III. METODE PENELITIAN
1.1 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan membacakan teks berita yang diperdengarkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lampung Barat tahun pelajaran 2010/2011. Dengan demikian untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifatsifat populasi atau daerah tertentu (Riyanto, 2001:23).
1.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok yang menarik peneliti, kemudian kelompok tersebut dijadikan objek untuk mengeneralisasikan hasil penelitian menurut Fraenkel dan Wallen (dalam Riyanto, 2001,63). Sementara itu Arikunto (2002:108) menyatakan bahawa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jenis sampel yang di ambil harus mencerminkan populasi (Riyanto, 2001: 64). Dalam penelitian ini penulis mengacu pada pendapat Arikunto yang menyebutkan apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi, tetapi apabila subjek penelitian lebih dari 100 orang, maka subjek penelitian dapat
36
diambil sebagai sampel antara 10% sampai dengan 15% atau 20% sampai dengan 25% atau lebih.
1.2.1
Populasi
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Krui Lampung Barat tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 181 siswa yang tersebar dalam 6 kelas.
1.2.2
Sampel
Dalam menentukan jumlah sampel, penulis berpedoman pada pendapat Arikunto (2002: 112) yang menyatakan bahwa populasi dalam penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi; selanjutnya, jika jumlah populasi besar, dapat diambil 10- 15% atau 20-25% atau lebih. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik sample random, sampel acak/sampel campur yaitu pengambilan sampel secara random tanpa pandang bulu sehingga semua subjek dianggap sama. Setiap kelas diambil 20% sebagai sampel dari jumlah setiap kelas.
Penentuan jumlah sampel pada setiap kelas adalah sebagai berikut: 1. jika hasil perhitungan 20% dari jumlah siswa di setiap kelas itu memiliki angka sesudah koma yang nilainya kurang atau sama dengan lima, jumlah sampel yang ditetapkan angka sebelum koma, dan 2. jika hasil perhitungan 20% memiliki angka sesudah koma lebih dari lima, jumlah sampel yang ditetapkan adalah angka sebelum koma ditambah satu.
37
Tabel 3.1 Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Krui Lampung Barat tahun pelajaran 2010/2011 No
Kelas
Jumlah Siswa
1
VIII A
2
30
20% dari Jumlah Siswa 6
Sampel yang ditetapkan 6
VIII B
30
6
6
3
VIII C
31
6,2
6
4
VIII D
31
6,2
6
5
VIII E
30
6
6
6
VIII F
29
5,8
6
Jumlah
181
36,2
36
Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Membuat nomor undian yang disesuaikan dengan nomor daftar hadir siswa dalam kertas yang berukuran 2x2 cm, kemudian kertas tersebut digulung. 2. Memasukan gulungan kertas ke dalam sebuah gelas, kemudian gelas tersebut ditutup plastik yang diberi lubang kecil (kira-kira cukup untuk mengeluarkan satu gulungan kertas). Jumlah gelas disediakan 6 buah sesuai dengan jumlah kelas. 3. Mengocok gelas yang berisi gulungan kertas, setiap nomor yang keluar dicatat lalu disesuaikan dengan daftar nama pada daftar hadiri siswa. Hal ini dilakukan terhadap setiap kelas sehingga secara keseluruhan berjumlah 36 siswa. 2. Siswa yang memiliki nomor sesuai daftar hadir yang keluar dijadikan sampel penelitian.
38
2.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes dilaksanakan secara lisan dalam bentuk Membacakan teks berita di dalam kelas. Langkahlangkah pengambilan data tersebut, penulis uraikan sebagai berikut. 1. Siswa diperdengarkan teks berita yang telah disediakan oleh penulis. 2. Siswa diberi waktu 15 menit untuk menulis berita yang sudah diperdengarkan. 3. Siswa membacakan kembali teks berita yang sudah diperdengarkan dengan alokasi ± 5 menit untuk masing-masing siswa. 4. Pada saat siswa membacakan teks berita, penulis mengamati secara langsung siswa yang tampil. Hal ini untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan (sikap, tenang, dan tidak kaku) dan volume suara. Dalam hal ini, penulis dibantu juga oleh satu orang penilai (teman sejawat). 5. Di samping siswa mengamati secara langsung, penulis juga melakukan pendokumentasian melalui rekaman audio visual
dengan mengunakan
handicame.pendokumentasian tersebut dilakukan oleh petugas khusus yang hasilnya akan digunakan penulis untuk memeperoleh data yang akurat tentang ketepatan ucapan, intonasi, jeda dan pesendian, dan kelancaran dengan cara mengamati secara berulang-ulang (mereduksi) sesuai dengan keperluan. Penilaian dalam mengungkapkan kembali teks berita ini pun, penulis dibantu juga oleh satu orang penilai (teman sejawat).
39
Dalam penelitian ini, yang dinilai, yaitu berdasarkan atas indikator kebahasaan dan indikator nonkebahasaan. Indikator kebahasaan terdiri dari ketepatan ucapan, intonasi, (tekanan, nada, dan kecepatan), dan jeda/persendian sedangkan indikator kenonbahasaan terdiri dari sikap (wajar, tenang, dan tidak kaku), volume suara dan kelancaran. Indikator uji kemampuan membacakan teks berita dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.2 Indikator Uji Kemampuan Membacakan Teks Berita No 1
Indikator Faktor Kebahasaan
Subindiator Ketepatan Ucapan
Skor 5
4
3
2
1
0
Kriteria Tidak terdapat kesalahan dalam mengucapkan kata Terdapat 1—2 kata yang di dalamnya ketidaktepatan pengucapan kata. Terdapat 3—4 kata yang di dalamnya ketidaktepatan pengucapan kata. Terdapat 5—6 kata yang di dalamnya ketidaktepatan pengucapan kata. Terdapat 7—8 kata yang di dalamnya ketidaktepatan pengucapan kata. Terdapat > 8 kata yang di dalamnya ketidaktepatan pengucapan kata.
Skor Maksimal 5
40
No 2
Indikator
Subindiator Intonasi
Skor
Kriteria
5
Tidak terdapat kesalahan intonasi pada semua kalimat(tekanan, nada, dan kecepatan). Terdapat kesalahan 1—2 kata, baik tekanan, nada maupun kecepatan. Terdapat kesalahan 3—4 kata, baik, tekanan, nada maupun kecepatan. Terdapat kesalahan 5—6 kata, baik, tekanan, nada maupun kecepatan. Terdapat kesalahan 7—8 kata, baik, tekanan, nada maupun kecepatan. Terdapat kesalahan > 8 kata, baik, tekanan, nada maupun kecepatan. Tidak terdapat kesalahan dalam menempatkan jeda/persendian. Terdapat kesalahan 1—2 dalam menempatkan jeda/persendian. Terdapat kesalahan 3—4 dalam menempatkan jeda/persendian. Terdapat kesalahan 5—6 dalam menempatkan jeda/persendian. Terdapat kesalahan 7—8 dalam menempatkan jeda/persendian. Terdapat kesalahan> 8
4
3
2
1
0
3
Jeda/Persendian
5
4
3
2
1
0
Skor Maksimal 5
5
41
1
Faktor Kenonbahasaan
Sikap (wajar, tenang, dan tidak kaku)
5
4
3
2
1
0
2
Volume suara
5
4
3
2
dalam menempatkan jeda/persendian. Tidak terdapat kesalahan dalam sikap (wajar, tenang, dan tidak kaku) Terdapat kesalahan sikap, baik yang tidak wajar, tidak tenang, dan kaku dalam 1—2 kata. Terdapat kesalahan sikap, baik yang tidak wajar, tidak tenang, dan kaku dalam 3—4 kata. Terdapat kesalahan sikap, baik yang tidak wajar, tidak tenang, dan kaku dalam 5—6 kata. Terdapat kesalahan sikap, baik yang tidak wajar, tidak tenang, dan kaku dalam 7—2 kata. Terdapat kesalahan sikap, baik yang tidak wajar, tidak tenang, dan kaku dalam > 8 kata.
Volume suara jelas (dapat didengar oleh semua pendengar). Tidak terdengar 1—2 kalimat dengan volume suara yang tidak jelas. Tidak terdengar 3—4 kalimat dengan volume suara yang tidak jelas. Tidak terdengar 5—6 kalimat dengan volume suara yang tidak jelas.
5
5
42
1
0
3
Kelancaran
5 4
3
2
1
0
Tidak terdengar 7—8 kalimat dengan volume suara yang tidak jelas. Tidak terdengar > 8 kalimat dengan volume suara yang Semua yang dibacakan lancar. Terdapat 1—2 kalimat yang dibacakan tidak lancar. Terdapat 3—4 kalimat yang dibacakan tidak lancar. Terdapat 5—6 kalimat yang dibacakan tidak lancar. Terdapat 7—8 kalimat yang dibacakan tidak lancar. Terdapat > 8 kalimat yang dibacakan tidak lancar..
Total skor maksimal
2.2
5
30
Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data, yaitu sebagai berikut. 1. Mengumpulkan seluruh data. 2. Mendengarkan ulang hasil rekaman siswa dalam membacakan teks berita 3. Membuat stranskip hasil rekaman tersebut 4. Menskor hasil tes siswa berdasarkan indikator penilaian 5. Mempresentasekan rata-rata kemampuan membacakan teks berita yang diperdengarkan dengan menggunakan rumus Jumlah skor yang diperoleh Jumlah siswa
X 100%
43
6. Menggolongkan tingkat kemampuan membacakan kembali teks berita yang diperdengarkan dengan berpedoman pada tolok ukur berikut ini.
Kelas Interval 85% - 100% 75% - 84% 60% - 74% 40% - 59% 0% - 39% (Nurgiantoro, 2001: 281)
Tabel 3. 3 Tolok Ukur Penilaian Keterangan Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal
2.3 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Definisi konseptual dinyatakan lebih khusus lagi, yaitu penegasan penjelasan sesuatu konsep dengan mempergunakan konsep-konsep (kata-kata) lagi, yang tidak harus menunjukkan sisi-sisi (dimensi) pengukuran (tanpa menunjukkan deskriptor dan indikatornya dan bagaimana mengukurnya). Sedangkan Penekanan pengertian definisi operasional ialah pada kata “dapat diobservasi”
2.3.1 Definisi Konseptual Definisi konseptual merupakan suatu konsep yang didefinisikan dengan referensi konsep yang lain (Young, dikutip oleh Koentjarangningrat, 1991;23).Dalam http://rosaevafinasimanjuntak.ngeblogs.com/2010/02/26/definisi-konsepsional dan-definisi-operasional-kreatifitas/ definisi konseptual dinyatakan lebih khusus lagi, yaitu penegasan penjelasan sesuatu konsep dengan mempergunakan konsepkonsep (kata-kata) lagi, yang tidak harus menunjukkan sisi-sisi (dimensi) pengukuran (tanpa menunjukkan deskriptor dan indikatornya dan bagaimana mengukurnya). Kemampuan membacakan teks berita yang diperdengarkan adalah
44
kesanggupan atau keterampilan yang dimiliki siswa untuk menyampaikan informasi tentang peristiwa dan pendapat yang memiliki nilai yang penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru, dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik dengan ucapan yang tepat, intonasi yang tepat, jeda/persendian yang tepat, sikap (wajar, tenang, tidak kaku), volume suara yang jelas, dan dapat melisankan teks berita dengan lancar.
2.3.2 Definisi Operasional Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah konsepkonsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Young, dikutip oleh Koentjarangningrat, 1991:23). Berdasarkan pengertian tersebut, definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu hasil skor yang diperoleh dari kemampuan membacakan isi teks berita yang Diperdengarkan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 krui Lampung Barat Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk mengukur kemampuan membacakan teks berita yang diperdengarkan, siswa ditugasi mendengarkan berita yang telah disiapkan oleh penulis, kemudian siswa membacakan teks berita
dengan memperhatikan faktor kebahasaan
(ketepatan ucapan, intonasi, jeda/persendian) dan nonkebahasaan (sikap, volume suara, dan kelancaran ). Siswa diberi waktu ± 5 menit untuk membacakan teks berita.