132
JENIS-JENIS BAKTERI GRAM NEGATIF POTENSIAL PATOGENPADA IKAN KERAPU LUMPUR (Epinephelus tauvina) DI KERAMBA JARING APUNG PERAIRAN BELAWAN Potential Pathogens of Gram Negative Bacteria to Greasy Grouper (Epinephelus tauvina) in Floating Net Cages, Belawan Prasetia Ajitama1), Dwi Suryanto2), Yunasfi3) Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email:
[email protected]) 2) Staf Pengajar Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara 3) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 1)
ABSTRACT Greasy Grouper (E. tauvina) is a popular fish among Indonesian. Pest and disease of greasy grouper becomes one the most important factors of the success of the aquaculture of the Greasy Grouper. Greasy grouper with disease syimtomt were taken from Floating Net Cages (FNC) located in Belawan. This study aimed toobserve disease potential pathogenic bacteria,which infected the greasy grouper and was also foundin FNC. The study was conducted from May to August 2014 in SKIPM Laboratory of Class I Medan II. The isolation and characterization of the bacterial pathogen of the greasy grouper and FNC water was condacted using dilution methods. Three species of potential phatogenic bacteria were found i.e Aeromonas salmonicida, Edwardsiella ictaluri, and Vibrio harveyi. Keywords:Epinephelus tauvina, Floating Net Cages, Bacterial pathogens PENDAHULUAN Ikan kerapu lumpur (E. tauvina) merupakan ikan yang populer di kalangan masyarakat luas dan menjadi kegemaran banyak orang di Indonesia. Hama serta penyakit yang ada pada budidaya ikan kerapu lumpur menjadi salah satu faktor yang cukup menentukan akan keberhasilan budidaya ikan kerapu lumpur.Permasalahan yang timbul dalam proses pemeliharaan ikan kerapu dalam Keramba Jaring Apung (KJA) adalah timbulnya penyakit. Beberapa jenis penyakit yang ditemukan pada kegiatan pemeliharaan tersebut antara lain borok pada pangkal sirip ekor, sirip yang busuk, dan mulut merah. Selain
itu, ikan kerapu juga sering terserang penyakit parasitik yang diakibatkan bakteri dari genus Vibrio. Hal ini mendorong perlu diadakan pengkajian tentang penyakit yang menyerang ikan kerapu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis bakteri Gram negatif potensial patogen yang paling dominan hidup dan menginfeksi ikan kerapu lumpur, serta jenis bakteri patogen pada air tempat ikan kerapu lumpur itu hidup. Manfaat dari penelitian ini sebagai informasi bagi pembudidaya ikan laut dengan mengetahui bakteribakteri Gram negatif potensial patogen yang dapat menginfeksi ikan
133
laut khususnya ikan kerapu lumpur serta bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada air tempat ikan kerapu lumpur itu hidup. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2014.Lokasi pengambilan sampel ikan kerapu lumpur dilakukan di KJA milik UD. Sundorodi perairan Belawan. Identifikasi sampel ikan dan air dilakukan di Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Kelas I Medan II, Jalan Pelabuhan Perikanan Samudera Gabion Belawan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain laminar air flow, autoklaf, inkubator, timbangan analitik, hot plate, cawan Petri, tabung reaksi, lampu Bunsen, botol sampel, coolbox, alumunium foil, magnetic stirer, labu Erlenmeyer, oven, mikroskop, jarum ose, dissecting set,alat tulis, kertas label, komputer, camera.Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut sampel uji ikan dan air, Thiosulfate Citrate Bile Sucrose (TCBS), Rimler Shotts Agar (RSA), Mac Conkey Agar (MCA), Tryptic Soy Agar (TSA), Oksidatif/Fermentatif (O/F), Motitlity Indol Ornithin (MIO), Sulfit Indol Motility (SIM), bahan untuk uji pewarnaan Gram (Crystal violet, aquades, lugol iodine, safranin, dan etil alkohol 95%), KOH, Hidrogen Peroksida (H2O2), Oksidase, Alkohol 70%.
Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel ikan kerapu lumpur yang mengalami gejala penyakit bakterial di KJA. Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yaitu sterilisasi alat dan bahan, pembuatan media bakteri, pengambilan sampel ikan dan air, isolasi dan identifikasi bakteri potensial patogen pada ikan dan air, karakterisasi bakteri, dan uji reaksi biokimia. Pengambilan Sampel Ikan dan Sampel Air Sampel ikan kerapu lumpur (E. tauvina) diambil dari KJA Belawan. Ikan yang diambil sebagai sampel dipilih ikan yang mengalami gejala penyakit seperti terdapatnya borok atau luka pada permukaan tubuh ikan. Sampel ikan dimasukkan kedalam kantong plastik berisi air KJA dan kemudian dibawa ke laboratorium dalam keadaan hidup untuk dilakukan pengidentifikasian. Pengambilan sampel air dilakukan dengan mengambil contoh air KJA dengan menggunakan botol steril. Botol yang telah berisi air hasil sampling dimasukkan ke dalam coolbox untuk menjaga agar bakteri tidak mati kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen dari Sampel Ikan Bakteri patogen diisolasi pada beberapa bagian tubuh ikan yaitu hati, ginjal, limfa dan kulit yang mengalami luka atau borok. Isolasi bakteri dilakukan dengan menggunakan teknik cawan gores atau streak plate pada bagian-bagian tubuh ikan tersebut. Kemudian di goreskan pada 3 media selektif yang
134
berbeda yaitu TCBS, RSA dan MCA, setelah itu kultur diinkubasi dengan posisi cawan terbalik selama 24 – 48 jam pada suhu ruang. Bakteri yang tumbuh pada 3 media selektif tersebut kemudian dipindahkan ke media TSA dengan menggunakan teknik cawan gores atau streak plate, kultur diinkubasi dengan posisi cawan terbalik selama 24 – 48 jam pada suhu ruang (Darmayasa, 2008). Selanjutnya dilakukan pengamatan secara makroskopik dan mikroskopik dengan pewarnaan Gram, serta serangkaian uji biokimia untuk identifikasi spesies bakteri yang ada dalam sampel ikan. Pengamatan karakter makroskopik koloni bakteri meliputi ukuran, pigmentasi (warna koloni), bentuk karakter mikroskopik meliputi ukuran, warna, dan bentuk bakteri. Uji biokimia meliputi uji KOH, uji katalase, uji oksidase, uji indol, uji motilitas, uji H2S, uji oksidatif fermentatif (O/F), uji citrate, uji TSIA, uji MIO, uji LIA, uji urease, uji gelatin, uji methyl red, dan uji vogesproskauer serta uji gula-gula sebagai uji tambahan (uji glukosa, uji manitol, uji sorbitol, uji laktosa dan uji maltosa). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen dari Sampel Air Tahap isolasi sampel air yang dianalisis dan dikultur menggunakan seri pengenceran. Metode seri pengenceran dilakukan dengan mengambil sampel air ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades lalu dihomogenisasi menggunakan vortex stirrer selama 2 – 4 menit sehingga didapat pengenceran10-1, untuk mendapatkan pengenceran 10-2 dilakukan dengan mengambil 1 ml dari pengenceran
10-1 dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades, demikian seterusnya dilakukan seri pengenceran 10-3. Pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3 kemudian dimasukkan kedalam cawan petri pada 3 media selektif yang berbeda yaitu MCA, RSA dan TCBS dengan menggunakan teknik cawan tuang atau pour plate. Kultur yang ada pada media selektif tersebut diinkubasi dengan posisi cawan terbalik selama 24 – 48 jam pada suhu ruang. Setelah koloni tumbuh di masing-masing media kemudian diinokulasikan masing-masing koloni tersebut pada TSA. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara makroskopik dan mikroskopik dengan pewarnaan Gram, serta serangkaian uji biokimia untuk identifikasi spesies bakteri seperti pada sampel ikan. Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Setelah diinkubasi selama 48 jam, dilakukan isolasi bakteri dengan metode goresan kuadran beberapa tahap hingga diperoleh 1 isolat yang murni. Isolat-isolat yang diperoleh kemudian diamati morfologi. Pengamatan pada morfologi koloni seperti warna koloni bakteri diamati secara makroskopik sedangkan bentuk, tepian, dan elevasi diamati secara mikroskopik dengan pembesaran 100 kali. Pengamatan morfologi sel dilakukan dengan melakukan pewarnaan Gram dan uji reaksi biokimia. Pewarnaan Gram dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bakteri Gram positif dan Gram negatif secara mikroskopik pada kaca preparat dengan pembesaran 1000 kali sehingga dapat
135
diketahui bentuknya (kokus, batang atau spiral) (Hadioetomo, 1993). Uji reaksi biokimia yang bertujuan untuk menumbuhkan bakteri yang diinginkan dalam media. Uji biokimia meliputi uji KOH, uji katalase, uji oksidase, uji indol, uji motilitas, uji H2S, uji oksidatif fermentatif (O/F), uji citrat, uji TSIA, uji MIO, uji LIA, uji urease, uji gelatin, uji methyl red, dan uji voges proskauer serta uji gula-gula sebagai uji tambahan (uji glukosa, uji manitol, uji sorbitol, uji laktosa dan uji maltosa). Uji reaksi biokimia yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan. Analisis Data Setelah dilakukan semua uji dibuat tabel hasil sehingga mudah dalam pembacaan ciri-ciri bakteri.
Referensi untuk identifikasi bakteri menggunakan buku “Manual for the Identification of medical Bacteria” oleh Cowan and Steels (1974), “Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology” oleh Holt dkk., (1994) dan “Bacteria from Fish and Other Aquatic Animals” Oleh N.B. Buller (2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ikan Terserang Penyakit Tanda-tanda ikan yang terinfeksi penyakit pada KJA ditunjukkan dengan adanya lesi, borok atau luka dan lendir yang berlebihan pada sampel ikan dan hal ini merupakan gejala klinis dari ikan sakit yang akan di uji seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur (E. tauvina) yang terinfeksi penyakit
Pada pemeriksaan organ dalam ikan uji juga terdapat gejala klinis seperti pada hati, ginjal dan limfa. Hati ikan uji terlihat pucat, berwarna merah kekuning-kuningan
(a)
dan mengeluarkan bau tak sedap. Ginjal pada ikan uji terlihat terdapat pembengkakan, dan limfa berwarna pekat dan terlihat tidak sehat seperti tampak pada Gambar 2.
(b)
(c)
Gambar 2. Organ Dalam (a) Hati (b) Ginjal (c) Limfa
Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen Pada Ikan dan Air Bakteri Gram negatif potensial patogen pada ikan kerapu lumpur (E. tauvina) dan sampel air KJA yang didapat selama penelitian
sebanyak 3 jenis yaitu Vibrio harveyi, Aeromonas salmonicida, dan Edwardsiella ictaluri. Secara keseluruhan bakteri Gram negatif potensial patogen pada ikan dan air
136
yang paling dominan adalah bakteri Vibrio harveyi. Bakteri Gram negatif potensial patogen pada sampel ikan kerapu lumpur ditemukan sebanyak 3 spesies bakteri yang menginfeksi organ dalam (ginjal, hati, dan limfa) dan lesi, yaitu terdapat bakteri Vibrio harveyi, bakteri Aeromonas salmonicida, dan bakteri Edwardsiella ictaluri.
Pada sampel air KJA dengan menggunakan metode pengenceran ditemukan sebanyak 1835 cfu/ml bakteri (Tabel 1). Jumlah sel tersebut terdiri atas 1120 cfu/ml bakteri Vibrio harveyi, 100 cfu/ml bakteri Aeromonas salmonicida dan 715 cfu/ml bakteri Edwardsiella ictaluri yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Sel Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen Pada Sampel Air KJA 1 (cfu/ml) 377 – 505
Bakteri Vibrio harveyi Aeromonas salmonicida Edwardsiella ictaluri
KJA 2 (cfu/ml) 373 100 200
KJA 3 (cfu/ml) 370 – 10
Morfologi Koloni Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen Pada Ikan dan Air Bakteri Gram negatif A. salmonicida, dan E. ictaluri potensial patogen yang ditemukan memiliki tepian dan elevasi yang dapat dilihat dari morfologi koloni sama, hanya terdapat perbedaan pada meliputi tepian, elevasi dan warna warna dari masing-masing ketiga koloni yang dapat dilihat pada Tabel bakteri tersebut. Perbedaan warna 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat bakteri dapat dilihat pada Gambar 3. dijelaskan bahwa bakteri V. harvei, Tabel 2. Morfologi Koloni Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen Pada Ikan dan Air Koloni Media TCBS RSA MCA
Tepian Rata Rata Rata
(a)
Gambar 3.
Elevasi Cembung Cembung Cembung
Spesies
Warna Kuning Agak Kekuningan Putih
(b)
Vibrio harveyi Aeromonas salmonicida Edwardsiella ictaluri
(c)
(a) Bentuk koloni isolat Vibrio harveyi (b) Bentuk koloni isolat Aeromonas salmonicida (c) Bentuk koloni isolat Edwardsiella ictaluri (perbesaran 100x)
Morfologi Sel Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen Pada Ikan dan Air Pengamatan morfologi sel mengidentifikasi bakteri potensial perlu dilakukan pewarnaan Gram patogen yang menginfeksi sampel dan uji Biokimia untuk ikan kerapu lumpur (E. tauvina).
137
Pewarnaan Gram yang dilakukan secara mikroskopik dengan perbesaran 1000x didapat hasil pewarnaan Gram bakteri V. harveyi, A. salmonicida dan E. ictaluri berwarna merah muda yang
(a) Gambar 4.
(b)
merupakan Gram negatif dan berbentuk basil atau batang kecuali bakteri V. harveyi berbentuk batang bengkok. Pewarnaan Gram bakteri tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
(c)
Bentuk Sel dari Isolat (a) Vibrio harveyi (b) Aeromonas salmonicida (c) Edwardsiella ictaluri (perbesaran 1000x)
Hasil pengamatan morfologi sel berupa pewarnaan Gram dan uji Biokimia yang dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri yang ditemukan pada ikan dan air diduga merupakan bakteri potensial patogen, bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit pada ikan
kerapu lumpur (E. tauvina). Bakteri potensial patogen ini juga ditemukan pada KJA yang merupakan tempat ikan kerapu lumpur itu hidup. Hasil pengamatan morfologi sel baik pewarnaan Gram dan uji biokimia dari ketiga bakteri dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.
Tabel 3. Hasil pengamatan morfologi sel berupa pewarnaan Gram dan uji biokimia bakteri Vibrio harveyi Kode Isolat Bakteri Ikan Air Vh12, Vh13, Vh17, Karakter Vibrioharveyi Vh1, Vh5, Vh7, Vh8, Vh19, Vh24, Vh25, Vh11, Vh14, Vh22, Vh32, Vh35, Vh39 Vh31, Vh34, Vh38 Vh41 Pewarnaan Gram Bentuk Batang Batang Batang Sifat Gram Uji Biokimia Oksidase + + + Katalase + + + Motilitas + + + H2S Indol + Citrat + + + Urease + LIA + TSIA A/K A/K MR + + + VP O/F F F F Gelatin + -
138
Uji Gula-Gula Glukosa + + + Laktosa Sorbitol Sukrosa V + + Manitol + + + Media Selektif TCBS + + + TSA + + Keterangan: (+) positif, (-) negatif, O (Oksidatif), F (Fermentatif), V (Variabel),(A) Acid, (K) Alkali
Tabel 4.
Hasil pengamatan morfologi sel berupa pewarnaan Gram dan uji biokimia bakteri Aeromonas salmonicida Kode Isolat Bakteri Aeromonas Ikan Air Karakter salmonicida As3, As10, As20, As18 As23, As27, As37 Pewarnaan Gram Bentuk Batang Batang Batang Sifat Gram Uji Biokimia Oksidase + + + Katalase + + + Motilitas H2S + + + Indol + Citrat V + + Urease LIA + + TSIA A/K A/K MR V VP O/F F F F Gelatin + + Uji Gula-Gula Glukosa + + Laktosa Sorbitol Sukrosa V + + Manitol + + Media Selektif RSA + + + TSA + + Keterangan: (+) positif, (-) negatif, O (Oksidatif), F (Fermentatif), V (Variabel), (A) Acid, (K) Alkali
139
Tabel 5.
Hasil pengamatan morfologi sel berupa pewarnaan Gram dan uji biokimia bakteri Edwardsiella ictaluri Kode Isolat Bakteri Edwardsiella Ikan Air Karakter ictaluri Ei2, Ei4, Ei16, Ei26, Ei6, Ei9, Ei33, Ei15, Ei29, Ei30, Ei40 Ei21 Pewarnaan Gram Bentuk Batang Batang Batang Sifat Gram Uji Biokimia Oksidase Katalase + + + Motilitas + H2S + Indol Citrat + + Urease LIA + + TSIA K/K K/K MR + + + VP O/F F F F Gelatin + Uji Gula-Gula Glukosa + + + Laktosa Sorbitol Sukrosa + + Manitol + + Media Selektif MCA + + + TSA + + Keterangan: (+) positif, (-) negatif, O (Oksidatif), F (Fermentatif), V (Variabel),(A) Acid, (K) Alkali
Kualitas Air Kondisi lingkungan perairan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan pada habitatnya, satu diantaranya KJA.
Hasil pengamatan kondisi kualitas air di KJA perairan belawan disajikan pada pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil pengukuran kualitas air di KJA Perairan Belawan KJA 1 2 3
Suhu (oC) 30 31 31
Salinitas(‰) 21 21 21
Pembahasan Penyakit Ikan Hasil pengamatan gejala klinis yang terlihat pada ikan kerapu
Kecerahan (m) 1 1,5 1
pH 8 7 6
lumpur yang diambil dari keramba jaring apung menunjukkan terdapatnya lesi, luka atau borok dan lendir yang berlebih pada bagian luar
140
tubuh ikan. Pada pengamatan di lapangan ikan kerapu lumpur yang diduga sakit juga berenang ke permukaan, pergerakan lambat dan berada disudut atas keramba jaring apung. Wahjuningrum, dkk (2010) menyatakan bahwa dalam melakukan identifikasi atau diagnosis penyakit ikan, nama penyakit dan gejala klinisnya penting diketahui karena dapat membantu dalam menentukan kepastian penyebabnya. Pada pemeriksaan organ dalam ikan uji terlihat hati berwarna merah kekuning-kuningan dan berbau tidak sedap, ginjal terlihat pembengkakan dan limfa berwarna merah tua dan agak gelap. Menurut Sudheesh, Xu (2001), terjadinya penyakit sangat berkaitan dengan faktor-faktor patogenisitas bakteri, kecepatan perkembangbiakan patogen, maupun faktor pertahanan inang dalam melawan patogen. Bakteri yang mampu bertahan tersebut akan masuk kedalam aliran darah sehingga menyebar ke seluruh sel tubuh inang maupun menuju organ target. Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen Pada Ikan dan Air Isolasi bakteri pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bakteri potensial patogen pada ikan kerapu lumpur yang diduga sakit. Hasil isolasi pada luka, hati, ginjal dan limfa pada ikan uji serta sampel air yang diambil di keramba jaring apung tempat ikan itu hidup didapatkan 3 jenis bakteri potensial patogen yaitu Vibrio harveyi, Aeromonas salmonicida, dan Edwardsiella ictaluri. Bakteribakteri ini merupakan bakteri penyebab penyakit pada ikan yang menyebabkan penyakit vibriosis, furuncolosis dan edwarsiellosis.
Bakteri V. harveyi pada isolasi ikan uji dan sampel air merupakan bakteri Gram negatif potensial patogen yang paling dominan ditemui pada ikan kerapu lumpur dan air. Organ yang paling banyak ditemukan bakteri ini adalah limfa. Saptiani, dkk (2012), V. harveyi adalah golongan bakteri Gram negatif yang ada di perairan laut yang menyebabkan timbulnya penyakit vibriosis. Bakteri ini memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan dan juga lipopolisakarida, yang fungsinya melindungi sel. Bakteri ini sulit diberantas dengan obat antibiotik, yang sudah terserang umumnya tidak dapat disembuhkan. Bakteri yang resisten terhadap antibiotik dapat mentransfer gen resisten ke bakteri lain melalui air dan pakan. Bakteri V. harveyi yang ditemukan pada ikan kerapu lumpur merupakan bakteri Gram negatif potensial patogen yang dapat menyebabkan penyakit vibriosis. Ikan ini terlihat terdapat luka selain organ hati, ginjal dan limfa juga ditemukan bakteri tersebut. Menurut Tonguthai (1997), larva ikan kerapu sangat mudah terkena penyakit vibriosis yang disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi. Penyakit ini sangat umum ditemukan baik di keramba jaring apung (KJA) air laut maupun air payau. Gejala klinis yang unik pada penyakit vibriosis adalah larva yang terinfeksi V. Harveyi terlihat berpendar atau bercahaya (luminescence) ketika diamati pada malam hari. Bakteri A. salmonicida pada isolasi ikan uji dan sampel air merupakan bakteri Gram negatif potensial patogen. Organ hati merupakan yang paling banyak ditemukan bakteri ini dan terdapat
141
100 cfu/ml bakteri yang ditemukan pada sampel air. Menurut Muslim, dkk (2009), Penularan bakteri ini melalui air, kontak badan, pemakaian alat yang telah tercemar atau karena alat digunakan untuk pemindahan ikan yang telah terserang bakteri Aeromonas. Ikan kerapu yang pada penelitian ini mengalami luka atau lesi pada kulit dan juga tubuh ikan menjadi berlendir dan sedikit gelap. Organ hati pada ikan pun terlihat semakin gelap dan pekat. Menurut Prayogo, dkk (2011), A. salmonicida dapat menimbulkan gejala furunculosis. Serangan bakteri ini baru terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stres yang disebabkan oleh penurunan kualitas air, kekurangan pakan atau penanganan yang kurang tepat. A. salmonicida dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut. Penularan bakteri Aeromonas dapat berlangsung melalui air, kontak badan, kontak dengan peralatan yang telah tercemar atau karena pemindahan ikan yang terserang Aeromonas dari satu tempat ke tempat lain. Bakteri E. ictaluri pada isolasi ikan uji dan sampel air merupakan bakteri Gram negatif potensial patogen. Organ ginjal merupakan yang paling banyak ditemukan bakteri ini. Dan pada sampel air juga ditemukan cukup banyak yaitu 715 cfu/ml bakteri ini. Penularan secara horizontal yaitu kontak antara inang satu dengan inang lainnya atau melalui air (Resty dkk., 2013). Ikan kerapu lumpur pada penelitian ini diduga terinfeksi penyakit edwardsiellosis yang disebabkan oleh bakteri E. ictaluri. Penyakit Edwardsiellosis
pada infeksi ringan, hanya menampakkan luka-luka kecil. Ukuran luka sebesar 3 – 5 mm. Luka tersebut berada disamping bagian bel akang badan (posterio-lateral) (Mayer, Bullock, 1973). Morfologi Koloni Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen Pada Ikan dan Air Pengamatan morfologi koloni pada bakteri V. harveyi ditemukan memiliki bentuk batang, tepian rata, elevasi cembung dan berwarna kuning. Menurut Felix, dkk (2011), bakteri V. harveyi termasuk genus Vibrio, memiliki ciri-ciri morfologi dengan bentuk koloni bulat, elevasi cembung, berwarna krem atau kuning dengan diameter 2 – 3 mm. Bakteri A. salmonicida memiliki bentuk batang, tepian rata, elevasi cembung dan berwarna kuning.A. salmonicida memiliki Koloni kecil, dan tumbuh setelah 48 jam pada 22 – 25oC serta tidak dapat bertahan lama di luar tubuh inangnya, aktivitas tertinggi terjadi pada temperatur 20 – 23oC (Prayogo dkk., 2011). Bakteri E. ictaluri memiliki bentuk batang, tepian rata, elevasi cembung dan berwarna putih. Menurut Mayer, Bullock (1973), bakteri E. ictaluri memiliki koloni cembung dan berwarna putih serta dapat bertahan hidup pada suhu sekitar 24˚– 28˚C yang merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri. Morfologi Sel Bakteri Gram Negatif Potensial Patogen Pada Ikan dan Air Hasil pengamatan morfologi sel yaitu pewarnaan Gram dan bentuk sel menunjukkan bakteri V. harveyi, A. salmonicida dan E.
142
ictaluri berbentuk batang dan merupakan bakteri Gram negatif karena bakteri-bakteri ini tidak mempertahan metil ungu pada pewarnaan Gram namun menyerap warna merah muda. Hal ini sesuai dengan pendapat Yulvizar (2013), yang menyatakan bahwa hampir semua bakteri patogen di laut bersifat Gram negatif. Didapatkannya semua isolat Gram negatif diduga karena bakteri Gram negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks dibanding bakteri Gram positif. Sehingga bakteri Gram negatif mampu bertahan dikondisi lingkungan yang ekstrim. Hasil dari penelitian ini ditemukannyabakteri Vibrio sp. pada media selektif TCBS, yang merupakan media khusus untuk menumbuhkan bakteri pada tingkat genus yaitu genus Vibrio. Setelah dilakukan uji biokimia pada bakteri yang ditemukan pada sampel ikan dan air terdapat sedikit perbedaan hasil uji biokimia pada Indol, urease, LIA dan gelatin. Namun hasil uji tersebut tetap mengarah pada bakteri V. harveyi. Menurut Felix, dkk (2011), bakteri V.harveyi bersifat Gram negatif, sel tunggal berbentuk batang pendek yang bengkok (koma) atau lurus, motil, oksidase positif, tidak membentuk H2S, tidak membentuk gas dari fermentasi terhadap glukosa, tumbuh pada media TCBS, dan mempunyai flagella pada salah satu kutub selnya. Berdasarkan hasil uji biokimia yang dilakukan pada bakteri Gram negatif potensial patogen ini merupakan bakteri V. harveyi yang dapat menyebabkan penyakit vibriosis pada ikan laut. Pada penelitian ini bakteri V. harveyi merupakan bakteri dominan yang ditemukan pada ikan dan air. Hal ini
sesuai dengan Yuasa, dkk (2000), jenis penyakit ikan laut adalah penyakit vibriosis yang disebabkan oleh bakteri Vibrio yang banyak ditemukan pada ikan kerapu dan infeksi bakteri ini dapat menyebabkan kematian ikan mencapai lebih dari 80% pada budidaya ikan di keramba jaring apung. Penyakit vibriosis pada ikan kerapu lumpur (E. tauvina), baik di pembenihan maupun pembesaran, merupakan salah satu jenis penyakit yang sering menyebabkan kerugian akibat kematian yang ditimbulkannya. Penyakit vibriosis disebabkan oleh bakteri V. harveyi, dan serangannya dapat menyebar dalam waktu yang cepat karena keganasan dari bakteri ini. Pada umumnya V. harveyi bersifat patogen oportunistik, yaitu organisme yang dalam keadaan normal ada di lingkungan pemeliharan yang bersifat saprofitik dan berkembang patogenik apabila kondisi lingkungan dan inangnya memburuk (Ilmiah dkk, 2012). Hasil dari penelitian ini ditemukan pula bakteri A. salmonicida, bakteri yang ditumbuhkan pada media selektif RSA, yang merupakan media khusus untuk menumbuhkan bakteri pada tingkat genus, yaitu Aeromonas. Hasil uji biokimia bakteri A. salmonicida berdasarkan Retnoningsih, dkk (2009), bakteri A. salmonicida berbentuk batang pendek non motil atau tidak bergerak, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, dan terdapat sedikit perbedaan pada uji indol, citrate dan urease. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bakteri A. salmonicida merupakan bakteri
143
potensial patogen yang dapat hidup pada organ tubuh ikan dan air tempat ikan itu hidup. Penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri A. salmonicida ini dapat ditularkan melalui air yang terkontaminasi. Menurut Muslim., dkk (2009), A. salmonicida adalah salah satu bakteri patogen yang banyak menyerang ikan dan penularannya sangat cepat melalui air atau lingkungan. A.salmonicida bersifat sangat patogenik, menyebabkan penyakit furunkulosis pada ikan sehingga berakibat kematian akut. Menurut Sumino, dkk (2013), Secara umum A. salmonicidamerupakan bakteri penyebab utama penyakit infeksi pada ikan - ikan salmonid dengan penyakit yang dikenal dengan furunkulosis, tapi sejumlah laporan juga menunjukkan insiden infeksi pada ikan non salmonid air. Bakteri A. salmonicida umumnya menyerang ikan air tawar dan menjadi masalah yang serius pada ikan air laut, khususnya pada budidaya ikan kerapu lumpur.Bakteri A. salmonicida dapat diisolasi dari ikan yang sakit ataupun ikan sehat yang bertindak sebagai carrier atau pembawa penyakit. Bakteri ini dapat hidup di luar hospes tergantung salinitas, pH, temperatur, dan kualitas air . Dari hasil penelitian ini ditemukan bakteri E. ictaluri yang terdapat pada ikan dan air yang ditumbuhkan pada media selektif MCA yang merupakan media khusus untuk menumbuhkan bakteri Gram negatif.Hal ini dilakukan agar dapat menumbuhkan bakteri potensial patogen yang diduga merupakan bakteri Gram negatif. Menurut Supriadi, dkk (2014), Bakteri Edwardsiella tarda merupakan penyebab utama penyakit
Edwardsiellosis yang telah dikenal sebagai patogen utama pada budidaya ikan, Salah satu faktor terjadinya serangan Edwardsiella tarda adalah karena ikan stress, terutama akibat padat tebar tinggi, kualitas air yang jelek, dan tingginya kandungan bahan organik di air. Penyakit Edwarsiellosis dapat menyebabkan mortalitas sampai dengan 80%. Kualitas Air Hasil pengamatan kualitas air pada KJA yaitu suhu berkisar 3031oC, salinitas 21‰, kecerahan 1 – 1,5 meter, dan pH berkisar 6 – 8. Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ikan kerapu lumpur (E. tauvina) karena kualitas air tempat pemeliharaan ikan akan sangat mempengaruhi kerentanan ikan terinfeksi berbagai penyakit. Menurut Langkosono (2007), kualitas perairan yang optimal untuk pertumbuhan ikan kerapu, seperti suhu berkisar antara 24 - 31ºC, salinitas antara 30-33 ppt, oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH berkisar antara 7,8 - 8,0. Hasil kualitas air menunjukkan salinitas pada KJA 21 ‰ berarti keadaan ini menyebabkan kondisi yang kurang baik pada ikan kerapu lumpur. Menurut Langkosono (2007), tingkat salinitas yang terlampau rendah atau terlampau tinggi dapat mengakibatkan respon stres dari akut hingga kronis pada ikan budidaya. Pada pengambilan sampel air didapatkan 1935 cfu/ml bakteri pada KJA yang terdiri dari V. harveyi, A. salmonicida dan E. ictaluri sehingga dapat dipastikan bakteri yang menginfeksi ikan juga ditemukan pada KJA tempat ikan kerapu lumpur
144
hidup. Ditemukannya ikan sakit pada KJA oleh serangan bakteri patogen karena air merupakan media perantara penyebaran bakteri dan ikan yang merupakan organisme air yang selalu kontak dengan lingkungan perairan, sehingga mudah terinfeksi bakteri patogen melalui air. Menurut Herfiani, dkk (2007)Aeromonas sp., Vibrio sp., Edwardsiella sp., dan Pseudomonas sp.merupakan jenis bakteri yang bersifat patogenik pada ikan, menyebar secara cepat pada padat penebaran tinggi dan dapat mengakibatkan kematian ikan sampai 90%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Bakteri Gram negatif potensial patogen yang menginfeksi ikan kerapu lumpur (E. tauvina) yaitu V. harveyipenyebab penyakit Vibriosis, A. salmonicida penyebab penyakit Furuncolosis dan E. ictaluri penyebab penyakit Edwardsiellosis. 2. Bakteri Gram negatif potensial patogen pada ikan kerapu lumpur (E. tauvina) dan pada air KJA tempat ikan hidup yang paling dominan adalah V. harveyi. Saran Setelah ditemukannya penyakit bakterial pada ikan kerapu lumpur (E. tauvina), perlu dilakukan penelitian untuk mencegah penyakit bakterial ini misalnya dengan menggunakan ekstrak atau obat alami yang dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif potensial patogen pada ikan kerapu lumpur (E. tauvina) dan air di Keramba Jaring Apung.
DAFTAR PUSTAKA Felix, F., T.T Nugroho., S. Silalahi, Y. Octavia. 2011. Skrining Bakteri Vibrio sp Asli Indonesia Sebagai Penyebab Penyakit Udang Berbasis TeknikRibosomal DNA. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 3 : (2) : 85 – 99. Herfiani., A. Rantetondok., H. Anshary. 2007. Diagnosis Penyakit Bakterial pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) pada Keramba Jaring Apung Boneatiro di Kabupaten Buton. Jurnal Perikanan 1 (1): 1 – 12. Ilmiah., Sukenda., Widarnani., E. Harris. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Vibrio Patogen Pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Jurnal Akuakultur Indonesia. 11 : (1) : 28 – 37. Langkosono. 2007. Budidaya Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kualitas Perairan. Jurnal Neptunus 14 (1): 61 – 87. Mayer, F.P, G.L. Bullock. 1973. Edwardsiella tarda, A New Pathogen ofChannel Catfish (ichtalurus puncatus). Applied Microbiology. 25 :155 – 156.
145
Muslim., Holtly M. P., H. Widjajanti. 2009. Penggunaan Ekstrak bawang Putih (Allium sativum) untuk Mengobati Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophilla. Jurnal Akuakultur 8(1): 91-100. Prayogo, B. S. Rahardja, R. W. Putri. 2011. Uji Potensi Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Aeromonas salmonicida smithia Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3 : (2) : 166 – 167. Resty,
A, Sarjito, S. B, Prayitno.2013. Identifikasi dan Uji PostulatKoch Agensia Penyebab Penyakit Bakteri pada Ikan Lele (Clarias gariepinus) yang Berasal Dari Demak. Journal of Aquaculture Management and Technology. 2 : (2) : 10 – 19.
Retnoningsih, S., K. Nitimulyo, Lanadimulya., K., Suprayogi. Efektifitas Kanamycin Terhadap Furuncolosis Pada Karper, Cyprinus carpio. Jurnal Perikanan. 6 : (2) : 192 – 200. Saptiani, G., Prayitno, S. B , Anggoro, S. 2012. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Jeruju (Acanthus ilicifolius) Terhadap Pertumbuhan Vibrio harveyi Secara in
vitro. J. Veteriner. 13(3):257 – 262. Sudheesh, P. S., Xu, H. S. 2001 Pathogenicity of Vibrio parahaemolyticus in Tiger Prawn Penaeus monodon Fabricius: Possible Role of Extracellular Proteases. Aquaculture. 196: 37 – 46. Sumino., A. Supriyadi., Wardiyanto. 2013. Efektivitas Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia cattapa L.) untuk Pengobatan Infeksi Aeromonas salmonicida pada Ikan Patin (Pangasioniodon hypophthalmus). Jurnal Sain Veteriner 31 (1): 79 – 88. Supriadi, I., J. Santoso., S. S. Adji. 2014. Viabilitas Dan Patogenitas Edwardsiella tarda Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Yang Dibekukan Pada Suhu -20˚C. Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan 1 (1): 5 – 17. Tonguthai, K. 1997. Diseases of the Freshwater Prawn, Macrobrachium rosenbergii. AAHRI Newsletter Article, Vol 4: No 2. Wahjuningrum, D., Solikha, E. H., Budiardi, T., Setiawan, M. 2010. Pengendalian infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Campuran Meniran (Phyllanthus niruri) dan Bawang Putih (Allium sativum) dalam Pakan. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9 (2): 93 – 101.
146
Yuasa, K., Rosa. D., Koesharyani., I., Johnny, F., Mahardika, K. 2000. General Remaks on Fish Disease Diagnosis. Lotitkanta-JICA. 12 : 15-18.
Yulvizar, C. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik pada Rastrelliger sp. Jurnal Biospesies. 6 : (2) : 1 – 7.