perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh:
BUDI HARTONO NIM. S810908505
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Disusun Oleh : BUDI HARTONO NIM. S810908505
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan
Tanda Tangan
Nama
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd
Pembimbing II
Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd
Mengetahui Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Prof. Dr.H. Mulyoto, M.Pd NIP. 194307121973011001
commit to user ii
Tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen )
Disusun Oleh :
Budi Hartono NIM. S810908505
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Samsi Haryanto, M. Pd ……………..
Sekretaris
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.
Anggota Penguji : I Prof. Dr. H. Mulyoto, M. Pd.
II Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd
Tanggal
.………..
…………….. …………
……………..
………...
……………..
...………
Mengetahui
Ketua Program Studi
Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd
…………….. ..………..
Teknologi Pendidikan NIP. 194307121973011001
Direktur Program
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D …………….
Pascasarjana
NIP. 195708201985031004
commit to user iii
.………...
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Budi Hartono
NIM
: S810908505
Program Studi : Teknologi Pendidikan Program PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret Surakarta Menyatakan
dengan
sesungguhnya
bahwa
tesis
berjudul
Implementasi
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa dan Hasil Belajar IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren, Kabupaten Kebumen) adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda cilasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. Surakarta, Januari 2010 Yang membuat pernyataan
Budi Hartono
commit to user iv
NIM. S81090850
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO 1.
Kehidupan ibarat sebuah barisan, siapa yang berangkat lebih awal akan sampai dahulu dan yang berangkat lebih belakang akan sampai lebih kemudian.
2.
Sesungguhnya disamping kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau sudah selesai (mengerjakan suatu pekerjaan), kerjakan pekerjaan lain. Dan hanya kepada Tuhanmu (saja) kamu berharap (QS. Alam Nasrah : 5-8)
PERSEMBAHAN : Tesis dipersembahkan untuk : 1.
Isteri tercinta, Winarti
2.
Putra-putriku tersayang, Rio dan Nadia
3.
Bapak, ibu, kakakku terkasih
4.
Keponakan-keponakanku
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis bersyukur kehadirat Allah SWT, yang telah menganugrahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam penyusunan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis mengucap terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret beserta seluruh staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan program Pasca Sarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.Ph.D sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan motivasi dan kemudahan yang sangat berharga bagi penulis untuk mengikuti studi pada proses penyusunan tesis sehingga dapat selesai. 3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, sebagai ketua Program Studi Teknologi Pendidikan UNS dan Pembimbing I yang telah banyak memberikan motivasi, wawasan , bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan tesis ini. 4. Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd, sebagai pembimbing II yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan motivasi sehingga penyusunan tesis dapat selesai. 5. Para Dosen dan Guru Besar Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Staf Tata Usaha dan karyawan-karyawati Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan administrasi kepada peneliti selama studi di Program Pasca Sarjana. 7. Suradi,S.Pd, Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Buluspesantren yang telah membantu terselesaikannya tesis ini. 8. Sri Handarti, S.Pd yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 9. Winarti, Rio dan Nadia, istri tercinta dan anak-anak tersayang yang selalu menyejukkan hati dan memberikan motivasi sehingga peneliti memiliki kekuatan untuk menempuh studi pasca sarjana sampai dengan penyusunan laporan tesis. 10. Teman-teman seperjuangan yang selalu bersama-sama dalam suka dan duka selama pendidkan pasca sarjana. 11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti selama menempuh studi sampai dengan terselesaikannya laporan tesis. Semoga Alloh SWT melimpahkan karunia dan membalas dengan imbalan yang setimpal serta dicatat sebagai amal sholeh atas segala perbuatannya. Amin. Tesis ini telah kami susun dengan usaha yang maksimal, namun karena keterbatasan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akhirnya peneliti berharap semoga yang tertuang dalam tesis ini bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan.
Surakarta, Peneliti
commit to user viii
Januari 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………… .
i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………..
ii
PENGESAHAN PEMBIMBING…………………………………….
iii
PERNYATAAN………………………………………………………
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………..
v
KATA PENGANTAR………………………………………………..
vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………
ix
ABSTRAK……………………………………………………………
xiii
ABSTRACT…………………………………………………………..
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………
1
B. Rumusan Masalah…………………………………….
3
C. Tujuan Penelitian……………………………………..
4
D. Manfaat Penelitian……………………………………
5
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori………………………………….………..
6
1. Pembelajaran Kooperatif ….…………..….………..
6
a. Teori-Teori Belajar………...………………..………
6
1) Teori Ausubel……………………………….………
6
2) Teori Piaget………………………………….……...
7
3) Teori Vygotsky…………………………………......
7
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif……….…………...
7
c. Model-Model Pembelajaran Kooperatif…………….
8
2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw……………
8
3. Belajar Mandiri Siswa……………………………...
10
4. Hasil Belajar IPS……………………………………
11
a. Hasil Belajar………………………………………..
11
b. Hakekat IPS……………………………………..…
11
B. Penelitian yang Relevan……………………….……….
12
C. Kerangka Berpikir……………….…………….………
13
1. Implementasi Pembelajarn Koopeoratif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa……………….
13
2. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS…………………
14
D. Hipotesis Tindakan.............................................................. 14 1. Implementasi Pembelajaran Koopeoratif Model Jigsaw dapat Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa ………
14
2..Implementasi Pembelajaran Koopeoratif Model Jigsaw
BAB III
dapat Meningkatkan Hasil Belajar…………...…
15
METODOLOGI PENELITIAN………………….. …..
17
A. Subyek Penelitian…………………………………
17
B. Waktu dan Tempat Penelitian……………………
17
1.Waktu Penelitian………………………………
17
2.Tempat Penelitian………………………………
18
C. Sumber Data Penelitian Penelitian………………
commit to user x
19
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
digilib.uns.ac.id
D. Jenis Instrumen………………………….….……
19
E.
Cara Pengamatan…………………………………
20
F.
Tehnik Pengambilan Data……………… ………..
20
G. Analisis Data dan Refleksi…………… …………
21
H. Indikator Kinerja…………………… ……………
21
I.
Rencana Pelaksanaan Tindakan…… …………….
22
1.Siklus I………………………… ………………
23
2.Siklus II……………………….……………...…
24
3.Siklus III…………………….………………….
25
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…. A. Seting Penelitian……………………………………
26
1. Lokasi Sekolah……………………………………..
26
2. Keadaan Siswa……………………………………..
27
3. Keadaan Guru………………………………………
29
4. Kondisi Awal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran...
29
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan……………………
31
1. Hasil Penelitian ……………………………………..
31
a. Imlementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa……………………………………….
31
b. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS……………………………………..
32
2. Pembahasan………………………………………….
33
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Keterbatasan Penelitian………………………………
34
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………………
36
A. Simpulan……………………………………………...
36
B. Implikasi………………………………………………
37
C. Saran………………………………………………….
38
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
39
BAB V
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Budi Hartono - S810908505. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa dan Hasil Belajar IPS: Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Tesis. Surakarta. Program Studi Teknologi Pendidikan. Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Desember 2009. Tujuan dari peneliti adalah untuk mengetahui bagaimanakah implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Buluspesantren pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) berupa perlakuan (treatment) khusus dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP N 1 Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Data penelitian diperoleh dari peristiwa selama pembelajaran berlangsung, informan dari siswa, guru, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya, pengamatan, dokumen arsip dan foto kegiatan. Melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw yang terdiri dari membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok dan kuis/tes. Untuk memperlancar pembelajaran kooperatif model jigsaw dirancang skenario pembelajaran, media pendukung, alat dan bahan yang diperlukan dan instrumen penelitian tindakan. Setelah pemberian perlakuan (treatment) selama tiga siklus peningkatan yang dicapai antara lain kemandirian belajar siswa, peningkatn yang dicapai adalah siswa yang berminat terhadap IPS sebesar 85,00%, memiliki motivasi 82,50%, dapat mengatasi masalah 52,50%, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 72,50% dan mengetahui makna belajar 35,00%. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat menjadi 76,95% dan ketuntasan belajar klasikal menjadi sebesar 90,00%. Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, Kemandirian Belajar, Hasil Belajar IPS.
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Budi Hartono - S810908505. The Implementation of Cooperative Learning of Jigsaw Models for Improving Student Learning Independence Ability and Learning Result in Social Science. A Classroom Action Research at State Junior Secondary School 1 of Buluspesantren, Kebumen Regency. Thesis. The Graduate Program in Educational Technology, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, Desember 2009. This research is aimed at finding out how the implementation of cooperative learning of jigsaw models for improving student learning independence ability and learning result in Social Science of the student in grade at State Junior Secondary School 1 of Buluspesantren, Kebumen Regency. In semester 1 in the Academic Year of 2009/2010. This Research used descriptive qualitative method of the result of classroom action research, which used special treatment of the cooperative learning of jigsaw models. The subjects of the research were 40 student in grade VII A at State Junior Secondary 1 of Buluspesantren, Kebumen Regency in Semester 1 in the Academic Year of 2009/2010. The Subject consisted of 20 male studens and 20 female studens. Data of the research were obtained from the events during the instruction, the informans consisting of the students, teachers, school principal, and other school communities, the observation, the archival documents, and the photos of the class activities. Through the phases of planning, acting, observing and reflecting, this research was conducted in three cycles with such cooperative learning of jigsaw models phases as reading, discussion expert teams, group reports and quiz/test. In order to carry out the cooperative learning of jigsaw models smoothly, the supporting instructional media, the recuired instructional materials and tools and the instruments for the classroom action research were designed. The result of the classroom action research following the treatment shows that the student learning independence ability improves, the student interested in Social Science, having learning motivation, having problem-solving ability, having high learning-curiosity, and recognizing the meaning of learning were respectively 85,00%, 82,50%, 57,50%, 72,50% and 35,00%. The improvement in the result of learning is indicated by the improvement in the students’ daily quiz score average ( 76,95%), and the classical learning completeness (90,00%). Keywords : Cooperative learning of jigsaw models, learning independence ability, and learning result in Social Science.
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tujuan utama yaitu agar setiap peserta didik menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik memiliki kemampuan berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya. Awal Mutakin (dalam Depdiknas : 2004, Buku 2 : 34) lebih lanjut menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS dapat dirinci sebagai berikut: 1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. 3. Mampu menggunakan simbol-simbol dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
5. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, kemudian mampu mengambil tindakan yang tepat. 6. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun citra diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggungjawab membangun masyarakat. Berdasarkan tujuan diatas, maka pembelajaran IPS harus mampu mempersiapkan, membina dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat. Untuk mencapai tujuan IPS tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang paling sesuai. Hasil wawancara dengan siswa diperoleh jawaban bahwa sebagian besar siswa menganggap IPS merupakan mata pelajaran yang sulit. Kesulitan yang dialami siswa ini disebabkan tidak adanya kesadaran dari diri siswa itu sendiri untuk belajar mandiri, mengingat mata pelajaran IPS materinya sangat banyak dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa harus banyak membaca buku ajar, buku referensi, majalah, surat kabar dan jika perlu siswa menggunakan media lain seperti internet. Hal ini dimaksudkan agar wawasan siswa bertambah luas dan siswa mampu mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pelajaran yang dimiliki oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Berdasarkan pengamatan dokumen nilai IPS di kelas VII A, diperoleh data sebagai berikut: 1) Rata-rata nilai ulangan harian (UH) siswa pada mata pelajaran IPS rendah yaitu hanya mencapai 58,95%. 2) Siswa yang mencapai ketuntasan belajar diatas 68 hanya 19 orang atau 47,50%. Rendahnya hasil belajar IPS pada siswa disebabkan oleh beberapa faktor dari guru itu sendiri seperti : 1) guru kurang menguasai materi pelajaran 2) guru kurang tepat menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi, 3) guru kurang bervariasi dalam menerapkan metode pembelajaran, 4) guru kurang terampil memilih alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan disajikan, 5) guru kurang dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dan 6) guru kurang mendorong siswa untuk belajar mandiri. Beberapa siswa mengaku jika keesokan harinya ada pelajaran IPS, dia kadang-kadang belajar dan kadang-kadang tidak belajar, bahkan tugas di rumah pun banyak dikerjakan disekolah sebelum guru masuk kelas. Sebagian siswa juga merasakan bahwa pelajaran IPS membosankan dan banyak hapalan. Permasalahan rendahnya kemandirian belajar dan hasil belajar IPS pada siswa jika tidak diatasi akan menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran IPS, sehingga nilai ulangan harian IPS rendah, akibatnya hasil belajar IPS secara umum rendah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Hopkins ( 1993 : 44) menjelaskan, “Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined by enquiry a personel attempt at understanding while engaged in process of improvement and reform”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
(Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian degan tindakan substantif, sebagai tindakan yang dilakukan secara inkuiri, merupakan usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan pembahasan). Pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS. Melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa mampu bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka.. Di dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw ini prinsip belajar aktif diterapkan. Konsep belajar aktif sudah dikembangkan oleh Confucius pada tahun 2400 SM, yang dikutip oleh Melvin Silberman (1996 : 1) “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat apa yang saya kerjakan saya paham.” Kata-kata bijak Confusius kemudian dimodifikasi dan diperluas oleh Melvin. L. Siberman (1992 : 2) yang selanjutnya disebut Paham Belajar Aktif adalah sebagai berikut : Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, sedikit ingat. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan orang lain saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan terapkan, saya mendapat pengetahuan dan ketrampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai . Keaktifan siswa dapat dilihat dari kemampuan menerima informasi dan memproses informasi secara efektif. Belajar secara aktif siswa dituntut mencari sesuatu sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Pembelajaran kooperatif model jigsaw diharapkan mampu membuat siswa aktif dan membangun sendiri apa yang harus dikuasainya, siswa juga membangun aspek sosialisasi karena metode ini merupakan kerja kelompok. Dalam proses pembelajaran ini siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, bertanya, menyampaikan gagasan atau ide-idenya. Siswa juga dibiasakan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang disampaikan pada orang lain sehingga dalam berbicara harus
menggunakan
dasar
yang
jelas,
serta
berani
mempertahankan
argumentasinya di depan orang banyak. Belajar mandiri merupakan sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh individu yang tumbuh dari dalam diri berupa tumbuhnya kesadaran akan pentingnya belajar. Dalam belajar mandiri seorang memiliki keyakinan apa yang dipelajari akan bermanfaat bagi kehidupannya. Pembelajaran yang demokratis dan menghargai perubahan sekecil apapun yang akan dicapai akan membuat anak percaya diri. Rasa percaya diri akan memunculkan motivasi untuk selalu ingin tahu, dan berusaha mencari makna dari hal-hal yang dipelajari.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dan agar hasil penelitian ini lebih terfokus
maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi
pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk
meningkatkan belajar mandiri siswa ? 2. Bagaimana imlementasi
pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk
meningkatkan hasil belajar IPS ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas ini adalah : a. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa. b. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw
untuk
meningkatkan hasil belajar IPS 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian tindakan kelas ini adalah : a. Mendiskripsikan koperatif
dan
menjelaskan
implementasi
pembelajaran
model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa
dan hasil belajar IPS. b. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan belajar mandiri siswa melalui
pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa
kelas
VII A
di SMP Negeri 1 Buluspesantren pada semester 1 tahun
pelajaran 2009/2010 c. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan hasil
belajar IPS
melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa kelas VII A di SMP Negeri 1 Buluspesantren semester 1 tahun pelajaran 2009/2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan belajar mandiri siswa b. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPS. c. Digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam upaya melakukan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa, pembelajaran kooperatif model jigsaw sangat bermanfaat karena siswa akan mampu bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Siswa akan membangun sendiri pengetahuannya, siswa akan mampu mengkaitkan konsep-konsep tertentu dengan kehidupan nyata, siswa akan belajar menjadi pemikir-pemikir, sehingga belajar akan lebih bermakna. Apa yang dipelajari akan mudah dimengerti dan lebih lama tersimpan dalam memori siswa, selanjutnya siswa tahu manfaat apa yang diperoleh dari sesuatu yang dipelajari. Hal ini akan mendorong siswa untuk ingin selalu belajar, ingin selalu mengetahui sesuatu, ia akan selalu aktif mencari pengetahuan. Itu berarti siswa telah menyadari untuk apa ia belajar atau dapat dikatakan mampu belajar mandiri, aktif, dan kritis . efek lebih lanjut dari kesadaran belajar mandiri, aktif dan kritis adalah hasil belajar siswa meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
b. Bagi guru, hasil penelitian ini akan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru akan berusaha menerapkan strategi dan pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran di era yang menuntut siswa yang mandiri, aktif dan cerdas. Disamping itu guru dapat merefleksi diri, guna mengetahui apa yang telah dilakukan terhadap siswanya. Dari hasil refleksi tersebut guru dapat melakukan
perbaikan,
kemudian
guru
akan
lebih
aktif
mengikuti
perkembangan dalam pendidikan, kreatif dan inovatif terhadap hal-hal baru yang bermanfaat bagi peningkatan berbagai kemampuan siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor. c. Bagi penentu kebijakan baik sekolah maupun dinas terkait, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan perbaikan pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan hasil penelitian ini yang berwenang dapat memilih dan menentukan pendekatan yang sesuai dengan tuntutan jaman, sehingga pembelajaran akan lebih bermutu, sesuai tuntutan kebutuhan pasar yaitu masyarakat yang akan menilai dan merasakan hasil atau output dari pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori Dalam bab ini akan didiskripsikan konsep-konsep yang berkaitan dengan judul dalam penelitian ini yaitu : implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa dan hasil belajar IPS. Diskripsi tersebut akan digunakan sebagai landasan bagi pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pembelajaran Kooperatif a. Teori Teori Belajar 1) Teori Ausubel Menurut Ausubel
(Isjoni,2009: 35)
bahan pelajaran yang dipelajari
haruslah bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Belajar seharusnya menerapkan apa yang disebut asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu menurut. Relly & Lewis ( dalam Toeti Sukamto, 1996: 25) diperlukan dua persyaratan yaitu : (a) materi yang secara potensial dan bermakna dan dipilih dan diatur oleh dosen dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan serta pengalaman masa lalu mahasiswa, (b) suatu situasi belajar yang bermakna. Faktor motivasional
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
memegang peranan yang sangat penting sebab mahasiswa tidak akan mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Hal ini juga diatur oleh dosen sehingga materi tidak dipelajari secara hafalan. Suparno (dalam Isjoni,2009: 35) mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi apabila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan pelajar dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki pelajar. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor-faktor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Belajar dapat dikelompokkan dalam dua dimensi, menurut Ausubel (dalam Dahar, 1989 : 110) Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada. Pada tingkat pertama, belajar penerimaan (reception learning) menyangkut materi dalam bentuk final, sedangkan belajar penemuan (discovery learning) yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini “belajar bermakna (meaningful learning) “. Tetapi siswa mungkin saja tidak mengkaitkan informasi tersebut pada konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitifnya, siswa hanya terbatas menghafal informasi baru tersebut: dalam hal ini terjadi “belajar hafalan ( rote learning)”. Dengan demikian, cooperative learning akan dapat mengusir rasa jenuh dan bosan. Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang cocok dan lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam pembelajaran. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran IPS terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran pada kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru baik lisan maupun dengan contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri.
2) Teori Piaget Teori belajar kognitif yang terkenal adalah teori Piaget. Menurut Piaget (dalam Suparno P, 1997:34), setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut: (1) sensori motor (0-2 tahun), (2) pra operasional (2-7 tahun), (3) operasional konkret (7-11 tahun), operasional formal (11 tahun ketas). Bila merujuk pada teori Piaget, maka pelajar yang berada pada jenjang SMP (usia berkisar 12-14/15 tahun), termasuk dalam kategori tingkat operasional formal. Pada periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak Dahar (dalam Isjoni,2009:37) Oleh karena itu cooperative learning dapat dilaksanakan pada jenjang SMP. Menurut Piaget (dalam Dahar,1988:181), perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan
organisasi
kemampuan
untuk
mensistematikan
atau
mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem yang teratur dan berhubungan dengan struktur-struktur. Adaptasi merupakan organisasi yang cenderung untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi, seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada dalam pikirannya untuk mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan. Dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi schemata yang ada dalam mengadakan adaptasi maka akan terjadi proses ketidakseimbangan (disequilibrium),
yaitu
ketidaksesuaian
atau
ketidakcocokkan
antara
pemahaman saat ini dengan pengalaman baru, yang mengakibatkan akomodasi. Perkembangan intelektual merupakan proses yang terus menerus tentang keadaan
ketidakseimbangan
dan
keadaan
seimbang
(disequilibrium-
equilibrium).Tetapi bila terjadi kembali keseimbangan maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari pada tingkat sebelumnya (Dahar,1998:182).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Teori Piaget tentang perkembangan intelektual ini menggambarkan tentang konstruktivisme. Pandangan tersebut mengambarkan bahwa perkembangan intelektual adalah suatu proses dimana anak secara aktif membangun pemahamannya dari hasil pengalamannya dan interaksi dengan lingkungannya. Anak secara aktif membangun pengetahuan dengan terus menerus melakukan akomodasi dan asimilasi terhadap informasi-informasi baru yang diterimanya. Implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran (Slavin,1994:5) sebagai berikut: 1)
Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekedar hasilnya.
2)
Menekankan pada pentingnya peran siswa berinisiatif sendiri dan keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran, Dalam pembelajaran di kelas pengetahuan tidak mendapat penekanan melainkan anak didorong menemukan sendiri melalui interaksi lingkungannya,
3)
Memaklumi
adanya
perbedaan
individual
dalam
hal
kemajuan
perkembangan.Guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu atau kelompok-kelompok kecil. Berdasarkan teori Piaget, pembelajaran kooperatif sangat cocok dalam kegiatan
pebelajaran IPS. Karena pembelajaran kooperatif
memfokuskan pada proses berpikir siswa, bukan sekedar pada hasil. Selain itu pada pembelajaran ini mengutamakan peran siswa berinisiatif untuk menemukan jawaban dari soal yang diberikan guru dengan caranya sendiri dan siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
3) Teori Vygotsky Selain Piaget, tokoh teori belajar kognitif lainnya adalah Vygotsky. Vygotsky (dalam Slavin,1994:49) menekankan pada hakekat sosio cultural pembelajaran, yaitu siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya. Lebih lanjut Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antara individu (interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya) sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut. Ide lain yang dapat diambil dari Teori Vygotsky adalah scaffolding
yaitu
pemberian sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap awal pembelajaran dan kemudian peserta didik tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan atau dorongan yang memungkinkan peserta didik tumbuh sendiri. Implikasi Teori Vygotsky dalam pembelajarn sebagai berikut: (1) Dikehendaki tatanan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan Zone of Proximal Development
mereka, yaitu tingkat
perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seorang siswa saat ini. (2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding yang berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal dan kemudian siswa mengambil alih tangung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Teori Vygotsky ini sejalan dengan salah satu karakteristik dari pembelajaran IPS kooperatif yang menekankan perlunya interaksi yang terus menerus antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, juga antar siswa dengan pembimbing (guru) dan siswa dengan perangkat pembelajaran sehingga setiap siswa mendapatkan manfaat positif dari interaksi tersebut. Hal ini terlihat di dalam kelompok (masing-masing kelompok 4-6 siswa) yang dirancang dalam proses pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran IPS kooperatif bantuan yang diberikan guru hanya sebatas pada pertanyaan-pertanyaan awal pemecahan persoalan yang diberikan oleh guru, dengan memberikan petunjuk atau saran sampai siswa mengerti maksud soal. Vygotsky
(dalam Isjoni,2009: 39) mengemukakan pembelajaran
merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan ialah pengertian yang didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruang kelas, atau diproleh dari pelajaran di sekolah. Sedangkan Suparno
(dalam Isjoni,2009 : 39) mengatakan kedua
konsep itu saling berhubungan terus menerus. Apa yang dipelajari siswa di sekolah mempengaruhi perkembangan konsep yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dan sebaliknya. Dalam Teory Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruang kelas sedangkan aktivitas sosialnya dkembangkan dalam bentuk kerjasama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yaitu prestasi akademik, penerimaan dan ketrampilan sosial (Arend, 1997:111). 1) Prestasi Akademik Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial, juga dapat digunakan untuk mengkaitkan prestasi akademik. Pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah maupun berprestasi tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang berprestasi tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah. 2) Penerimaan Pengaruh penting model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, tingkat sosial dan kemampuan. Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk bekerja saling bergantung terhadap tugas-tugas. 3) Pengembangan ketrampilan sosial Tujuan terpenting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Hal ini sangat penting mengingat siswa berasal dari masyarakat yang heterogen. Banyak anak-anak dan orang dewasa yang tidak mempunyai ketrampilan kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan antar individu. Hal ini akan menyebabkan rasa tidak puas apabila diminta bekerjasama dalam situasi yang kooperatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
c.
Model-Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni,2009:50) adalah Suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk memilih model yang tepat maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa maka hal itu semakin baik, (2) semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik, (3) sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan, (4) dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru, (5) tidak ada satu metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi dan proses belajar yang ada. Hasan (dalam Isjoni,2009:50). Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan diantaranya model STAD, model Jigsaw, model Group Investigation, model Rotating Trio Ekchange dan model Group Resume (Isjoni,2009: 51-60)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
1) Student Team Achievement Division (STAD) Model ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu model kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Model STAD dalam proses pembelajarannya melalui lima tahapan yang meliputi : (1) tahap penyajian materi, (2) tahap kegiatan kelompok, (3) tahap tes individual, (4) tahap penghitungan skor individu dan (5) tahap pemberian penghargaan Slavin (dalam Isjoni, 2009:51)
2) Jigsaw Pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam
model
pembelajaran
ini
terdapat
tahap-tahap
dalam
penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembentukkan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotaan kelompok seyogyanya heterogen baik dari segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian masing-masing siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut. Langkah berikutnya setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya. Kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan kepada teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang diberikan oleh guru. Pada tahap selanjutnya siswa diberi kuis/tes untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.
3) Group Investigation (GI) Pada model ini siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan pada
keterkaitan
akan
sebuah
materi
tanpa
melanggar
cirri-ciri
pembelajaran koopratif. Pada model ini siswa memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik tersebut biasanya sudah ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih. Kemudian siswa mulai belajar dengan berbagai sumber belajar baik di dalam atau di luar sekolah, setelah
proses
pelaksanaan
belajar
selesai
mereka
menganalisis,
menyimpulkan dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
4) Rotating Trio Exchange Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang . kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan kanannya, berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0,1 dan 2 Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap berada di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru terseut pertanyaan yang baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah disiapkan.
5) Group Resume Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang siswa. Berikan penekanan mereka adalah kelompok yang bagus, baik bakat atau kemampuannya di kelas. Biarlah kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang di dalamnya terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan akan isi kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang dipegang sekarang, ketrampilan, hobi, bakat dan lain-lain Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Panits (dalam
Suprijono,2009:54) menyebutkan ada beberapa istilah
pembelajaran sosial yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada dia. Guru
bertindak
sebagai
fasilitator,
memberikan
dukungan
tetapi
tidak
mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentukbentuk assessment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw, siswa belajar dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4 sampai 6 orang yang disebut kelompok asal. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut ahli. Keahlian tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada anggota kelompok menurut kemampuan mereka, atau ditunjuk oleh guru sesuai dengan kemampuan mereka. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama (ahli) bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat membantu satu sama lain dengan topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah itu siswa kembali pada kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan materi tersebut kepada anggota kelompok lainnya tentang apa yang dibahas dalam kelompok ahli. Arend R.I menggambarkan hubungan kelompok ahli dan kelompok asal sebagai berikut : Kelompok Ahli a
b
a
b
a
b
a
b
c
d
c
d
c
d
c
d
a
b
a
b
a
b
a
b
c
d
c
d
c
d
c
d
Kelompok Asal Dari bagan diatas a,b,c dan d anggota kelompok asal yang mempunyai tugas berbeda dalam menguasai materi IPS Sosiologi. Setelah menerima tugas masing-masing, maka kelompok ahli yang bertemu dan berdiskusi tentang tugas yang harus dikuasai. Selesai diskusi masing-masing kembali ke kelompok asal dan tiap anggota kelompok asal menerangkan kepada anggota yang lain. Demikian seterusnya sehingga setiap anggota kelompok asal menguasai materi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi kelompok ahli untuk membahas bagian materi yang ditugaskan. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada teman sekelompoknya. Jigsaw didesain tidak hanya untuk rasa tanggung jawab secara mandiri tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan dalam arti positif terhadap teman sekelompoknya. Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw menurut Arend R.I. diatur secara instruksional sebagai berikut: 1) Membaca Siswa mendapat topik-topik, ahli kemudian membaca dan mempelajari kelompok materi tersebut untuk mendapat informasi. 2) Diskusi kelompok ahli Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik tersebut. 3) Laporan kelompok Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya. 4) Kuis/tes 3. Belajar Mandiri Siswa Winkel (1996 : 53) mengemukakan belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan.
Perubahan
tersebut
dapat
berupa
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai hidup. Perubahan yang terjadi bersifat permanen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Belajar mandiri merupakan pembelajaran yang diarahkan, dengan cara memunculkan gaya belajar siswa sendiri. Siswa dimotivasi melalui penyajian topik yang berfokus penyelidikan yang menarik. Difinisi belajar mandiri (George M. Piskurich, 1993 : 1-6) adalah sebagai berikut : “Self Directed Learning (SDL) is a training design in wich trainees master packages of predetermined material, at their own pace, whihtout the aid of an instructor.” (Belajar mandiri adalah suatu pelatihan yang didesain agar siswa menentukan sendiri paket materi dan langkah tanpa bantuan dari instruktur). Disini guru harus mengubah pola pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang penuh makna (meaningfull). Dengan pembelajaran yang penuh makna tadi maka akan mendorong atau memotivasi siswa untuk membangun kesadaran haus terhadap suatu pengetahuan. Bentuk-bentuk belajar mandiri menurut Harjanto (2006 : 146) adalah a) Self instruction (semacam modul), b) Independent Study, c) Individualized prescribed innstuction (IPI) dan d) Self paced learning. Untuk tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor, lebih banyak ditempuh dengan belajar mandiri. Tetapi bila siswa akan mempelajari hal-hal yang abstrak seperti filsafat siswa tidak belajar mandiri, tetapi belajar kelompok kecil untuk dibicarakan bersama. (Harjanto, 2006:147) Prosedur belajar mandiri sebaiknya mengikuti hal-hal sebagai berikut : a) Pengajar tidak mencampuri (mempengaruhi) siswa kecuali bila memang diminta oleh siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
b) Pokok bahasan tidak terlalu kompleks. c) Pokok bahasan sudah diatur sedemikian rupa sehingga urutan dan langkahlangkah yang ditempuh sistematis dan memudahkan belajar siswa. d) Penguasaan yang sudah didapat oleh siswa hendaknya dapat dibuktikan pada kunci jawaban sehingga siswa yakin untuk mengerjakan langkah selanjutnya. e) Siswa langsung memperoleh informasi dari apa yang sedang dipelajarinya. Ia selalu memperoleh umpan balik. f) Bila siswa mendapat kesulitan siswa mudah mendapat bantuan dari pengajar. Jadi dalam belajar mandiri siswa selalu terangsang
(continually
challenged) dapat memperoleh hasil belajar dari pengalamannya sendiri (experience success), dan siswa langsung belajar dari usaha yang baru saja didapatnya (learns the result of effort immediately). Belajar mandiri adalah belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk mengetahui suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Bila motif yang mendorong kegiatan belajarnya adalah motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang ia inginkan, maka ia sedang melakukan belajar mandiri. Belajar mandiri jenis ini dapat disebut sebagai self motivated learning (Haris Mujiman, 2007:7-8). Berkaitan dengan konsep belajar mandiri diatas, seorang guru hendaknya mampu menumbuhkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri. Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan belajar mandiri apabila aktif, memiliki niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan haus terhadap suatu pengetahuan. Jika disimpulkan \
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
indikator siswa mampu belajar mandiri apabila dia memiliki cirri-ciri: (1) Ketertarikan terhadap pelajaran (2) Memiliki keiinginan belajar (3) Mampu mengatasi masalah (4) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (5) Mengetahui makna belajar
4. Hasil Belajar IPS a. Hasil Belajar Untuk mengetahui apakah hasil belajar benar-benar telah dicapai diperlukan tes dan evaluasi. Muhibbin Syah (1995 : 14) menjelaskan evaluasi atau tes adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Nana Sujana (1995 : 3) mengemukakan tes dapat diartikan penilaian yaitu proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Hal yang mengisyaratkan bahwa obyek tertentu yang dinilai adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa yang diperoleh setelah proses belajar. Bloom (1977 : 201-207) membagi hasil belajar ke dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif berkaitan dengan ingatan atau pengetahuan. Pengembangan intelektual dan ketrampilan. Kawasan afektif berkaitan dengan sikap, minat atau nilai, pengembangan pengertian serta kemampuan untuk menyesuaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
diri. Kawasan psikomotorik merupakan hal yang berkaitan dengan koordinasi gerak tubuh. Gagne & Briggs (1979 : 49-55) menerangkan hasil belajar berkaitan dengan lima kapabilitas yaitu : (1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep konkret, prinsip dan kaidah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah. (2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat dan berpikir. (3) Kemampuan verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (4) Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. (5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual. Dari beberapa ahli tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kecakapan yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar, Hasil belajar dapat diketahui dari adanya perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan yang diperoleh siswa dari hasil belajar bersifat kontinyu, positif, permanen dan terarah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
b. Hakekat IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi atau tata negara.Khusus di Sekolah Menengah Pertama (SMP) program pengajaran IPS hanya mencakup bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi (Depdiknas : 2004: buku 1 PS : 15-16) Dalam rangka membangun manusia pancasila atau warga negara yang baik, perilakunya dibentuk atas dasar kaidah yang rasional dan kesepakatan bersama. Karena itu pengetahuan dan kemampuan berpikir perlu dijadikan pegangan
bagi para peserta didik. Untuk itu perlu dikembangkan materi
program Pengetahuan Sosial (PS) yang lebih komprehensip. Depdiknas (2004 : buku 1 PS : 30) menjelaskan ada beberapa prinsip pengembangan program pembelajaran Pengetahuan Sosial yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah : (1) Program PS hendaknya disesuaikan dengan usia, kematangan dan kebutuhan peserta didik. (2) Program PS hendaknya menyangkut hal-hal yang terkait dengan kehidupan masyarakat secara nyata dan dapat dikonkretkan. (3) Program PS hendaknya berdasarkan pengetahuan masa kini yang dapat mewakili pengalaman, budaya, kepercayaan umat manusia. (4) Rumusan tujuan pembelajaran PS hendaknya dirumuskan secara jelas di dalam program pembelajaran. (5) Program PS hendaknya dapat mengaktifkan peserta didik secara langsung dalam proses pmbelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
(6) Strategi pembelajaran IPS hendaknya bertumpu pada keanekaragaman sumber dan media pembelajaran. (7) Program PS hendaknya dapat membantu subjek didik mengembangkan pengalaman belajar baik dalam kegiatan kelompok besar, kelompok kecil maupun secara individu. (8) Program PS hendaknya mendukung program sekolah dan program pencapaian tujuan pendidikan nasional.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang pendekatan, strategi, model atau metode pembelajaran sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Arsiti Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setelah pemberian perlakuan, peningkatan yang dicapai antara lain adalah kreativitas siswa meningkat ditinjau dari kualitas maupun kuantitas.
Artinya kemampuan memunculkan ide,
bertanya, berpendapat, keberanian presentasi, sikap pantang menyerah, sikap humor, rasa percaya diri siswa meningkat dari tingkat sederhana ke tingkat tinggi. Dalam kemampuan belajar mandiri, peningkatan yang dicapai adalah siswa berminat terhadap pelajaran IPS , motivasi, dapat mengatasi masalah, memiliki rasa ingin tahu dan mengetahui makna belajar. 2. Penelitian Sunarto Dari hasil penelitiannya berjudul Pengaruh Pendekatan Pakem dan Konvensional terhadap Kemandirian Belajar Siswa Ditinjau dari Motivasi belajar,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran di sekolah dengan menerapkan pendekatan PAKEM dengan memperhatikan karakteristik dan motivasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
1. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa Komponen kegiatan belajar mengajar meliputi kurikulum dengan materi yang terkandung di dalamnya, pendekatan dan strategi pembelajaran, metode dan media pembelajaran, siswa sebagai subyek didik, dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu konsep atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan upaya mendorong minat, motivasi, dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menggali seluruh potensi diri dalam membangun gagasan dan menerapkan dalam kehidupan nyata. Agar siswa mampu belajar mandiri guru harus mampu menciptakan strategi tertentu yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi siswa, sarana prasarana dan sosial budaya sekitar siswa. Pembelajaran kolaboratif model jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana tiap siswa telah mendapatkan ketrampilan pemahaman, membaca maupun ketrampilan kelompok untuk belajar bersama, jenis materi yang paling mudah digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
dalam model pembelajaran ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial, membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pengetahuan harus mengembangkan konsep dari pada mengembangkan ketrampilan sebagai tujuan umum. Pembelajaran kooperatif model jigsaw yang diterapkan pada pembelajaran diharapkan dapat mendorong minat, motivasi, haus pengetahuan, peka terhadap perubahan yang terjadi, selalu mengikuti trend isu dari media masa, mengetahui peristiwa lokal, nasional dan internasional, serta mampu mengatasi masalah pada dirinya. Kemandirian belajar siswa juga dapat dipantau melalui hasil pekerjaan siswa selama proses belajar dan tugas rumah. Apabila tugas-tugas tersebut mampu dikerjakan sesuai target waktu yang ditentukan dan hasilnya maksimal maka dapat dikatakan siswa telah mampu belajar mandiri.
2. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pembelajaran
kooperatif
model
jigsaw
menggabungkan
konsep
pembelajaran pada teman sekelompok dalam usaha membantu belajar dengan pembelajarannya sendiri, untuk meningkatkan rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri dan pembelajaran pada orang lain. Dengan demikian apa yang telah dipelajari akan tersimpan baik dalam memorinya. Sewaktu-waktu konsep tertentu yang telah dipelajarinya ditanyakan maka siswa dengan mudah membuka kembali memorinya. Indikator sukses atau tidaknya proses pembelajaran akan diketahui dari hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat diukur melalui kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, yang dapat diamati saat proses pembelajaran, unjuk kerja, produk laporan pengamatan, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
dari data hasil tes siswa secara tertulis. Seorang siswa dikatakan telah mencapai hasil belajar tuntas apabila memperoleh nilai 75.
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1.
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalamPembelajaran IPS dapat Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa
Komponen belajar mandiri meliputi ketertarikan terhadap pelajaran, keinginan untuk belajar, mengatasi masalah, rasa ingin tahu dan mengetahui makna belajar. Untuk meningkatkan
belajar mandiri siswa dapat ditempuh dengan langkah-
langkah sebagai berikut : 1) Untuk meningkatkan ketertarikan siswa pembelajaran dilaksanakan dengan metode bervariasi agar siswa senang dan bersemangat mengikuti pelajaran. 2) Untuk meningkatkan keinginan belajar, pembelajaran didesain dengan merangsang siswa untuk selalu belajar dengan pemberian penghargaan bagi siswa yang aktif dan peringatan bagi siswa yang pasif. 3) Untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah ditempuh dengan memberi tugas-tugas yang jawabannya harus mencari sendiri dalam buku paket, referensi atau sumber media cetak dan elektronik. 4) Untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa ditempuh dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi dan tugas penerapan dari materi pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
5) Untuk meningkatkan aspek mengetahui makna belajar ditempuh dengan menerapkan pengalaman belajarnya dalam sikap kritis siswa dalam menanggapi permasalahan sehari-hari
2.
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran IPS dapat Meningkatkan Hasil Belajar Hasil belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki seseorang setelah
melakukan aktivitas belajar. Pembelajaran dengan pola tradisional dan klasikal yang diterapkan selama ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Mata pelajaran IPS materinya bersifat kompleks, dinamis dan aplikatif. Agar materi pelajaran mudah dipahami guru harus kreatif dalam memilih pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran IPS yang harus banyak melibatkan siswa untuk aktif melakukan pengalaman belajar. Langkah-langkah yang ditempuh untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut; 1) Melakukan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara pengamatan dan pencatatan kognitif, afektif, psikomotor dan performance siswa. 2) Melakukan penilaian hasil belajar yang berupa penguasaan konsep melalui evaluasi yang dilakukan setiap siklus. 3) Melakukan penilaian terhadap penerapan dalam praktek unjuk kerja penilaian tugas-tugas kelompok maupun tugas individual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari istilah Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Sesuai dengan tiga kata yang membentuk maka ada tiga pengertian yaitu: Penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangakaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas tidak selamanya terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Peristiwanya dapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olah raga, di tempat kunjungan, atau dimana saja siswa sedang berkerumun belajar tentang hal yang sama dari guru atau fasilitator yang sama. Ciri dari anak belajar adalah otaknya aktif berpikir, mencerna bahan yang sedang dipelajari. (Suharsimi, Suharjono dan Supardi, 2007 : 2-3). Berdasarkan hal tersebut penelitian ini berusaha untuk meningkatkan atau mengembangkan belajar mandiri siswa dan hasil belajar IPS pada kelas 7 (tujuh)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Sekolah Menengah Pertama yang berada di wilayah Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Pada bab ini akan dibahas tentang: (A) subjek penelitian, (B) waktu dan tempat penelitian, (C) sumber data penelitian, (D) jenis instrumen, (E) cara pengamatan, (F) tehnik pengambilan data, (G) analisis data dan refleksi, (H) indikator kinerja dan (I) rencana pelaksanaan tindakan.
A. Subjek Penelitian Subjek penelitian PTK yaitu siswa-siswi VII A Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Kelas VII A berjumlah 40 orang yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 20 orang dan siswa perempuan berjumlah 20 Orang.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian tindakan ini akan dilaksnakan pada semester ganjil atau semester 1 (satu) tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan oleh 1 (satu) orang peneliti dan 1 (satu) orang guru IPS di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Penelitian akan berlangsung selama 5 (lima) bulan, dimulai pada bulan Juli 2009 dan berakhir bulan Nopember 2009. Adapun jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian dapat diamati pada tabel berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian N Kegiatan O Minggu ke 1 Survei 2 Penyempur naan Proposal 3 Perizinan
Juli 1 2 3 4 x
x
1
Agustus September 1 2 3 4 2 3 4
Oktober 1 2 3 4
Nopember 1 2 3 4
Desember 1 2 3 4
x
x 4 Siklus I x
x x
x
5 Siklus II x x
x x
6 Siklus III x x
x x
7 Penyusuna n Laporan
x x
Ujian dan revisi
x x
x x
x x
2. Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian di kelas VII A SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan mata pelajaran IPS karena peneliti mengajar IPS dan nilai mata pelajaran IPS relatif lebih rendah dibanding mata pelajaran lain seperti Matematika, IPA dan Bahasa Inggris. Alasan pemilihan kelas VII A karena berdasarkan observasi kondisi awal siswa di kelas VII A memiliki nilai rata-rata ulangan harian paling rendah dibanding kelas VII B, C, D, E, F dan G.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
C. Sumber Data Penelitian Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa peristiwa atau informasi tentang proses pembelajaran IPS, pendekatan dan strategi yang diterapkan oleh guru, media yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, dan prosedur serta teknik evaluasi yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Guru juga akan merekam perkembangan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS berkaitan dengan perlakuan (treatment) yang diberikan selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Sumber data dapat digali dari informan (narasumber), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip (Sutopo, 1996: 45-51). Moleong (1998:112) menjelasakn bahwa jenis data dibagi menjadi kata-kata tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: a. Informan, antara lain siswa kelas VII A, guru BK kelas VII A, Kepala Sekolah, Urusan Kurikulum dan
Wali Kelas VII A SMP Negeri 1
Buluspesantren. b. Peristiwa, yaitu berlangsungnya aktivitas pembelajaran kooperatif model jigsaw di kelas VII A. c. Tempat berlangsungnya pembelajaran, yaitu di kelas VII A dan di lingkungan sekolah. d. Dokumen dan arsip, berupa kurikulum yang berlaku, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, hasil kerja siswa, dan buku penilaian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
e. Foto, yaitu foto suasana pembelajaran dikelas sebelum dan sesudah tindakan dan selama tindakan berlangsung.
D. Jenis Instrumen Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diantaranya : 1. Pedoman observasi belajar mandiri dan pensekorannya 2. Tes hasil belajar yang meliputi : a. Tes pra siklus b. Tes tiap akhir siklus c. Tes setelah tindakan
E. Cara Pengamatan Data penelitian yang dilakukan peneliti meliputi pengamatan proses pembelajaran di kelas, pengamatan proses pembelajaran di lingkungan sekolah, pengamatan
terhadap
hasil
evaluasi
pembelajaran.
Pengamatan
proses
pembelajaran dilakukan sendiri oleh peneliti dan juga oleh kolabor yaitu Ibu SH terhadap perilaku siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pengamatan pada pembelajaran di lingkungan sekolah dilakukan sendiri oleh peneliti pada saat guru membimbing siswa melaksanakan pengamatan di lapangan. Aspek yang harus diperhatikan adalah proses sosialisasi siswa. Pengamatan dokumen diperoleh dari data-data yang ada di sekolah diperoleh peneliti selama wawancara, pengamatan dokumen tertulis yang dimiliki sekolah dan hasil belajar seperti nilai siswa, hasil pekerjaan dan foto kegiatan pembelajaran. Data hasil evaluasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
pembelajaran meliputi perkembangan kemampuan siswa baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor.
F. Teknik Pengambilan Data Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa peristiwa atau informasi tentang proses pembelajaran IPS melalui wawancara dengan siswa dan kolabor, pendekatan dan strategi yang diterapkan oleh guru, media yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, dan prosedur serta teknik evaluasi yang dilaksanakan oleh guru dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Selain itu guru juga akan merekam perkembangan kemandirian belajar siswa, dan hasil belajar IPS berkaitan denagn perlakuan (treatment)
yang diberikan selama
penelitian tindakan kelas berlangsung. Adapun tehnik pengambilan data dalam penelilitian ini dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: 1. Wawancara antara lain dengan siswa kelas VII A, guru BK Kelas VII A, Wali Kelas VII A, Kepala Sekolah, Urusan Kurikulum SMP Negeri 1 Buluspesantren. 2. Observasi antara lain peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran kooperatif model jigsaw di kelas VII A. 3. Analisa dokumen dan arsip berupa kurikulum yang berlaku, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, hasil kerja siswa, dan buku penilaian. 4. Tes. Antara lain meliputi tes pra siklus, ulangan harian setiap akhir siklus dan tes akhir tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
G. Analisis Data dan Refleksi Analisi data yang digunakan adalah kritis dan analisis komparatif, dan deskriptif kualitatif. 1. Analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelebihan dan kelemahan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan. Hasil analisis dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Berkaitan dengan peningkatan kemampuan belajar mandiri, motivasi dan hasil belajar IPS terlebih dahulu telah dilakukan pra survei untuk melakukan kondisi awal. Setelah kondisi awal diketahui, selanjutnya direncanakan siklus tindakan untuk menangani masalah. Setiap siklus berakhir dianalisis kekurangan dan kelebihan sehingga dapat diketahui peningkatan kemandirian belajar siswa, dan hasil belajarnya. Analisis kritis terhadap kemandirian belajar siswa dan hasil belajar mencakup indikator yang telah ditentukan dalam setiap rencana pembelajaran 2. Analisis deskriptif yaitu membandingkan nilai hasil belajar antar siklus dibanding dengan sebelum pelaksanaan tindakan berpatokan pada indikator hasil belajar yang telah ditetapkan 3. Hasil observasi dan wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil refleksi tiap siklus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
I. INDIKATOR KINERJA 1. Sekurang-kurangnya 50% siswa memiliki kemandirian belajar dalam pembelajaran IPS. 2. Nilai ulangan harian dan nilai tugas rata-rata mencapai 75 3. Ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan harian dan nilai tugas mencapai 75%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
H. Rencana Pelaksanaan Tindakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan melalui siklus demi siklus dengan mengacu desain model Kemmis dan MC Taggart yang terdiri dari 4 tahapan kegiatan pembelajaran siswa yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi seperti terlihat pada bagan di bawah ini
Rencana Tindakan Refleksi
Observasi
Pelaksanaan Tindakan Rencana Tindakan (Revisi)
Refleksi
Observasi
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 1. Tahapan Tiap Siklus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
1. Siklus 1 a. Perencanaan Tindakan (Planning) (1) Menentukan kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas VII A (2) Studi pendahuluan (3) Menentukan materi pembelajaran (4) Menentukan alokasi (5) Menentukan pendekatan pembelajaran (6) Menentukan media dan alat b. Pelaksanaan (Acting) Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran kolaboratif model jigsaw diatur secara instruksional sebagai berikut: 1) Membaca Siswa mendapat topik-topik, ahli kemudian membaca dan mempelajari kelompok materi tersebut untuk mendapat informasi. 2) Diskusi kelompok ahli Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik tersebut. 3) Laporan kelompok Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya. 4) Kuis/tes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
c. Tahap Observasi (Observing) Dilakukan oleh observer dibantu kolabor. Instrumen yang digunakan lembar pengamatan, pedoman wawancara dan dokumen. d. Refleksi (Reflecting) Semua data yang terkumpul akan diolah dengan beberapa langkah yaitu: (1) Reduksi data, apabila terdapat data yang tidak diperlukan. (2) Penyederhanaan data. (3) Tabulasi data. (4) Penyimpulan data. Selanjutnya hasil analisis akan digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan kolabor. Proses ini dilakukan dengan melihat keberhasilan maupun kelemahan pembelajaran pada siklus I. Refleksi dapat dilakukan setelah selesai melakukan observasi atau setelah menganalisis hasil wawancara. Dengan melihat perkembangan pada siklus I, hal-hal yang baik akan dimantapkan pada siklus II. Demikian pula jika terdapat kekurangan pada siklus I maka akan diperbaiki pada siklus II.
2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan (Planning) b. Pelaksanaan (Acting) c. Observasi (Observing) Hasil observasi pada siklus II digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan pada siklus berikutnya. Apabila pada siklus II ini hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
penguasaan kompetensi siswa belum sesuai dengan harapan maka akan dilanjutkan pada siklus III.
d. Refleksi (Reflecting) Data yang diperoleh peneliti dan kolabor pada siklus II, selanjutnya digunakan sebagai bahan refleksi. Jika pada siklus II semua indikator kinerja sudah tercapai maka penelitian tindakan kelas akan diakhiri, tetapi jika belum tercapai maka penelitian tindakan akan terus dilanjutkan ke siklus III.
I.
Siklus III
Siklus III akan dilaksanakan dengan langkah-langkah: a. Perencanaan Tindakan (Planning) b. Pelaksanaan (Acting) c. Observasi (Observing) d. Refleksi (Reflecting) Data yang diperoleh peneliti dan kolabor pada siklus III, selanjutnya digunakan sebagai bahan refleksi. Jika pada siklus III semua indikator kinerja sudah tercapai maka penelitian tindakan kelas akan diakhiri, tetapi jika belum tercapai maka penelitian tindakan akan terus dilanjutkan ke siklus IV.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Setting Penelitian
1. Lokasi Sekolah SMP N 1 Buluspesantren terletak di desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, diresmikan tanggal 14 Juni tahun 1981 dengan nomor NSS 201030506054. SMP Negeri 1 Buluspesantren. SMP ini dikategorikan Sekolah Standar Nasional atau tipe A, ,Siswanya berasal dari 21 desa di Kecamatan Buluspesantren. Siswanya didominasi oleh siswa yang berasal dari desa di sekitar desa Bocor yaitu Ambalkumolo, Rantewringin, Tambakrejo, Bocor, Waluyo, Maduretno, Setrojenar dan Brecong dan ada juga yang berasal dari desa-desa lain tetapi jumlahnya hanya sedikit karena di Kecamatan Buluspesantren sebelah timur telah dibangun SMP Negeri 2 Buluspesantren. (CL 001). Lokasi SMP N 1 Buluspesantren didirikan di atas tanah seluas 10066 m2 dan luas tanah terbangun 34436 m2, jumlah bangunan relatif lengkap, terdiri dari 21 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang TU, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang Wakil Kepala Sekolah, 1 ruang BK, 1 ruang UKS, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang ketrampilan, 1 ruang kesenian, 1 ruang multimedia, 1 laboratorium computer, 1 ruang OSIS (CL 002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
2. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Buluspesantren memiliki siswa sebanyak 836 (data per Oktober 2009) terdiri dari 409 siswa laki-laki dan 427 siswa perempuan yang tersebar dalam 21 rombongan belajar. Secara rinci dapat di lihat pada tabel berikut (CP 02) Tabel 2. Jumlah Siswa SMP N 1 Buluspesantren Tahun Pelajaran 2009/2010 Kelas VIIA B C D E F G VIIIA B C D E F G IXA B C D E F G Jumlah
L 20 20 20 20 20 20 19 20 20 20 19 20 19 20 20 18 20 18 18 18 18 409
P 20 19 20 20 20 20 21 20 20 20 21 20 20 20 20 20 20 22 22 22 22 427
Jumlah 40 39 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 39 40 40 38 40 40 40 40 40 836
Karakteristik siswa. SMP Negeri 1 Buluspesantren dapat diuraikan sebagai berikut : a. Sebagian siswa dari keluarga tidak mampu, artinya penghasilan orang tua siswa rata-rata rendah. Mata pencaharian mereka adalah buruh tani, pedagang kecil, buruh pabrik, pembantu rumah tangga, buruh bangunan, pamong desa, pegawai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
golongan rendah. Sebagian siswa dari keluarga tidak mampu, penghasilan orang tua rata-rata rendah Data yang berhasil peneliti peroleh dari informasi guru BK bahwa pada tahun 2009/2010 jumlah siswa seluruhnya 836 orang, sebanyak 736 orang tua siswa atau 88% bekerja sebagai petani, 41 orang atau 5% Pegawai Negeri Sipil, 17 orang atau 2% swasta, 17 orang atau 2% pedagang, 17 orang atau 2% Perangkat Desa dan 8 orang atau 1% TNI/Polri (CL 008). b. Sebagian besar siswa, memiliki tingkat kecerdasan cerdas Dari data Tes Potensial Akademik yang diujikan pada siswa bekerjasama dengan Yayasan Jasa Psikologi Bina Asih, Yogyakarta dapat diamati pada, tabel berikut: Tabel 3. Tingkat Kecerdasan Siswa SMPN 1 Buluspesantren Tahun 2009 Intelegensi
Jumlah No Kelas/Tahun Siswa
Cerdas
Rata-rata
Sedang
1
VII/2006
281
47
84
150
2
VII/2007
280
191
71
18
3
VII/2008
280
192
64
24
4
VII/2009
275
157
72
46
Dari analisis tabel hasil tes intelegensi siswa kelas VII SMP N 1 Buluspesantren selama empat tahun terakhir dapat disimpulkan bahwa : 1) 52,60 % siswa kategori cerdas, 2) 21,33 % siswa kategori sedang dan 3) 26,08 % siswa kategori kecerdasan rata-rata (CP 03).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
c. Kesadaran orang tua terhadap pendidikan masih rendah. Orang tua kurang peduli dan kurang memberikan motivasi pada anak untuk belajar. Masih ada siswa perempuan yang terpaksa harus keluar dari sekolah karena alasan klasik, yaitu dipaksa menikah oleh orang tua, dengan alasan sudah ada yang melamar. (CL 009). Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 1 Buluspesantren adalah Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan beban belajar siswa kelas VII perminggu adalah 37 jam pelajaran, kelas VIII dan kelas IX 39 jam pelajaran. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 12. 50 WIB, dan 1 jam pelajaran lamanya 40 menit. Umumnya para siswa memiliki kedisiplinan yang cukup baik, sehingga selama pembelajaran berlangsung, tidak ada permasalahan yang berarti. Sarana kegiatan pembelajaran relatif cukup, jika dibandingkan dengan sekolah yang satu tipe (CL 003).
3. Keadaan Guru SMP Negeri 1 Buluspesantren memiliki tenaga guru 38 orang, tenaga TU berjumlah 7 orang, pembantu pelaksana/pesuruh 3 orang, penjaga malam 3 orang, laboran 2 orang dan pustakawan 3 orang. Sumber daya manusia tenaga pendidik di SMP ini termasuk tinggi. Hal ini dapat diamati dari tingkat pendidikannya dalam tabel berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Guru/Karyawan SMP Negeri 1 Buluspesantren Tahun Pelajaran 2009/2010 No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Keterangan -
1
SD
-
2
SMP/MTs
-
3
SMA/SMK
14
Pesuruh/TU
4
Diploma
11
Guru/TU
5
Sarjana
28
26 Guru, 2 TU
6
Pascasarjana
3
2 orang dalam proses pendidikan
Jumlah
Penjaga malam
57
Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan Kepala Sekolah, guru SMP Negeri 1 Buluspesantren memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan. Beberapa guru juga aktif dalam organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai pengurus tingkat Komda (Sub Rayon) maupun tingkat Kabupaten, dan menjadi penyusun buku ajar yang diterbitkan oleh MGMP. Selain itu beberapa, guru juga aktif mengikuti kegiatan karya ilmiah guru tingkat kabupaten, (CL O04).
4. Kondisi Awal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Data yang dikumpulkan untuk menyusun laporan penelitian diperoleh dari wawancara dengan kepala sekolah, urusan kurikulum, guru IPS, wali kelas dan guru BK. Pembicaraan antara peneliti dengan informan dimulai dengan Kegiatan Belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Mengajar (KBM) secara umum, kemudian memfokus pada pembelajaran IPS. Kurikulum yang dilaksanakan di SMP N 1 Buluspesantren adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran IPS pada kurikulum KTSP berjumlah 5 jam pelajaran perminggu
Pada kurikulum 1994 pelajaran IPS berjumlah 6 jam pelajaran per
minggu dan terdiri dari Geografi 2 jam, IPS Sejarah 2 jam dan IPS Ekonomi 2 jam, yang diajarkan seorang guru walaupun pada rapor nilainya menjadi satu yaitu nilai IPS. KTSP mata pelajaran IPS terdiri dari Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi dan Antropologi yang diajarkan secara terintegrasi pada setiap jenjang kelas tertuang dalam silabus mata pelajaran IPS (CL 011). Agar pelaksanaan pembelajaran dan penilaian lebih efektif seharusnya pembelajaran IPS dilakukan oleh satu guru yang menguasai keempat rumpun mata pelajaran IPS. Kendala yang dihadapi adalah guru IPS berasal dari salah satu rumpun mata pelajaran IPS tertentu yaitu jurusan pendidikan IPS tertentu jurusan IPS Ekonomi dan jurusan IPS Sejarah. Untuk mengatasi kendala tersebut, dalam KTSP guru IPS mengajar satu rumpun IPS terentu, guru IPS semuanya berjumlah 6 orang, 1 orang merupakan pengurus kabupaten, 1 orang pengurus Komda (Sub rayon), dan sering mendapat kesempatan mengikuti pelatihan ditingkat rayon maupun tingkat sub rayon. (CL 005). Sistem penilaian mata pelajaran IPS pada KTSP ada dua aspek yaitu penguasaan konsep dan penerapan. Nilai penguasaan konsep diperoleh dari tingkat pemahaman siswa berkaitan dengan kemampuan kognitif, yang diukur dengan tes tertulis pada ulangan harian, tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Nilai penerapan diperoleh dari tingkat penguasaan siswa pada ranah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
afektif dan psikomotor, yang diukur dengan penilaian proses belajar penilain unjuk kerja dan penilaian tugas-tugas siswa atau portofolio (CL 007). Dalam KTSP ketuntasan belajar yang diharapkan secara nasional adalah 75 % tetapi guru dapat menyusun Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) sesuai dengan kondisi sekolah. KKM disusun berdasarkan 3 komponen yaitu kompleksitas, tingkat akademik siswa, dan daya dukung. KKM ditentukan oleh guru mata pelajaran untuk satu tahun dan disusun pada awal tahun pelajaran. KKM IPS di SMP Negeri 1 Buluspesantren kelas VII tahun 2009/2010 adalah 68 (CL 006). Pembelajaran IPS di kelas VII A SMP N 1 Buluspesantren dirasa masih belum optimal. Hal ini disebabkan ada beberapa faktor yaitu materi IPS sangat luas dan dinamis, artinya materi berubah sesuai dengan kejadian yang ada di alam maupun perkembangan masyarakat yang relatif cepat. Selain itu input siswa memiliki karakteristik khusus yaitu dari golongan masyarakat marginal dengan kesejahteraan yang rendah. Kondisi keluarga siswa akan berpengaruh terhadap minat, motivasi, dan prestasi belajar siswa (CL 010). Sarana dan parasana pembelajaran di SMP N 1 Buluspesantren masih belum memadai, karena belum sebanding dengan jumlah siswa. Dibawah ini akan disajkan tabel sarana dan prasarana yag ada Tabel 5. Alat dan Sumber Pembelajaran IPS No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Alat/Sumber Pembelajaran Peta dinding Atlas Globe Termometer dinding Kompas Barometer Rol meter
Jumlah (buah/unit/set) 12 53 4 6 22 1 2
Keterangan peta umum dan peta khusus satu siswa satu atlas bergantian dengan mapel IPA Sda Sda Sda bergantian dengan mapel OR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Contoh batuan Buku paket IPS kelas VII, VIII dan IX Komputer LCD Laptop Mengenal Negara Asean Televisi OHP Tape Recorder
1 200 31 3 3 2 5 1 4
bergantian dengan mapel IPA buku BSE bergantian dengan mapel lain Sda Sda Sda Sda Sda Sda
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun alat dan sumber pembelajaran ada tetapi jumlahnya masih sangat terbatas (CP 04). Hal ini akan menghambat proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu peneliti akan mengelola alat dan sumber pembelajaran yang minim tersebut dengan melakukan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Guru mengaplikasikan dan mengadaptasikan apa yang ada di lingkungan siswa untuk sumber belajar. Pembelajaran IPS di kelas VII A yang selama ini diamati oleh peneliti kurang optimal. Hal ini disebabkan sebagaian besar siswa dengan kreativitas yang rendah, siswa yang mau bertanya dan mengemukakan pendapat jumlahnya kurang dari 5 orang. Jika disuruh maju presentasi siswa kurang berani, dan jika ada yang mau maju suaranya tidak lantang dan sikapnya menunduk tidak berani menatap ke seluruh kelas (CP 06). Hasil belajar IPS juga masih tergolong rendah, siswa yang tuntas belajar hanya 19 orang dengan nilai rata-rata ulangan harian hanya mencapai 58,95 dan ketuntasan belajar sebesar 47,50% sehingga belum mencapai 75 % (lihat lampiran 12.1). Kemampuan belajar mandiri yang masih rendah. Jika ulangan dilakukan mendadak tanpa diberitahu
sebelumnya siswa
menolak dengan alasan belum
belajar, dan jika dipaksakan dilaksanakan nilai siswa kurang dari ketuntasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
B. Pelaksanaan Siklus 1. Siklus I Siklus I dilaksanakan selama 3 minggu ( 6 x pertemuan) a. Materi : Pengertian dan tujuan sosialisasi, Faktor yang mempengaruhi sosialisasi, Fungsi sosialisasi dalam pembentukan kepribadian b. Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah : 1). Buku paket IPS untuk SMP Kelas VII, karangan Wahjudi Djaja, dkk. Tahun 2007, Penerbit Intan Pariwara, Klaten. 2). Buku Paket IPS untuk SMP KelasVII karangan Hasan Budi Sulistiyo, dkk. Tahun 2006, Penerbit, Erlangga. Jakarta. 3) Buku
Wawasan Sosial 1 untuk SMP Kelas VII karangan Iwan
Setiawan,dkk. Tahun 2008, Penerbit CV. Pelajar Pantai Utara. 4) Buku Referensi, Pengetahuan Geografi, Glorier : Jakarta tahun 2005. 5) Buku Pembelajaran IPS Terpadu dan Kontekstual untuk SMP kelas VII karangan Kuswardoyo-Anisa Tahun 2007, Penerbit Mediatama Surakarta. 6). Buku LKS Pakar untuk SMP kelas VII karangan Safitri Rohmadiyah Tahun 2009, Penerbit Aviva Klaten 7) Lembar Kegiatan Siswa (LKS). 8) Hand Out. c.
Beberapa alat yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah : 1) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa menulis hal-hal penting ketika proses belajar mengajar berlangsung. 2) Lembar kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal/tugas yang didiskusikan 3) Kartu soal yang berisi soal/tugas yang hendak didiskusikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
4) Lintingan untuk undian dalam pemberian tugas diskusi kelompok d. Pelaksanaan siklus kegiatannya meliputi: 1) Perencanaan Tindakan (Planning) Perencanaan dalam kegiatan PTK ini antara lain : (1) Menentukan kelas sebagai subyek penelitian dipilih kelas VII A. (2) Studi pendahuluan sebelum tindakan dilakukan berupa wawancara dengan dan kolabor, melihat dokumen nilai siswa dan tes tertulis (tes kemampuan awal). (3) Menentukan sub konsep pembelajaran yang terdiri dari pengertian dan tujuan sosialisasi, faktor yang mempengaruhi sosialisasi,
fungsi
sosialisasi dalam pembentukan kepribadian (4) Menentukan alokasi waktu penelitian. (5) Pendekatan
pembelajaran
kooperatif model
yang
digunakan
adalah
pembelajaran
jigsaw dan metode lain sebagai pendukung
pembelajaran. (6) Menentukan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran 2) Pelaksanaan (Acting) a) Pendahuluan Guru mengecek mengecek kehadiran siswa dan membimbing siswa dalam kegiatan apersepsi dan motivasi. b) Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan tindakan khusus yaitu pembelajaran kooperatif model jigsaw. Metode ini terdiri dari 4 tahap yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
(1) Membaca Siswa dibagi dalam 8 kelompok asal dengan anggota 4-5 orang dan kelompok ahli dengan anggota 7-8 orang. Daftar pertanyaan yang harus dijawab kelompok asal
adalah sebagai berikut: 1) menjelaskan
pengertian kepribadian, 2) menyebutkan faktor yang mempengaruhi kepribadian, 3) menjelaskan peran sosialisasi dalam pembentukan kepribadian 4) menyebutkan media sosialisasi dalam pembentukan kepribadian, 5) Menjelaskan tahapan pembentukan kepribadian Setiap kelompok mengambil lintingan yang sudah disiapkan oleh guru untuk ditukar dengan tugas yang harus dikerjakan. Siswa mendapat topiktopik, tim ahli kemudian membaca dan mempelajari materi tersebut untuk mendapat informasi. (2) Diskusi kelompok ahli Siswa melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli sesuai tugasnya. Guru memotivasi siswa untuk dapat
mencari jawaban dengan
pengamatan dan telaah buku sumber. (3) Laporan kelompok Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan dan untuk mengungkapkan ide yang telah dihasilkan dari diskusi kelompok ahli. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. (4) Kuis / tes (5) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau kuis kepada siswa secara lisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
c) Penutup Pada kegiatan ini penekanannya adalah pada evaluasi. Guru mengajukan pertanyaan yang bersifat konseptual untuk menguji apakah siswa telah benar -benar memahami kompetensi dasar yang diinginkan. Guru juga menambahkan informasi yang bersifat kekinian yang mendukung kompetensi yang sedang di kaji saat itu. Jenis evaluasi yang dilakukan guru antara lain : (1) Penilaian aspek kognitif berupa post test, yaitu menguji materi yang telah dibahas untuk mengetahui penguasaan siswa. Selain post test dapat juga dilaksanakan ulangan harian, guna mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah dilakukan. (2) Penilaian aspek psikomotor, dilakukan pada saat siswa mempraktekkan sosialisasi di sekolah, kelas, keluarga dan masyarakat. (3) Penilaian afektif dilakukan terhadap sikap atau perilaku siswa (4) Penilaian
performen, ini dilakukan melalui sikap kerjasama dalam
kelompok, tanggung jawab, kepemimpinan, adil, menghargai teman, berani, santun, mau bertanya, berpendapat dan kerapihan catatan siswa. (5) Penilaian portopolio, yaitu penilaian yang berupa sekumpulan tugastugas yang dibebankan pada siswa untuk kurun waktu tertentu, misalnya satu semester. 3) Tahap Observasi (Observing) Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas pembelajaran siswa ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
commit to user
kemadirian, dan alat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
evaluasi soal-soal setiap akhir pembelajaran untuk setiap siklus dan dilakukan tertulis. Guna mendukung hasil observasi dilakukan penjaringan data, wawancara dan learning logs siswa.
4) Refleksi ( Reflecting) Semua data yang terkumpul akan diolah dengan beberapa langkah yaitu: a) Reduksi data, apabila terdapat data yang tidak diperlukan. b) Penyederhanaan data. c) Tabulasi data. d) Penyimpulan data. Selanjutnya hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan kolabor. Proses ini dilakukan dengan melihat keberhasilan maupun kelemahan pembelajaran pada siklus I. Refleksi dapat dilakukan setelah selesai melakukan observasi atau setelah menganalisis hasil wawancara. Dengan melihat perkembangan pada siklus I, hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus II. Demikian pula jika terdapat kekurangan pada siklus I dperbaiki pada siklus II. Pada siklus I kemandirian belajar 30,50 %. Aspek yang paling tinggi peningkatannya pada motivasi sebesar 52,50%, sedangkan aspek yang paling rendah pada mengetahui makna belajar hanya 15,00% ( lihat lampiran 9,1 ). Pada siklus I ini ketuntasan klasikal baru mencapai 74,25. Karena pada siklus I kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS belum mencapai indikator yang telah ditetapkan maka peneliti melanjutkan tindakan pada siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
2. Siklus II Siklus II dilaksanakan selama 2 minggu ( 2 x pertemuan). a. Materi yang dibahas adalah : proses terjadinya interaksi sosial, syarat terjadinya interaksi sosial dan faktor-faktor interaksi sosial b. Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah : 1). Buku paket IPS untuk SMP Kelas VII, karangan Wahjudi Djaja, dkk. Tahun 2007, Penerbit Intan Pariwara, Klaten. 2). Buku Paket IPS untuk SMP KelasVII karangan Hasan Budi Sulistiyo, dkk. Tahun 2006, Penerbit, Erlangga. Jakarta. 3) Buku Wawasan Sosial 1 untuk SMP Kelas VII karangan Iwan Setiawan, dkk. Tahun 2008, Penerbit CV. Pelajar Pantai Utara. 4) Buku Referensi, Pengetahuan Geografi, Glorier : Jakarta tahun 2005. 5) Buku Pembelajaran IPS Terpadu dan Kontekstual untuk SMP kelas VII karangan Kuswardoyo-anisa Tahun 2007, Penerbit Mediatama Surakarta. 6). Buku LKS Pakar untuk SMP kelas VII karangan Safitri Rohmadiyah Tahun 2009, Penerbit Aviva Klaten 7) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 8) Hand Out. c.
Beberapa alat yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah : 5) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa menulis hal-hal penting ketika proses belajar mengajar berlangsung. 6) Lembar kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal/tugas yang didiskusikan 7) Kartu soal yang berisi soal/tugas yang hendak didiskusikan 8) Lintingan untuk undian dalam pemberian tugas diskusi kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
d. Pelaksanaan siklus kegiatannya meliputi: 1) Perencanaan Tindakan (Planning) Perencanaan dalam kegiatan PTK ini antara lain : Kegiatan perencanaan mengacu pada siklus I, dengan lembar kegiatan yang disesuaikan dengan topik siklus II 2) Pelaksanaan (Acting) Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan siklus I pada beberapa hal yang pendekatannya lebih intensif .Pada siklus II perbaikan terutama pada kegiatan inti, yaitu pada pembentukan kelompok tidak berdasarkan tempat duduk lagi melainkan berdasarkan pada kemampuan siswa yang diamati dari hasil ulangan harian siklus I. Pada siklus II ini tahap presentasi, semua anggota kelompok maju untuk menjawab masalah yang telah didiskusikan dalam kelompoknya. 3) Observasi (Observing) Pada tahap ini observasi dilakukan oleh guru. Hal yang diobservasi terutama aktivitas siswa dalam pembelajaran. Penilaian unjuk kerja produk dilakukan terhadap hasil kerja kelompok. Hasil observasi pada siklus II digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan pada siklus III. Karena pada siklus II ini hasil penguasaan kompetensi siswa belum sesuai dengan harapan maka dilanjutkan pada siklus III. 4) Refleksi (Reflecting) Data yang diperoleh peneliti dan kolabor pada siklus II, selanjutnya digunakan sebagai bahan refleksi. Dengan melihat kondisi pada siklus II, hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus III, dan semua kekurangan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
siklus II akan diperbaiki pada siklus III. Pada siklus II tingkat kemandirian menjadi 56,50%. Aspek yang paling tinggi peningkatannya adalah pada aspek motivasi yaitu 70,00% sedangkan aspek yang paling rendah pada mengetahui makna belajar yang tadinya 15,00% menjadi 25,00% (CP 18 dan lampiran 9.2). Walaupun pada siklus II kemandirian belajar siswa telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, peneliti tetap melanjutkan ke siklus III karena indikator ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan harian dan nilai tugas belum mencapai hasi sesuai yang diharapkan yaitu 75.
3. Siklus III Siklus III dilaksanakan selama 2 minggu ( 2 x pertemuan ). a. Materi yang dibahas pada siklus III adalah K.D. 2.4. Mengidentifikasi bentukbentuk
interaksi
sosial.
Indikator
yang
ingin
dicapai
siswa
dapat
mengidentifikasi dan memberi contoh proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif. b. Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah : 1). Buku paket IPS untuk SMP Kelas VII, karangan Wahjudi Djaja, dkk. Tahun 2007, Penerbit Intan Pariwara, Klaten. 2). Buku Paket IPS untuk SMP KelasVII karangan Hasan Budi Sulistiyo, dkk. Tahun 2006, Penerbit, Erlangga. Jakarta. 3) Buku Wawasan Sosial 1 untuk SMP Kelas VII karangan Iwan Setiawan, dkk. Tahun 2008, Penerbit CV. Pelajar Pantai Utara. 4) Buku Referensi, Pengetahuan Geografi, Glorier : Jakarta tahun 2005. 5) Buku Pembelajaran IPS Terpadu dan Kontekstual untuk SMP kelas VII
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
karangan Kuswardoyo-anisa Tahun 2007, Penerbit Mediatama Surakarta. 6). Buku LKS Pakar untuk SMP kelas VII karangan Safitri Rohmadiyah Tahun 2009, Penerbit Aviva Klaten 7) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 8) Hand Out. c.
Beberapa alat yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah : 1) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa menulis hal-hal penting ketika proses belajar mengajar berlangsung. 2) Lembar kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal/tugas yang didiskusikan 3) Kartu soal yang berisi soal/tugas yang hendak didiskusikan 4) Lintingan untuk undian dalam pemberian tugas diskusi kelompok
d. Pelaksanaan siklus kegiatannya meliputi: 1) Planning Tindakan (Planning) Kegiatan perencanaan mengacu pada siklus II, tentunya dengan mengubah skenario pembelajaran dengan memperkecil jumlah anggota kelompok diskusi menjadi (4-5) orang . Lembar kegiatan disesuaikan dengan topik pembelajaran siklus III. 2) Pelaksanaan (Acting) Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan siklus II walaupun ada beberapa hal yang pendekatannya lebih intensif. Pada siklus III ini pada kegiatan inti diharapkan siswa lebih aktif membangun pengalaman belajar sendiri. Strategi yang diubah yaitu pembentukan kelompok berdasarkan tempat duduk siswa dan kelompok diperkecil dengan anggota 7-8 orang siswa sebagai kelompok asal dan 4-5 orang siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
kelompok ahli dengan metode pengamatan lingkungan masyarakat. Kemudian pada tahap presentasi, semua anggota kelompok maju untuk menjawab masalah yang telah didiskusikan dalam kelompoknya. secara bergiliran menjelaskan hasil diskusi kelompok. 3) Observasi (Observating) Pada tahap ini observasi dilakukan oleh peneliti. Hal yang diobservasi terutama aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasil observasi pada siklus ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan pada siklus berikutnya. Pada siklus III ini hasil penguasaan kompetensi siswa terhadap materi telah tercapai, maka penelitian dianggap telah berhasil dan tidak dilanjutkan ke siklus IV. 4) Refleksi (Reflecting) Data yang diperoleh peneliti pada siklus III, selanjutnya digunakan sebagai bahan refleksi. Pada siklus III tingkat kemandirian siswa sebesar 65,50%, aspek yang paling tinggi peningkatannya adalah aspek minat yaitu 85,00%, motivasi 82,50%, aspek mengatasi masalah 57,50% dan rasa ingin tahu 72,50. Sedangkan aspek yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar sebesar 35,00% (CP 19 dan lamp. 9.3). Nilai rata-rata 76,95 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 90,00 (lihat lampiran 12.4). Jika dilihat pada KKM sebesar 68 maka hasil nilai ulangan harian ketiga peningkatannya sangat baik dan sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Dalam ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari 72,50 menjadi 90,00 dan sudah melampaui indikator yang ditetapkan (lampiran 12.4). Nilai tes akhir tindakan tertinggi 95 dan terendah 40, rata-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
rata nilai sebesar 72,50 (lihat lampiran 12.5). Nilai tugas siklus III tertinggi 90 dan nilai terendah 60, rata-rata sebesar 76,63, mengalami peningkatan maksimal dibanding sebelum tindakan dan telah melampaui indikator (lihat lampiran 13.3 dan lampiran 12.4) Karena kemandirian belajar dan hasil belajar IPS pada siklus III telah mancapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan maka siklus III tidak diperpanjang lagi dan penelitian diakhiri. Penelitian tindakan kelas ini oleh peneliti hanya dibatasi sampai siklus III. Hal ini dilakukan karena pada siklus III hasil siswa dalam kemandirian belajar siswa dan hasil belajar telah mengalami peningkatan bahkan telah melampaui indikator kinerja.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1.
Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti, hasil wawancara dengan siswa kelas VII A dan pengamatan dokumen, dipergunakan peneliti untuk mengambil tindakan. Pelaksanaan pembelajaran meliputi tahap yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflecting). Pelaksanaan tindakan tertuang dalam siklus, untuk permasalahan yang belum dapat diatasi dilakukan tindakan selanjutnya pada siklus berikutnya sampai permasalahan dapat diatasi. Dalam memperoleh data dengan validitas yang baik, diterapkan tindakan dalam tiga siklus. Sebelum menerapkan tindakan pada siklus I peneliti terlebih dahulu melakukan tindakan pra siklus. Tindakan pra siklus tersebut antara lain adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Untuk mengawali pembelajaran, dilaksanakan tes pra siklus bagi siswa kelas VII A. Instrumen yang digunakan adalah soal tes tertulis bentuk pilihan ganda berjumlah 40 nomor. Siswa diberi waktu mengerjakan 40 menit. Setelah seluruh siswa selesai mengerjakan soal dilanjutkan dengan koreksi bersama, jawaban siswa ditukar dengan jawaban siswa lain. Adapun penskorannya untuk jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah dberi skor 0. Nilai diperoleh dari hasil jawaban benar dibagi 4. Selanjutnya guru memanggil siswa satu persatu, dan nilai siswa ditulis pada instrumen penilaian. Hasil yang diperoleh dari nilai pra-siklus digunakan untuk mengetahui salah satu perkembangan hasil belajar siswa (CP 05). Kepada Urusan Kurikulum, Urusan Kesiswaan dan guru BK peneliti menginformasikan tentang pelaksanaan PTK di kelas VII A, dan mohon dukungan agar pembelajaran di kelas VII A berjalan lancar. Peneliti juga menyampaikan secara lisan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang dilaksanakan, alat dan bahan pendukung pembelajaran serta sistem penilaian pada kegiatan PTK (CL 012). Dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan pembiasaan dan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan pembiasaan yang dilakukan yaitu berbaris, berdoa, mengucap salam. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru adalah mengabsen siswa, apersepsi dan motivasi. Selanjutnya guna menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang diterapkan serta aturan permainan atau tahapan dalam metode tersebut. Kegiatan inti disesuaikan dengan strategi dan metode yang telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan tindakan tiap siklus. Pada akhir pertemuan dilakukan kegiatan penutup yang berupa post tes, kesimpulan dan salam (CP 07).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Setelah pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam tiga siklus hasil penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa Pembelajaran kooperatif model jigsaw dilaksanakan dengan empat tahap yaitu membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok dan kuis/test (CP 08). Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw dimodifikasi dengan berbagai metode, teknik, dan sumber belajar yang tersedia disekolah. Semua komponen kemandirian belajar yang terdiri dari minat, motivasi, mengatasi masalah, rasa ingin tahu dan mengetahui makna diupayakan meningkat dengan berbagai strategi yang telah dirancang pada tiap siklus. Penerapan masyarakat belajar (learning community) diimplementasikan dalam pembentukan kelompok secara bertahap dari jumlah besar dan setiap pertemuan jumlahnya semakin berkurang
tetapi selalu berprinsip
heterogenitas dalam jenis kelamin, tingkat akademik dan pasangan yang berbeda. Untuk meningkatkan minat siswa, pembelajaran kooperatif model jigsaw dilaksanakan dengan metode yang bervariasi dan berbeda tiap pertemuan, dengan prinsip edukatif menyenangkan, mendorong semangat mengikuti pelajaran dan membuat siswa merasa senang terhadap pelajaran IPS serta mengubah image yang telah melekat pada diri siswa bahwa IPS adalah pelajaran yang banyak hafalan. Komponen kemandirian yang berupa keinginan belajar pada siswa dimunculkan dengan membiasakan siswa untuk selalu belajar IPS baik ada atau tidak ada ulangan. Selain itu pemberian penghargaan pada siswa yang aktif berupa tambahan nilai dan memberikan peringatan bagi siswa yang pasif merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
langkah yang dilakukan guru dan hasilnya terjadi peningkatan. Pemberian tugas pada lembar diskusi yang jawabannya harus dicari sendiri oleh kelompok dengan melihat buku paket, buku referensi atau dari sumber media cetak dan elektronik serta lingkungan masyarakat dapat meningkatkan kemandirian dalam aspek mengatasi masalah. Dalam pembelajaran guru selalu berusaha membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan cara memberikan pertanyaan dari tingkat sederhana sampai tingkat tinggi. Pemberian tugas yang berupa penerapan seperti peragaan sosialisasi baik di sekolah, di kelas, di lingkungan masyarakat, dan lingkungan keluarga mendorong siswa belajar mengamati permasalahan sehari-hari yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran dengan melontarkan permasalahan dan penerapan pengalaman belajar yang dipraktekkan menghasilkan sikap siswa yang kritis dalam menanggapi permasalahan sehari-hari sehingga siswa tahu makna dari apa yang dipelajari selama ini. Peningkatan belajar mandiri siswa dari tiap siklus dapat dilihat pada uraian berikut : a) Aspek ketertarikan kepada pelajaran, siswa merasa senang pada pelajaran IPS yang menerapkan metode diskusi dan merasa pelajaran IPS tidak sulit dan tidak membosankan karena dikerjakan bersama-sama dengan kelompoknya. (CL 018). b) Aspek keinginan belajar diperoleh dari pengakuan siswa belajar jika esok hari ada pelajaran IPS (CL 019). c) Aspek mengatasi masalah tampak pada usaha mencari jawaban yang menjadi tugas kelompok (CL 020) d) Aspek rasa ingin tahu dapat diamati dari siswa mau mencoba mengamati lingkungan sekitar siswa dan baru bertanya jika sudah berusaha mencari sendiri jawaban tetapi tidak berhasil (CP 21).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
e) Aspek mengetahui makna belajar diamati dari siswa mengungkapkan tanggapan atau membuat kesimpulan dengan bahasa sendiri (CP 22). Pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi peneliti menerapkan metode demonstrasi, siswa mendemonstrasikan cara sosialisasi di kelas, di sekolah, di lingkungan keluarga, maupun dilingkungan masyarakat. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa peningkatan kemandirian siswa dapat diuraikan sebagai berikut : a) Aspek ketertarikan kepada pelajaran, siswa mengaku senang belajar IPS karena tiap pertemuan cara pembelajarannya berbeda dan bertukar pasangan tiap kali diskusi menambah keakraban dan menambah semangat belajar. (CL 021) b) Aspek keinginan belajar, siswa senang mengerjakan tugas rumah, dan selesai pada waktunya, semua kelompok mengumpulkan pada hari yang telah disepakati bersama, jika esok pagi ada pelajaran IPS malam hari siswa belajar (CL 022). c) Aspek mengatasi masalah, siswa berusaha mengamati lingkungan sekitar siswa dan berusaha untuk menyusun tek/naskah sosialisasi yang akan diperagakan di depan kelas (CL 023) d) Aspek rasa ingin tahu, siswa berusaha memahami cara sosialisasi agar mudah diterima dan dimengerti dan menanyakan bagaimana cara sosialisasi yang baik (CL. 024) e) Aspek mengetahui makna belajar, siswa mengetahui kelebihan dan kekurangan cara sosialisasi yang telah diperagkaan dan dapat menyimpulkan manfaat sosialisasi yang baik (CL.025) Pada materi bentuk-bentuk interaksi sosial, pembelajaran kooperatif model jigsaw menerapkan metode pengamatan lingkungan masyarakat dengan kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
kecil dan ternyata mampu meningkatkan kemandirian siswa seperti yang tersaji pada uraian berikut : a. Aspek ketertarikan kepada pelajaran, siswa semakin senang dengan pelajaran IPS karena pembelajaran dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap lingkungan masyarakat, siswa semakin merasa senang bahwa IPS bukan pelajaran yang membosankan. (CL 026). b. Aspek keinginan belajar, tampak pada pengakuan siswa yang belajar pada malam hari sebelum besoknya ada pelajaran IPS, siswa telah menyiapkan peralatan dan mempelajari materi bentuk-bentuk interaksi sosial dengan senang hati (CL 027) c. Aspek mengatasi masalah, terlihat siswa yang pada malam hari belum belajar berusaha membaca buku pelajaran IPS sebelum guru masuk kelas, karena jumlah kelompok diperkecil dengan angggota 4-5 orang harus melakukan pembagian tugas dan kompak (CL 028). d. Aspek rasa ingin tahu dapat diamati dari usaha siswa menanyakan pada teman atau pada guru istilah proses sosial asosiatif atau positif dan proses sosial disosiatif atau negatif ( CL 029). e. Aspek mengetahui makna belajar tampak pada aktivitas siswa melakukan pengamatan lingkungan, memberi contoh nyata proses sosial yang asosiatif maupun disosiatif yang terjadi di masyarakat (CL 030).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Peningkatan kemampuan belajar mandiri dari tiap siklus dapat diamati pada tabel berikut: Tabel 7. Peningkatan Belajar Mandiri Siswa No
1
Aspek
Ketertarikan kepada
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
(%)
(%)
(%)
(%)
25,93
40,00
70,00
85,00
Pelajaran 2
Kinginan Belajar
35,19
52,50
77,50
82,50
3
Mengatasi Masalah
12,96
20,00
57,50
57,50
4
Rasa Ingin Tahu
16,66
25,00
52,50
72,50
5
Mengetahui Makna
9,26
15,00
25,00
35,00
20,00
30,50
56,50
66,50
Belajar Rata-rata
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sikap kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan dibanding sebelum tindakan.Pada Pra-Siklus kemandirian belajar 20,00% aspek yang paling tinggi keinginan belajar sebesar 35,19% dan aspek yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar hanya 9,26%. (lihat lampiran 9.1). Pada siklus I kemandirian belajar 30,50 %. Aspek yang paling tinggi peningkatannya pada aspek keinginan belajar sebesar 52,50%, sedangkan aspek yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar hanya 15,00% ( lihat lampiran 9,2 ). Karena pada siklus I kemandirian belajar siswa belum mencapai indikator yang telah ditetapkan maka peneliti melanjutkan tindakan pada siklus II. Pada siklus II tingkat kemandirian menjadi 56,50%. Aspek yang paling tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
peningkatannya adalah pada aspek keinginan belajar yaitu 70,00% sedangkan aspek yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar yang tadinya 15,00% menjadi 25,00% (CP 18 dan lampiran 9.3). Walaupun pada siklus II kemandirian belajar siswa telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, peneliti tetap melanjutkan ke siklus III karena indikator ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan harian dan nilai tugas belum mencapai hasil sesuai yang diharapkan yaitu 75%. Pada siklus III tingkat kemandirian siswa sebesar 66,50%,aspek yang paling tinggi peningkatannya adalah aspek ketertarikan kepada pelajaran yaitu 85,00%, keinginan belajar 82,50%, aspek mengatasi masalah 57,50% dan rasa ingin tahu 72,50. Sedangkan aspek yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar sebesar 35,00% (CP 19 dan lamp. 9.4). Karena kemandirian belajar pada siklus III telah mancapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan maka siklus III tidak diperpanjang lagi dan penelitian diakhiri.
b. Implementasi Pembelajaran kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw penilaian dilakukan secara `intensif dan menyeluruh. Komponen penilaian dilaksanakan pada semua aspek dengan
pencatatan
secara
otentik
(authentic
assessment)
selama
proses
pembelajaran, dalam bentuk kemampuan siswa dalam bentuk berpendapat, bertanya, menjawab pertanyaan guru, menyelesaikan tugas diskusi, memperagakan, tampil di muka umum, mempertahankan argumentasi di depan publik, penampilan atau performen ternyata mendorong siswa untuk aktif dan berusaha memperoleh nilai yang baik. Memberikan informasi tentang sistem penilaian dan waktunya yaitu pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
setiap akhir siklus berupa ulangan harian dan penilaiannya dilakukan sendiri oleh siswa pada saat koreksi menyebabkan siswa bersemangat dan bersaing secara sehat dengan temannya. Penilaian juga dilakukan terhadap hasil kerja kelompok dan penilaian tugas yang merupakan komponen evaluasi yang berfungsi sebagai penilaian portofolio yang memiliki bobot 40% dari nilai siswa. Dengan pemberian tugas yang dibatasi waktunya siswa akan merasa harus mengerjakan tugas jika ingin nilainya baik. Setelah menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam tiga siklus hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebagai berikut : Hasil ulangan harian Pra-Siklus menunjukkan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 30 dan rata-rata kelas sebesar 58,95 dengan ketuntasan 47,50% (lihat lampiran 12.1). Pada ulangan harian pertama nilai tertinggi mencapai 85 ( siswa AS), nilai terendah 30 (siswa FA) dan rata-rata nilai kelas 72,50%. Dengan ketuntasan 57,50% (lihat lampiran 12.2). Nilai tersebut belum mencapai nilai minimal yang telah ditentukan dalam KKM yaitu 68 dan belum mencapai indikator yang ditentukan dalam PTK yaitu nilai rata-rata mencapai 75 dan ketuntasan klasikal sebesar 75%. Pada siklus I ini ketuntasan klasikal baru mencapai 74,25. Pada nilai tugas tertinggi 80 dan nilai terendah 70, rata-ratanya 74,25, juga belum mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu nilai rata-rata tugas sebesar 75 dan ketuntasan nilai tugas sebesar 75% (lihat lampiran 13.1). Pada ulangan harian kedua nilai siswa kelas VII A yang tertinggi 95 (siswa FK) dan terendah 30 (siswa RC) Nilai rata-rata 70,125 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 72,50 (lihat lampiran 12.3). Jika dilihat pada KKM sebesar 68 maka hasil nilai siklus kedua peningkatannya cukup baik namun belum mencapai ketuntasan klasikal dan belum mencapai nilai rata-rata sebesar 75. Nilai tugas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
berkisar antara 70 sampai 80 dan rata-ratanya sebesar 74,75% sehingga sudah mencapai KKM, tetapi belum mencapai indikator penilaian yang ditetapkan dalam PTK (lihat lampiran 13.2). Pada ulangan harian ketiga siswa kelas VII A nilai yang tertinggi 100 (siswa AS) dan yang terendah 50 (siswa RC). Nilai rata-rata 76,95 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 90,00 (lihat lampiran 12.4). Jika dilihat pada KKM sebesar 69 maka hasil nilai ulangan harian ketiga peningkatannya sangat baik dan sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Dalam ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari 72,50 menjadi 90,00 dan sudah melampaui indikator yang ditetapkan (lampiran 12.4). Nilai tes akhir tindakan tertinggi 95 dan terendah 40, rata-rata nilai sebesar 72,50 (lihat lampiran 12.5). Nilai tugas siklus III tertinggi 90 dan nilai terendah 60, rata-rata sebesar 76,63, mengalami peningkatan sangat maksimal dibanding sebelum tindakan dan telah melampaui indikator (lihat lampiran 13.3 dan lampiran 12.4) Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 8. Peningkatan Nilai Ulangan Harian No
Nilai
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
(%)
(%)
(%)
(%)
1
Tertinggi
75
85
95
100
2
Terendah
30
30
30
50
3
Rata-rata
58,95
72,50
70,125
76,95
4
Ketuntasan
47,50
57,50
72,50
90,00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Tabel 9. Peningkatan Nilai Tugas Selama Tindakan No
Nilai
Siklus I
Siklus II
Siklus III
(%)
(%)
(%)
1
Tertinggi
80
80
90
2
Terendah
70
70
60
3
Rata-rata
74,25
74,75
76,63
2. Pembahasan Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding yang berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal dan kemudian siswa mengambil alih tangung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Teori Vygotsky ini sejalan dengan salah satu karakteristik dari pembelajaran IPS kooperatif yang menekankan perlunya interaksi yang terus menerus antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, juga antar siswa dengan pembimbing (guru) dan siswa dengan perangkat pembelajaran sehingga setiap siswa mendapatkan manfaat positif dari interaksi tersebut. Hal ini terlihat di dalam kelompok (masing-masing kelompok 4-6 siswa) yang dirancang dalam proses pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran IPS kooperatif bantuan yang diberikan guru hanya sebatas pada pertanyaan-pertanyaan awal pemecahan persoalan yang diberikan oleh guru, dengan memberikan petunjuk atau saran sampai siswa mengerti maksud soal. Pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan menerapkan metode yang bervariasi dan belajar dari lingkungan sekitar serta selalu berpusat pada siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
(student centered)
meningkatkan
belajar mandiri
siswa. Metode pengamatan
lingkungan sangat efektif dalam menumbuhkan rasa ingin tahu, ketertarikan kepada pelajaran dan keinginan belajar yang merupakan komponen kemandirian siswa dalam belajar. Dari sajian hasil penelitian berupa tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw yang dilakukan selama tindakan pada tiap siklus dapat memacu hasil belajar siswa meningkat. Dengan sistem penilaian yang bersifat otentik (authentic assessment) perkembangan siswa selalu dicatat dan diamati. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir pembelajaran tetapi selama proses pembelajaran, terhadap produk hasil diskusi siswa, performen atau penampilan siswa dalam diskusi, presentasi serta perilaku siswa selama di sekolah. Pada tiap akhir pembelajaran selalu dilakukan refleksi (reflection) yang bermanfaat bagi siswa untuk merenungkan kembali kegiatan yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh. Hasil refleksi tersebut diharapkan akan menumbuhkan ketertarikan kepada pelajaran , keinginan belajar serta semangat berkompetisi.
D. Keterbatasan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini masih terdapat beberapa kekurangan karena keterbatasan peneliti dalam berbagai hal diantaranya keterbatasan kemampuan dan keterbatasan yang bersifat prosedural pelaksanaan di lapangan seperti : 1.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini merupakan penelitian kualitatif yang memfokuskan pada proses tindakan dalam pembelajaran. Jadi instrumen hanya berupa pedoman wawancara, lembar observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran, pedoman penilaian dan instrumen tes. Hasil pengamatan tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
digunakan untuk mengukur keberhasilan indikator yang sudah dirumuskan dalam rencana tindakan. 2.
Penelitian tindakan kelas (PTK) idealnya pada setiap siklus pelaksanaannya dalam waktu yang relatif lama, agar peneliti benar-benar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dari semua perlakuan (treatment) yang dilakukan. Karena kondisi tertentu baik dari peneliti maupun faktor lain, maka peneliti melaksanakan penelitian ini kurang lebih selama dua minggu setiap siklusnya. Walaupun waktunya relatif singkat peneliti dapat mengetahui perkembangan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa.
3.
Pengamatan yang peneliti lakukan dalam pelaksanaan pembelajaran masih kurang efektif, karena perhatian peneliti terkadang kurang terfokus. Hal ini disebabkan peneliti adalah guru mata pelajaran IPS di kelas VII A, sehingga peneliti harus mengajar dan melakukan pengamatan.
4.
Laporan penelitian yang disusun oleh peneliti masih banyak kekurangan, baik penggunaan kata maupun susunan kalimatnya. Semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS telah selesai dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya ada empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Ketidakberhasilan dalam siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Adapaun hasil penelitian selama tindakan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran IPS dapat Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa Kemampuan belajar mandiri siswa mengalami peningkatan dalam setiap siklus. Komponen belajar mandiri terdiri dari minat, motivasi, mengatasi masalah, rasa ingin tahu dan mengetahui makna belajar. Selama penelitian tindakan dari siklus pertama sampai siklus ke III keberhasilan belajar mandiri siswa terlihat nyata. Setelah melaksanakan PTK siswa lebih senang pada pelajaran IPS, IPS bukan pelajaran yang sulit dan membosankan, siswa selalu belajar jika besok pagi ada pelajaran IPS dan selalu mengerjakan tugas di rumah baik secara individu maupun kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran IPS dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pembelajaran kooperatif model jigsaw yang di desain dengan metode yang bervariasi mampu meingkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian otentik (authentic assessment) selama proses pembelajaran, penilaian tugas dan penilaian hasil belajar pada tiap selesai siklus. Ketrampilan guru dalam memilih pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran akan meningkatkan minat, motivasi dan semangat belajar siswa. Dengan semangat belajar yang tinggi iklim belajar menjadi lebih kondusif dan hasil belajar meningkat. Setelah melakukan tindakan dalam tiga siklus rata-rata ulangan harian IPS siswa mencapai 72,50 dan ketuntasan klasikal sebesar 85%
B. Implikasi Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan
belajar
mandiri siswa dan hasil belajar IPS kelas VII A SMP Negeri 1 Buluspesantren dapat diimplikasikan sebagai berikut : 1. Pelaksanan pembelajaran kooperatif model jigsaw berhasil meningkatkan belajar mandiri siswa jika dilakukan dengan langkah yang tepat seperti menyajikan topik yang menarik, siswa menentukan sendiri paket materi yang akan dipelajari dan modifikasi bahan-bahan tertentu disusun secara obyektif untuk membantu siswa dalam belajar. Belajar mandiri amat cocok untuk meningkatkan aspek kognitif dan psikomotor, dengan fungsi gurunya sebagai fasilitator. Kemandirian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
siswa dalam belajar mengalami peningkatan apabila siswa memiliki ketertarikan terhadap mata pelajaran, memiliki keinginan belajar, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan mengetahui makna belajar. 2. Pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa jika dilaksanakan dengan penilaian otentik (authentic assessment). Prinsip pokok penilaian otentik adalah penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran, mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan esensi pengalaman belajar dan bersifat holistik atau menyeluruh pada setiap komponen evaluasi sehingga dapat mengukur berbagai kemampuan siswa. Hasil belajar dapat diketahui dari perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersifat kontinyu, positif permanen dan terarah. 3. Pembelajaran
kooperatif
model
jigsaw
kurang
berhasil
meningkatkan
kemandirian dan hasil belajar IPS pada siswa yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata. Dalam PTK di kelas VII A ada 2 orang siswa RC dan PS Yang tetap kurang maksimal dalam kemandirian maupun hasil belajar. Dua orang siswa memiliki kemampuan akademik rendah dan tidak memiliki ketrampilan.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, simpulan dan implikasi yang telah diuraikan diatas dapat disampaikan saran sebagai berikut : 1. Seorang guru hendaknya kreatif dan lihai didalam memilih pembelajaran yang tepat guna menumbuhkan kemandirian siswa dalam pembelajaran. Guru dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
memilih alternatif pembelajaran kooperatif model jigsaw guna meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa. 2. Guru
dapat menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan
dimodifikasi berbagai metode dan teknik tertentu dengan tetap berprinsip pada siswa sebagai subyek belajar (student oriented), masyarakat belajar (learning community),
permodelan
(modelling),
berbasis
lingkungan
(learning
environment) guna memperkaya pengalaman belajar siswa. 3. Guru hendaknya menerapkan penilaian otentik (authentic assessment), agar mengetahui perkembangan hasil belajar siswa secara menyeluruh yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 4. Guru hendaknya berusaha melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas,
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran,
sehingga
kemandirian dan hasil belajar meningkat. 5. Guru hendaknya sabar dan memberi perhatian lebih pada siswa yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata karena daya nalar siswa lebih lambat dibanding teman-temannya, sehingga sering minder dan tidak dapat memunculkan kemampuannya. 6. Kepala
sekolah
hendaknya
memberi
kebebasan
kepada
guru
untuk
mengembangkan profesi dengan banyak aktif di organisasi seperti MGMP dan forum ilmiah guru serta memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan agar tidak ketinggalan informasi tentang kurikulum. 7. Kepala sekolah bersama komite hendaknya menyediakan sarana dan prasarana serta sumber pembelajaran selaras dengan perkembangan kurikulum dan perkembangan IPTEK.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
8. Peneliti lain dapat menerapkan penelitian sejenis untuk mengatasi pembelajaran di kelas. 9. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut guna menyempurnakan kekurangan pada penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Arend Ricard I, 1997. Classroom Instruction and Management. Central Conecticut State University : The McGrow-Hill Compenies. Co Ashar Arsyad, 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : radja Grafindo Perkasa. Bloom, Benjamin S et al,1977. Taxonomy of educational Objectives the Clasifications of Educational Goals, Hand Book I Cognitive Domain,New York : Longman Dahar, R. IN.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Depdiknas, 2004. Panduan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Dimyati dan Mujiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta Haris Mudjiman, 2007. Belajar Mandiri (Self-motivated Learning).Surakarta : LPP dan LPT Universitas Sebelas Maret Gagne, Robert M, Leslie J. Briggs 1979. Principle of Instructional Design. NewYork: Holt, Rinehart and Winton. Harjanto, 2006. Perencanaan Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya H. Isjoni , 2009. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta Hopkins, David.1993, A Teacher’Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press. Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2003. Models of Teaching. Fifth Edition. New Delhi : Prentioce-Hall Of India Private Limited.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Medsker, Karren L. & Kristina M Holdsworth. 2001. Models and Strategies for Training Design. New York : A Publication of the International Society for Perfomance Improfment. Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Muhibin Syah, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Paul Suparno, 1997. Filsafat Konstruktivisme. Jakarta : Kanisius. Piskurich. George M, 1993. Self-Directed Learning : A Partial Guide to Design, Development and Implemetation. Maryland : College Park. Siberman, Melvin L, 1996. Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston : Allyn and Bacon. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Slavin, 1995. Cooperative Learning Theory anp Practice. Second Edition. Boston. Allyn and Bacon Publisher. Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Cetakan Keempat. Jakarta : Bumi Aksara. Toeti Sukamto dan Udin saripudin Winatapura. 1996. Teori Belajar dan ModelModel Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
commit to user