PROGRAM HEALTHY LUNGS WITH INDONESIA MEDIKA SEBAGAI SOLUSI KEPEDULIAN TERHADAP KESEHATAN PEROKOK BERBASIS RESPONSIBLE WASTE MANAGEMENT PADA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) Ifa Anifawati – 115030113111005 Jurusan Administrasi Publik 2011 - Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya A. Pendahuluan Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan1. Pada perkembangannya produksi rokok mengalami pertumbuhan yang meningkat hampir 7 kali lipat dari 35 milyar menjadi 235 milyar batang rokok2. Tingkat konsumsi rokok di Indonesia relatif tingggi hal ini terlihat dengan Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang pada tahun 20073. Sebanyak 34,7% penduduk di Indonesia berusia 10 tahun ke atas adalah perokok (Riskesdas, 2010)4. Konsumsi tinggi masyarakat terhadap rokok jelas akan menimbulkan permasalahan sendiri bagi masalah kesehatan akibat gaya hidup yang kurang baik. Data kesakitan dan kematian serta Umur Harapan Hidup (UHH) menjadi ukuran dasar status kesehatan penduduk. Apabila pada tahun 1970-an Usia Harapan Hidup adalah 45 tahun dengan penyakit diare dan penyakit menular lainnya menjadi pembunuh utama. Dewasa ini ternyata Usia Harapan Hidup mencapai rata-rata 68 tahun, sedangkan penyakit pembunuh utama adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) yang didominasi oleh stroke/hipertensi, penyakit jantung, dan pembuluh darah, penyakit pernafasan, kanker, termasuk kanker paru, serta diabetes. Kematian akibat penyakit tidak menular terus meningkat, dari penyebab 41% kematian penduduk di tahun 1995 (Surkesnas) menjadi 59,5% kematian penduduk di tahun 2007 (Riskesdas). Penyebab penyakit tidak menular adalah berbagai perilaku sebagai faktor risekonya, seperti merokok, kurang aktivitas fisik, diet tidak seimbang dan bukan rendah gula/garam. Dan merokok menjadi
1
Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Tobacco Control Support Center – Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI). Profil Tembakau Indonesia. Jakarta. 2007 3 LDUI-WHO. 2009. Dampak Tembakau dan Pengendaliannya di Indonesia : Lembar Fakta untuk Masukan Kebijakan. Jakarta. 4 Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. 2
faktor resiko utama yang secara global berperan dalam 6 dari 8 penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2008)5. Tingginya konsumsi rokok di Indonesia dipengaruhi pula oleh tingginya produksi rokok oleh industri rokok di Indonesia. Perkembangan industri rokok di Indonesia mulai kurun waktu tahun 1981 sampai tahun 2002, secara rata-rata berdasarkan Jenis Hasil Tembakau (JHT) paling tinggi adalah Sigaret Kretek Mesin (SKM) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 11,08%, Sigaret Putih Mesin (SPM) dengan pertumbuhan 6,70%, dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan pertumbuhan 3,04%6. Perkembangan yang cenderung meningkat pada industri rokok bermanfaat bagi perolehan sumber penerimaan negara yakni melalui cukai baik dalam bahan mentah (hasil tembakau) maupun dalam bentuk produksi rokok. Kenaikan target penerimaan cukai tahun 2000 sebesar 12,64 triliun naik menjadi 27,03 triliun pada tahun 2003 atau naik sebesar 17,96% per tahun, hal ini telah berdampak langsung terhadap penurunan produksi rokok pada periode yang sama sebesar rata-rata 4,9% per tahun. Tahun 2004 dengan tidak dinaikkannya cukai rokok maka produksi rokok kembali meningkat, walaupun masih dalam presentase yang relatif kecil7. Dengan berkembangnya industri rokok akan membuka peluang dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Jumlah tenaga kerja yang terserap baik langsung maupun tidak langsung di industri rokok secara keseluruhan mencapai sekitar 6,5 juta orang dengan rincian: tenaga kerja langsung 360.000 orang, petani tembakau 2.400.000 orang, petani cengkeh 1.500.000 orang, pedagang 1.200.000 orang, percetakan, transportasi dan lain-lain 1.050.000 orang. Secara keseluruhan orang yang bergantung hidupnya dari pengusahaan tembakau (on farm dan off farm) mencapai 18 juta orang jika satu orang dianggap menanggung dua anggota keluarganya8. Adanya sisi negatif dan positif terhadap keberadaan rokok di tanah air menjadikan rokok sebagai suatu produk kontroversial, di satu sisi rokok dapat merusak kesehatan dilain sisi rokok juga menjadi sumber kehidupan ekonomi kehidupan masyarakat dengan terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat dan penyumbang besar cukai terhadap negara. Hal ini menjadi polemik sendiri bagi pemerintah dalam menentukan sebuah kebijakan yang ideal untuk menanggulangi permasalahan rokok di tanah air. Pada umumnya masyarakat perokok sudah mengetahui akibat dari merokok karena pada bungkus rokok telah diberikan peringatan yang menyebutkan 5
LDUI-WHO. 2009. Dampak Tembakau dan Pengendaliannya di Indonesia : Lembar Fakta untuk Masukan Kebijakan. Jakarta 6 Wibowo, Tri. 2003. Potret Industri Rokok di Indonesia. Jurnal : Kajian Ekonomi dan Keuangan. Vol.7.No.2. Juni 2003 7 Aris, Akhyar. 2006. Prospect of Tobacco Export and Import. Lembaga Tembakau Pusat 8 Aris, Akhyar. 2006. Prospect of Tobacco Export and Import. Lembaga Tembakau Pusat
-2-
Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Akan tetapi hal ini tidak di imbangi dengan gambar pada bungkus rokok yang menandakan akibat dari merokok, dan kebanyakan bungkus rokok bahkan iklan rokok cenderung menampilkan sebuah gambar yang baik dan keren dalam ukuran seorang laki-laki. Sehingga hal ini membuat persepsi pada konsumen rokok bahwa dengan merokok itu akan terlihat lebih keren. Penanggulangan terhadap perokok ringan hingga yang terberat untuk melakukan penghentian dalam kegiatan merokok bukanlah usaha yang mudah, terlebih lagi bagi perokok di Indonesia. Hasil survei yang dilakukan oleh LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok), dari 375 responden yang dinyatakan 66,2% perokok pernah mencoba berhenti merokok tetapi mereka gagal. Kegagalan ini dikarenakan berbagai macam sebab yaitu 42,9% tidak tahu caranya, 25,7% sulit berkonsentrasi, dan 2,9% terikat oleh sponsor rokok. Sementara itu, ada yang berhasil berhenti merokok disebabkan kesadaran sendiri (76%), sakit (16%), dan tuntutan profesi (8%) (Helman, 1994)9. Selanjutnya dibutuhkan suatu langkah kepedulian dari berbagai pihak untuk turut memperhatikan keberadaan rokok dan pengaruhnya, baik dari pihak pemerintah, masyarakat, Non Governmental Organization (NGO), dan peran dari perusahaan rokok itu sendiri. Kepedulian dapat berwujud kebijakan baik dalam hal produksi, cukai, ekspor, periklanan serta penyediaan layanan kesehatan oleh industri rokok sebagai wujud pertanggungjawaban perusahaannya (Corporate Social Responsibility) ataupun dari pihak lainnya. Selain itu kepedulian dapat berangkat dari masyarakat dan NGO untuk memberikan sosialisasi kesehatan bagi masyarakat umum akan dampak rokok serta gaya hidup yang sehat. Pentingnya membangun kepedulian untuk bekerja sama antar stakeholder sangat dibutuhkan, khususnya dalam hal pelayanan kesehatan akibat kegiatan merokok. Dimana kegiatan akibat merokok secara tersirat dalam pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Negara (SJSN) pada tahun 2014 disebut dalam salah satu dari 16 poin yang termasuk dalam pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh Bapan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Akibat dari kegiatan merokok tergolong dalam poin pengecualian yaitu gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri10. Sehingga dalam hal ini pelayanan akan dampak merokok masih menjadi pro dan kontra dalam penerapan SJSN 2014.
9
Helman, CG. 1994. Culture, Health, and Illnes. Oxford : Butterworth-Heinemann Ltd. P.64-76. Dalam Ratih Fatma Ardini dan Wiwin Hendriani. 2012. Proses Berhenti Merokok secara Mandiri pada Mantan Pecandu Rokok dalam Usia Dewasa Awal. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.Vol.1 No.02, Juni 2012 10 Andriawan, Shesar. 2013. Berita SJSN : Penyelenggara Jaminan Sosial : Meski diperdebatkan, Perokok tetap Mendapat Jaminan BPJS. Diakses melalui:http://www.jamsosindonesia.com/newsgroup/selengkapnya/meski-diperdebatkan-perokoktetap-mendapat-jaminan-bpjs-kesehatan_6658 [18 Oktober 2013]
-3-
Oleh karena itu, salah satu peran yang sangat penting adalah keberadaan suatu organisasi non pemerintahan (Ornop/NGO) untuk turut peduli dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya khususnya dalam bidang kesehatan. Ornop atau LSM yang secara khusus mengurusi satu isu berkaitan dengan profesi tertentu, misalnya kesehatan dapat disebut sebagai lembaga profesional. Melalui lembaga profesional inilah selanjutnya kepedulian dapat dibentuk khususnya dalam hal ini adalah membantu mengatasi dalam masalah kesehatan akibat penggunaan rokok oleh masyarakat. Bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif yang mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis dengan menggunakan teknik layanan terkendali biaya. Berdasarkan latar belakang diatas melalui artikel ini penulis menawarkan suatu program Healthy Lungs With Indonesia Medika sebagai Solusi Kepedulian terhadap Kesehatan Perokok Berbasis Reponsible Waste Management pada Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu suatu program yang bertujuan untuk membentuk suatu kepedulian terhadap sesama khususnya bagi mereka yang sudah menjadi pengguna rokok untuk mendapatkan layanan kesehatan untuk dapat mengecekkan kesehatannya dengan cara menukar bungkus rokok untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Diharapkan konsep ini menjadi program berkelanjutan dari Indonesia Medika yakni Garbage Insurance Clinic11 untuk mendapatkan layanan kesehatan dengan cara berinvestasi melalui sampah. B. Tinjauan Pustaka Definisi dan Jenis Rokok Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi kesehatan, pengertian rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotianan Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan bahan tambahan. Rokok dikemas dalam bentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70-120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Dalam sebatang rokok mengandung lebih dari 4000 zat dan 2000 diantaranya adalah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang 11
Indonesia Medika. 2013.Garbage Insurance Clinic. Laman resmi http://www.indonesiamedika.org/index.php/program/social-health-development/89-siput-atauf1.html.
:
-4-
digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) dan banyak lagi lainnya12. Zat pada rokok yang paling berbahaya adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar mengandung kurang lebih 43 bahan yang menjadi penyebab kanker atau yang disebut dengan karsinogen. Nikotin mempunyai zat dalam rokok yang dapat menyebabkan ketagihan, inilah alasan mengapa perokok sulit menghentikan kebiasaan buruknya. Nikotin merupakan zat pada rokok yang beresiko menyebabkan penyakit jantung. Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok, yaitu sebagai berikut13 : 1. Rokok berdasarkan bahan pembungkus : Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau 2. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi : Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa dau tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu 3. Rokok berdasarkan proses pembuatannya : Sigaret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin, dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF) : rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh : Gudang Garam Filter Internasional, Djarum Super, dll. 12
Mulya, Yudhia dan Sri Hidajati Ramdani. 2011. Analisis Perilaku Konsumen Rokok di Kalangan Mahasiswa Universitas Pakuan. Jurnal Ilmiah Magister Manajemen (MAGMA).(tanpa nomor) hal : 5 13 Mulya, Yudhia dan Sri Hidajati Ramdani. 2011. Analisis Perilaku Konsumen Rokok di Kalangan Mahasiswa Universitas Pakuan. Jurnal Ilmiah Magister Manajemen (MAGMA).(tanpa nomor) hal : 6-7
-5-
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM) : rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh : A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, LA Light, Surya Slim, dll. 4. Rokok berdasarkan penggunaan filter : Rokok filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus Rokok non filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus. Corporate Social Responsibility Corporate Sosial Responsibility (CSR) menurut World Business Counsil For Sustainable Development (WBCSD) merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup karyawan beserta seluruh keluarganya. Menurut ISO 26000 karakteristik dari Sosial Responsibility adalah kemauan sebuah organisasi untuk mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab atas dampak dari keputusan serta aktivitas yang mempengaruhi masyarakat dan lingkunga. Dalam ISO 26000 Sosial Responsibility mencakup 7 aspek utama, yaitu : tata kelola organisasi, hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan, prakterk bisnis yang adil, isu konsumen serta keterlibatan dan pengembangan masyarakat. Dari penelitian yang dilakukan oleh CECT di Indonesia , CSR memiliki beberapa tingkatan berdasarkan ruang lingkup dan kompleksitasnya, yaitu : 1. Kepatuhan terhadap semua hukum yang ada 2. CSR dalam bentuk Filantropi 3. CSR dalam bentuk Community Development 4. CSR dimana perusahaan mengandung dampak negatif yang timbul dari bisnisnya dan meningkatkan dampak positif bisnisnya 5. CSR sebagai suatu sistem yang terintegrasi dalam perencanaan bisnis perusahaan (Radyati, 2010)14 C. Pembahasan a.
Gambaran Umum Perokok Indonesia Indonesia menduduki posisi peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, AS, Rusia, dan Jepang tahun 200715. Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal 14
Radyati, Maria Nindita. 2010. “Center Entrepreneurship, Change and Third Sector”. Dalam Menteri Lingkungan Hidup (eds). Pedoman CSR Bidang Lingkungan. Jakarta : Kementerian Lingkungan Hidup 15 LDUI-WHO. 2009. Dampak Tembakau dan Pengendaliannya di Indonesia : Lembar Fakta untuk Masukan Kebijakan. Jakarta
-6-
dengan perokok dan terpapar asap rokok di lingkungannya. Anak yang terpapar asap rokok akan mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluan pernafasan, infeksi telinga, dan asma. Melindungi anak merupakan tanggung jawab keluarga dan negara. Pengendalian produk tembakau yakni salah satunya rokok merupakan bagian dari upaya melindungi anak dan generasi muda di masa yang akan datang. Prevalansi merokok untuk semua umur masih terus meningkat. Secara nasional prevalansi perokok tertinggi di Propinsi Kalimantan Tengah (43,2%) dan terandah di Sulawesi Tenggara sebesar (28,3%). Sedangkan prevalansi perokok tertinggi pada kelompok umur 25-64 tahun dengan rentangan 37,0-38,2%, sedangkan penduduk kelompok umur 15-24 tahun yang merokok tiap hari sudah mencapai 18,6%16. Prevalansi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65,9%) dibandingkan perempuan (4,2%). Juga tampak prevalansi yang lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di pedesaan, tingkat pendidikan rendah (tamat dan tidak tamat SD), pekerjaan informal sebagai petani, nelayan, buruh dan status ekonomi rendah. Secara nasional rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari oleh lebih dari separuh (52,3%) perokok adalah 1-10 batang. Sekitar 2/5 perokok saat ini rata-rata merokok sebanyak 11-20 batang per hari. Sedangkan prevalensi yang merokok rata-rata 21-30 batang perhari dan lebih dari 30 batang perhari masingmasing sebanyak 4,7% dan 2,1%. Dibawah ini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan tajam pada kelompok umur mulai merokok 10-14 tahun sebesar kurang lebih 80%, selama kurun waktu 9 tahun (2001-2010)17.
Gambar. 1 Umur mulai merokok Indonesia 2001 Vs 2010 Sumber : Tobacco Control Support Center – Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI). Profil Tembakau Indonesia. Jakarta. 2011 16
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta 17 Tobacco Control Support Center – Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSCIAKMI). Profil Tembakau Indonesia. Jakarta. 2011
-7-
Saat ini pemerintah dan banyak lembaga masyarakat telah mengembangkan berbagai upaya pengendalian tembakau seperti tertuang dalam UU Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang tertuang pada pasal 113, 114, 115, dan 199 yang mencakup ketetapan bahwa tembakau adalah zat adiktif, pentingnya peringatan kesehatan bergambar serta peran pemda untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Bahkan dalam rangka mendukung pengembangan KTR telah dibuat Peraturan bersama Menteri Kesehatan dan Mentari Dalam Negeri No.188/Pb/I/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Dan regulasi terbaru saat ini adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.
Gambar. 2 Data Susenas dan Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi merokok untuk semua kelompok umur mengalami lonjakan. Sumber : Tobacco Control Support Center – Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI). Profil Tembakau Indonesia. Jakarta. 2011
Gambar. 2 Data Susenas dan Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi merokok untuk semua kelompok umur mengalami lonjakan. Sumber : Tobacco Control Support Center – Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI). Profil Tembakau Indonesia. Jakarta. 2011
-8-
b. Dampak Kegiatan Merokok Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, dan utamanya aspek kesehatan. Banyak penelitian telah dilakukan bahwa merokok tidak hanya merusak kesehatan tetapi juga merusak ekonomi rumah tangga bahkan negara. Pembelian rokok dan menghisap rokok merupakan perbuatan yang mubazir dan kehilangan peluang, biaya berobat akibat penyakit yang ditimbulkan asap rokok dan hilangnya pendapatan akibat kematian dini. Penelitian yang dilakuakn oleh Kosen et.al (2009)18 menghitung biaya yang disebabkan karena penyakit yang berkaitan dengan merokok. Penelitian tersebut menggunakan asumsi dan informasi : a. Data biaya rawat inap kelas 2 dan biaya rawat jalan dari pasien di 5 rumah sakit pemerintah kelas A dan B yang terdapat di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Denpasar b. Biaya pelayanan rumah sakit dengan menggunakan Activity Based Costing Method c. Biaya tidak langsung dengan pertimbangan alokasi waktu dan pelayanan (Services time allocation) dan Tracing method lainnya d. Morbidity dan disability dengan menggunakan Surkesnas 2001 dan Riskesdas 2007 e. Proyeksi jumlah penduduk 2008 didasarkan Sensus Penduduk f. National Burden Diseases penyakit yang berkaitan dengan tembakau menggunakan Global Burden Diseases Method
Gambar. 3 Data total biaya berobat yang berkaitan dengan merokok, Indonesia 2008 Sumber : Kosen, et al (2009). Study on expenditure and burden on major tobacco attributed diseases in Indonesia. Final report. Submitted to WHO Indonesia Jakarta. National institute of health research and development. Jakarta
18
Kosen, et al (2009). Study on expenditure and burden on major tobacco attributed diseases in Indonesia. Final report. Submitted to WHO Indonesia Jakarta. National institute of health research and development. Jakarta
-9-
Dalam kaitan konsumsi produk tembakau, kerugian ekonomis dihitung dari belanja mubazir, yaitu belanja rokok yang tidak memberikan menfaat bagi tubuh kecuali ilusi atau kenikmatan semu. Merokok justru menjadikan tubuh beresiko terserang berbagai penyakit yang kemudia membuat kita harus mengeluarkan uang untuk berobat. Uang yang dihabiskan untuk biaya membeli rokok dan berobat merupakan kerugian ekonomis langsung, diakibatkan oleh perbuatan rokok. Penelitian Dr.Kosen dkk (2009) mendapatkan bahwa kerugian ekonomi total penduduk Indonesia dalam satu tahun akibat mengkonsumsi produk-produk tembakau mencapai 338,75 triliun artinya lebih dari 6 kali pendapatan cukai rokok pemerintah yang hanya Rp. 53,9 triliun. Kerugian tersebut dihitung dari jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli rokok, biaya berobat penyakit terkait konsumsi rokok, biaya yang hilang karena tidak bekerja sewaktu sakit dan penghasilan yang tidak diterima anggota keluarga dari yang meninggal karena terkait penyakit akibat konsumsi produk tembakau. c.
Konsep Pengelolaan Program Healthy Lungs With Indonesia Medika
Program Healthy Lungs with Indonesia Medika merupakan sebuah program kepedulian terhadap sesama khususnya bagi mereka yang sudah menjadi pengguna rokok untuk mendapatkan layanan kesehatan untuk dapat mengecekkan kesehatannya dengan cara menukar bungkus rokok untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Program ini juga diarahkan pada bentuk kerjasama antara Indonesia Medika dengan perusahaan rokok secara langsung, dengan melakukan pengelolaan dan penyaluran dana Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kesehatan melalui penerapan konsep Green Business : Responsible Waste Management (RWM). Konsep RWM merupakan suatu upaya kerjasama untuk menerapkan recycle dengan menarik bungkus atau kemasan ke dalam perusahaan dan mengelolanya kembali. Konsep RWM ini nantinya dapat direalisasikan melalui salah satu dari program Indonesia Medika yang telah bergerak dalam Klinik Asuransi Sampah (Garbage Insurance Clinic) yang selanjutnya hasil penukaran sampah pack rokok oleh masyarakat tersebut akan disalurkan ke perusahaan rokok. Melalui kegiatan ini selanjutnya dana CSR perusahaan dapat diberikan kepada Indonesia Medika yang diperuntukkan bagi pelayanan kesehatan kepada masyarakat perokok. Pembangunan kepedulian yang sinergis antar stakeholder tidak bisa dipisahkan dengan konsep pengelolaan yang diterapkan dalam upaya manajemen malakukan tugas pengelolaannya. Adapun konsep pengelolaan Healthy Lungs with Indonesia Medika yang ditawarkan oleh penulis digambarkan pada bagan berikut ini :
- 10 -
Konsep Pengelolaan
Perusahaan Rokok
Green Business
Lingkungan
Corporate Social Responsibility
Responsible Waste Management
Indonesia Medika
Bungkus Rokok
Masyarakat (Perokok)
Garbage Insurance Clinic
Dana CSR
Healthy Lungs
Layanan Kesehatan Perokok
Gambar. 4 Konsep Pengelolaan Program Healthy Lungs With Indonesia Medika Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2013
1.
Perusahaan Rokok Perusahaan rokok dalam hal ini adalah berperan sebagai produsen dari produk rokok yang memiliki hak dan kewajiban. Dimana hak dari perusahaan rokok adalah berhak melakukan perekrutan karyawan, produksi rokok dan pemasaran rokok. Di lain sisi perusahan rokok juga memiliki kewajiban untuk mengambangkan perusahaan sesuai dengan tuntutan negara untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara kongkrit. Salah satunya adalah melalui pengembangan Green Business pada perusahaan. Salah satu dari bentuk Green Business adalah Pro-environment (Profit, People, and Planet) yang dapat diwujudkan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk kepedulian tanggung jawab perusahaan kepada sosial. Pada konsep pengelolaan program ini diharapakan para perusahaan rokok mengembangkan CSR-nya melalui konsep Rerpobsible Waste Management untuk menerapkan recycle atau menarik kembali bungkus atau kemasan ke dalam perusahaan dan mengelolanya dengan bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat yang dalam program ini adalah Indonesia Medika yang bergerak dalam bidang kesehatan. Selanjutnya dana CSR dapat diberikan perusahaan melalui kerjasama penukaran sampah bungkus rokok tersebut yang nantinya difungsikan untuk memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat yang telah menukar bungkus rokoknya agar tercipta Healthy Lungs.
- 11 -
2.
Indonesia Medika Indonesia Medika dalam program ini memiliki peran sebagai organisasi profesional (LSM) yang bergerak pada bidang kesehatan yang bekerja sama dengan perusahaan rokok untuk membentuk sebuah kepedulian yang sinergis terhadap kesehatan masyarakat secara umum. Selain itu kerjasama ini juga didasarkan pada kepedulian bersama terhadap kesehatan lingkungan yang berwujud pada pengelolaan sampah atau bungkus rokok melalui CSR dari masing-masing perusahaan rokok. Dalam salah satu programnya Indonesia Medika telah menjalankan program Garbage Insurance Clinic (GIC) yang memiliki tujuan bahwa untuk membantu masyarakat agar dapat memperoleh akses kesehatan yang layak dengan cukup membayar sampah (menukar sampah) masyarakat dapat memperoleh layanan kesehatan yang memadai. Selanjutnya keberadaan GIC ini berperan sebagai wadah oleh masyarakat dalam mengumpulkan sampah atau bungkus rokok yang selanjutnya akan diberikan kepada perusahaan rokok sebagai bentuk Responsible Waste Management. Selanjutnya melalui dana CSR yang telah disepakati sebelumnya akan diperuntukkan dalam memberikan pelayanan kesahatan pada masyarakat. 3.
Masyarakat Masyarakat dalam konsep pengelolaan program ini menjadi objek utama dalam upaya pemberian layanan kesehatan yang memadai, khususnya bagi mereka yang telah menjadi perokok untuk dapat mengecekkan kesehatannya. Masyarakat memiliki peran untuk menukarkan bungkus rokok untuk mendapatkan asuransi kesehatan melalui Garbage Insurance Clinic yang telah disediakan oleh Indonesia Medika. d. Alur Pelaksanaan Program Healthy Lungs With Indonesia Medika Pelaksanaan program Healthy Lungs With Indonesia Medika akan melibatkan berbagai pihak (stakeholder) diantaranya adalah Indonesia Medika, Ornop (LSM), swasta/perusahaan, dan masyarakat. Hal ini dikarenakan untuk mewujudkan kepedulian yang komprehensif tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri tetapi membutuhkan suatu sinergitas kerjasama yang utuh antar pihak. Berikut akan dipaparkan mengenai alur pelaksanaan dari program Healthy Lungs With Indonesia Medika, yaitu :
- 12 -
Indonesia Medika Forum Diskusi
Swasta/Perusahaan
Perencanaan
LSM
ALUR PELAKSANAAN PROGRAM
Penetapan Program
Masyarakat
Setting Kerjasama Persiapan Penetapan Teknis Program Sosialisasi Program Pelaksanaan Penerapan Program Pengawasan
Evaluasi Gambar. 4 Alur Pelaksanaan Program Healthy Lungs With Indonesia Medika Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2013
Berdasarkan gambar yang disajikan diatas maka dapat diketahui bahwa alur pelaksanaan program Healthy Lungs With Indonesia Medika secara konsep terbadi menjadi 5 tahapan langkah dalam upaya pengimplementasiannya, yakni : 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan terbagi menjadi 2 langkah alur yang menjadi point penting yaitu yang pertama adalah melaksanakan sebuah forum diskusi. Pada forum diskusi ini pihak yang akan turut serta adalah Indonesia Medika, Swasta/perusahaan (khususnya perusahaan rokok), masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya untuk mendiskusikan gagasan program yang dalam penerapannya membutuhkan peran dari seluruh pihak yang telah hadir. Forum diskusi ini berfungsi sebagai media untuk membangun komitmen awal sebelum menuju pada tahapan selanjutnya. Diharapkan melalui forum diskusi diperoleh pemahaman pola fikir yang sama. Setelah melaksanankan forum diskusi selanjutnya adalah penetapan program yang telah disepakati pada forum diskusi. Dengan melaksanakan penetapan program maka seluruh pihak telah memiliki persamaan pola fikir yang sama sehingga memiliki tujuan yang sama untuk mewujudkan program. 2. Persiapan Tahap persiapan berguna untuk mengoptimalkan jalannya program dan didalam tahap persiapan terdapat 2 tahap yaitu yang pertama adalah setting kerjama. Setting kerjasam berfungsi untuk merumuskan bentuk kerjasama yang
- 13 -
akan dibangun oleh antar pihak. Dengan adanya bentuk kerjasama yang jelas maka akan memudahkan dalam menjalankan program. Selanjutnya tahapan kedua adalah penetapan teknis program. 3. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan terdapat dua langkah penting yaitu proses sosialisai kepada masyarakat umum akan program yang telah terbentuk. Selanjutnya adalah menerapkan program yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. 4. Pengawasan Pengawasan merupakan tahap yang tidak bisa dilepaskan dalam menerapkan suatu kegiatan. Karena hal ini berfungsi sebagai pengontrolan terhadap kesesuaian pelaksanaa program dengan teknis yang telah ditentukan. Pengawasan bisa berbentuk pengawasan internal dan eksternal. 5. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengkaji kelemahan-kelemahan yang terdapat pada implementasi program. Evaluasi juga berfungsi sebagai pedoman untuk merencanakan strategi kedepan agar program dapat dilaksanakan secara optimal kedepannya. Pada tahap evaluasi juga dibuat suatu laporan pertanggungjawaban atas kegiatan yang sudah dilakukan beserta penggunaan anggaran. Untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi kepada publik maka laporan nantinya dapat di aploud pada laman resmi pihak yang bertanggung jawab. D. Penutup Keberadaan rokok di tengah masyarakat menjadi suatu permasalahan yang cukup krusial karena melibatkan nilai ekonomi, nilai kesehatan serta nilai budaya. Hal ini diketahui dari perkembangan akan produksi dan konsumsi rokok ditanah air semakin menunjukkan angka yang kian fantastis. Terjadi pertumbuhan yang sebanding lurus antara produksi rokok, konsumsi rokok, dan dampak akibat mengkonsumsi rokok yang kian besar pada masyarakat. Perlu menjadi perhatian bersama bahwa keberadaan rokok telah berperan sevara globarl sebagai 6 dari 8 penyebab kematian utama di dunia. Kepedulian terhadap kesehatan masyarakat khususnya dalam hal ini masyarakat yang merokok adalah menjadi tugas bersama baik dari negara atau pemerintah, swasta atau pengusaha, Lembaga Swadaya Masyarakat dan diri masing-masing pada masyarakat itu sendiri. Untuk membangun rasa kepedulian diperlukan kerjasama yang sinergis antar stakeholder terkait masalah kesehatan khususnya pada masyarakat perokok untuk dapat memerikasakan kesehatannya. Kerjasama ini dapat dibangun melalui CSR yang dimiliki dari masing-masing perusahaan baik dalam bidang lingkungan dan bidang kesehatan.
- 14 -