IPTEKS DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA Oleh: Iriyanto Widisuseno Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
ABSTRACT This paper discusses the development of science and technology in Indonesia based on Pancasila values. The role Pancasila as paradigm of the development of science to gain awareness, that science and technology are not value-free. It is therefore recognized that the development of science and technology cannot be separated from ethical considerations, religious, and cultural values which are aimed at establishing a civilized human life. Keywords: Pancasila, science, strategy, technology 1. Ilmu dalam perspektif historis
Sokrates,
yaitu
dengan
Ilmu pengetahuan berkembang melangkah
rasionalitasnya maka filsafat telah mencapai
secara bertahap menurut dekade waktu dan
puncak
menciptakan jamannya, dimulai dari jaman
ditunjukkan oleh trio filsuf besar : Socrates,
Yunani Kuno, Abad Tengah, Abad Modern,
Plato dan Aristoteles. Filsafat yang semula
sampai Abad Kontemporer
bersifat mitologis berkembang menjadi ilmu
perkembangan,
kemampuan
seperti
yang
Masa Yunani Kuno (abad ke 6 SM-
pengetahuan yang meliputi berbagai macam
6M) saat ilmu pengetahun lahir, kedudukan
bidang. Aristoteles membagi ilmu menjadi
ilmu pengetahuan identik dengan filsafat
ilmu pengetahuan poietis (terapan), ilmu
memiliki corak mitologis. Alam dengan
pengetahuan prkatis (etika, politik) dan ilmu
berbagai
secara
pengetahuan teoretik. Ilmu pengetahuan
theogoni, bahwa ada peranan para dewa
teoretik dibagi menjadi ilmu alam, ilmu
yang merupakan unsur penentu segala
pasti dan filsafat pertama atau kemudian
sesuatu yang ada. Bagaimana pun corak
disebut metafisika.
mitologis
aturannya
ini
upaya
Memasuki Abad Tengah (abad ke 5
manusia terus menerobos lebih jauh dunia
M), pasca Aristoteles filsafat Yunani Kuno
pergejalaan,
adanya
menjadi ajaran praksis, bahkan mistis, yaitu
sesuatu yang eka, tetap, dan abadi, di balik
sebagaimana diajarkan oleh Stoa, Epicuri,
yang bhineka, berubah dan sementara ( T.
dan Plotinus. Semua hal tersebut bersamaan
Yacob, 1993)
dengan
Setelah
telah
diterangkan
untuk
mendorong
mengetahui
timbul
pudarnya
kekuasaan
Romawi
gerakan
mengisyaratkan akan datangnya tahapan
demitologisasi yang dipelopori filsuf pra-
baru, yaitu filsafat yang harus mengabdi
62
kepada agama (Ancilla Theologiae). Filsuf
kembali oleh umat manusia, sedang di lain
besar yang berpengaruh saat itu yaitu
pihak
Augustinus dan Thomas Aquinas, pemikiran
hidupnya ke duania sekuler, yaitu suatu
mereka memberi ciri khas pada filsafat abad
kehidupan pembebasan dari kedudukannya
tengah. Filsafat Yunani Kuno yang sekuler
yang
kini dicairkan dari antinominya dengan
subkoloni agama dan gereja. Agama yang
doktrin gerejani, filsafat menjadi bercorak
semula menguasai dan manunggal dengan
teologis. Biara tidak hanya menjadi pusat
filsafat segera ditinggalkan oleh filsafat.
kegiatan agama, tetapi juga menjadi pusat
Masing-masing
kegiatan intelektual. Bersamaan dengan itu
berkembang
kehadiran para filsuf Arab tidak kalah
pemikiran sendiri (Koento Wibisono, 1985)
penting, seperti: Al Kindi, Al Farabi, Ibnu
manusia
kemudian
semula
Dalam
mengarahkan
merupakan
berdiri
menurut
koloni
mandiri dasar
perkembangan
dan
dan
dan
arah
berikutnya
Sina, Ibnu Rusyd, Al Gazali, yang telah
filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu cabang
menyebarkan filsafat Aristoteles dengan
yang dengan metodologinya masing-masing
membawanya ke Cordova (Spanyol) untuk
mengembangkan
kemudian diwarisi oleh dunia Barat melalui
sendiri secara intens. Lepasnya ilmu-ilmu
kaum Patristik dan kaum Skolastik. Wells
cabang dari batang filsafatnya diawali oleh
dalam karyanya The Outline of History
ilmu-ilmu alam atau fisika, melalui tokoh-
(1951) mengatakan “jika orang Yunani
tokohnya:
adalah Bapak metode ilmiah, maka orang
spesialismenya
sendiri-
(1) Copernicus (1473-1543) dengan
muslim adalah Bapak angkatnya”.
astronominya menyelidiki putaran benda-
Munculah Abad Modern (abad ke 18
benda angkasa. Karyanya de Revolutionibus
M -19 M) dengan dipelopori oleh gerakan
Orbium
Renaissance di abad ke 15 dan dimatangkan
dikembangakan oleh Galileo Galilei (1564-
oleh gerakan Aufklaerung di abad ke 18,
1642) dan Johanes Kepler (1571-1630),
melalui langkah-langkah revolusionernya
ternyata telah menimbulkan revolusi tidak
filsafat memasuki tahap baru atau modern.
hanya dikawasan ilmu pengetahuan saja,
Kepeloporan
tetapi
revolusioner
yang
telah
Caelistium
juga
di
yang
masyarakat
kemudian
dengan
dilakukan oleh anak-anak Renaissance dan
implikasinya yang amat jauh dan mendalam.
Aufklaerung seperti: Copernicus, Galileo
(2) Versalius (1514 -1564) dengan
Galilei, Kepler, Descartes dan Immanuel
karyanya De Humani Corporis Fabrica
Kant, telah memberikan implikasi yang amat
telah melahirkan pembaharuan persepsi
luas dan mendalam. Di satu pihak otonomi
dalam bidang anatomidan biologi.
beserta segala kebebasannya telah dimiliki 63
(3) Isaac Newtown (1642-1727) melalui
Philosopie
Naturalis
kemampuan
Principia
rasionalitasnya
untuk
menguasai dan meramalkan masa depan,
Mathematica telah menyumbangkan bentuk
dan
dengan
optimismenya
menguasai,
definitif bagi mekanika klasik.
berinovasi secara kreatif untuk membuka pengetahuan
rahasia – rahasia alam. Didukung oleh roh
alam dan ilmu sosial dengan gaya semacam
kebebasan Renaissance dan Aufklaerung,
itu mencapai bentuknya secara definitif
menjadikan
melalui kehadiran Auguste Comte (1798-
masyarakat yang tiada hari tanpa temuan-
1857) dengan Grand Theory-nya yang
temuan
digelar dalam karya utama Cours de
kronologis berurutan dan berdampingan
Philosophie Positive yang mengajarkan
sebagai alternatif.
Perkembangan
ilmu
bahwa cara berfikir manusia dan juga
masyarakat
baru,
muncul
Revolusi
ilmu
Barat
sebagai
secara
historis
pengetahuan
masyarakat di mana pun akan mencapai
memasuki Abad Kontemporer (abad ke 20-
puncaknya
setelah
sekarang) berkat teori relativitas Einstein
melampaui tahap teologik dan metafisik.
yang telah merombak filsafat Newton
Istilah positif diberi arti eksplisit dengan
(semula sudah mapan) di samping teori
muatan filsafati, yaitu untuk menerangkan
kuantumnya yang telah mengubah persepsi
bahwa yang benar dan yang nyata haruslah
dunia ilmu tentang sifat-sifat dasar dan
konkret,
memberi
perilaku materi. Sedemikian rupa sehingga
kemanfaatan (Tim Dosen Filsafat Ilmu
para pakar dapat melanjutkan penelitian-
UGM, 1997)
penelitiannya, dan berhasil mengembangkan
pada
eksak,
tahap
akurat,
positif,
dan
Metode observasi, eksperimentasi,
ilmu-ilmu dasar seperti: astronomi, fisika,
dan komparasi yang dipelopori Francis
kimia, biologi molekuler, hasilnya seperti
Bacon
yang dapat dinikmati oleh manusia sekarang
(1651-1626)
telah
semakin
mendorong pesatnya perkembangan ilmu
ini (Sutardjo, 1982)
pengetahuan. Semua itu memberi isyarat
Optimisme
bersamaan
dengan
bahwa dunia barat telah berhasil melakukan
pesimisme merupakan sikap manusia masa
tinggal landas untuk mengarungi dirgantara
kini dalam menghadapi perkembangan ilmu
ilmu pengetahuan yang tiada bertepi.
pengetahuan dengan penemuan-penemuan
Battle cry – nya Francis Bacon yang
spektakulernya.
Di
satu
pihak
telah
menyerukan bahwa “knowledge is power”
meningkatkan fasilitas hidup yang berarti
bukan sekedar mitos, melainkan sudah
menambah kenikmatan. Namun di pihak lain
menjadi etos, telah melahirkan corak dan
gejala-gejala adanya malapetaka, bencana
sikap pandang manusia yang meyakini
alam 64
(catastrophe)
menjadi
semakin
meningkat dengan akibat-akibat yang cukup
dikembangkan dalam penelitian-penelitian
fatal.
ilmu-ilmu sosial. Berdasarkan gejala yang dihadapi
Logico positivisme merupakan model
oleh masing-masing cabang ilmu, Auguste
atau teknik penelitian yang menggunakan
Comte dalam sebuah Ensiklopedi menyusun
presisi,
hierarkhi
eksperimentasi
ilmu
pengetahuan
dengan
verifiabilitas, dengan
konfirmasi, derajat
dan
optimal,
meletakkan matematika sebagai dasar bagi
bermaksud
agar sejauh mungkin dapat
semua cabang ilmu. Di atas matematika
melakukan
prediksi
secara
ilmu
ketepatan optimal pula. Dengan demikian
astronomi, fisika, kimia, biologi dan fisika
keberhasilan dan kebenaran ilmiah diukur
sosial atau sosiologi. Ia menjelaskan bahwa
secara positivistik. Dalam arti yang benar
sampai dengan ilmu kimia, suatu tahapan
dan yang nyata haruslah konkret, eksak,
positif telah dapat dicapai, sedangkan
akurat,
biologi dan fisika sosial masih sangat
Akibatnya adalah bahwa dimensi-dimensi
dipengaruhi oleh nilai-nilai theologis dan
kehidupan yang abstrak dan kualitatif yang
metafisis.
justru menjadi basis eksistensi kehidupan
berurutan
ditunjukkan
dan
dengan
memberi
derajat
kemanfaatan.
Pemikiran Auguste Comte tersebut
manusia menjadi terabaikan atau terlepas
hingga kini menjadi semakin aktual dan
dari pengamatan. Kebenaran dan kenyataan
relevan untuk mendukung sikap pandang
diukur
yang meyakini bahwa masyarakat industri
positivistitik kuantitatif. Keresahan dan
sebagai
tercapainya
penderitaan seseorang atau masyarakat tidak
modernisasi, maka harus disiapkan melalui
tersentuh. Masalah objektivitas menjadi
penguasaan basic science, yaitu matematika,
tema-tema
unggulan
fisika, kimia, dan biologi dengan penyediaan
keseharian
manusia
dana dan fasilitas dalam skala prioritas
mengandalkan
utama (Koento Wibisono, 1985)
kebenarannya
tolok
ukur
Bersamaan
bagi
dalam saat
kehidupan
ini,
penjelasan
secara
dengan validitas
secara matematis melalui
angka-angka statistik. Langkah metodis
model
semacam ini sering penuh dengan rekayasa
epistemologi yang dalam langkah-langkah
dan kuantifikasi yang dipaksakan sehingga
progresinya menempuh jalan : observasi,
tidak
eksperimentasi,
permasalahannya
yaitu
itu
dimanipulasikan
logico
positivisme,
dengan
serta
sebuah
dan
komparasi,
sebagaimana diterapkan dalam penelitian
menjangkau
Kritik
dan
koreksi
akar-akar
terhadap
ilmu alam, mendapatkan apresiasi yang
positivisme banyak dilancarkan, karena
berlebihan sehingga model ini juga mulai
sifatnya yang naturalistik dan deterministik. 65
Manusia
dipandang
hanya
sebagai
sekedar
sarana
bagi
kehidupan
umat
dependent variable, dan bukan sebagai
manusia. Iptek kini telah menjadi sesuatu
independent variable. Manusia bukan lagi
yang substansial, bagian dari harga diri
pelaku utama yang menentukan, tetapi objek
(prestige) dan mitos, yang akan menjamin
yang diperlakukan oleh ilmu dan teknologi.
survival
Wilhelm
Dilthey
suatu
bangsa,
prasyarat
(1833-1911)
(prerequisite) untuk mencapai kemajuan
mengajukan klasifikasi, membagi ilmu ke
(progress) dan kedigdayaan (power) yang
dalam
dibutuhkan dalam hubungan antar sesama
Natuurwissenchaft
Geisteswissenchaft.
dan
Kelompok
pertama
bangsa.Dalam
kedudukannya
yang
sebagai Science of the World menggunakan
substansif tersebut, Iptek telah menyentuh
metode Erklaeren, sedangkan kelompok
semua segi dan sendi kehidupan secara
kedua adalah Science of Geist menggunakan
ekstensif, dan pada gilirannya mengubah
metode
budaya manusia secara intensif. Fenomena
Verstehen.
Kemudian
Juergen
Habermas, salah seorang tokoh mazhab
perubahan
Frankfrut (Jerman) mengajukan klasifikasi
masyarakat kita yang dewasa ini sedang
lain lagi dengan the basic human interest
mengalami masa transisi simultan.
sebagai
dasar,
dengan
mengemukakan
klasifikasi ilmu-ilmu empiris-
tersebut
tercermin
dalam
1. Masa transisi masyarakat berbudaya
analitis,
agraris-tradisional
menuju
sosial-kritis dan historis-hermeneutik, yang
masyarakat dengan budaya industri
masing-masing
modern. Dalam masa transisi ini
empiris,
menggunakan
intelektual
metode
rasionalistik,
dan
peran mitos mulai diambil alih oleh
hermeneutic (Van Melsen, 1985)
logos (akal pikir). Bukan lagi melalui
Adanya faktor heuristik mendorong
kekuatan
kosmis
yang
secara
lahirnya cabang-cabang ilmu yang baru
mitologis dianggap sebagai penguasa
seperti : ilmu lingkungan, ilmu komputer,
alam sekitar, melainkan sang akal
futurologi, sehingga berapa pun jumlah
pikir dengan kekuatan penalarannya
pengklasifikasian pasti akan kita jumpai,
yang handal
seperti yang kita lihat dalam kehidupan
acuan
perguruan
mengatur
tinggi
dengan
munculnya
untuk
dijadikan kerangka meramalkan
kehidupan.
dan
Pandangan
berbagai macam fakultas dan program studi
mengenai ruang dan waktu, etos
yang baru.
kerja, kaidah-kaidah normatif yang
Ilmu
pengetahuan
dalam
semula menjadi panutan, bergeser
perkembangannya dewasa ini beserta anak-
mencari
anak kandungnya, yaitu teknologi bukan
dibutuhkan 66
format untuk
baru
yang melayani
masyarakat
berkembang
satu kesatuan sintesis yang lebih
menuju masyarakat industri. Filsafat
konkret dalam tataran operasional.
“sesama bus kota tidak boleh saling
Batas-batas sempit menjadi terbuka,
mendahului”
lagi.
eklektis, namun tetap mentoleransi
adalah
adanya pluriformitas sebagaimana
Sekarang prestasi,
yang
tidak
yang
berlaku
dituntut
siap pakai,
keunggulan
digerakkan
oleh
paham
post-
kompetitif, efisiensi dan produktif-
modernism.
inovatif-kreatif.
Implikasi globalisasi menunjukkan pula berkembangnya suatu standardisasi
2. Masa
transisinya
budaya
etnis-
yang sama dalam kehidupan di berbagai
kedaerahan menuju budaya nasional
bidang. Negara atau pemerintahan di mana
kebangsaan.
pun, terlepas dari sistem ideologi atau sistem
Puncak-puncak
kebudayaan daerah mencair secara
sosial
konvergen menuju
apakah hak-hak azasi dihormati, apakah
satukesatuan
yang
dimiliknya.
Dipertanyakan
pranata kebudayaan demi tegak-
demokrasi
kokohnya suatu negara kebangsaan
kebebasan dan keadilan dimiliki oleh setiap
(nation state) yang berwilayah dari
warganya, bagaimana lingkungan hidup
Sabang sampai Merauke. Penataan
dikelola.
struktur
pemerintahan,
sistem
dikembangkan,
apakah
Nyatalah bahwa implikasi globalisasi
pendidikan, penanaman nilai-nilai
menjadi
etik
masyarakat hidup dengan standar ganda. Di
dan
merupakan
moral
secara
upaya
intensif
serius
untuk
satu
semakin
pihak
kompleks,
sementara
karena
orang
ingin
membina dan mengembangkan jati
mempertahankan nilai-nilai budaya lama
diri sebagai satu kesatuan bangsa.
yang
diimprovisasikan
untuk
melayani
3. Masa transisinya budaya nasional-
perekembangan baru yang kemudian disebut
kebangsaan menuju budaya global-
sebagai lahirnya budaya sandingan (sub-
mondial. Visi, orientasi, dan persepsi
culture), sedang di lain pihak muncul
mengenai nilai-nilai universal seperti
tindakan-tindakan yang bersifat melawan
hak
terhadap
azasi,
kebebasan,
demokrasi, masalah
keadilan, lingkungan
perubahan-perubahan
yang
dirasakan sebagai penyebab kegerahan dan
dilepaskan dalam ikatan fanatisme
keresahan
primordial
kebangsaan
dipinggirkan, tergeser dan tergusur dari
atau pun keagamaan, kini mengendor
tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, yang
kesukuan,
menuju ke kesadaran mondial dalam 67
dari
mereka
yang
merasa
disebut sebagai budaya tandingan (counter-
karya publikasi yang kemudian diwariskan
culture).
kepada masyarakat dunia. Aspek
struktural
menunjukkan
2. Beberapa aspek penting dalam ilmu
bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya
pengetahuan
terdapat unsur-unsur sebagai berikut.
Melalui kajian historis tersebut yang pada hakikatnya
pemahaman
kelahiran
dan
1. Sasaran yang dijadikan objek
tentang sejarah ilmu
2. Objek sasaran ini terus menerus
pengetahuan, dapat dikonstatasikan bahwa
dipertanyakan dengan suatu cara
ilmu pengetahuan itu mengandung beberapa
(metode) tertentu tanpa mengenal
aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek
titik henti. Suatu paradoks bahwa
struktural.
ilmu pengetahuan yang akan
Aspek bahwa
perkembangan
untuk diketahui (Gegenstand)
fenomenal
ilmu
menunjukan
pengetahuan
mawujud
dalam
bentuk
/memanifestasikan
terus berkembang justru muncul permasalahan-permasalah
yang mendorong untuk terus
masyarakat, proses, dan produk. Sebagai masyarakat,
ilmu
baru
menerus mempertanyakannya.
pengetahuan
3. Ada
alasan
dan
motivasi
menampakkan diri sebagai suatu masyarakat
mengapa gegenstand itu menerus
atau kelompok elit yang dalam kehidupan
dipertanyakan.
kesehariannya begitu mematuhi kaidah-
4. Jawaban-jawaban
yang
kaidah ilmiah yang menurut partadigma
diperoleh
Merton
dalam suatu kesatuan system
disebut
universalisme,
komunalisme, dan skepsisme yang teratur dan
terarah.
Sebagai
proses,
kemudian
disusun
(Koento Wibisono, 1985)
ilmu
Dengan
Renaissance
dan
pengetahuan menampakkan diri sebagai
Aufklaerung ini, mentalitas manusia Barat
aktivitas
elit
ini mempercayai akan kemampuan rasio
tersebut dalam upayanya untuk menggali
yang menjadikan mereka optimis, bahwa
dan
melalui
segala sesuatu dapat diketahui, diramalkan,
penelitian, eksperimen, ekspedisi, seminar,
dan dikuasai. Melalui optimisme ini, mereka
konggres. Sedangkan sebagai produk, ilmu
selalu
pengetahuan menampakkan diri sebagai
penelitian secara kreatif dan inovatif.
atau
kegiatan
mengembangkan
kelompok
ilmu
hasil kegiatan kelompok elit tadi berupa
berpetualang
untuk
melakukan
Ciri khas yang terkandung dalam
teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan lain
ilmu
sebagaimana disebarluaskan melalui karya-
antroposentris, 68
pengetahuan dan
adalah
rasional,
cenderung
sekuler,
dengan suatu etos kebebasan (akademis dan
absolute dalam kebenaran ilmiah. Paradigma
mimbar akademis).
sekarang ilmu bukan sesuatu / entity yang
Konsekuensi yang timbul adalah
abadi,
bahkan ilmu tidak pernah selesai
dampak positif dan negative. Positif, dalam
meskipun ilmu itu didasarkan pada kerangka
arti kemajuan ilmu pengetahuan telah
objektif, rasional, metodologis, sistematis,
mendorong kehidupan manusia ke suatu
logis dan empiris. Dalam perkembangannya
kemajuan (progress, improvement) dengan
ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme
teknologi yang dikembangkan dan telah
keterbukaan
menghasilkan kemudahan-kemudahan yang
sebabnya
semakin canggih bagi upaya manusia untuk
alternatif-alternatif
meningkatkan kemakmuran hidupnya secara
melalui kajian, penelitian eksperimen, baik
fisik-material.
mengenai aspek ontologis epistemologis,
Negatif dalam arti ilmu pengetahuan
terhadap
koreksi.
ilmuwan
dituntut
Itulah mencari
pengembangannya
maupun ontologisnya.
telah mendorong berkembangnya arogansi
Karena setiap pengembangan ilmu
ilmiah dengan menjauhi nilai-nilai agama,
paling
tidak
validitas
(validity)
etika, yang akibatnya dapat menghancurkan
reliabilitas
kehidupan manusia sendiri.
dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan
(reliability)
dan dapat
Akhirnya tidak dapat dipungkiri,
kaidah – kaidah keilmuan (context of
ilmu pengetahuan dan teknologi telah
justification) maupun berdasarkan sistem
mempunyai kedudukan substantif dalam
nilai masyarakat di mana ilmu itu ditemukan
kehidupan
/dikembangkan (context of discovery)
manusia
saat
ini.
Dalam
kedudukan substantif itu ilmu pengetahuan
Kekuatan bangunan ilmu terletak
dan teknologi telah menjangkau kehidupan
pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
manusia dalam segala segi dan sendinya
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga
secara ekstensif, yang pada gilirannya ilmu
pilar tersebut dinamakan pilar-pilar flosofis
pengetahuan
keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga,
dan
teknologi
merubah
kebudayaan manusia secara intensif.
penguat,
dan
prerequisite
/
bersifat saling
integratif
serta
mempersyaratkan.
3. Pilar-pilar penyangga bagi eksistensi ilmu
Pengembangan ilmu selalu dihadapkan pada
pengetahuan
persoalan
Melalui teori relativitas Einstein paradigma
aksiologi.
kebenaran ilmu sekarang sudah berubah dari
a. Pilar ontologi (ontology)
paradigma lama yang dibangun oleh fisika
Selalu menyangkut problematika tentang
Newton yang ingin selalu membangun teori
keberadaan (eksistensi) 69
ontologi,
epistemologi
dan
(a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu
tunggal,
dual
atau
sarana legitimasi bagi ilmu/ menentukan
plural
keabsahan
(monisme, dualisme, pluralisme )
memberi
disiplin kerangka
ilmu acuan
tertentu
(b)
metodologis
(b) Aspek kualitas (mutu, sifat ) :
pengembangan ilmu (c) mengembangkan
bagaimana batasan, sifat, mutu dari
ketrampilan proses (d) mengembangkan
sesuatu
daya kreatif dan inovatif.
(mekanisme, teleologisme,
vitalisme dan organisme). Pengalaman ontologis dapat memberikan
c. Pilar aksiologi (axiology)
landasan bagi penyusunan asumsi, dasar-
Selalu
dasar teoritis, dan membantu terciptanya
pertimbangan nilai (etis, moral, religius)
komunikasi
interdisipliner
dalam setiap penemuan, penerapan atau
multidisipliner.
Membantu
dan pemetaan
berkaitan
dengan
problematika
pengembangan ilmu
masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan
Pengalaman aksiologis dapat memberikan
kemngkinan kombinasi antar
ilmu. Misal
arah pengembangan ilmu, mengembangkan
masalah krisis moneter, tidak dpt hanya
etos keilmuan seorang professional dan
ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi
ilmuwan (Iriyanto Widisuseno, 2009).
menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yg tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi,
Landasan pengembangan ilmu secara
maka perlu bantuan ilmu lain seperti politik,
imperatif mengacu ketiga pilar filosofis
sosiologi.
keilmuan tersebut yang bersifat integratif dan prerequisite, kerangka bagannya seperti
b. Pilar epistemologi (epistemology)
berikut:
Selalu menyangkut problematika teentang
ONTOLOGY
EPISTEMOLOGY
AXIOLOGY
APA
BAGAIMANA
KEMANA
sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara
memperoleh
kebenaran,
kebenaran,
proses,
sarana,
kebenaran,
sistem,
prosedur,
Pengalaman
criteria
dasar-dasar
epistemologis
strategi. REALITA
dapat
METODOLOGI
TUJUAN/ NILAI
memberikan sumbangan bagi kita : (a) 4. Masalah nilai dalam IPTEKS
keserbamajemukan ilmu itu sendiri. Ilmu
a. Keserbamajemukan ilmu pengetahuan dan
pengetahuan tidak lagi satu, kita tidak bisa
persoalannya Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi
manusia
dewasa
ini
adalah 70
mengatakan
inilah
satu-satunya
ilmu
memajukan ilmu psikologi Kalau psikologi
pengetahuan yang dapat mengatasi problem
mau
manusia dewasa ini. Berbeda dengan ilmu
mengembangkan metode, objek
pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan
tujuannya
keekaannya daripada kebinekaannya. Seperti
berdekatan, biokimia dean kimia umum
pada awal perkembangan ilmu pengetahuan
keduanya memakai ”hukum” yang dapat
berada dalam kesatuan filsafat.
dikatakan sama, tetapi seorang sarjana
Proses perkembangan ini menarik
maju
biokimia
dan
sendiri.
perlu
berkembang
Contoh
harus dan
ilmu
pengetahuan
yang
susunan
perhatian karena justru bertentangan dengan
bekerjanya organisme-organisme yang tidak
inspirasi tempat pengetahuan itu sendiri,
dituntut oleh seorang ahli kimia organik. Hal
yaitu keinginan manusia untuk mengadakan
ini agar supaya biokimia semakin maju dan
kesatuan
keserbamajemukan
mendalam, meskipun tidak diingkari antara
gejala-gejala di dunia kita ini. Karena yakin
keduanya masih mempunyai dasar-dasar
akan kemungkinannya maka timbullah ilmu
yang sama.
di
dalam
pengetahuan. Secara metodis dan sistematis
Spesialisasi ilmu memang harus ada
manusia mencari azas-azas sebagai dasar
di dalam satu cabang ilmu, namun kesatuan
untuk memahami hubungan antara gejala-
dasar azas-azas universal harus diingat
gejala yang satu dengan yang lainsehingga
dalam rangka spesialisasi. Spesialisasi ilmu
bisa ditentukan adanya keanekaan di dalam
membawa persoalan banyakbagi ilmuwan
kebinekaannya.
Namun
dalam
sendiri dan masyarakat. Ada kalanya ilmu
perkembangannya
ilmu
pengetahuan
itu diterapkan dapat memberi manfaat bagi
berkembang ke arah keserbamajemukan
manusia, tetapi bisa sebaliknya merugikan
ilmu.
manusia. Spesialisasi disamping tuntutan kemajuan ilmu juga dapat meringankan
(1)Mengapa timbul spesialisasi
beban manusia untuk menguasai ilmu dan
Mengapa spesialaisasi ilmu semakin
mencukupi
kebutuhan
hidup
manusia.
meluas? Misalnya dalam ilmu kedokteran
Seseorang tidak mungkin menjadi generalis
dan
yaitu menguasai dan memahami semua ilmu
ilmu
alam.
Makin
meluasnya
spesialisasi ilmu dikarenakan ilmu dalam perjalanannya
selalu
pengetahuan yang ada (Sutardjo, 1982)
mengembangkan
macam metode, objek dan tujuan.Perbedaan
(1) Persoalan yang timbul dalam spesialisasi
metode dan pengembangannya itu perlu demi
kemajuan
tiap-tiap
ilmu.
Spesialisasi
mengandung segi-segi
Tidak
postif, namun juga dapat menimbulkan segi
mungkin metode dalam ilmu alam dipakai
negatif. Segi positif ilmuwan dapat lebih 71
fokus dan intensif dalam melakukan kajian
pengetahuan
dan pengembangan ilmunya. Segi negatif,
ilmuwannya. Hal ini tidak akan mengurangi
orang yang mempelajari ilmu spesialis
kekhususan tiap-tiap ilmu pengetahuan,
meras terasing dari pengetahuan lainnya.
tetapi akan memudahkan penempatan tiap-
Kebiasaan cara kerja fokus dan intensif
tiap ilmu dalam dalam satu peta ilmu
membawa dampak ilmuwan tidak mau
pengetahuan manusia. Keharusan kerjasama
bekerjasama dan menghargai ilmu lain.
ilmu sesuai dengan sifat sosial manusia dan
Seorang spesialis bisa berada dalam bahaya
segala kegiatannya. Kerjasama seperti itu
mencabut ilmu pengetahuannya dari rumpun
akan membuat para ilmuwan memiliki
keilmuannya atau bahkan dari peta ilmu,
cakrawala
kemudian menganggap ilmunya otonom dan
menganalisis dan melihat sesuatu. Banyak
paling lengkap.
dengan
segi akan dipikirkan sebelum mengambil
otonomi keilmuannya sehingga tidak tahu
keputusan akhir apalagi bila keputusan itu
lagi dari mana asal usulnya, sumbangan apa
menyangkut manusia sendiri.
Para
spesialis
dan
terutama
pandang
yang
di
luas
antara
dalam
yang harus diberikan bagi manusia dan ilmu-ilmu lainnya, dan sumbangan apa yang
b. Dimensi moral dalam pengembangan dan
perlu diperoleh dari ilmu-ilmu lain demi
penerapan ilmu pengetahuan
kemajuan dan kesempurnaan ilmu spesialis
Tema ini membawa kita ke
yang dipelajari atau dikuasai.
pemikiran, (a) apakah ada kaitan antara
Bila keterasingan yang timbul akibat spesialisasi
itu
hanya
arah
mengenai
moral atau etika dengan ilmu pengetahuan,
ilmu
(b) saat mana dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tidak sangat berbahaya. Namun
memerlukan
bila hal itu terjadi pada manusianya, maka
Akhir–akhir ini banyak disoroti segi etis dari
akibatnya bisa mengerikan. Kalau manusia
penerapan ilmu dan wujudnya yang paling
sampai terasing dari sesamanya dan bahkan
nyata pada jaman ini
dari
oleh
maka pertanyaan yang muncul adalah
ilmunya yang sempit. Dalam praktik-praktik
mengapa kita mau mengaitkan soal etika
ilmu spesialis kurang memberikan orientasi
dengan ilmu pengetahuan? Mengapa ilmu
yang luas terhadap kenyataan dunia ini,
pengetahuan yang makin diperkembangkan
apakah dunia ekonomi, politik, moral,
perlu ”sapa menyapa”
kebudayaan, ekologi dll.
Apakah ada ketegangan ilmu pengetahuan,
dirinya
karena
terbelenggu
Persoalan tersebut bukan berarti tidak
terpecahkan,
ada
pertimbangan
moral/etik?
adalah teknologi,
dengan etika?
teknologi dan moral?
kemungkinan
Untuk
merelativisir jika ada kerjasama ilmu–ilmu
menjelaskan permasalahan
tersebut ada tiga tahap yang perlu ditempuh. 72
Pertama,
kita
permasalahan
melihat ilmu
kompleksitas
pengetahuan
mati hidupnya seseorang, ilmu pengetahuan
dan
menghadapi
keterbatasannya.
Ia
butuh
teknologi dalam kaitannya dengan manusia.
kerangka pertimbangan nilai di luar disiplin
Kedua, membicarakan dimensi etis serta
ilmunya sendiri.
kriteria etis yang diambil. Ketiga, berusaha
Kompleksitas permasalahan dalam
menyoroti beberapa pertimbangan sebagai
pengembangan ilmu dan teknologi kini
semacam
menjadi
usulan
jalan
keluar
dari
permasalahan yang muncul.
Pengembangan
pengetahuan
terutama
bagi
manusia.
etika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
perkembangan sungguh-sungguh
akibat-akibatnya
Mengapa orang kemudian berbicara soal
ilmu
pengetahuan dan teknologi Kalau
serius,
persoalan keterbatasan ilmu dan teknologi dan
5. Permasalahan
pemikiran
ilmu
?
menepati
janji awalnya 200 tahun yang lalu, pasti
6.
orang tidak akan begitu mempermasalahkan
Akibat
teknologi
pada
perilaku
manusia
akibat perkembangan ilmu pengetahuan.
Akibat
teknologi
pada
perilaku
Bila penerapan ilmu benar-benar merupakan
manusia muncul dalam fenomen penerapan
sarana
dari
kontrol tingkah laku (behaviour control).
keterbelakangan yang dialami sekitar 1800–
Behaviour control merupakan kemampuan
1900 an dengan menyediakan ketrampilan ”
untuk
know how” yang memungkinkan manusia
tindakan seperti yang dikehendaki oleh si
dapat
tanpa
pengatur (the ability to get some one to do
bergantung pada pemilik modal, maka
one’s bidding). Pengembangan teknologi
pendapat bahwa ilmu pengetahuan harus
yang
dikembangkan atas dasar patokan-patokan
mengakibatkan munculnya masalah-masalah
ilmu pengetahuan itu sendiri (secara murni)
etis seperti berikut.
pembebasan
mencari
nafkah
manusia
sendiri
tidak akan mendapat kritikan tajam seperti
mengatur
mengatur
orang
perilaku
melaksanakan
manusia
ini
(a) Penemuan teknologi yang mengatur
pada abad ini.
perilaku
Namun dewasa ini menjadi nyata
ini
kemampuan
menyebabkan
perilaku
adanya keterbatasan ilmu pengetahuan itu
diubah
menghadapi
manipulasi syaraf otak m elalui
masalah-masalah
yang
dengan
seseorang
operasi
menyangkut hidup serta pribadi manusia.
”psychosurgey’s
Misalnya, menghadapi soal transplantasi
obat
jantung, pencangkokan genetis, problem
stimulation of the brain (E S B) : 73
bius
infuse”
dan
tertentu.
kiniawi, Electrical
schock listrik tertentu. Teknologi
ia adalah ciri eksistensialmanusia, ciri
baru dalam bidang psikologi seperti
kodrat
“dynamic psychoteraphy” mampu
teknologi
merangsang secara baru bagian-
mengasingkan
bagian penting, sehingga kelakuan
eksistensinya sebagai pekerja, sebab di
bisa diatur dan disusun. Kalau begitu
sana
kebebasan bertindak manusia sebagai
kepuasan dalam bekerja. Pekerjaan
suatu nilai diambang kemusnahan.
tangan dan otak manusia diganti dengan
(b) Makin dipacunya penyelidikan dan pemahaman kelakuan
mendalam
kemanusiaannya. modern
manusia
tenaga–tenaga
tentang
Pemakaian condong
manusia
tidak
dari
mengalami
mesin,
hilanglah
kepuasan dan kreativitas manusia (T.
manusia, memungkinak
Yacob, 1993)
adanya lubang manipulasi, entah malalui iklan atau media lain.
c.
(c) Pemahaman “njlimet” tingkah laku manusia
demi
tujuan
Beberapa
pokok
nilai
yang
perlu
diperhatikan dalam pengembangan ilmu
ekonomis,
pengetahuan dan teknologi
rayuan untuk menghirup kebutuhan
Ada empat hal pokok agar ilmu
baru sehingga bisa mendapat untung
pengetahuan
lebih
mewnyebabkan
dikembangkan secara konkrit unsur-
penggunaan media (radio, TV) untuk
unsur mana yang tidak boleh dilanggar
mengatur kelakuan manusia.
dalam pengembangan ilmu pengetahuan
banyak,
(d) Behaviour
control
memunculkan
dan
teknologi
dan teknologi dalam masyarakat agar
masalah etis bila kelakuan seseorang
masyarakat itu tetap manusiawi.
dikontrol oleh teknologi dan bukan oleh
(1)
Rumusan
hak
azasi
si subjek itu sendiri. Konflik muncul
merupakan sarana hukum
justru karena si pengatur memperbudak
untuk
orang yang dikendalikan, kebebasan
penghormatan
bertindak
manusia. Individu-individu
sikontrol
dan
diarahkan
menurut kehendak si pengontrol. (e) Akibat
teknologi
pada
perlu
eksistensi
Schumacher
eksistensi
terhadap
dilindungi
dari
pengaruh penindasan ilmu
manusia dilontarkan oleh Schumacher. Bagi
menjamin
pengetahuan.
sejati
(2)
Keadilan
dalam
bidang
manusia adalah bahwa manusia menjadi
sosial, politik, dan ekonomi
manusia
sebagai hal yang mutlak.
justru
karena
ia
bekerja.
Pekerjaan bernilai tinggi bagi manusia,
Perkembangan 74
teknologi
sudah
membawa
konsentrasi
akibat
satu
administrasi kantor tertentu.
ekonomi maupun politik.
Akibatnya manusia dinilai
Jika
bukan sebagai pribadi tapi
kita
ingin
pengembangan
lebih ilmu
dan
dari
kegunaannya
sudut
atau
hanya
teknologi berarti bersedia
dilihat sejauh ada manfaat
mendesentralisasikan
praktisnya
monopoli
sistem.
pengambilan
keputusan
dalam
politik,
bidang
bagi Nilai
ekonomi.
suatu sebagai
pribadiberdasar
hubungan
sosialnya,
dasar
Pelaksanaan keadilan harus
kerokhanian
memberi
penghayatan hidup sebagai
pada
setiap
dan
individu kesempatan yang
manusia
sama
Bila pengembangan ilmu
menggunakan
hak-
haknya. Soal
dikesampingkan.
dan lingkungan
Tidak
ada
berhak
hidup.
menguras
sumber
mau
nilai
manusia
sebagai
/
pribadi tidak bolewh kalah
sumber-
oleh mesin. Hal ini penting
alam
dan
manusiawai
karena
tanpa
memperhatikan
akibat-
akibatnya
seluruh
pada
masyarakat.
teknologi
manusiawi, perhatian pada
seorangpun
mengeksploitasi
sistem
teknokrasi
cenderung dehumanisasi (T. Yacob, 1993).
Ekologi
7. Srategi pengembangan ilmu pengetahuan
mengajar kita bahwa ada
(4)
sistem
kekuatan
memanusiawikan
(3)
instrumen
dan teknologi
kaitan erat antara benda
Karena pengembangan ilmu dan
yang satu dengan benda
teknologi hasilnya selalu bermuara pada
yang lain di alam ini.
kehidupan
Nilai
manusia
manusia
maka
perlu
sebagai
mempertimbangan strategi atau cara-cara,
pribadi. Dalam dunia yang
taktik yang tepat, baik dan benar agar
dikuasai
teknik,
harga
pengembangan ilmu dan teknologi memberi
manusia
dinilai
dari
manfaat
tempatnyua sebagai salah
mensejahterakan
memartabatkan manusia. 75
dan
Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan
BAGAN STRATEGI PENGEMBANGAN
Pancasila sebagai paradigma pengembangan
IPTEKS BERDASARKAN PARADIGMA
ilmu
pengetahuan
Indonesia.
dan
teknologi
Pengertian
PANCASILA
di
paradigma INTEGRATIF & PREREQUISITE
menggambarkan suatu keutuhan konsep dengan muatan teori, dalil, ajaran bahwkan ”pandangan hidup” sebagai dasar dan arah
ONTOLOGI --------Landasan konsep ( APA )
pengembangan ilmu dan kebijakan strategis lainnya (Van Peursen, 1987) Dalam konteks Pancasila sebagai paradigma mengandung dimensi ontologis, epistemologis
dan
aksiologis.
EPISTEMOLOGI -----Landasan proses (BAGAIMANA)
Dimensi
ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau ”an
AKSIOLOGI..........Landasan Tujuan
unfinished journey”. Ilmu tampil dalam
( KEMANA/UNTUK APA)
fenomenanya sebagai masyarakat, proses UNITY & HIERARCHY
dan produk. Dimensi epistemologis, nilai-
PANCASILA
nilai
Pancasila
dijadikan
pisau
analisis/metode berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi aksiologis, mengandung
Sila 1
nilai–nilai imperatif dalam mengembangkan
Sila 2
ilmu adalah sila-sila Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut
Sila 3
memahami Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka diperlukan suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural.
Sila 4
Berikut di bawah ini adalah bentuk
Sila 5
bagannya.
76
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam
secara perwakilan, sejak dari kebijakan,
Pancasila adalah sebagai berikut.
penelitian sampai penerapan masal.
a. Sila Ketuhanan YME: melengkapi ilmu pengetahuan
menciptakan
perimbangan
e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
antara yang rasional dan irasional, antara
Indonesia, menekankan ketiga keadilan
rasa dan akal. Sila ini menempatkan
Aristoteles: keadilan distributif, keadilan
manusia dalam alam sebagai bagiannya dan
kontributif,
bukan pusatnya.
Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan
dan
keadilan
komutatif.
antara kepentingan individu dan masyarakat, b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab:
karena kepentingan individu tidak
boleh
memberi arah dan mengendalikan ilmu
terinjak
semu.
pengetahuan.
pada
Individualitas merupakan landasan yang
fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan,
memungkinkan timbulnya kreativitas dan
tidak
inovasi.
hanya
Ilmu
dikembalikan
untuk
kelompok,
lapisan
tertentu.
oleh
kepentingan
Pengembangan ilmu
pengetahuan
dan teknologi harus senantiasa berorientasi c.
Sila
Persatuan
Indonesia:
mengkomplementasikan
pada
nilai-nilai
Pancasila.
Sebaliknya
universalisme
Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan
dalam sila-sila yang lain, sehingga supra
ia merupakan kesatuan dari perkembangan
sistem tidak mengabaikan sistem dan sub
ilmu yang menjadi tuntutan peradaban
sistem. Solidaritas dalam subsistem sangat
manusia. Peran Pancasila sebagai paradigma
penting untuk kelangsungan keseluruhan
pengembangan ilmu harus sampai pada
individualitas, tetapi tidak
penyadaran,
mengganggu
integrasi.
bahwa
fanatisme
kaidah
kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada
d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh
masalah-masalah yang tidak dapat diatasi
hikmah
dengan semata-mata berpegang pada kaidah
kebijaksanaan
permusyawaratan mengimbangi pengetahuan sendiri
/
dalam perwakilan,
otodinamika dan
dengan
teknologi leluasa.
ilmu
ilmu
sendiri,
khususnya
mencakup
pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya
berevolusi
yang
Eksperimentasi
bersifat
mutlak
manusia yang berbudaya.
penerapan dan penyebaran ilmu penget harus demokratis dapat dimusyawarahkan
77
bagi
kehidupan
DAFTAR PUSTAKA T. Yacob, 1993, Manusia, Ilmu dan Teknologi, PY. Tiara Wacana, Yogyakarta.
Iriyanto, Ws, 2009, Bahan Kuliah Filsafat Ilmu, Pascasarjana, Semarang.
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 1997, Pengantar Filsafat Ilmu, Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.
Kunto Wibisono, 1985, Arti Perkembangan Menurut Positivisme, Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Van Melsen, 1985, Ilmu Pengetahuan dan Tanggungjawab Kita, Kanisius, Yogyakarta.
Sutardjo, 1992, Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Tarsito, Bandung.
Van Peursen, 1987, Susunan Pengetahuan, Kanisius, Yogyakarta. ---------------------------
78
Ilmu