IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH MA EL-SYARIEF TANGERANG BANTEN
Disusun oleh : Muhammad Haekal 106018200765
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAKSI Muhammad Haekal; 106018200765. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Madrasah „Aliyah El-Syarief, Kresek, Tangerang Banten. Jakarta: KIManajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1999 merupakan kebijakan yang memberikan otonomi secara luas kepada sekolah untuk mengatur seluruh sumber daya yang ada untuk dipergunakan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan serta mampu bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dalam proses pendidikan. Semuanya itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan di sekolah agar lebih efektif dan efisien. Namun dalam perjalannya penerapan MBS tidak dapat dilakukan secara maksimal oleh beberapa sekolah, salah satunya adalah MA El-Syarief. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan MBS di MA El-Syarief yang meliputi, manajemen sumber daya manusia (personalia), manajemen keuangan, dan manajemen sarana dan prasarana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi antara metode kualitatif dan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh dari MA El-Syarief, sedangkan pengumpulan data diperoleh dengan metode wawancara sebagai data primer yang ditujukan kepada, ketua Yayasan, Kepala Sekolah, Kepala TU, Bendahara, Guru dan Ketua Komite Sekolah, dan data seconder atau penguat yang diperoleh dengan metode, dokumentasi, observasi dan angket yang sumber datanya dari seluruh guru dan staf yang ada di MA El-Syarief. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, masalah yang dihadapi oleh MA El-Syarief dalam pelaksanaan MBS adalah kurangnya sumber dana, sehingga MA El-Syarief kekurangan dalam membiayai gaji atau kesejahteraan para guru dan staf. Masalah ini juga yang menjadi penyebab tidak disiplinnya para guru dalam menjalankan tugasnya karena mereka mengajar ditempat lain. Kemudian, penempatan guru yang tidak sesuai dengan bidang keilmuannya serta keterbatasan sarana untuk menunjang kegiatan guru dan siswa.
KATA PENGANTAR
Puji serta rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang terus menerus tanpa berhenti sedetikpun memberikan dan melimpahkan rahmat dan nikmatNyayang tidak terhitung kepada penulis. Terutama nikmat Iman, Islam dan kesehatan serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis meyakini bahwa penulisan skripsi ini mustahil selesai tanpa pertolongan dan bimbingan Allah SWT. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada sang panutan dan uswah Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia menjalankan ajarannya hingga akhir zaman. Pada prinsipnya penulisan skripsi ini bukanlah sekedar syarat atau tugas akhir mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). akan tetapi jauh dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang pembuktian diri sebagai seorang mahasiswa untuk dapat menyelesaikan sebuah karya tulis. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna, memang tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini, karena banyak hambatan dan tantangan yang harus penulis hadapi baik dari faktor internal maupun eksternal. Maka disinilah pertolongan Allah SWT dan peran orang-orang terdekat yang dapat memberikan pemikiran dan motivasi, serta dukungan semua pihak penulis rasakan. Atas selesainya penulisan skripsi ini penulis berterima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama penulisan skripsi maupun selama masa kuliah. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M. Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan selaku dosen Penasehat Akademik, Bapak Drs. Muarif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, dan para dosen yang telah mentransformasikan ilmunya kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 3. Bapak Fathi Ismail, MM., Dosen pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas dan Sabar telah meluangkan waktu yang berharga untuk memberikan bimbingan, bantuan
serta motivasinya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Sukanan S.Pd.I selaku kepala Madrasah „Aliyah El-Syarief serta para guru dan stafnya, yang telah sudi kiranya menerima penulis dengan baik dan terbuka dalam melakukan penelitian di lembaganya, sehingga penulis dapat dengan mudah memperoleh data-data yang dapat mendukung penulisan skripsi ini. 5. Ayahanda tercinta A. Nawawi dan Ibunda Hj. Ida Faridah, yang merupakan sumber kehidupan saya, pembimbing pertama dan utama hidup saya, pendidik saya yang telah membesarkan dan mendidik saya untuk bersikap terbuka, berani dan bijaksana dalam menghadapi hidup ini. yang mempunyai peran penting dan tak terhingga, sehingga rasanya ucapan terima kasih ini tidak cukup menggambarkan wujud penghargaan saya ini. serta Kepada Adik-adikku (Dian Nafidah dan Muhammad Iqbal Ramadhan), yang memberikan keceriaan dan semangat dalam hidup: dengan cinta kita, canda kita, tangis kita dan harapan-harapan kita. 6. Sahabat-sahabatku yang senantiasa berjalan dalam irama perjuangan bersama-sama baik dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2008/2009 maupun Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat. 7. Sahabat setiaku dalam mengarungi kehidupan kampus mulai dari pertama masuk kuliah sampai sekarang, Syarif Hidayat sang sesepuh kosan, Maulana Syarif dan Muhammad Labib rekan penulis dalam menggapai mimpi di MP, Mukmin Sholeh dan Yusuf Zauhari, semoga persahabatan dan persaudaraan kita tak lekang oleh waktu. 8. Ade‟qu Sifa Fauziyah yang senantiasa memberikan spirit hidup dan menjadi teman setia, baik suka maupun duka. Sungguh sangat saya banggakan dan saya sayangi. Semoga ikatan ini barokah dan diridlo‟i oleh Allah SWT. 9. Teman-teman KI-Manajemen Pendidikan angkatan 2006-2007 khususnya kelas B. Ach. Retno, Muhammad Sobri, Muhammad Sholeh, RR. Qodir Rais Bidadara. Serta teman-teman kosan Madura yang diketua oleh Yudi yang menemani penulis minum secangkir kopi, memperbaiki laptop penulis ketika terjadi masalah dan bermain PES. Semoga kekompakan kita tetap terjaga dan terpelihara selama-lamanya. Untuk mereka penulis berharap, semoga Allah selalu memberikan kasih sayangNya berupa kesehatan, kebahagiaan, keluasan ilmu dan
ketaqwaan yang
semakin mendalam. Dan untuk hasil karya yang belum sempurna ini, penulis berharap semoga tidak menjadi kesia-siaan, tetapi dapat memberi manfaat kepada dunia pendidikan di Indonesia. Amin.
Penulis juga tidak lupa memohon untuk dibukakan pintu maaf yang sebesarbesarnya jika dalam penulisan ini terdapat hal yang tidak berkenan. Namun demikian penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pripadi khususnya dan para pembaca umumnya. Akhirnya, skripsi ini penulis persembahkan untuk orangorang terkasih dan tersayang, kedua orang tua penulis yang selalu menyayangi, mencintai dan menjaga penulis sampai sekarang, adik-adik ku yang memeberi keceriaan dan Sifa Fauziyah yang selalu menyemangati penulis. Semua ini dilakukan sebagai ikhtiar penulis untuk membahagiakan dan membanggakan mereka semua dan semoga bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Jakarta, 08 Juni 2011 Penulis
Muhammad Haekal
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6 C. Pembatasan Masalah ................................................................ 7 D. Perumusan Masalah ................................................................. 7 E. Manfaat Penelitian ................................................................... 7 BAB II : KAJIAN TEORI ......................................................................... 8 A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah ........................... 8 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah ......................... 8 2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah ............................... 10 3. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah ............................. 10 4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah...................... 11 B. Ruang Lingkup Manajemen Berbasis Sekolah ........................ 12 1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran ............. 13 2. Manajemen Tenaga Kependidikan ..................................... 14 3. Manajemen Kesiswaan....................................................... 18 4. Manajemen Keuangan ....................................................... 19 5. Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat ........ 23 6. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ................... 24 7. Manajemen Layanan Khusus..............................................26 C. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.............................27 D. Kerangka Berpikir......................................................................32 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 35 A. Tujuan Penelitian.......................................................................35 B. Tempat dan Waktu ................................................................... 35
C. Metode Penelitian..................................................................... 35 D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 36 E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 38 F. Teknik Analisis Data ................................................................ 39 BAB IV : HASIL PENELITIAN ................................................................ 41 A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .................. 41 1. Profil Madrasah .................................................................. 41 2. Kondisi Guru ...................................................................... 42 3. Struktur Organisasi ............................................................ 43 4. Sarana dan Prasarana.......................................................... 44 5. Jumlah Siswa Tahun 2010/2011 ........................................ 44 6. Kondisi Penerimaan Murid Lima Tahun Terakhir ............. 45 B. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI MADRASAH „ALIYAH EL-SYARIEF ...................................................... 45 1. Manajemen Sumber Daya Manuisa ................................... 45` a. Perekrutan dan Seleksi SDM ....................................... 46 b. Pelatihan Tenaga Pendidik dan Kependidikan ............. 48 c. Supervisi (Penilaian Kinerja) ....................................... 50 d. Kompensasi (Pemberian Reward) ................................ 52 e. Kegiatan Intrakurikuler dan ekstrakurikuler ................ 54 2. Manajemen Keuangan ........................................................ 59 a. Menyusun
RAPBS/anggaran
Bersama
Pihak
Terkait .......................................................................... 60 b. Mengidentifikasi Sumber Dana/Menggali Dana Eksternal Maupun Internal ........................................... 61 c. Merealisasikan Dana Sesuai Rencana .......................... 63 d. Pertanggungjawaban Keuangan ................................... 65 e. Evaluasi Anggaran ....................................................... 67 3. Manajemen Sarana dan Prasarana ...................................... 68 a. Mengidentifikasi Kebutuhan saran dan prasarana ....... 69
b. Mendistribusikan dan Mendayagunakan Sarana dan Prasarana secara Optimal ...................................... 70 c. Melaksanakan
Perawatan
dan
Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana Pendidikan Secara Teratur dan Berkesinambungan ................................................ 71 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 76 B. Saran ......................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
pada
dasarnya
merupakan
usaha
sadar
untuk
mengembangkan kepribadian yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani maupun rohani kearah terbentuknya kepribadian utama (pribadi yang berkualitas). Kualitas manusia yang dimaksud adalah pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang serasi, selaras, dan seimbang dalam aspek-aspek spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik dan sebagainya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dari suatu Negara juga dapat bergantung kepada sejauhmana pendidikan di negara tersebut dapat menciptakan sumber daya manusia yang memiiliki kompetensi untuk bersaing di tengah kehidupan modern dan era globalisasi seperti sekarang ini. Sebagaimana kita ketahui era globalisasi dan modernisasi menuntut agar manusia
mempunyai
kredibelitas
yang
dapat
berkompetisi
untuk
mempertahankan eksistensinya dan salah satu alat untuk mencapai hal tersebut adalah pendidikan. Karena secara fungsional, pendidikan ditujukan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari
kemudian yang bahagia1. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 UU no. 20 tahun 2003, bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi untuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”2. Namun saat ini dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena ini ditandai dengan rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas
atau
cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorientasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat seksistensi sekolah. Bahkan, SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa. Sebagai tolok ukur tentang mutu pendidikan di Indonesia dapat kita lihat dari hasil UN selama ini yang menjadi salah satu alat untuk meningkatkan dan melihat mutu pendidikan di Indonesia, ternyata hasilnya pada tahun 2010 menurun dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Pada tingkat SMA skala kelulusan tahun 2010 mencapai 89,88%, dari jumlah total peserta sebanyak 1.522.162, dengan demikian terjadi penurunan tingkat kelulusan hingga 3,86% dibandingkan dengan tahun lalu, sebesar 93,74% berati terdapat 154.079 peserta yang harus mengulang ujian. Sama seperti 1
Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah / Madrasah (MMBS / M) , (CEQM: 2004). h. 1 2 Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II Pasal 3. h. 6
ditingkat SMA, UN di tingkat SMP juga mengalami penurunan dari 95,05% menjadi 90,27%3. Hal ini terjadi karena masih terdapat sekolah yang belum dapat melakukan standarisasi di lingkup sekolah. Karena bagaimanapun juga sekarang keberhasilan siswa dalam UN juga ditentukan oleh keberhasilan siswa dalam Ujian Sekolah. Oleh sebab itu manajemen ujian sekolah harus diatur dengan baik, agar dapat membantu keberhasilan siswa dalam ujian. Belum lagi ditambah oleh hasil tes internasional seperti TIMSS (Trend in Mathematics and Science Study) yang diadakan empat tahun sekali, selama tiga kali Indonesia mengikuti kegiatan tersebut yaitu tahun 1999, 2003 dan 2007 hasilnya tidak menunjukan peningkatan yang berarti. Dari tiga periode tes tersebut siswa-siswi Indonesia memperoleh skor 403, 411 dan 405 dalam skala dari 0-800, sedangkan negara-negara tetangga seperti Singapura (skor 593), Malaysia (skor 474) dan Thailand (skor 441). Hasil PISA (Program for International Assessment) juga menunjukan keadaan serupa. Pada tahun 2006, kemampuan siswa Indonesia di bidang Mathematics, science, dan reading masing-masing 391, 393 dan 393 dalam skala 0-800, sedangkan skor rata-rata semua negara pada saat itu adalah 498, 500 dan 492 4. Masalah ini terjadi karena belum adanya standarisasi secara internasional yang dilakukan oleh pihak sekolah, yang selama ini sekolah hanya mengacu kepada standarisasi yang bersifat nasional. Kemudian dari segi akhlak dan moral lebih memprihatinkan lagi, berdasarkan hasil survei yang dilakukan KPA (Komisi Perlindungan Anak) kepada 4.500 remaja di 12 kota besar di seluruh Indonesia mendapatkan data 93% remaja pernah berciuman, 97% remaja pernah menonton atau mengakses pornografi, 62,7% pernah berhubungan badan diluar nikah, dan 21% remaja pernah melakukan aborsi5 Kondisi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat menjadi pesimis terhadap sekolah. Ada anggapan bahwa, pendidikan tidak lagi mampu 3
http://www.radenbeletz.com/new-hasil-ujian-nasional-smp-2010 http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/29/ujian-nasional.../-12 5 http://www.lintasberita.com/.../pemerintah-cepat-ubah-atau-ganti-sistem-pendidikannasional -10 mei 20010 4
menciptakan mobilitas sosial mereka secara vertikal, karena sekolah tidak menjanjikan pekerjaan yang layak, sekolah kurang menjamin masa depan anak yang lebih baik. Karena itu, perubahan paradigma baru pendidikan kepada mutu (quality oriented) merupakan salah satu strategi untuk mencapai pembinaan keunggulan pribadi anak6. Semua masalah diatas dapat diatasi oleh pihak sekolah, salah satunya adalah dengan upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pengembangan manajemen sekolah. Karena itu sejak beberapa waktu terakhir, dunia pendidikan kita telah dikenalkan dengan pendekatan baru dalam manajemen sekolah yang dikenal sebagai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Di mancanegara, seperti Amerika Serikat, pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidak puasan atau kegerahan para pengelola pendidikan pada level operasional
atas
keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Di Indonesia sendiri kebijakan mengenai MBS masih terbilang relatif baru dengan tujuan yang sama, yaitu memberikan kewenangan pengelolaan pendidikan ditingkat daerah sampai ke sekolah masing-masing, yakni dimulai sejak tahun 1999/2000, yang ditandai dengan peluncuran dana bantuan yang disebut dengan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM). Program ini sejalan dengan implementasi dari Undang-undang no 22 tahun1999 tentang otonomi daerah dibidang pendidikan dan Undang-undang no 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas)7. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dipandang sebagai alternatif dari pola umum pengoperasian sekolah yang selama ini memusatkan wewenang di kantor pusat dan daerah. Manajemen Berbasis Sekolah adalah strategi untuk meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan penting dari pusat dan daerah ke tingkat sekolah. Dengan demikian 6
19
7
Syafarudin, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan. (Jakarta: Grasindo 2002), h.
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. ke-3 h. 28
manajemen Berbasis Sekolah pada dasarnya merupakan sistem manajemen dimana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan penting tentang penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. Manajemen Berbasis Sekolah memberikan kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru dan orang tua atas proses pendidikan di sekolah mereka. Sekolah sebagai lembaga pendidikan diberikan kewenangan dan keleluasaan yang luas untuk mengembangkan program-program kurikulum dan pembelajaran dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Selain itu, sekolah juga diberikan kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan. Melalui otonomi yang luas, sekolah dapat meningkatkan kinerja pendidik dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama. Dalam manajemen sekolah model MBS ini berarti tugas-tugas manajemen sekolah ditetapkan menurut karakteristik-karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan sekolah itu sendiri. Oleh karena itu, warga sekolah memiliki otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar atas penggunaan sumber
daya
sekolah
guna
memecahkan
masalah
sekolah
dan
menyelenggarakan aktivitas pendidikan yang efektif demi perkembangan jangka panjang sekolah. Dalam kerangka inilah MBS tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan. MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antar sekolah, masyarakat dan pemerintah8. Namun, penerapan manajemen sekolah model MBS ini masih mengalami masalah di beberapa sekolah. Masalah tersebut terjadi antara lain karena kurangnya pemahaman tentang konsep MBS itu sendiri oleh pihakpihak terkait seperti guru dan kepala sekolah. Karena kurangnya pemahaman 8
E. Mulyasa,” Manajemen Berbasis Sekolah”, (Jakarta: Rosda 2003),cet. ke- 3, h.11
tersebut, akibatnya pihak sekolah sulit mengembangkan berbagai komponen manajemen yang ada dalam konsep MBS, seperti manajemen kurikulum, manajemen keuangan, manajemen sarana, manajemen kesiswaan, manajemen sumber daya manusia dan manajemen hubungan masyarakat dengan sekolah. MBS juga menuntut kemandirian sekolah, sehingga bagi sekolah yang kekurangan sumber dana akan sedikit kesulitan dalam menerapkan kemandirian tersebut. Sekolah dalam rangka menerapkan MBS harus mampu berpartisipasi aktif dengan masyarakat, sehingga sekolah dapat mengetahui dan merespon segala kebutuhan yang sedang berkembang di masyarakat. Salah satu sekolah yang sudah menerapkan MBS adalah MA ElSyarief. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, MA El-Syarief telah menjalankan model manajemen ini sebagai perwujudan otonomi pemerintah dalam pendidikan. Namun dalam perjalannya, penerapan MBS di MA ElSyarief belum berjalan optimal karena beberapa masalah, antara lain guru kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya, karena itu pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pun tidak berjalan dengan baik, jumlah penerimaan siswa yang semakin menurun grafiknya, sarana pendukung untuk proses belajar mengajar dan kegiatan siswa yang kurang memadai. Karena itu, berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis mencoba meneliti tentang “IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI MA EL-SYARIEF”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
di
atas,
penulis
dapat
mengidentifikaksikan beberapa masalah yang ada di MA El-Syarief pada saat melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah, seperti: a. Belum terjalinnya kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan masyarakat b. Terbatasnya sumber dana bagi penerapan MBS c. Pelaksanaan manajemen dalam konsep MBS yang belum dikelola secara baik oleh pihak sekolah
d. Kurang efektifnya kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah e. Model kepemimpinan yang kurang efektif dalam menerapkan MBS
C. Pembatasan Masalah Karena banyaknya masalah yang timbul setelah diidentifikasi, maka untuk memfokuskan penulisan ini pada titik permasalahannya, penulis memfokuskan pada pelaksanaan manajemen dalam konsep MBS, yang meliputi,
manajemen
personalia
(SDM),
manajemen
keuangan
dan
manajemen sarana dan prasarana.
D. Perumusan Masalah Dengan demikian masalah dari penelitian ini dapat dirumuskan, “Bagaimana pelaksanaan / implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di MA El-Syarief pada aspek Manajemen SDM (personalia), manajemen Sarana dan Prasarana, dan Manajemen Keuangan, kampung Pasir-Kresek, Tangerang-Banten?
E. Manfaat Penelitian 1.
Bagi penulis, sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman untuk mengetahui masalahmasalah yang dihadapi sekolah
2.
Bagi ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan data ilmiah dalam mengadakan penelitian selanjutnya
3.
Bagi pihak sekolah, dapat dijadikan masukan untuk mengevaluasi diri
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah pendidikan. Upaya untuk meningkatkan pendidikan yang bermutu dapat dilakukan melalui reformasi pengelolaan pendidikan secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu cara dalam
meningkatkan
pendidikkan
itu
adalah
melalui
implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah yang bertujuan untuk menjawab kekurangankekurangan yang ada disekolah. Istilah Manajemen Berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari “School Based Management”. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat9. Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek menengah, maupun tujuan jangka panjang. Dede Rosyada mengutip pendapat Etheridge, menyatakan bahwa “Manajemen Berbasis Sekolah adalah sebuah proses formal yang melibatkan 9
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis..., h. 24
kepala sekolah, guru, orang tua, siswa dan masyarakat yang berada dekat dengan sekolah dalam proses pengambilan berbagai keputusan”10 Menurut Whoster dan Mohrman yang dikutif langsung Nurkholis mengemukakan bahwa secara luas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berarti pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan pada partisipan sekolah, guru, konselor, pengembangan kurikulum, administrator, orang tua siswa, masyarakat sekitar siswa.11 Pendapat lain mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dikemukakan E. Mulyasa bahwa “Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga merupakan paradigma baru manajemen pendidikan yang memberikan otonomi luas kepada sekolah dalam pelibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat”.12 Malen, Ogawa dan Kranz yang dikutip oleh Ibtisam Abu Duhou mengemukakan bahwa “Manajemen Berbasis Sekolah secara konseptual dapat digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan, serta bertumpu pada redistibusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan dapat didorong dan ditopang”13. Dari beberapa pendapat di atas penulis membuat sebuah kesimpulan bahwa MBS merupakan sebuah reformasi dalam manajemen pendidikan yang memberikan otonomi yang luas kepada pihak sekolah untuk mengelola seluruh sumber daya yang ada untuk dipergunakan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan serta mampu bekerja sama dengan pihak terkait seperti orang 10
h. 267
11
Dede Rosyada, Paradikma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. ke-1.
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi, (Jakarta: Grasindo, 2003), h. 3 12 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), cet. ke-8, h.33 13 Ibtisam Abu Duhou. School-Based Management. (Jakarta: Logos. 2002). h. 16
tua siswa, siswa dan masyarakat sekitar dalam membuat keputusan. Semuanya itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan di sekolah agar lebih efektif dan efisien. 2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat Indonesia dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Sebagai salah satu konsep dan paradigma baru pendidikan di era otonomi, MBS berupaya mewujudkan sistem pendidikan yang memberdayakan, demokrasi yang berorientasi pada kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab sekolah terutama peningkatan output pendidikan melalui proses belajar mengajar yang bermutu. MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap fenomena-fenomena yang muncul dimayarakat, bertujuan meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.14 3. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Untuk itu, MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar kepada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas. Keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah. Dengan diberikannya kesempatan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum,
guru
didorong
untuk
berinovasi
dengan
melakukan
eksperimentasi-eksperimentasi di lingkungan sekolahnya. Dengan demikian, 14
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis..., h. 25
MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. Melalui penyusunan kurikulum elektif, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah. MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua, peserta didik dan masyarakat yang lebih luas
dalam
perumusan-perumusan
keputusan
tetntang
pendidikan.
Kesempatan berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah. Selanjutnya, aspek-aspek tersebut pada akhirnya akan mendukung efektifitas dalam pencapaian tujuan sekolah. Adanya kontrol dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah, pengelolaan sekolah lebih akuntabel, transparan, egaliter dan demokrasi.15 Dengan adanya keunggulan sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa dengan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang baik, maka pendidikan akan menjadi lebih berkualitas karena sekolah dapat mengelola program-programnya secara mandiri. 4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah Agar MBS dapat terlaksana dengan baik, maka penyelenggara pendidikan harus mampu memahami karakteristik yang terdapat dalam konsep MBS. Karakteristik MBS dapat diketahui diantaranya dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya dan administrasi. Sejalan dengan itu, Saud mengemukakan bahwa, berdasarkan pelaksanaan di negara maju karakteristik dasar MBS adalah pemberian otonomi yang luas kepada pihak sekolah, partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi, kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional, serta adanya team work yang tinggi dan profesional.16
15 16
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis..., h. 26 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah..., h. 36
Lebih lanjutnya lagi, menurut Bailey yang disimpulkan oleh Sudarwan Danim mengemukakan bahwa karakteristik ideal manajemen berbasis sekolah dan karakteristik ideal sekolah abad ke-21 adalah: a. b. c. d. e. f.
Adanya keragaman dalam pola penggajian guru Otonomi manajemen sekolah Pemberdayaan guru secara optimal Pengelolaan sekolah secara partisipatif Sistem yang disentralisasikan Sekolah dengan pilihan atau otonomi sekolah dalam menentukana aneka pilihan g. Hubungan kemitraan antara dunia bisnis dan dunia pendidikan h. Akses terbuka bagi sekolah untuk tumbuh mandiri i. Pemasaran sekolah secara kompetitif17
B. Ruang Lingkup Manajemen Berbasis Sekolah Manajemen Berbasis Sekolah merupakan sebuah kebijakan otonomi dalam bidang pendidikan yang diberikan pemerintah pusat ke pemerintah daerah bahkan langsung ketingkat yang terendah yaitu sekolah. Kebijakan ini menjadikan sekolah sebagai pemeran utama dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan serta mengelola seluruh unsur manajemen yang ada di sekolah tersebut. Semuanya itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan di sekolah agar lebih efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam mengimplementasikan MBS adalah pengelolaan terhadap komponen-komponen manajemen di sekolah dalam konsep MBS yang harus dikelola secara baik agar dapat mencapai tujuan MBS secara umum dan sekolah secara khususnya. Menurut E. Mulyasa, sedikitnya terdapat tujuh komponen manajemen yang harus mendapatkan perhatian dan perbaikan secara berkesinambungan dalam rangka mengimplementasikan MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat, serta manajemen layanan khusus lembaga pendidikan.
17
Sudarwan Damin, Visi Baru Manajemen..., h.29-31
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum nasional maupun muatan lokal, yang diwujudkan melalui proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan, baik secara nasional, institusional, kurikuler dan instruksional. Agar proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta mencapai hasil yang diharapkan, maka diperlukan kegiatan manajemen program pengajaran. Manajer sekolah diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Sebagai seorang manajer kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di sekolah. Untuk kepentingan tersebut, sedikitnya terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu menilai kesesuaian program yang ada dengtan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai kualitas program. Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pengajaran dalam MBS, kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program tahunan, caturwulan dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran, wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. E. Mulyasa merinci beberapa kegiatan yang harus diperhatikan dalam manajemen kurikulum dan program pengajaran, antara lain: 1) Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan, makin udah terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan 2) Program itu harus sederhana dan fleksibel 3) Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan 4) Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya.
5) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah18 2. Manajemen Tenaga Kependidikan (Personalia) Keberhasilan MBS juga ditentukan oleh keberhasilan pimpinan dalam mengelola tenaga SDM yang tersedia di sekolah. Manajemen personalia (SDM) pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan personil secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Oleh karena itu, fungsi personalia yang harus dilakukan oleh
pimpinan
untuk
mencapai
hasil
tersebut
adalah
menarik,
mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil, membantu anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karir, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan pengakuan pada pentingnya tenaga pendidik dan kependidikan pada sekolah sebagai sumber daya manusia yang vital, yang memberikan sumbangan terhadap tujuan sekolah, dan memanfaatkan fungsi dan kegiatan yang menjamin bahwa sumber daya manusia dimanfaatkan secara efektif dan adil demi kemaslahatan individu, sekolah, dan masyarakat.19 Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup kegiatan perencanaan pegawai, pengadaan pegawai, pembinaan dan pengembangan pegawai, kompensasi dan penilaian pegawai.20 Kegiatan tersebut hapir sejalan dengan pendapat Flippo yang menyatakan bahwa, manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.21 18
E. Mulyasa. “Manajemen Berbasis...,” h. 41-42 Departemen Pendidikan Nasional, Modul DIKLAT,Manajemen Pemberdayaan Sumber Daya Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah, tahun 2008, h. 6 20 E. Mulyasa, Manajemn Berbasis..., h. 42 21 T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 1989), edisi ke-2. cet. ke-2, h.3 19
a. Analisis Pekerjaan Analsis pekerjaan secara sistematik mengumpulkan, menevaluasi dan mengorganisasi informasi tentang pekerjaan-pekerjaan.22 Informasi pekerjaan yang dikumpulkan melalui analisis pekerjaan memainkan peranan yang penting dalam manajemen personalia, karena dengan melakukan analisis pekerjaan terlebih dahulu kita dapat memperoleh data-data yang lengkap tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan analisis pekerjaan sangat penting dalam kepemimpinan untuk mengefektifkan orgnaisasi, karena merupakan dasar yang akan memperlancar pelaksanaan kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) lainnya. Diantaranya untuk melaksanakan kegiatan perencanaan SDM, karena dengan hasil analisis pekerjaan berupa uraian pekerjaan atau deskripsi pekerjaan dapat dilakukan kegiatan-kegiatan, seperti memprediksi jumlah SDM yang dibutuhkan organisasi, pelaksanaan rekrutmen dan seleksi, orientasi, penyusunan kurikulum pelatihan, pengembangan karir, penilaian kinerja dan lain sebagainya.23 b. Perencanaan SDM Perencanaan dapat diibaratkan sebagai inti manajemen, karena perencanaan membantu organisasi untuk mengurangi ketidak pastian diwaktu yang akan datang. Organisasi harus berusaha untuk merencanakan kebutuhan dimasa yang akan datang termasuk kebutuhan terhadap personil yang memiliki tipe dan kemampuan yang baik untuk pencapaian tujuan organisasi. Menurut T. Hani Handoko terdapat tiga bagian perencanaan personalia, yaitu (1) penentuan jabatan-jabatan, yang harus diisi, kemampuan yang dibutuhkan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, dan berapa jumlah karyawan yang dibutuhkan, (2) pemahaman pasar tenaga kerja
22
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia..., h. 32 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, (Yogyakarja: Gadjah Mada Univercity Press, 2003) cet ke-1, h. 313 23
dimana karyawan potensial ada, dan (3) pertimbangan kondisi permintaan dan penawaran karyawan.24 c. Rekrutmen dan Seleksi SDM Penarikan (rekrutmen) berkenaan dengan pencarian dan penarikan sejumlah karyawan potensial yang akan diseleksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi. Sedangkan seleksi adalah pemilihan seseorang tertentu dari sekelompok karyawan-karyawan potensial untuk melaksanakan suatu jabatan tertentu.25 Proses
rekrutmen
dan
seleksi
untuk
tenaga
pendidik
dan
kependidikan harus memperhatikan peraturan yang sesuai dengan perundangundangan Indonesia, seperti yang tertuang dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Pasal 29 ayat 4 yang menyatakan bahwa: Pendidik pada SMA / MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV), atau sarjana (S1) b. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajarang yang diajarkan; dan c. Sertifikat profesi guru untuk SMA / MA Pasal 38 ayat 3 yang menyatakan bahwa: Kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi: a. Berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK b. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan d. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan26 d. Pelatihan dan Pengembangan Training atau pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada mereka. Training berlangsung dalam waktu pendek antara dua sampai tiga hari hingga dua sampai tiga bulan. Training dilakukan secara sistematis, 24
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2003) cet. ke-18, h.
235 25 26
T. Hani Handoko, Manajemen..., h. 240 PP RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. h. 28 dan 34
menurut prosedur yang terbukti berhasil, dengan metode yang sudah baku dan sesuai serta dijalankan secara sungguh-sungguh dan teratur. Training berkaitan dengan pekerjaan yang ditangani. Sedangkan pengembangan atau development merupakan proses edukasional yang berjangka waktu lama, berupa uraian-uraian yang sistematis, dan bertujuan pada penguasaan pemahaman-pemahaman dan konsep-konsep teoritis27 Program pelatihan dan pengembangan mempunyai dua tujuan utama, pertama, latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan, kedua, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran.28 e. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja seara sederhana diartikan sebagai kegiatan organisasi dalam menilai pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh anggota organisasi. Disamping itu penilaian kinerja juga dapat diartikan sebagai proses pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan seorang anggota organisasi atau tim kerja. Dari hasil observasi itu dilakukan pengukuran yang dinyatakan
dalam
bentuk
skor
atau
nilai
yang
menunjukan
kelemahan/kekurangan atau kelebihan serta keberhasilan atau kegagalan seorang anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya.29 Dari uraian di atas berarti penilaian kinerja sangat penting dukungannya bagi kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena dengan melakukan
penilaian
kinerja
tersebut,
pemimpin
dapat
mengetahui
kelemahan/kekurangan anggotanya sehingga pemimpin dapat melakukan usaha perbaikan dengan segera. Demikian pula sebaliknya, pemimpin dapat mengetahui kelebihan/ keunggulan anggotanya, sehingga pemimpin dapat melakukan kegiatan pemberdayaan secara optimal. f. Kompensasi dan Pemberhentian 27 28 29
Agus M. Harjana, Training SDM yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 12 T. Hani Handoko, Manajemen Personalia..., h. 103 Hadari Nawawi. Kepemimpinan..., h. 323
Suatu cara untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi. Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan pembayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan diwaktu yang akan datang.30 Tetapi selain pemberian kompensasi berupa uang kompensasi juga biasanya diberikan dalam bentuk tunjangan fasilitas perumahan, kendaraan dan lain-lain. Sedangkan pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai. Pemberhentian pegawai dapat dilakukan dengan beberapa alasan berikut: a. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. b. Perampingan atau penyederhanaan organisasi c. Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak pensiun berhak diberhentikan d. Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik e. Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum f. Melanggar sumpah atau janji.31 3. Manajemen Kesiswaan Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap keperibadian, serta aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emisonal maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik, yang semuanya dapat dikelola dengan baik oleh manajemen kesiswaan.
30 31
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 245 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis..., h. 44
Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan ynag berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen keksiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin32.
4. Manajemen Keuangan a. Pengertian Manajemen Keuangan Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisakan dalam kajian manajemen pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, manajemen keuangan dan pembiayaan harus dikelola secara baik. Hal ini untuk membantu kepala sekolah dalam memperoleh informasi guna menggali, mengalokasikan dana secara efektif dan efisien untuk kebutuhan sekolah. Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi 32
E. Mulyasa. “Manajemen Berbasis...,” h. 46
secara efektif dan efisien maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.33 b. Tujuan Manajemen Keuangan Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah: 1.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah
2.
Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
3.
Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala
sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku. c. Prinsip Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik34. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. d. RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) Dalam proses penyusunan anggaran penyelenggaraan pendidikan, sekolah biasanya menuangkannya dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah atau dikenal dengan istilah RAPBS. RAPBS adalah rencana yang tertulis dan teratur serta menggambarkan keuangan sekolah dalam satu tahun. RAPBS sekolah dibuat sebagai pedoman dalam melaksanakan
33
Agus Sartono, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: FE UGM, 1994), edisi ke-2. cet.ke-1. h.8 34 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 BAB XIII Pasal 48, tentang Pengelolaan Dana Pendidikan
program yang akan dicapai dari sisi keuangan. RAPBS merupakan alat penyetara antara tujuan sekolah dengan realita atau keadaan sekolah. RAPBS
mencerminkan
kekuatan
sekolah
dalam
membiayai
penyelenggaraan pendidikannya dan sekaligus menggambarkan rata-rata status sosial ekonomi keluarga para siswa. RAPBS terdiri atas rencana pendapatan dan rencana pengeluaran atau belanja sekolah. Dalam rencana pendapatan, terdapat komponen sumber dana yang berasal dari pemerintah, siswa dan sumbangan masyarakat lainnya, baik dalam bentuk uang maupun barang.35 RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran. Dengan demikian RAPBS berisi tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya baik rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan dan jumlah nominalnya dalam satu tahun anggaran. Penyusunan RAPBS perlu memperhatikan asas anggaran, antara lain: 1. Asas kecermatan Anggaran harus diperkirakan secara cermat, baik dalam hal penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sehingga dapat efektif dan terhindar dari kekeliruan dalam penghitungan. 2. Asas Terinci Penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat dilihat rencana kerja yang jelas serta dapat membantu unsur pengawasan. 3. Asas Keseluruhan Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan dari suatu organisasi secara menyeluruh dari awal tahun sampai akhir tahun anggaran. 4. Asas Keterbukaan Semua pihak yang telah ditentukan oleh peraturan atau pihak yang terkait dengan sumber pembiayaan sekolah dapat memonitor aktivitas yang tertuang dalam penyusunan anggaran maupun dalam pelaksanaannya. 5. Asas Periodik Pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas. 6. Asas Pembebanan. 35
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: Rosda Karya, 2006), cet. ke-4, h. 57.
Dasar pembukuan terhadap pengeluaran dan penerimaan anggaran perlu diperhatikan. Kapan suatu anggaran pengeluaran dibebankan kepada anggaran ataupun suatu penerimaan menguntungkan anggaran perlu diperhitungkan secara baik.36 Nanang Fatah menyebutkan tahapan penyusunan anggaran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran. 2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan barang. 3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan finansial. 4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang disetujui dan dipergunakan oleh instansi tertentu. 5. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang. 6. Melakukan revisi usulan anggaran. 7. Persetujuan revisi anggaran. 8. Pengesahan anggaran.37 Sedangkan menurut Lipham yang dikutip oleh E. Mulyasa mengungkapkan bahwa dalam proses penyusunan anggaran terdapat empat fase kegiatan pokok, yaitu: 1. Merencanakan Anggaran, merupakan kegiatan menidentifikasi tujuan, menentukan prioritas, menjabarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat diukur, menganalisis alternatif pencapaian tujuan dengan analisis cost-efectiveness, dan membuat rekomendasi alternatif pendekatan untuk mencapai sasaran. 2. Mempersiapkan anggaran, yaitu menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran program pengajaran perlu dirumuskan dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang telah tersedia. 3. Mengelola pelaksanaan anggaran, yaitu mempersiapkan pembukaan, melakukan pembelanjaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan dan pertanggungjawaban keuangan.
36
Departemen Pendidikan Nasional, Modul DIKLAT, Manajemen Keuanga Sekolah. Tahun 2007. h. 17-18 37 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, h. 50
4. Menilai pelaksanaan anggaran, yaitu menilai pelaksanaan proses belajar mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran program, serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang.38 Masalah keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah. Karena seluruh komponen pendidikan di sekolah erat kaitannya dengan komponen keuangan sekolah. Meskipun tidak sepenuhnya, masalah keuangan akan bepengaruh secara langsung terhadap kualitas sekolah, terutama berkaitan dengan sarana dan prasarana serta sumber belajar. Banyak sekolah-sekolah yang tidak bisa melakukan kegiatan belajar mengajar secara maksimal, hanya karena masalah keuangan, baik untuk menggaji guru maupun untuk mengadakan saran dan prasarana pembelajaran yang baik.39 Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan sekolah sesuai dengan asas-asas yang berlaku serta berpijak kepada prinsip manajemen keuangan yaitu, transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi. Oleh karena itu, kepala sekolah dalam proses penyususan anggaran sekolah harus membuat tim yang melibatkan pihak terkait, seperti guru dan komite sekolah sehingga menghasilkan rencana yang mantap untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, serta secara moral mereka (mulai dari kepala sekolah, guru dan komite sekolah) merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana tersebut.
5. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi penerangan atau penjelasan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan sekolah. Sebaliknya, sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan,
38 39
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis..., h. 175 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah..., h. 193
harapan, dan tuntutan masyarakat terutama terhadap sekolah. Dengan kata lain, antara sekolah dam masyarakat harus dibina suatu hubungan yang harmonis. Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk: 1) Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat dan lembaga-lembaga lain yang ada dimasyarakat, termasuk dunia kerja 2) Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peran masing-masing. 3) Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada dimasyarakat dan mereka ikut bertanggung jawab atas suksenya pendidikan di sekolah.40 Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
6. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajarandi sekolah, untuk itu perlu dilakukan
40
E. Mulyasa. “Manajemen Berbasis...,” h. 51
peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.41 Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah. Sedangkan, sarana dan prasarana yang wajib dimiliki oleh lembaga pendidikan (sekolah) yang telah di atur oleh undang-undang adalah sebagai berikut: Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.42 Adapun prosedur yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam proses pengadaan barang harus mengacu kepada Kepres No. 80 tahun 2003 yang telah disempurnakan dengan Permen No. 24 tahun 2007. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah umumnya melalui prosedur sebagai berikut: 1. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana. 2. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
41
Departemen Pendidikan Nasional, Modul DIKLAT, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, tahun 2007. h.1 42 PP RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, BAB VIII pasal 42 tentang Standar Sarana dan Prasarana. h. 36
3. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujuakan kepada pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta. 4. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapat persetujuan dari pihak yang dituju. 5. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan dikirim ke sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana tersebut.43 Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan (inventarisasi), dan penghapusan serta penataan.44 Karena itu, pengelolaan sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan. Selain itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar. 7. Manajemen Layanan Khusus Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari MBS. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat mengharuskan siswa untuk mampu mengakses informasi lebih cepat. Di era seperti sekarang ini tidak memungkinkan bagi guru untuk melayani kebutuhan anak didik akan informasi. Karena itulah manajemen perpustakaan yang dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuannya melalui belajar mandiri. Manajemen layanan khusus lainnya adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab 43
melaksanakan
proses
pembelajaran,
tidak
hanya
bertugas
Departemen Pendidikan Nasional, Modul DIKLAT, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan..., h. 17-18 44 E. Mulyasa. Manajemen Berbasis..., h. 49
mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu: “... manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani (UUSPN, bab II pasal 4).45 Di samping itu, sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan menjalankan tugas dengan tenang dan nyaman.
C. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Karena itu hubungan baik antar guru perlu diciptakan agar terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan. Demikian juga dengan penataan penampilan fisik dan manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah
menjadi
lingkungan
pendidikan
yang dapat
menumbuhkan
kreativitas, disiplin, dan semangat belajar peserta didik. Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. wibawa kepala sekolah perlu ditumbuhkembangkan dengan meningkatlkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang kondusif. Lebih lanjut, kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses belajar mengajar dengan melakukan supervisi kelas, membina, dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Di samping itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antar sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain.46 45 46
E. Mulyasa. “Manajemen Berbasis...,” h. 52 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis..., h. 57
Kepala sekolah sebagai pemimpin merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuantujuan sekolah dan pendidikan. sehubungan dengann MBS, kepala sekolah dituntut
untuk
senantiasa
meningkatkan
efektifitas
kinerja.
Kinerja
kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan MBS adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan MBS di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut: a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan. d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah e. Bekerja dengan tim manajemen f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Pidarta mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan tersebut adalah: a. Keterampilan Konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi b. Keterampilam Manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerja sama, memotivasi dan memimpin c. Keterampilan Teknik, yaitu keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.47 Dalam rangka mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Syaodih mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang cukup penting baik 47
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis..., h. 126
dalam
perencanaan
maupun
pelaksanaan
kurikulum.
Lebih
lanjut
dikemukakannya bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Simon dan Alexander telah merangkum lebih dari 10 hasil penelitian di negara-negara berkembang, dan menunjukan adanya dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik, yaitu jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran dikelas, dan kualitas kemampuan guru.48 Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran. Guru juga harus mengorganisasikan kelasnya dengan baik. Jadwal pelajaran, pembagian tugas peserta didik, kebersihan, keindahan dan ketertiban kelas, pengaturan tempat duduk peserta didik, penempatan alat-alat harus dilakukan dengan sebaikbaiknya. Suasana kelas yang menyenangkan dan penuh disiplin sangat diperlukan untuk mendorong semangat belajar peserta didik.49 Sedangkan persyaratan eksistensial menuju MBS yang dikemukakan oleh Sudarwan Danim yang merujuk kepada pendapat David dalam Synthesis of Research on School-Based Management mengatakan bahwa MBS akan tercipta ketika terjadi pergeseran pada tingkat struktural dalam beberapa hal, yaitu: 1) Membangun aliansi yang kuat dengan persatuan guru. 2) Mendelegasikan kekuasaan dan kewenangan kepada sekolah untuk mendefinisikan tugas-tugas baru, memilih staf dan mengkreasi lingkungan belajar. 3) Mendorong terciptanya otonomi dalam pembuatan keputusan sekolah 4) Mengkomunikasikan tujuan, menentukan patok sasaran, dan mendistribusikan informasi secara akurat 5) Menciptakan komunikasi yang dinamis antara staf sekolah dan pejabat kependidikan 6) Memberi peluang kepada sekolah untuk bereksperimen dan membuat keputusan berisiko 7) Memodifikasi keputusan pejabat struktural pendidikan
48
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008). cet. ke-7. h. 13 49 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis..., h. 58
8) Memotivasi kepala sekolah untuk melibatkan guru-guru dalam aneka pembuatan keputusan 9) Mengmbangkan akuntabilitas bagi staf sekolah 10) Memberikan peluang yang luas bagi kepala sekolah dan staf untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian profesionalnya 11) Memberi peluang kepada kepala sekolah dan staf untuk membuat aturan baru dan mempertanggungjawabkannya 12) Menggunakan pendekatan prestasi50 Dari keseluruhan teori di atas dapat disimpulkan bahwa MBS merupakan suatu pengelolaan manajemen sekolah yang memberikan otonomi secara luas kepada sekolah untuk mengatur seluruh sumber daya yang ada untuk dipergunakan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan serta mampu bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dalam proses pendidikan. Semuanya itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan di sekolah agar lebih efektif dan efisien. Dan sebagai perwujudan dari Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 51 ayat 1, yang menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sekolah. Karena itu, pelaksanaan MSDM harus berjalan optimal mulai dari proses analisis pekerjaan dan SDM. Hal ini dilakukan agar sekolah dapat mengidentifikasi kebutuhan akan SDM sesuai dengan pekerjaan yang sedang dibutuhkan dan dilaksanakan oleh sekolah. Seleksipun harus dilaksanakan secara profesional yang mengacu kepada undang-undang pemerintah tentang standar tenaga pendidik dan kependidikan. Penilaian kinerja (supervisi) harus dilaksanakan oleh kepala sekolah, agar kepala sekolah mengetahui kelebihan dan kekurangan anggotanya. Pendidikan dan pelatihan perlu dilakukan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
50
Sudarwan Danim. Visi Baru Manajemen..., h. 35-38
dan pemahaman yang mendalam tentang tugas, peran dan fungsi masingmasing personil sekolah. Selanjutnya, pemberian kompensasi sangat diperlukan guna meningkatkan motivasi kinerja personel sekolah. Meskipun dana bukan menjadi faktor utama dalam operasional suatu organisasi, tetapi kebutuhan akan dana tidak dapat dipungkiri. Berjalan atau tidaknya organisasi dapat pula bergantung kepada dana yang dimiliki. Karena itu, pengelolaan dana yang baik sangat diperlukan saat implementasi MBS. Pengelolaan keuangan dalam MBS harus mengacu kepada prinsip keuangan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah, bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Untuk itu semua, ketika menyususn anggaran (RAPBS), sekolah dapat terlebih dahulu mengidentifikasi segala kebutuhan sekolah dan sumber dana yang dimiliki, menyusun anggaran bersama dengan tim kerja yang berisikan guru dan dewan komite sekolah, pengelolaan dana secara transparan, pertanggungjawaban yang dapat dipercaya dan sah. Terakhir, pihak sekolah dapat melakukan evaluasi, hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian antara rencana dan realisasi anggaran. MBS juga mengharuskan sekolah untuk memiliki sarana dan prasaran yang memadai dan dikelola secara baik untuk mendukung proses belajar mengajar. Karena itu, sekolah harus mengidentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana, mengadakan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan
prioritas
dan
kemampuan
sekolah,
mendistribusikan
dan
mendayagunakan sarana dan prasarana secara optimal, serta melaksanakan perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara teratur dan berkesinambungan. D. Kerangka Berpikir Agar lebih terarahnya fokus penelitian ini, penulis membuat kerangka berpikir sebagai pedoman acuan dalam melaksanakan penelitian tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di MA El-Syarief.
Dalam pelaksanaan MBS di MA El-Syarief terlihat bahwa masih banyaknya guru yang tidak disiplin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, masih banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka, sarana yang kurang untuk mendukung kegiatan guru dan siswa serta kerja sama yang belum maksimal dengan pihak-pihak terkait (masyarakat umum, pemerintah dan lainnya). Semua kenyataan ini tidak sesuai dengan
karakteristik
sekolah
yang menerapkan MBS
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh E. Mulyasa. Padahal MA. ElSyarief telah menerapkan MBS sejak tahun 2005. Semua kenyataan di atas terjadi karena MA. El-Syarief mengalami kekurangan sumber dana untuk membiayai operasional sekolah (membayar gaji atau kesejahteraan guru, alat-alat kantor, konsumsi dan lainnya). Sumber dana untuk itu semua hanya dari uang bayaran siswa. Untuk menangani masalah yang dihadapi dalam melaksanakan MBS, MA El-Syarief dapat melakukan strategi sebagai berikut: 1. Intensitas pengawasan terhadap disiplin kinerja para guru dan staf harus ditingkatkan 2. Penempatan guru dan staf harus sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka 3. Melengkapi sarana untuk kegiatan guru dan siswa 4. Meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak terkait (masyarakat umum, pemerintah dan lainnya) untuk merencanakan, melaksanakan, menilai dan mengevaluasi program sekolah 5. Menambah sumber dana dengan membuat badan usaha untuk membiayai operasional sekolah Dengan beberapa strategi yang dilaksanakan di atas, diharapkan akan terciptanya karakteristik sekolah yang menerapkan MBS sebagaimana yang telah diungkapkan oleh E. Mulyasa yaitu akan terciptanya disiplin guru dan staf yang tinggi dalam menjalan tugas dan tanggung jawabnya, memiliki guru dan staf yang profesional dalam menjalankan tugas, memiliki sarana yang memadai untuk membantu kegiatan guru dan siswa, terjalinnya kerja sama
yang baik antara MA. El-Syarief dengan masyarakat umum dalam menjalankan semua program sekolah, serta memiliki sumber dana yang kuat untuk terciptanya sekolah mandiri yang merupakan ciri sekolah MBS.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Madrasah Aliyah El-Syarief, kampung Pasir Kresek Tangerang Banten serta kendala dalam penerapkannya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di MA El-Syarief, kamp. Pasir Kresek, Tangerang-Banten. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November 2010 – Maret 2011, secara rinci dapat dilihat jadwal kegiatan penulis berikut ini:
C. Metedologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kombinasi, yaitu metode yang menggabungkan
antara
Metode
Kualitatif
dan
Metode
Kuantitatif.
”Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.51 Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif berupa katakata, gambar, prilaku dan dituangkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki 51
Lexy J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya.2009) . cet. ke-26. h. 4
arti lebih kaya dari sekedar angka.52 Mungkin saja pada penelitian kualitatif ada data berupa angka-angka, tetapi sebenarnya angka-angka tersebut hanya menjelaskan sesuatu.53 Metode Kuantitatif merupakan metode penelitian yang datanya berupa angka-angka. Walaupun metode penelitian ini menggunakan pendekatan kombinasi, namun peneliti tetap mengedepankan metode Kualitatif yang datanya diperoleh dari wawancara, dokumentasi dan observasi sebagai instrumen pengumpul data utama (primer). Dan kemudian, diperkuat oleh metode kuantitatif yang datanya diperoleh dari angket yang disebarkan keseluruh guru dan staf MA El-Syarief. Diharapkan, dengan metode kombinasi ini hasil penelitian akan saling menguatkan antara data yang satu dengan yang lainnya, sehingga mendapatkan kesimpulan yang utuh dalam menjelaskan fenomena yang terjadi. Untuk menilai keabsahan data kualitatif penulis menggunakan metode triangulasi.
Triangulasi
adalah
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.54 Artinya, penulis berusaha mencari kebenaran data melalui sumber lainnya seperti data dokumentasi, observasi, dan penyebaran angket.
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting metode ilmiah, oleh karena itu pengumpulan data diperlukan dalam suatu penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
52
S. Margono. “Metode Penelitian Pendidikan”. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2005). cet.
ke-5. h. 39 53
Ronny Kountur. “Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis”. ( Jakarta: CV. Teruna Grafica. 2005). cet. ke-3. h. 16 54 Lexy J. Moleong..., h.330
1. Wawancara dilakukan untuk menanyakan secara langsung tentang proses pelaksanaan MBS dalam aspek manajemen personalia, keuangan dan sarana prasarana. Wawancara akan dilakukan dengan pihak-pihak terkait, mulai dari ketua yayasan, kepala sekolah, komite sekolah, bendahara, TU dan guru. 2. Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk memperoleh atau mendapatkan data tertulis maupun foto tentang pendidikan guru, data sarana dan prasarana sekolah serta data-data lain yang dianggap perlu dan mendukung penelitian ini. 3. Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan untuk menilai kondisi sarana, proses belajar mengajar dan fenomenafenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung 4. Angket, hasil angket ini tidak diolah secara lebih lanjut dan mendalam untuk menguji sesuatu sebagaimana yang terdapat dalam penelitian kuantitatif. Hasil angket hanya dijadikan sebagai penguat dalam menjelaskan suatu fenomena yang terjadi. Angket ini disebarkan kepada seluruh guru dan staf yang berada dilingkungan MA El-Syarief yaitu sebanyak 18 orang. Hasil angket akan diolah dengan menggunakan rumus frekuensi sederhana, yaitu: F P=
x 100% N
55
h. 43.
Ket :
P
= Angka persentase
F
= Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu
N
= Jumlah responden55
Anas Sudiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),
E. Instrumen Pengumpulan Data
Tabel I Kisi-kisi Instrumen Variabel Pelaksanaan MBS Variabel
Dimensi
Indikator
Guru/Manajemen Pelaksanaan
Sumber
Manajemen
manusia
Daya
1. Perekrutan
dan
seleksi
personil
sekolah 2. Pelatihan bagi tenaga Pendidik dan
Berbasis
Kependidikan
Sekolah
3. Supervisi (penilaian kinerja) 4. Kompensasi (pemberian reward) 5. Kegiatan
Intrakurikuler
dan
Ekstrakurikuler
Pelaksanaan
Manajemen
Manajemen
Sarana
Berbasis
Prasarana
Sekolah
1. Mengidentifikasi kebutuhan sarana dan dan
prasarana 2. Pengadaan
Sarana
dan
prasarana
pendidikan 3. Mendistribusikan dan mendayagunakan sarana dan prasarana secara optimal 4. Melaksanakan
perawatan
dan
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
secara
teratur
dan
berkesinambungan
Manajemen
1. Mengidentifikasi
sumber
dana
Keuangan
menggali dana eksternal maupun internal
/
2. Menyusun RAPBS / anggaran bersama guru, dewan sekolah atau komite 3. Merealisasikan dana sesuai rencana
4. Pertanggungjawaban keuangan 5. Evaluasi anggaran
F. Teknik Analisi Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar datadata tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasi, diolah dan dianalisis secara deskriptif yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan sebuah kesimpulan. Data yang didapat selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari tujuan penelitian. Analisa data dilakukan selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis dengan mendeskripsikan data terlebih dahulu. Deskripsi data dilakukan dengan 3 tahap, yaitu: 1. Seleksi data Seleksi data di sini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang telah terkumpul memenuhi syarat untuk diolah atau tidak. Persyaratan yang dimaksudkan adalah setiap data yang diperoleh dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk data dokumentasi yang diambil harus relevan dengan sumber data yang dilengkapi serta dianalisis dengan sumber data lainnya. 2. Klasifikasi Data Data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dokumentasi dan angket dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing untuk memperoleh kesimpulan yang utuh. 3. Interpretasi Data
Selanjutnya setelah semua data diseleksi dan diklasifikasi langkah terakhir adalah interpretasi. Interpretasi, adalah proses penafsiran data dengan cara mencari persamaan dan perbedaan untuk memperoleh suatu kesimpulan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah El-Syarief 1. Profil Madrasah Madrasah Aliyah El-Syarief merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berdiri di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam El-Syarief, yang didirikan oleh H. Syarifudin Muhammad karena beliau merasa terpanggil selaku seorang muslim untuk mengabdikan dirinya dalam mengemban ajaran agama serta menanamkannya kepada putera-puteri Islam selaku penerus perjuangan Rasulullah S.A.W. Yayasan ini mulai mendirikan lembaga pendidikan formal dan non formalnya sejak tahun 1992 dengan pertama mendirikan Taman Kanak-kanak Islam, tahun 1993 mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah „Aliyah dan Pondok Pesantren, kemudian pada tahun 2005 mendirikan Sekolah Dasar Integral. Semua lembaga tersebut didirikan di atas sebidang tanah dengan luas 10.265 m2 dan beralamatkan di Jl. Raya Syekh Nawawi Tanara Al-Bantani km. 01, Pasir Kresek, desa Kresek, kecamatan Kresek, kabupaten Tangerang, provinsi Banten. Sebagaimana lazimnya setiap organisasi, yayasan ini mempunyai asas, dasar serta tujuan yang jelas bagi tercapainya sasaran yang diharapkan. Untuk itu beliau (H. Syarifudin Muhammad) memberi petunjuk bahwa Yayasan Pendidikan Islam El-Syarief ini berasaskan Islam Ahlusunnah Wal Jama‟ah
dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, serta bertujuan untuk “turut membina putera-puteri Islam agar menjadi insan yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah yang dilandasi dengan akhlaqul karimah serta sanggup berbakti terhadap nusa, bangsa dan agama”. Selain kegiatan intrakurikuler yang berisikan mata pelajaran muatan nasional dan lokal, madrasah ini juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler untuk para siswa, diantaranya muhadharah (latihan berpidato), PRAMUKA, PLDK (pendidikan dan latihan dasar kepemimpinan), pecinta alam, kesenian (marawis), pembelajaran kitab kuning, kursus komputer dan bahasa. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, madrasah ini juga telah menjalankan pola manajemen berbasis sekolah yang mulai dicanangkan sejak tahun 1999 di Indonesia. Sejak tahun 2005 Madrasah „Aliyah El-Syarief telah menjalankan pola Manajemen Berbasis Sekolah56, walaupun masih banyak aspek yang harus dibenahi sampai sekarang.
2. Kondisi Guru Tabel. 2 IJASAH TERTINGGI
GURU PNS
JUMLAH GURU TIDAK TETAP
S3 / S2 S1 D3/D2/D1 SLTA JUMLAH
14 2 2 18
Dari data di atas terlihat bahwa sebagian besar guru mempunyai latar belakang pendidikan strata 1 (S1), 2 orang Diploma (D2) dan 2 orang guru lainnya masih lulusan SLTA.
56
Sukanan, S.Pd.I, kepala Madrasah ‘Aliyah El-Syarief
3. Struktur Organisasi
Gambar. 1 Kepala Sekolah Sukanan, S.Pd.
KomiteSekolah Drs. H. Buang Yusuf, SH, MH
Bendahara Aryadillah, A.Ma.Pd
UrusanT.U Ujang Ahmad Rifa‟i Kaur. T.U Kepegawaian Administrasi Kesiswaan Perlengkapan Persuratan Rumah Tangga
Kurikulum Ujang A. Rifa‟i
Kesiswaan Edy Muchaedy
BP/BK Edy/Mu‟in/Rafiudin
Humas Tim
Wali kelas
OSIS
Siswa
Dari bagan struktur di atas dapat dilihat, bahwa masih terdapat penumpukan beban kerja, diantaranya TU dan bidang Kurikulum di ampu oleh satu orang penanggung jawab yaitu bapak Ujang A. Rifa‟i. Selain itu
juga, tugas TU yang begitu banyak hanya dipegang oleh bapak Ujang. Penumpukan beban tugas yang begitu banyak yang hanya diampu oleh satu orang dikhawatirkan akan meningkatkan stres kerja pada diri karyawan, karena karyawan mengalami stres kerja maka akibatnya tugas yang diberikan kepadanya tidak berjalan dengan baik. Hal seperti itu juga terlihat pada bidang kesiswaan dan BP/BK yang dipegang oleh bapak Edy Muchaedy. Padahal bidang BP/BK sudah ada dua orang yang menanganinya. 4. Sarana dan Prasarana Berikut ini penulis paparkan kondisi sarana yang dimiliki oleh MA El-Syarief. Kantor kepala sekolah dan staf administrasi (bendahara dan TU) menjadi satu ruangan tanpa adanya sekat pemisah. Kantor guru yang cukup luas, karena kantor guru ini digunakan bersama untuk guru-guru MA dan MTs El-Syarief. Ruang kelas berjumlah tiga ruangan dengan kondisi lantai telah dikeramik, meja dan kursi tersusun dengan baik. Toilet guru satu dan toilet siswa dua runganan. Ruang perpustakaan digunakan bersama untuk kegiatan siswa MTs dan MA El-Syarief. Ruang laboratorium bahasa, yang digunakan untuk praktik bahasa Inggris dan Arab, ruangan ini dapat menampung dua puluh orang siswa. Ruang laboratorium komputer digunakan bersama dengan siswa Mts. El-Syarief dan komputer yang berfungsi hanya 5 unit.
5. Jumlah Siswa Tahun 2010/2011 Tabel. 3 TINGKAT KELAS KELAS LAKI-LAKI 11 KELAS X 18 KELAS XI 23 KELAS XII JUMLAH 52 TOTAL
SISWA PEREMPUAN 19 25 33
JUMLAH 30 43 56
77
129
6. Kondisi Penerimaan Murid Lima Tahun Terakhir Tabel. 4 TAHUN AJARAN 2010/2011 2009/2010 2008/2009 2007/2008 2006/2007
SISWA LAKI-LAKI 11 21 27 28 30
PEREMPUAN 19 27 33 30 22
JUMLAH 30 48 60 58 52
Dari data di atas terlihat bahwa Madrasah „Aliyah El-Syarief mengalami penurunan dalam hal penerimaan murid. Selama tiga tahun terakhir madrasah ini mengalami penurunan sebesar 50% sejak tahun pelajaran 2008/2009 - 2010/201157
B. Analisis Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Madrasah „Aliyah El-Syarief 1. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan kegiatan yang sangat penting dalam setiap organisasi. Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan wawasan yang luas turut membantu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keuangan dan sarana yang dimiliki organisasi tidak dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang baik. Karena itulah kegiatan manajemen sumber daya manusia mendapatkan perhatian yang lebih disetiap organisasi. Kegiatan ini berisikan proses perekrutan anggota, pendidikan dan pelatihan, penilaian kinerja dan kompensasi yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, wawasan dan motivasi didalam diri setiap anggota untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, Madrasah „Aliyah El-Syarief telah melaksanakan kegiatan manajemen sumber daya 57
Lihat lampiran...tentang Profil Madrasah
manusia sebagai usahanya dalam meningkatkan kemampuan dan motivasi dalam diri anggotanya. Diantara kegiatan yang dilakukan adalah a. Perekrutan dan seleksi SDM Perekrutan dan seleksi SDM merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan anggota yang akan bekerja dalam bidang tertentu disuatu organisasi. Hendaknya proses perekrutan dan seleksi harus mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan, kebutuhan sekolah dan juga latar belakang pendidikan serta peraturan perundang-undangan untuk tenaga pendidik dan kependidikan. Berikut ini hasil wawancara di madrasah mengenai perekrutan dan seleksi SDM, “...untuk perekrutan staf, biasanya kami mendapatkannya dari rekomendasi guru atau staf kami yang sudah bekerja di sekolah.”58 Hal yang hampir senadapun diungkapkan oleh seorang guru “...sebelumnya saya diberi tahu teman saya yang sudah mengajar di madrasah ini bahwa madrasah ini membutuhkan tenaga guru. kemudian saya memasukan surat lamaran dan ditindak lanjuti dengan wawancara oleh kelapa sekolah.”59 Dari hasil wawancara tersebut terdapat informasi bahwa madrasah ini melakukan perekrutan dan seleksi berdasarkan hasil rekomendasi dari guru atau staf yang sudah bekerja sebelumnya di madrasah ini. Dan bentuk tes yang dilakukanpun tidak begitu berbelit-belit, yaitu langsung kepada performance pelamar dengan cara tes praktik langsung. Tes praktik langsung untuk melihat performance calon karyawan atau guru memang harus dilakukan oleh setiap organisasi (sekolah), karena dengan kegiatan tersebut sekolah dapat melihat persiapan, aksi guru tersebut ketika mengajar, metode yang digunakan, kemampuan dan keterampilan dalam menguasai kelas dan lain sebagainya. 58 59
Sukanan, S.Pd.I..., Fachruddin, A.Ma.Pd. guru MA El-Syarief bidang mata pelajaran Bahasa.Inggris
Tetapi sayangnya, sekolah ini tidak melakukan tes-tes lainnya, seperti tes kemampuan akademik dan psikotes. Padahal tes tersebut, juga sangat diperlukan ketika ingin merekrut seseorang. Tes kemampuan akademik diperlukan untuk melihat sejauhmana pemahaman dan wawasan dia dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Psikotes diperlukan untuk melihat tingkat kematangan emosional calon guru tersebut. Selanjutnya setelah guru atau staf tersebut diterima proses selanjutnya adalah penempatan. Dalam proses penempatan ini hendaknya pihak sekolah memperhatikan latar belakang pendidikan, kemampuannya serta harus memperhatikan peraturan perundang-undangan tentang tenaga pendidik dan kependidikan di Indonesia. Dari dokumentasi mengenai data guru dan karyawan MA. El-Syarief serta tugas dan tanggung jawabnya, penulis menemukan fakta bahwa sebagian besar guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya ketika di perguruan tinggi, contoh lulusan ushuludin jurusan perbandingan agama mengajar sosiologi, jurusan PAI mengajar pendidikan seni, syari‟ah mengajar PPKN, dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini, dapat menyebabkan guru tersebut tidak dapat menyampaikan materinya secara maksimal. Selanjutnya, beberapa orang guru dan staf kepala sekolah belum memenuhi standar lulusan starata 1 (S1), dua orang termasuk diantaranya yang menjadi bendahara latar belakang lulusannya masih diploma 2 (D2) dan dua orang guru masih lulusan SLTA.60 Kondisi-kondisi di atas sangat tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan tenaga pendidik dan kependidikan yang berlaku di Indonesia, yaitu PP RI no. 19 tahun 2005 yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik pendidikan minimun D4 atau S1 dan latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Kondisi di atas juga sarat akan indikasi Nepotisme atau hanya orang-orang terdekat saja dan sudah dikenal yang bekerja di MA El-Syarief. 60
Lihat lampiran tentang data guru
b. Pelatihan tenaga pendidik dan kependidikan Setelah proses perekrutan dan seleksi SDM, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh setiap organisasi adalah pelatihan. Pelatihan bagi tenaga pendidik dan kependidikan harus dilakukan mulai dari level tertinggi para manager dan terendah para staf atau guru baik yang masih baru maupun yang sudah lama di dalam organisasi tersebut. Dengan kegiatan ini diharapkan kinerja mereka semua dapat lebih baik dari sebelumnya. Madrasah „Aliyah El-Syarief mengadakan pelatihan untuk para guru dengan dua cara, pertama pelatihan diadakan di dalam lingkungan sekolah yang diselenggarakan langsung oleh pihak yayasan dan sifatnya umum. Artinya, setiap guru jenjang pendidikan apapun yang berada di bawah naungan YPI El-Syarief dapat mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan yang diselenggarakan di dalam lingkungan yayasan intensitasnya tidak terlalu sering. Kedua, pelatihan yang diadakan di luar lingkungan sekolah dan sekolah hanya mengirim beberapa orang guru saja yang ada kaitannya dengan pelatihan tersebut, hal ini diketahui dari hasil wawancara di bawah ini: “...kami lebih sering mengirim guru atau staf kami apabila ada pelatihan di tempat lain dibandingkan kami mengadakan sendiri pelatihan di sekolah kami..”61 “...untuk pelatihan didalam biasanya saya selaku pihak yayasanlah yang mengadakan pelatihan bagi para guru dan staf.”62 Hasil ini diperkuat oleh hasil angket yang diberikan kepada para guru seperti di bawah ini:
61 62
Sukanan, S.Pd.I..., A. Nawawi. Ketua YPI El-Syarief
Tabel. 5 Mengadakan Pelatihan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Selalu
-
-
2.
Sering
11
61,1
3.
Kadang-kadang
7
38,9
4.
Tidak Pernah
-
Jumlah
18
100
Dari hasil angket di atas sebanyak 11 guru (61,1%) menyatakan bahwa Madrasah sering melakukan pelatihan dan 7 guru (38,9%) menyatakan kadang-kadang madrasah ini melakukan pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pelatihan untuk para guru tidak dilakukan secara merata. Artinya, ke 7 orang guru tersebut bisa jadi hanya mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak yayasan dan belum pernah diikut sertakan ketika ada pelatihan di luar lingkungan sekolah. Diantara kegiatan pelatihan yang pernah diadakan oleh Yayasan ini untuk para guru disetiap jenjang pendidikan, adalah Pendalaman Bidang Study, dengan beberapa materi yang disampaikan, antara lain Aktifitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). ditinjau dari Syariat Islam, Peningkatan Mutu Madrasah, Supervisi Pendidikan, Metode Pendalaman Bidang Study, Integrasi Life skill Pada Mata Pelajaran, Strategi Pengembangan Daya Nalar siswa. Kemudian pelatihan yang dilakukan oleh yayasan ini, dengan tema Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dengan beberapa materi pelatihan, antara lain Kebijakan dan Supervisi Pendidikan Depag, Sejarah Perkembangan Madrasah, Strategi Pengembangan Kurikulum, KTSP, Mekanisme Penyusunan KTSP, Teori Penyusunan Silabus, Teori Penyusunan RPP.
Dan juga pelatihan mengenai Peningkatan Kretifitas Mengajar Melalui Metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) dan Tematik, dengan meteri yang disampaikan, antara lain, Pengantar PAIKEM, Pengantar Pembelajaran Tematik, Implementasi PAIKEM dalam Pembelajaran, Teknis Pembelajaran PAIKEM, Simulasi PAIKEM, Teknis Pengembangan Kreatifitas Siswa, Motivasi Metode dan Mengajar, Integritas Life Skill Siswa Pada Mata Pelajaran. Dari beberapa pelatihan yang dilakukan oleh yayasan ini, pelatihan tersebut masih berkisar pada peningkatan skil guru. Hal ini dapat maklumi, karena memang guru merupakan ujung tombak dari operasional sebuah sekolah terutama dalam pelaksanaan kurikulum yang menjadi bagian tak terpisahkan dan yang utama di sekolah, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Syaodih dalam buku E.Mulyasa Menjadi Guru Profesional h. 13, bahwa guru merupakan pemegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Alangkah lebih baiknya, apabila yayasan atau dalam hal ini Madrasah „Aliyah El-Syarief juga memberikan pelatihan kepada para stafnya yang lain, seperti staf administrasi TU bahkan kepala madrasah. Kerena bagaimanapun juga mereka memiliki tugas dan tanggungjawab yang sama untuk mengembangkan dan memajukan organisasi.
c. Supervisi (Penilaian kinerja) . Madrasah El-Syarief melakukan supervisi terhadap kinerja para staf dan guru guna menjaga kinerja para staf dan guru agar tetap stabil dan juga dapat meningkatkan hasil kinerjanya. Berikut hasil petikan wawancara dengan kepala sekolah, “...Tentu, tapi pengawasan tidak dilakukan setiap hari, hanya pada waktu-waktu tertentu dan tidak dijadwalkan.” “...Biasanya saya yang melakukan dengan cara melihat langsung kinerja guru / staf dan juga hasil masukan dari rekan-rekan sesama guru / staf.”
Dari wawancara yang dilakukan mengenai supervisi atau pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada para staf dan guru, terlihat bahwa kepala sekolah melakukannya secara langsung serta masukan dari para staf dan guru yang lain. Hal ini cukup baik, karena dengan pengawasan yang langsung dilakukan oleh kepala sekolah, para staf dan guru akan memiliki rasa segan dan takut. Dengan demikian diharapkan mereka akan selalu melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi sayangnya, supervisi atau pengawasan hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu saja dan tidak terjadwal secara pasti. Penulis menyimpulkan bahwa kegiatan supervisi tersebut intensitasnya tidak terlalu sering untuk dilakukan oleh sekolah. Hal ini diperkuat dengan hasil angket, yaitu Tabel. 6 Melakukan Supervisi/Pengawasan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Selalu
-
-
2.
Sering
5
27,8
3.
Kadang-kadang
13
72,2
4.
Tidak Pernah
-
Jumlah
18
100
Dari hasil angket di atas terlihat bahwa 5 guru (27,8%) menyatakan sering melakukan pengawasan dan sebagian besar guru yaitu sebanyak 13 guru
(72,2%)
menyatakan
sekolah
kadang-kadang
melakukan
pengawasan/supervisi terhadap kinerja mereka. Padahal telah kita ketahui bahwa peningkatan mutu dalam hal ini mutu
pendidikan,
haruslah
dilakukan
secara
terus
menerus
dan
berkesinambungan. Supervisi atau pengawasan merupakan salah satu alat untuk meningkatkan mutu tersebut, karena dengan supervisi organisasi dapat melihat dan menilai kinerja seseorang. Oleh sebab itu, supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan secara umumnya dan sekolah secara khusus haruslah dilakukan secara rutin dan berkesinambungan serta terjadwal. Kelemahan selanjutnya dari supervisi/pengawasan yang dilakukan di Madrasah „Aliyah El-Syarief adalah tidak adanya acuan standar secara tertulis yang dinilai dan dituangkan dengan angka-angka. Artinya supervisi yang dilakukan hanya bersifat normatif berdasarkan observasi atau penglihatan langsung kepala sekolah terhadap performance guru ketika mengajar serta masukan guru lainnya. d. Kompensasi (pemberian reward) Kompensasi / pemberian reward merupakan hal yang perlu pula mendapatkan perhatian
oleh setiap organisasi.
kompensasi atau reward
Dengan pemberian
terhadap para staf tersebut diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi untuk bekerja di dalam diri para staf karena mereka merasa
diperhatikan
dan
dihargai
setiap
jerih
payahnya
dalam
mengembangkan organisasi. Untuk itu, dalam rangka menumbuhkan motivasi di dalam diri para guru dan staf, madrasah „aliyah El-Syarief berusaha memberikan kompensasi atau reward kepada mereka. Madrasah „Aliyah El-Syarief dalam setahun memberikan kompensasi atau reward kepada para guru dan staf sedikitnya dua kali. Reward ini diberikan kepada mereka yang menerimanya setelah pihak sekolah melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja mereka serta pemilihan yang dilakukan oleh warga sekolah. Setelah itu pihak sekolah memberikan rekomendasi kepada pihak yayasan untuk ditindak lanjuti dan yayasanlah yang memberikan reward atau kompensasi tersebut kepada mereka. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh kepala Madrasah „Aliyah El-Syarief “...bagi guru / staf yang berprestasi, loyal dan bagus kinerjanya akan kami berikan reward / penghargaan sesuai dengan ketentuan kami.” “...kami melakukan supervisi atau penilaian dengan cara melihat kinerja mereka secara langsung, dan juga kami melakukan pemilihan yang dipilih oleh dewan guru dan staf serta para siswa.”
“...biasanya yang memberikan reward langsung ketua yayasan berdasarkan rekomendasi dari kami, kami memberikan reward tersebut sedikitnya 2 kali dalam satu tahun pelajaran, dan bentuknya pun tidak selalu secara finansial.”63 Hal senadapun diungkapkan oleh ketua YPI El-Syarief “...pemberian penghargaan kepada guru dan staf kami dilakukan ketika ada kegiatan-kegiatan yang juga melibatkan mesyarakat luar. Yang memberinkannya langsung pihak yayasan yang sebelumnya telah mendapat rekomendasi dari masing-masing kepala sekolah setelah mereka melakukan penilaian.”64 Dari wawancara di atas terlihat bahwa pemberian kompensasi sebagai bentuk penghargaan kepada guru dan staf yang ada di YPI El-Syarief dalam hal ini jenjang pendidikan Madrasah „Aliyah memiliki intensitas tidak selalu sering dilakukan dan juga tidak semua guru akan mendapatkan kompensasi tersebut. Hal ini dapat juga dilihat dari hasil angket di bawah ini Tabel. 7 Intensitas pemberian kompensasi No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Selalu
-
-
2.
Sering
2
11,1
3.
Kadang-kadang
16
88,9
4.
Tidak Pernah
-
-
18
100
Jumlah
Dari angket di atas terlihat bahwa 2 guru (11,1%) menyatakan sekolah sering melakukan pemberian kompensasi. Sedangkan sebagian besar guru, yaitu sebanyak 16 orang (88,9%) menyatakan bahwa sekolah dalam memberikan kompensasi tidak terlalu sering atau kadang-kadang.
63 64
Sukanan, S.Pd.I..., A. Nawawi...,
Tabel. 8 Guru dan staf menerima kompensasi No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Selalu
-
-
2.
Sering
2
11,1
3.
Kadang-kadang
11
61,1
4.
Tidak Pernah
5
27,8
18
100
Jumlah
Dari data angket tersebut terlihat bahwa terdapat 2 orang (11,1%) yang sering menerima kompensasi, 11 guru (61,1%) kadang-kadang menerima kompensasi dan 5 guru (27,8%) belum pernah atau tidak pernah menerima kompensasi. Dari wawancara yang dilakukan penulis menemukan sebuah strategi yang cukup baik ketika Madrasah ini memberikan kompensasi, yaitu pada saat
memberikan
kompensasi
Madrasah
memberikannya
dihadapan
masyarakat umum ketika melaksanakan sebuah kegiatan yang melibatkan mereka dengan strategi seperti ini diharapkan walaupun kompensasi atau reward sebagai bentuk penghargaan mereka tidak seberapa besar dan berarti bagi mereka, tetapi dengan diberikannya dihadapan masyarakat umum, guru atau staf yang memperolehnya akan timbul rasa bangga karena namanya, harkat dan martabatnya terangkat di masyarakat umum. e. Kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler Selain memperhatikan wawasan dan pengetahuan guru dan staf, sekolah sebagai lembaga pendidikan juga dituntut untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki wawasan dan pengetahuan intelektual yang cukup untuk keberlangsungan hidupnya di masa depan. Karena itu, guru memiliki peran yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Guru harus siap dengan segala kewajiban, baik manajemen
maupun persiapan isi materi pelajaran. Guru juga harus mengorganisasikan kelasnya dengan baik, pembagian tugas peserta didik, kebersihan, keindahan dan ketertiban kelas, pengaturan tempat duduk peserta didik, semuanya harus dipikirkan dan dipersiapkan dengan baik agar tercipta suasana yang menyenangkan dan disiplin. Suasana yang demikian sangat diperlukan untuk mendorong semangat belajar peserta didik. Untuk mewujudkan hal tersebut guru MA El-Syarief berusaha mempersiapkan
segala
keperluan
sebelum
dan
ketika
mengajar,
sebagaimana yang diungkapkan seorang guru: “...Sebelum mengajar biasanya dan sudah pasti saya menyiapkan RPP, memeriksa keadaan kelas, dan menanyakan kepada siswa tentang pelajaran yang lalu sebelum memulai materi baru.”65 Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut sudah menjadi kewajibannya dalam menjalankan tugas. Karena itu, YPI El-Syarief mengatur tugas dan tanggung jawab ketika mengajar, sebagaimana yang dikatakan oleh kepala MA El-Syarief “...untuk semua tugas guru, termasuk menyiapkan segala keperluannya ketika ingin mengajar, hal itu sudah di instruksikan ketika rapat awal tahun ajaran baru dan juga tertuang dalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan YPI El-Syarief.”66 Dari hasil angket pun menunjukkan:
65 66
Fachrudin, A.Ma.Pd..., Sukanan, S.Pd.I...,
Tabel. 9 Menyiapkan segala keperluan mengajar No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Selalu
10
55,6
2.
Sering
6
33,3
3.
Kadang-kadang
2
11,1
4.
Tidak Pernah
-
-
18
100
Jumlah
Hasil angket di atas terlihat bahwa sebagian besar guru selalu menyiapkan segala keperluan untuk mengajar yaitu sebanyak 10 guru (55,6%), sedangkan 6 guru (33,3%) sering dan 2 guru (11,1) kadang-kadang menyiapkan segala keperluan dalam mengajar. Selain mempersiapkan segala keperluannya guru di Madrasah „Aliyah El-Syarief juga melakukan pengelolaan kelas agar suasana belajar mengajar menjadi menyenangkan bagi guru dan siswa. Hal itu dapat dilihat dari hasil wawancara dan angket kepada guru-guru. “...Selain metode yang menarik, suasana kelas juga menentukan agar kegiatan tidak terasa jenuh bagi siswa dan saya sendiri dalam mengajar. Biasanya kebersihan kelas saya perhatikan sebelum mulai mengajar, saya juga merubah variasi duduk siswa.”67 Dari wawancara di atas dapat dilihat bahwa guru berusaha sebaik mungkin membuat suasana belajar agar menyenangkan, mulai dari variasi metode mengajar sampai kepada manajemen kelas seperti merubah tempat duduk siswa dan kebersihan kelas. Kegiatan seperti ini bagus sekali karena diharapkan dengan suasana kelas yang kondusif tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan lebih baik lagi
67
Fachruddin, A.Ma.Pd...,
Tabel. 10 Menciptakan suasana kelas yang menarik No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Selalu
4
22,2
2.
Sering
11
61,1
3.
Kadang-kadang
3
16,7
4.
Tidak Pernah
-
-
18
100
Jumlah
Hasil angket di atas terlihat bahwa sebanyak 4 guru (22,2%) selalu berusaha untuk menciptakan suasana kelas agar proses belajar mengajar menjadi kondusif dan menyenangkan, dan sebagian besar guru yaitu 11 guru (61,1%) sering melakukannya dan 3 guru (16,7%) kadang-kadang melakukannya. Selain itu juga guru-guru di Madrasah „Aliyah El-Syarief berusaha untuk memperhatikan setiap materi yang ia sampaikan kepada semua murid agar mereka mampu menerimanya dan memahaminya dengan baik. Guru menyiapkan waktu tambahan bagi siswa yang belum atau kurang memahami materi yang diajarkan. Hal itu terlihat dari hasil wawancara “...Biasanya ketika pelajaran berlangsung saya tanyakan kepada mereka tentang materi yang saya sampaikan. Jika mereka semua kurang atau tidak memahaminya saya ulang kembali materi tersebut, tapi jika hanya sedikit dari mereka yang kurang atau tidak memahaminya saya lanjutkan materi tersebut, dan bagi siswa yang ingin, yang tidak atau kurang memahami materi tersebut saya tindak lanjuti setelah jam pelajaran selesai.”68
68
Fachruddin, A.Ma.Pd...,
Tetapi hasil angket menunjukkan hal yang berbeda Tabel. 11 Memperhatikan ketercapaian siswa terhadap materi No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Selalu
2
11,1
2.
Sering
5
27,8
3.
Kadang-kadang
10
55,6
4.
Tidak Pernah
1
5,5
18
100
Jumlah
Dari hasil angket di atas terlihat 2 guru (11,1%) selalu memperhatikannya, 5 orang (27,8%) sering memperhatikan, dan sebagian besar guru terkadang memperhatikan ketercapaian siswa terhadap materi yang diberikannya yaitu sebanyak 10 guru (55,6%) dan 1 guru (5,5%) tidak pernah melakukannya. Hal ini menunjukkan, menurut penulis mungkin para guru mempunyai kesibukkan di luar selain mengajar di MA El-Syarief sehingga waktu, tenaga dan pikirannya terbagi dan tidak dapat sepenuhnya melungkan waktunya di Madrasah ini. Selain kegiatan intrakurikuler yang berisikan mata pelajaran muatan nasional dan lokal, madrasah ini juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler untuk para siswa, diantaranya muhadharah (latihan berpidato), PRAMUKA, PLDK (pendidikan dan latihan dasar kepemimpinan), pecinta alam, kesenian (marawis dan band), pembelajaran kitab kuning, kursus komputer dan bahasa. Tetapi sayangnya, dari kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa, masih terlihat bahwa madrasah ini masih menitik beratkan kegiatan kesiswaan pada aspek kognitif dan keagamaan, padahal masih ada aspek yang tidak kalah pentingnya untuk keberlangsungan hidup para siswa kelak ketika mereka telah lulus dari madrasah ini yaitu live skills. Alangkah lebih baiknya apabila madrasah „aliyah El-Syarief juga memperhatikan keterampilan siswa yang berguna bagi dirinya dan
masyarakat. Ini semua sesuai dengan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa: Pasal 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, mayarakat bangsa dan negara. Pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain sebagai bagian dari sistem pendidikan Nasional, Madrasah „Aliyah El-Syarief juga bagian dari sistem pendidikan Islam. Karena itu, hendaknya madrasah ini memperhatikan tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri. Dalam konperensi Internasional pertama tentang pendidikan Islam di Makkah pada 1977 merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut: “Pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individu maupun secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir dari pendidikan Muslim terletak
pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.”69 Seandai kedua konsep di atas dapat direalisasikan dengan baik oleh sekolah dalam kurikulumnya baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan memperhatikan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan yang ada dalam diri siswa, tidak hanya memperhatikan aspek pengetahuan (kognitif) dan spiritual keagamaannya saja, maka Madrasah „Aliyah El-Syarief sebagai lembaga pendidikan Islam mampu menciptakan sumber daya manusia / lulusan yang bukan hanya memiliki pengetahuan dan akhlak yang baik tetapi juga mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan dan berguna bagi dirinya dan masyarakat.
2. Manajemen Keuangan Walaupun keuangan bukan menjadi faktor utama dalam suatu organisasi dalam mempertahankan keberadaannya, tetapi keterbatasan keuangan akan menjadi faktor penghambat bagi operasional organisasi dalam mengembangkan dirinya. Selain itu juga pengelolaan keuangan yang baik, akan memudahkan organisasi untuk menentukan arah dan tujuan yang ingin dicapai. Karena hal itu, Madrasah „Aliyah El-Syarief selalu berusaha mengelola keuangannya dengan sebaik-baiknya, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa petikan wawancara yang dilakukan dengan beberapa pihak terkait dan kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh madrasah ini, diantaranya: a. Menyusun RAPBS / anggaran bersama pihak terkait Madrasah „Aliyah El-Syarief ini dalam menyusun RAPBS selalu melibatkan pihak terkait seperti komite, dan beberapa orang staf kepala sekolah yang ditunjuk untuk menjadi sebuah tim dalam menyusun RAPBS. Kemudian sekolah pun bekerja sama untuk merembukkan anggaran dengan 69
Azyumardi Azra. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 2002) . cet. ke-4. h. 57
masyarakat umum ketika akan mengadakan sebuah momen atau kegiatan yang melibatkan mereka, hal ini seperti yang di ungkapkan oleh kepala Madrasah, ketua Komite dan ketua Yayasan di bawah ini “...tidak seluruhnya guru / staf ikut serta dalam menyusun RAPBS. Biasanya hanya beberapa orang saja yang saya tunjuk sebagai tim seperti beberapa guru, bendahara, TU dan komite. Setelah itu, RAPBS kami rembukkan kembali dengan ketua Yayasan untuk mendapatkan persetujuan. Apabila sekolah akan mengadakan kegiatan yang melibatkan masyarakat umum, maka pembuatan anggaran kami rembukan bersama-sama.”70 “...tidak setiap menyusun anggaran saya dapat mengikutinya, tetapi biasanya saya memerintahkan kepada anggota lain untuk menggantikan saya sebagai perwakilan komite.71 “...pihak yayasan memberi kebebasan kepada setiap jenjang pendidikan untuk menyusun anggaran/RAPBS-nya. Biasanya mereka membuat tim untuk menyusunnya yang berisikan kepala sekolah, bendahara, TU dan beberapa orang guru serta komite sekolah.” Pihak yayasan hanya menerima draf anggaran yang sudah disusun oleh sekolah untuk dipertimbangkan.”72 Penulis menilai bahwa langkah ini sangat baik sekali, karena diharapkan dengan malibatkan mereka, mereka dapat memberikan saran dan masukan demi kemajuan sekolah. Selain itu juga, kondisi seperti ini merupakan suatu ciri sekolah yang menerapkan pola manajemen berbasis sekolah. b. Mengidentifikasi sumber dana / menggali dana eksternal maupun internal sumber dana sekolah dihasilkan dari Yayasan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sarana sekolah, pemberian kompensasi / reward dan lain-lain. Orang tua murid dalam bentuk SPP digunakan untuk operasional 70
Sukanan, S.Pd.I..., Drs. H. Buang Yusuh, SH, MH, ketua komite Madrasah ‘Aliyah El-Syarief 72 A. Nawawi..., 71
sekolah setiap harinya. Dan sumber dana dari masyarakat umum serta pemerintah setempat yang didapat dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah ketika sekolah mengadakan perayaan atau kegiatan, seperti PHBI. Seperti yang telah diungkapkan oleh kepala Madrasah dan ketua Komite, “...dalam RAPBS sumber dana yang kami peroleh seluruhnya dari uang bayaran siswa. Itu semua digunakan untuk operasional sekolah seperti perlengkapan administrasi, konsumsi dan gaji guru setiap bulannya. Tetapi ketika ada momen atau acara kami berusaha mencari sumber dana lain dengan cara merembukkan dan bekerja sama dengan masyarakat dan pejabat pemerintahan setempat seperti RT/RW, lurah, camat.”73 “...kalau untuk operasional keseharian sekolah, sekolah sudah menentukannya dan biasanya diperoleh dari uang bayaran siswa. Tetapi, ketika sekolah akan mengadakan suatu perayaan seperti PHBI, biasanya komite dan sekolah mengumpulkan wali murid, tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan seperti RT/RW, lurah dan camat untuk bekerja sama dalam rangka mensukseskan acara tersebut.”74 Tetapi dari hasil dokumentasi (RAPBS)75 yang didapati oleh penulis, terlihat bahwa Madrasah „Aliyah El-Syarief hanya mengandalkan uang SPP sebagai sumber dana RAPBS. Dan juga, yang lebih ironis lagi sebagian besar guru masih berstatus guru honorer dan honornya sebesar Rp. 3.500/jam. Hal ini dapat menyebabkan guru atau staf yang bekerja di Madrasah „Aliyah ElSyarief akan mencari pekerjaan tambahan untuk membiayai kehidupan dirinya dan keluarganya. Dan ketika itu terjadi, guru dan staf tersebut akan terbagi waktu, tenaga dan pekerjaannya ditempat lain, sehingga ada kemungkinan mereka akan mangkir atau tidak hadir untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya di Madrasah „Aliyah El-Syarief, apalagi ketika pekerjaan di tempat lain tersebut lebih menjanjikan dari segi gaji atau
73
Sukanan, S.Pd.I..., Drs. H. Buang Yusuf, SH, MH..., 75 Lihat Lampiran 74
kesejahteraan, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Prof. DR. Made Pidarta dalam bukunya Manajemen Pendidikan Indonesia, bahwa Kesejahteraan ini tidak boleh dilalaikan oleh para manajer pendidikan, mereka tidak pada tempatnya hanya menekankan kepada tugas pekerjaan saja, kesejahteraan personalia juga perlu diperhatikan. Adakalanya kehidupan keluarga tenaga-tenaga kependidikan membuat mereka merasa gelisah. Bila hal ini terjadi sudah tentu dapat mempengaruhi cara kerja mereka. Lebih-lebih para petugas yang masih junior dengan gaji kecil. Pendapatan personalia adalah merupakan faktor penting. Ia merupakan salah satu faktor penentu produktivitas dikalangan para guru. Ini berarti bila pendapatan mereka kecil maka produktivitas pendidikan di sekolah juga akan kecil, sebaliknya bila pendapatan mereka besar maka produkvitas itu pun akan besar pula.76 Faktor gaji atau pendapatan ini juga yang menjadi indikator bapak Fachruddin mengajar ditempat lain, sebagaimana hasil wawancara yang penulis lakukan kepadanya “...Selain mengajar di madrasah ini, saya juga mengajar didua tempat lainnya, yaitu MTs. Darussalam dan SDN Cibetok I” Tabel. 12 Membagi waktu dan tempat kerja No
Alternatif jawaban
138
Presentase (%)
1.
Selalu
1
5,5
2.
Sering
9
50
3.
Kadang-kadang
6
33,4
4.
Tidak Pernah
2
11,1
18
100
Jumlah
76
Frekuensi
Made Pidarta. “Manajemen Pendidikan Indonesia” (Jakarta: Rineka Cipta. 2004) h.
Hasil angket di atas memperkuat pendapat dari hasil analisis penulis bahwa sebagian besar guru membagi waktu dan tempat kerjanya sehingga mereka sering mangkir atau tidak disiplin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, yaitu 9 guru (50%) sering melakukannya, 6 guru (33,4%) kadang-kadang, 2 guru (11,1%) tidak pernah melakukannya dan 1 guru (5,5%) selalu. Karena itu alangkah lebih baiknya, apabila pihak sekolah bekerja sama dengan yayasan untuk membuat sebuah badan usaha yang hasil pendapatannya dijadikan sebagai tambahan sumber dana untuk keperluan operasional mereka termasuk menjamin kesejahteraan para guru dan stafnya.
c. Merealisasikan dana sesuai dengan rencana Setelah perencanaan langkah selanjutnya adalah merealisasikan dana sesuai dengan yang telah direncanakan. Merealisasikan dana sesuai dengan rencana merupakan kegiatan yang penuh pertimbangan karena terkadang ketika dilaksanakan kita sering dibenturkan dengan kondisi sebenarnya sehingga akan menggangu dengan rencana yang sebelumnya telah disusun. Berikut ini hasil petikan wawancara dengan bendahara sekolah yang menggambarkan kondisi sekolah dalam merealisasikan rencana keuangan sekolah, “...tidak semua dari yang direncanakan sekolah, dalam hal ini pengeluaran belanja sekolah, berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Terkadang sekolah mengeluarkan dana untuk halhal yang tidak direncanakan sebelumnya. Tetapi apabila hal tersebut cukup penting kami berusaha untuk mewujudkannya. “...sebelumnya kami telah menyediakan dana cadangan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak kami duga. Memang, terkadang mengalami kekurangan dana, untuk mengatasi hal tersebut biasanya kami melihat mana yang lebih penting dan lebih bermanfaat itulah yang laksanakan walaupun harus mengorbankan anggaran untuk kegiatan lain.”77
77
Aryadillah, A.Ma.Pd. Bendahara Madrasah ‘Aliyah El-Syarief
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan bendahara, terlihat
bahwa
Madrasah
„Aliyah
El-Syarief
dalam
merealisasikan
dana/keuangan masih terdapat pengeluaran yang tidak sesuai dengan perencanaan awal. Hal ini menurut penulis, mengisyaratkan bahwa terdapat perencanaan keuangan yang belum matang. Akibatnya, Madrasah „Aliyah ElSyarief harus menyediakan dana tambahan dan ketika dana tambahan tersebut tidak mencukupi, madrasah ini akan menilai mana pengeluaran yang dianggap lebih penting, sehingga terdapat suatu pengeluaran atau kegiatan yang akan dikorbankan guna menutupi dan menambah pengeluaran yang tidak direncanakan tersebut. Pengeluaran
yang
tidak
sesuai
dengan
rencana
juga
akan
mengakibatkan para guru dan staf akan merasa kesulitan dalam menjalankan program mereka, baik ketika mereka menjalankan program sekolah ataupun ketika menjalankan program pembelajaran. Karena bagimanapun keperluan para guru dan staf juga harus disediakan oleh pihak sekolah. Berikut ini hasil angket yang menunjukkan bahwa para guru sering menghadapi kendala ketika menjalankan program mereka, sebagaimana hasil angket dibawah ini:
Tabel. 13 Menghadapi kendala ketika menjalankan program No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Selalu
2
11,1
2.
Sering
11
61,1
3.
Kadang-kadang
5
27,8
4.
Tidak Pernah
-
-
18
100
Jumlah
Angket di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru sering menghadapi kendala dalam menjalankan program mereka, hal ini ditunjukkan
dengan 11 guru (61,1%) menjawab sering, 5 guru (27,8%) kadang-kadang dan 2 guru (11,1%) menjawab selalu. Kejadian seperti ini menurut penulis, bisa diakibatkan karena kurangnya sumber dana yang dimiliki oleh Madrasah „Aliyah El-Syarief. Dengan
demikian prinsip efektifitas dan efisien belum dipenuhi dalam
pengelolaan keuangan Madrasah „Aliyah El-Syarief, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Hal ini juga menunjukkan bahwa, Madrasah „Aliyah El-Syarief belum dapat menentukan secara pasti kebutuhan mereka sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan mereka ketika perencanaan anggaran d. Pertanggungjawaban keuangan Keuangan merupakan suatu yang sangat sensitif dalam suatu organisasi. Dikatakan sensitif, karena apabila terjadi kerancuan dalam hal keuangan antara rencana, pelaksanaan dan laporan maka hal tersebut akan menimbulkan fitnah yang akhirnya akan timbul rasa saling tidak percaya di dalam organisasi tersebut. Untuk mencegah hal itu, madrasah „aliyah El-Syarief berusaha sebaik mungkin mengelola keuangannya, terutama dalam hal pertanggungjawaban, berikut hasil petikan wawancara yang dilakukan oleh pihak terkait, “...pertanggungjawaban keuangan yang terdapat RAPBS biasanya diberikan kepada ketua yayasan dan komite sekolah. Tetapi untuk laporan kegiatan lain seperti kegiatan akhir tahun serta perayaan hari besar islam yang melibatkan dana masyarakat umum, kami laporkan kepada semua pihak yang ikut serta dan terlibat dalam acara tersebut seperti orang tua siswa, tokoh masyarakat dan instansi pemerintah setempat.”78 Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pertanggungjawaban keuangan RAPBS diberikan dan dilaporkan kepada ketua yayasan dan komite sekolah. Sedangkan, apabila 78
Sukanan, S.Pd.I...,
terdapat kegiatan sekolah yang sumber keuangannya tidak sepenuhnya berasal dari sekolah melainkan dibantu dengan dana lain yang sumbernya dari masyarakat umum / di luar lingkungan sekolah, maka laporan keuangan diberikan kepada mereka sebagai pihak yang diajak bekerja sama dengan sekolah, seperti tokoh masyarakat dan pemerintah setempat. Selain
itu,
penggunaan
keuangan
pun
harus
dapat
dipertangungjwabkan dengan disertai dengan bukti yang sah agar dapat dipercaya oleh pihak yang menerima laporan pertanggungjawaban tersebut. Dari hasil wawancara didapati bahwa MA El-Syarief berusaha melakukan hal tersebut, “...pembukuan itu berguna untuk laporan sementara kepada pihak terkait, tetapi pelaporannya biasanya dilakukan setiap akhir semester sebelum pelaporan secara keseluruhan di akhir tahun.” “...ya, kami selalu menyertai bukti dalam setiap transaksi pengeluaran, seperti kwitansi. Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat laporan yang kami buat.”79 Dari hasil wawancara di atas yang dilakukan bersama bendahara sekolah, dapat ditarik kesimpulan bahwa bendahara sekolah selalu membuat pembukuan bulanan sebagai bahan acuan untuk laporan keuangan di akhir semester. Kemudian setiap transaksi keuangan apapun selalu disertai dengan bukti yang sah. Hal ini juga diperkuat oleh hasil angket Tabel. 14 Menyertai bukti yang sah pada saat menggunakan dana sekolah No
Alternatif jawaban
Presentase (%)
1.
Selalu
7
38,9
2.
Sering
11
61,1
3.
Kadang-kadang
-
-
4.
Tidak Pernah
-
-
18
100
Jumlah
79
Frekuensi
Aryadillah, A.Ma.Pd...,
Angket tersebut membuktikan bahwa sebagian besar guru menjawab sering diperintahkan untuk menyertai bukti yang sah ketika mereka menggunakan dana sekolah untuk keperluan mereka di sekolah, yaitu ditunjukkan dengan 11 guru (61,1%) menjawab sering dan 7 guru (38,9%) menjawab selalu. Pertanggungjawaban seperti ini dinilai cukup baik, karena dengan demikian Madrasah „Aliyah El-Syarief berusaha menjaga kepercayaan pihakpihak terkait, seperti guru, komite, yayasan dan lainnya dalam hal pengelolaan keuangan ketika mereka mempertanggungjawabkan seluruh pengeluaran keuangan madrasah dengan bukti yang sah. e. Evaluasi anggaran Langkah terakhir yang dilakukan oleh setiap organisasi untuk menilai anggaran sesuai apa tidak dengan perencanaan awal adalah dengan mengevaluasi anggran. Sebagai suatu organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, madrasah „aliyah El-Syarief selalu melakukan evaluasi program terutama anggaran, untuk menilai efektivitas dan kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan. Berikut ini hasil petikan wawancara yang telah dilakukan: “...biasanya kami melakukan evaluasi dalam satu tahun bisa dua kali. Yang pertama setiap akhir semester dan akhir tahun ajaran. Evaluasi ini mengikut sertakan dewan guru, komite dan ketua yayasan.”80 “...Eavaluasi biasanya kami lakukan setiap akhir semester. Kurang lebih 6 bulan sekali kami melakukan rapat dengan pihak sekolah untuk menilai program yang berjalan dan merencanakan program lainnya.” “...Disetiap rapat, sebagai komite saya sering memberikan masukan dan kritikan demi kemajuan sekolah.”81 Dari petikan wawancara di atas, didapati bahwa madrasah „aliyah ElSyarief selalu melakukan evaluasi terhadap program dan anggaran yang telah 80 81
Sukanan, S.Pd.I Drs. H. Buang Yusuh, SH. MH...,
direncanakan. Evaluasi dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun pelajaran. Dalam rapat evaluasi tersebut, sekolah melakukannya bersama dengan komite, dewan guru dan ketua yayasan. Komite sekolah pun ikut serta dalam evaluasi tersebut dalam memberikan kritik dan masukan untuk sekolah. Hal ini baik sekali, dengan melakukan evaluasi terdapat usaha untuk meningkatkan efektifitas dan sefiseinsi anggaran. Karena evaluasi merupakan salah satu alat bagi organisasi untuk meningkatkan mutunya
3. Manajemen Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan komponen yang tidak bisa dilepaskan dari setiap kegiatan organisasi, kelengkapan sarana dan prasarana juga turut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Karena itu, sarana dan prasarana haruslah dikelola dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, Madrasah „Aliyah El-Syarief berusaha mengelola sarana atau fasilitas yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya, diantaranya dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak sekolah, diantranya:
a. Mengidentifikasi kebutuhan sarana dan parsarana Kegiatan mengidentifikasi sama dengan perencanaan, yaitu berusaha melihat segala kebutuhan sarana dan prasarana yang harus dimiliki sekolah. Dalam hal ini Madrasah „Aliyah El-Syarief berusaha memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana baik untuk keperluan operasional manajemen atau administrasi maupun sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Berikut ini hasil petikan wawancara dengan pihak terkait: “...Untuk kebutuhan sarana, biasanya yayasanlah yang menyidiakan untuk setiap jenjang pendidikan yang berada di bawah naungan yayasan. Tetapi sebelumnya setiap jenjang pendidikan, apabila menginginkan sarana dia membuat permohonan kepada yayasan. Setelah itu permohonan tersebut
diberikan kepada yayasan, dan yayasanlah yang menentukan akan dipenuhi atau tidak.”82 “...Biasanya kami melakukannya setiap awal tahun, untuk keperluan administrasi, ATK, dan sarana lain yang kami mampu untuk menyediakan kami sediakan. Tetapi apabila terdapat kebutuhan sarana diluar kemampuan kami untuk menyediakannya biasanya kami membuat surat permohonan kepada yayasan untuk membantu menyediakan sarana tersebut.”83 Dari wawancara di atas, terlihat bahwa Madrasah „Aliyah El-Syarief mengidentifikasi segala kebutuhan akan sarana dan prasarana dilaksanakan ketika awal tahun. Mereka berusaha untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk keperluan manajemen, operasional sekolah, dan kegiatan
belajar
mengajar.
Tetapi
apabila
mereka
tidak
mampu
menyediakannya, maka mereka membuat surat permohonan kepada yayasan dan yayasanlah yang berusaha menyediakannya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan ketua YPI El-Syarief, “...pihak yayasan bekerja sama dengan setiap penguurus jenjang pendidikan setiap awal tahun pelajaran untuk memeriksa kebutuhan sarana. Apabila kebutuhan sarana tidak dapat dipenuhi oleh sekolah maka yayasan akan berusaha menyediakannya. “...dana untuk menyediakan sarana tersebut dari dana awal tahun yang diperoleh dari dana pendaftaran siswa baru dan di tambah dengan kas yayasan”84 Dari wawancara tersebut menyatakan bahwa sumber keuangan sekolah untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarananya diperoleh dari uang pendaftaran siswa baru dan kas yayasan.
82 83
84
Sukanan, S.Pd.I..., Ujang Ahmad Rifa’i, S.Pd.I, Kepala Urusah Tata Usaha A. Nawawi...,
b. Mendistribusikan dan mendayagunakan sarana dan prasarana secara optimal Keberadaan sarana haruslah dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh setiap orang yang berada di dalam organisasi agar dapat memudahkan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Karena itu, sarana harus dapat disalurkan
atau
didistribusikan
kepada
setiap
orang
yang
akan
menggunakannya. Pendistribusian juga haruslah dengan mudah, artinya tidak menyulitkan orang lain ketika mereka ingin menggunakannya. Untuk pendistribusiaan dan pendayagunaan sarana dan prasana yang dilakukan oleh Madrasah „Aliyah El- Syarief dapat kita lihat dari wawancara berikut ini: “...Kami mempersilahkan bagi guru atau staf yang ingin menggunakaanya, dengan catatan mereka dapat menjaganya dan bertanggung jawab selama menggunakan.” “...Untuk sarana yang digunakan demi kepentingan belajar mengajar guru kami membagi tugas dan tanggung jawab untuk menjaganya. Misalkan, guru bahasa inggris dan arab kami berikan juga kunci laboratorium bahasa agar mereka dapat dengan mudah ketika ingin menggunakan lab. Bahasa kapanpun mereka ingin. Begitupun dengan lab. Komputer.”85 “...Kepala Sekolah memberikan wewenang kepada para guru untuk menggunakan sarana sekolah apabila diperlukan dalam proses belajar mengajar. Saya sendiri selaku guru B. Inggris diberikan wewenang untuk bersama mengelola lab. Bahasa.”86 Dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa Madrasah „Aliyah El-Syarief, mendistribusikan sarana dan prasarana yang dimiliki kepada para guru dan staf. Mereka diberi wewenang untuk mendayagunakan sarana dan prasarana tersebut guna menunjang kinerja mereka. Tetapi hasil angket yang ada menunjukkan hal yang berbeda Tabel. 15 Memanfaatkan sarana 85 86
Ujang Ahmad Rifa’i, S.Pd.I Fachruddin, A.Ma.Pd.
No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1.
Selalu
1
5,5
2.
Sering
2
11,1
3.
Kadang-kadang
4
22,3
4.
Tidak Pernah
11
61,1
18
100
Jumlah
Dari hasil angket di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru yaitu sebanyak 11 guru (61,1%) tidak pernah memanfaatkan sarana yang ada, 4 guru (22,3%) kadang-kadang memanfaatkannya, 2 guru (11,1%) sering dan 1 guru (5,5%) selalu memanfatkan sarana. Hasil angket tersebut menurut penulis membuktikan bahwa sarana yang dimiliki oleh MA El-Syarief belum memadai untuk memenuhi segala keperluan guru dalam menunjang proses belajar mengajar. c. Malaksanakan perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara teratur dan berkesinambungan Perawatan dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana harus sesering mungkin dilakukan. Karena, dengan kegiatan tersebut akan menjaga kualitas dan kuantitas kelayakan dari sarana yang ada. Untuk kepentingan inilah Madrasah „Aliyah El-Syarief mengadakan perawatan dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang mereka miliki, hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Kaur. TU yang bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana sekolah. “...Untuk sarana yang masih terpakai terutama peralatan elektronik kami melakukan pengecekan setiap hari, sedangkan bagi barang non elektronik seperti meja dan kursi tidak terlalu rutin seperti benda-benda elektronik, biasanya ketika terjadi kerusakan baru kami melakukan perbaikan. Sedangkan untuk sarana yang tidak terpakai kami tempatkan digudang sekolah, ketika kami membutuhkan sesuatu baru kami cek digudang dengan tujuan untuk menemukan sarana yang dapat diperbaiki kembali atau di daur ulang agar bisa dimanfaatkan kembali untuk kepentinagn yang lain.”
Dari petikan hasil wawancara di atas, terlihat bahwa Madrasah ini melakukan prosedur perawatan terhadap sarana yang mereka miliki. Terdapat perbedaan dari perawatan yang dilakukan, yaitu untuk barang-barang elektronik seperti komputer, lab. Bahasa, printer, infokus, dan lain-lain dilakukan setiap hari kerja. Sedangkan untuk barang non elektronik perawatannya tidak dilakukan dengan rutin seperti barang elektronik. Tetapi sayangnya, dari hasil observasi yang dilakukan, penulis menilai terdapat beberapa sarana dalam kondisi kurang baik. Berikut ini penulis paparkan keadaan dan kondisi sarana yang dimiliki oleh Madrasah „Aliyah El-Syarief: Tabel. 16 Nama Sarana
Jumlah Unit
Keterangan
Kantor kepala sekolah
1
Kurang Baik
Kantor staf administrasi
1
Kurang Baik
Kantor guru
1
Cukup
Ruang kelas
3
Baik
Toilet guru
1
Baik
Toilet Siswa
2
Kurang Baik
Ruang Perpustakaan
1
Kurang Baik
Ruang laboratorium komputer
1
Kurang Baik
Ruang laboratorium Bahasa
1
Baik
Gudang sekolah
1
Kurang Baik
Kantor OSIS
1
Baik
Lapangan
-
Baik
Tempat Ibadah (Masjid)
1
Baik
Kantor kepala sekolah dan kantor staf administrasi dinilai kurang baik, karena kantor mereka berada dalam satu ruangan dan menyatu tidak ada pemisah. Hal ini secara tidak langsung dapat menggangu kerja mereka. Alangkah lebih baiknya, walaupun dibuat dalam satu rungan harus terdapat
sekat pemisah. Kantor guru dinilai cukup, walaupun menjadi satu dengan kantor guru Tsanawiyah tetapi kantor ini dibuat cukup luas. Kondisi kelas dinilai baik, karena terawat dan bersih setiap pagi sebelum memulai pelajaran siswa membersihkan kelas mereka, kondisi lantai sudah dikeramik dan papan tulis sudah menggunakan whiteboard. Toliet guru cukup terawat dan bersih, tetapi kondisi sebaliknya terjadi di toilet siswa, kondisinya kurang terawat dan kotor serta menimbulkan bau tak sedap. Ruang perpustakaan terlihat kurang baik, karena ruangan ini digunakan bersama dengan madrasah Tsnawiyah El-Syarief, kondisi ruangan yang tidak cukup luas tidak memungkinkan untuk menampung siswa stanawiyah dan „aliyah, selain itu juga, koleksi buku yang ada sebagian besar masih buku bacaan biasa seperti novel, buku-buku cerita. Sedangkan buku-buku bacaan yang dapat menambah pengetahuan siswa, seperti ensiklopedi masih sedikit sekali. Ruang laboratorium komputerpun dinilai kurang baik, karena sama seperti ruang perpustakaan digunakan bersama dengan madrasah tsanawiyah, selain itu juga komputer yang ada dan berfungsi hanya lima unit. Ruang laboratorium bahasa, dinilai baik karena ruangannya cukup nyaman dan bersih serta alat – alatnya pun cukup terawat dan berfungsi dengan baik. Gudang sekolah yang dimiliki hanya satu dan tidak begitu luas, harus digunakan bersama dengan madrasah tsanawiyah. Dengan kondisi seperti ini dikhawatirkan gudang sekolah akan kesulitan untuk menampung barang-barang, sekarangpun kondisi gudang sudah penuh dan hampir melewati batas daya tampung gudang tersebut. Kantor OSIS walaupun tidak begitu luas tetapi cukup terawat, peletakan barang-barangpun sangat baik tidak sembarangan. Lapangan cukup luas dan baik untuk kegiatan siswa di luar kelas. Tempat ibadah cukup bersih dan terawat baik.
Berdasarkan hasil penelitian, tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di MA El-Syarief dapat disimpulkan bahwa
a.
Dalam perekrutan guru dan staf, MA El-Syarief belum melakukan tes secara selektif. Tes yang dilakukan hanya tes performance, sedangkan tes kemampuan akademik, psikotes belum dilakukan.
b. Dari perosedur penempatan tugas dan tanggung jawab guru, MA ElSyarief belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan latar belakang pendidikan guru tersebut dengan mata pelajaran yang mereka ampu. c. Intensitas pemberian kompensasi yang tidak rutin. Padahal pemberian kompensasi merupakan salah satu alat untuk meningkatkan motivasi kerja dalam diri personalia. d. Pengawasan (supervisi) yang dilakukan terhadap guru dan staf yang ada hanya dilakukan oleh kepala madrasah dengan cara melihat langsung tanpa adanya bobot skor penilaian yang dituangkan dalam bentuk angka-angka statistik. e. Sumber keuangan RAPBS yang dipergunakan untuk operasional sekolah, seperti, gaji dan tunjangan guru, konsumsi, alat-alat kantor dan lainnya yang dikeluarkan setiap bulannya hanya bersumber dari uang bayaran siswa. Sehingga gaji dan tunjangan para guru masih sangat minim sekali. f. MA. El-Syarief berusaha menjalin kerja sama dengan masyarakat dan pemerintah sekitar, namun kerja sama tersebut belum maksimal. Hal ini terlihat karena kerja sama mereka hanya ketika akan mengadakan momen atau kegiatan tertentu saja seperti PHBI. g. Pertanggungjawaban keuangan MA. El-Syarief selalu disertai dengan bukti-bukti yang sah dan kuat, seperti menyertai kwitansi pembayaran saat melakukan pengeluaran dan pelaporan. Hal ini bermanfaat untuk menjaga rasa saling percaya antara para personil sekolah dan masyarakat umum serta pemerintah setempat. h. MA. El-Syarief selalu melakukan evaluasi program maupun keuangan. Dalam setahun biasanya mereka melakukan evaluasi sebanyak dua kali, yaitu pada pertengahan semester dan akhir tahun ajaran.
i. Masih kurangnya sarana yang dimiliki oleh MA. El-Syarief untuk mendukung kegiatan guru dan siswa j. Walaupun kekurangan sarana pendukung, MA. El-Syarief selalu berusaha mendaya gunakan sarana yang mereka miliki agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kegiatan guru.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan masalah yang dibahas dan diteliti oleh penulis mulai dari BAB I sampai BAB IV tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di MA. El-Syarief ditemukan fakta bahwa tingkat disiplin kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masih sangat rendah, keadaan sarana yang kurang memadai untuk menunjang kegiatan guru dan siswa serta profesionalisme guru (guru yang mengajar mata pelajaran tertentu tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka ketika di perguruan tinggi). Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik sekolah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah yang telah diungkapkan oleh E. Mulyasa. Kondisi seperti ini disebabkan karena: a. MA. El-Syarief masih kekurangan sumber dana. Sumber dana dari RAPBS yang digunakan untuk operasional sekolah (membayar gaji atau kesejahteraan guru dan staf, konsumsi, alat-alat kantor, dan lainnya) setiap bulannya hanya mengandalkan uang SPP siswa. b. Penempatan SDM (guru) yang belum sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. B. Saran 1. Dalam melakukan penempatan tugas dan tanggung jawab guru, hendaknya sekolah juga memperhatikan latar belakang pendidikan yang sesuai. Hal
ini untuk menciptakan profesionalisme guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. 2. Hendaknya sekolah dapat mencari sumber dana yang lain tidak hanya mengandalkan uang SPP siswa. Hal ini dapat diupayakan dengan cara membuka badan usaha sekolah, sehingga dengan dukungan dana dari badan usaha tersebut sekolah dapat memenuhi segala keperluannya, seperti kelengkapan sarana dan prasarana dan dapat memenuhi kesejahteraan atau gaji guru.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 2002 Danim, Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008 Departemen Pendidikan Nasional, Modul DIKLAT, Manajemen Keuanga Sekolah. Tahun 2007 _________, Modul DIKLAT, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, tahun 2007 _________. Modul DIKLAT, Manajemen Pemberdayaan Sumber Daya Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah. tahun 2008 Duhou, Ibtisam Abu. School-Based Management. Jakarta: Logos. 2002 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008 _________. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Rosda. 2003 _________. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2006 Handoko, T. Hani. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. 1989 __________. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. 2003 J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya.2009) M. Harjana, Agus. Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius. 2001 Margono. Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2005) Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarja: Gadjah Mada Univercity Press. 2003
Nurkholis. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo. 2003 Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2004 PP RI No. 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan Ronny Kountur. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. ( Jakarta: CV. Teruna Grafica. 2005) Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana. 2004 Sartono, Agus. Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: FE UGM. 1994 Sudiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005
Supriadi, Dedi. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Rosda Karya. 2006 Syafarudin. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo 2002 Umaedi. Manajemen Mutu Berbasis Sekolah / Madrasah (MMBS / M). CEQM: 2004. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
REFERENSI INTERNET
http://www.radenbeletz.com/new-hasil-ujian-nasional-smp-2010 http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/29/ujian-nasional.../-12 http://www.lintasberita.com/.../pemerintah-cepat-ubah-atau-ganti-sistempendidikan-nasional -10 mei 20010