabupaten Minahasa Induk. Kata Kunci: Kekuatan Bersaing, Balanced Scorecard, Kinerja Perusahaan ABSTRACT The Balanced Scorecard translates mission and strategy into a comprehensive set of measures that provide the framework for a strategic measurement and management sistern. This study aims to analyze the influence of variables simultaneously competing forces, namely, the delivery, the value, flexibility, and innovation to the achievement of corporate performance based on the Balanced Scorecard approach. Analyzing the partial effect of variable strength of the competitive, delivery, the value, flexibility, and innovation to the achievement of corporate performance based on the Balanced Scorecard approach. This study was included in the research study exsplanatory explain the causal relationship between the variables through hypothesis testing. The population in this study was a large-scale muebel industry and are export oriented and recorded in the Office of Industry, Trade and Investment Prime Minahasa regency. The samples in this study using purposive sampling technique. means that the determination of the sample into account certain criteria that have been determined by the researcher to the object that is in accordance with the purpose of research. Research results show that the competing forces Variable delivery, the value, flexibility, and innovation simultaneously affect the achievement of the company's performance based on the Balanced Scorecard approach to export-oriented furniture industry in Prime Minahasa District. Then the variable strength of the competing delivery, the value, flexibility, and innovation partially affect the achievement of the performance of the company based on the Balanced Scorecard approach to export-oriented furniture industry in Prime Minahasa District. Keywords: Competitive Strength, Balanced Scorecard, Firm Performance JEL Classification: C12, L11, L68
Kekuatan Bersaing dan Dampaknya Terhadap …
Irvan Trang
JMBI UNSRAT
ISSN: 2356-3966
Vol. 1 No. 1
Februari 2014
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di sektor industri merupakan salah satu prioritas utama pembangunan ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan disektor lain. Salah satu sektor industri yang dapat memberikan sumbangan cukup berarti bagi pertumbuhan perekonomian adalah industri meubel. Hal ini bisa dilihat saat terjadi krisis ekonomi, sebagian besar industri meubel khususnya di Kabupaten Minahasa Induk dapat bertahan bahkan melambung seiring dengan terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar (Disperindag Kab. Minahasa Induk, 2008). Industri meubel yang saat ini sedang berkembang merupakan industri andalan kabupaten Minahasa Induk. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa industri meubel merupakan pilar penyangga, atau bahkan nafas kehidupan bagi warga masyarakat Minahasa Induk. Indikator sederhana untuk melihat betapa berperannya sektor ini nampak pada penyerapan tenaga kerja pada tahun 2007 tercatat sebayak 1.250 tenaga kerja yang terserap pada industri meubel, ini belum termasuk penyerapan sektor lain. Selain dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar, juga dapat membantu pertumbuhan industri meubel yang berskala kecil. Sebagian besar produk-produk yang dihasilkan industri kecil akan diserap oleh industri besar dalam bentuk produk setengah jadi yang akan diproses lebih lanjut menjadi barang yang siap untuk dipasarkan. Penyebaran sentra industri yang cukup pesat juga berpengaruh terhadap pembangunan sarana dan prasarana fisik seperti: Pengaspalan jalan di desa, pembangunan tempat ibadah serta lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun secara swadaya merupakan bukti nyata dari peningkatan ekonomi masyarakat. Dengan adanya dominasi penanaman modal baik lokal maupun asing, peluang industri meubel untuk memasuki pasar ekspor lebih terbuka, masa kejayaan ekspor produk ukiran Minahasa Induk terjadi pada tahun 1999 hingga 2001 lalu. Setelah itu, ekspor tersebut menurun secara drastis hampir mencapai 75%. Ini bisa dilihat dari laju pertumbuhan PDRB per sektor mengalami perlemahan dari tahun-ketahun, walaupun masih tumbuh positif sebesar 1,59%.pada tahun 2005 (Badan Pusat Statistik Minduk, 2008). Perlemahan ini disebabkan karena turunnya permintaan meubel yang menjadi Industri andalan Kabupaten Minahasa Induk. Oleh sebagian pihak, beberapa masalah dituding sebagai penyebabnya, antara lain: pertama, Kelangkaan bahan baku akibat adanya kebijakan Perhutani yang makin tidak mendukung lewat penerbitan Kepmenhut 19/2003 tentang Pengurangan Luas Tebangan Hutan Jati Perhutani I hingga 40%, kedua, gagalnya para pengrajin memenuhi kualitas dan spesifikasi yang diterapkan oleh para buyer internasional, dan ketiga, merebaknya kegiatan serupa di luar Minahasa Induk sehingga Minahasa Induk kini tak lagi sebagai pemain tunggal. Permasalahan lain yang harus dihadapi oleh industri meubel adalah peningkatan biaya operasional akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif listrik, serta tuntutan kenaikan upah para pegawai. Dalam situasi yang sedemikian ketat dan penuh persaingan, untuk bisa meraih dan memperluas pasarnya setiap perusahaan perlu memiliki strategi untuk dapat memenangkan persaingan tersebut. Menurut Fred R. David, (2002) strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran jangka panjang. Strategi bersaing yang menjadi kekuatan/kompetensi inti dari suatu perusahaan harus selalu ditingkatkan guna mendapatkan keunggulan bersaing dan nilai tambah sehingga dapat menunjang pencapaian kinerja perusahaan. Dengan menggunakan suatu metode penilaian atau pengukuran kinerja yang tepat merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui keberhasilan pencapaian kinerja suatu perusahaan. Biasanya penilaian kinerja perusahaan menggunakan tolok ukur keuangan. Ada salah satu pendekatan lain yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian kinerja perusahaan dengan menyeimbangkan pengukuran Aspek Keuangan dan Aspek Non Keuangan, yaitu metode penilaian kinerja berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard. Ini diperkuat oleh pernyataan Kaplan dan Norton (2006), bahwa Balanced Scorecard (BSC) menyediakan para manajer suatu instrumen yang dibutuhkan untuk mengemudikan perusahaan menuju kepada keberhasilan persaingan masa depan. Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistern manajemen strategis. Balanced Scorecard mengukur kinerja perusahaan pada empat perspektif yang seimbang (balanced): keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan proses pembelajaran serta pertumbuhan. BSC memungkinkan perusahaan mencatat hasil kinerja finansial sekaligus memantau kemajuan perusahaan dalam membangun kemampuan dan mendapatkan aktiva tak berwujud yang dibutuhkan untuk pertumbuhan masa datang. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh dari kekuatan bersaing terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard pada industri meubel yang berorientasi ekspor di Kabupaten Minahasa Induk.
Kekuatan Bersaing dan Dampaknya Terhadap …
Irvan Trang
JMBI UNSRAT
ISSN: 2356-3966
Vol. 1 No. 1
Februari 2014
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini: (1) Untuk mengetahui apakah variabel kekuatan bersaing yaitu, pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation) memiliki pengaruh secara simultan terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard; (2) Untuk mengetahui apakah variabel kekuatan bersaing yaitu, pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation) memiliki pengaruh secara parsial terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard. II. TINJAUAN PUSTAKA Dari penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat Vickery, Droge, Markland (1997), mereka meneliti tentang dimensi kekuatan bersaing perusahaan manufaktur pada industri meubel. Dengan menggunakan analisis faktor dan analisis regresi, selain untuk mencari dimensi inti dari performansi perusahaan manufaktur penelitian ini juga meneliti hubungan antara dimensi inti dari kemampuan bersaing perusahaan manufaktur dengan performansi bisnis secara keseluruhan. Hasil penelitian mengindikasiken bahwa ada 4 dimensi dari kekuatan bersaing perusahaan manufaktur pada industri mebel antara lain, pengiriman (delivery), nilai (value) fleksibilitas (flexibility) dan inovasi (innovation). Dengan menggunakan analisis regresi antara kemampuan bersaing terhadap enam ukuran kinerja yaitu ROA after Tax, ROI, ROS, ROI Growth, ROS Growth dan Sales Growth, didapatkan bahwa faktor kemampuan bersaing mayoritas memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap ukuran kinerja kecuali Inovasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap enam ukuran kinerja tersebut. Peter T. Ward, dan Rebecca Duray (2000), penelitian dilakukan di perusahaan manufaktur Amerika Serikat yang bergerak di bidang bisnis produksi baja, elektronik, dan system control. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara Lingkungan yang dinamik, strategi bersaing, strategi manufaktur, dan kinerja perusahaan. Strategi bersaing terbukti sebagai variable antara lingkungan organisasi dan strategi manufaktur. Fakta menunjukan bahwa lingkungan, strategi bersaing (differensiasi) dan strategi manufaktur (kualitas) memberikan kinerja yang tinggi bagi perusahaan. Sebagai alat analisis data digunakan analisis jalur (analisis path). Hasil dari penelitian ini menunjukan lingkungan dinamis memengaruhi pilihan strategi bersaing, strategi bersaing memengaruhi strategi manufaktur, dan strategi manufaktur memengaruhi kinerja. Harinie (2004), dalam penelitiannya Pengaruh Implementasi Strategi Terhadap Pencapaian Kinerja PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang HUB Lambung Mangkurat Banjarmasin Berdasarkan Pendekatan Balanced Scorecard. Dengan mengunakan analisis jalur (Path Analysis), hasil penelitian menyebutkan bahwa Implementasi strategi yaitu yang dilaksanakan manajer perkreditan, manajer supervisi dan penyelamatan kredit, serta manajer dana dan jasa baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh positif terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard. Dari penelitian terdahulu yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembahasan dan penelitian yang menyangkut lingkungan bisnis, strategi bersaing, kekuatan bersaing, kinerja perusahaan dan balanced scorecard telah banyak dilakukan sebelumnya dengan hasil penelitian yang bervariasi. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan acuan agar penelitian ini dapat dibandingkan dan saling melengkapi, dan memberikan peluang untuk dilakukan penelitian lanjutan baik yang bersifat pengulangan (replikatif) maupun pengembangan. Dari landasan teori yang ada Pearce & Robinson (1997), mendefinisikan strategi sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (inplementasi) rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaran perusahaan. III. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey. Menurut Sugiyono (2010), Metode survey adalah suatu metode yang digunakan untuk memeroleh informasi melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak yang memberikan keterangan atau jawaban (respoden). Penelitian ini termasuk dalam penelitian exsplanatory yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ditetapkan di Kabupaten Minahasa Induk dengan objek penelitian adalah industri meubel. Alasan umum dipilihnya Kabupaten Minahasa Induk sebagai lokasi penelitian adalah karena Kabupaten Minahasa Induk merupakan salah satu daerah yang merupakan pusat industri meubel di Sulawesi Utara baik itu Kekuatan Bersaing dan Dampaknya Terhadap …
Irvan Trang
JMBI UNSRAT
ISSN: 2356-3966
Vol. 1 No. 1
Februari 2014
industri bersekala besar, menengah maupun kecil. Sedangkan alasan khususnya adalah kerena industri meubel merupakan salah satu industri yang memberikan sumbangsih besar terhadap pertumbuhan perekonomian dan merupakan sub sektor industri yang telah banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Minahasa Induk. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Industri muebel berskala besar dan sedang yang berorientasi ekspor serta tercatat di Dinas Indagkoppm (Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman modal) Kabupaten Minahasa Induk. Perusahaan meubel kategori besar yang memiliki karyawan di atas 50 orang sebanyak 25, Perusahaan meubel kategori sedang yang memiliki karyawan antara 20 hingga 30 orang sebanyak 35 perusahaan. Jadi total perusahaan kategori besar dan sedang sebanyak 60 perusahaan. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. artinya bahwa penetuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini jenis data yang akan digunakan dilihat dari sumbernya adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari metode wawancara dan kuesioner. Data sekunder didapat dari media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain) pada umumnya berupa bukti, catatan atau laporan histories yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Indrianto, 2002). Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner, observasi, dan wawancara. Analisis Data Metode statistik deskriptif bertujuan untuk memeroleh gambaran mengenai variabel pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation) serta untuk mengidentifikasi karakteristik masing-masing variabel dalam bentuk frekwensi dan prosentase. Metode statistik inferensial bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation) terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard, serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Medel analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer (software) program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 11.0 for Windows. Analisis faktor yang digunakan pada penelitian ini adalah Confirmatory faktor analysis. Didalam analisis faktor konfinmatori seseorang secara apriori berdasarkan landasan teori dan konsep yang dimiliki, dia sudah mengetahui berapa banyak faktor yang harus terbentuk, serta variabel-variabel laten apa saja yang termasuk kedalam faktor-faktor tersebut. (Solimun 2002). Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F dan uji t. Model analisis regresi linier berganda adalah untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu: pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation), sedangkan variabel dependen yaitu pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard. Bentuk rumusan persamaan matematis dari analisis regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3 X3 + b4X4 + …..+ bkXk + e Dimana: Y = Variabel Dependen a = Konstanta b1,2..k = Koefisien regresi X = Variabel independen e = Faktor pengganggu IV. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Obyek Penelitian Secara Nasional, perbaikan ekonomi pasca krisis sudah nampak beberapa tahun terakhir. Meski tidak setinggi tahun-tahun sebelum krisis, perekonomian Nasional tahun 2009 telah mampu tumbuh sebesar 4,10% lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 yang tumbuh sebesar 3,66%. Senada dengan keadaan nasional, Kekuatan Bersaing dan Dampaknya Terhadap …
Irvan Trang
JMBI UNSRAT
ISSN: 2356-3966
Vol. 1 No. 1
Februari 2014
perekonomian Sulawesi Utara pun bergerak ke arah perbaikan ekonomi yang lebih baik. Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara sebelum krisis ekonomi (tahun 1996) sebesar 7,30%. Tahun-tahun berikutnya diwarnai gejolak, bahkan pernah merosot hingga minus 11,74%. Setelah beberapa tahun berlalu, perekonornian Sulawesi Utara relatif stabil dengan tumbuh sebesar 4,18%. (BPS Kab. Minahasa Induk, 2009). Posisi ekonomi Kabupaten Minahasa Induk tidak jauh berbeda dengan keadaan ekonomi nasional dan daerah-daerah yang berada di Jawa. Walaupun sempat bertahan ketika badai krisis menerpa, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Induk hanya bisa melaju sebesar 3,6%, hampir sama dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 3,69%. (BPS Kab. Minahasa Induk, 2009). Struktur Perekonomian Kabupaten Minahasa Induk dapat dilihat melalui distribusi kontribusi ekonomi sektoral terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Tiang utama penyangga PDRB Kabupaten Minahasa Induk tahun 2009 masih tetap dipegang oleh Sektor Industri. Namun tiang penyangga itu kini mulai terasa goyah dengan indikasi turunnya andil Industri terhadap PDRB yang semula sebesar 27,24% (tahun 2007) menjadi 26,72% (tahun 2009). Analisa data ini bertujuan untuk menggambarkan hasil penelitian yang memergunakan responden sebanyak 77 manajer atau pemilik perusahaan pada industri mebel berskala menengah dan besar yang berorientasi ekspor berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Disamping itu akan dikemukakan mengenai produk yang dihasilkan, saluran distribusi dan cara melakukan ekspor. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk menyederhanakan (mereduksi) data, yaitu proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor. Analisis faktor belum bisa menjawab hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini yaitu hubungan antara variabel independent dan variabel dependen. Regresi linier berganda adalah alat yang digunakan untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini dengan mengukur pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen. Baik pengaruh secara simultan maupun pengaruh secara parsial. Hasil analisis pengaruh variabel independent yaitu pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation), terhadap variabel dependen yaitu pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard berdasarkan pada lampiran adalah sebagai berikut: Dari persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dilihat arah hubungan dari variabel X1, X2, X3, dan X4 yang ditunjukkan oleh tanda koefisien regresinya. Koefisien regresi variabel X1, X2, X3 dan X4 bertanda positif menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara variabel X1 pengiriman (delivery), X2 nilai (value), X3 fleksibilitas (flexibility), dan X4 inovasi (innovation) terhadap Y yaitu pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard. Artinya setiap penambahan variabel X1, X2, X3, dan X4 maka Y akan meningkat. Diketahui bahwa nilai R sebesar 0.786 yang berarti korelasi berganda antara variabel X1 pengiriman (delivery), X2 nilai (value), X3 fleksibilitas (flexibility), dan X4 inovasi (innovation), terhadap variabel Y yaitu pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard adalah kuat karena mempunyai angka lebih dari 0.50. Sedangkan koefisien determinasi R square (R2) sebesar 0.617, namun apabila model regresi lebih dari dua variabel bebas lebih baik menggunakan Adjusted R Square sebagai Koefisien determinasi (Santoso, 2001). Nilai Adjusted R Square sebesar 0.596 menunjukan bahwa 59.6% variasi dari variabel dependen yaitu pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard bisa dijelaskan oleh variasi oleh keempat variabel independen, yaitu pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation). Sedangkan sisanya sebesar 40.4% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Implikasi Penelitian Penjelasan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas digunakan untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan baik bagi pengusaha industri mebel di Kabupaten Minahasa Induk, khususnya yang berorientasi ekspor, maupun bagi peneliti lain terhadap penggalian faktor-faktor lain yang melandasi dan memengaruhi tercapainya kinerja perusahaan di tinjau dari kekuatan bersaing industri mebel maupun ditinjau dari sisi lain. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan kekuatan bersaing yang dimiliki oleh industri mebel di Kabupaten Minahasa Induk yaitu pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard. Hal ini bisa dilihat dari nilai Adjusted R Square sebesar 0,596 yang berarti bahwa keberhasilan pencapaian kinerja industri mebel di Kabupaten Minahasa Induk Kekuatan Bersaing dan Dampaknya Terhadap …
Irvan Trang
JMBI UNSRAT
ISSN: 2356-3966
Vol. 1 No. 1
Februari 2014
dipengaruhi oleh kekuatan bersaingnya, yaitu pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation) secara bersama-sama sebesar 59.6%, sedangkan sisanya sebesar 40.4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini. Secara parsial variabel kekuatan bersaing yaitu pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation) berpengaruh sifnifikan terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard pada Industri Mebel yang berorientasi ekspor di Kabupaten Minahasa Induk. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan yang dialami peneliti dalam melakukan penelitian ini selain keterbatasan waktu dan biaya antara lain: (1) Ketersediaan data pendukung dari instansi terkait tidak lengkap dan tidak semuanya merupakan data terbaru; (2) Kurangnya literatur mengenai penelitian terdahulu yang mengemukakan pengaruh antara kekuatan bersaing dengan pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard (3) Banyak hal yang dapat memengaruhi responden diantaranya keadaan psikologis yang tidak dapat diduga sehingga dapat memengaruhi responden dalam mengisi kuesioner. Responden yang sibuk dalam pengisian kuesioner cenderung tidak begitu memerhatikan point-point yang ditanyakan; (4) Sulitnya mendapatkan keterangan dari responden untuk melakukan wawancara secara langsung dikarenakan sebagian besar responden sibuk dengan pekerjaannya sehingga mayoritas informasi didapatkan dari hasil pengisian kuesioner. V. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Variabel kekuatan bersaing yaitu pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation) secara simultan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard pada industri mebel yang berorientasi ekspor di Kabupaten Jepara; (2) Variabel kekuatan bersaing yaitu pengiriman (delivery), nilai (value), fleksibilitas (flexibility), dan inovasi (innovation) secara parsial berpengaruh terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard pada industri mebel yang berorientasi ekspor di Kabupaten Jepara; (3) Dari keempat variable kekuatan bersaing, nilai (value) memiliki pengaruh yang paling dominant terhadap pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard pada industri mebel yang berorientasi ekspor di Kabupaten Jepara. Saran Saran penelitian ini yaitu: (1) Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor nilai (value) memiliki pengaruh yang paling dominan, sehingga di masa mendatang diharapkan pengusaha harus lebih banyak memerhatikan faktor nilai (value), disamping itu juga para pengusaha mebel harus memerhatikan faktor-faktor kekuatan bersaing lainnya seperti faktor pengiriman, fleksibilitas dan inovasi; (2) Melihat fenomena yang terjadi pada industri mebel di Kabupaten Jepara, banyak para pengusaha hanya berfikir bagaimana hasil produksinya dapat cepat terjual sehingga mereka dapat cepat memeroleh keuntungan tanpa memerhatikan kualitas dari produk itu sendiri, hal ini mengakibatkan nilai ekspor melorot secara drastis akibat gagalnya memenuhi kualitas dan spesifikasi yang diterapkan oleh para buyer internasional. Oleh karena itu diharapkan para pengusaha untuk lebih meningkatkan kualitas produk itu sendiri sehingga loyalitas dan retensi pelanggan dapat dipertahankan. Dengan demikian tujuan perusahaan untuk menjadi perusahaan yang tetap eksis dan mampu bersaing dapat terwujud; (3) Untuk meningkatkan perkembangan industri mebel di Kabupaten Jepara khususnya yang berorientasi ekspor, sebaiknya pemerintah dalam hal ini Dinas Indagkoppm (Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman modal) Kabupaten Jepara melakukan pembinaan secara intensif kepada para pengusaha dalam hal manajemen, keuangan, produksi dan pemasaran; (4) Untuk penelitian yang akan datang dapat meneruskan dan memyepurnakan penggunaan konsep penelitian ini pada industri lain dan menambah faktor lain yang membentuk konsep kekuatan bersaing yang mungkin lebih berpengaruh terhadap pencapaian kinerja perusahaan; (5) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor nilai (value) memiliki pengaruh yang paling dominan, sehingga di masa mendatang diharapkan pengusaha harus lebih banyak memerhatikan faktor nilai (value), disamping itu juga para pengusaha mebel harus memerhatikan faktor-faktor kekuatan bersaing lainnya seperti faktor pengiriman, fleksibilitas dan inovasi. Kekuatan Bersaing dan Dampaknya Terhadap …
Irvan Trang
JMBI UNSRAT
ISSN: 2356-3966
Vol. 1 No. 1
Februari 2014
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Minduk. (2008). Minahasa Induk Dalam Angka. Minahasa Induk: BPS. David, F. R. 2002. Concepts of Strategic Management. 1998. Seventh Edition. Pretince Hall. Inc. Sindoro, A. (penterjemah). 2001. Manajemen Strategi Konsep. PT Prenhallindo. Jakarta. Disperindag Kab. Minahasa Induk. (2008). Profil Industri Kab. Minahasa Induk Provinsi Sulawesi Utara. Tidak Dipublikasikan. Harini. Luluk. T. 2004. Pengaruh Implementasi Strategi Terhadap Pencapaian Kinerja PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang HUB Lambung Mangkurat Banjarmasing Berdasarkan Pendekatan Balanced Scorecard. Tesis. Pascasarjana Universitas Brawijaya. Malang. Indriantono, N. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE. UGM. Yogyakarta. Kaplan, R. S. and Norton, D. P. (2006) The Balaced Scorecard: Translating Strategy into Action. Massachusetts, Boston: Harvard Business Review. Pearce & Robinson, (1997), Strategic Management. Richarrd D. Irwin, Inc. 1996. Maulana A., Saputra L. Dan Sularso E. (penterjemah). 1997. Manajemen Strategik : Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Binarupa Aksara, Jakarta. Solimun. (2002). Multivariate Analysis Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel dan Amos. Malang: Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Ward, P., and Durray, R. (2000). Manufacturing Strategy in Context: Environment, Competitive Strategy and Manufacturing Strategy. Journal of Operations Management, 18 (2): 123-138 Vickery, S. K., Dröge, C., and Markland, R. E. (1997). Dimensions of Manufacturing Strength in the Furniture Industry, Journal of Operations Management, 15(4) November 1997: 317-329.
Kekuatan Bersaing dan Dampaknya Terhadap …
Irvan Trang