IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IIS I SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Yun Ismi Wulandari, Sunarto, dan Salman Alfarisy Totalia * *Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IIS I SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran discovery learning dengan menggunakan pendekatan saintifik. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS I SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 siswa. Sumber data berasal dari guru, siswa dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu (a) observasi, (b) tes, (c) dokumentasi, (d) wawancara. Teknik untuk keabsahan data digunakan triangulasi sumber data dan teknik. Teknik Analisis data yang digunakan adalah analisis komparatif, analisis kuantitatif sederhana dan kualiatatif. Prosedur penelitian meliputi tahap (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) observasi, (d) refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, proses pembelajaran dengan penerapan model discovery learning dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus I kemampuan berfikir kritis siswa ditinjau dari indikator-indikator kemampuan berfikir kritis meningkat 22,83% (presentase prasiklus yaitu 47,17% dan 70,00% pada siklus I). Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 11,83% (nilai rata-rata hasil belajar pra siklus 72,27 (2,89) dan siklus I 3,36 84,10 (3,36) dengan presentase ketuntasan yang meningkat 30% (presentase ketuntasan prasiklus sebesar 43,33% dan 73,33% pada siklus I). Pada siklus II kemampuan berfikir kritis siswa terus mengalami peningkatan, terbukti kemampuan berfikir siswa ditinjau dari indikator-indikator kemampuan berfikir kritis meningkat 11,50% (presentase siklus I sebesar 70,00% dan siklus II sebesar 81,50%). Hasil belajar siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 8% dan presentase ketuntasan meningkat 13,34% (presentase siklus I 73,33 dan siklus II 86,67%). Simpulan penelitian ini adalah penerapan model discovery learning dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa pada pelajaran Ekonomi kelas XI IIS I SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Kata kunci : Discovery Learning, pendekatan saintifik, kemampuan berfikir kritis, hasil belajar.
1
ABSTRACT The purpose of this research is to improve critical thinking skills and students learning outcomes of economic subject at class XI IIS I of Senior High School 6 Surakarta in academic year of 2014/2015 with the implementation of discovery learning Model by using scientific approach. The subjects were students of class XI IIS 1 of Senior High School 6 Surakarta in the academic year of 2014/2015 with 30 students. Sources of data derived from the teachers, students, and documents. The technique of data collection used are (a) Observation, (b) Test, (c) documentation, (d) interviews. Techniques for the validity of the data used triangulation of data sources and triangulation tec hniques. Comparative analysis, simple quantitative and qualitative analysis is used for analyzing the data. The procedures of this research are (a) planning, (b) action, (c) observation, (d) reflection. Based on the research results, the learning process with the implementation of discovery learning model by using scientific approach can improve critical thinking skills and learning outcomes of the students. It depends on the critical thinking skills cycle according to the indicators. These indicators increase 22,83 % (pre cycle percentage 47,17% and 70,00% on the first cycle). The students learning outcomes also increased 11,83% (the pre cycle average points 72,27 (2,89) and the first cycle 3,36 84,10 (3,36)) by the completeness presentation 30% (the pre-cycle completeness percentage is 43,33% and 73,33% on the first cycle). On the cycle II, the critical thinking skills of students continue to increase, it can be seen that the critical thingking indicator increase 11,50% (the first cycle percentage is 70,00 % and second cycle is 81,50%. Student learning outcomes on cycle II is also increased 8% and the completeness percentage is 13,34% (the first cycle percentage 73,33 and second cycle 86,67%). The conclusion of this research is the implementation of Discovery Learning Model by using scientific approach can improve students’ critical thinking skills and learning outcomes in Economics subject at class XI IIS I of Senior High School 6 Surakarta, in the academic year of 2014/2015. Key words: Discovery Learning, Scientific Approach, Critical Thinking Skills, Learning Outcomes. sistem
PENDAHULUAN Berkembangnya arus globalisasi
pendidikan
nasional
pasal
1
menyebutkan bahwa:
pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Bisa dilihat dari pengertian
Republik
pendidikan yang telah dijelaskan dan
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
tercantum dalam Undang-Undang tersebut,
menuntut semua aspek kehidupan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Untuk mampu menyesuaikan diri dan berkompetisi dengan perubahan zaman tersebut diperlukan sumber daya manusia yang handal
dan
berkualitas.
Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat
dilakukan
Menurut
melalui
Undang-undang
2
diharapkan
melalui
pendidikan
suatu
dihadapi serta mampu untuk menjawab
negara dapat menciptakan, menghasilkan
tuntutan masa depan.
dan membina insan-insan yang mampu berkompetisi
dengan
Kualitas
perkembangan
pembelajaran
dan
juga
keberhasilan
dipengaruhi
oleh
zaman, serta mempunyai kemampuan
kompetensi dan ketepatan guru memilih
bukan hanya kecerdasan intelektual tetapi
serta menggunakan model pembelajaran.
juga kemampuan kecerdasan emosional
Model
dan spiritual yang bermanfaat untuk
perencanaan
dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan
digunakan
negara. Oleh karena itu, merupakan hal
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
yang
lebih
Guru dapat memilih model pembelajaran
memperhatikan kualitas pendidikan agar
yang sesuai dengan karakteristik siswa,
dapat menciptakan sumber daya manusia
materi pembelajaran, serta sarana dan
yang berkualitas.
prasarana yang tersedia. Setiap model
logis
bila
kita
harus
Di dalam proses pembelajaran
Pembelajaran atau sebagai
pembelajaran
yang
suatu
pola
pedoman
akan
yang dalam
digunakan
memiliki
dan siswa. Interaksi yang terjadi dapat
sehingga guru dituntut memiliki kreativitas
diartikan sebagai interaksi yang bernilai
yang tinggi untuk dapat memilih dan
edukatif yang diarahkan pada pencapaian
menerapkan model pembelajaran yang
tujuan yang telah ditentukan. Di dalam
sesuai dengan keadaan siswa dan tujuan
proses pembelajaran guru dituntut untuk
pembelajaran yang hendak dicapai.
hanya
informasi
sekedar
atau
menyampaikan
pengetahuan
dan
suatu
terdapat interaksi yang erat antara guru
tidak
kelebihan
adalah
kekurangan,
Kenyataan yang terjadi, masih
yang
terdapat guru yang belum mampu memilih
dimilikkinya kepada siswa, melainkan
dan menggunakan model pembelajaran
sebuah
kegiatan
siswa
yang tepat dan efektif. Kebanyakan model
untuk
membangun
pengetahuannya
pembelajaran yang digunakan guru adalah
sendiri, mampu untuk mengaktifkan siswa
model pembelajaran konvensional dengan
sehingga
belajar
metode ceramah. Tidak ada yang salah
meningkat. Mengajar seharusnya adalah
dengan model dan pembelajaran ini, hanya
kegiatan mengajak siswa untuk berfikir,
saja dengan model ini siswa kurang
sehingga melalui kemampuan berfikir
menampakkan aktivitas yang aktif selama
akan membentuk siswa yang cerdas dan
proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan
mampu untuk memecahkan masalah yang
dengan kurang terlihatnya partisipasi siswa
pemberdayaan
kemauan
untuk
serta jarang terjadi interaksi aktif antara 3
guru dengan siswa maupun siswa dengan
pendidikan
siswa, sehingga hasil belajar siswa juga
pelajaran tersendiri. Pola pemikiran dalam
kurang optimal.
pelajaran ekonomi menggunakan logika
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar
siswa,
guru
juga
menengah
sebagai
mata
dan penalaran. Mata pelajaran ekonomi
perlu
adalah mata pelajaran yang kebanyakan
mengevaluasi, mengembangkan kreativitas
materi
dan terus berinovasi dalam menata desain
dengan kehidupan nyata sehari-hari. Untuk
pembelajaran yang dilakukan. Dengan
itu, siswa tidak boleh hanya diajarkan
adanya
yang
untuk mengandalkan kekuatan hafalan
dilakukan diharapkan dapat memberikan
tetapi siswa harus diajarkan untuk mampu
kemajuan
siswa.
berfikir, membuat pilihan secara rasional
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dan mampu menggunakan konsep ilmu
setelah mengikuti proses pembelajaran
Ekonomi untuk menganalisis persoalan
diharapkan
yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
inovasi
dan
dalam
perbaikan
pola
dapat
pikir
berdampak
pada
didalamnya
sangat
berkaitan
kemampuan berfikir siswa. Kemampuan
Hasil observasi peneliti di kelas
berfikir siswa yang semakin kritis akan
XI IIS I pada proses pembelajaran mata
menjamin
yang
pelajaran ekonomi menunjukkan proses
lama
pembelajaran
diperoleh
ilmu akan
pengetahuan bertahan
lebih
yang
berlansung
sudah
sehingga akan berdampak pada hasil
menggunakan pendekatan saintifik, namun
belajar siswa yang semakin meningkat.
dalam
SMA
Negeri
6
Surakarta
pengaplikasiannya
menggunakan
metode
jarang
diskusi
kalaupun
Atas yang berada di bawah Departemen
menginstruksikan
Pendidikan
jenjang
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dari
pendidikan menengah di kota Surakarta
guru saja. Prosedur pembelajaran seperti
yang sudah menggunakan kurikulum 2013,
mengamati,
sehingga
sudah
mengumpulkan dan mengolah informasi
disesuaikan dengan kurikulum 2013. SMA
serta mengkomunikasikan juga belum
Negeri 6 Surakarta mengajarkan tiga
terlaksana sepenuhnya. Sehingga, proses
disiplin ilmu, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa.
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan
masih belum diimplementasikan secara
pada disiplin ilmu IPS di sekolah ini
sempurna oleh guru.
pada
pembelajarnnyapun
adalah mata pelajaran ekonomi. Mata
siswa
mengajukan
Kondisi
pelajaran ekonomi diberikan pada tingkat
hanya
dan
merupakan salah satu Sekolah Menengah
Nasional
berdiskusi
guru
kelas
sebatas untuk
pertanyaan,
saat
kegiatan
belajar mengajar masih sering pasif. Sulit 4
untuk terjadinya interaksi aktif baik antar
mengenai materi ekonomi yang begitu
siswa maupun antara siswa dengan guru.
susah, penuh dengan hapalan dan pada
Tidak semua siswa memperhatikan saat
akhirnya
ini
guru menjelaskan di depan kelas, terdapat
perolehan
hasil
siswa yang ramai, bercanda dengan teman
maksimal. Siswa hanya diajarkan materi
sebangku,
dengan
tidur-tiduran,
bermain
cara
akan
mempengaruhi
belajar
yang
menghapal
saja
tanpa
memahami
dan
handphone hingga bahkan mengerjakan
diajarkan
tugas
menemukan konsep pemikirannya sendiri,
mata
pelajaran
disebakan karena menggunakan
lain.
Hal
guru masih
model
ini
sering
sehingga
pembelajaran
untuk
tidak
kemampuan
siswa
hanya
berbatas pada hapalan yang menyebabkan
konvensional dengan ceramah sehingga
kemampuan berfikir mereka rendah.
pembelajaran yang berlangsung kurang
Dari hasil observasi di kelas XI
efektif dan monoton. Sangat sedikit siswa
IIS I diperoleh hasil yang menunjukan
yang berani menjawab permasalahan yang
kurang berhasilnya pembelajaran Ekonomi
diajukan, siswa hampir tidak pernah
dimana siswa mempunyai kemampuan
bertanya pada saat kegiatan pembelajaran
berfikir kritis yang sangat kurang sekali
berlangsung, siswa tidak berani untuk
dengan
berpendapat dan menawarkan solusi dari
berfikir kritis yang hanya sebesar 48,50%.
permasalahan yang ditemukan hingga
Dengan kemampuan berfikir kritis yang
tidak
mampu
sangat kurang menyebabkan hasil belajar
menyimpulkan hasil pembelajaran. Hal
kurang optimal. Dari nilai ulangan harian
tersebut dapat dijadikan indikator bahwa
siswa sebanyak 57,67% siswa di kelas XI
kemampuan berfikir siswa masih rendah.
IIS I mempunyai nilai yang masih berada
Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan
dibawah KKM dimana KKM pelajaran
yang diterima siswa sangat mudah hilang,
Ekonomi
dan bersifat hapalan semata.
begitu, masalah yang terjadi pada kelas XI
adanya
siswa
Pembelajaran
yang
capaian
kemampuan
sebesar 3,00 (75).
Dengan
diterapkan
IIS I Surakarta yang paling penting dan
guru belum mampu untuk menumbuhkan
harus untuk dicarikan solusinya adalah
dan mengembangan keterampilan berfikir
hasil
kritis.
keberhasilan dan kemampuan berfikir
Hal
yang
rata-rata
tersebut
dikarenakan
penyampaian materi yang dilakukan guru
belajar
yang
belum
mencapai
kritis siswa yang masih rendah.
masih kurang inovatif, monoton dan belum
Berdasarkan permasalahan yang
melibatkan peran siswa secara penuh,
timbul dan untuk mewujudkan harapan
sehingga banyak anggapan negatif siswa
yang ingin dicapai dalam pembelajaran 5
ekonomi maka dibutuhkan suatu model
merumuskan
pembelajaran
Pengetahuan
yang
sendiri
tepat
mengatasi
tersebut.
Model
belajar penemuan menunjukkan beberapa
pembelajaran yang dapat meningkatkan
kebaikan yaitu, pengetahuan itu bertahan
berfikir kritis dan hasil belajar siswa sesuai
lama atau lebih mudah diingat bila
dengan pendekatan saintifik salah satunya
dibandingkan dengan pengetahuan yang
adalah model discovery learning.
dipelajari dengan cara-cara lain, hasil
permasalahan
Pembelajaran dengan pendekatan
belajar
yang
penemuannya.
diperoleh
penemuan
dengan
mempunyai
efek
saintifik adalah proses pembelajaran yang
transfer yang lebih baik dan secara
dirancang agar siswa aktif mengonstruk
menyeluruh
konsep,
meningkatkan
hukum
atau
prinsip
melalui
tahapan-tahapan mengamati, merumuskan
belajar
penemuan
penalaran
siswa
dapat dan
kemampuan untuk berpikir secara kritis.
masalah, mengajukan dan merumuskan
Dipilihnya
model
pembelajaran
hipotesis, mengumpulkan data dengan
discovery learning dengan
berbagai
data,
saintifik karena model ini memberikan
menarik kesimpulan, mengomunikasikan
kesempatan bagi siswa untuk berpikir,
konsep,
menemukan,
teknik,
hukum
ditemukan.
menganalisis
atau
prinsip
Pendekatan
yang
pendekatan
berpendapat,
dan
saling
saintifik
bekerja sama melalui aktivitas belajar
dimaksudkan untuk memberi pemahaman
secara ilmiah, sehingga dapat melatih dan
kepada siswa dalam mengenal, memahami
meningkatkan kemampuan berfikir kritis
berbagai materi menggunakan pendekatan
dan
ilmiah dan informasi bisa berasal dari
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep
mana saja, kapan saja, tidak bergantung
penting yang nantinya akan berdampak
pada guru saja. Oleh karena itu kondisi
pada peningkatan hasil belajar.
pembelajaran diarahkan untuk mendorong
Berdasarkan
pemecahan
masalah
uraian
serta
yang
siswa dalam mencari tahu dari berbagai
disampaikan di atas maka penulis tertarik
sumber
melakukan penelitian dengan judul :
melalui observasi, dan bukan
“Implementasi
hanya diberi tahu dari guru saja. Model Learning
pembelajaran
merupakan
suatu
Model
Discovery
Discovery
Learning Dengan Pendekatan Saintifik
rangkaian
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
kegiatan belajar yang melibatkan secara
Berfikir Kritis Dan Hasil belajar Siswa
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
mencari dan menyelidiki secara sistematis,
IIS I SMA Negeri 6 Surakarta Tahun
kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
Pelajaran 2014/2015”. 6
Model pembelajaran discovery learning atau yang dikenal dengan belajar penemuan dikemukakan oleh seorang ahli yang bernama Bruner. Bruner dalam Wilis (2006) menyatakan bahwa: Belajar penemuan dan dengan sendirinya memberikan hasil yang baik dalam pembelajaran discovery learning ini, peserta didik berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar penemuan peserta didik belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsipprinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengizinkan mereka menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Pengetahuan yang diperoleh itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Hasil belajar penemuan mempunyi efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsipprinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Belajar penemuan melatih ketrampilan kognitif peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Bruner juga mengemukakan bahwa Belajar penemuan membangkitkan keingintahuan peserta didik, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban (hlm. 79).
TINJAUAN PUSTAKA Model
Pembelajaran
Discovery
Learning Pembelajaran
menjadi
lebih
bermakna ketika siswa mengeksplorasi lingkungan-lingkungan mereka
pembelajaran
dibandingkan
mendengarkan
guru.
secara Menurut
pasif Anitah
(2009), “Belajar penemuan atau discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan” (hlm. 55). Diharapkan
melalui
penemuan
dalam
pembelajaran, siswa belajar secara intensif dengan
mengikuti
metode
investigasi
ilmiah atau dengan pendekatan ilmiah. Sehingga kegiatan pembelajaran dirancang dan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Bruner
(Schunk,
2012)
mengemukakan bahwa: Belajar menemukan (discovery learning) mengacu pada penguasaan pengetahuan untuk diri sendiri. Belajar penemuan melibatkan arahan guru untuk mengatur aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa seperti mencari, mengolah, menelusuri dan menyelidiki. Siswa mempelajari pengetahuan baru yang relevan dengan bidang studi dan ketrampilan-ketrampilan masalah umum seperti memformulasikan aturan, menguji hipotesis dan mengumpulkan informasi (hlm. 372).
7
Model
pembelajaran
ini
Kelima langkah-langkah model
memungkinkan para siswa menemukan
pembelajaran discovery learning menurut
sendiri informasi yang diperlukan untuk
Sri Anitah tersebut, dapat dijelaskan
mencapai tujuan intruksioanal. Hal ini
sebagai berikut:
berimplikasi
1.
terhadap
peranan
guru
Identifikasi masalah, pada tahap ini
sebagai penyampaian informasi ke arah
guru memberikan kesempatan kepada
peran guru sebagai pengelola interaksi
siswa
belajar mengajar di kelas.
mengumpulkan
Penerapan
model
discovery
mencari
informasi,
mencari sebanyak
dan mungkin
masalah yang berhubungan dengan
learning menuntut siswa lebih aktif untuk membaca,
untuk
tema yang akan dipelajari.
serta
2.
Mengembangkan solusi, pada tahap
pengetahuan untuk pemecahan masalah
ini siswa diajak untuk membuat suatu
yang diberikan guru. Sehingga siswa
hipotesis atas masalah yang telah
mempunyai pengetahuan, ingatan dan
ditentukan sebelumnya.
pemahaman
terhadap
materi
yang
3.
Pengumpulan data, pada tahap ini
dipelajari jauh lebih lama dibandingkan
guru memberikan waktu kepada siswa
dengan
untuk
siswa
memperoleh
informasi
hanya dari guru.
mengumpulkan
data
yang
terkait dengan masalah. Data tersebut
Sistem pembelajaran discovery
bisa dari observasi langsung, internet,
learning, guru tidak langsung menyajikan
buku, eksperimen, ataupun sumber-
bahan pelajaran, akan tetapi siswa diberi
sumber yang lain.
kesempatan
untuk
persoalan
menemukan
dengan
suatu
4.
menggunakan
tahap ini siswa menganalisis data hasil
pendekatan problem solving. Menurut Pembelajaran mempunyai
Anitah
temuannya, (2009)
discovery
learning
langkah-langkah
sebagai
itu
mengembangkan
data
diuji
hipotesis
dan
setelah
ada
disimpulkan. 5.
3. 4. 5.
lalu
pernyataan pendukung data. Setelah
berikut : 1. 2.
Analisis dan intepretasi data, pada
Identifikasi masalah Mengembangkan kemungkinan solusi (hipotesis) Pengumpulan data Analisis dan interpretasi data Uji kesimpulan (hlm. 57).
Uji
kesimpulan,
kesimpulan dari siswa, muncullah data baru
dan
ditahap
ini
dilakukan
pengujian terhadap hasil kesimpulan. Jika
terjadi
kekurangan
dapat
dilakukan revisi kesimpulan tersebut.
8
Menurut Kemendikbud
(2013)
dari yang konkret ke abstrak, atau
Model pembelajaran discovery learning
dari tahap enaktif, ikonik sampai
memilikki dua langkah operasional yang
ke simbolik.
harus
dilaksanakan
yaitu
langkah
g) Melakukan penilaian proses dan
persiapan dan pelaksanaan.
hasil belajar siswa.
1) Langkah Persiapan
2) Pelaksanaan
a) Menentukan tujuan pembelajaran b) Melakukan
Tahap
identifikasi
discovery
karakteristik siswa
Kementerian
pelaksanaan learning
model menurut
Pendidikan
c) Memilih materi pelajaran
Kebudayaan
d) Menentukan topik yang harus
beberapa langkah yaitu Stimulation
dipelajari siswa secara induktif. e) Mengembangkan
terdiri
dari
Problem statement; Data collection;
bahan-bahan
Verification; Generalization. Langkah
ajar. f)
(2013)
dan
ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Discovery Learning Tahap Pelaksanaan Stimulation Pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan (stimulasi/pemberian kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi rangsangan) generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Problem statement Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi (pernyataan/identifi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin kasi masalah) agenda masalah yang relevan dengan bahan ajar, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Data collection Ketika eksplorasi berlangsung guru memberi kesempatan kepada para (Pengumpulan siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang Data) relevan. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Data Processing Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi (Pengolahan Data) yang telah diperoleh para siswa lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, semuanya diolah, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. 9
Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, pemahaman melalui contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Generalization Tahap generalisasi adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang (menarik dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau kesimpulan/ masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. generalisasi) Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. (Sumber: Kemendikbud, 2013) Secara garis besar, discovery atau saintifik diyakini sebagai titian emas learning
mempunyai
dapat
perkembangan dan pengembangan sikap,
mengembangkan potensi intelektual siswa,
keterampilan, dan pengetahuan peserta
meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan
didik (Kemendikbud, 2013). Jadi, dengan
memotivasi siswa untuk terus berusaha
diterapkannya
menemukan
pendekatan saintifik dapat membentuk dan
melatih
kelebihan
sesuatu
sampai
keterampilan
ketemu,
memecahkan
mengembangkan
persoalan sendiri dan melatih siswa untuk dapat
mengumpulkan,
mengolah
pembelajaran
sikap,
dengan
keterampilan
berfikir dan juga hasil belajar siswa.
dan
Daryanto (2014) mengemukakan
menganalisa data sendiri. Sehingga pada
pembelajaran dengan pendekatan scientific
proses pembelajaran
adalah
ekonomi
dengan
proses
menggunakan model discovery learning
dirancang
diharapkan
membangun
dapat
mengembangkan kritis
siswa
menghadapi
melatih
kemampuan
untuk dan
terampil mencari
dan
agar
pembelajaran
yang
siswa
aktif
konsep,
secara
prinsip
melalui
berfikir
tahapan seperti mengamati, merumuskan
dalam
masalah, mengajukan atau merumuskan
solusi
hipotesis,
mengumpulkan
data,
permasalahan-permasalahan ekonomi yang
menganalisis data, menarik kesimpulan
dijumpai
dan mengomunikasikan konsep, hukum
dalam
proses
pembelajaran
atau prinsip yang “ditemukan”. Sehingga
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
dapat dengan
Pendekatan Saintifik Pembelajaran merupakan proses ilmiah.
Karena
itu
kurikulum
dipahami
bahwa
pendekatan
pembelajaran
saintifik
akan
memberikan pemahaman kepada siswa
2013
dalam
mengenal,
memahami
materi
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah
dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan
dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah
saintifik 10
juga
dapat
memberikan
pemahaman
kepada
bahwa
4) Dapat mengembangkan karakter siswa
informasi yang diperoleh tidak hanya
Dari karakteristik pembelajaran
berasal dari guru tetapi juga dapat berasal
yang dikemukakan di atas, dapat diketahui
dari berbagai sumber melalui observasi.
bahwa pendekatan saintifik sangat relevan
Menurut
siswa
Daryanto
(2014)
untuk mewujudkan pembelajaran aktif
pembelajaran
dengan
menggunakan
dimana pembelajaran berpusat pada siswa.
pendekatan
saintifik
mempunyai
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
karakteristik sebagai berikut:
dapat melibatkan keaktifan siswa karena
1) Berpusat pada siswa.
siswa diajarkan belajar sambil berbuat
2) Melibatkan keterampilan proses sains
dalam
dalam
mengkonstruksi
konsep,
proses-proses
siswa kognitif
intelek,
jawaban
atas
juga
akan
berkembang
dan
meningkat menjadi lebih baik.
yang potensial dalam merangsang perkembangan
mencari
masalah, sehingga kemampuan berfikir
hukum, atau prinsip. 3) Melibatkan
rangka
Menurut Hosnan (2014) kegiatan
khususnya
dalam pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan berfikir tingkat tinggi.
saintifik adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik Kegiatan Aktivitas Belajar Mengamati (observing) Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dengan alat). Menanya (questioning) Mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke yang bersifat hiptesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan). Pengumpulan data Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, (experimenting) menentukan sumber data, dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data. Mengasosiasikan Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan (associating) hubungan data/ kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured- uni structured- multistructuredcomplicated structured. Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptual dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media lainnya (Sumber: Hosnan, 2014) yang
Berfikir Kritis
saksama”
(hlm.
95).
Menurut
Menurut Trianto (2010), “berpikir
Sanjaya (2006), berfikir adalah proses
adalah kemampuan untuk menganalisis,
mental seseorang yang lebih dari sekedar
mengkritik, dan mencapai kesimpulan
mengingat
berdasar pada inferensi atau pertimbangan
sebagai 11
dan
memahami.
Berpikir
suatu
kemampuan
mental
seseorang
yang
lebih
dari
sekedar
adalah (1) suatu sikap mau berfikir secara
mengingat dan memahami. Keterampilan
mendalam tentang masalah-masalah dan
berfikir dapat dibedakan menjadi beberapa
hal-hal yang berda dalam jangkauan
jenis, Isjoni (2009) menyatakan bahwa
pengalaman seseorang; (2) pengetahuan
“ada empat keterampilan berfikir, yaitu
tentang metode-metode pemeriksaan dan
menyelesaikan masalah (problem solving),
penalaran yang logis; dan (3) semacam
membuat keputusan (decision making),
suatu keterampilan untuk menerapkan
berfikir kritis, dan berfikir kreatif yang
metode-metode tersebut (hlm. 3). Menurut
semuanya
keterampilan
Lin & Lee (2013) “critical thingking is a
berfikir tinggi yang meliputi aktifitas
high-level thinking skills course. Skills,
analisis,
attitudes and knowledge elements and by
merupakan
sintesis,
dan
keterampilan
evaluasi.
questioning, Menurut
reconstruction process can help learners
kritis berbeda dengan
get the ability to solve the problem, a
berpikir. Berpikir kritis merupakan proses
reasonable judgment action based on a
berpikir
intelektual
pemikir
reasonable life” (hlm.53). (Berfikir kritis
dengan
sengaja
kualitas
adalah
berpikir
pemikirannya. pemikiran
dalam
liberation,
Sari
(2012),
Bhisma
instrospection,
dimana menilai
Pemikir
program
keterampilan
berfikir
menggunakan
tingkat tinggi. Keterampilan, sikap dan
yang reflektif, independen,
unsur pengetahuan meningkat dengan
jernih, dan rasional. Berfikir kritis dapat
proses
diartikan sebagai kemampuan yang sangat
pembebasan, proses rekonstruksi dapat
essensial untuk kehidupan, pekerjaan dan
membantu
berfungsi efektif dalam semua aspek
kemampuan untuk memecahkan masalah,
kehidupan lainnya. Masek dan Yamin
tindakan
penyimpulan
(2011: 217) menyatakan, Critical thinking
kehidupan
sehari-hari).
is in the family of higher order thinking
dimaksudkan sebagai berfikir yang benar
skills,
dalam pencarian pengetahuan yang relevan
along
with
creative
thinking,
problem solving, and decisson making
mempertanyakan,
siswa
instropeksi,
mendapatkan
berdasarkan Berfikir
kritis
dan reliabel dalam kehidupan nyata.
(Facione, 1990). (Berpikir kritis adalah
Menurut
Dike
(2010),
termasuk dalam keterampilan berpikir
kemampuan berpikir kritis terdapat 3
tingkat tinggi, bersama dengan berpikir
aspek
kreatif,
masalah, menilai dan mengolah informasi
pemecahan
masalah,
dan
yakni
pengambilan keputusan). Berfikir kritis
berhubungan
menurut Glaser dalam Fisher (2009)
masalah/ 12
definisi
dengan
membuat
dan
klarifikasi
masalah, kesimpulan
solusi dan
memecahkan.
Melalui
model
ini
b) Peserta didik mampu menilai
diharapkan kemampuan berpikir kritis
dampak atau konsekuensi.
siswa dapat meningkat sehingga nantinya siswa
memiliki
kecakapan
keterampilan
dalam
hidup.
c) Peserta
dan
didik
mampu
memprediksi konsekuensi lanjut
Hasil
dari dampak kejadian.
pengembangan kemampuan berpikir kritis
3) Solusi
Masalah/
Membuat
akan meningkatkan peserta didik untuk
Kesimpulan dan memecahkan
mampu mengakses informasi dan definisi
a) Peserta didik mampu menjelaskan
masalah berdasarkan fakta dan data akurat.
permasalahan
Selain itu, siswa juga akan mampu
kesimpulan sederhana.
menyusun dan merumuskan pertanyaan
serta
menghargai
membuat
b) Peserta didik merancang sebuah
secara tepat, berani mengungkapkan ide, gagasan
dan
solusi sederhana.
perbedaan
c) Peserta
didik
mampu
pendapat. Melalui berpikir kritis siswa
merefleksikan nilai atau sikap dari
akan memilikki kesadran kognitif sosial
peristiwa.
dan
Berdasarkan pendapat tersebut,
berpartisipasi
aktif
dalam
bermasyarakat. Dike bahwa
penelitian (2010) mengemukakan
aspek
dan
sub
ini
mengambil
tiga
aspek
kemampuan berfikir kritis yang akan
indikator
dijadikan acuan dalam penelitian. Aspek
kemampuan berpikir kritis adalah sebagai
definisi dan klarifikasi masalah, peneliti
berikut :
menggunakan sub indikator (c) Membuat
1) Definisi dan Klarifikasi Masalah
dan merumuskan pertanyaan secara tepat
a) Mengidentifikasi isu-isu sentral
(critical
atau pokok-pokok masalah.
informasi
b) Membandingkan kesamaan dan
(a) dan
yang
Aspek
menilai
berhubungan
dengan
masalah, peneliti menggunakan indikator
perbedaan. c) Membuat
question).
merumuskan
menemukan
peristiwa,
(b)
sebab-sebab menilai
kejadian
dampak
atau
pertanyaan secara tepat (critical
konsekuensi
kejadian,
dan
(c)
question).
memprediksi
konsekuensi
lanjut
dari
2) Menilai Informasi yang Berhubungan
dampak
kejadian
dengan
cara
dengan Masalah
mengobservasi (melaksanakan diskusi).
a) Peserta didik menemukan sebab-
Aspek
sebab kejadian permasalahan.
kesimpulan
solusi peneliti
masalah/membuat menggunakan
indikator (a) menjelaskan permasalahan 13
dan
membuat
kesimpulan
sederhana.
hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
Indikator kemampuan berpikir kritis yang
menyelesaikan materi pelajaran tertentu.
digunakan dalam penelitian ini tidak sama
Menurut Purwanto (2013) “Hasil belajar
persis dengan teori yang dikemukakan
merupakan
Dike karena disesuaikan dengan materi
akibat belajar” (hlm. 34). Perubahan itu
permasalahan yang dihadapi siswa.
diupayakan dalam pembelajaran untuk
perubahan
perilaku
siswa
mencapai tujuan yang ditentukan. Setiap proses belajar mempengaruhi perubahan
Hasil Belajar Dalam
suatu
pembelajaran perubahan
akan
yang
Perubahan
terjadi
yang
aktivitas
perilaku pada tertentu pada diri siswa,
menghasilkan
tegantung perubahan
pada
terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan.
dimaksud
siswa. adalah
Penilaian
yang diinginkan
hasil
belajar
siswa
perubahan berupa pengetahuan, sikap dan
merupakan sesuatu yang sangat penting
ketrampilan.
dan strategis
Perubahan
yang
terjadi
dalam
kegiatan belajar
merupakan penyempurnaan dari hasil yang
mengajar. Dengan penilaian hasil belajar
telah dicapai siswa sebelumnya. Hasil dari
dapat
proses pembelajaran sering disebut sebagai
keberhasilan
hasil belajar. Hasil belajar menunjukkan
kompetensi
kemampuan
diajarkan oleh guru.
siswa
setelah
mengikuti
diketahui
proses pembelajaran Sudjana
seberapa
siswa atau
dalam materi
besar
menguasai yang
telah
Permendikbud No. 104 Tahun (2014)
2014
berpendapat
Menyatakan
“Kurikulum
2013
bahwa hasil belajar adalah kemampuan
mempersyaratkan penggunaan penilaian
yang dimilki siswa setelah ia menerima
autentik.
pengalaman belajarnya. Menurut Howard
assessment) merupakan cerminan nyata
Kingsley (Sudjana, 2014) membagi tiga
dari kondisi pembelajaran siswa. Penilaian
macam
1)
otentik merupakan proses pengumpulan
2)
informasi oleh guru tentang perkembangan
hasil
keterampilan
belajar, dan
yakni:
kebiasaan,
Penilaian
(authentic
pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan
dan
cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar
dilakukan oleh siswa melalui berbagai
tersebut diisi dengan bahan yang telah
teknik
ditetapkan dalam kurikulum.
membuktikan, dan menunjukkan secara
dapat
Proses
belajar
terlepas
dari
tentunya suatu
pencapaian
otentik
yang
pembelajaran
dapat
yang
mengungkapkan,
tidak
tepat bahwa tujuan pembelajaran sudah
penilaian.
tercapai. Penilaian autentik merupakan
Penilaian pada siswa dapat dilihat dari
penilaian 14
yang
dilakukan
secara
komprehensip mulai dari masukan, proses,
akhir siklus. (2) Guru, Sumber data guru
dan
keluaran
pembelajaran
sehingga
diperoleh dari hasil observasi dan langkah-
menggambarkan
sikap,
langkah penerapan model pembelajaran
yang
discovery learning dengan pendekatan
dimilikki siswa. Berbagai teknik dan
saintifik yang diterapkan oleh guru serta
bentuk penilaian yang digunakan dalam
dengan
assessmen kelas menurut Suwandi (2009)
Dokumen, Sumber data dokumen berupa
antara lain adalah penilaian tes, penilaian
nama siswa, hasil belajar atau daftar nilai
kinerja, penilaian sikap, penilaian proyek,
siswa kelas XI IIS I SMA Negeri 6
dan penilaian portofolio.
Surakarta pada mata pelajaran ekonomi.
mampu keterampilan
dan
pengetahuan
wawancara.
(3)
Data
dan
Teknik pengumpulan data yang akan
METODE PENELITIAN
digunakan
adalah
observasi,
Penelitian ini termasuk dalam
wawancara, tes dan dokumentasi. Uji
penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek
Validitas data yang digunakan adalah
penelitian adalah siswa kelas XI IIS I
dengan
SMA Negeri 6 Surakarta tahun ajaran
data. Analisis
2014/2015 yang berjumlah 30 siswa yang
analisis
terdiri dari 16 siswa perempuan dan 14
kuantitatif sederhana dan analisis data
siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah
kualitatif.
triangulasi
teknik dan sumber
yang digunakan adalah
komparatif,
analisis
data
proses pembelajaran menggunakan model discovery learning dengan pendekatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sainfifik, kemampuan berfikir kritis siswa
Penelitian
tindakan
ini
serta hasil belajar siswa setelah penerapan
bertujuan
model pembelajaran.
kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar
Sumber data yang digunakan
siswa
untuk
kelas
melalui
meningkatkan
penerapan
model
dalam penelitian ini adalah data yang
pembelajaran Discovery Learning dengan
bersal dari : (1) Siswa, Sumber data dari
pendekatan saintifik pada mata pelajaran
siswa
Ekonomi kelas XI IIS I SMA Negeri 6
diperoleh
dari
hasil
observasi
aktivitas siswa saat pembelajaran dan hasil
Surakarta
tes yang dilakukan setiap akhir siklus.
Pelaksanaan tindakan melalui dua siklus
Selain itu diperoleh juga dari wawancara
yang dilaksanakan selama empat kali
kepada siswa mengenai
pertemuan untuk tiap siklusnya, pertemuan
pembelajaran
tahun
pertama,
learning
penerapan model dalam pembelajaran, 15
dan
2014/2015.
dengan model pembelajaran discovery yang dilaksanakan pada setiap
kedua
ajaran
ketiga
adalah
kemudian
pada
petemuan
keempat
kritis siswa. Hasil belajar siswa dalam
dilakukan tes evaluasi. Peneliti
penelitian ini diukur dari serangkaian lembar
penilaian yang diambil selama proses
observasi untuk mengukur kemampuan
pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi
berfikir kritis siswa selama pembelajaran
penilaian
dan soal tes untuk mengetahui hasil belajar
ketrampilan (kinerja dan portofolio). Dari
siswa. Pengamatan kemampuan berfikir
penilaian-penilaian
kritis
dirata-rata
siswa
pembelajaran mengamati
menggunakan
dilakukan
pada
berlangsung kegiatan
siswa
saat dengan
sikap,
pengetahuan,
menjadi
itu
nantinya
nilai
akhir
serta
akan yang
menunjukkan hasil belajar siswa.
dengan
Berdasarkan hasil pengamatan,
berpedoman pada indikator-indikator yang
peningkatan kemampuan berfikir kritis
telah ditentukan pada lembar observasi
siswa pada kondisi awal sebelum tindakan
yang kemudian hasil dari skor masing-
dan setelah dilaksanakan tindakan dapat
masing indikator tersebut dirata-rata untuk
dilihat dari tabel 4.1.
mendapatkan nilai kemampuan berfikir Tabel 4.1. Data hasil Observasi Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Ditinjau dari Tiap Indikator.
No
Persentase Kemampuan Berfikir Kritis (%) Pra Siklus Siklus Siklus I II
Indikator
Aktivitas siswa membuat dan merumuskan pertanyaan secara tepat (Critical thinking). Aktivitas siswa menemukan sebab-sebab kejadian 2 permasalahan. Aktivitas siswa mengobservasi dan 3 mempertimbangkan laporan observasi Aktivitas siswa menilai dampak atau konsekuensi 4 kejadian dalam permasalahan Aktivitas siswa menjelaskan permasalahan dan membuat kesimpulan sederhana saat proses 5 pembelajaran JUMLAH RATA-RATA (Sumber: Data Primer yang diolah, 2015) 1
40,83
67,50
77,50
45,00
70,83
80,83
55,00
71,67
91,67
53,33
70,83
78,33
48,33
69,17
79,17
242,50 48,50
350,00 70,00
407,50 81,50
Berdasarkan tabel diatas, dapat
21,50% dari semula 48,50% menjadi
diketahui bahwa kemampuan berfikir kritis
70,00% dengan predikat yang semula
siswa kelas XI IIS I pada pra siklus ke
“kurang sekali” menjadi “cukup”. Untuk
siklus I mengalami peningkatan sebesar
masing-masing 16
indikator
kemampuan
berfikir kritis pra siklus yang semula
diskusi) dan mempertimbangkan laporan
berpredikat
observasi
meningkat
“sangat menjadi
kurang”
memiliki
perolehan
sebesar
dengan
71,67% (Cukup) pada siklus I dan 91,67%
capaian indikator berkisar 40,83% hingga
(Sangat Baik) pada siklus II. Aktivitas
53,33% menjadi 67,50% hingga 71,67%.
siswa menilai dampak atau konsekuensi
Pada siklus I ke siklus II mengalami
kejadian dalam permasalahan saat proses
kenaikan yang sebesar 11,50% yaitu dari
pembelajaran sebesar 70,83% (Cukup)
70,00% menjadi 81,50% dengan predikat
pada siklus I dan pada siklus II sebesar
“Cukup” menjadi “Baik”. Hal tersebut
78,83%
dapat diketahui melalui perolehan masing-
menjelaskan permasalahan dan membuat
masing capaian indikator yang digunakan.
kesimpulan
Aktivitas siswa membuat dan merumuskan
pembelajaran
pertanyaan secara tepat (Critical Question)
sebesar 69,17% (Cukup) pada siklus I dan
saat
79,17% (Baik) pada siklus II.
proses
“cukup”
dapat
pembelajaran
memiliki
perolehan sebesar 67,50% dengan predikat
(Baik).
Aktivitas
sederhana
saat
memperoleh
Selanjutnya
siswa
proses
persentase
berdasar
hasil
“cukup” pada siklus I dan menjadi “Baik”
pengamatan dan tes akhir siklus, hasil
pada siklus II sebesar 77,50%. Aktivitas
belajar siswa juga mengalami peningkatan
siswa menemukan sebab-sebab kejadian
pada setiap siklusnya. Hal ini dapat
permasalahan saat proses pembelajaran
ditunjukan dengan tabel perbandingan skor
sebesar 70,83% (Cukup) pada siklus I dan
hasil belajar sebagai berikut:
80.73% (Baik) pada siklus II. Aktivitas siswa
mengobservasi
(melaksanakan
Tabel 4.2: Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Keterangan Pra Siklus (2,89) 72,27 Nilai Rata-rata 43,33% Persentase Ketuntasan (Sumber : Data primer yang diolah, 2015)
Siklus I 3,04 (76,10) 73,33%
Siklus 2 3,36 (84,10) 86,67%
Berdasarkan tabel 4.2. tersebut
ditunjukan sebelum dilakukan tindakan
maka dapat terlihat adanya peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa memiliki
hasil belajar yang dilihat dari hnilai rata-
persentase sebesar 43,33%, lalu meningkat
rata serta ketuntasan siswa antara sebelum
pada siklus
dan setelah penerapan model pembelajaran
mengalami peningkatan kembali pada
discovery learning dengan menggunakan
siklus II menjadi 86,67%. Untuk nilai rata-
pendekatan
rata kelas juga mengalami peningkatan.
saintifik.
Hal
tersebut 17
I menjadi
73,33% dan
Nilai
rata-rata
sebelum
belajar siswa. Kegiatan diskusi di dalam
pembelajaran
kelas akan memunculkan suatu keaktifan
discovery leraning dengan menggunakan
pada siswa diantara teman sekelompoknya
pendekatan saintifik adalah 2,89 (72,27).
untuk
Kemudian meningkat menjadi 3,04 (76,10)
merumuskan
pada
kelas
argumen, menilai dampak permasalahan
meningkat lagi menjadi 3,36 (84,10) pada
yang ada serta berpikir sebagai upaya
siklus II.
pemecahan
diterapkannya
siklus
kelas model
I.
Nilai
rata-rata
mengeluarkan
pendapat,
pertanyaan,
menganalisis
masalah
atas
Berdasarkan siklus I dan siklus II
kasus/permasalahan yang diberikan oleh
menunjukkan hasil belajar siswa selalu
guru hal tersebut dapat meningkatkan
mengalami peningkatan pada setiap siklus.
kemampuan berfikir kritis. Kemampuan
Meningkatnya
berfikir
hasil
belajar
siswa
meningkat
akan
dapat
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh
eksternal dan faktor internal.
karena itu, model discovery learning
Faktor
eksternal yang mempengaruhi hasil belajar
terbukti
meningkatkan
meningkatkan
siswa antara lain materi pelajaran yang
kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar
diberikan permasalahan melalui model
siswa.
discovery learning dengan menggunakan pendekatan saintifik, selain itu faktor
SIMPULAN
internal yang mempengaruhi hasil belajar
Simpulan
adalah motivasi atau dorongan yang tinggi
Berdasarkan
hasil
penelitian
dari dalam diri siswa untuk memecahkan
tindakan kelas yang telah dilaksanakan di
permasalahan tersebut
secara bersama-
kelas XI IIS I SMA Negeri 6 Surakarta,
sama, terlihat aktif dan cerdas dengan
analisis data serta pembahasan, maka
teman
dapat disimpulkan bahwa :
sekelompoknya.
Kedua
faktor
tersebut saling mempengaruhi sehingga
1. Implementasi
dengan semangat yang tinggi siswa terlibat
discovery
learning
secara
menggunakan
pendekatan
langsung
dalam
proses
model
dengan saintifik
pembelajaran untuk berdiskusi dengan
dapat
teman
memecahkan
berfikir kritis siswa kelas XI IIS I
permasalahan terkait dengan materi yang
SMA Negeri 6 Surakarta pada mata
dipelajari, sehingga membuat siswa lebih
pelajaran
mudah dalam memahami materi pelajaran
diterapkannya
model
yang berdampak pada meningkatnya hasil
discovery
learning
sekelas
untuk
18
meningkatkan
pembelajaran
ekonomi.
kemampuan
Sebelum pembelajaran dengan
menggunakan
pendekatan
saintifik
Saran
rata-rata capaian kemampuan berfikir
Berdasarkan
kritis siswa hanya sebesar 48,50%
implikasi
dengan
memberikan saran sebagai berikut:
kriteria
Setelah
kurang”.
atas,
maka
dan peneliti
diterapkanya
model
discovery
learning
a. Disarankan guru lebih sering melatih
pendekatan
diri dalam menerapkan model-model
pembelajaran dengan
“sangat
di
simpulan
menggunakan
1. Bagi Guru
saintifik pada siklus I, hasil rata-rata
pembelajaran yang inovatif
capaian indikator kemampuan berfikir
dapat
kritis siswa meningkat menjadi 70,00%
dalam proses pembelajaran, sehingga
dengan kriteria “Cukup”, sedangkan
dapat
pada siklus II kemampuan berfikir
berfikir dan hasil belajar siswa. Hal
kritis
mengalami
tersebut dapat dilakukan dengan
peningkatan kembali menjadi 81,50%
keikutsertaan guru dalam kegiatan-
dengan kriteria “Baik”.
kegiatan pelatihan ataupun seminar
siswa
2. Implementasi
juga
model
pembelajaran
memacu
meningkatkan
pengembangan
discovery learning dengan pendekatan
semangat
agar siswa
kemampuan
kompetensi
yang
menunjang profesi.
saintifik dapat meningkatkan hasil
b. Disarankan kepada guru agar mampu
belajar siswa kelas XI IIS I SMA
meningkatkan motivasi, keaktifan
Negeri 6 Surakarta pada mata pelajaran
dan partisipasi siswa dalam kegiatan
ekonomi. Sebelum diterapkan model
pembelajaran,
pembelajaran ini, nilai rata-rata kelas
pembelajaran dapat bersifat student
siswa
dan
center learning. Hal tersebut dapat
sebesar
dilakukan dengan cara guru mampu
43,33%. Hasil siklus I nilai rata-rata
memilih model pembelajaran yang
kelas siswa meningkat menjadi 3,04
tepat dan efektif, misalnya dengan
(76,10) dan prosentase ketuntasannya
model
sebesar 73,33%, Hasil siklus II nilai
dikolaborasikan dengan pendekatan
rata-rata
saintifik.
adalah
prosentase
2,89
(72,27)
ketuntasannya
kelas
siswa
meningkat
menjadi 3,36 (84,10) dan prosentase
sehingga
discovery
learning
proses
yang
c. Disarankan kepada guru untuk lebih
ketuntasannya sebesar 90,00%.
memahami potensi yang dimilikki masing-masing siswa dengan baik serta memberikan apresiasi terhadap usaha 19
dan
hasil
karya
siswa.
Misalnya
dengan
memberikan
b. Diharapkan
dengan
penggunaan
reward (hadiah), pujian ataupun
model
motivasi-motivasi
kepada
siswa
menyenangkan
yang
selama
proses
keaktifan siswa sepenuhnya akan
belajar-mengajar
berlangsung.
membuat siswa lebih percaya diri
Diharapkan
hal
tersebut
akan kemampuan yang dimilikki
dapat membina hubungan antara
serta berani menyampaikan pendapat
guru dan siswa lebih baik dan dekat,
selama proses pembelajaran.
dilakukan
sehingga
dengan
mampu
menghilangkan
pembelajaran
yang
dan
lebih
melibatkan
c. Adanya sistem pembagian kelompok
rasa takut siswa untuk berpendapat.
yang heterogen diharapkan siswa
d. Tugas yang diberikan kepada siswa
dapat
saling
bekerjasama
untuk
hendaknya tidak hanya bersumber
memecahkan permasalahan dalam
dari soal LKS saja agar siswa
pembelajaran,
mampu
kemampuan berfikir, kemampuan
menggali,
meningkatkan
mengembangkan
kemampuan berfikir, dan mampu
berpendapat
mengembangkan
pendapat orang lain.
ide-ide
siswa
terhadap pemahaman konsep yang sudah
dipahami
serta
menghargai
3. Bagi Kepala Sekolah
sebelumnya.
a. Menyediakan
fasilitas
(sarana
Misalnya dengan memberikan tugas
prasarana) sumber dan media belajar
untuk
memberikan
yang lebih baik. Seperti pengadaan
tanggapan terhadap isu-isu yang
buku cetak pembelajaran yang lebih
sedang terjadi dan sesuai dengan
update dan bervariasi, penyediaan
materi pembelajaran.
jaringan internet yang dapat di akses
mencari
dan
siswa dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Siswa a. Siswa
disarankan
untuk
dapat
b. Mengadakan
pelatihan-pelatihan
menggali informasi yang sebanyak-
ataupun
banyaknya dengan cara melengkapi
peningkatan
sumber
kompetensi yang dimilikki guru.
belajarnya
menjadikan
guru
dan sebagai
tidak satu-
seminar
c. Melakukan
dan
dalam
pengembangan
pengawasan
secara
satunya sumber belajarnya. Hal ini
berkala
dapat dilakukan dengan mencari dan
kegiatan belajar mengajar di dalam
menambah
dari
kelas untuk mengetahui kinerja guru
internet, media cetak, buku-buku
dan untuk mengetahui kondisi siswa
lain, ataupun sumber-sumber ahli.
dalam kegiatan belajar-mengajar.
sumber
belajar
20
terhadap
upaya
pelaksanaan
Masek & Yamin. (2011). The Effect of Problem Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Review. Internasional Review of Sosial Sciences and Humanities. 2 (1). 215-221.
DAFTAR PUSTAKA Anitah Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Dike,
Purwanto. (2013). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Daniel. (2009). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Model TASC (Thinking Actively in a Social Context) pada Pembelajaran IPS. Jurnal Pendidikan, 1(1), 15-29.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pmbelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Sanjaya,
Fisher, A. (2009). Berfikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terj. Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga.
Sari, Devi Diyas. (2012). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran IPA Kelas VII SMP Negeri 5 Sleman. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, 1 (2). Universitas Negeri Yogyakarta.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Isjoni.
(2009). Cooperative Bandung: Alfabeta.
Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Learning.
Schunk,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan tentang Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). . Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Dale H. (2012). Learning Theories. Jakarta: Pustaka belajar.
Sudjana, Nana. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wilis, Ratna. 2006. Teori-Teori Belajrdan Pembelajaran. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013a). Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Lin, Yu-Mei & Lee, Pei-Chen. (2013). The Practise of Business’s Teaching: Perspective from Critical Thingking. International Journal of Business and Commerce, 2 (6), 52-58. 21