Monitoring media periode 21 s/d 25 April 2014, menunjukkan berbagai indikator seperti terlihat dalam bagan infografis. Monitoring dilakukan terhadap 6 (enam) media cetak nasional, yang spesifik mengamati dinamika pemberitaan sektor energi. Berikut penjelasan selengkapnya : INTENSITAS PEMBERITAAN Selama periode monitoring, diketahui beberapa topik utama sebagai berikut : Impor Gas PLN Kenaikan Tarif Dasar Listrik(TDL) Industri Beroperasinya Kapal Elpiji Pertamina
14,2% 14,2% 14,2%
Dengan intensitas kemunculan mencapai 42,5% secara keseluruhan, 3 (tiga) topik tersebut menjadi headline pemberitaan berbagai media. Beberapa sub topik dari masing-masing pemberitaan adalah sebagai berikut : Minimnya alokasi domestik Impor Gas PLN
Koordinasi PLN dan SKK Migas Kontradiksi negara produsen gas
Rencana insentif pajak Kenaikan TDL Industri
Protes pelaku industri & klaim kebijakan kontradiktif Potensi PHK Massal
Di samping beberapa trending topic di atas, pemberitaan seputar kesepakatan (MoU) antara PLN dan Pertamina Geothermal Energy (PGE) tentang harga jual gas dan listrik, teridentifikasi muncul secara signifikan. Intensitasnya mencapai 11% dan menjadi topik yang cukup populer di berbagai media. Topik pemberitaan lain, di antaranya sebagai berikut : Rencana Kenaikan Harga Elpiji 12 Kilogram Pembatasan BBM Bersubsidi bagi Mobil LCGC Kontroversi Dividen PT Freeport Indonesia Renegosiasi Harga LNG Tangguh
TONE/SENTIMENT PEMBERITAAN
Untuk diketahui dalam trial media monitoring ini, diasumsikan pihak klien adalah pemerintah pusat. Berdasarkan pemantauan terhadap lebih dari 25 artikel seputar isu energi, diperoleh komposisi tone/sentimen pemberitaan sebagai berikut : Positif
: 14%
Kategori positif menunjukkan muatan pemberitaan yang menguntungkan reputasi klien. Pengadaan kapal elpiji Pertamina menjadi kontributor pemberitaan positif terbesar. Pencitraan positif tentang aksi korporasi Pertamina, turut mendongkrak imej klien yang dipersepsikan mendukung upaya peningkatan daya saing dalam bisnis migas.
Negatif : 36%
Kategori negatif menunjukkan dominasi pernyataan yang merugikan reputasi klien dalam sebuah pemberitaan. Topik-topik sensitif seperti kenaikan tarif listrik dan impor gas alam menjadi kanal bagi para stakeholder untuk mendiskreditkan kebijakan klien. Isu seputar kepentingan migas nasional dan ancaman PHK, menjadi wacana yang terus digulirkan untuk mengekploitasi topik-topik tersebut.
Netral
Kategori netral menunjukkan muatan pemberitaan cenderung berimbang, tidak spesifik menguntungkan kepentingan klien, namun juga terbebas dari simbol-simbol verbal yang merugikan klien. Atau memuat kedua unsur tersebut baik positif maupun negatif, namun komposisi dan penyajiannya proporsional. Berita netral tersebar di sebagian besar artikel. Topik-topik krusial yang berpotensi memicu respon negatif, masih diekspos secara berimbang di beberapa media.
: 50%
PEMETAAN STAKEHOLDER Dalam monitoring ini tercatat sejumlah stakeholder dari berbagai kalangan menjadi narasumber pembentuk opini. Jumlahnya mencapai 42 narasumber dengan intensitas kemunculan sebanyak 70 kali. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut : KATEGORI STAKEHOLDER Klasifikasi stakeholder dibagi berdasarkan 3 (tiga) kategori berikut : Pemerintah Pengamat Praktisi
Kementerian ESDM Kementerian BUMN Pertamina, PGE Kementerian Perindustrian BPH Migas, SKK Migas PLN Reforminer INDEF IRESS Energy Watch
OPINION LEADER
: 51 kemunculan : 11 kemunculan : 8 kemunculan
Narasumber dengan intensitas kemunculan terbanyak, dikategorikan sebagai pembentuk opini publik. Berikut daftar beberapa stakeholder paling berpengaruh :
PEMERINTAH
PENGAMAT
PUSKEPI Apemindo APINDO Organda KADIN
PRAKTISI
Dahlan Iskan
Meneg BUMN
Suryadi Mardjoeki
Kadiv BBM dan Gas PLN
Ali Mundakir MS Hidayat
VP Corporate Communication Pertamina Menteri Perindustrian
Nur Pamudji
Dirut PLN
Roy Gunawan
Dirut Pertamina Geothermal Energy (PGE)
Marwan Batubara
Dir. Eksekutif IRESS
Komaidi Notonegoro
Pengamat/Reforminer
ANALISIS Untuk mengetahui dan mengukur implikasi pemberitaan media, berikut akan disampaikan berbagai hasil analisis berdasarkan beberapa kriteria : Naturalitas Pemberitaan
Dilihat dari kebiasaan publikasi media, selama kurun waktu monitoring ini, pada umumnya artikel dapat dikatakan memenuhi standar objektivitas sebuah berita. Belum ditemukan pemberitaan yang mengarah pada penggiringan opini secara tidak wajar untuk mendelegitimasi kepentingan klien. Namun beberapa topik, di antaranya ‘Dividen Freeport’, berpotensi diekspos secara intensif. Mengingat isunya berbau politis, didukung dengan karakter kebijakan media (Rakyat Merdeka) yang cenderung bertendensi negatif terhadap klien. Hanya topik ‘Kapal Elpiji’ yang terindikasi sebagai upaya setting media oleh pihak Pertamina, karena muncul secara terus-menerus dengan muatan pemberitaan yang identik.
Kualitas dan Implikasi Pemberitaan
Story Treatment Secara umum berita disajikan dengan normatif, naratif berdasar hasil reportase tanpa visualisasi khusus yang bermuatan tendensius. Pemuatan pernyataan negatif masih proporsional untuk memenuhi unsur cover both side. Meskipun beberapa artikel seperti liputan diskusi kebijakan minerba, muncul dengan narasi panjang yang didominasi oleh pernyataan negatif. Share of Stakeholder Kualitas pernyataan narasumber menunjukkan adanya kelemahan dari pihak klien untuk membentuk opini positif. Sekalipun mendominasi komposisi narasumber, namun stakeholder dari kalangan pemerintah beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang secara eksplisit meragukan akuntabilitas kebijakannya sendiri. Type of Coverage Sebagian besar artikel dimuat di rubrik khusus ekonomi, bisnis atau energi. Ditinjau dari bobot content, berita semacam ini memiliki segmentasi pembaca yang spesifik, terutama mereka yang concern dengan isu-isu energi. Impact Secara umum pemberitaan seputar isu energi memiliki dampak opini publik dalam taraf sedang. Artinya, potensi terjadinya penurunan reputasi klien belum mencapai level yang mengkhawatirkan. Pemuatan berita-berita energi di saluran/rubrik khusus, akan membatasi eskalasi isu tidak berkembang menjadi sentimen negatif berskala masif. Content dan gaya penyajian yang minim dari simbol-simbol verbal negatif, ditambah dengan naturalitas pemberitaan yang wajar, membuat efek pemberitaan masih terkendali.
REKOMENDASI Berdasarkan data dan analisis di atas, disampaikan beberapa saran/rekomendasi sebagai berikut : 1. Klien agar terus mengamati dinamika pemberitaan energi walaupun potensi dampak negatif terbilang rendah. Karena beberapa topik pemberitaan berpotensi mengarah pada isu-isu sensitif yang bermuatan politis. 2. Klien belum perlu melakukan intervensi pemberitaan (setting media), mengingat berbagai artikel yang dimuat media massa belum menunjukkan indikasi adanya penggiringan opini secara tidak wajar. 3. Klien agar mengoptimalkan seluruh stakeholder dari kalangan instansi pemerintah untuk membentuk opini positif terhadap segala kebijakan yang dikeluarkan. Diperlukan koordinasi yang lebih efektif agar setiap narasumber yang mewakili kepentingan klien tidak menyampaikan informasi yang bias atau justru mendelegitimasi akuntabilitas sebuah kebijakan. Demikian laporan mingguan media monitoring ini disusun, agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil setiap keputusan terkait upaya pembentukan opini yang konstruktif.