507
Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini)
KARAKTERISASI TRUSS MORFOMETRIK IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) ASAL KALIMANTAN BARAT DENGAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN IKAN TAWES ASAL JAWA BARAT Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Ikan tengadak merupakan ikan perairan umum asli Kalimantan yang potensial untuk dikembangkan. Penelitian karakterisasi ikan tengadak bertujuan untuk mengetahui data base (karakter morfometrik) serta kekerabatannya dengan ikan sejenis yang ada di Jawa Barat. Pengukuran morfometrik dilakukan menggunakan metode truss morfometrik. Untuk melihat penyebaran karakter morfologi ikan dilakukan dengan analisis kanonikal, analisis sharing component atau indeks kesamaan dilakukan dengan analisis diskriminan. Hasil analisis menunjukkan adanya sedikit kesamaan morfologi antara tengadak asal Kalimantan dengan tengadak albino asal Jawa Barat, sedangkan dengan tawes jauh berbeda di mana karakter morfometrik tidak saling bersinggungan.
KATA KUNCI:
truss morfometrik, ikan tengadak, tengadak albino, tawes
PENDAHULUAN Perairan umum di Kalimantan Barat diperkirakan dihuni 300 jenis ikan, di mana sekitar 100 jenis ikan dominan merupakan jenis ekonomis penting, antara lain gabus (Channa spp.), sepat (Trichogaster spp.), jelawat (Leptobarbus hoeveni), kelabau (Osteochilus spp.), pipih (Notopterus spp.), patin (Pangasius spp.), betutu (Oxyleotris marmorata), papuyu (Anabas testuidens), baung (Mystus nemurus), tengadak (Barbonymus spp.), dan lele (Clarias spp.). Jenis-jenis ikan tersebut merupakan penghuni khas perairan rawa yang mempunyai nilai ekonomi penting. Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) merupakan ikan asli dari Provinsi Kalimantan Barat. Menurut Rochman et al. (2008), ikan tengadak mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan. Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah daratan sekitar 146.087 km2 dan memiliki sungai terpanjang di Indonesia yaitu Sungai Kapuas dengan panjang 1.038 km2. Potensi sektor perikanan meliputi budidaya ikan air tawar seluas 11.276 ha. Menurut Kristanto et al. (2008), ikan kelabau dan ikan tengadak memiliki ukuran mencapai 1 kg/ekor jika dibandingkan dengan ikan nilem dari Jawa Barat yang hanya mencapai ukuran 100–200 g/ekor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakter morfometrik ikan tengadak, yang akan bermanfaat sebagai data base karakter morfometrik serta kekerabatannya dengan ikan-ikan sejenis yang terdapat di Jawa Barat. METODOLOGI Ikan tengadak ukuran 10–20 cm/ekor dikumpulkan dari berbagai lokasi di Kalimantan Barat. Identifikasi kekerabatan ikan tengadak dilakukan dan sebagai pembanding (kontrol) adalah jenis ikan yang hampir sama dengan tengadak di Jawa Barat (ikan tengadak albino dan ikan tawes). Pengukuran morfometrik dilakukan menggunakan metode truss morfometrik, berdasarkan metode Strauss & Bookstein (1982) yang dimodifikasi dalam Corti et al. (1988). Metode ini berupa pengukuran jarak titik-titik tanda yang akan dibuat pada kerangka tubuh (Gambar 1). Tubuh ikan dibagi menjadi empat bagian besar yaitu: A, B, C, dan D serta sepuluh titik truss. Masing-masing garis truss menghasilkan enam karakter sehingga dari 10 titik truss diperoleh 21 karakter yaitu: A1 : Jarak antara titik di akhir sirip perut dengan titik di bagian atas sirip dada A2 : Jarak antara titik di bagian atas sirip dada dengan titik di ujung mulut A3 : Jarak antara titik di ujung mulut dengan titik di ujung bagian atas insang
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
508
Gambar 1. Pengukuran truss morfometrik A4 A5 A6 B1 B3 B4 B5 B6 C1 C3 C4 C5 C6 D1 D3 D4 D5 D6
: : : : : : : : : : : : : : : : : :
Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
antara titik di ujung bagian atas insang dengan titik di bagian atas sirip perut antara titik di akhir sirip perut dengan titik di ujung mulut antara titik di bagian ujung atas insang dengan titik di bagian atas sirip dada antara titik di akhir sirip perut dengan titik di awal sirip anal antara titik di ujung bagian atas insang dengan titik di awal sirip punggung antara titik di awal sirip punggung dengan titik di awal sirip anal antara titik di awal sirip anal dengan titik di ujung bagian atas insang antara titik di awal sirip punggung dengan titik di akhir sirip perut antara titik di awal sirip anal dengan titik di akhir sirip anal antara titik di awal sirip punggung dengan titik di akhir sirip punggung antara titik di akhir sirip punggung dengan titik di akhir sirip anal antara titik di awal sirip punggung dengan titik di akhir sirip anal antara titik di awal sirip anal dengan titik di akhir sirip punggung antara titik di akhir sirip anal dengan titik di awal sirip ekor bawah antara titik di akhir sirip punggung dengan titik di awal sirip ekor atas antara titik di awal sirip ekor atas dengan titik di awal sirip ekor bawah antara titik di akhir sirip punggung dengan titik di awal sirip ekor bawah antara titik di akhir sirip anal dengan titik di awal sirip ekor atas
Mengingat ukuran dan umur ikan tidak seragam setiap karakter ikan tengadak dibagi dengan panjang standar ikan. Analisis Data Hasil pengukuran truss morfometrik seluruh karakter dikonversi terlebih dahulu ke dalam rasio dengan cara membagi nilai karakter dengan panjang standar kemudian dianalisis menggunakan program SPSS versi 11.5. Untuk melihat penyebaran karakter morfologi ikan dilakukan dengan analisis kanonikal, analisis sharing component atau indeks kesamaan dilakukan dengan analisis diskriminan. HASIL DAN BAHASAN Ikan tengadak dari Kalimantan Barat: Nama ilmiah
:
Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1853)
Hasil Analisis Truss Morfometrik Ikan Tengadak, Tengadak Albino, dan Tawes Pengukuran truss morfometrik dilakukan terhadap 21 karakter ikan tengadak, tengadak albino, dan ikan tawes (Gambar 2). Rerata karakter truss morfometrik ikan tersebut disajikan dalam Tabel 1.
509
Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini)
Gambar 2. Ikan tengadak, tengadak albino, dan tawes
Tabel 1. Rata-rata 21 karakter truss morfometrik ikan tengadak, tengadak albino, dan tawes Karakter yang Tengadak diukur Kapuas Hulu A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B3 B4 B5 B6 C1 C3 C4 C5 C6 D1 D3 D4 D5 D6
0,25±002 0,30±0,02 0,23±0,01 0,46±0,01 0,54±0,02 0,30±0,02 0,25±0,02 0,36±0,04 0,50±0,02 0,64±0,02 0,48±0,03 0,13±0,01 0,17±0,02 0,33±0,02 0,49±0,01 0,38±0,02 0,15±0,02 0,34±0,03 0,16±0,01 0,40±0,02 0,25±0,02
Rataan Tengadak Sintang
Tengadak Sekadau
Tengadak Albino
Tawes
0,27±0,02 0,29±0,02 0,21±0,01 0,49±0,03 0,56±0,03 0,27±0,03 0,25±0,02 0,38±0,02 0,51±0,02 0,65±0,01 0,50±0,03 0,14±0,02 0,180±0,02 0,33±0,02 0,49±0,02 0,38±0,02 0,15±0,01 0,34±0,01 0,17±0,01 0,41±0,03 0,25±0,02
0,27±0,03 0,28±0,03 0,23±0,01 0,47±0,02 0,54±0,02 0,27±0,02 0,24±0,02 0,37±0,02 0,51±0,02 0,62±0,03 0,51±0,04 0,15±0,01 0,19±0,02 0,32±0,02 0,49±0,02 0,37±0,02 0,15±0,02 0,33±0,02 0,18±0,01 0,40±0,01 0,25±0,01
0,24±0,02 0,29±0,02 0,22±0,01 0,45±0,02 0,53±0,02 0,26±0,02 0,25±0,02 0,35±0,02 0,49±0,02 0,64±0,04 0,44±0,02 0,16±0,02 0,19±0,02 0,31±0,01 0,48±0,02 0,35±0,02 0,15±0,01 0,36±0,02 0,16±0,01 0,41±0,02 0,24±0,01
0,27±0,02 0,28±0,03 0,23±0,02 0,43±0,03 0,53±0,02 0,25±0,02 0,29±0,03 0,36±0,03 0,43±0,04 0,63±0,04 0,42±0,04 0,19±0,01 0,13±0,02 0,34±0,06 0,44±0,03 0,31±0,03 0,13±0,02 0,36±0,02 0,19±0,01 0,40±0,02 0,21±0,03
510
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
Keragaman morfometrik dinyatakan dalam koefisien keragaman karakter (CV), koefisien keragaman 21 karakter ikan yang diukur disajikan dalam Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, keragaman morfometrik ikan tengadak asal Kalimatan Barat ini relatif rendah, hal ini diduga karena ikan tengadak yang berasal dari alam telah mengalami penurunan populasi akibat rusaknya habitat oleh pencemaran lingkungan dan praktek penyetruman. Jumlah populasi ikan yang terbatas menyebabkan peluang terjadinya perkawinan sekerabat atau inbreeding sangat besar yang akan berdampak pada penurunan keragaman genetik suatu jenis ikan. Keragaman morfometrik ikan tengadak albino dan ikan tawes juga memperlihatkan nilai yang rendah diduga rendahnya keragaman tersebut disebabkan karena tengadak albino dan tawes telah lama di budidayakan secara luas di Jawa Barat. Pengelolaan sistem rekrutmen yang tidak terarah sering terjadi pada budidaya ikan yang dapat menyebabkan terjadinya seleksi tanpa sengaja sehingga berpengaruh pada penurunan keragaman genetik ikan tersebut. Menurut Taniguchi et al. (1983) dalam Setijaningsih et al. (2007), proses domestikasi dapat menurunkan variasi genetik pada turunan berikutnya. Tabel 2. Koefisien keragaman (CV) morfometrik ikan tengadak, tengadak albino, dan tawes Koefisien keragaman (%) Karakter yang Tengadak Tengadak Tengadak Tengadak Tawes diukur Kapuas Hulu Sintang Sekadau Albino A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B3 B4 B5 B6 C1 C3 C4 C5 C6 D1 D3 D4 D5 D6
7,73 10,44 7,26 5,98 4,61 9,44 10,27 8,73 9,10 5,54 9,00 10,27 16,25 16,77 6,36 12,28 15,35 4,65 8,54 5,72 12,96
7,31 6,81 4,06 2,48 3,38 7,71 8,42 10,90 3,35 2,63 5,45 9,32 9,55 5,64 2,43 4,42 12,75 7,41 7,25 4,69 6,66
7,49 6,65 5,96 5,77 4,81 12,19 6,27 4,91 3,62 2,28 5,33 12,68 10,24 5,34 4,47 6,12 9,20 4,32 6,26 6,17 6,24
12,42 10,80 5,47 3,55 4,31 6,83 9,20 4,28 3,96 5,39 7,59 7,70 8,19 4,99 3,51 4,64 13,45 5,40 6,13 3,27 5,60
6,39 5,83 5,91 4,00 3,28 6,11 9,88 5,54 4,24 5,54 5,03 9,78 10,01 4,50 4,05 5,82 8,46 4,93 7,91 6,04 5,29
Rataan 8,27 8,10 5,73 4,36 4,08 8,46 8,81 6,87 4,85 4,28 6,48 9,95 10,85 7,45 4,17 6,66 11,84 5,34 7,22 5,18 7,35
Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui karakter-karakter yang dapat digunakan sebagai penciri dari suatu jenis ikan. Karakter yang tidak berbeda secara nyata dapat dijadikan sebagai penciri atau marka ikan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 21 karakter yang diuji, 17 karakter berbeda nyata (P<0,05) dan 4 karakter yang tidak berbeda nyata (P>0,05) yaitu karakter A2 (Jarak antara titik di bagian atas sirip dada dengan titik di ujung mulut), B5 (Jarak antara titik di awal sirip anal dengan titik di ujung bagian atas insang), D1 (Jarak antara titik di akhir sirip anal dengan titik di awal sirip ekor bawah) dan D5 (Jarak antara titik di akhir sirip punggung dengan titik di awal sirip ekor bawah) (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa ikan tengadak asal Kalimantan Barat, ikan tengadak albino, dan ikan tawes asal Jawa Barat masih memiliki kesamaan karakter yang diduga karena ketiga jenis ikan ini termasuk ke dalam genus yang sama yaitu Barbonymus sp.
511
Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini) Tabel 3. Uji signifikansi pada 21 karakter morfometrik ikan tengadak, tengadak albino, dan tawes Karakter yang diuji
Wilks' Lambda
F
df1
df2
Sig,
A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B3 B4 B5 B6 C1 C3 C4 C5 C6 D1 D3 D4 D5 D6
.830 .911 .794 .547 .791 .691 .797 .877 .369 .900 .483 .745 .550 .869 .550 .446 .938 .723 .755 .946 .701
4,201 2,009 5,329 16,97 5,417 9,172 5,216 2,863 35,071 2,279 21,909 7,027 16,760 3,081 16,798 25,481 1,348 7,839 6,637 1,179 8,738
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
.004 ns
.101 .001 .001 .001 .001 .001 .028 .000
ns
.068 .000 .000 .000 .020 .000 .000
ns
.259 .000 .000
ns
.326 .000
Keterangan :‘ns = tidak berbeda nyata
Hasil analisis fungsi kanonikal (Gambar 3) memperlihatkan bahwa karakter morfologi ikan tengadak yang berasal dari Kapuas hulu, Sintang, dan Sekadau saling bersinggungan. Karakter morfometrik ikan tengadak dari Sintang dan Sekadau berada di sekitar atas garis nol dari axis X dan berada di sebelah kanan ordinat Y, sedangkan karakter ikan yang berasal dari Kapuas Hulu kebanyakan berada di bawah garis nol dari axis X dan berada di sebelah kanan ordinat Y. Persinggungan yang Canonical Discriminant Functions 4 3 4
2
POPULASI
1
Group Centroids
2
0
Ungrouped Cases
3
5 -1
1
Function 2
5
4
-2
3
-3
2
1. 2. 3. 4. 5.
Tengadak Kapuas Hulu Tengadak Sintang Tengadak Sekadau Tengadak Albino Tawes
1
-4 -8
-6
-4
-2
0
2
4
Function 1
Gambar 3. Penyebaran karakter morfometrik ikan tengadak Kapuas Hulu, Sintang, Sekadau, tengadak albino, dan tawes
512
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
terjadi antara populasi ikan tengadak ini menunjukkan adanya gejala pencampuran antara keempat populasi ikan tersebut. Menurut Suparyanto (1999) dalam Setijaningsih (2007) dan Parenrengi et al. (2007), nilai kesamaan ukuran tubuh memberikan penjelasan adanya pencampuran terukur yang disebabkan oleh adanya trait yang dipertahankan sewaktu terjadi aliran gen. Karakter ikan tengadak albino berada di atas axis X dan sebelah kiri ordinat Y, hanya sedikit bersinggungan dengan karakter ikan tengadak asal Sintang. Meskipun ikan tengadak albino ini dikenal sebagai ikan tengadak, namun hanya memiliki sedikit kesamaan karakter dengan ikan tengadak asal Kalimantan Barat. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tengadak albino memiliki struktur genetik yang berbeda dengan tengadak Kalimantan Barat. Diduga bahwa ikan tengadak albino merupakan jenis ikan tengadak yang mengalami mutasi sehingga terjadi perubahan morfologi. Mengingat ikan tengadak sudah lama dibudidayakan di Jawa Barat dan juga kondisi lingkungan yang secara geografis mungkin berbeda antara Jawa Barat dan Kalimantan Barat menyebabkan ikan ini mengalami perubahan pada karakter morfologinya. Ikan tawes cenderung membentuk kelompok sendiri yaitu berada di bawah axis X dan sebelah kiri ordinat Y yang menunjukkan bahwa ikan ini tidak memiliki kesamaan morfologi dengan ikan tengadak. Hasil ini sesuai dengan hasil analisis indeks kesamaan atau sharing component (Tabel 4) di mana ikan tawes tidak menunjukkan adanya percampuran karakter (nilai 0) dengan ikan tengadak dari Kalimantan Barat. Menurut Setijaningsih (2007) tinggi rendahnya nilai indeks kesamaan dipengaruhi oleh sumber genetik pembentuknya, sehingga kuat dugaan bahwa perbedaan antara ikan tengadak asal Kalimantan Barat dengan ikan tawes asal Jawa Barat terjadi karena adanya perbedaan spesies antara keduanya. Dendrogram mengenai hubungan kekerabatan antara ikan tengadak asal Kalimantan Barat dengan ikan tengadak albino dan tawes asal Jawa Barat disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan dendogram tersebut ikan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok pertama adalah yang memiliki hubungan kekerabatan terdekat yaitu antara tengadak asal Sintang dengan tengadak asal Sekadau, Tabel 4. Nilai indeks kesamaan antara ikan tengadak kapuas hulu, sintang, sekadau, albino, dan tawes
Sharing Component (%) Tengadak Tengadak Tengadak Tengadak Tawes Kapuas Hulu Sintang Sekadau Albino
Total
Tengadak Kapuas Hulu
85,0
5,0
10,0
0,0
0,0
100,0
Tengadak Sintang Tengadak Sekadau Tengadak Albino Tawes
5,0 10,0 0,0 0,0
75,0 10,0 0,0 0,0
20,0 75,0 0,0 0,0
0,0 5,0 100,0 0,0
0,0 0,0 0,0 100,0
100,0 100,0 100,0 100,0
0
5
10
15
20
25
+
+
+
+
+
+
T. Sintang T. Sekadau T. K. Hulu T. Albino Tawes
Gambar 4. Dendogram hubungan kekerabatan antara ikan tengadak, tengadak albino, dan tawes
513
Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini)
kelompok kedua adalah hubungan antara kedua ikan tengadak tersebut dengan tengadak asal Kapuas Hulu, sedangkan kelompok ketiga adalah antara kelompok kedua dengan tengadak albino. Kelompok keempat adalah hubungan kekerabatan yang memiliki jarak terjauh yaitu antara kelompok ketiga dengan ikan tawes. Hubungan kekerabatan memberikan gambaran terhadap kemungkinan adanya perkawinan silang. Terkait dengan usaha domestikasi, salah satu aspek yang perlu diperhatikan dan berperan penting dalam program domestikasi adalah penyediaan induk yang berkualitas untuk budidaya. Perkawinan antara populasi ikan tengadak dari Kapuas Hulu dengan populasi Sintang maupun Sekadau memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan nilai heterosis ikan tersebut bila dibandingkan perkawinan antara ikan tengadak asal Sekadau dengan Sintang. Perkawinan yang sekerabat jauh diduga dapat meningkatkan nilai heterosis keturunan dari populasi yang disilangkan tersebut (Parenrengi et al ., 2007). Heterosis adalah kejadian dalam persilangan di mana performa hasil silangannya melampaui performa kedua induknya (Hardjosubroto, 1994). Mengingat ukuran ikan tengadak dapat mencapai ukuran 1 kg/ekor, Ikan ini memiliki potensi untuk dihibrid dengan tengadak albino atau tawes asal Jawa Barat untuk meningkatkan variasi genetik dan nilai heterosis keturunan ikan tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ikan tengadak asal Kalimantan Barat memiliki morfologi yang berbeda dengan ikan tawes asal Jawa Barat dan sedikit memiliki kesamaan dengan tengadak albino asal Jawa Barat. DAFTAR ACUAN Corti, M., Thorpe, R.S., Sola, L., Sbodoni, V., & Cataudella, S. 1998. Multivariate Morphometrics in Aquaculture: a Case Study of Six Stocks of Common Carp (Cyprinus carpio) from Italy. Canadian J. Fisheries Aquaculture Science, (45): 1548–1554. Kristanto, A.H., Asih, S., Sukadi, M.F., & Yosmaniar. 2008. Prospek Ikan Kelabau (Osteochilus melanopleura Blkr.), Tengalan (Puntius bulu) dan Tengadak (Puntius sp.) Sebagai Ikan Budidaya Baru. Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2008. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, hlm. 133–135. Parenrengi, A., Sulaeman, Hadie, W., & Tenriulo, A. 2007. Keragaman Morfologi Udang Pama (Penaeus semisulcatus) dari Perairan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. J. Ris. Akuakultur, 2(1): 27–32. Rochman, A., Wahyutomo, Riva’i, E., Darsono, A., Suryaman, & Helmiansyah. 2008. Domestikasi Ikan Kelabau (Osteochilus melanopleura Blkr.) dalam Karamba Apung yang Dipelihara di Perairan Umum. Seminar Indoaqua. Yogyakarta, 17–20 Desember 2008. Setijaningsih, L., Arifin, O.Z., & Gustiano, R. 2007. Karakterisasi tiga strain ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) berdasarkan metode truss morfometriks. J. Iktiologi Indonesia, 7(1): 23–30.