Income Comparison Before And After The Application Of CBIB In The Sawah Villages Kampar District Northen Kampar Regency Riau Province By Elvi Syahrin Situmeang 1), Eni Yulinda 2), Firman Nugroho 2) Abstract This research was conducted on 21th until 31th May 2013. This study aims to explain of the changes in cultivication techniques before and after applying CBIB and calculate how much the change in income of farmers. The method used in this study is a survey method with five repondent cultivication apply CBIB and pass the certification. The results of this study detected cultivication Leptobarbus hoevenli fish that pass the certification of CBIB, Leptobarbus hoevenli fish of familiar name is kelemak fish. There were changes in cultivication techniques cleanliness of facilities and equipment, water management, feeding, harvesting, handling result, transport, waste disposal, record keeping and corrective action. An increase in the income of fish farmers with an average percentage of 8,53% or Rp. 1.322.000. Key words : CBIB, Leptobarbus hoevenli, Sawah Villages 1) 2)
Student of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau Lecture of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau
budidaya ikan kolam, yakni 808 Ha dan
PENDAHULUAN Pembangunan
perikanan
diarahkan
jumlah hasil produksi ikan mencapai 20.993
pada upaya peningkatan pendapatan serta
ton/tahun (Data Statistik Perikanan Budidaya
taraf hidup nelayan dan memajukan kualitas
Provinsi Riau, 2011).
kehidupan daerah sekitar. Serta peningkatan diversifikasi
produk
perikanan
Tuntutan pasar global akan produk
guna
perikanan budidaya adalah keamanan pangan
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi selain
(food safety) dalam artian hasil budidaya
itu dapat meningkatkan devisa negara melalui
diharapkan aman untuk dikonsumsi sesuai
ekspor.
persyaratan Kabupaten Kampar merupakan salah
pasar.
Sebagai
konsekuensi
meningkatnya perdagangan global, produk
satu kabupaten di Provinsi Riau, dengan luas
perikanan
wilayah 27.908,32 km2 memiliki potensi
mempunyai daya saing, baik dalam mutu
cukup besar dalam bidang usaha perikanan.
produk maupun efisiensi dalam produksi.
Perkembangan budidaya perikanan air tawar
budidaya
Indonesia
harus
Seluruh tahapan dalam budidaya ikan
di Kabupaten Kampar menjadikan daerah ini
harus
sebagai salah satu sentra budidaya perikanan
pengendalian sebagai upaya dalam mencegah
air tawar di Provinsi Riau, dengan luas usaha
tercermarnya hasil perikanan budidaya. Ini 1
memperhatikan
sanitasi
dan
diperlukan agar dapat terhindar dari bahaya
orang pembudidaya ikan telah menerapkan
keamanan pangan seperti bakteri, racun hayati
teknologi anjuran ini. Tetapi, baru sebanyak 5
(biotoxin),
pestisida,
pembudidaya ikan yang lulus dalam tahapan
seperti
sertifikasi dan mendapatkan sertifkat CBIB,
maupun
logam residu
berat bahan
serta terlarang
antibiotik, hormon dan sebagainya. Berkaitan
jenis
dengan
pembudidaya yang lulus sertifikasi CBIB di
hal
tersebut,
sesuai
Peraturan
ikan
Pemerintah
No.28 Tahun
2004
tentang
desa
keamanan,
mutu
gizi
pangan,
hoevenli).
dan
ini
yang
adalah
dibudiayakan
Jelawat
oleh
(Leptobarbus
pembudidaya ikan perlu menerapkan cara
Dalam penerapannya teknologi CBIB
budidaya ikan yang benar. Sebagaimana
ini mengeluarkan biaya produksi yang sedikit
diatur dalam keputusan Menteri Kelautan dan
lebih besar jika dibandingkan dengan sebelum
Perikanan No. KEP.02/MEN/2007 tentang
penerapan serta terjadinya perubahan dalam
Cara Budidaya Ikan yang Baik. CBIB adalah
tehnik budidaya ikan tersebut. Secara teknis
penerapan
atau
usaha pembesaran ikan dengan menerapkan
membesarkan ikan serta memanen hasil
CBIB memberikan dampak yang baik yaitu
dalam lingkungan yang terkontrol. Sehingga,
berupa
memberikan
dari
dibudidayakan. Namun, sejauh ini belum ada
pembudidaya dengan memperhatikan sanitasi,
analisis atau kajian untuk melihat seberapa
pakan, obat ikan, bahan kimia dan bahan
besar pengaruh penerapan CBIB tersebut
biologi.
terhadap
cara
memelihara
jaminan
dan
pangan
meningkatnya
mutu
ikan
peningkatan
yang
pendapatan
Kabupaten Kampar merupakan salah
pembudidaya ikan di Desa Sawah karena
satu daerah yang telah menerapkan teknologi
pada umumnya tujuan dari suatu usaha adalah
ini,
untuk memperoleh keuntungan atau laba.
sosialisasi dan pelatihan
CBIB di
kabupaten ini dimulai sejak 2010. Daerah
TUJUAN PENELITIAN
yang telah menerapkan CBIB dan lulus
Adapun tujuan dari penelitian yang di
tahapan sertifikasi di Kabupaten Kampar
lakukan di Desa Sawah ini adalah:
adalah Desa Sawah, Desa Palung Raya, Desa
1. Untuk menjelaskan perubahan teknik
Padang Luas, Kelurahan Pulai Jaya, Desa
budidaya
Pulai Rambai, Desa Koto Prambanan dan
menerapkan CBIB.
Desa Ranah (Dinas Perikanan dan Kelautan
sebelum
dan
sesudah
2. Untuk menghitung jumlah biaya produksi
Provinsi Riau, 2011).
dan jumlah hasil produksi sebelum dan
Salah satu desa yang paling banyak
sesudah menerapkan CBIB.
pembudidaya ikan lulus tahapan sertifikasi
3. Untuk
CBIB adalah Desa Sawah Kecamatan Kampar
menghitung
perubahan
Utara Kabupaten Kampar. Di desa ini 20 2
seberapa
pendapatan
besar
pembudidaya
setelah
menerapkan
CBIB
jika
selatan berbatasan dengan Desa Tanjung
dibandingkan dengan sebelum penerapan.
Berulak, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Sei Jalan dan sebelah timur berbatasan
METODOLOGI PENELITIAN
dengan Desa Naga Beralih. Secara geografis
Metode Penelitian Metode
yang
digunakan
Desa Sawah terletak pada posisi 0°22´0” -
dalam
0°24´00” LU dan 101°0´5” - 101°0´7” BT.
penelitian ini adalah metode survey yaitu dengan cara peninjauan, pengamatan serta pengambilan data dan
Penduduk
informasi secara
Jumlah
penduduk
Desa
Sawah
langsung di lapangan dengan menggunakan
berdasarkan sumber data yang diperoleh dari
kuesioner sebagai alat pengumpulan data
Kantor Kepala Desa Sawah diketahui bahwa
yang pokok (Singarimbun, 1989).
sampai tahun 2012 adalah 2.667 jiwa, yang
Penentuan Responden
terdiri dari laki-laki sebanyak 1400 jiwa dan perempuan sebanyak 1267 jiwa, dengan
Responden dalam penelitian ini adalah
jumlah KK sebanyak 524 jiwa.
pembudidaya ikan yang telah menerapkan
Mata Pencaharian
teknologi ajuran dan telah lulus sertifikasi 5 (lima) orang. Pengambilan
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
responden dikarenakan penelititan ini hanya
sehari-hari pada umumnya mata pencaharian
menganalisa
penduduk masyarakat Desa Sawah yakni
CBIB yaitu
pembudidaya
sebelum
dan
sesudah menerapkan CBIB. Berdasarkan
adalah
PNS,
TNI/POLRI,
jumlah tersebut maka pengambilan responden
Wiraswasta/Pedagang,
Pembudidaya
dilakukan secara sensus. Sesuai dengan
Tani,
Buruh
pendapat Sugiyono (2002), yaitu metode
Pensiunan.
sensus sering digunakan bila jumlah populasi
Keadaan Usaha Budidaya (CBIB)
Pertukangan,
Swasta,
Tani
ikan, dan
Jumlah responden yang diteliti adalah
relatif kecil. HASIL DAN PEMBAHASAN
5 (Lima) orang pembudidaya ikan yang
Keadaan Umum Daerah Penelitian
bersertifkat CBIB. Pembudidaya yang lulus
Keadaan Geografis
dalam
tahapan
sertifikasi
ini
adalah
pembudidaya yang membudidayakan ikan
Desa Sawah merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kampar
jelawat
Utara Kabupaten Kampar. Desa ini terletak
dikarenakan pembudidaya ini yang telah
pada ketinggian 500 m di atas permukaan
menerapkan cara berbudidaya yang baik
laut, luas keseluruhan Desa Sawah adalah
(CBIB) dalam membudiyakan ikan tersebut
3790, 75 Ha. Di sebelah utara Desa Sawah
dan telah sesuai berdasarkan hasil sertifikasi
berbatasan dengan Desa Kayu Aru, di sebelah
pihak 3
(Leptobarbus
terkait
di
hoevenli),
lapangan.
itu
Lulusnya
pembudidaya
tersebut
tidak
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Tingkat Pendidikan, Jumlah ART Dan Pengalaman Berusaha Di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau 2012
tergantung
kepada jenis ikan yang di budidayakan tetapi lebih kepada cara perlakuan pembudidaya tersebut dalam membudidayakan ikannya . Fokus dalam penelitian ini adalah hanya membandingkan perubahan perilaku
Responden
Umur
1
48
2
50
3 4 5
37 35 40
Tingkat Pendidikan
SD SD SMP SMP SD
Jumlah Anggota Keluarga (orang) 6 4 5 3 5
Lamanya Usaha (Tahun) 19 20 10 12 16
Lama menerapkan sistem CBIB (Tahun) 1 1 1 1 1
Sumber : Data Primer
pembudidaya ikan sebelum dan sesudah
Tabel tersebut menunjukkan bahwa
adanya sertifikasi yang meliputi perubahan
pembudidaya ikan yang melakukan usaha
teknik budidaya, perubahan biaya produksi,
budidaya ikan di Desa Sawah ini berada pada
jumlah produksi dan perubahan pendapatan.
usia produktif, yakni adalah 37-50 tahun.
Dari pengamatan lapangan diketahui bahwa,
Menurut Pollard et al., (2004) Penduduk
ukuran
oleh
dengan usia 0-14 tahun adalah golongan tidak
pembudidaya ikan sebelum dan sesudah
aktif atau non produktif untuk melakukan
penerapan CBIB adalah sama. Sehingga tidak
kegiatan ekonomi dan kelompok umur 15-59
terjadi perubahan bentuk ataupun ukuran
adalah penduduk yang secara ekonomis dapat
keramba yang digunakan oleh pembudidaya
melakukan kegiatan ekonomi. Maka dapat
di desa ini hanya saja untuk pembudidaya
disimpulkan bahwa pembudidaya yang berada
yang
terdapat
di Desa Sawah keseluruhannya produktif.
penambahan ruang penyimpanan untuk pakan
Dengan besarnya jumlah penduduk usia
maupun
dalam keadaan
produktif, maka akan semakin besar pula
terpisah. Untuk pembudidaya yang lulus
tenaga kerja dan perekonomian juga semakin
tahapan sertifikasi perubahan hanya terjadi
meningkat.
keramba
lulus
yang
tahapan
lainnnya
harus
digunakan
CBIB
pada tehnik berbudidayanya saja bukan pada
Kontruksi Keramba
ukuran keramba dan konstruksi dari keramba
Keramba yang ada di desa ini terbuat
tersebut.
dari kayu kulim dan memiliki bentuk yang
Karakteristik Pembudidaya Ikan Untuk
mengetahui
menyerupai perahu, dimana pada bagian
karakteristik
depan dibuat
pembudidaya ikan yang menjadi responden di Desa
Sawah,
meliputi:
umur,
meruncing dengan tujuan
keramba tersebut dapat melawan arus air dan
tingkat
tidak mudah hanyut di sungai, kemudian
pendidikan, jumlah ART dan pengalaman
bagian dalam diberi jaring agar benih ikan
berusaha pembudidaya ikan dapat dilihat pada
tidak terbawa arus dan lolos keluar dari
tabel.
keramba. Ukuran mata jaring yang digunakan yaitu 4
1-1,5
cm.
Agar
keramba
tidak
tenggelam maka pada keramba dipasang drum
kebersihannya, gudang penyimpanan BBM
sebagai pelampung , jumlah drum yang
dan pakan masih dalam 1 tempat, tidak
digunakan sebagai pelampung berbeda-beda
dilakukan monitor kualitas air, benih yang
disesuaikan dengan ukuran keramba tersebut.
ditebar dalam kondisi sehat
Jumlah, Luas dan Harga Keramba Yang Dimiliki Masingmasing Pembudidaya di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau 2013
mengandung penyakit berbahaya maupun
Responden
Ukuran Keramba
1 2 3 4 5 Jumlah
8 x 3,5x 1,75 10 x 4 x 1,5 6 x 3,5 x 1,5 10 x 4 x 1,5 10 x 4 x 1,5
Volume Keramba (m3) 49 60 32 60 60
Rata-rata
Jumlah Keramba (unit) 1 1 1 1 1 5
Harga Keramba (Rp) 15.000.000 19.000.000 10.000.000 19.000.000 19.000.000 82.000.000
1
16.400.000
dan tidak
obat ikan, pakan pabrikan yang digunakan memiliki nomor pendaftaran, menggunakan pakan tambahan berupa roti yang sudah berjamur, perlengkapan yang digunakan saat panen tidak pernah dibersihkan, peralatan dan
Sumber : Data Primer
perlengkapan panen tidak dijaga dalam
Tabel tersebut menunjukkan rata-rata
keadaan yang bersih, drum yang digunakan
harga dalam pembuatan keramba yaitu Rp.
untuk pengangkutan tidak pernah dibersihkan.
16.400.000 dimana untuk harga keramba
Misalnya:
bagian
berlendir
dikarenakan
paling mahal yaitu Rp. 19.000.000 dengan
drum
sebelah
dalam
tidak
pernah
ukuran keramba 10m x 4m x 1,5m dan harga
dibersihkan, tidak terdapat tempat sampah /
termurah yaitu Rp. 10.000.000 dengan ukuran
plastik besar untuk pembuangan limbah
keramba 6m x 3,5m x 1,5m. Perbedaan harga
padat, tersedia catatan seperti pembelian
dalam pembuatan keramba tergantung pada
(pakan, benih, dan jumlah produksi) namun
ukuran besar kecilnya keramba tersebut.
tidak sesuai format yang ada , tidak dilakukan
Teknik Budidaya Tehnik Budidaya Tradisional (Sebelumnya) Dari hasil penelitian terlihat tehnik
tindakan perbaikan atas bahaya keamanan
budidaya sebelum penerapan CBIB yaitu
bahaya keamanan pangan perikanan budidaya
Lokasi untuk budidaya terbebas dari banjir,
karena belum pernah mengikuti pelatihan-
Bebas cemaran karena di daerah budidaya ini
pelatihan yang diadakan oleh dinas terkait,
tidak
pembudidaya dalam keadaan sehat.
terdapat
industri
yang
pangan, pembudidaya belum terlatih dan tidak memiliki kesadaran dalam mengendalikan
dapat
Tehnik Budidaya CBIB (Sesudah)
menyebabkan sumber polusi dan peternakan yang dapat menyebabkan kontaminasi, area
Dari hasil penelitian terlihat tehnik
budidaya hanya digunakan untuk budidaya
budidaya setelah penerapan yaitu lokasi untuk
ikan saja, wadah budidaya seperti keramba
budidaya terbebas dari banjir, sumber Air
dan jaring dibangun agar menjamin kerusakan
bebas cemaran karena di daerah budidaya ini
fisik ikan yang minimal selama pemeliharaan
tidak
dan
menyebabkan sumber polusi dan peternakan
panen,
unit
usaha
belum
terjaga
terdapat
industri
yang
dapat
yang dapat menyebabkan kontaminasi, area 5
budidaya hanya digunakan untuk budidaya
rekaman dan pencatatan, tindakan perbaikan
ikan saja, unit usaha terjaga kebersihannya,
dan pelatihan.
gudang penyimpanan BBM dan pakan dibuat
Perbandingan Biaya Produksi
terpisah, wadah dipersiapkan dengan baik
Biaya Produksi Sebelum Penerapan CBIB
sebelum penebaran benih, dilakukan monitor
Lebih rinci biaya produksi yang di keluarkan
kualitas air hanya 1 kali saja dalam 1 tahun,
pembudidaya sebelum CBIB dapat dilihat
benih yang ditebar dalam kondisi sehat dan
pada tabel berikut.
tidak
Biaya Produksi Pembudidaya Ikan Sebelum Penerapan CBIB Di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau 2010
mengandung
penyakit
berbahaya
maupun obat ikan, pakan pabrikan yang
Biaya Produksi Sebelum CBIB Per Panen Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost) Biaya Pakan (Rp) Listrik Perawatan Pembelian (Rp) Keramba Benih (Rp) 3.630.000 24.800.000 180.000 300.000
Biaya Tetap (Fix Cost)
digunakan
memiliki
nomor
Responden
pendaftaran,
perlengkapan yang digunakan saat panen terjaga dalam kondisi bersih, peralatan yang digunakan dibersihkan, drum yang digunakan
Biaya penyusutan
1
3.263.333
2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
4.161.000 2.190.667 4.161.000 4.161.000
450.000 250.000 450.000 450.000 1.900.000 380.000
17.937.000 3.587.400
4.840.000 2.420.000 4.840.000 4.840.000
33.800.000 16.650.000 33.800.000 33.800.000
20.570.000 4.114.000
142.850.000 28.570.0000
180.000 180.000 180.000 180.000 900.000 180.000
Biaya Produksi Jumlah Biaya Produksi 32.173.333 43.431.000 21.690.667 43.431.000 43.431.000 184.157.000 36.831.400
Sumber : Dinas Perikanan Dan Kelautan Provinsi Riau
Tabel tersebut menunjukkan rata-rata
untuk pengangkutan dibersihkan sehingga tidak terdapat lendir yang berasal dari sisa
biaya
pengangkutan
terdapat
pembudidaya sebelum menerapkan sistem
untuk
CBIB adalah Rp. 36.381.400. Jumlah biaya
pembuangan limbah padat, tersedia catatan
produksi yang di keluarkan oleh pembudidaya
seperti pembelian (pakan, benih, dan jumlah
tersebut terdiri atas biaya tetap dan biaya
produksi)
tidak tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan
tempat
ikan sebelumnya,
sampah
/
plastik
berdasarkan
besar
tanggal
karena
produksi
yang
dikeluarkan
oleh
pencatatan telah terformat dalam logbook
terdiri dari biaya penyusutan keramba.
yang
Biaya Produksi Sesudah Penerapan CBIB
di
berikan
kepada
pembudidaya,
Lebih rinci biaya produksi yang di
dilakukan tindakan perbaikan atas bahaya keamanan
pangan.
Contoh:
keluarkan pembudidaya sesudah menerapkan
ruang
penyimpanan pakan di buat terpisah dengan
CBIB dapat dilihat pada tabel berikut.
yang lainnnya, pembudidaya terlatih dan
Biaya Produksi Pembudidaya Ikan Sesudah Penerapan CBIB Di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau 2012
memiliki kesadaran dalam mengendalikan
Biaya Tetap (Fix Cost)
bahaya keamanan pangan perikanan budidaya
Responden
dan pembudidaya dalam keadaan sehat.
1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Perubahan Tehnik Budidaya Berdasarkan uraian di atas terlihat
Biaya penyusutan
Perawatan Keramba
3.263.333 4.161.000 2.190.667 4.161.000 4.161.000 17.937.000 3.587.400
400.000 600.000 350.000 600.000 600.000 2.550.000 510.000
Biaya Produksi Sesudah CBIB Per Panen Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost) Biaya Produksi Biaya Pakan (Rp) Listrik Jumlah Biaya Pembelian (Rp) Produksi Benih (Rp)
3.630.000 4.840.000 2.420.000 4.840.000 4.840.000 20.570.000 4.114.000
27.720.000 37.100.000 19.250.000 37.100.000 37.100.000 158.270.000 31.654.000
180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 900.000 180.000
35.193.333 46.881.000 24.390.667 46.881.000 46.881.000 200.227.000 40.045.400
Sumber : Data Primer
perubahan dalam tehnik budidayanya yaitu: Kebersihan
fasilitas
dan
Tabel tersebut menunjukan rata-rata
perlengkapan,
biaya
pengelolaan air, pakan, panen, penanganan
produksi
yang
dikeluarkan
pembudidaya setelah penerapan sistem CBIB
hasil, pengangkutan, pembuangan limbah, 6
adalah Rp. 40.045.400. Jumlah biaya produksi
Tabel tersebut menunjukkan rata-rata
yang di keluarkan oleh pembudidaya tersebut
jumlah produksi sebelum penerapan CBIB
terdiri atas biaya tetap dan biaya tidak tetap.
2.000 Kg dan sesudah penerapan CBIB 2.160
Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari
Kg dengan rata-rata peningkatan jumlah
biaya penyusutan keramba.
produksi
Perbandingan
Total
Biaya
sebesar
160
Kg.
Peningkatan
produksi disebabkan dalam penerapannya
Produksi
CBIB hanya menggunakan pakan pabrikan
Sebelum dan Sesudah CBIB Jumlah total biaya produksi adalah
dimana karbohidrat, nutrisi dan protein yang
penjumlahan dari biaya produksi tetap dengan
di butuhkan ikan lebih tercukupi jika di
biaya produksi tidak tetap sebelum dan
bandingan pemberian pakan di campur
seduah penerapan CBIB. Total biaya produksi
dengan pakan tambahan berupa roti yang
selengkapnya ditampilkan pada tabel berikut.
telah berjamur.
Perbandingan Total Biaya Produksi Pembudidaya Ikan Sebelum Dan Sesudah Penerapan CBIB Di Desa Sawah Kecamatn Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau Total Biaya Produksi (Rp)
Responden
Sebelum
Sesudah
Selisih Biaya Produksi (Rp)
1 2 3
32.173.333 43.431.000
35.193.333 46.881.000
3.020.000 3.450.000
21.690.667
24.390.667
2.700.000
4 5 Jumlah Rata-rata
43.431.000
46.881.000
3.450.000
43.431.000
46.881.000
3.450.000
184.157.000
200.227.000
16.070.000
36.831.400
40.045.400
Persentase
9,4 7,9 12,4
Sunarno (1991) menyatakan bahwa ikan jelawat yang diberi pakan berbentuk pelet cenderung lebih cepat tumbuh cepat dari pada diberi pakan berbentuk gumpalan. Serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setelah
7,9
penerapan CBIB lebih terjaga kebersihannya
7,9 8,7
sehingga dapat dipastikan laju pertumbuhan
8,7
3.214.000
ikan akan menjadi cepat sesuai dangan yang
Sumber : Data Primer
diharapkan.
Tabel tersebut menunjukkan rata-rata biaya produksi sebelum penerapan CBIB Rp.36.831.400 dan sesudah penerapan CBIB Rp.40.045.400 dengan rata-rata peningkatan sebesar Rp. 3.214.000. Perbandingan Hasil Produksi
Khairuman
dan
Amri
(2002)
kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi, kondisi lingkungan mendukung,
Untuk
melihat
jumlah
produksi
dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan akan
sebelum dam sesudah penerapan sistem CBIB
menjadi cepat sesuai dengan yang diharapkan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Pemasaran Berdasarkan hasil wawancara dan
Perbandingan Hasil Produksi Usaha Budidaya Ikan Sebelum Dan Sesudah Penerapan CBIB Di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau Responden
Produksi (kg) Sebelum Sesudah
1
1.750
1.900
2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
2.350 1.200 2.350 2.350 10.000 2.000
2.550 1.330 2.550 2.550 10.800 2.160
Selisih Jumlah Produksi (Kg) 150
Persentase (%)
200 130 200 200 800 160
8,5 10,8 8,5 8,5 44,9 8,9
pengamatan penulis, untuk pemasaran ikan hasil budidaya di Desa Sawah pembudidaya
8,6
tidak menjual ikan yang dipanen ke pasarpasar, tetapi pedagang pengumpul yang datang ke lokasi keramba untuk membeli ikan
Sumber: Data Primer
7
Penerimaan Total Pembudidaya Ikan Sebelum dan Sesudah Penerapan CBIB Di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau
tersebut dengan harga Rp. 26.000 / Kg. Harga ikan sebelum dan sesudah penerapan adalah sama itu di karenakan pedagang pengumpul
Responden
yang membeli ikan tersebut tidak mengerti
1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
akan mutu ikan dengan penerapan CBIB lebih baik.
penerimaan
dari luar derah yaitu pekanbaru. Dalam hal ini
membeli
3.900.000 5.200.000 3.300.000
10,6
8,6 8,5
5.200.000 5.200.000 22.800.000 4.560.000
8,5 8,5 8,8 8,8
total
pembudidaya
sebelum
penerapan CBIB Rp.52.000.000 dan sesudah
pedagang pengumpul juga datang langsung ke untuk
Sesudah 49.400.000 66.300.000 34.500.000 66.300.000 66.300.000 282.800.000 56.560.000
Persentase
Tabel tersebut menunjukkan rata-rata
hasil panennya kepada pedagang pengumpul
keramba
Sebelum 45.500.000 61.100.000 31.200.000 61.100.000 61.100.000 260.000.000 52.000.000
Selisih Penerimaan Total (Rp)
Sumber : Data Primer
Saluran kedua pembudidaya menjual
lokasi
Penerimaan Total (Rp)
penerapan CBIB Rp.56.560.000 dengan rata-
ikan.
rata peningkatan sebesar Rp.4.560.000.
Kemudian pedagang pengumpul luar daerah menjualnya kepada pedagang pengecer luar
Pendapatan Bersih (Keuntungan)
daerah. Untuk lebih jelas rantai pemasaran
Data
lengkap
perbandingan
ikan hasil penen pembesaran ikan Jelawat ini
pendapatan bersih antara sebelum dengan
dapat diihat pada Gambar berikut.
sesudah penerapan sistem CBIB disajikan
Pembudidaya Ikan
pada tabel berikut.
Pedagang Pengecer Luar Daerah
Pedagang pengumpul
Perbandingan Pendapatan Bersih Pembudidaya Ikan Sebelum Dan Sesudah Penerapan CBIB Di Desa Sawah Kecamatn Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau
Pedagang Pengecer Luar Daerah
1 2 3 4
Pedagang Pengecer Lokal
Pendapatan bersih per keramba per panen (Rp) Sebelum Sesudah
Responden
Konsumen Luar Daerah
5 Jumlah Rata-rata
Selisih Penerimaan Bersih (Rp)
Persentase (%)
13.326.667 17.669.000 9.509.333 17.669.000
14.206.667 19.419.000 10.189.333 19.419.000
880.000 1.750.000 680.000 1.750.000
7 9,9 7,2 9,9
17.669.000 75.843.000 15.168.600
19.419.000 82.653.000 16.530.600
1.750.000 6.810.000 1.362.000
9,9 9 9
Sumber : Data Primer
Konsumen Lokal
Tabel tersebut menunjukkan rata-rata Skema Rantai Pemasaran Budidaya Ikan Sebelum dan Sesudah Menerapkan CBIB Di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau 2012
pendapatan bersih pembudidaya ikan jelawat yang menerapkan sistem CBIB lebih besar
Perbandingan Pendapatan
daripada pembudidaya ikan yang belum
Penerimaan Total (Pendapatan Kotor) Jumlah
produksi
berbeda
menerapkannya. Rata-rata pendapatan bersih
untuk
yang diterima oleh pembudidaya ikan jelawat
masing-masing pembudidaya ikan tergantung
sebelum menerapkan sistem CBIB adalah
pada volume keramba yang dipergunakan.
sebesar Rp.15.168.600,- per panen dan setelah
Perbandingan pendapatan kotor selengkapnya
penerapan
dapat dilihat pada tabel berikut.
sistem
CBIB
adalah
Rp.
16.530.600. Besar
kecilnya
penerimaan
dipengaruhi oleh jumlah produksi. Responden 8
yang
memiliki
produksi
tinggi
akan
Penanganan
Hasil,
mendapatkan penerimaan yang besar dan
Pembuangan
Limbah,
Rekaman
dan
sebaliknya untuk jumlah produksi yang
Pencatatan,
Tindakan
Perbaikan
dan
rendah maka penerimaan yang diterimapun
Pelatihan.
akan lebih kecil (Zaini, 2010).
Peningkatan rata-rata biaya produksi setelah penerapan 8,7% atau sebesar Rp.
Kendala Sistem CBIB Kendala penerapan sistem CBIB adalah, kendala
Pengangkutan,
mengajak
masyarakat
untuk
3.214.000
ini
perubahan
pakan
dikarenakan yang
diberikan
bertambahnya
oleh
memahami, mendalami dan tertarik untuk
pembudiaya
mengikuti sertifikasi CBIB. Beberapa kendala
perawatan keramba yang dikeluarkan oleh
yang dihadapi tersebut adalah Masyarakat
pembudidaya dan meningkatnya rata-rata
belum mengerti pentingnya dan menjadikan
jumlah produksi sebesar 8% atau 160 Kg.
mutu produk sebagai salah satu target capaian
serta
terjadinya
Pendapatan
yang
diterima
pembudidaya
masyarakat tidak memandang sistem ini
terjadi peningkatan pendapatan dengan rata-
sebagai sistem yang efektif dan efisien
rata 9% atau Rp.1.326.000, ini di karenakan
sebagai perinsip berusaha untuk memberikan
harga jual ikan jelawat yang tidak mengalami
keuntungan yang lebih besar, sistem CBIB
perubahan setelah penerapan CBIB hal ini di
secara
dasari
dipandang
tidak
pedagang
menerapkan
oleh
dalam usaha budidaya, paradigma berusaha
ekonomi
setelah
biaya
pengumpul
CBIB
maupun
menguntungkan hanya mempersulit dalam
konsumen yang mengkonsumsi ikan tersebut
pencatatan
belum mengerti bahkan tidak pernah tersentuh
orientasi
seluruh penerapan
aktifitas sistem
budidaya,
CBIB
tidak
informasi mengenai CBIB. Serta belum
dipandang membawa keuntungan langsung
adanya
bagi pembudidaya ikan dan para penyuluh
pembudidaya dengan pasar seperti mall,
belum mampu meyakinkan masyarakat untuk
supermarket maupun tingkat ekspor seperti
terlibat aktif ambil bagian dalam menerapkan
tujuan awal di terapkannya tekhnologi ini.
sistem ini tanpa berorientasi kepentingan
Saran
ekonomi jangka pendek.
akses
Berdasarkan
yang
menghubungkan
kesimpulan
tersebut
KESIMPULAN DAN SARAN
maka penulis menyarankan beberapa hal yaitu
Kesimpulan
Instansi berwenang dapat lebih proaktif dan
Dari hasil penelitian dan analisa disimpulakan
terdapat
tehnik
penerapan penjaminan mutu produk dengan
budidaya setelah penerapan CBIB yang
menerapkan sistem CBIB, kepada Pemerintah
meliputi
dan
Daerah supaya dapat mempromosikan produk
Perlengkapan, Pengelolaan air, Pakan, Panen,
dari pembudidaya ikan khususnya yang telah
Kebersihan
perubahan
menjelaskan kepada masyarakat pentingnya
Fasilitas
9
bersertifikasi CBIB pada pasar seperti mallmall,
supermarket
maupun
Perairan umum. Jurnal litbang Pertanian. 18 (1) Sisri, I. 2010. Analisis Pendapatan Nelayan Bagan Apung Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Riau. 7 hal. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasinya. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Sumodiningrat. G dan Iswara. L. A. 1993. Materi Pokok Ekonomi Produksi. Jakarta: Karunika Jakarta. Sunarno MTD. 1991. Pemeliharaan Ikan Jelawat Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenli) Dengan Frekuensi Pemberian Pakan Yang Berbeda. Bull. Penel. Perik. Darat Vol. 10. No. 2, 76-80. Sunarno MTD Dan O. Reksalegora. 1999: Respon Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenli) Terhadap Makanan Yang Diberikan. Pewarta BPPT, I: 35-36. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali. Jakarta Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Yanto, H. 2000. Pengaruh Kombinasi Kadar Minyak Ikan, Minyak Kelap Dan Minyak Jagung Dalam Pakan Terhadap Komposisi Asam Lemak Tubuh Dan Pertumbuhan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenli). Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Tidak diterbitkan). Yuzzsar, 2008. Kependudukan dan Kehidupan Keluarga. Yuzzsar’s Weblog.http://yuzzsar.wordpress.com/ materi-viii/ Zaini, A. 2010. Pengaruh Biaya Produksi Dan Penerimaan Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Di Loak Gagak Kabupaten Kutai Kartanegara. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Mulawarman, Samarinda. (Tidak diterbitkan).
internasional
sehingga dapat membuka akses pemasaran ekspor dan dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya dan bagi peneliti berikutnya disarankan
untuk
lebih
memperdalam
kajiannya kearah kendala ekonomi penerapan sistem ini di masyakat terutama pembudidaya ikan di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau. DAFTAR PUSTAKA Bustami. O. 2011. Laporan Kegiatan Pelatihan CBIB Bagi Petugas SeProvinsi Riau, Dinas Perikanan Dan Kelautan Provinsi Riau. Data Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Riau Tahun 2011. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau Tahun 2011. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Provinsi Riau 2008. Jangkaru, E. 2005. Pembesaran Ikan Air Tawar Di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Swadaya. Bogor. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikana No. KEP.02/MEN/2007. Komaruddin, U. 2000. Betutu Pemeliharaan Di Kolam, Keramba, dan Hampang. PT. Penebar Swadaya. Depok. Kolter, P .2005. Manajement Pemasaran. Erlanga .156 hal. Jakarta. Manalu. A. Analisis Pendapatan Dengan Optimalisasi Usaha Budidaya Ikan Mas Di Keramba Jaring Apung Di Waduk Ciarata Kecamatan Mande Kabupaten cianjur Provinsi Jawa Barat. Bogor. 57 hal. Pollard et al., 2004. Mortalitas Perkembangan Penduduk. Jakarta. 42 hal. Rahim, A dan Hastuti, D.R.D., 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan Kasus). Penerbit Penebar Swadaya. Cimanggis, Depok, Jakarta. Said, A. 1999. Budidaya Ika Jelawat (Leptobarbus hoevenli Blkr) di 10