Linguistika Akademia Vol.2, No.1, 2013, pp. 84~95 ISSN: 2089-3884
JENIS-JENIS JAWABAN SHERLOCK HOLMES AKIBAT ILMU DEDUKSI ANALISIS DALAM NOVEL A STUDY IN SCARLET Rachmad Dio Pratama e-mail:
[email protected] ABSTRACT Sir Arthur Conan Doyle writes Sherlock Holmes to introduce the science of deduction. The science of deduction is one of science that is applied by Sherlock Holmes to solve some criminal cases. This research tries to trace behaviorism from answering Sherlock Holmes who always uses science deduction when he solves a case. The purpose of this study is to analyze relation between the science of deduction and the answers of Sherlock Holmes. To get the aim, the writer uses theory of Behaviorism. To analyze data that writer takes from novel of Sherlock Holmes, the writer uses descriptive analysis methods to explain the type sentences of Sherlock Holmes. The results of the analysis show the types of behaviorism in the sentences of Sherlock Holmes as a result of the science of deduction.
ABSTRAK Sir Arthur Conan Doyle menulis novel Sherlock Holmes dengan mengenalkan ilmu deduksi analisis. Deduksi analisis merupakan salah satu ilmu yang diterapkan Sherlock Holmes dalam memecahkan kasus-kasus kriminalnya. Penelitian ini mencoba menelusuri bentuk behaviorisme dari jawaban-jawaban Sherlock Holmes yang selalu menggunakan deduksi analisis ketika memecahkan suatu kasus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis bentuk hubungan yang dihasilkan dari relasi deduksi analisis dan jawaban-jawaban Sherlock Holmes. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan teori Behaviorisme. Dalam menganalisis data-data yang penulis ambil dari novel Sherlock Holmes, penulis menggunakan metode analisis deskriptif berupa penjelasan jenis-jenis kalimat Sherlock Holmes. Hasil analisis penulis menunjukkan adanya jenis-jenis behaviorisme dalam kalimat Sherlock Holmes sebagai akibat adanya ilmu deduksi analisis. Kata kunci: deduksi analisis, Sherlock Holmes, kalimat, behaviorisme.
A. PENDAHULUAN Menurut psikolog asal Jerman Wilhelm Wundt, bahasa dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip psikologis (Darjdjowidjojo, 2010:2). Sehingga dalam perkembangan ilmu bahasa kita mengenal istilah psikolinguistik. Ilmu psikolinguistik ini melahirkan pandangan
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
85
behaviorisme yang menurut para psikolog dan linguisnya adalah bagian dari “Performansi (pelaksanaan) linguistik” atau disebut juga dengan “Perilaku (perbuatan) linguistik” (Tarigan, 1984:117). Dikatakan juga oleh para linguis bahwa behaviorisme di dalam meneliti perilaku berhenti pada perilaku nyata tanpa menafsirkan sumbernya, karena tidak ada yang perlu dilakukan terkait dengan perilaku yang tidak nyata (Syakur, 2008:27). Pembahasan dalam kajian ini adalah meneliti hubungan behaviorisme dengan ilmu deduksi dalam novel Sherlock Holmes dari pengarang novel detektif terkenal, Sir Arthur Conan Doyle. Peneliti mengambil salah satu novel yang diterbitkan pertama kali oleh Arthur Conan Doyle yang berjudul A Study in Scarlet (Penelusuran Benang Merah) dan menjelaskan hubungan ilmu deduksi dengan behaviorisme, serta membagi karakter behaviorisme yang diperoleh akibat adanya ilmu analisis deduksi. Penulis mendeskripsikan tiap karakter respon behaviorisme yang sehubungan dengan cara tokoh utama, Sherlock Holmes, untuk memecahkan kasus-kasusnya dalam novel tersebut. Dalam kajian ini, tujuan penelitian diharapkan dapat menjawab pertanyaan: (1) Apa hubungan ilmu deduksi analisis Sherlock Homes dengan behaviorisme? (2) Apa karakter behaviorisme sebagai akibat ilmu deduksi analisis pada novel A Study in Scarlet (Penelusuran Benang Merah) sesuai dengan cara tokoh utama, Sherlock Holmes menangani kasus-kasusnya? Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori behaviorisme,teori mengenai stimulus dan respon yang dikenalkan oleh beberapa tokoh behaviorisme. Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode simak dan catat (Subroto, 1992:41). Sedangkan untuk menganalisis data peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yang berupa penjelasan kasus-kasus Sherlock Holmes yang terkait dengan karakter behaviorisme (Ratna, 2004:53).
B. LANDASAN TEORI Dalam teori Bloomfield, behaviorisme selalu mendasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat dicocokkan dengan kenyataankenyataan yang dapat diamati (Chaer, 2007:359). Kaum radikal behavioris dari pengikut John Watson di Amerika Serikat menganut Jenis-Jenis Jawaban Sherlock Holmes akibat Deduksi Analisis …(Rachmad Dio P)
86
keyakinan bahwa satu-satunya cara mengetahui sesuatu adalah dengan cara mengalaminya secara fisik dan satu-satunya jenis data yang dianggap valid atau benar oleh kaum behavioris radikal ini adalah data yang dapat diperoleh dengan bantuan tes yang objektif serta dapat diamati (Tarigan, 1984:118). Skinner menambahkan behaviorisme adalah perilaku berbahasa seseorang sama saja dengan perilaku sekarang yang bersumber dari pengalaman masa lalu yang terwujud dalam rangkaian stimulus-response-penguatan. Menggambarkan perolehan bahasa, Skinner menyatakan bahwa struktur bahasa merupakan rantaian peristiwa asosiatif. Seperti contoh rangkaian kata “Saya haus sekali” merupakan respon dari kata “saya” dan stimulus bagi kata “sekali” (Syakur, 2008:29-31). Contoh lain yang dikutip dari Bloomfield, “Andaikan Jack dan Jill berjalan menelusuri jalan kecil; Jill lapar. Dia melihat buah apel di pohon. Dia membuat suara degan tenggorokan, lidah, dan bibirnya. Jack meloncati pagar, memanjat pohon, memetik apel itu, membawanya kepada Jill, dan menaruhnya di tangan Jill. Jill memakan apel itu.” Dari contoh di atas Bloomfield menyimpulkan bahwa bahasa memungkinkan seseorang membuat suatu jawaban apabila orang lain memiliki perangsang (Tarigan, 1984:126-127).
C. SINOPSIS NOVEL A STUDY (PENELUSURAN BENANG MERAH)
IN
SCARLET
Cerita ini diawali dari pertemuan dokter Dr. John H. Watson dengan Sherlock Holmes, yang saling mencari teman untuk tinggal di sebuah apartemen. Saat Dr. John H. Watson bertemu pertama kali dengan Sherlock Holmes, Dr. John H. Watson (Watson) sangat terkejut dengan kemampuan Sherlock Holmes yang dapat menebak tempat Watson dulunya tinggal. Watson akhirnya berteman akrab dengan Sherlock Holmes dan menemukan bahwa Sherlock Holmes ternyata bukan orang sembarangan. Dia adalah seorang detektif konsultan yang memecahkan kasus-kasusnya dengan ilmu deduksi analisis. Selanjutnya cerita ini membawa Watson dan Holmes ke dalam satu kasus yaitu kasus pembunuhan di sebuah rumah kosong di Lauristons Gardens No. 3. Mr. Enouch J. Drebber, sebagai korban pembunuhan ditemukan tewas tanpa luka sedikitpun. Darah yang Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 84 – 95
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
87
berceceran di lantai di duga bukan darah dari korban, tetapi darah dari pelaku pembunuhan. Holmes selanjutnya meneliti tubuh korban dan belum mendapati sesuatu bukti yang cukup atas kematian korban. Korban akhirnya dibawa pergi, akan tetapi tiba-tiba sebuah cincin jatuh dan menjadikan suatu bukti yang baru. Bukti berikutnya ditemukannya kata RACHE oleh seorang detektif asal Scotland Yard, detektif Lestrade. Kata RACHE ini ditulis di dinding dengan darah yang diduga Lestrade kata tersebut ada hubungannya dengan seseorang bernama Rachel. Pernyataan Lestrade dibantah oleh Holmes kata tersebut kata Jerman yang berarti pembalasan. Setelah itu Holmes mendeduksi hasil penyelidikannya dengan memaparkan ciri-ciri pembunuh dan memberikan alasan bagaimana cara pelaku membunuh korban. Di bab berikutnya Lestrade, Gregson dan Holmes bersama-sama menyelidiki pembunuhan tersebut, namun ketiganya mengikuti petunjuk yang berbeda. Gregson menemukan alamat kos tempat Mr. Drebber menginap dan yakin bahwa tersangka pembunuhannya adalah putra dari pemilik kos. Motifnya adalah balas dendam karena korban berlaku tidak sopan kepada adik perempuan tersangka. Namun, keyakinan Gregson gugur setelah Lestrade yang mencurigai Mr. Strangerson si asisten korban sebagai pembunuhnya malah menemukan Mr. Strangerson juga ikut dibunuh. Gregson dan Lestrade memberitahukan hal tersebut kepada Holmes. Namun, Holmes dengan tenangnya malah memesan kereta kuda untuk bepergian. Ketika dia meminta bantuan kusir untuk membawa barang-barangnya, secara tiba-tiba Holmes menangkap si kusir dan memperkenalkan kepada Watson, Gregson dan Lestrade bahwa kusir tersebut, yang bernama Jefferson Hope sebagai pelaku pembunuhan. Kisah berikutnya menceritakan latar belakang pembunuh, alasan pembunuh membunuh Drebber dan Strangerson, dan penjelasan Holmes bagaimana menemukan pelakunya dengan ilmu deduksi analisis.
D. HUBUNGAN ILMU DEDUKSI ANALISIS SHERLOCK HOLMES DENGAN BEHAVIORISME Dalam novel A Study in Scarlet atau Penelusuran Benang Merah, Sherlock Holmes menggunakan ilmu yang mampu menangani masalah-masalah criminal yang detektif biasa tidak dapat pecahkan. Nama ilmu ini adalah deduksi analisis. Deduksi analisis adalah ilmu Jenis-Jenis Jawaban Sherlock Holmes akibat Deduksi Analisis …(Rachmad Dio P)
88
yang menelusuri mata rantai. Seperti yang dikatakan Sherlock Holmes: Melalui setetes air, seorang ahli logika dapat membedakan apakah air itu berasal dari laut atau dari air terjun tanpa harus melihat air itu diambil dari mana atau mendengar darimana air itu berasal. Semua itu dapat dilakukan karena seluruh kehidupan ini merupakan suatu mata rantai yang besar. Sifat dasarnya bisa dikenali apabila kita ditunjukan dengan suatu kunci penghubung yang dapat menghubungkan satu sama lain.Ilmu deduksi analisis ini hanya dapat diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan diperlukan kesabaran dalam mempelajarinya. Sebelum mengarah ke aspek mental dan moral yang merupakan sesuatu yang lebih sulit untuk dimengerti, mulailah dengan hal yang dasar, yang harus dikuasai seseorang untuk mengetahui suatu hal. Misalkan, apabila bertemu dengan seseorang, dengan sekilas pandang belajarlah untuk mengetahui latar belakang dan pekerjaan atau profesinya. Hal-hal yang sepele kalau diperhatikan justru akan mempertajam pengamatan dan mengajarkan kepada kita mengenai apa yang kita cari.
Sir Arthur Conan Doyle menulis novel Sherlock Holmes, terinspirasi dari dosennya, Professor Dr. Joseph Bell. Professor Dr. Joseph Bell adalah salah satu dosen medis yang terkenal dalam ilmu deduksi logika dan pemecahan puzzle. Karena Doyle telah lama belajar dengan dosennya ini, maka novel Doyle erat hubungannya dengan deduksi analisis. Deduksi analisis ternyata menghasilkan karakter Sherlock Holmes. Perkataan maupun perbuatan Sherlock Holmes tidak bisa lepas oleh ilmu ini. Maka peneliti dapat menyimpulkan adanya bentuk behaviorisme dari deduksi analisis sebagai stimulus utama dan karakter Sherlock Holmes sebagai responnya,
E. JENIS- JENIS KARAKTER BEHAVIORISME AKIBAT HUBUNGAN ILMU DEDUKSI ANALISIS Dalam novel ini, Sherlock Holmes menangani kasusnya dengan beberapa karakter respon yang dikenalkan oleh Skinner. a. Mands Dalam karakter ini terjadi di dalam kasus menebak pekerjaan orang. Contoh kalimat yang ditemukan dalam peracakapan antara Watson dan Homes, sebagai berikut: Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 84 – 95
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
89
Watson: “I wonder what that fellow is looking for?” I asked, pointing to a stalwart, plainly-dressed individual who was walking slowly down the other side of the street, looking anxiously at the numbers. He had a large blue envelope in his hand, and was evidently the bearer of a message. Watson: “Apa kira-kira yang dicari orang itu, ya?” ujarku, menunjuk pria berpakaian biasa yang tengah berjalan perlahan-lahan di seberang jalan, memeriksa nomor-nomor rumah dengan gelisah. Ia membawa amplop biru besar yang tampaknya berisi surat. “You mean the retired sergeant of Marines,” said Sherlock Holmes. “Maksudmu pensiunan Sersan Marinir itu?” kata Holmes.
Dalam percakapan ini, Sherlock Holmes mengatakan “Maksudmu pensiunan Sersan Marinir itu?” kata Holmes. Jawaban Holmes ini jawaban yang langsung terlontar begitu saja seperti dia sudah mengenal lama orang yang sedang mencari nomor rumah tersebut. Faktanya Holmes tidak mengenal orang itu sama sekali, tapi mengetahui pekerjaannya. Pengetahuan Holmes tentang pekerjaan orang tersebut berdasarkan ilmu yang telah digelutinya, yaitu ilmu deduksi analisis. Watson saat itu kesal dengan Holmes yang membanggakan dirinya atas ilmu yang diterapkannya itu. Watson benar-benar penasaran apakah dia selalu benar dalam analisisnya mengetahui pekerjaan dan latar belakang orang dengan ilmunya itu. Maka dia memberikan pertanyaan sepele yang secara tidak sengaja meminta paksa Holmes untuk menjawabnya. Pertanyaan Watson ini berupa stimulus dan jawaban Holmes adalah bentuk respon yang disebut dengan Mands atau jenis jawaban dari stimulus permintaan yang memaksa menghasilkan sebuah jawaban.
b. Tact Karakter kedua terjadi dalam kasus pemecahan masalah kasus kematian sesorang di Lauristons Gardens. Respon disini terjadi akibat stimulus penglihatan atau pengamatan Sherlock Holmes. Sherlock Holmes merespon dengan menjelaskan ciri-ciri pelaku pembunuhan. Berikut Holmes dalam menyatakan responnya: “Come along, Doctor,” he said; “we shall go and look him up. I’ll tell you one thing which may help you in the case,” he continued, turning to the two detectives. “There has been murder done, and Jenis-Jenis Jawaban Sherlock Holmes akibat Deduksi Analisis …(Rachmad Dio P)
90
the murderer was a man. He was more than six feet high, was in the prime of life, had small feet for his height, wore coarse, square-toed boots and smoked a Trichinopoly cigar. He came here with his victim in a four-wheeled cab, which was drawn by a horse with three old shoes and one new one on his off fore leg. In all probability the murderer had a florid face, and the finger-nails of his right hand were remarkably long. These are only a few indications, but they may assist you.”
"Ayo, Dokter," katanya padaku, "kita harus menemui orang ini . Omong – omong, akan kuberitahukan satu hal yang bisa membantu memecahkan kasus ini, "katanya kepada kedua detektif . "Memang sudah terjadi pembunuhan, dan pembunuhnya seorang pr ia .Tinggi pria itu lebih dari 180 sentimeter, usianya tak lebih dari empat puluh, te lapak kakinya terlalu kecil dibandingkan dengan tingginya. Ia mengenakan sepatu bot kasar berujung persegi dan megisap cerutu Trichinopoly. Ia datang kemari denga korban menggunakan kereta beroda empat, yang ditarik seekor kuda dengan tiga ladam tua dan satu yang masih baru di kaki depannya. Kemungkinan pembunuh ini berjanggut dan berkumis, kuku jari tangannya sangat panjang. Itu hanya beberapa indikasi, tapi mungkin bisa membantu kalian.”
Dari pernyataan di atas Sherlock Holmes menjawab dari bukti yang dilihatnya. Bukti yang dilihat merupakan stimulus dan responnya adalah jawaban mengenai kasus pembunuhan tersebut. Karakter jawaban ini disebut dengan Tact. Beberapa Bukti yang merupakan stimulus, dapat dilihat dari keadaan berikut ini: Stimulus pertama saat pertama kali Sherlock Holmes sampai di depan rumah, tepatnya rumah yang terdapat kasus kematian yang akan ditangani oleh Sherlock Holmes. Sherlock Holmes mengamati dan menyusuri beberapa bukti dari sana. Keadaan Holmes saat menyelidik digambarkan oleh perkataan Watson. Nothing appeared tobe further from his intention. With an air of nonchalance which, under the circumstances, seemed to me to border upon affectation, he lounged up and down the pavement, and gazed vacantly at the ground, the sky, the opposite houses and the line of railings. Having finished his scrutiny, he pro-ceeded slowly down the path, or rather down the fringe of grass which flanked the path, keeping his eyes riveted upon the ground. Twice he stopped, and once I saw him smile, and heard him utter an exclamation of satisfaction. There were many marks of footsteps upon the wet clayey soil, but since the police had been coming and going over it, I was unable to see how my companion could hope to learn anything from it. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 84 – 95
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
91
Still I had had suci extraordinary evidence of the quickness of his perceptive faculties, that I had no doubt that he could see a great deal which was hidden from me. Dengan acuh tak acuh, temanku itu malah menyusuri halaman dan dengan pandangan kosong menatap tanah, langit, rumah-rumah di seberang, serta jajaran pagar. Setelah itu ia perlahan-lahan menyusuri jalan setapak, denga pandangan terpaku ke tanah. Dua kali ia berhenti, dan sekali kulihat ia tersenyum, lalu berseru penuh kepuasa. Ada banya jejak kaki di tanah basah tersebut, tapi polisi telah berkeliaran disana, aku tidak tahu bagaimana temanku berharap dapat mempelajari sesuatu dari sana. Sekali pun begitu aku telah mendapat bukti akan kemampuan persepsinya yang luar biasa, sehingga aku tidak ragu bahwa ia mampu melihat banyak hal yang tersembunyi dariku.
Stimulus yang kedua saat Sherlock meneliti mayat. Kalimat ini digambarkan oleh Watson sebagai berikut: As he spoke, his nimble fingers were flying here, there, and everywhere, feeling, pressing, un-buttoning, examining, while his eyes wore the same far-away expression which I have already remarked upon. So swiftly was the examination made, that one would hardly have guessed the minuteness with which it was conducted. Finally, he sniffed the dead man’s lips, and then glanced at the soles of his patent leather boots. Sambil berbicara, holmes sibuk meraba-raba mayat itu, menekan, membuka kancing, memeriksa, sementara pandangannya menerawang. Begitu cepat pemeriksaannya, sehingga sulit untuk menebak ketelitiannya. Akhirnya, Holmes mengendus bibir mayat itu lalu melirik sol-sol sepatu kulitnya.
Stimulus ketiga, penelitian Sherlock Holmes setelah Lestrade menemukan kata “RACHE”. Pengamatan, penelitian dan penyeledikannya digambarkan Watson sebagai berikut: As he spoke, he whipped a tape measure anda large round magnifying glass from his pocket. With these two implements he trotted noiselessly about the room, sometimes stopping, occasionally kneeling, and once lying flat upon his face. So engrossed was he with his occupation that he appeared to have forgotten our presence, for he chat-tered away to himself under his breath the whole time, keeping up a running fire of exclamations, groans, whistles, and little cries suggestive of en-couragement and of hope. As I watched him I was irresistibly reminded of a pure-blooded well-trained foxhound as it dashes backwards and for-wards through the covert, whining in its eagerness, until it comes across the lost scent. For twenty minutes or Jenis-Jenis Jawaban Sherlock Holmes akibat Deduksi Analisis …(Rachmad Dio P)
92
more he continued his researches, mea-suring with the most exact care the distance be-tween marks which were entirely invisible to me, and occasionally applying his tape to the walls in an equally incomprehensible manner. In one place he gathered up very carefully a little pile of grey dust from the floor, and packed it away in an enve-lope. Finally, he examined with his glass the word upon the wall, going over every letter of it with the most minute exactness. This done, he appeared to be satisfied, for he replaced his tape and his glass in his pocket. Holmes mengeluarkan pita pegukur dan kaca pembesar dari sakunya. Dengan kedua alat ini ia berkeliaran tanpa suara di ruangan tersebut, terkadang berhenti, sesekali berlutut, dan sekali menelungkup. Ia begitu tenggelam dalam kesibukannya sehingga tampak melupakan kehadiran kami. Ia berceloteh pelan sendiri sepanjang waktu, melontarkan seruan, erangan, siulan. Saat mengawasinya, aku jadi teringat pada anjing pemburu rubah yang sangat terlatih yang melesat kesana-kemari, merengek penuh semangat sehingga menemukan bau yang dicari. Selama sekitar dua puluh menit Holmes meneliti, mengukur dengan sangat hati-hati jarak antara tanda-tanda yang sama sekali tidak terlihat olehku,juga mengukur dinding dengan sikap yang sama misteriusnya. Di satu tempat, dengan hati-hati ia mengumpulkan sedebu kelabu dari lantaidan memasukkannya ke dalam amplop. Akhirnya, ia memeriksa tulisan di dinding dengan kaca pembesar, mempelajari setiap huruf dengan ketepatannya yang luar biasa. Setelah selesai, ia tampak puas karena ia mengantongi kembali pita pengukur dan kaca pembesarnya.
c. Echoic Karakter ketiga terdapat dalam kasus Sherlock Holmes membedakan kasus darah. Sherlock Holmes menanyakan apakah darah itu darah dari tersangka atau bukan kepada beberapa detektif yang berada di sana. Dan para detektif tersebut berkata “Positif?” maksudnya darah itu bukan darah korban. Dari kata “Postif” ini, Holmes menanggapi pernyataan setuju. Jadi stimulus yang terdapat dalam kasus ini adalah stimulus suatu kata yang diucapkan oleh para detektif. Dan responnya berupa perkataan memiliki pendapat sama. Stimulus dan respon dalam kasus ini dapat ditemukan dalam kalimat berikut ini: “Positive!” cried both detectives. “Positif!” seru kedua detektif itu. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 84 – 95
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
93
“Then, of course, this blood belongs to a second individual— presumably the murderer, if mur-der has been committed. It reminds me of the cir-cumstances attendant on the death of Van Jansen, in Utrecht, in the year ’34. Do you remember the case, Gregson?” “Kalau begitu, darah ini milik orang kedua, pembunuhnya, kalau peristiwa ini dianggap sebagai pembunuhan. Situasi disini mirip dengan situasi pada saat kematian Van Jansen, di Utrecht, tahun ’34. Kau ingat kasus itu, Gregson?”
d. Instrumental Tekstual Karakter keempat, terdapat dalam kasus ditemukannya kata “Rache” oleh detektif Lestrade. Sesaat setelah Holmes menyuruh para detektif mengautopsi mayat, detektif Lestrade menemukan tulisan “Rache” yang ditulis dengan darah di sudut tembok. Sherlock Holmes menanggapi hal ini sebagai hal yang tidak begitu penting. Karena kata “Rache” disitu tidak ada hubungannya dengan nama orang seperti “Rachel” yang diduga kuat oleh detektif Lestrade bahwa korban ingin menulis kata tersebut untuk menunjukkan nama tersangka. “Rache” menurut Holmes adalah kata dari bahasa Jerman yang berarti pembalasan. Jadi kata “Rache” merupakan stimulus tekstual yang menghasilkan respon dari Holmes yaitu “Pembalasan.” Berikut data yang menunjukkan stimulus tekstual dan responnya: Stimulus tekstual I have remarked that the paper had fallen away in parts. In this particular corner of the room a large piece had peeled off, leaving a yellow square of coarse plastering. Across this bare space there was scrawled in blood-red letters a single word— RACHE. Sebelum ini aku telah menerangkan bahwa kertas pelapis dinding ruang makan sebagian robek. Di sudut ruangan yang ini secabik besar kertas dindingnya telah terkelupas, menyisakan semen kekuningan kasar berbentuk persegi. Di tempat kosong ini, dengan, dengan huruf-huruf merah darah, tertulis… RACHE
Jenis-Jenis Jawaban Sherlock Holmes akibat Deduksi Analisis …(Rachmad Dio P)
94
Respon Sherlock Holmes “One other thing, Lestrade,” he added, turning round at the door: “ ‘Rache,’ is the German for ‘revenge;’ so don’t lose your time looking for Miss Rachel.” “Satu hal lagi, Lestrade,” tambahnya, bebalik di depan pintu, ‘Rache’ adalah kata Jerman untuk pembalasan, jadi jangan membuang-buang waktumu dengan mencari Miss Rachel.
F. KESIMPULAN Berdasarkan analisis di atas, peneliti menyimpulkan bahwa jenisjenis kalimat Sherlock Holmes merupakan pengaruh dari ditemukannya ilmu deduksi analisis. Jenis-jenis kalimat ini dibagi berdasarkan karakter behaviorisme, antara lain: Mand, Tact, Echoic, dan Instrumental tekstual. Mand merupakan karakter pertama behavorisme yang terjadi karena adanya stimulus permintaan yang bersifat memaksa. Karakter ini terdapat pada kasus Sherlock Holmes menebak pekerjaan orang. Tact merupakan karakter kedua behaviorisme yang terjadi karena adanya stimulus penglihatan benda. Karakter ini terdapat pada kasus pemecahan masalah kasus kematian. Echoic merupakan karakter ketiga behaviorisme yang terjadi akibat stimulus perkataan orang lain. Karakter ini terdapat pada kasus Sherlock Holmes dalam membedakan darah. Karakter behaviorime terakhir adalah Instrumental tekstual. Karakter ini terjadi karena adanya stimulus teks dan terdapat dalam kasus penemuan kata “RACHE.”
G. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Print. Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010. Print. Doyle, Conan. A Study in Scarlet. United Kingdom: Warlock & Co, 1887. Print. Doyle, Conan. Penelusuran Benang Merah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001. Print. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 84 – 95
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
95
Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Print. Subroto, D. Edi. Pengantar Metode Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 1992. Print. Syakur, Nazri. Proses Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008. Print. Tarigan, Henry. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa, 1984. Print.
Jenis-Jenis Jawaban Sherlock Holmes akibat Deduksi Analisis …(Rachmad Dio P)