perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAPORAN TUGAS AKHIR
IMPLEMENTASI RENCANA KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK
Mahindra Hardinata R.0009060
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK IMPLEMENTASI RENCANA KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK Mahindra Hardinata*), Widodo Prayitno*), Seviana Rinawati *) Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana implemetasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat. Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu mengenai Implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada karyawan dan pembimbing perusahaan serta studi kepustakaan Kemudian dibahas dan dibandingkan dengan Permenaker NO. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan. Hasil : PT Pupuk Kujang merupakan suatu industri petrokimia yang mana dalam kegiatan operasional produksinya menggunakan bahan baku berupa gas alam, air dan udara yang mana dalam proses produksi membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi sehingga berpotensi besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran, peledakan, dan kebocoran gas atau bahan kimia. Sehingga perlu adanya suatu sistem tanggap darurat sebagai upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi apabila terjadi keadaan darurat, sehingga timbulnya kerugian dapat diminimalisasi dan upaya penyelamatan manusia serta aset-aset perusahaan dapat lebih efektif dan efisien. PT Pupuk Kujang membagi keadaan darurat menjadi tiga tingkatan yaitu keadaan darurat tingkat I, II, dan III. Dalam penerapannya diterapkan tiga buah yaitu prosedur kesiagaan keadaan darurat, prosedur penanggulangan keadaan darurat dan prosedur pemulihan pasca keadaan darurat dan juga instruksi kerja yang berhubungan dengan keadaan darurat. Kemudian dibahas dan dibandingkan drngan Permenaker NO. PER05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan
Simpulan :. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT Pupuk Kujang telah menerapkan prosedur maupun instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan keadaan darurat dengan baik sesuai dengan Permenaker No. PER05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Ligkungan. Kata kunci : Keadaan Darurat, Kesiapsiagaan Tanggap Darurat 1, 2 Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT IMPLEMENTATION PLAN READY PERCEPTIVE EMERGENCY AT PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK Mahindra Hardinata*), Widodo Prayitno*), Seviana Rinawati*) Purpose : To know how is implementation plan ready perceptive emergency at PT Pupuk Kujanag Cikampek Method : Method of the research uses descriptive method that is implementation plan ready perceptive emergency with field observation, interview to worker and consultant of the firm and library study so discuss and comparison with Permenaker No. PER-05/MEN/1996 about Management Safety System and Health Worker and ISO 14001 about Environment Management System. Result : PT. Pupuk Kujang is one petro chemistry industry that is production operational activities uses material are natural gas, water and air they are production process that needs high temperature and pressure so it is high potential emergency condition like fire, explosion and gas leakage or chemistry material. So it need ready emergency system effort to control and prevent if they emergency condition happen, so the loss can minimal and effort to safe human and asset of the firm are more effective and efficient. PT. Pupuk Kujang divides emergency condition to be 3 levels they are emergency condition level I, II and III. They implementation are three procedure ready emergency condition, procedure prevent emergency condition and procedure dignification pasca emergency condition and also job direction relationship with emergency condition. So discuss and comparison with Permenaker NO. PER-05/MEN/1996 about Safety Management System and Health Work and ISO 14001 about Environment Management System. Conclusion : From result of the research can conclusion is PT. Pupuk Kujang implementation procedure, instructions work relationship with emergency condition is good and according with Permenaker No. PER-05/MEN/1996 about safety management system and Healt work system and ISO 14001 about environment management system. Keyword: Emergency Condition, Ready Perceptive emergency. 1,2 Program Diploma III Hiperkes and Safety Work, Physician Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sebagai tugas akhir dengan judul “Implementasi Rencana Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat” dengan lancar. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Disamping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan. Selain itu laporan ini juga diharapkan dapat wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca. Laporan magang ini disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan magang dengan data dan informasi yang didapat dari karyawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang. Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini akan jauh dari kesempurnaan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas terlaksananya kegiatan magang ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan. dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes Selaku Ketua Pogram D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Bapak Widodo Prayitno. Selaku Dosen Pembimbing I. 4. Ibu Seviana Rinawati, SKM. Selaku Dosen Pembimbing II. 5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja. 6. Bapak Sumarna, selaku Superintendent KPK PT Pupuk Kujang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan. 7. Bapak Dadi Setiadi, selaku pembimbing lapangan dan penguji. Terima kasih banyak atas segala bimbingan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik moral maupun spiritual. 8. Bapak Asep Ridwan, Bp. Rahmat Rusyani, Bp. Ridwan Darmawan, Ibu Ida Rosida, Mas Abdurrohman, Mas Indradi, Mas Sayoga, Mas Indra, Mas Rady, Bp. Yoen Sutarya, Bp. Irfan, Mas April, Bp. Muhidin, Bp. Atim/ pak Tebe selaku anggota Bagian KPK dan Hiperkes PKC yang telah membantu dalam pengumpulan data dan penyusunan laporan penelitian. 9. Shift group A, B, C, dan D yang telah memberikan bantuan dalam melakukan observasi lapangan (khususnya kepada Bp. Cahya, Bp. Asep Rahmat, Bp. Dadi Mulyadi, Bp. Tohir, Bp. Endang Sodikin, Bp. Sugiyo, Bp. Suryadi, Bp. userEndang Susman, Mas Idoy, Mas Ridwan, Bp. Atok, Bp, Haji commit Maman,to Bp. vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dede, Mas Yudo, Mas Dery, Mas Ridwan,Mas Erwin, Mas Handri, Mas Hendra, Mas Frima, Mas Husny, Mas Ance, Mas Yogi, Mas Aziz, Mas Adi, Mas Anjas, Mas Ainur, Mas Heru, Mas Tri, Mas Cecep, Mas Ramdani, terimakasih atas bantuannya selama magang disana. 10. Teman-temanku seperjuangan dari UNS Yogi dan Artina serta teman seperjuangan pada saat magang Wulan, Atiek, Widya, Mas Arif, Rohendy, Ardiyansah, Bily, Abdhurrahman terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian. 11. Teman-teman D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2009, temanteman kos terimakasih atas dukungan dan doa kalian. 12. Bapak, Ibu, Mas Agus, Mas Didik, yang tercinta serta semua keluargaku yang tidak henti-hentinya mendo’akan dan telah memberikan dukungan moral, spiritual maupun material kepada penulis. 13. Serta semua pihak yang selalu mebantu penulis dalam segala hal sehingga penulis selalu konsisten dan semangat dalam menyelesaikan laporan ini. Akhir kata penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, demi kemajuan Hiperkes dan penulis pada khususnya. Untuk itu saran dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kemajuan kita bersama, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Surakarta, 09 Mei 2012 Penulis,
Mahindra Hardinata
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... ABSTRAK .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i ii iii iv v vii ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang Masalah ................................................................... B. Perumusan Masalah .......................................................................... C. Tujuan Penelitian .............................................................................. D. Manfaat Penelitian ............................................................................ BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 1. Definisi ....................................................................................... 2. Rencana Respon Gawat Darurat ................................................. 3. Peringatan dan Tanda Bahaya .................................................... 4. Rencana Pemulihan Keadaan Darurat ......................................... 5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan .......................................... B. Kerangka Pemikiran ..........................................................................
1 1 3 4 4 6 6 6 14 23 25 38 40
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ A. Metode Penelitian.............................................................................. B. Lokasi Penelitian ............................................................................... C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................... D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ E. Sumber Data ...................................................................................... F. Pelaksanaan ....................................................................................... G. Analisis Data ..................................................................................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... A. Hasil Penelitian ................................................................................. B. Pembahasan ....................................................................................... BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ A. Simpulan ........................................................................................... B. Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN
41 41 41 41 42 42 43 43 44 44 96 119 119 123 124
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Struktur Organisasi Keadaan Darurat
Lampiran 2
Tanda Keadaan Darurat
Lampiran 3
Area Potensi Bahaya dan Jalur Evakuasi
Lampiran 4
Laporan Pemeriksaan Fire Hydrant
Lampiran 5
Laporan Pemeriksaan Fire Hose Box
Lampiran 6
Laporan Pemeriksaan Hose Reel
Lampiran 7
Laporan Pemeriksaan Safety Shower
Lampiran 8
Laporan Pemeriksaan APAR
Lampiran 9
Laporan Pemeriksaan Gardu Darurat
Lampiran 10 Laporan Pemeriksaan Sprinkler Lampiran 11 Daftar Lokasi Penempatan APAR Lampiran 12 Daftar Lokasi Penempatan Fire Hydrant, Hose Reel, Hose Box Lampiran 13 Daftar Lokasi Penempatan Kotak P3K Lampiran 14 Daftar Lokasi Penempatan Safety Equipment Lampiran 15 Laporan Pemeriksaan P3K Lampiran 16 Laporan Pemeriksaan Fire Alarm System Lampiran 17 Laporan Pemeriksaan Sliding Chute dan Tangga Darurat Lampiran 18 Daftar Penempatan SCBA dan Botol Cadangan Lampiran 19 Laporan Pelaksanaan Latihan Keadaan Darurat Lampiran 20 Laporan Kegiatan Maintenance KPK Lampiran 21 Surat Keterangan Magang
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan menggunakan alat-alat produksi yang semakin kompleks. Akan tetapi penggunaan mesin-mesin modern dan canggih itupun juga harus diwaspadai karena banyak potensi bahaya yang jika tidak diwaspadai dan dikendalikan dapat menimbulkan bahaya ataupun kecelakaan yang dapat merugikan tenaga kerja, perusahaan ataupun lingkungan sekitar. Keadaan aman sepenuhnya tidak akan mungkin tercapai, hal ini dikarenakan selalu terdapat kemungkinan faktor-faktor yang tidak dapat diduga dan diperhitungkan. Oleh karena itu, di semua industri tidak cukup bila hanya melalui perencanaan untuk keadaan operasi normal, tetapi juga harus membuat perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya tidak lain yaitu untuk meminimalisasi kerugian baik material maupun korban manusia jika terjadi keadaan darurat di tempat kerja (Syukri Sahab, 1997). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat ini menuntut sikap proaktif. Walaupun telah diambil langkah pencegahan yang memadai, kemungkinan terjadinya keadaan darurat di industri tidak dapat dihilangkan sama sekali. Karena itu setiap industri harus mempunyai rencana dan persiapan keadaan darurat, yang didasarkan commit to user atas evaluasi risiko bahaya yang 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
ada, sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyebutkan bahwa “Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian yang sebenarnya” (Syukri Sahab, 1997). Dikarenakan
setiap
perusahaan
mempunyai
kewajiban
untuk
mengupayakan terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, bebas dari penyakit akibat kerja dan bahkan kecelakaan kerja, serta mampu memberi kesempatan untuk menyelamatkan diri apabila terjadi suatu keadaan darurat atau bencana. Hal ini diatur dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab III mengenai Syarat-syarat Keselamatan Kerja. Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana dan mudah dimengerti. Oleh karena, rencana darurat menyangkut soal tindakan yang perlu guna mengatasi risiko yang masih ada setelah semua tindakan pencegahan yang sesuai dilakukan (Syukri Sahab, 1997). Melihat bahwa PT Pupuk Kujang merupakan perusahaan petrokimia yang memproduksi urea dengan bahan baku berupa gas alam, air dan udara. Dimana dalam setiap proses produksinya menggunakan suhu dan tekanan tinggi sehingga berpotensi sangat besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran, kebocoran gas/bahan kimia, dan bahkan peledakan dahsyat yang dapat mengancam kesehatan, keamanan, kenyamanan dan keselamatan jiwa tenaga kerja serta lingkungan sekitar perusahaan bisa terjadi. Maka perusahaan PT Pupuk Kujang menerapkan sistem tanggap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
darurat meliputi kesiagaan terhadap keadaan darurat, penanggulangan keadaan darurat dan bahkan pemulihan keadaan darurat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu 1. “Bagaimana implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat
PT
Pupuk Kujang dalam menghadapi keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek”? 2. “Apakah implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat PT Pupuk Kujang sudah sesuai untuk aturan yang telah berlaku” ? 3. “Apakah sudah cukup efektif terkait dengan implementasi rencana tenggap darurat” ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek. 2. Untuk mendiskripsikan tingkatan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
3. Untuk mendiskripsikan cara penanganan atau penanggulangan keadaan darurat 4. Untuk mendiskripsikan implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat dalam menghadapi keadaan darurat. 5. Untuk mendiskripsikan tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat terjadi keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek. 6. Untuk mendiskripsikan rencana pemulihan setelah terjadi bencana di PT Pupuk Kujang Cikampek. 7. Untuk mendiskripsikan kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi pada pelaksanaan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1.
Mahasiswa a. Dapat mengetahui secara nyata penerapan ilmu yang didapat dari bangku kuliah di suatu perusahaan. b. Dapat menambah wawasan tentang sistem tanggap darurat di tempat kerja. c. Dapat mengetahui permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta penerapannya di perusahaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
2.
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai manajemen tanggap darurat di lingkungan industri, serta dapat mengukur sejauh mana kemampuan mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja dalam menerapkan ilmu Keselamatan Kerja khususnya tentang sistem tanggap darurat.
3.
Perusahaan Diharapkan dapat memperoleh masukan berupa saran sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam meningkatkan penerapan sistem tanggap darurat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Definisi a.
Tempat Kerja Menurut
Peraturan
Menteri
05/MEN/1996 tentang Sistem
Tenaga
Kerja
RI
No.Per-
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Sedangkan menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1, ayat 1 Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
b.
Potensi Bahaya (hazard) Potensi bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera,
penyakit,
kematian,
kerusakan
atau
kemampuan
melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008). c.
Manajemen Bencana atau Keadaan Darurat Manajemen bencana pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu 1) Manajemen insiden (tingkat lokasi) Manajemen
insiden
adalah
penanggulangan
kejadian
dilokasi atau langsung ditempat kejadian. Penanggulangan ini dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau petugaspetugas lapangan sesuai dengan keahlian masing-masing. Penanggulangan bencana pada tingkat ini bersifat teknis. 2) Manajemen Darurat (tingkat unit atau tingkat daerah) Manajemen darurat adalah upaya penanggulangan bencana ditingkat yang lebih tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian. 3) Manajemen Krisis (tingkat nasional atau tingkat korporat) Manajemen krisis adalah manajemen yang berada pada tingkat paling tinggi, manajemen ini bersifat taktis dan strategis. Tugas dari manajemen commit to krisis user adalah menentukan kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
dalam menghadapi suatu bencana atau keadaan darurat (Soehatman Ramli, 2010). d.
Tahapan Manajemen Bencana atau Keadaan Darurat Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengolah bencana dengan baik dan aman melalui tiga tahapan sebagai berikut : 1.
Pra Bencana Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana meliputi ; Soehatman Ramli (2010) : a) Kesiagaan Kesiagaan dilakukan
untuk
adalah
serangkaian
mengantipasi
kegiatan
bencana
yang melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna berdaya guna. Menbangun kesiagaan adalah unsur penting, namun tidak mudah dilakukan karena menyangkut sikap mental dan budaya serta disiplin ditengah masyarakat. Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan
ketahanan
anggota
masyarakat
dalam
menghadapi datangnya suatu bencana. b) Peringatan Dini Langkah lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum bencana terjadi commitadalah to user peringatan dini. Langkah ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
diperlukan
untuk
memberikan
peringatan
kepada
masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum kejadian darurat atau bencana datang. Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya mereka yang potensi tekena bencana akan kemungkian datang didaerahnya masingmasing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki, diolah atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan akan datangnya suatu bencana. c) Mitigasi Bencana Menurut Peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008 Mitigasi
bencana
adalah
serangkaian
upaya
untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bahaya. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. Dari batasan ini sangat jelas bahwa mitigasi bersifat pencegahan sebelum kejadian. Mitigasi bencana harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai upaya dan pendekatan antara laincommit : to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
(1) Pedekatan Teknis Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana misalnya : (a) Membuat rancangan atau disain yang kokoh dari bangunan sehingga taha terhadap gempa (b) Membuat material yang tahan terhadap bencana misalnya material tahan api. (c) Membuat rancangan teknis pengaman, misalnya tanggul banjir, tanggul lumpur, tanggul tangki untuk mengendalikan bahan berbahaya. (2) Pendekatan Manusia Pendekatan secara manusia ditunjukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup mnusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang dihadapinya. (3) Pendekatan Administratif Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat dilakukan pendekatan administratif dalam manajemen bencana khususnya ditahap mitigasi sebagai contoh : (a) Penyusunan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan commit to user aspek risiko bencana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
(b) Sistem perijinan dengan memasukan aspek analisa resiko bencana (c) Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan pembangunan industri berisiko tinggi (d) Mengembangkan
program
pembinaan
dan
pelatihan bencana diseluruh tingkat masyarakat dan lembaga pendidikan. (e) Menyiapkan
prosedur
tanggap
darurat
dan
organisasi tanggap darurat dan organisasi baik pemerintahan maupun industri berisiko tinggi. (4) Pendekatan Kultural Masih ada anggapan dikalangan masyarakat bahwa bencana itu adalah takdir sehingga harus diterima apa adanya. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena dengan kemampuan berfikir dan berbuat, manusia dapat berupaya menjauhkan diri dari bencana dan sekaligus mengurangi keparahannya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kultural untuk meningkatkan kesadaran mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang telah membudaya sejak lama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Upaya pencegahan dan pengendalian bencana disesuaikan dengan budaya lokal dan tradisi yang berkembang di tengah masyarakat. 2.
Saat Kejadian Bencana atau Kejadian Darurat Tahapan paling krusial dalam system manajemen bencana adalah saat bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan.
e.
Keadaan Darurat Keadaan darurat adalah keadaan tidak normal yang apabila terjadi pada suatu tempat atau kegiatan cenderung membahayakan manusia, merusak alat dan lingkungan (Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk Kujang). Keadaan darurat adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dimana terjadi kebakaran, peledakan tumpahan minyak/bahan kimia atau terlepasnya gas dalam jumlah yang besar, kegagalan/kerusakan salah satu alat utilitas utama atau suatu tindakan penyelamatan yang segera diperlukan dalam suatu pabrik/ perusahaan. Suatu keadaan darurat di suatu perusahaan memerlukan tindakan segera untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
mengembalikan kondisi yang aman secepat mungkin (Soehatman Ramli, 2010). Keadaan darurat adalah suatu keadaan dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh personil yang ada, dikarenakan
terjadi
salah
satu/bersamaan
kejadian,
seperti
kebocoran/ menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran, bencana alam gempa bumi atau huru hara pada tingkat tertentu yang membahayakan keselamatan dan aset perusahaan (Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk Kujang). f.
Tanggap Darurat Tanggap darurat bencana ( respone ) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan
dan
evakuasi
korban,
harta
benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Tanggap darurat adalah tindakan segera dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu proses kebakaran atau peledakan di lingkungan industri ; (Soehatman Ramli, 2010): 1) Memadamkan kebakaran atau peledakan 2) Menyelamatkan manusia dan korban (resque) 3) Menyelamatkancommit harta benda dan dokumen penting ( salage ) to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
4) Perlindungan masyarakat umum Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi. 2.
Rencana Respon Gawat Darurat Sistem rencana respon gawat darurat dalam ISO 14001 serta tertera dalam elemen 4.4.7. Di dalam elemen 4.4.7. Tentang sistem respon gawat darurat ini, organisasi membuat prosedur untuk mengidentifikasi potensi terjadinya kecelakaan dan situasi darurat lingkungan serta prosedur untuk menanggapinya serta mencegah dan mengurangi dampak lingkungan yang dapat terjadi berkaitan dengan keadaan darurat tersebut. Salah satu sumber yang berpotensi memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan adalah kondisi darurat seperti kebakaran, bocoran gas ataupun bahan kimia, tumpahan bahan kimia, dan bencana alam. Dampak-dampak yang berpotensi tersebut perlu di identifikasi dan dibuat rencana untuk penanganannya. Persyaratan dalam menanggulangi keadaan darurat dengan (Sertifikasi ISO 14001) : a. Adanya prosedur untuk mengidentifikasi potensi darurat dan langkah untuk mencegah, menanggapinya, dan mengurangi semua kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. b. Pengujian periodik dari prosedur darurat serta pembaharuan rencana dan prosedur bila diperlukan menggunakan pengalaman dari keadaan darurat sebenarnya atau sumber commit to lainnya user dengan uji coba.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Secara garis besar suatu rencana respon gawat darurat dibagi menjadi tiga, yaitu (Sertifikasi ISO 14001) : a. Persiapan Distribusi Rencana gawat darurat harus dipersiapkan dan disusun oleh Pakar Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja setempat yang mempunyai pengetahuan akan kondisi dan peraturan yang berlaku. Bagian-bagian yang harus memberikan sumbangan dalam pembuatan rencana/melakukan
peninjauan
diantaranya
Bagian
Keamanan,
Fasilitas, Hukum dan Sumber Daya Manusia serta Tim Tanggap Darurat yang harus terlibat dalam persiapan rencana atau dalam perbaikan selanjutnya dari rencana yang ada sehingga mereka mengetahui keseluruhan rencana dengan baik dan turut merasa sebagai penyumbang saran. Salinan dari Rencana Gawat Darurat harus diberikan atau dibagikan ke seluruh unit kerja. Atau sekurang-kurangnya satu salinan harus ada di setiap gedung, yang biasanya diletakkan pada meja resepsionis, pos penjagaan atau kotak di tembok dekat pintu keluar. Individu-individu dibawah ini yang harus memiliki salinan yang dikontrol : 1) Setiap anggota Tim Respon Gawat Darurat 2) Komite Keselamatan 3) Perwakilan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4) Dinas Pemadam Kebakaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
5) Rumah Sakit setempat 6) Koordinator Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Aktivitas Utama dan Komponen yang Harus Dipersiapkan Sebelum Keadaan Darurat Semua rencana gawat darurat harus bersifat spesifik, hal ini diharapkan agar dapat berguna pada keadaan darurat. Ada beberapa unsur kunci utama pada sebagian rencana Tim Respon Gawat Darurat, hal-hal tersebut adalah : 1) Tim Respon Gawat Darurat Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan bahan kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah yang memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Respon Gawat Darurat, serta setiap tim diangkat seorang pemimpin. Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat Darurat. Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan, maka kekurangannya akan diambil dari tiap gedung. Karena lamanya waktu pelatihan, maka akan lebih efektif jika setiap anggota Tim Respon Gawat Darurat harus bertugas sekurangnya selama 2 tahun ataucommit lebih jika mereka menginginkannya. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Anggota kunci dari Tim Respon Darurat adalah pemimpin tim. Orang ini harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai dampak yang besar terhadap pekerja, lingkungan dan kegiatan bisnis. Orang yang dipilih harus seorang yang berpikiran jernih, tenang, berpendidikan, terlatih dan mempunyai kemampuan memimpin. Pada organisasi yang efisien dan ringkas yang banyak dijumpai dalam industri saat ini, terkadang sulit untuk mendapatkan jumlah Tim Respon Gawat Darurat yang memadai. Semua bagian terlihat kekurangan staf dan sulit dalam menentukan wakil untuk bergabung dengan Respon Gawat Darurat untuk menangani masalah ini. Bagian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja harus terlebih dahulu menyerahkan permintaan untuk sukarelawan dalam Respon Gawat Darurat. Untuk alasan yang nyata dan jelas individu-individu yang ingin bergabung dalam Respon Gawat Darurat lebih berharga dari mereka yang ditugaskan. Bila tidak cukup sukarelawan yang diperoleh, maka manajer tiap bagian harus menentukan siapa yang harus bergabung dalam Respon Gawat Darurat. Perlu bagi bagian lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja untuk mengirimkan salinan dari kebijakan atau dokumen-dokumencommit lain yang memperinci kebutuhan akan suatu to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Respon Gawat Darurat yang telah ditandatangani oleh manajemen puncak. 2) Peralatan Perlindungan Personil Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau PPE (Personal Protective Equipment) harus disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di lokasi tersebut. PPE (Personal Protective Equipment)
yang harus disediakan misalnya alat pelindung
pernafasan, pelindung kepala, sepatu keselamatan, baju tahan bahan kimia, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum digunakan peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan darurat yang sebenarnya. 3) Peralatan Pembersih Tumpahan Bahan Kimia Sebelum keadaan gawat darurat terjadi perlu juga disediakan peralatan untuk membersihkan sisa penanggulangan keadaan darurat dan menempatkannya di area yang beresiko tinggi. Sebagai contoh, keadaan darurat yang diakibatkan oleh karena tumpahan bahan kimia berbahaya ; peralatan pembersih yang disediakan meliputi bantal penyerap, penetral asam-basa, kertas pH, drum dan kantong buangan, label limbah berbahaya, sapu, sekop dan garu. 4) Pelatihan Anggota Tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang bagaimana
menangani
situasi-situasi
yang
berbeda
seperti
tumpahan bahan commit kimia, to kebakaran, cedera, gempa bumi, dan user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
masalah-masalah cuaca yang ekstrim. Subyek-subyek yang diberikan termasuk perlindungan pernafasan, pengetahuan tentang racun,
sistem
komando
kecelakaan,
prosedur
pembersihan
tumpahan bahan kimia, penanganan drum gawat darurat, klasifikasi bahaya pemakain lembar data keamanan bahan, identifikasi dan penilaian bahaya, peralatan perlindungan diri (PPE), peralatan pemantauan, pertolongan pertama, penanggulangan kebakaran, petunjuk tindakan gawat darurat dari departemen transportasi, dekontaminasi, dan beberapa topik umum dan spesifik lainnya. Penting bagi manajemen untuk mendukung pelatihan Tim Respon Gawat Darurat. Penyelia harus mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benarbenar terlatih dalam fungsi Tim Respon Gawat Darurat. Perwakilan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim Respon Gawat Darurat harus selalu mendukung dan mencatat bahwa pelatihan yang diperlukan telah dilakukan. Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja selain melakukan pelatihan tersebut, sebaiknya tenaga kerja mengikuti kelas khusus yang dapat diperoleh dari universitas atau lokasi lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
5) Pelatihan Praktik Tim Tanggap Darurat Tim
Respon
Gawat
Darurat
harus
mempraktikkan
keterampilan yang mereka pelajari selama pelatihan. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa mereka mengikuti prosedur yang benar. Latihan ini diharapkan dilakukan setiap 2 bulan sekali, dengan diskusi pada keberhasilan yang dicapai dan masalah yang dijumpai. Latihan harus dilakukan sesuai jadwal bulanan Tim Respon Gawat Darurat dan sesekali dilakukan secara mendadak. 6) Kondisi Fisik Semua Tim Respon Gawat Darurat harus menjalani tes kebugaran, pernafasan dan fisik. Dimana hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Dokter digunakan sebagai syarat untuk menentukan apakah anggota Tim Respon Gawat Darurat dalam keadaan sehat atau sakit, sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan Tim Respon Gawat Darurat. 7) Komunikasi Tim Respon Gawat Darurat Anggota Tim Respon Gawat Darurat masing-masing harus memiliki radio panggil, telepon genggam, radio komunikasi atau alat komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi mereka harus diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis, Operator, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja setempat, juga memberikan beberapa jenis alat commitperlu to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
komunikasi gawat darurat pada tiap pimpinan perwakilan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja dari tiap situs, penjaga keamanan dan perawat di situs tersebut, karena merekalah sumber daya yang berguna bagi Tim Respon Gawat Darurat bila terjadi keadaan gawat darurat. 8) Rencana Tanggap Darurat Rencana Tanggap Darurat perlu dipersiapkan sebelum kejadian gawat darurat terjadi. Rencana yang dibuat harus diperbaharui apabila rencana tersebut sudah tidak valid dengan kondisi yang ada dan terjadi suatu perubahan penting. 9) Ketersediaan Tim Tim Respon Gawat Darurat harus siap setidaknya selama jam kerja operasional dari fasilitas tersebut. Untuk kegiatan operasional yang berlangsung terus-menerus, berarti Tim Respon Gawat Darurat harus berada di tempat selama 24 jam. Sehingga jelas diperlukan tim dalam pergantian shift pada sistem jam kerja. 10) Penentuan Nomor Telepon Intern untuk Keadaan Darurat Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon intern. Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat. Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (Ambulans). Dimana penentuancommit nomortotelepon user ekstern ini berdasarkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
diskusi
dengan
Perwakilan
Lingkungan,
Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja dari lokasi yang bersangkutan dibawah pengarahan dari pihak koordinator kecelakaan/pemimpin Tim Tanggap Darurat. 11) Penentuan Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat Nomor telepon dan petunjuk harus diberikan menyangkut telepon ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Ambulans. Panduan sangat penting karena banyaknya keadaan “abu-abu” ketika pihak keamanan tidak yakin apakah hal tersebut darurat atau tidak. Bila ada keragu-raguan, keadaan tersebut harus diasumsikan sebagai keadaan gawat darurat dan pihak-pihak terkait segera dihubungi. 12) Peta Evakuasi Peta
evakuasi
yang
terbaru
harus
dipersiapkan
dan
ditempatkan di beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta ini harus menunjukan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan, dan titik pertemuan. Disarankan bahwa peta evakuasi juga menunjukan lokasi rencana gawat darurat, meja resepsionis, pemadam kebakaran, pencuci mata, pancuran air, peralatan untuk menangani tumpahan bahan kimia, P3K, dan elemen penting lainnya. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama mereka dan rute cadangan bila jalan keluar utama tertutup. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
13) Sistem Pemberitahuan Masyarakat Beberapa jenis sistem komunikasi harus tersedia saat keadaan gawat darurat. Apapun sistem yang dipilih, harus dapat didengar di seluruh area pabrik tempat pekerja yang sedang berkumpul, termasuk area-area yang jauh, kamar mandi, ruang istirahat, dan area yang bising. Sistem komunikasi gawat darurat harus diuji setiap bulan untuk memastikan bahwa sistem itu bekerja dengan sempurna. 14) Titik Pertemuan di Luar Lokasi Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk berkumpul di titik tersebut pada saat keadaan darurat. Para penyelia diberitahu bahwa titik ini adalah tempat mereka memimpin segera setelah evakuasi dilakukan. Untuk melakukan hal ini secara efisien, maka pengawas harus mengetahui siapa saja yang ada di dalam shift, sakit atau cuti. 15) Peralatan Gawat Darurat Lain Selain peralatan pembersih tumpahan, radio, dan peralatan perlindungan personil, ada peralatan gawat darurat lainnya yang juga harus dimiliki. Pancuran pengaman, alat pencuci mata, pemadam kebakaran, P3K, alat transfusi darah, oksigen, peralatan dekontaminasi adalah contoh peralatan berguna lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
16) Praktik Keadaan Darurat dan Evakuasi Sekurang-kurangnya satu tahun sekali seluruh pekerja dan tim tanggap darurat harus melakukan latihan praktik keadaan darurat dan evakuasi. Bila seluruh fasilitas terganggu pada saat dilakukan latihan bersama, maka tiap bagian dapat melakukan latihan terpisah. Para pekerja yang harus menangani proses-proses penting harus melakukan latihan mereka setelah giliran tugas mereka selesai. Bila memungkinkan, lebih baik melakukan latihan bersama bagi seluruh fasilitas pabrik seperti pada kasus gawat darurat yang sesungguhnya. 3.
Peringatan dan Tanda Bahaya ( komunikasi ) Bila suatu keadaan darurat terjadi, maka perlu tanda peringatan segera dibunyikan secepatnya, dan tindakan segera dilakukan. Tidakan cepat biasanya dapat membatasi agar keadaan cepat dapat tetap terkendali. Ada tiga hal yang perlu ditentukan adalah : a. Siapa yang bertugas dan berhak membunyikan alarm tanda keadaan darurat. b. Melatih personil c. Sistem peringatan dini Untuk membunyikan tanda peringatan darurat, dapat ditugaskan kepada setiap pekerja, tetapi juga dapat ditugaskan pada orang-orang tertentu pada masing-masing shift dan masing-masing lokasi. Untuk berbagai keadaan daruratcommit perlu to irama user yang berbeda-beda. Karena itu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
pekerja yang ditunjuk perlu dilatih membunyikan berbagai irama tanda peringatan
sedang
seluruh
karyawan
perlu
membiasakan
dan
memahaminya serta bersiap melaksanakan peran masing-masing sesuai jenis bahaya yang terjadi. Sesudah tanda peringatan dibunyikan, maka kegiatan penanggulangan keadaan darurat diaktifkan. Setiap personil segera menempati pos masingmasing dan melaksanakan tugas sesuai organisasi dan prosedur yang ditentukan. Koordinator lapangan segera menuju tempat kejadian untuk mengambil alih komando. Setiap petugas segera menuju pos yang ditentukan, dan secepatnya mempersiapkan peralatan dan siap menerima komando (Syukri Sahab, 1997). 4.
Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat Setelah keadaan darurat terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. a.
Rehabilitasi Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Di tingkat industri atau perusahaan, fase rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikancommit jalannya operasi perusahaan seperti sebelum to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
bencana terjadi. Upaya rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan yang rusak dan memulihkan jalannya perusahaan seperti semula. b.
Rekonstruksi Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaan utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya eran serta masyarakat pada wilayah pasca bencana (Soehatman Ramli, 2010). Rencana keadaan darurat juga meliputi kegiatan pasca kejadian. Setelah keadaan dapat diatasi maka operasi perusahaan harus secepatnya dipulihkan kembali. Apabila tidak ada kerusakan yang berarti, maka pabrik kembali dijalankan dengan sangat hati-hati sesuai dengan prosedur (start up) dibawah pengawasan ahli dan dilakukan uji coba operasi di bawah kapasitas normal. Kalau ditemukan kerusakan yang berarti, maka langkah pertama adalah mengiventarisasi kerusakan, dilanjutkan dengan perbaikan dan rehabilitasi semua kerusakan dan selanjutnya uji coba operasi. Bila pada operasi percobaan berhasil baik, maka dilanjutkan pada operasi normal (Syukri Sahab, 1997). Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan keadaan darurat dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Perlu untuk menyusun suatu rencana pemulihan commit to userkeadaan darurat untuk membantu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
pemulihan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan memakan waktu produksi organisasi. Kegiatan-kegiatan awal dari rencana pemulihan keadaan darurat yaitu (Sertifikasi ISO 14001) : 1) Menyusun Tim Pemulihan Keadaan Darurat Anggota-anggota tim ini terdiri dari Tim Tanggap Darurat ditambah
perwakilan-perwakilan
dari
bagian-bagian
seperti
operasi, sistem manajemen informasi, produksi, pengadaan bahan, prasarana,
lingkungan,
kesehatan
dan
keselamatan
kerja,
keamanan, penjualan, rekayasa, dan mutu. 2) Identifikasi Sumber-sumber Daya yang Ada di Lokasi Suatu daftar inventaris kegiatan operasional yang kritis dan sumber daya yang tersedia harus dibuat. Bila lokasi yang ada mengalami kerusakan sebagian atau selurunya, daftar inventaris ini akan menunjukkan apa yang harus segera diganti. Daftar inventaris ini mencakup orang-orang, file, produk yang dihasilkan dan bahan bakunya yang disusun dengan menggunakan dokumen-dokumen yang ada. Daftar inventaris ini juga penting dalam hal penggantian kerugian oleh pihak asuransi. 3) Penilaian dan Strategi atas Dampak Potensial Suatu penilaian tentang apa yang mungkin terjadi pada setiap sumber daya penting yang diidentifikasi pada langkah 2 harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dibuat untuk menanggapi kemungkinan kejadian bencana. Ini akan menunjukkan di bagian mana cadangan diperlukan. 4) Strategi Minimisasi Dampak yang Potensial Didasarkan pada langkah 2 dan 3, satu strategi minimisasi dampak yang potensial harus dipersiapkan untuk sumber dayasumber
daya
yang
dianggap
penting
dan
mempunyai
kecenderungan yang tinggi untuk terkena dampak atau rusak. Sebagai contoh, hal ini mungkin mencakup peningkatan pelatihan, pembuatan file-file cadangan dan cadangan untuk kegiatan operasional di lokasi lainnya. Penyimpanan tambahan bagi bahanbahan kimia dan limbah, peningkatan Rencana Gawat Darurat, persiapan menghadapi gempa dan sistem pemadaman api tambahan, pancuran, selang air, dan tabung pemadam kebakaran. 5) Strategi Pemulihan Tidak mungkin untuk menghindari semua dampak dari suatu bencana dan dampak-dampak tertentu tidak dapat diminimisasi atau dihindari bila bencana yang hebat terjadi. Dalam situasi ini yang dapat dilakukan oleh organisasi adalah menyiapkan strategi pemulihan dan melakukannya dengan sebaik mungkin. 6) Nomor Telepon dan Kontak Harus ada lebih banyak nomor telepon gawat daurat pada strategi pemulihan bencana daripada rencana gawat darurat. Nomor-nomor telepon gawat darurat perlu untuk dicatat dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
rencana pemulihan bencana. Sebagai tambahan pada apa yang sudah ada dalam rencana respon gawat darurat, nomor-nomor telepon
seperti
Pemilik
Bangunan,
Pertahanan
Sipil
dan
Manajemen Puncak harus dimasukkan. 7) Inspeksi Rutin Sumber daya perusahaan dan peralatan pemulihan keadaan darurat harus diinspeksi secara berkala, harus ditingkatkan sejalan dengan perubahan sumber daya yang dimiliki. Direkomendasikan untuk melakukan kegiatan ini setidaknya sekali dalam tiga bulan. 8) Pusat Pengendalian Pemulihan Bila keseluruhan kegiatan operasional berada dalam satu gedung,
maka
pusat
pengendalian
pemulihan
keadaan
darurat/bencana harus didirikan di luar lokasi. Pusat pengendalian ini dapat didirikan di fasilitas perusahaan lainnya selama letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi bencana. Tidak dianjurkan untuk membuat markas pengendalian pemulihan bencana di kantor pusat perusahaan, karena bila terjadi bencana keduanya akan lumpuh bersamaan. Markas Pusat Pengendalian Pemulihan Bencana harus secanggih organisasi yang didukungnya. Bila organisasi kecil atau tidak bergantung pada sistem informasi manajemen yang rumit, maka markas pusat pengendalian tersebut cukup hanya memiliki beberapa file cadangan. Sebaliknya, commit to user jika organisasinya besar, maka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
markas pusat pengendalian harus menjadi pusat pengendali. Dalam hal ini harus tersedia file cadangan, telepon, komputer, pembangkit tenaga listrik, cadangan makanan dan minuman, persediaan P3K, peralatan kantor dan fasilitas tempat tidur untuk beberapa pekerja. 9) Perawatan Pencegahan Bila peralatan produksi dan pengawasan lingkungan dirawat dengan baik, maka keduanya akan membawa dampak yang lebih kecil pada kegiatan operasional dan lingkungan bila terjadi bencana. Kebanyakan fasilitas yang dimiliki bagian-bagian mempunyai jadwal perawatan pencegahan ini, sehingga produksi dapat berjalan normal. Karena itu perlu ditekankan bahwa jadwal tersebut ada dan frekuensi perawatan mencukupi. 10) File dan Sistem Komputer Cadangan Data-data penting yang disimpan dalam sistem komputer harus dibuat cadangannya dan disimpan di luar lokasi setiap minggunya. Sistem perangkat lunak utama yang digunakan dalam kegiatan operasional juga harus dapat berfungsi di tempat lain, selain dari yang ada di lokasi. Informasi penting yang disimpan dalam disket juga harus dipindah ke lokasi di luar tempat kejadian secara berkala. 11) Cadangan File-file/ Dokumen Dokumen yang penting untuk kegiatan operasional harus dibuat salinannya commit dan disimpan to user di tempat cadangan. Salah satu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
alternatif adalah dengan mentransfer informasi yang penting ke dalam hard disk computer, disket atau mikro film,dan disimpan di lemari yang tahan api. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan scanner atau mentransfer informasi ke dalam komputer. 12) Komunikasi Sistem komunikasi mungkin rusak karena keadaan darurat dan melumpuhkan
usaha-usaha
pemulihan
kegiatan
operasional.
Karena itu perlu memiliki pembangkit tenaga cadangan dan alatalat komunikasi pendukung. Sebagai contoh telepon seluler dan radio komunikasi. 13) Persediaan untuk Pekerja Beberapa persediaan harus dibeli sebelum bencana, untuk kesehatan dan keselamatan para pekerja yang tidak dapat pulang ke rumah mereka. Hal ini termasuk air, selimut, senter, alat-alat dan makanan. 14) Peralatan untuk Perlindungan Lingkungan Hal ini untuk meminimumkan dampak terhadap lingkungan selama keadaan darurat terjadi, terutama berlaku untuk kegiatan yang menggunakan atau menyimpan bahan-bahan kimia atau limbah berbahaya dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh, tergantung pada kegiatan drum dan pompa cadangan commit operasional, to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
perlu dimiliki bila tangki penyimpanan yang ada hancur selama terjadi bencana/keadaan darurat. 15) Gambar-gambar Fasilitas Lokasi Semua gambar mengenai fasilitas yang ada harus disatukan dan disimpan di markas pengendalian bencana/keadaan darurat. 16) Pembuatan Salinan dan Penyebaran Rencana Untuk alasan yang jelas penting untuk menyiapkan dan menyebarkan rencana yang dibuat sebelum bencana terjadi. Keseluruhan bagian pemulihan bencana dapat menjadi garis besar umum untuk rencana yang dibuat dan kemudian informasi lokasi yang spesifik dapat ditambahkan. Segera setelah rencana selesai, harus diberikan pada Tim Respon Gawat Darurat, tim pemulihan bencana,
pos
komando
keamanan,
perwakilan
lingkungan,
kesehatan, dan keselamatan, petugas keamanan, dan manajemen puncak. Rencana tersebut harus diperbaharui sekurangnya sekali setahun atau lebih cepat bila terjadi perubahan yang besar. b. Selama dan Segera Setelah Suatu Bencana Setelah Tim Repon Gawat Darurat dapat menguasai krisis yang terjadi seperti terdapat dalam rencana respon gawat darurat , aktivitasaktivitas berikut ini harus dilakukan. Aktivitas-aktivitas ini dapat dianggap sebagai tindakan pemulihan yang dijelaskan pada langkah strategi pemulihan sebelumnya. (Sertifikasi ISO 14001) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
1) Membentuk Tim Pemulihan Bencana/ Disaster Recovery Team Tim Respon Gawat Darurat telah dibentuk dan menjelaskan tentang hal-hal yang menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja dan sekarang saatnya berubah menjadi suatu Tim Pemulihan Bencana (DRT). Anggota tambahan perlu dicari dan mengikutsertakan pekerja dari bagian Sistem Informasi Manajemen, produksi, bahan-bahan, operasional, dan keuangan. 2) Pemeriksaan Area Tim Pemulihan Bencana akan melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah ada hal-hal yang berbahaya, dan jika ada yang ditemukan, memberitahu kepada para pekerja untuk menjauh. Ini merupakan pemeriksaan keamanan yang kedua setelah Tim Respon Gawat Darurat melakukan pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksaan ketiga juga akan dilakukan saat membuat penilaian kerusakan bisnis yang ada dapat diselesaikan. Hal ini harus mencakup foto-foto dan jumlah biaya yang diperlukan untuk kembali beroperasi dan rekomendasi-rekomendasi. 3) Kebutuhan para Pekerja Walau kebutuhan untuk keselamatan pekerja sudah dipenuh, kebutuhan jangka panjang juga harus sudah mulai difikirkan. Ini mencakup memberikan informasi kepada keluarga mereka atau membantu
memindahkan
keluarga
mereka.
Pekerja
mungkin
mempunyai kebutuhan lainto selama atau sesudahnya terjadinya commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
bencana. Sebagai contoh apabila terjadi gempa bumi dahsyat dan beberapa pekerja tidak dapat pulang ke rumah, maka makanan, minuman, selimut, dan pelindungan sementara akan diperlukan. 4) Perusahaan Asuransi Perwakilan asuransi properti harus dipanggil dan segera melihat langsung tempat kejadian. Perwakilan ini dapat merekomendasikan perusahaan yang dapat membantu usaha perbaikan. Mereka harus dipanggil seawal mungkin, sebelum perbaikan dimulai sehingga tindakan perbaikan dapat berjalan dengan benar dan jaminan pertanggungan maksimum dapat diberikan. Kadang-kadang perbaikan yang mendesak harus dilakukan segera, bahkan sebelum agen asuransi datang. 5) Mengumpulkan Mereka yang Terampil Seluruh pekerja yang mampu harus melaporkan daripada kantor sementara untuk mencocokan keterampilan mereka dengan pekerjaanpekerjaan perbaikan yang dapat dilakukannya. Hal ini tidak hanya membantu organisasi tetapi juga membantu para pekerja mengatasi bencana yang terjadi dengan lebih baik karena mereka akan merasa produktif dan berguna 6) Memulihkan Prasarana (Utilitas) Saat terjadi bencana mungkin beberapa prasarana (utilitas) harus dihentikan baik karena sengaja maupun karena kecelakaan. Tim Pemulihan Bencana harus mengupayakan pulihnya gas, listrik, air, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
sarana-sarana pembuangan untuk memulihkan keadaan. Bila terdapat bahan-bahan kimia, maka listrik harus diupayakan hidup terlebih dahulu sehingga sistem ventilasi dapat bekerja kembali membersihkan uap-uap yang ada. Pemulihan listrik ini harus dilakukan dengan hatihati karena dapat membakar uap dari bahan-bahan kimia yang mudah terbakar dan bahan bakar yang ada di lokasi. 7) Memulihkan Komunikasi Bantuan
perusahaan
telepon
mungkin
diperlukan
untuk
memulihkan sambungan telepon. Bila mendesak perlu diupayakan untuk menggunakan telepon seluler, radio panggil atau alat-alat komunikasi lainnya. Segera setelah sistem saluran telepon bekerja maka saluran hotline harus dibentuk untuk menjawab pertanyaan pekerja dan masyarakat. 8) Perbaikan Fasilitas Pabrik Tim Pemulihan Bencana harus membantu memindahkan kegiatan operasi, jika diperlukan ke tempat lain dan/ atau mulai memperbaiki pertama adalah ventilasi dan pemadaman kebakaran, diikuti oleh pemulihan pos pengendalian keamanan. Kerusakan yang hebat pada fasilitas yang ada mungkin memerlukan pengalihan lokasi sementara. Lokasi tersebut dapat berupa area yang tidak mengalami kerusakan atau sepenuhnya diluar tempat kejadian. Bila terjadi kebakaran, sistem pemadam kebakaran mungkin akan membuat semua menjadi basah. Peralatan dan bahan-bahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
basah harus dipindahkan atau dikeringkan segera untuk mencegah terjadinya kerat, jamur, dan gangguan kesehatan. Dokumen-dokumen yang rusak karena air harus segera dikeringkan atau diganti. Beberapa kerusakan karena asap juga mungkin terjadi yang dapat mengarah pada kontaminasi produk atau korosi yang tidak diperbaiki. 9) Pemeriksaan dan Perbaikan Struktur dan Tumpahan Bahan Kimia dan Limbah Berbahaya Dengan mengansumsikan bahwa kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan limbah berbahaya telah diselesaikan pada kegiatan Tim Respon Gawat Darurat sebelumnya, maka tibalah saatnya untuk membuktikan bahwa seluruh sistem limbah dan bahan kimia berada pada keadaan yang aman dan tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Bila dijumpai adanya kemungkinan masalah sistem tersebut harus segera diperbaiki. Tangki penyimpanan bawah tanah dan jaringan pipa adalah area yang cenderung mengalami masalah dan sulit untuk diperiksa. Karena itu segera memanggil kontraktor yang bekerja di bidang pengujian kebocoran tangki. 10) Memulihkan Sistem Komputer/Sistem Informasi Manajemen Hampir seluruh operasi bergantung pada sistem komputer yang mereka miliki karena itu fungsi Sistem Informasi Manajemen yang penting harus diperbaiki atau dipindahkan secepat mungkin. Sistem cadangan yang member dukungan commit to userpada pelanggan harus dipulihkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
terlebih dahulu. Bila sudah ada sistem cadangan sebelumnya, maka pekerjaan ini akan lebih mudah. 11) Penggantian File-File Penting File-file penting yang hancur karena bencana harus dibuat kembali dari catatan file yang ada. Hal ini penting terutama bagi filefile lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja, konsumen dan personil. Pekerjaan ini akan lebih mudah bila file yang ada sudah dibuat dalam disket atau mikro film. 12) Memulihkan Sistem Sumber Daya Manusia dan Keuangan Mungkin perlu untuk memindahkan sistem sumber daya manusia dan keuangan tertentu seperti administrasi penggajian dan upah ke lokasi lain untuk sementara waktu. Lokasi yang paling cocok adalah lokasi dimana catatan-catatan cadangan disimpan. Disarankan sebelumnya agar catatan-catatan keuangan yang penting dibuat salinannya dan disimpan di tempat lain. Bila catatan sudah disalin dan disimpan, mereka dapat membantu memulihkan kegiatan operasional. 13) Berurusan dengan Media Semua berhubungan dari media harus diarahkan pada manajer humas dari situs kejadian. Tidak boleh ada pekerjaan lain yang memberikan pernyataan. Diharapkan pemberitahuan media dapat membantu menarik dukungan dan bantuan bagi para korban bencana. Namun demikian terkadang pemberitaan media hanya menyebabkan kekacauan dan ketegangan emosional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
5.
Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan Rencana respon gawat darurat dan pemulihan bencana harus dapat diubah. Hal ini penting dalam hal nama-nama anggota tim dan sumberdayasumberdaya yang ada di dalam dan di luar organisasi. Nama-nama yang diperlukan harus selalu ada atau rencana tersebut akan menjadi tidak efektif. Setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota, maka harus ada mekanisme yang harus dapat memperbaiki rencana secara efektif (Sertifikasi ISO 14001).
B. Kerangka Pemikiran Dalam suatu industri terdapat unsur-unsur antara lain tenaga kerja (sebagai pelaksana), bahan baku (sebagai bahan untuk pembuatan produk), peralatan produksi (sebagai alat/mesin untuk melakukan proses produksi), tempat kerja (sebagai tempat berlangsungnya kegiatan produksi) dan juga proses produksi dan hasil produksi. Dimana apabila salah satu diantara keenam unsur tersebut mengalami masalah atau gangguan, maka dapat berpotensi menyebabkan terjadinya suatu keadaan darurat seperti kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan, kebocoran B3, bencana alam maupun kerugian. Maka dari itu perlu dibuat dan disusun suatu prosedur keadaan darurat yang digunakan sebagai panduan untuk mengantisipasi keadaan darurat. Prosedur tersebut meliputi prosedur kesiagaan keadaan darurat, prosedur penanggulangan keadaan darurat serta prosedur rencana pemulihan setelah keadaan darurat, agar keadaan yang semula tidak normal dapat segera commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
kembali normal sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Industri Keadaan Normal
Proses Produksi
Tenaga Kerja
Tempat Kerja
Bahan Baku
Peralatan Produksi
Kebakaran
Bencana Alam
Potensi Bahaya
Kebocoran B3
Peledakan
Kecelakaan Kerja
Keadaan Darurat
Prosedur Keadaan Darurat
Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat
Persiapan
Rencana Keadaan Darurat (RKD)
Komponen Pendukung RKD Pelaksanaan Tanggap Darurat
Prosedur Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
Keadaan Normal
Gambar 1. Kerangka Pemikiran commit to user
Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
Tindakan Penanggulangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Soekidjo Notoatmojo, 2002).
B. Lokasi Penelitian Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di PT Pupuk Kujang Jalan. Jendral. A. Yani No. 39 Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
C. Objek Penelitian Objek penelitian ini berupa : 1.
Rencana keadaan darurat (Emergency Response Plan)
2.
Penanggulangan Keadaan Darurat
3.
Tenaga kerja
4.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam keadaan darurat
5.
Kondisi lingkungan tempat kerja.
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
D. Teknik Pengumpulan Data 1.
Observasi Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian di PT Pupuk Kujang Jl. Jend. A. Yani No. 39 Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
2.
Wawancara Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait masalah tanggap darurat sehingga dapat mengetahui tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat.
3.
Studi Kepustakaan Data diperoleh dengan membaca referensi-referensi yang ada, yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu keadaan darurat (emergency).
E. Sumber Data Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, sedangkan untuk penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Data Primer Data diperoleh secara langsung yaitu dengan mengadakan observasi langsung ke lapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
2.
Data Sekunder Data diperoleh secara tidak langsung yaitu dari prosedur integrasi mengenai implementasi rencana keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
F. Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di PT Pupuk Kujang Cikampek pada tanggal 01 Februari 2011 sampai dengan 09 Mei 2011.
G. Analisis Data Analisis data yang digunakan termasuk analisis deskriptif atau menggambarkan yang sejelas-jelasnya mengenai pelaksanaan rencana kesiapsiagaan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang yang selanjutnya dibandingkan dengan pedoman atau standar yang ada yaitu, Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Emergency Response Plan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Identifikasi Potensi Bahaya PT Pupuk Kujang terbagi menjadi 2 area yaitu area innerfence dan outerfence. Yang termasuk dalam area innerfence antara lain Pabrik Kujang IA meliputi unit Urea 1A, Ammonia 1A, Utility 1A , dan PPCO serta Pabrik Kujang IB meliputi unit Urea 1B, Ammonia 1B, Utility 1B. Sedangkan area outerfence antara lain Bagging, NPK, Gudang, Lab, Bengkel, dan Perkantoran serta area lain yang berada diluar area innerfence sampai pada area perumahan. Secara garis besar potensi bahaya di PT Pupuk Kujang yang dapat menyebabkan keadaan darurat seperti ledakan dan kebakaran antara lain : Tabel 1. Identifikasi Potensi Bahaya No
Potensi Bahaya
Lokasi/Unit Kerja
Risiko
Pabrik, bengkel, 1
Oksigen (O2)
Ledakan gudang, lab Utility plant, Kebakaran,
2
Kebocoran gas alam
Ammonia plant, ledakan NPK Utility plant, Urea
3
Klorin (Cl2)
Kebakaran
commit to user
plant bersambung
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
sambungan Asam sulfat (H2SO4)
Utility plant
Kebakaran
Ammonia plant,
Kebakaran,
PPCO plant
ledakan
4
Hidrogen (H2)
5
Utility plant, Nitrogen (N2)
6
Kebakaran Ammonia plant
7
Karbon monoksida (CO)
PPCO plant
Kebakaran Ledakan,
9
Karbon karbida (CaC2)
Acetylene plant kebakaran,
10
Ammonia plant,
Kebakaran,
Urea plant
ledakan
Kebocoran amonia (NH3) Kebakaran,
11
Toluen (C6H5CH3)
PPCO plant ledakan Ammonia plant,
Benfield cair
12
Kebakaran PPCO plant Kebakaran,
13
Cosorb solvent
PPCO plant ledakan Kebakaran,
14
Uap/gas amonia
NPK ledakan,
Sumber : Prosedur Integrasi ISO 9001 : 2008, ISO 14001 : 2004, SMK3 dan MSD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
2. Keadaan Darurat PT Pupuk Kujang mendefinisikan keadaan darurat adalah suatu keadaan dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh personil yang ada, dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan kejadian seperti kebocoran/menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan, kebakaran, bencana alam, gempa bumi atau kejadian huru-hara pada tingkat tertentu yang membahayakan keselamatan manusia dan aset perusahaan. Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal/ tidak diinginkan yang terjadi di area Pabrik yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak peralatan/harta benda dan atau merusak lingkungan sekitarnya. (Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk Kujang) Penanggulangan keadaan darurat adalah semua usaha, tindakan yang terkoordinasi untuk mengatasi keadaan darurat, guna menyelamatkan manusia, aset perusahaan dan lingkungan sekitarnya, sehingga tidak menimbulkan korban manusia serta kerusakan lingkungan. PT Pupuk Kujang ada tiga (3) tingkatan keadaan darurat yaitu : a. Keadaan Darurat Tingkat I Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (aset) yang secara normal dapat diatasi oleh karyawan yang ada di lokasi Unit Kerja dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu bantuan yang dikonsinyir. Contoh : 1) Satu unit perumahan terbakar 2) Satu ruangan kantor terbakar 3) Kebakaran gas di salah satu area saja, misal pabrik amonia. b. Keadaan Darurat Tingkat II Keadaan Darurat Tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3 yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya pada karyawan/daerah/masyarakat
sekitarnya.
Bantuan
tambahan
yang
diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat, dan masyarakat sekitarnya. Contoh : 1) Listrik mati total 2) Kebakaran satu lantai gedung pusat administrasi (GPA) 3) Kebakaran satu lokasi/bangunan di gudang/bengkel 4) Kebakaran bangunan di pabrik yang cukup besar yang tidak merusak peralatan pabrik 5) Kebocoran gas yang memenuhi areal pabrik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
c. Keadaan Darurat Tingkat III Keadaan
Darurat
Tingkat
III
adalah
keadaan
darurat
berupa
malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta memerlukan bantuan Pemerintah Daerah dan koordinasi tingkat Nasional. Contoh : 1) Tangki amonia bocor/pecah 2) Ledakan/kebocoran yang menghancurkan sebagian atau seluruh pabrik 3) Kebakaran/ledakan bagian yang bisa mengakibatkan malapetaka bagi masyarakat luas 4) Gempa bumi yang besar yang merusak peralatan pabrik 5) Kebocoran gas yang menjalar sampai keluar pabrik. Berdasarkan data diatas dapat di simpulkan bahwa potensi bahaya yang paling mungkin terjadi di PT Pupuk Kujang adalah kebakaran, peledakan dan bocoran B3. 3. Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat a. Tujuan Prosedur ini ditetapkan, diterapkan dan dipelihara untuk menjamin kesiagaan dalam menghadapi keadaan darurat yang dapat menimbulkan dampak yang luas mencakup sistem K3 dan lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
b. Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup kesiagaan, sarana dan prasarana serta identifikasi potensi keadaan darurat di seluruh area PT Pupuk Kujang dan diterapkan secara terintegrasi pada sistem ISO 9001:2000, SMK3 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004. c. Definisi Keadaan Darurat Keadaan darurat adalah keadaan dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangangani secara biasa oleh personil yang ada, dikarenakan terjadi salah satu atau bersamaan kejadian, seperti kebocoran/menghamburnya
bahan
kimia
berbahaya,
peledakan,
kebakaran, bencana alam gempa bumi atau kejadian huru-hara pada tingkat tertentu yang membahayakan keselamatan manusia dan asset perusahaan. d. Ketentuan Umum 1) Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (asset) yang secara normal dapat diatasi oleh karyawan yang ada di suatu unit pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu bantuan yang dikonsinyir. 2) Keadaan Darurat Tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat, dan masyarakat sekitarnya. 3) Keadaan Darurat Tingkat III adalah keadaan darurat berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta memerlukan bantuan pemerintah daerah dan koordinasi tingkat Nasional. 4) Setiap dua tahun sekali dilakukan latihan untuk kesiagaan menghadapi keadaan darurat. 5) Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup perlu melakukan evaluasi dan memperbaharui prosedur
“Kesiagaan
terhadap Keadaan Darurat” apabila telah terjadi peristiwa/keadaan darurat. e. Tanggung Jawab dan Prosedur 1) Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) a) Melakukan evaluasi dan memperbaharui prosedur “Kesiagaan terhadap Keadaan Darurat” apabila telah terjadi keadaan darurat. b) Melakukan identifikasi : (1) Bahan-bahan yang mudah terbakar (2) Bahan-bahan yang mudah meledak (3) Memperkirakan luas daerah berbahaya berdasarkan informasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
(4) Cara-cara tindakan penanggulangan (5) Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh keadaan darurat terhadap masyarakat sekitar. c) Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menghadapi keadaan darurat yang meliputi : (1) Mempersiapkan pelatihan dan latihan uji coba penanggulangan keadaan darurat. (2) Menyiapkan peralatan, APD, APAR, Emergency Unit, Fire Hydrant dan lain-lain. (3) Menyiapkan sarana komunikasi. d) Pemantauan dan pemeliharaan sarana dan prasarana (1) Memantau peralatan yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat (kebocoran gas explosive, kebocoran/tumpahan B3). (2) Melakukan pemeriksaan terhadap aktivitas yang berkaitan dengan keluar masuknya barang-barang dan/atau manusia, dari atau ke pabrik (innerfence) untuk mencegah terjadinya keadaan darurat. (3) Melakukan pemantauan terhadap tempat penyimpanan bahan kimia berbahaya. e) Melakukan analisa dan evaluasi kesiagaan, meliputi : (1) Sarana dan prasarana. (2) Pemeriksaan peralatan yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
(3) Pemeriksaan aktivitas kendaraan angkutan B3 yang masuk ke area pabrik, manusia yang membawa kendaraan angkutan B3, dan kondisi kemasan B3. (4) Hasil uji coba/latihan dan/atau penyuluhan. 2) Biro Komunikasi/Bagian Humas a) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait. b) Membuat dokumentasi latihan kesiagaan keadaan darurat. 3) Divisi/Biro dan/atau Dinas/Bagian terkait Melakukan identifikasi : a) Instalasi/area operasional bahan-bahan kimia berbahaya dan mudah meledak. b) Luas area dan jumlah bahan berbahaya yang ada di area operasional. c) Sistem penyimpanan bahan berbahaya. d) Jumlah penyimpanan bahan berbahaya. e) Sistem pengangkutan bahan berbahaya. Hasil identifikasi akan dirangkum dan dievaluasi untuk dijadikan patokan dalam memeriksa dan menanggulangi bila terjadi keadaan yang tidak normal dan didistribusikan ke Unit Kerja terkait. f. Pengecualian 1) Tanda-tanda keadaan darurat untuk perumahan dan masyarakat sekitarnya selain bunyi sirine pabrik ada juga bunyi sirine mobil Patroli Biro Pengamanan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
2) Penempatan posisi Pos Komando bisa berubah, melihat situasi dan kondisi keadaan darurat. 4. Instruksi Kerja Pelaporan Keadaan Darurat a. Ruang Lingkup Instruksi Kerja ini hanya masalah pelaporan keadaan darurat di area PT Pupuk Kujang Cikampek. b. Definisi 1) Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang tidak normal/tidak diinginkan yang terjadi di PT Pupuk Kujang yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak peralatan/harta benda dan atau merusak lingkungan sekitarnya. 2) Pelapor : a) Semua orang yang pertama melihat kejadian di area PT Pupuk Kujang. b) Petugas Shift Bagian KPK. c) Shift Superitendent. 3) Nomor Telepon emergency ialah nomor telepon yang harus segera dihubungi bila terjadi keadaan darurat, yaitu : a) Nomor 3000 Bagian KPK b) Nomor 2333 Shift Superitendent IA c) Nomor 2555 Shift Superitendent IB d) Nomor 2121 Biro Pengamanan e) Nomor 2222 Biro Kesehatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
4) PKD (Pimpinan Keadaan Darurat) adalah orang yang ditunjuk sesuai Prosedur PS-PK-KLH-20. c. Ketentuan Umum Apabila pelapor itu karyawan PT Pupuk Kujang, maka selain melaporkan kejadian ke Bagian KPK juga segera melapor ke atasan langsung dan ke Shift Superintendent. d. Tanggung Jawab Kepala Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup e. Operasi Sistem pelaporan keadaan darurat : 1) Petugas Shift Bagian KPK setelah menerima informasi dari pelapor melalui pesawat telepon nomor 3333, maka tanyakan : a) Identitas pelapor
:
(1) Nama (2) Nomor badge (3) Bagian b) Jenis kejadian : (1) Kebakaran/peledakan (2) Kebocoran bahan kimia berbahaya c) Tempat kejadian 2) Petugas shift Bagian KPK segera melaporkan ke Shift Superintendent untuk bisa disampaikan lebih lanjut ke : (a) PKD/Wakil PKD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
(b) Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (c) Biro Pengamanan (d) Supervisor Area 3) Petugas
shift
Bagian
KPK
menunggu
instruksi
dari
Shift
Superintendent untuk membunyikan sirine tanda keadaan darurat. f. Pengecualian Shift Superintendent menjabat sebagai PKD sebelum pejabat PKD tiba di tempat kejadian. 5. Instruksi Kerja Tanda Keadaan Darurat a. Ruang Lingkup Ruang lingkup Instruksi Kerja Tanda Keadaan Darurat ini adalah menjangkau ke seluruh area PT Pupuk Kujang Cikampek. b. Definisi 1) Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (asset) yang secara normal dapat diatasi oleh karyawan yang ada di suatu unit pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu bantuan yang dikonsinyir. 2) Keadaan Darurat Tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3 yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat, dan masyarakat sekitarnya. 3) Keadaan Darurat Tingkat III adalah keadaan darurat berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta memerlukan bantuan pemerintah daerah dan koordinasi tingkat Nasional. 4) Evakuasi
adalah
proses
meninggalkan
tempat
kerja/tempat
tinggal/lokasi kejadian ke tempat lain yang dianggap cukup aman untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya (seperti : peledakan, bahaya kebakaran, kebocoran/menghamburnya bahan berbahaya, pencemaran lingkungan, bencana gempa bumi dan lain-lain) melalui jalan/pintu yang telah ditentukan untuk tujuan tersebut. c. Ketentuan Umum Kalau mendengar tanda keadaan darurat yang harus dilakukan adalah : 1) Seluruh karyawan yang terlibat dalam tim penanggulangan segera menuju ke tempat kejadian untuk membantu penanggulangan. 2) Unit kerja yang tidak bergabung dalam tim penanggulangan harus tetap siaga untuk menunggu instruksi. 3) Tindakan karyawan di lingkungan pabrik a) Hentikan semua pekerjaan dan perhatikan instruksi atasan. b) Matikan sumber api (rokok, kompor, dan lain-lain). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
c) Matikan aliran listrik yang tidak berfungsi. 4) Tindakan karyawan non teknis a) Hentikan semua kegiatan dan perhatikan instruksi atasan. b) Amankan arsip-arsip. c) Matikan semua peralatan listrik yang tidak berfungsi. d) Matikan sumber api (rokok, kompor, dan lain-lain). e) Bila ada instruksi meninggalkan gedung jangan menggunakan lift. 5) Tindakan penghuni perumahan a) Hentikan semua kegiatan rumah tangga. b) Siap-siap untuk evakuasi. c) Persiapkan peralatan yang sangat penting. d) Matikan sumber api. e) Tetap tinggal, tunggu instruksi lebih lanjut. f) Tetap tenang jangan panik. g) Instruksi evakuasi oleh Biro Komunikasi dan Biro Pengamanan melalui pengeras suara/mobil patroli. c. Tanggung Jawab Kepala Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup d. Operasi Petugas Shift Bagian KPK yang ditugaskan stand by di fire station begitu ada instruksi untuk membunyikan sirine tanda keadaan darurat, maka segera memijit tombol sirine disesuaikan dengan tingkat keadaan darurat yang diinstruksikan : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
1) Tanda Keadaan Darurat Tingkat I dengan bunyi sirine, irama bunyi naik turun periode 2x15 detik (nada naik 15 detik kemudian turun 15 detik, diulang sebanyak 2 kali), selang waktu 1 menit selama 5x. 2) Tanda Keadaan Darurat Tingkat II dengan bunyi sirine, irama bunyi naik turun periode 6x15 detik (nada naik 15 detik kemudian turun 15 detik, diulang sebanyak 6 kali), selang waktu 1 menit selama 3x. 3) Tanda Keadaan Darurat Tingkat III dengan bunyi sirine, irama bunyi naik turun tiap 15 detik, selang waktu tidak ada selama 15 menit. 4) Evakuasi : bunyi sirine dengan nada monoton selama 5 menit 5) Tanda aman dengan bunyi sirine, irama bunyi monoton, periode tidak ada, selang waktu tidak ada, selama 60 detik. e. Pengecualian Tanda keadaan darurat selain sirine pabrik dibantu dengan pagging system dan sirine mobil patroli untuk perumahan. 6. Instruksi Kerja Membunyikan Sirine a. Tujuan Instruksi kerja ini bertujuan untuk pengendalian dan penanganan keadaan darurat serta menjamin kepastian tentang keadaan yang sesungguhnya. b. Ruang Lingkup Instruksi kerja ini digunakan untuk keadaan darurat seperti kebakaran, peledakan, maupun kebocoran-kebocoran bahan-bahan kimia di kawasan PT Pupuk Kujang Cikampek. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
c. Definisi 1) Tanda emergency (bunyi sirine) adalah merupakan pemberitahuan kepada karyawan yang berada di lingkungan perusahaan dan sekitarnya atas terjadinya suatu keadaan darurat. 2) Tanda emergency (bunyi sirine) dibunyikan untuk menghindari kebingungan dan kesimpangsiuran yang tidak perlu sehingga operasi penanggulangan dapat dilaksanakan dengan cepat dan baik. 3) Tanda emergency (bunyi sirine) dibunyikan sebagai alat komunikasi dan
informasi
awal
yang
akan
ditindak
lanjuti
dengan
penanggulangan, pertolongan dan penyelamatan serta pengamanan. d. Ketentuan Umum 1) Tingkat Keadaan Darurat dikategorikan menjadi 3 (tiga) tingkat : a) Keadaan Darurat Tingkat I, misalnya : (1) 1 (satu) unit perumahan terbakar (2) 1 (satu) ruang kantor terbakar (3) Kebakaran di salah satu area saja, misalnya pabrik ammonia. b) Keadaan Darurat Tingkat II, misalnya : (1) Kebakaran 1 (satu) lantai Gedung Pusat Administrasi (2) Listrik mati total (black out) (3) Kebakaran 1 (satu) lokasi/ bangunan di Gedung Perbengkelan (4) Kebakaran di pabrik cukup besar yang tidak merusak peralatan pabrik (5) Kebocoran gas berbahaya yang memenuhi areal pabrik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
c) Keadaan Darurat Tingkat III, misalnya : (1) Tangki ammonia bocor/pecah (2) Ledakan yang menghancurkan semua atau sebagian pabrik (3) Kebocoran/ledakan bagian tertentu yang bisa mengakibatkan malapetakabagi masyarakat luas. (4) Bencana alam besar yang merusak peralatan pabrik. (5) Kebocoran gas B3 dampai menjalar keluar pabrik. e. Tanggung Jawab 1) Manager Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) 2) Manager Produksi 1A dan 1B 3) Kepala Seksi Penanggulangan dan Pencegahan f. Operasi 1) Orang yang melihat adanya kejadian segera memberitahukan kepada atasannya. 2) Atasan yang bersangkutan melakukan pemeriksaan ke lokasi kejadian. 3) Segera meminta bantuan ke KPK untuk melakukan tindakan penanggulangan sirinepun dibunyikan sesuai dengan tingkatan kejadian. 4) Tanda keadaan darurat, evakuasi dan keadaan aman diinformasikan dengan bunyi sirine pabrik : a) Keadaan Darurat Tingkat I : bunyi sirine naik turun dengan periode 2x15 detik, selang waktu 1 menit sebanyak 3x. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
b) Keadaan Darurat Tingkat II : bunyi sirine naik turun dengan periode 6x15 detik selang waktu 1 menit sebanyak 3x. c) Keadaan Darurat Tingkat III : bunyi sirine naik turun dengan periode tiap 15 detik selama 15 menit. d) Evakuasi : bunyi sirine dengan nada monoton selama 5 menit. e) Keadaan Aman : bunyi sirine dengan nada monoton selama 60 detik (1 detik). g. Pengecualian Tanda keadaan darurat untuk perumahan dan masyarakat sekitarnya selain bunyi sirine pabrik, dibunyikan pula sirine kendaraan patrol dari Biro Pengamanan. h. Lampiran Diagram bunyi sirine dalam keadaan darurat (lampiran 2) 7. Aktivitas dan Komponen Awal yang Dipersiapkan Menghadapi Keadaan Darurat a. Pembentukan Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team) PT Pupuk Kujang dalam mempersiapkan keadaan darurat telah membentuk Tim Inti sebagai persiapan menghadapi keadaan darurat, yang kemudian dibagi menjadi beberapa tim. Tim tersebut antara lain Tim Pemadam Kebakaran dan Tim Teknis yang terdiri dari Tim Mekanik, Tim Perbengkelan, Tim Produksi, Tim Inspeksi, Tim P3K, dan Tim Evakuasi dan Tim Keuangan. Adapun tugas dan tanggung jawab tim-tim tersebut antara lain : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
1) Tim Pemadam Kebakaran bertugas melakukan penanggulangan keadaan darurat 2) Tim Teknis yang terdiri dari : a) Tim Mekanik b) Tim Perbengkelan c) Tim Produksi d) Tim Inspeksi e) Tim P3K f) Tim Evakuasi g) Tim Keuangan b. Fasilitas dan Sarana Penunjang dalam Keadaan Darurat 1) Penyediaan Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri merupakan suatu alat pelindung yang dipakai dari kepala sampai ujung kaki, yang dibuat untuk melindungi diri dari bahaya-bahaya kerja dan lingkungan kerja. PT Pupuk Kujang menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang disesuaikan dengan keadaan darurat yang telah terjadi dan bahaya yang diidentifikasi. Setiap karyawan PT Pupuk Kujang diberikan Alat Pelindung Diri secara cuma-cuma dalam melaksanakan pekerjaannya. Adapun Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan meliputi alat pelindung kepala, alat
pelindung
mata,
alat
pelindung
muka,
alat
pelindung
pendengaran, alat pelindung tangan, alat pelindung pernafasan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
pakaian pelindung, sepatu pelindung, alat pelindung tubuh dari ketinggian seperti safety belt dan safety body hardness. 2) Fasilitas Pemadam Kebakaran PT Pupuk Kujang menyediakan bermacam-macam sarana/fasilitas pemadam kebakaran, antara lain : a) APAR APAR yang digunakan di PT Pupuk Kujang adalah jenis Dry chemical (DC), Foam (busa), CO2, AF-31 dan AF-11E sebagai pengganti halon. APAR ini disediakan di setiap ruangan. Jumlah APAR yang masih aktif di PT Pupuk Kujang sebanyak kurang lebih 460 buah. Pemasangan APAR yaitu tinggi dari lantai kurang lebih 120 cm dan jarak pemasangan antara APAR yang satu dengan yang lain tidak kurang dari 15 meter. Pemeriksaan APAR dilakukan secara visual setiap satu bulan sekali dan bongkar setiap satu tahun sekali oleh Bagian Maintenance KPK. Pada setiap jenis APAR terdapat tulisan jenis APAR dan juga tanggal pemeriksaan atau pengecekan yang terlampir dalam bentuk tag. b) Sprinkler System PT
Pupuk
Kujang
sarana
pemadam
sistem
sprinkler
ditempatkan khusus di sekeliling ammonia storage tank (tangki penyimpanan amonia) dan digunakan apabila terjadi kebocoran amonia. Sistem kerjanya adalah dengan membuka valve pengaman, air akan menyelimuti seluruh bagian tangki amonia. Pemeriksaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
terhadap sprinkler system dilakukan setiap satu bulan sekali oleh Bagian Maintenance KPK. c) Fire Hydrant, Hose Box dan Fire Hose Hydrant dan perlengkapannya disediakan di setiap unit tempat kerja. Jumlah seluruh hydrant di PT Pupuk Kujang ada 109 titik hydrant. Pemeriksaan terhadap sarana fire hydrant, hose box dan fire hose dilakukan setiap satu bulan sekali. Pemeriksaan fire hydrant meliputi pemeriksaan cat, monitor, poster, valve, dan caps serta lamanya flushing. Sedangkan untuk pemeriksaan hose box dan fire hose meliputi fire hose, nozzle, y piece dan kunci-kunci selang. 3) Sarana Komunikasi Komunikasi memegang peranan penting mendukung keberhasilan sistem tanggap darurat. Komunikasi dapat dikelompokkan atas komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Sarana komunikasi yang disediakan di PT Pupuk Kujang telah memadai. Komunikasi internal harus dirancang mulai dari deteksi keadaan darurat sampai ke penanggulangannya. Komunikasi eksternal dengan pemerintah daerah atau masyarakat sekitar kegiatan organisasi untuk mencegah kepanikan atau jatuhnya korban yang tidak diinginkan. PT Pupuk Kujang menerapkan komunikasi satu arah dan dua arah. Komunikasi satu arah seperti pagging system, sedangkan komunikasi dua arah seperti telepon dan handy talky. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
a) Pagging System Pagging System berfungsi untuk pengeras suara dalam pembacaan pesan-pesan keselamatan kerja yang dilakukan 2x sehari, informasi penting, serta menginformasikan kejadian keadaan darurat ke seluruh unit kerja untuk mempermudah proses evakuasi. b) Telepon Telepon internal pabrik telah didistribusikan ke setiap bagian. Khusus nomor-nomor emergency telah ditempel atau dipasang di setiap seksi atau unit kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah tenaga kerja jika sewaktu-waktu menemukan keadaan darurat, karena nomor telepon keadaan darurat telah terpasang di setiap unit kerja. Adapun nomor-nomor keadaan darurat antara lain : (1)Kebakaran : 3000 (2)Poliklinik : 2222 (3)Keamanan : 2121 (4)Shift Supt : 2333 c) Handy Talky Handy Talky yang digunakan di PT Pupuk Kujang selain untuk komunikasi dalam menangani pekerjaan lapangan, juga bisa digunakan pada saat terjadi keadaan darurat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
4) Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat Meliputi nomor telepon Rumah Sakit (Ambulance), Kantor Polisi, dan Pemadam Kebakaran setempat, Pemda setempat. 5) Kotak P3K Kotak obat P3K disediakan di setiap unit-unit kerja sesuai kebutuhan. Pemeriksaan kotak obat ini dilakukan secara berkala oleh Bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran setiap satu bulan sekali. Pemeriksaan meliputi kondisi kotak, obat-obatan dan peralatan yang tersedia di kotak P3K. Obat-obatan dan peralatan yang tersedia di kotak obat P3K antara lain: kapas, tensoplast, plester, boor water, betadine, kassa steril, perban gulung, salep luka bakar, gelas mata, form bukti pemakaian, dan form permintaan pengisian. 6) Kendaraan Pemadam dan Evakuasi Kendaraan Pemadam dan Evakuasi yang dimiliki bagian KPK meliputi : a) Empat unit mobil pemadam kebakaran yaitu : (1) Tiga unit fire truck antara lain : (a) Fire Truck Foam Unit/ FT 22/ TR 27 (b) Fire Truck HINO/ FT 66/ TR 28 (c) Fire Truck FUSO/ FT 44/ TR 26 (2) Satu unit Fire Jeep/ FJ 11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
b) Satu unit mobil Ambulance Emergency/AE 55. Pemeriksaan terhadap kendaraan emergency ini dilakukan 3x dalam sehari terutama pada waktu pagi hari , meliputi kondisi mesin,
portable
pump,
kondisi
perlengkapan
peralatan
penanggulangan, dan level air dalam tangki. 7) Peta Evakuasi Peta evakuasi adalah peta yang dibuat oleh Bagian KPK guna menunjukkan arah atau rute yang harus dilalui apabila terjadi keadaan darurat. Peta ini ditempatkan diseluruh unit kerja dan disosialisasikan kepada seluruh karyawan. 8) Pintu darurat/tangga darurat Tangga darurat sudah dirancang dengan baik untuk mengantisipasi jika terjadi keadaan darurat. Untuk pintu darurat tidak dirancang secara khusus, akan tetapi menggunakan pintu keluar masuk yang ada di tiap-tiap ruangan yang ditandai dengan papan berwarna hijau yang bertuliskan kata exit. 9) Detector dan Sistem Tanda Kebakaran Setiap bangunan atau gedung di PT Pupuk Kujang telah memakai sistem alarm kebakaran. Untuk yang di dalam ruangan digunakan bel, dimana apabila terjadi kebakaran (heat/panas atau smoke/asap) akan terdeteksi oleh heat detector dan smoke detector yang terkoneksi ke fire alarm system. Penempatan fire alarm system terdapat di 11 titik yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
a. Gedung Pusat Administrasi (GPA) b. Bidding Center c. Construction Office (Biro PPSDM, Biro Jaspil, Biro Keuangan, Biro Umum ) d. Gudang 01 e. Gudang 02 f. Gudang 06 g. Kantor PPM h. Maintenance Office i. Main Laboratorium j. Office Kujang 1B k. NPK Sedangkan
untuk
sistem
tanda
keadaan
darurat
yaitu
menggunakan sirine dibunyikan apabila terjadi keadaan darurat baik di area pabrik maupun di luar pabrik. Sirine keadaan darurat dibunyikan sesuai dengan tingkat keadaan darurat itu sendiri yang dioperasikan oleh Bagian KPK. 10) Poster dan Tanda Peringatan Poster dan tanda peringatan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja diletakkan diseluruh area pabrik, terutama di tempat-tempat yang mudah terlihat oleh tenaga kerja serta dibuat sedemikian rupa agar terlihat menarik perhatian. Poster dan tanda peringatan ini dibuat dan dipasang oleh Bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
informasi, pemberitahuan, perhatian dan larangan bagi setiap orang guna mencegah terjadinya kecelakaan. 11) Sarana Keadaan Darurat Sarana keadaan darurat di PT Pupuk Kujang diantaranya : a) Safety shower dan Eye wash fountain Sarana ini digunakan untuk mencuci mata atau anggota badan lainnya apabila karyawan terkena cairan/bahan kimia berbahaya sebagai pertolongan pertama. Pemeriksaan sarana ini dilakukan setiap satu bulan sekali yang meliputi pemeriksaan nozzle, valve, tabir dan rantai. b) Petunjuk arah angin (wind direction) Petunjuk arah angin (wind direction) Adalah sarana atau alat penunjuk arah angin yang digunakan untuk mengetahui arah angin jika terjadi keadaan darurat baik kebakaran maupun kebocoran gas yang berbahaya agar dapat menyelamatkan diri dengan berlari berlawanan arah angin. c) Gardu Darurat Gardu darurat adalah tempat yang disediakan untuk berlindung sementara bagi karyawan dan orang lain yang berada di area/lingkungan pabrik pada saat terjadi keadaan darurat berupa bocoran
gas,
untuk
mempermudah
penyelamatan. commit to user
pelaksanaan
evakuasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Gardu darurat ini berisi enam buah botol udara bertekanan, telepon, poster petunjuk yang harus dilakukan, lampu penerangan, regulator/kunci valve botol dan terdapat lubang pembuangan udara. Gardu darurat ini dapat menampung sekitar 12 orang. Pemeriksaan gardu darurat dilakukan setiap empat bulan sekali. d) Sliding Chute Sliding chute merupakan alat peluncur yang digunakan pada saat terjadi keadaan darurat, dan biasanya alat ini dipakai untuk gedung-gedung bertingkat. Sliding chute terdiri dari kain panjang yang dirancang khusus, seutas tali tambang dan katrol. Di PT Pupuk Kujang telah ditempatkan 4 buah sliding chute, tepatnya di Gedung Pusat Administrasi (GPA) yang diperiksa setiap tiga bulan sekali. e) Assembly point Assembly point adalah tempat aman berkumpul sementara di luar area pabrik yang diperuntukkan bagi karyawan yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan keadaan darurat yang dianggap aman dari bencana dan diberi tanda/bendera bertuliskan assembly point. Di area pabrik PT Pupuk Kujang terdapat empat tempat yang dijadikan sebagai assembly point, yaitu di dekat pintu 01 utara, pintu 01 selatan, sebelah barat gedung construction office baru dan helipad. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
f) Tandu Digunakan untuk mengangkat korban yang sudah tidak bisa berjalan sendiri. Misalnya pingsan, patah tulang. g) Kotak Keselamatan Kerja/Lemari Safety Equipment Kotak keselamatan kerja berisi alat-alat yang digunakan untuk membantu melaksanakan pekerjaan. Kotak ini diletakkan di ruang kontrol, kotak tersebut berisi : (1) Alat pelindung mata (2) Alat pelindung pernafasan (3) Alat pelindung muka (4) Sarung tangan (5) Safety belt (6) Fire blanket c. Pelatihan 1) Pelatihan Tim Inti Tanggap Darurat Pelatihan Tim Inti Tanggap Darurat diberikan oleh Bagian KPK. Pelatihan ini diberikan kepada seluruh karyawan sesuai dengan kebutuhan pelatihan yang ada. Jadwal pelatihan diatur oleh Bagian KPK, Biro SDM dan Biro PPSDM. Pelatihan-pelatihan yang diadakan diantaranya: pelatihan fire fighting, self contained breathing apparatus, pelatihan P3K, pelatihan rescue dan pelatihan tanggap darurat selain itu juga ada perlombaan hose drill contest. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
a) Pelatihan fire fighting Pelatihan
fire
fighting
merupakan
pelatihan
pemadam
kebakaran yang wajib diikuti oleh karyawan PT Pupuk Kujang. Adapun tujuan diadakannya pelatihan ini adalah untuk melatih keterampilan dan ketangkasan karyawan dalam mengoperasikan alat pemadam kebakaran serta dapat melakukan tindakan awal untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran. Pelaksanakan pelatihan ini bertempat di fire ground PT Pupuk Kujang. Adapun pelatihan fire fighting yang dilakukan antara lain menggulung dan menggelar selang, memadamkan api dengan cara tradisional yaitu dengan karung basah, pemadaman api dengan peralatan modern yaitu dengan APAR CO2, APAR jenis Dry Chemical (DC), APAR jenis foam (busa), dan pemadaman beregu. Pelatihan fire fighting dilaksanakan 6 angkatan dalam setahun. b) Pelatihan SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) merupakan alat pelindung pernafasan yang berdiri sendiri yang digunakan untuk melindungi pernafasan dengan menggunakan supply udara cadangan. Alat ini terdiri dari full mask, frame (penggendong) dan tabung udara. SCBA digunakan terutama untuk penanganan terhadap kebocoran atau tumpahan bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun. Selain itu juga digunakan bagi para pekerja yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
bekerja di ruang tertutup atau ruang yang penuh asap serta uap bahan kimia. Pelatihan SCBA diselenggarakan enam angkatan dalam setahun dan pelaksanaannya di fire ground PT Pupuk Kujang. Seperti halnya pelatihan fire fighting, pelatihan SCBA diikuti oleh karyawan
dan
karyawati
diselenggarakannya
di
PT
Pupuk
Kujang.
Tujuan
pelatihan
ini
adalah
untuk
melatih
keterampilan karyawan dalam mengoperasikan atau menggunakan breathing apparatus sehingga apabila terjadi keadaan darurat, karyawan dapat cepat dan tanggap dalam membantu atau menolong karyawan lain yang menjadi korban dan terjebak pada lokasi kejadian kecelakaan. Pelatihan ini dilakukan dengan cara beregu, tahapan pelatihan ini yaitu melakukan, satu tim memasuki ruangan gelap untuk menyelamatkan korban, kemudian setelah keluar dari ruang gelap tim memasuki gorong-gorong lalu masuk dan menyelam kedalam kolam, dan yang terakhir kembali melakukan laporan bahwa korban telah diselamatkan kepada instruktur. c) Pelatihan Rescue Pelatihan rescue merupakan pelatihan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk melatih karyawan dalam menyelamatkan diri apabila terjadi keadaan darurat di gedung bertingkat. d) Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ini diselenggarakannya bertujuan agar karyawan dapat terampil dalam melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan apabila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan. Pelatihan ini dilaksanakan minimal dua kali dalam setahun. e) Pelatihan Emergency Response (Tanggap Darurat) Program pelatihan Tanggap Darurat ini diselenggarakan oleh PT Pupuk Kujang sebagai usaha untuk melatih keterampilan karyawan dalam menyelamatkan diri serta dapat menolong karyawan lain bila terjadi keadaan darurat. Latihan penanggulangan keadaan darurat dilaksanakan di salah satu unit perusahaan PT Pupuk Kujang. Latihan ini khusus ditujukan untuk karyawan yang berada di unit tempat kejadian terjadinya keadaan darurat, namun keseluruhan tenaga kerja PT Pupuk Kujang juga dituntut kewaspadaannya. Untuk pelaksanaan emergency response ini karyawan yang terkait tidak diberitahukan waktu
pelaksanaannya,
terkecuali
panitia
yang
menyelenggarakannya. Hal ini dikarenakan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan dapat mengetahui sejauh mana kesiapan tenaga kerja dalam menanggulangi apabila perusahaan benar-benar mengalami keadaan darurat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
f) Hose Drill Contest Hose Drill Contest merupakan sebuah perlombaan untuk melatih respon keadaan darurat yang dilakukan oleh PT Pupuk Kujang setiap satu tahun sekali. Perlombaan ini terakhir dilakukan di area Bagging yang dipandu oleh Bagian KPK dan diikuti oleh perwakilan tiap unit kerja PT Pupuk Kujang, Anak perusahaan patungan PT Pupuk Kujang serta Pemadam Kebakaran Kabupaten sekitar PT Pupuk Kujang Cikampek. Perlombaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan oleh sebuah tim mengatasi keadaan darurat kebakaran selain itu dalam perlombaan ini juga melatih kerjasama yang baik serta dalam sebuah tim untuk menanggulangi keadaan darurat. 2) Simulasi dan Praktek Evakuasi PT Pupuk Kujang telah melaksanakan simulasi kejadian darurat yang dikombinasikan dengan praktek evakuasi saat terjadi keadaan darurat (emergency). Simulasi dan praktek evakuasi ini dilakukan setiap satu tahun sekali sesuai dengan situasi dan kondisi pabrik. Untuk evakuasi menggunakan bus evakuasi, truck dan kendaraan pick up evakuasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Simulasi yang pernah dilakukan antara lain : a) Keadaan darurat di area Synloop Pabrik Amonia Kujang 1B, terjadinya kebakaran yang ditimbulkan dari pecahnya salah satu coil 102-B. b) Keadaan darurat tingkat II di GPA, terjadi kebakaran di Lt. IV yang menyebar ke Lt. III dan V. c) Keadaan darurat di sekitar Ammonia Storage Tank 2101-F, terjadi ledakan di sekitar Ammonia Storage Tank 2101-F yang mengakibatkan dinding tangki robek sehingga ammonia bocor. d) Keadaan darurat tingkat II di area Recovery Pabrik Urea Kujang IB, pada mesin Pompa Bosster Amonia GA 404 A, terjadi kebocoran ammonia dalam jumlah besar dan tidak terkendali. d. Penentuan Area Evakuasi Bila terjadi keadaan darurat, seluruh karyawan akan dievakuasikan ke tempat aman sementara misalnya di assembly point. e. Kesiagaan Tim Tanggap Darurat Tim Tanggap Darurat harus selalu siap siaga dan wajib segera datang ke lokasi kejadian apabila dihubungi saat terjadi keadaan darurat. f. Sistem Pelaporan Prosedur pelaporan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang yaitu bagi karyawan yang pertama kali menemukan adanya kondisi bahaya (baik kecil maupun besar) maka diwajibkan untuk segera melapor ke Bagian KPK. Kemudian Bagian KPK akan memberitahukan ke unit-unit kerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
lainnya dan akan mengirim Tim Pemadam Kebakaran, Tim Evakuasi, Tim P3K dan tenaga bantuan lain, kemudian Pimpinan Keadaan Darurat akan menginstruksikan langsung pada Tim Penanggulangan Keadaan Darurat agar segera menanggulangi keadaan tersebut. g. Sistem Pemberitahuan Masyarakat Sistem pemberitahuaan masyarakat apabila terjadi keadaan darurat dapat
dilakukan
dengan
berbagai
cara
antara
lain
dengan
dikomunikasikan melalui Biro Komunikasi ke masyarakat, diumumkan di masjid-masjid dan door to door ke masyarakat. 8. Instruksi Kerja Pemberitahuan dan Pelaksanaan Evakuasi a. Ruang Lingkup 1) Instruksi Kerja ini memberitahukan karyawan, penghuni perumahan dan masyarakat sekitar tentang pelaksanaan evakuasi. 2) Instruksi
Kerja
ini
hanya
mencakup
pelaksanaan
penyelamatan/evakuasi karyawan dari tempat bencana/kejadian ke tempat transisi. b. Definisi 1) Evakuasi adalah pergi meninggalkan tempat kerja atau tempat tinggal ke tempat lain yang dianggap cukup aman untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya kebakaran, ledakan, kebocoran/menghamburnya bahan bahaya dan pencemaran lingkungan melalui jalan/pintu yang ditentukan untuk tujuan tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
2) Daerah aman ialah daerah yang tersedia tenaga dan peralatan medis serta dari bahaya. 3) Daerah transisi ialah daerah aman dari bencana langsung, tetapi tidak cukup tersedia alat-alat dan tenaga untuk melaksanakan perawatan terhadap korban. 4) Daerah bahaya ialah daerah langsung yang terkena bahaya. c. Ketentuan Umum 1) Pelaksanaan evakuasi harus memperhatikan arah angin dan arah bahaya. 2) Evakuasi harus dilakukan arah menyilang atau berlawanan arah angin/bahaya. d. Tanggung Jawab Kepala Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup e. Operasi Komandan dengan Regu Penanggulangan Bagian KPK begitu mendapat informasi evakuasi dari PKD, maka : 1) Komandan Penanggulangan segera menghubungi petugas yang standby di fire station untuk membunyikan sirine pabrik tanda evakuasi selama 5 (lima) menit dengan nada monoton. 2) Komandan Penanggulangan setelah menginstruksikan pembunyian sirine, juga memberikan lewat pagging mengenai tindakan-tindakan pelaksanaan evakuasi : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
a) Segera mematikan sumber api, misalnya: rokok, api las, gerinda burner, mesin-mesin dan sebagainya. b) Semua kendaraan harus menepi, kecuali kendaraan emergency atau kendaraan untuk tujuan evakuasi. c) Memberitahukan agar yang dievakuasi tidak panik dan agar berjalan menurut jalur jalan/pintu yang telah ditentukan untuk evakuasi. 3) Regu Penanggulangan yang ditugaskan sebagai Tim Penyelamat Karyawan yang bekerja sama dengan Group Bantuan Pengamanan melakukan : a) Bimbing semua karyawan yang dievakuasi secara benar. b) Group Penanggulangan mengevakuasi hanya sampai daerah transisi, selanjutnya serahkan ke petugas yang ada di Posko. c) Setelah mengevakuasi, Group Penanggulangan segera kembali ke tempat kejadian untuk membantu penanggulangan. f. Pengecualian 1) Komandan
Penanggulangan
berhak
memerintahkan
karyawan/
anggota-anggota lain untuk meninggalkan daerah darurat, walaupun belum ada instruksi evakuasi dari PKD. 2) Untuk mengevakuasi warga perumahan dan masyarakat sekitar, selain petugas dari Tim Evakuasi PT Pupuk Kujang juga dibantu oleh aparat pemerintah setempat. 9. Instruksi Kerja Jalur Evakuasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
a. Tujuan 1) Meminimkan akibat yang timbul dari keadaan darurat 2) Menghindari kebingungan dan kesimpangsiuran yang tidak perlu, sehingga operasi penanggulangan dapat dilaksanakan dengan cepat dan lancar. b. Ruang lingkup Instruksi kerja ini mencakup seluruh aktifitas keadaan Darurat yang terjadi di area PT Pupuk Kujang. c. Definisi 1) Evakuasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meninggalkan tempat kerja atau tempat tinggal ke tempat lain yang dianggap cukup aman untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya, melalui jalan atau pintu yang telah ditentukan untuk tujuan tersebut dan memperhatikan arah angin. 2) Bila dengan suatu pertimbangan tidak mungkin bahaya tersebut diatasi dengan sumber daya yang ada dan akan dapat menimbulkan akibat buruk terhadap karyawan, keluarga karyawan, perusahaan maupun lingkungannya, maka Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) di Posko akan menyatakan perlunya Evakuasi 3) Penentuan
evakuasi
didasarkan
atas
akibat
buruk
terhadap
keselamatan manusia yang mungkin terjadi, adapun luasnya tergantung pada jumlah bahan atau situasi yang membahayakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
d. Ketentuan Umum 1) Pemberitahuan Evakuasi a) Untuk karyawan di Pabrik/Kantor, dengan nada monoton selama 5 (lima) menit. b) Untuk keluarga Karyawan di Perumahan Kalihurip dan masyarakat sekitar, selain mendengar suara sirine pabrik juga ditambah sirine kendaraan Patroli dari Biro Pengamanan. 2) PKD atau wakil PKD beserta Stafnya dan dibantu Satuan Pengamanan memimpin pelakasanaan evakuasi, baik di pabrik, perumahan Kalihurip maupun masyarakat sekitar. 3) Setelah mendengar tanda-tanda evakuasi: a) Segera
hentikan
segala
aktifitas
terutama
aktifitas
yang
menggunakan atau mengeluarkan api/bunga api. b) Semua kendaraan harus menepi dan mesin dimatikan, kecuali kendaraan Emergency atau untuk tujuan Evakuasi. c) Berjalan menurut jalan, pintu yang telah ditentukan untuk tujuan evakuasi. d) Setelah mencapai tempat yang telah ditentukan hubungi Posko untuk mendapat bantuan transportasi. e. Tanggung Jawab dan Prosedur 1) Pimpinan Keadaan Darurat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
a) Memimpin
seluruh
kegiatan,
memberi
keputusan
dan
kebijaksanaan. b) Mengawasi pemberi bantuan/keamanan yang ditugaskan kepada Staf teknis penanggulangan. c) Mempertanggungjawabkan
operasi
penanggulangan
kepada
Direksi. d) Meminta bantuan keluar bila diperlukan. f. Pengecualian Selama Pejabat Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) belum tiba di Posko, maka Shift Superitendent/Superitendent Pasga/Kepala Biro Pengamanan bertugas sebagai pejabat PKD. 10. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat a. Tujuan Prosedur ini ditetapkan dan dipelihara untuk meminimalkan akibat yang timbul dari kejadian darurat dengan sasaran sebagai berikut : 1) Mencegah timbulnya korban jiwa manusia. 2) Meminimalkan kerusakan pada aset-aset perusahaan. 3) Memungkinkan agar pabrik dapat beroperasi kembali dalam waktu sesegera mungkin. 4) Maminimalkan dampak yang lebih luas terhadap lingkungan. 5) Menghindari kesimpangsiuran yang tidak perlu, sehingga proses penanggulangan dapat dilakukan dengan cepat dan efektif. b. Ruang Lingkup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Prosedur ini mencakup seluruh sistem penanggulangan keadaan darurat di seluruh area PT Pupuk Kujang pada jam kerja reguler, shift, jam istirahat, maupun pada hari libur. Penanggulangan yang dimaksud mencakup : 1) Penanggulangan kebakaran dan peledakan 2) Penanggulangan akibat kebocoran dan pencemaran bahan kimia 3) Penanggulangan korban (P3K) 4) Penanganan unjuk rasa terhadap kondisi lingkungan 5) Mengkoordinir evakuasi dari ancaman peledakan, bahaya kebakaran, kebocoran bahan berbahaya dan bencana gempa bumi 6) Penanganan unjuk rasa atas kebijakan perusahaan 7) Penanganan huru-hara/kerusuhan. c. Ketentuan Umum 1) PKD (Pimpinan Keadaan Darurat) adalah petugas yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam prosedur ini. 2) Staff Teknis adalah seluruh pejabat tinggi atau rendah sesuai fungsinya dalam organisasi resmi PT Pupuk Kujang. 3) Daerah aman adalah daerah yang tersedia tenaga, peralatan medis dan bebas dari bahaya. 4) Daerah transisi adalah daerah aman dari bencana langsung tapi tidak cukup tersedia alat-alat dan tenaga untuk melaksanakan perawatan terhadap korban. 5) Daerah bahaya adalah daerah langsung yang terkena bahaya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
6) Tempat Aman Mutlak adalah tempat yang mutlak bebas dari pengaruh bencana dan digunakan sebagai tempat berkumpul orang-orang yang dievakuasi. 7) Pos Komando (a) Pos Komando adalah tempat/pusat untuk mengendalikan operasi penanggulangan, dimana pos komando ini harus ditentukan menurut pertimbangan keamanan dan mempunyai sarana-sarana komunikasi serta tempat parkir. (b) Pos Komando adalah tempat terdekat dengan lokasi kejadian dan langsung dapat mengendalikan operasi penanggulangan serta tempat berkumpulnya Pimpinan Keadaan Darurat (PKD), Wakil PKD, Staff Teknis Penanggulangan (STP), Ketua Bidang Operasional dan Ketua Pendukung Operasional. 8) Pos Emergency (a) Pos Emergency adalah tempat terdekat dengan lokasi kejadian yang dianggap aman dan langsung dapat melihat usaha-usaha penanggulangan (b) Pos Emergency adalah tempat berkumpulnya Ketua Regu Penanggulangan dan Rescue, Ketua Regu Pemantau Lingkungan, Ketua Regu Pemeliharaan, Ketua Regu Evakuasi, Ketua Regu Pengamanan, Ketua Regu Medis dan P3K, Pembantu Umum. 9) Evakuasi
adalah
proses
meninggalkan
tempat
kerja/tempat
tinggal/lokasi kejadian ke tempat lain yang dianggap cukup aman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya (seperti: peledakan, bahaya kebakaran, kebocoran/menghamburnya bahan berbahaya, pencemaran lingkungan, bencana gempa bumi dan lain-lain) melalui jalan/pintu yang telah ditentukan untuk tujuan tersebut. 10) Assembly point adalah tempat berkumpul sementara bagi karyawan yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan darurat yang dianggap aman dari bencana dan diberi tanda/bendera bertulis assembly point. 11) Karyawan PT Pupuk Kujang berhak dan wajib melaporkan adanya kejadian atau peristiwa yang menimbulkan keadaan darurat kepada atasannya dan atau pimpinan unit setempat serta ke Bagian KPK. 12) Sistem komunikasi dan pemberitahuan selanjutnya dilakukan oleh pimpinan unit kerja setempat kepada operator telepon, Shift Superintendent, Ka. Biro K3LH, Ka. Bagian KPK dan Ka. Bagian Ekologi, serta selanjutnya operator telepon memberitahukan kepada semua pejabat di Divisi/Biro serta Bagian/Dinas terkait dengan pagging system maupun telepon. 13) Setelah mengetahui adanya keadaan darurat : (a) Semua pejabat, Ka. Kompartemen, Staff Umum dan Pejabat setingkat yang terlibat langsung dalam penanggulangan, segera menuju ke Pos Komando.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
(b) Ka. Kompartemen, Staff Umum dan Pejabat setingkat yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan, segera menuju ke assembly point. (c) Karyawan yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan, segera mengevakuasi diri ke assembly point. 14) Tanda keadaan darurat, evakuasi dan keadaan aman diinformasikan dengan bunyi sirine pabrik : (a) Keadaan Darurat Tingkat I
:
bunyi sirine naik turun dengan periode 2x15 detik, selang waktu 1 menit sebanyak 3x.
(b) Keadaan Darurat Tingkat II :
bunyi sirine naik turun dengan periode 6x15 detik, selang waktu 1 menit sebanyak 3x.
(c) Keadaan Darurat Tingkat III :
bunyi sirine naik turun dengan periode tiap 15 detik selama 15 menit.
(d) Evakuasi
:
bunyi
sirine
dengan
nada
monoton selama 5 menit. (e) Keadaan Aman
:
bunyi
sirine
dengan
nada
monoton selama 1 menit. 15) Penentuan/pengambilan keputusan keadaan darurat dilakukan oleh pimpinan keadaan darurat (PKD) dan jika pejabat PKD tidak ada atau belum datang ke lokasi, pada saat kejadian sudah mencapai tahap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
keadaan darurat tingkat I, maka keputusan keadaan darurat dapat ditetapkan minimal oleh dua pejabat berikut: Staff PKD, Shift Superintendent, Komandan Regu Pengendalian, Komandan Regu Penanggulangan dan Rescue, Komandan Regu Pemantau Lingkungan, Komandan Regu Pemantau, Komandan Regu Pemeliharaan, Ketua Bidang Operasional dan Ketua Bidang Inspeksi. 16) Shut Down Pabrik (a) Dalam keadaan darurat dan adanya keterkaitan pabrik PKC dengan Pabrik Perusahaan Patungan di sekitarnya, bila diperlukan maka diadakan shut down pabrik yang telah ada. (b) Ka. Divisi Produksi, masing-masing Ka. Dinas Produksi, Shift Superintendent
(Pabrik
PKC
maupun
Pabrik
Perusahaan
Patungan) bertugas di dalam pengamanan peralatan pabrik masing-masing sesuai prosedur yang telah ada. (c) Tindakan pengamanan diatas didasarkan pada situasi dan kondisi serta tingkat keadaan darurat yang terjadi. (d) PKD atau Direksi akan menginstruksikan hal tersebut pada pejabat
yang
berwenang
dalam
kaitannya
untuk
tindak
pengamanan pabrik-pabrik tersebut. (e) Setelah keadaan darurat selesai dan menurut pertimbangan teknis dan lainnya memungkinkan atau setelah ada tindakan-tindakan perbaikan, maka pabrik akan dilakukan start up kembali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
d. Tanggung Jawab dan Prosedur 1) Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) (a) Segera menuju ke Pos Komando. (b) Memimpin
seluruh
kegiatan,
memberi
keputusan
dan
kebijaksanaan. (c) Mengawasi pemberian bantuan/keamanan yang ditugaskan kepada Staff Teknis Penanggulangan. (d) Mempertanggungjawabkan
operasi
penanggulangan
kepada
Direksi. (e) Meminta bantuan bila diperlukan, melalui Regu Komunikasi. 2) Staff Teknis Penanggulangan Membantu PKD dalam Bidang Operasional dalam hal melakukan pengendalian dan pengamanan operasional. 3) Bidang Operasional (a) Regu Pengendalian Operasional (Bagian-bagian di Lingkungan Divisi Produksi). (1) Komandan Regu menuju ke Pos Komando. (2) Mengambil langkah untuk pengendalian operasi pabrik yang tidak terkena musibah dan menempatkan ke suatu keadaan yang aman. (3) Menginstruksikan operator untuk melakukan penyelamatan manusia maupun dokumen-dokumen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
(4) Memberikan
tenaga
bantuan
penanggulangan
bila
diminta/diperlukan menurut permintaan PKD. (b) Regu Penanggulangan dan Rescue (1) Komandan Regu Penanggulangan dan rescue i.
Menerima laporan adanya suatu kejadian/peristiwa yang menimbulkan keadaan darurat.
ii. Memimpin operasi penanggulangan keadaan bencana penyelamatan dan penyingkiran lokal (dalam pabrik) karyawan dari daerah bahaya ke daerah transisi. iii.
Menentukan Pos Komando penanggulangan keadaan darurat dan Pos Emergency.
iv.
Memberikan laporan lapangan ke PKD.
(2) Regu Inti Melakukan penanggulangan bencana dan penyelamatan seperti
penanggulangan
kebakaran,
penanggulangan
kebocoran bahan kimia, penanggulangan tumpahan bahan kimia, pertolongan korban (P3K), mengevakuasi korban. (3) Regu Bantuan (Personil Divisi Pemeliharaan, Laboratorium dan Bagging yang ada di lapangan). Bersama-sama Regu Inti melakukan penanggulangan bencana melakukan penaggulangan bahaya, melakukan penyelamatan/rescue, membantu Biro Kesehatan melakukan P3K di Daerah Transisi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
(c) Regu Pemantau Lingkungan (1) Melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan terjadinya penyebarluasan pencemaran. (2) Melakukan upaya untuk mencegah meluasnya pencemaran. (3) Mengkoordinir sumber daya dan fasilitas yang ada untuk menghadapi penyebarluasan pencemaran. (4) Mempersiapkan laporan ke Depnaker/K3LH bila diperlukan. (d) Regu pemeliharaan (1) Menjaga agar sarana komunikasi untuk keperluan hubungan intern dan ekstern tetap berfungsi dengan baik. (2) Menyiapkan atau merencanakan sistem komunikasi lain bila yang ada tidak berfungsi. (3) Mengamankan
jaringan-jaringan
yang
dianggap
dapat
memperluas sumber bahaya. (4) Menyiapkan sumber-sumber tenaga listrik bila diperlukan dalam rangka penanggulangan bahaya. (5) Menyiapkan
personil
perbengkelan
terutama
yang
berhubungan dengan pengelasan, melakukan perbaikanperbaikan instalasi maupun mesin-mesin yang rusak. (e) Pembantu Umum (1) Bidang Operasional Membantu pengamanan operasional pabrik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
(2) Bidang Inspeksi Membantu Regu Pemeliharaan dalam pengamanan peralatan pabrik. (3) Bidang Konstruksi Menyiapkan personil alat-alat berat untuk menanggulangi bahaya atau memindahkan alat-alat/barang-barang atau bahan-bahan yang perlu diselamatkan. 4) Pendukung Operasional a) Regu Evakuasi (1) Pengurusan masalah ketenagakerjaan (2) Dengan
dibantu
Biro
Pengamanan
dan
anggota
K3
Representatif melakukan penyelamatan dan evakuasi personil. b) Regu Pengamanan Lalu-lintas dan Operasional (1) Komandan regu Pengamanan Lalu-lintas dan Operasional (a) Memimpin pengamanan di lingkungan Perusahaan (b) Membantu dan memberitahukan kepada pejabat-pejabat dan masyarakat sekitarnya yang mungkin akan terkena bencana dan diperlukan tindakan evakuasi. (c) Mengendalikan
Personil
untuk
penyelamatan
dan
penyingkiran/evakuasi (d) Mengendalikan situasi bila terjadi peristiwa unjuk rasa huru-hara atau kerusuhan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
(e) Melakukan koordinasi dengan pihak berwajib untuk pengamanan selanjutnya. (2) Pengamanan Lalu-lintas (a) Mengawasi dan membatasi kendaraan yang keluar masuk daerah berbahaya. (b) Mengendalikan dan membatasi massa yang melakukan unjuk rasa atau huru-hara bila terjadi kerusuhan. (3) Pengamanan Operasional (a) Melaksanakan instruksi-instruksi atasan (b) Mengawasi lingkungan terhadap orang-orang yang tidak berkepentingan (c) Mengawasi dan mengendalikan massa yang berunjuk rasa atau, melakukan huru-hara/kerusuhan. (d) Berhubungan dengan pihak luar/Kepolisian sesuai dengan instruksi pihak Komandan Pengamanan Lalu-lintas dan Operasional. c) Regu medis dan P3K (1) Menyediakan ambulance, peralatan medis, obat-obatan dan tenaga medis untuk merawat korban-korban yang terjadi baik di area bahaya maupun di daerah transisi. (2) Menghubungi Rumah Sakit bila diperlukan fasilitas bantuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
d) Regu Komunikasi (1) Melayani pihak luar atau instansi lain dalam hal pemberian informasi. (2) Membantu
pelaksanaan
evakuasi
warga
perumahan,
karyawan dan masyarakat sekitarnya. (3) Memberikan penjelasan dan negosiasi kepada perwakilan pengunjuk rasa, bila terjadi unjuk rasa. (4) Membuat catatan kronologis terjadinya peristiwa unjuk rasa, huru-hara atau kerusuhan. e) Regu Keuangan Menyiapkan dana dan pengadaan sarana yang diperlukan. f) Regu sarana dan logistik Menyediakan perbekalan, transportasi dan sarana evakuasi lainnya yang diperlukan. e. Pengecualian 1) Selama pejabat Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) belum tiba di tempat
(Posko),
maka
Shift
Superintendent/Superintendent
Pasga/Manager Pengamanan bertugas sebagai pejabat PKD. 2) Penentuan Posko tidak mutlak, setiap saat bisa berubah. 11. Prosedur Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat a. Tujuan Prosedur ini ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sebagai panduan untuk pemulihan kembali sesegera mungkin peralatan utama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
pabrik dan unit operasi lainnya yang mengalami kerusakan serta sumber daya manusia/karyawan yang cidera atau trauma akibat dampak kejadian keadaan darurat yang terkait dengan K3 maupun lingkungan setelah penanggulangan keadaan darurat. b. Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku pada lingkup pemulihan di area pabrik dan non pabrik setelah penanggulangan keadaan darurat dilakukan secara terintegrasi pada sistem ISO 9001:2000, SMK-3 dan ISO 14001:2004 untuk seluruh unit kerja dan karyawan PT Pupuk Kujang. c. Ketentuan Umum 1) Upaya pemulihan terhadap dampak kejadian keadaan darurat, baik skala besar maupun kecil, harus segera dilakukan dengan mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki PT Pupuk Kujang. 2) Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan menambah kerugian, maka proses pemulihan harus dilakukan setelah kondisi tempat kejadian dinyatakan aman dan hasil penyelidikan terhadap insiden telah diketahui. d. Tanggung Jawab dan Prosedur 1) Penanggung jawab terhadap pemulihan yang diakibatkan oleh kejadian keadaan darurat kecil adalah Manager/Pimpinan unit kerja tempat
kejadian,
sedangkan
commit to user
untuk
skala
besar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
penanggungjawabnya adalah pejabat PT Pupuk Kujang sesuai dengan Struktur Organisasi Keadaan Darurat. 2) Pemulihan terhadap dampak kejadian darurat meliputi : a) Investigasi dan evaluasi terhadap : (1) Kerusakan sarana fisik (peralatan pabrik, bangunan dan lain-lain)
penanganannya
dilakukan
oleh
Divisi
Pemeliharaan, Divisi Produksi, Divisi Konstruksi, Biro Pengawasan Proses dan Unit Kerja terkait lainnya. (2) Karyawan yang terkena dampak kejadian keadaan darurat, penanganannya dilakukan oleh Biro Kesehatan. (3) Kerusakan
lingkungan
sekitar
tempat
kejadian,
penanganannya dilakukan oleh Biro K3LH/Bagian Ekologi serta Unit Kerja lainnya. b) Perencanaan perbaikan dan rekonstruksi sarana fisik yang rusak, penanganannya dilakukan oleh tim yang ditunjuk berdasarkan SK Direksi dan disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkup pekerjaan. c) Rehabilitasi karyawan yang terkena dampak kejadian keadaan darurat meliputi : (1) Pengobatan secara medis dilakukan di bawah pengawasan Dokter Rumah Sakit rujukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
(2) Pengobatan secara psikologi/counceling akan dilakukan di bawah pengawasan Biro Sumber Daya Manusia dan Biro Kesehatan. (3) Istirahat
sementara karyawan (karena trauma) akan
dilakukan di bawah pengawasan Biro Sumber Daya Manusia dan Biro Kesehatan. 3) Pimpinan penanggulangan keadaan darurat harus membuat laporan kepada Manajemen/Direksi tentang usaha pemulihan yang telah dilakukan.
B. Pembahasan 1. Organisasi dan Tanggung Jawab Pihak Manajemen PT Pupuk Kujang menyadari bahwa industri yang menggunakan bahan baku gas alam, air,
udara, dan bahan pendukung
lainnya serta proses produksi yang berhubungan dengan bahan kimia berpotensi sangat besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran, kebocoran gas atau bahan kimia, dan bahkan peledakan dahsyat yang dapat mengancam kesehatan, keamanan, kenyamanan dan keselamatan jiwa tenaga kerja serta lingkungan sekitar perusahaan. Maka dari itu dibentuklah suatu organisasi keadaan darurat dan evakuasi yang disusun seefektif dan seefisien mungkin sebagai salah satu upaya/tindakan pengendalian bahaya. Anggota organisasi ini berasal dari seluruh komponen perusahaan, dan setiap anggota mempunyai tanggung jawab berbeda-beda commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
sesuai dengan jabatannya masing-masing seperti yang tercantum dalam Struktur Organisasi Keadaan Darurat di PT Pupuk Kujang. Pembentukan organisasi keadaan darurat tersebut sejalan dengan pernyataan dalam Sertifikasi ISO 14001 yang menyatakan bahwa “salah satu komponen utama yang harus dipersiapkan sebelum terjadi keadaan darurat adalah Tim Respon Gawat Darurat (ERT)”. Selain itu dalam ISO 14001 juga menyatakan bahwa : “Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi terjadinya kecelakaan dan situasi darurat yang potensial dan menanggapinya, serta mencegah dan mengurangi dampak lingkungan yang mungkin berkaitan dengannya”. Sedangkan berdasarkan OHSAS 18001 elemen 4.8.10 tentang tanggap darurat menyatakan bahwa : “Penanganan keadaan darurat dilakukan secara terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam organisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing”. 2. Prosedur Keadaan Darurat Implementasi penanganan keadaan darurat diseluruh area PT Pupuk Kujang telah dibuat Prosedur Keadaan Darurat yang terdiri dari 3 prosedur yaitu: Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat, Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat, dan Prosedur Pemulihan Pasca Kejadian Keadaan Darurat serta didukung dengan instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan keadaan darurat. Tanggung jawab setiap personil berbeda-beda, begitu pula ketentuan-ketentuan umum di dalamnya. Penanganan keadaan darurat dilakukan secara terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
organisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pengujian prosedur dilakukan secara berkala oleh Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH). Penyusunan prosedur keadaan darurat di PT Pupuk Kujang telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu 3. Penerapan Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan harus menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan system yang diterapkan 3.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko. Sumber bahaya teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selanjutnya dilakukan pengendalian untuk menurunkan resiko. 3.3.8 Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana yang berisi “Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian yang sebenarnya”. 3.3.9 Prosedur Menghadapi Insiden Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan harus memilki prosedur yang meliputi : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik. b. Proses perawatan lanjutan. 3.3.10 Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma. Dan untuk pengujian prosedur keadaan darurat juga telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran II poin 6. 7. 2 yang menyatakan bahwa “Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau secara rutin oleh petugas yang berkompeten”. Terkait dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 Lampiran II poin 6.7.5 mengenai “Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperlihatkan secara jelas/menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja perusahaan”. PT Pupuk Kujang telah melaksanakan hal tersebut dengan baik yaitu dengan adanya Prosedur Integrasi dan Instruksi Kerja. Sedangkan untuk poin 6. 7. 6 mengenai “Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala”. PT Pupuk Kujang telah melaksanakan hal tersebut dengan baik (mulai dari pengadaan alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat, pengujian, sampai pemeriksaan secara berkala). Pemeriksaan alat dan sistem tanda bahaya secara visual dilakukan setiap satu bulan sekali, sedangkan untuk pengujian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
alat secara menyeluruh dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali oleh bagian Maintenance KPK. 4. Identifikasi dan Pengendalian Risiko Bahaya Langkah-langkah pengendalian yang harus dilakukan antara lain : a. Pengendalian risiko terhadap unit-unit yang berpotensi terjadi kebakaran. Dilakukan
pemasangan
sarana
pemadam
kebakaran
serta
dilakukannya pemeriksaan rutin terhadap sarana pemadam kebakaran tersebut. b. Pengendalian risiko terhadap unit-unit yang berpotensi mudah terjadi peledakan : Dengan pemeriksaan/pengecekan terhadap unit-unit yang berpotensi terjadi peledakan secara rutin oleh petugas lapangan. c. Pengendalian risiko terhadap kebocoran gas/tumpahan bahan kimia berbahaya yaitu : Dengan dilakukannya pemeriksaan gas secara rutin dua kali sehari shift sore dan shift malam, serta pemeriksaan gas khusus (extra check gas) bila dirasa perlu. Identifikasi sumber bahaya serta pengendalian resiko bahaya selain untuk menghindari kecelakaan di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan juga untuk memenuhi ketentuan yang sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 BAB III tentang SyaratSyarat Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) huruf : (a) mencegah dan mengurangi kecelakaan; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
(b) mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; (c) mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; (h) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan. (m) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. Selain itu juga pada BAB V Pasal 9 ayat (1) dan ayat (3) yaitu: (1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang: a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja; b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja; c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; d. Cara-cara
dan
sikap
yang
aman
dalam
melaksanakan
pekerjaannya. (3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran
serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
5. Persiapan Awal Menghadapi Keadaan Darurat a. Sarana dan Fasilitas Penunjang Keadaan Darurat 1) Sarana Komunikasi PT Pupuk Kujang menerapkan komunikasi satu arah dan dua arah. Komunikasi satu arah seperti pagging system, sedangkan komunikasi dua arah seperti telepon dan handy talky. Hal tersebut telah sesuai dengan Permenaker No. Per- 05/MEN/1996 Lampiran I poin 3. 2. 1 mengenai komunikasi, yang menyatakan bahwa “Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam penerapan SMK3”. 2) Alarm dan Sistem Tanda Kebakaran Alarm dan sistem tanda kebakaran yang ada di PT Pupuk Kujang meliputi alarm system, sirine dan bel. Pemeriksaan alat dan sistem tanda bahaya ini dilakukan setiap satu bulan sekali secara visual, sedangkan untuk pengujian alat secara menyeluruh dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal tersebut telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 7. 6 mengenai “Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala”. 3) Fasilitas Pemadam Kebakaran Fasilitas pemadam kebakaran yang ada di PT Pupuk Kujang meliputi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
a) APAR APAR di PT Pupuk Kujang telah ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat, dicapai, diambil serta dilengkapi dengan tanda segitiga APAR dan penomoran pada box dan tabung pada setiap APAR. Sebagian tabung APAR di PT Pupuk Kujang merah. Pemasangan APAR di PT Pupuk Kujang yaitu tinggi dari lantai kurang lebih 120 cm dan jarak pemasangan antara APAR yang satu dengan yang lain tidak kurang dari 15 meter. Hal ini sudah sesuai dengan Permenakertrans No.Per-04/MEN/1980 tentang Syaratsyarat Pemasangan APAR BAB II yang menyatakan bahwa : (1)
Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
(2)
Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) harus sesuai dengan lampiran I.
(3)
Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
(4)
Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran seperti tersebut dalam lampiran 2. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
(5) Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja. (6)
Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
b) Fire Hydrant, Hose Box dan Fire Hose Hydrant dan perlengkapannya disediakan di setiap unit tempat kerja. Pemeriksaan terhadap sarana fire hydrant, hose box dan fire hose dilakukan setiap empat bulan sekali. Pemeriksaan fire hydrant meliputi pemeriksaan cat, monitor, poster, valve, dan caps serta lamanya flushing. Sedangkan untuk pemeriksaan hose box dan fire hose meliputi fire hose, nozzle, y-piece dan kunci-kunci selang. Jumlah hydrant yang ada di PT Pupuk Kujang sebanyak 109 buah. Persediaan air untuk hydrant berasal dari utility melalui 3 pompa yaitu jockey pump, man pump dan diesel pump. c) Sprinkler System PT
Pupuk
Kujang
sarana
pemadam
sistem
sprinkler
ditempatkan khusus di sekeliling ammonia storage tank (tangki penyimpanan amonia) dan digunakan apabila terjadi kebocoran amonia. Sistem kerjanya adalah dengan membuka valve pengaman, air akan menyelimuti seluruh bagian tangki amonia. Pemeriksaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
terhadap sprinkler system dilakukan setiap empat bulan sekali oleh Bagian Maintenance KPK.
d) Kendaraan Pemadam Selain menyediakan fasilitas-fasilitas pemadam kebakaran, Bagian KPK juga bertugas sebagai unit penanggulangan kebakaran di
PT
Pupuk
Kujang
dan
telah
mendapatkan
pelatihan
penanggulangan kebakaran. Pengadaan unit penanggulangan kebakaran ini telah sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja (BAB II Pasal 5) yang menyatakan bahwa “Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud terdiri dari petugas peran kebakaran, regu penanggulangan kebakaran, koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis”. Penyediaan fasilitas dan pembentukan unit penanggulangan kebakaran tersebut untuk memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja BAB I Pasal 2 ayat 2 huruf (b) dan (d) yang menyebutkan bahwa “Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja meliputi penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
evakuasi, serta pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja”.
4) Sarana Keadaan Darurat Penyediaan sarana dan prasarana keadaan darurat di PT Pupuk Kujang telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 9 ayat 3 yang menyatakan bahwa “Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan”. 5) Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) Alat Pelindung Diri yang tersedia di PT Pupuk Kujang sudah cukup memadai. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan, untuk semua orang yang memasuki area pabrik PT Pupuk Kujang diwajibkan memakai APD. Hal ini mengacu pada Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Pasal 12 dan 13) yang menyatakan bahwa “Setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan”. Selain itu penggunaan APD sebagai upaya untuk perlindungan dalam bekerja juga diatur dalam Lampiran II Permenaker No.05/MEN/1996 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
poin 6.1.7 yang menyatakan bahwa “Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai”. Dan poin 6.1.8 “Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan laik pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku”. Sedangkan untuk penyediaan APD di PT Pupuk Kujang merupakan tanggung jawab dari Bagian KPK. Hal ini telah sesuai dengan Undangundang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dalam pasal 14 (c), yang menyatakan bahwa “Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengurus atau ahli keselamatan kerja”. Dan berdasarkan Pasal 9 ayat (1) poin (b) dan (c) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang: (b) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja. (c) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. 6) Kotak Obat P3K commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Kotak obat P3K disediakan di setiap unit-unit kerja sesuai kebutuhan. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran I poin 3. 3. 9 mengenai prosedur menghadapi insiden, yang menyatakan bahwa “Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik”. Selain itu juga sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran II poin 6. 8. 1 yang menyatakan bahwa “Perusahaan telah mengevaluasi alat P3K dan menjamin bahwa sistem P3K yang ada memenuhi standar dan pedoman teknis yang berlaku”. 7) Peta Evakuasi Peta evakuasi PT Pupuk Kujang dibuat oleh Bagian KPK, yang kemudian di distribusikan ke seluruh unit kerja dan disosialisasikan kepada seluruh karyawan tentang gambaran jika terjadi keadaan darurat. Peta evakuasi yang berfungsi untuk menunjukkan arah atau rute yang harus dilalui bila terjadi keadaan darurat. Peta evakuasi diantaranya berisi lokasi potensi bahaya keadaan darurat yaitu potensi bahaya tinggi, potensi bahaya sedang dan potensi bahaya rendah, assembly point, rute/ jalur evakuasi keadaan darurat. 8) Pintu dan tangga darurat Di PT Pupuk Kujang disediakan pintu dan tangga darurat hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran II poin 6. 4. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
4 yang menyatakan bahwa “Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis”.
b. Mempersiapkan Tim Penanggulangan Keadaan Darurat Tim penanggulangan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang sudah memadai, yakni terdiri dari : 1) PKD/Pimpinan Keadaan Darurat (selaku penanggung jawab kondisi keadaan darurat). 2) Wakil PKD 3) Staff Teknis Penanggulangan 4) Komandan Penanggulangan 5) Regu Inti Penanggulangan 6) Komandan Pengamanan 7) Regu Pengamanan c. Pembentukan Tim Penanggulangan Keadaan Darurat Adapun
tim
yang
secara
khusus
menangani
masalah
saat
penanggulangan keadaan darurat diantaranya : 1) Tim Pemadam Kebakaran Tim pemadam kebakaran bertanggung jawab melakukan pemadaman api pada saat terjadi kebakaran. Tim pemadam kebakaran merupakan salah satu tim inti Keadaan Darurat di PT Pupuk Kujang dimana personil intinya dari Bagian KPK. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
2) Tim Teknis yang terdiri dari : a) Tim Mekanik Tim mekanik bertanggung jawab melakukan perbaikan terhadap mesin-mesin pabrik yang mengalami kerusakan pada saat terjadi keadaan darurat. b) Tim Perbengkelan Tim Perbengkelan bertanggung jawab melakukan perbaikan alatalat konstruksi serta alat-alat operasional pabrik yang mengalami kerusakan. c) Tim Produksi Tim Produksi bertanggung jawab memonitoring proses produksi yang sedang berjalan. d) Tim Inspeksi Tim Inspeksi bertanggung jawab melakukan penilaian terhadap akibat dari keadaan darurat yang terjadi. e) Tim Evakuasi Tim evakuasi bertanggung jawab melakukan penyelamatan karyawan saat keadaan darurat, serta penyelamatan atas dokumendokumen penting perusahaan dan barang-barang yang mudah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
diangkut/diselamatkan setelah mendapat informasi/ perintah dari PKD. Group penanggulangan mengevakuasi hanya sampai ke Daerah Transisi, selanjutnya akan diserahkan ke petugas yang ada di Posko. f) Tim P3K Tim P3K dibentuk oleh pelayanan kesehatan yaitu tim medis dan rescue dari Bagian KPK dan tim bantuan dari K3 representatif. Tim P3K bertanggung jawab untuk melakukan pertolongan pertama karyawan yang mengalami cidera. Pertolongan pertama dapat dilakukan
di
Daerah
Transisi,
akan
tetapi
apabila
tidak
memungkinkan korban dibawa ke Klinik untuk menerima perawatan yang lebih lanjut. g) Tim Keuangan Tim keuangan harus mempersiapkan dana yang dibutuhkan dalam proses penanggulangan keadaan darurat serta memperhitungkan biaya untuk pemulihan keadaan darurat. d. Pelatihan dan Simulasi Keadaan Darurat serta Praktek Evakuasi Seperti dalam pernyataan Lampiran I Permenaker No. 05/MEN/1996 poin 3.1.5 bahwa penerapan dan pengembangan Sistem Manajemen K3 yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Pelatihan yang dilaksanakan di PT Pupuk Kujang bagi seluruh karyawan sudah cukup baik dan efektif.
Tujuan dari diadakannya rangkaian pelatihan ini adalah : 1) Untuk memastikan perlindungan yang maksimal bagi tenaga kerja, masyarakat, asset perusahaan dan lingkungan. 2) Untuk mengukur kesiapan personil, kerjasama dan koordinasi antar unit kerja yang terkait dalam penanggulangan keadaan darurat. 3) Untuk mengurangi situasi yang dapat mengakibatkan kerugian yang lebih besar. 4) Untuk mengukur kesiapan peralatan komunikasi (radio komunikasi/ handy talky, pesawat telepon, pagging system). 5) Untuk mengukur kesiapan dan keandalan dari seluruh sarana penanggulangan keadaan darurat yang ada, serta kesiapan Tim Penanggulangan Keadaan Darurat (diantaranya Regu Penanggulangan dan Rescue, Regu medis dan P3K) dalam menangani keadaan darurat. 6) Untuk mengukur kesiapan dalam penanggulangan keadaan darurat telah disediakan adanya sarana dan prasarana diantaranya alarm tanda kebakaran (alarm system), sirine dan bel apakah berfungsi dengan baik pada saat keadaan darurat berlangsung. Selain itu juga menguji fasilitas penunjang keadaan darurat yaitu penyediaan APD saat terjadi keadaan darurat dan fasilitas pemadam kebakaran untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
menghadapi keadaan darurat diantaranya APAR,
fire hydrant,
sprinkler system dan kendaraan pemadam. 7) Untuk meyakinkan bahwa seluruh personil yang ada di dalam pabrik, di kawasan Pupuk Kujang dan masyarakat di sekitar Pupuk Kujang tidak menjadi panik dan tahu cara untuk menyelamatkan diri/evakuasi pada saat terjadi keadaan darurat. 8) Memberikan jaminan kepada warga masyarakat sekitar, bahwa pabrik dapat dikendalikan dengan aman dalam kondisi apapun. Pelatihan dan simulasi keadaan darurat serta praktek evakuasi minimal dilakukan setiap satu tahun sekali, sesuai dengan situasi dan kondisi pabrik. Pengadaan pelatihan ini sesuai dengan Permenaker No. Per05/MEN/1996 Lampiran II poin 6.7.3 yang menyatakan bahwa “Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko”. Dan poin 6.7.4 yang menyatakan bahwa “Petugas penanganan keadaan darurat diberikan pelatihan khusus”. e. Sistem Pelaporan PT Pupuk Kujang terdapat instruksi khusus mengenai tata cara pelaporan keadaan darurat. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per05/MEN/1996 Lampiran II poin 8. 1. 1 tentang pelaporan keadaan darurat, yang menyatakan bahwa “Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya dan personil perlu diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
6. Upaya Penanggulangan Keadaan Darurat a. Pemberitahuan Keadaan Darurat Sistem pemberitahuan di PT Pupuk Kujang telah dibuatkan prosedur yang cukup efektif, sehingga dapat memudahkan dalam pengumpulan Tim Keadaan Darurat ke lokasi kejadian. Dimana pemberitahuan ini dilakukan dengan menggunakan sarana komunikasi yang ada seperti pagging system, handy talky maupun telepon internal maupun handphone. Selain itu untuk pemberitahuan jika terjadi keadaan darurat akan dibunyikan sirine sesuai dengan tingkatan keadaan darurat. Untuk pemberitahuan kepada masyarakat melalui Biro Komunikasi, masjidmasjid ataupun door to door. b. Evakuasi Evakuasi yang dilaksanakan saat keadaan darurat terjadi di PT Pupuk Kujang telah dilaksanakan dengan baik. Selain dibentuk Tim Evakuasi juga dibuat rute/ jalur evakuasi penyelamatan, sehingga proses evakuasi dapat berjalan dengan cepat, lancar, efektif dan efisien. Dengan melalui rute-rute dan garis yang telah dibuat pada peta jalur evakuasi menuju tempat yang lebih aman (assembly point). Dengan dibuatnya jalur/rute evakuasi di PT Pupuk Kujang, maka dikatakan hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 (d) yang menyatakan bahwa “Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
c. Perhitungan Pekerja pada Titik Pertemuan Setelah
pekerja
semua
berkumpul
(dievakuasi)
dilakukan
perhitungan jumlah pekerja untuk memastikan semua pekerja telah di evakuasi. d. Penilaian keadaan darurat PT Pupuk Kujang penilaian terhadap keadaan darurat adalah tugas dari Bagian KPK/Tim Pemadam Kebakaran, dan apabila tempat tersebut berbahaya maka anggota Tim Pemadam Kebakaran memasang suatu tanda yang mudah dikenali seperti zona isolasi. Tujuan pemasangan zona isolasi ini yaitu melarang siapapun memasuki area/lokasi kejadian karena pertimbangan-pertimbangan tertentu dari Pimpinan Keadaan Darurat. e. Memindahkan Pekerja yang Cidera Apabila ada pekerja yang cidera maka mereka harus dipindahkan dari lokasi gawat darurat oleh anggota Tim Gawat Darurat dan Tim P3K untuk kemudian diberikan pertolongan pertama dengan mengangkut korban ke mobil ambulance untuk dibawa ke poliklinik dan ke Rumah Sakit terdekat yang sebelumnya telah dihubungi atau telah bekerjasama dengan perusahaan sesuai dengan tingkat keseriusan korban untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Proses pemindahan korban yang dilakukan oleh Tim P3K dari lokasi kejadian ke poliklinik sudah baik, oleh karena Tim P3K mendapatkan pelatihan P3K secara rutin setiap satu tahun dua kali. Sehingga apabila di lokasi kejadian kondisi korban tidak begitu parah, maka bisa segera commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
melakukan pertolongan pertama tanpa harus dibawa ke poliklinik dan dirujuk ke rumah sakit.
f. Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar dan Badan-badan Terkait Kontak telepon dengan pihak luar antara lain dengan : 1) Pemadam Kebakaran Setempat 2) Pihak Kepolisian 3) Pihak Koramil 4) Pihak Masyarakat Setempat 5) Pihak Rumah Sakit g. Penghentian Sarana atau Kegiatan Tertentu Apabila bahaya yang terjadi mengharuskan untuk menghentikan jalannya kegiatan atau proses produksi tertentu di perusahaan, yang berhak menentukan adalah Kepala Bagian. Yang mana keputusan penghentian ini berdasarkan saran dari pimpinan tim keadaan darurat (PKD) yang telah melakukan identifikasi bencana yang terjadi. h. Mendirikan Penghalang Penghalang menandakan suatu zone isolasi yang melarang siapapun kecuali tim respon gawat darurat (Bagian K3LH) masuk. Pemasangan zone isolasi dengan memasang papan yang berisi tanda peringatan maupun pita pengaman berwarna kuning yang menandakan bahwa selain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
tim respon gawat darurat (Bagian K3LH) dan tim investigasi (Bagian K3LH dan Disnaker dan Pihak Kepolisian) dilarang masuk. i. Menyebarkan informasi kepada pekerja Penyebaran informasi dilakukan oleh Bagian KPK di PT Pupuk Kujang ke setiap unit kerja mengenai keadaan yang telah terjadi. Hal ini cukup efektif karena sumber berasal dari satu orang, sehingga tidak terjadi
kekacauan
informasi.
Penyebaran
informasi
biasanya
menggunakan pagging system. Apabila keadaan darurat bisa berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat, maka diperlukan penyebaran informasi ke pihak aparat kepolisian dan masyarakat sekitar. j. Pelaporan Setiap kejadian darurat yang terjadi harus dilaporkan oleh setiap unit kerja yang terkait ke PKD (yang turun langsung ke lapangan) dan ke Bagian KPK atas instruksi dari PKD kemudian dilaporkan ke Direktur Produksi dan dilaporkan ke Direktur Utama kemudian dilakukan analisa penyebabnya dan dicarikan solusinya agar tidak sampai terjadi lagi. Analisa dilakukan pada saat itu juga, sehingga dapat memperhatikan kondisi saksi-saksi dan lokasi kejadian secara jelas dan masih sesuai dengan fakta yang ada. Dan selanjutnya setelah evakuasi, kemudian dilakukan pembersihan lokasi. Laporan Tindakan Pencegahan/Perbaikan Masalah yang dibuat berguna untuk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. Pembuatan laporan sebaiknya tidak terlalu lama dengan memperhatikan kondisi dan fakta yang sesuai di lapangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
k. Pertemuan Penutup Di dalam pertemuan penutup sebaiknya dihadiri oleh semua pihak yang terkait. Dimana pada pertemuan antara pihak-pihak yang terkait pasca kejadian darurat yang dilakukan untuk membahas langkah-langkah perbaikan dan berusaha untuk membahas tindakan pencegahan terhadap bahaya susulan maupun bahaya yang baru di waktu yang akan datang. Rapat bisa dilaksanakan pada saat keadaan darurat maupun setelah keadaan darurat. l. Dokumentasi Setiap laporan keadaan darurat yang terjadi di PT Pupuk Kujang yang
sudah
direvisi
didokumentasikan
dengan
cukup
baik.
Pendokumentasian dilakukan sebagai referensi atau sarana untuk evaluasi keadaan
darurat
yang
telah
terjadi.
PT
Pupuk
Kujang
mendokumentasikan kegiatan-kegiatannya dalam bentuk file pada kertas, foto-foto, CD, dan komputer. 7. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat Prosedur Rencana Pemulihan di PT Pupuk Kujang telah disusun dengan baik, guna untuk meminimalisasi dampak kerugian dari terjadinya keadaan darurat. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran I poin 3. 3. 10 tentang Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat yang menyatakan bahwa “Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan mengenai keadaan darurat dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Potensi bahaya yang ada di PT Pupuk Kujang kemungkinan besar dapat menyebabkan terjadinya keadaan darurat adalah kebakaran, peledakan, dan kebocoran gas atau bahan kimia berbahaya (B3). 2. PT Pupuk Kujang menggolongkan keadaan darurat menjadi tiga (3) tingkatan yaitu : a. Keadaan Darurat Tingkat I Adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (aset) yang secara normal dapat diatasi oleh karyawan yang ada di lokasi Unit Kerja dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu bantuan yang dikonsinyir. b. Keadaan Darurat Tingkat II Adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3 yang kuat, semburan minyak/gas dan lainlain, yang mengancam jiwa manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat, dan masyarakat sekitarnya. c. Keadaan Darurat Tingkat III Adalah keadaan darurat berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta memerlukan bantuan pemerintah daerah dan koordinasi tingkat Nasional. 3. Penanganan yang dilakukan di PT Pupuk Kujang apabila terjadi keadaan darurat diseluruh area telah dibuat Prosedur Keadaan Darurat, meliputi: a. Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat, b. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat c. Prosedur Pemulihan Pasca Kejadian Keadaan Darurat Serta didukung dengan instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan keadaan darurat, yang mana pembagian tanggung jawab organisasi tim tanggap darurat telah dirinci secara jelas dalam setiap prosedur. Hal ini telah telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 4. Persiapan awal yang dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat di PT Pupuk Kujang meliputi : a. Pembentukan tim tanggap darurat. b. Menyediakan dan mempersiapkan fasilitas dan sarana penunjang dalam keadaan darurat (APD, fasilitas pemadam kebakaran, sarana komunikasi, nomor telepon ekstern untuk keadaan darurat, kotak obat P3K, kendaraan pemadam dan evakuasi, peta evakuasi, pintu dan tangga darurat, detector, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
poster dan tanda peringatan, dan sarana keadaan darurat seperti safety shower dan eye wash fountain, wind direction, gardu darurat, sliding chute, assembly point, tandu). c. Mengadakan pelatihan-pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berkaitan dengan terjadinya keadaan darurat, seperti pelatihan pemadam kebakaran (fire fighting), pelatihan SCBA, pelatihan rescue, pelatihan P3K, pelatihan tanggap darurat, serta perlombaan hose drill contest. Selain itu juga dilakukan simulasi keadaan darurat dan praktek evakuasi. d. Menentukan area evakuasi. e. Merancang sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada masyarakat. 5. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat terjadi keadaan darurat di PT Pupuk Kujang antara lain : a. Memberitahukan keadaan darurat tersebut kepada Bagian KPK dengan menggunakan sarana komunikasi yang tersedia, untuk selanjutnya akan disebarkan ke unit kerja lain. b. Melakukan evakuasi. c. Memindahkan pekerja yang mengalami cidera agar segera dapat ditangani dengan baik dan mendapat pertolongan pertama. d. Melakukan penilaian terhadap keadaan darurat (apakah keadaan darurat tingkat I, II atau III). e. Melakukan penghentian sarana atau jalannya proses produksi apabila dirasa bahwa keadaan tersebut berbahaya. f. Memasang penghalang/zona isolasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
g. Unit kerja terkait melaporkan kejadian keadaan darurat kepada Pimpinan Keadaan Darurat dan Bagian KPK untuk dilaksanakan penyelidikan/ investigasi agar diketahui faktor-faktor penyebabnya. h. Melakukan rapat untuk membahas mengenai masalah yang telah terjadi dan menentukan bagaimana rencana pemulihan atau tindakan perbaikan yang dapat dilakukan. i. Mendokumentasikan kejadian keadaan darurat tersebut untuk selanjutnya digunakan sebagai referensi atau bahan evaluasi. 6. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam rencana pemulihan pasca keadaan darurat antara lain :Melakukan observasi ke tempat kejadian keadaan darurat, melakukan investigasi, mengadakan rapat evaluasi dan penyusunan laporan. 7. Kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi pada pelaksanaan pelatihan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang diantaranya adalah : a. Kurangnya kepedulian/keseriusan dari para personil atau karyawan dalam menanggapi jalannya pelatihan. b. Kendala komunikasi dan koordinasi saat pelaksanaan latihan (hal ini disebabkan oleh karena kurangnya sarana komunikasi yang tersedia atau sarana komunikasi tersebut tidak berfungsi dengan baik.
B. Saran 1. Sebaiknya pemeliharaan semua sarana dan prasarana keadaan darurat harus lebih ditingkatkan dan lebih dijaga agar selalu dalam kondisi siap bila commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
sewaktu-waktu diperlukan pada saat terjadi keadaan/kejadian darurat baik kecil atau besar. 2. Dilihat dari potensi bahaya yang ada di Kujang IA dan IB sama, sebaiknya pabrik Kujang IB segera diadakan gardu darurat. 3. Sebaiknya perusahaan menyediakan jalur pejalan kaki dan penambahan tanda untuk jalur evakuasi di seluruh area kerja supaya memudahkan evakuasi bila terjadi keadaan darurat. 4. Sebaiknya perusahaan mengadakan prosedur bagaimana menghadapi hamburan gas berbahaya untuk mewaspadai adanya kemungkinan sebaran bahan kimia berbahaya bila ada kebocoran..
commit to user