LAPORAN KHUSUS
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PADA PROSES KERJA DI AREA WASHING UT REMAN JAKARTA PT. UNITED TRACTORS Tbk, CAKUNG JAKARTA TIMUR
Oleh : Yustitia Febriana NIM. R0007154
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENGESAHAN
Laporan khusus dengan judul : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proses Kerja di Area Washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur
dengan peneliti : Yustitia Febriana NIM. R0007154
telah diuji dan disahkan pada tanggal :
Pembimbing I
Pembimbing II
Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok NIP. 19481105 198111 1 001
Devi Aliyani, SKM
An. Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS Sekretaris,
Sumardiyono, SKM, M. Kes. NIP. 19650706 198803 1 002 ii
PENGESAHAN PERUSAHAAN LAPORAN KHUSUS
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PADA PROSES KERJA DI AREA WASHING UT REMAN JAKARTA PT. UNITED TRACTORS Tbk, CAKUNG JAKARTA TIMUR
Oleh : Yustitia Febriana NIM. R0007154
Telah disetujui dan disahkan oleh : PT. UNITED TRACTORS Tbk 2010
Pembimbing Perusahaan,
Mengetahui,
Yanuar Adhi Pawoko ESR Staff
Priyanto ESR Dept Head iii
ABSTRAK
Yustitia Febriana, 2007. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proses Kerja di Area Washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, Cakung-Jakarta Timur PROGRAM D.III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. Di setiap tempat kerja selalu terdapat sumber dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja, maka sumber dan potensi bahaya tersebut harus dilakukan identifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi terhadap sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja, untuk kemudian dianalisis atau dievaluasi serta dilakukan penilaian resiko sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini adalah bahwa ditempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya yang memungkinkan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Sehingga untuk merencanakan upaya dan langkah pengendalian perlu dilakukan identifikasi resiko terhadap sumber bahaya yang dapat timbul dari aspek manusia, mesin atau peralatan, bahan, proses, cara kerja dan lingkungan. Identifikasi bahaya dan penilaian resiko dari faktor maupun potensi bahaya yang ada dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman. Sejalan dengan masalah dan tujuan, maka penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif berdasarkan observasi dan wawancara kemudian dianalisa atau dievaluasi serta menyusun upaya pengendalian. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa potensi bahaya dan resiko akan selalu ada di lingkungan kerja sehingga perlu identifikasi dan dilakukan penilaian resiko sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan selamat. Sedangkan kemungkinan kecelakaan kerja yang terjadi pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta : PT. United Tractors Tbk, antara lain: tercebur dalam deep tank, tangan terjepit, paparan panas, gangguan pernafasan, gangguan pendengaran, luka tersayat, terciprat zat kimia, tersengat arus listrik, terpercik api, tertimpa benda dan material jatuh, terkena air tekanan tinggi, terkena udara tekanan tinggi dan luka bakar. Saran yang diberikan adalah agar perusahaan segera melakukan tindakan perbaikan pada deep tank yang rusak, menetapkan kebijakan penggunaan alat pelidung diri untuk tenaga kerja di area washing, dan melakukan pemantauan dan tinjauan efektivitas pengendalian yang telah diimplementasikan oleh pihak manajemen.
Kata kunci : Identifikasi Bahaya, Upaya Pengendaliannya Kepustakaan : 17, 1972 - 2010
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan penelitian di PT. United Tractors Tbk, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Laporan penelitian ini disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk membina dan menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta dan selaku pembimbing I.
v
3. Ibu Devi Aliyani SKM, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 4. Bapak/ ibu staff pengajar dan karyawan/karyawati Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 5. Bapak Herjadi Budiman, selaku ESRGA Division Head PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur. 6. Bapak Priyanto, selaku ESR Department PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur. 7. Bapak Heri Hendari, selaku Plant Manager UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di UT Reman Jakarta. 8. Bapak Yanuar Adhi Pawoko, selaku pembimbing lapangan di PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur. 9. Bapak Tarja, Bapak Kahfi, Bapak Edy Sutarto, Bapak Nuralip, Bapak Ucok, Mba Erika dan seluruh teman-temanku khususnya Dita yang sedang magang di tempat yang sama yang telah memberikan bimbingan, persahabatan dan bantuannya selama penulis melaksanakan magang di PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur. 10. Bapak Supriyadi yang telah membantu mencarikan tempat magang bagi penulis. 11. Seluruh karyawan dan karyawati PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur yang telah banyak membantu selama penulis melakukan magang.
vi
12. Kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan do’a dan kasih sayang serta dukungan moril, spiritual dan materiil, kedua adik penulis Yayang dan Fafa yang telah memberikan semangat dan warna di dalam hidupku, kakak penulis Eko yang telah menjadi sahabat, teman, sekaligus saudara terimakasih atas waktu dan kasih sayangnya juga seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan do’a dan dukungannya kepada penulis. 13. Teman-teman seperjuangan, senasib dan sepenanggungan D.III Hiperkes dan KK Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2007. 14. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis mengharapkan ridho dan ampunan. semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, April 2010 Penulis,
Yustitia Febriana
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ..............................................
iii
ABSTRAK .......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI ....................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
4
LANDASAN TEORI ......................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
6
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................
33
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
34
A. Metode Penelitian......................................................................
34
B. Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan ...........................................
34
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
34
D. Objek Penelitian ........................................................................
35
BAB II
viii
E. Sumber Data ..............................................................................
35
F. Analisis Data .............................................................................
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
39
A. Hasil Penelitian ........................................................................
39
B. Pembahasan ..............................................................................
54
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................
64
A. Kesimpulan ................................................................................
64
B. Implikasi ....................................................................................
65
C. Saran ..........................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
68
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Analisa penilaian resiko .....................................................................
36
Tabel 2. Rumus penilaian resiko .....................................................................
36
Tabel 3. Bobot kemungkinan terjadi ................................................................
37
Tabel 4. Bobot keparahan ................................................................................
37
Tabel 5. Penilaian resiko ..................................................................................
38
Tabel 6. Kategori resiko ...................................................................................
38
Tabel 7. Penilaian resiko di area washing UT Reman Jakarta .........................
50
Tabel 8. Penilaian resiko bahaya berdasarkan urutan tingginya ......................
54
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Urutan teori domino .......................................................................
22
Gambar 2. Teori gunung es ..............................................................................
28
Gambar 3. Kerangka pemikiran .......................................................................
33
Gambar 4. Flow Chart Proses pada Washing Section .....................................
39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lay Out PT. United Tractors Tbk Lampiran 2. Struktur Organisasi UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk Lampiran 3. Certificate of Analysis Lampiran 4. MSDS NR CR-021 Carbon Remover Lampiran 5. MSDS NR LIQUID 070 Lampiran 6. Emergency Exit UT Reman Jakarta Lampiran 7. Struktur Organisasi TKTD PT. United Tractors Tbk Lampiran 8. Proses Bisnis UT Reman Jakarta Lampiran 9. Kebijakan Mutu UT Reman Jakarta Lampiran 10. Form Identifikasi Keadaan Darurat Lampiran 11. Form Identifikasi Aspek Dampak LK3 Lampiran 12. Form MSDS
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap adanya penggunaan teknologi dan perkembangan industri yang semakin lama semakin canggih dan maju dimana hal tersebut ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dengan keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai dengan kebutuhan industrialisasi. Hal tersebut tentunya akan membawa dampak tidak hanya dapat mengancam manusia tetapi juga pada lingkungan kerja, proses kerja dan juga pada sistem kerja itu sendiri. Penggunaan peralatan-peralatan kerja yang canggih dapat memberi dampak terhadap resiko kecelakaan, kerugian dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan, kerugian dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktifitas kerja di tempat kerja. Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya. Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya (Syukri Sahab, 1997). Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selain adanya sumber bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat juga potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
1
2
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja (Tarwaka, 2008). Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja, maka sumber dan potensi bahaya tersebut harus ditemukan. Untuk menemukan dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja. Setelah sumber dan potensi bahaya teridentifikasi, maka dilakukan evaluasi tingkat risiko sumber bahaya terhadap tenaga kerja. Dari kegiatan tersebut maka diusahakan suatu pengendalian sampai tingkat yang aman untuk tenaga kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan. Pengendalian terhadap sumber dan potensi bahaya bertujuan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Syukri Sahab, 1997), kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan ada dua macam, yaitu kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung dapat ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian non ekonomi antara lain adalah rusaknya lingkungan dan citra perusahaan. Dalam memperhatikan sumber dan potensi bahaya yang ada dalam setiap tempat kerja perusahaan wajib memberikan jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada setiap tenaga kerjanya. Menurut Undang-undang No. 13 tahun 2003 pasal 87 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa setiap perusahaan wajib
3
menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. PT. United Tractors Tbk merupakan perusahaan yang berperan sebagai distributor tunggal alat berat Komatsu di Indonesia. Selain sebagai distributor alat berat PT. United Tractors Tbk juga bergerak di bidang penjualan dan perbaikan berbagai peralatan berat. Dalam kaitannya dengan perbaikan peralatan berat PT. United Tractors Tbk mendirikan bisnis unitnya yaitu UT Reman Jakarta. UT Reman adalah bisnis unit PT United Tractors Tbk yang merupakan jawaban atas kebutuhan pelanggan terhadap komponen baik “Exchange” komponen atau perbaikan komponen. UT Reman adalah “Remanufacturing Plant” yang bergerak dibidang penyediaan dan perbaikan komponen dari alat-alat berat seperti Engine, Transmisi, Final Drive dan lain-lain. Komponen UT Reman dikerjakan melalui proses “Remanufacture” dengan standard yang telah ditetapkan mulai dari Proses penerimaan komponen, pembongkaran, pengukuran, perakitan dan pengetesan. UT Reman Jakarta yang dalam kegiatannya melibatkan faktor manusia, mesin dan lingkungan mempunyai tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Oleh karena itu, dilakukan usaha-usaha pencegahan sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja. Melalui kegiatan pemantauan yang dilakukan di area kerja UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, penulis mencoba untuk mengidentifikasi potensi dan faktor bahaya serta upaya pengendalian yang akan akan digunakan melalui laporan dengan judul “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proses
4
Kerja di Area Washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk? 2.
Bagaimana upaya pengendalian yang terdapat pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk?
C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, bertujuan untuk : 1. Mengetahui bagaimana proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk. 2. Mengetahui upaya pengendalian pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk.
D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
5
1. Penulis Diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis dalam mengidentifikasi potensi dan faktor-faktor bahaya yang ada di tempat kerja yang
diobservasi
secara
langsung,
sehingga
dapat
dilakukan
tindakan
pengendalian agar kecelakaan tidak terjadi. 2. Perusahaan Diharapkan perusahaan mendapat gambaran tentang potensi dan faktorfaktor bahaya yang ada di tempat kerja serta sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam proses identifikasi bahaya khususnya di area washing UT Reman Jakarta,
sekaligus upaya pengendaliannya untuk menurunkan tingkat
risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pada area tersebut. 3. Pembaca Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai gambaran identifikasi bahaya dan penilaian resiko serta gambaran pengendalian resiko di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk. 4. Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Diharapkan dapat menambah studi kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengenai gambaran identifikasi bahaya, penilaian resiko serta gambaran pengendalian resiko di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja a.
Pengertian Umum Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya (Suma’mur, 1996). Pengertian lain dari keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/ cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan/ mesin dan lingkungan secara luas (Tarwaka, 2008). Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang berada di perusahaan. Dengan demikian, keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di perusahaan serta masyarakat sekitar perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses produksi industri (Suma’mur, 1996). Sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara (Suma’mur, 1996). Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain (Suma’mur, 1996).
6
7
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1996). Keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan (Suma’mur, 1996). b. Tujuan Keselamatan Kerja 1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional. 2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien (Suma’mur, 1996). c.
Pengertian Umum Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1996). Kesehatan kerja sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun
8
tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Tarwaka, 2008). d. Tujuan Kesehatan Kerja 1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya. 2) Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktifitas faktor manusia dalam produksi (Suma’mur, 1996). e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani ataupun rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya (Suma’mur, 1996). Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 1996). Keselamatan dan kesehatan kerja secara praktis/hukum merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dari proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya (Suma’mur, 1996).
9
f. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. 2) Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara aman dan efisien. 3) Agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun (Suma’mur, 1996). g. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran. 2) Mencegah dan megurangi timbulnya penyakit akibat kerja. 3) Mencegah dan mengurangi angka kematian, cacat tetap, dan luka ringan. 4) Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya. 5) Meningkatkan produktivitas. 6) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal. 7) Menjamin tempat kerja yang aman. 8) Memperlancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi. 2. Bahaya a. Pengertian Umum Bahaya Bahaya merupakan suatu kondisi baik yang ada maupun yang berpotensi, yang dengan sendirinya atau berinteraksi dengan kondisi lainnya, dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan atau diharapkan seperti kematian, cidera manusia, kerusakan fasilitas dan hilangnya fasilitas (Budi Santoso, 1999).
10
Pengertian lain dari bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian. Menurut Rudi Suardi (2005), bahaya adalah suatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan ini mencakup substansi, prosedur kerja dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja. Kemungkinan suatu bahan yang dalam kondisi tertentu bisa menyebabkan kerugian pada makhluk hidup (Pamapersada Nusantara, 1999). Hazard adalah sumber atau situasi yang mempunyai daya potensial untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat, kerusakan lingkungan tempat kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut (Cross Jane, 1998). b. Potensi Bahaya Menurut Depnaker RI (1996), potensi bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan atau kerugian berupa cidera, penyakit, kerusakan atau kemampuan untuk melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. Pengertian lain dari potensi bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian (Tarwaka, 2008). Setiap proses produksi, peralatan/mesin, dan tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang jika tidak mendpatkan perhatian khusus dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan proses atau juga
11
berasal dari luar proses. Potensi bahaya dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) Manusia baik yang bersufat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan. 2) Properti termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin. 3) Lingkungan baik lingkungan di dalam perusahaan maupun lingkungan di luar perusahaan. 4) Kualitas produk barang dan jasa. 5) Nama baik perusahaan (Company’s Pubilc Image). Menurut
Tarwaka
(2008)
hazard
atau
potensi
bahaya
dapat
dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori umum atau dapat juga disebut sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut: 1) Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances) 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazard) 3) Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazard) 4) Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazard) 5) Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazard) 6) Potensi bahaya gravitasi dan aselerasi (Gravitational and Accelerational Hazard). 7) Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazard) 8) Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazard) 9) Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazard) 10) Potensi bahaya ergonomi (Hazard relating to human Factor)
12
11) Potensi bahaya lingkungan kerja (Environmental Hazard) 12) Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa, proses produksi, properti, image public, dll. c. Sumber Bahaya Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika kecelakaan dan penyakit akibat kerja dicegah dengan cara dideteksi sumber sumber bahaya yang mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut. Menurut Syukri Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari : 1) Manusia Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian, dan kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umunya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995). Selain itu apa yang diterima atau gagal diterima melalui pendidikan, motivasi, serta penggunaan peralatan kerja berkaitan langsung dengan sikap pimpinan (Freeport, 1995). 2) Peralatan Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya jika tidak digunakan sesuai dengan fungsinya, tidak adanya latihan penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman serta tidak ada parawatan dan pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian
13
dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri Sahab, 1997). 3) Bahan Bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radio aktif. 4) Proses Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya yang memperbesar resiko bahayanya. Dari proses ini kadang–kadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tingkat bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi yang digunakan (Syukri Sahab, 1997). 5) Cara Kerja Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain: cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya. Cara mengangkat dan mengangkut yang salah mengakibatkan cedera, memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah.
14
6) Bangunan, Peralatan dan Instalasi Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persaratan keselamatan kerja baik dalam disain maupun konstruksinya. Dalam industri juga digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka – luka atau cidera. 7) Lingkungan Kerja Bahaya dari lingkungan kerja dapat di golongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah: a) Faktor lingkungan fisik Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan dan radiasi. b) Lingkungan kimia Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang digunakan maupun bahan yang di hasilkan selama proses produksi. Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.
15
c) Faktor lingkungan biologik Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja. d) Faktor faal kerja atau ergonomi Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja. e) Faktor psikologik Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi. Menurut Bennett N. B. Silalahi dan Rumandaong B. Silalahi (1995), keadaan lingkungan yang dapat merupakan keadaan berbahaya antara lain: a) Suhu dan kelembaban udara b) Kebersihan udara c) Penerapan dan kuat cahaya d) Kekuatan bunyi e) Cara dan proses kerja f) Udara, gas-gas bertekanan g) Keadaan lingkungan setempat h) Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-bahan. 3. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab
16
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008). Sedangkan menurut Pamapersada Nusantara (1999) identifikasi bahaya adalah proses pencarian terhadap bahaya yang ada pada semua jenis kegiatan, situasi, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera ataupun sakit. Tindakan awal dari suatu sistem manajemen pengendalian resiko yang merupakan suatu cara untuk mencari dan mengenali terhadap semua jenis kegiatan, alat, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera atau sakit yang bertujuan dalam upaya mengurangi dampak negatif resiko yang dapat mengakibatkan kerugian aset perusahaan, baik berupa manusia sebagai tenaga kerja, material, mesin, hasil produksi, maupun financial (Slamet Ichsan, 2004). Proses identifikasi hazard atau potensi bahaya antara lain yaitu : a. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja, sistem kerja, kondisi kerja, dll) yang ada di tempat kerja. b. Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya c. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang berhubungan dengan objek-objek tersebut. d. Mereview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya e. Mencatat seluruh hazard yang telah diidentifikasi (Tarwaka, 2008) 4. Penilaian Resiko a. Pengertian Umum Menurut Tarwaka (2008), resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
17
Sedangkan tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan keparahan (consequence/ severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cedera sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Menurut Widodo Siswowardodjo (2007), tingkat resiko adalah perhitungan antara konsekuensi atau dampak yang mungkin timbul dan probabilitas. Menurut Permenaker PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran I mengenai Pedoman Penerapan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa penilaian resiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaaan atau penyakit akibat kerja. Penilaian resiko adalah pelaksanaan metode-metode untuk menganalisa tingkat resiko, mempertimbangkan resiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger) dan mengevaluasi apakah sumber bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai serta mengambil langkah-langkah yang tepat (Widodo Siswowardodjo, 2007). b. Manfaat Penilaian Resiko Besarnya nilai resiko yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam melakukan tindakan perbaikan untuk mencegah kecelakaan kerja yang sama terulang dan untuk mengetahui bahaya yang harus mendapat perhatian lebih dahulu. Hasil analisis potensi bahaya dapat dimanfaatkan antara lain sebagai berikut: 1) Evaluasi sejauh mana diperlukan perubahan mesin atau peralatan yang jadi obyek analisa serta perbaikan desain tehnik.
18
2) Perbaikan metode kerja. 3) Mengembangkan peralatan perlindungan dan pengamanan 4) Mempersiakan intruksi kerja 5) Mempersiapkan peraturan keselamatan kerja atau panduan untuk objek yang diteliti (Syukri Sahab, 1997). c. Proses Penilaian Resiko Di dalam melakukan penilaian resiko harus dilakukan secara sistematis dan terencana dengan mengikuti tahapan-tahapan proses penilaian resiko. Proses penilaian resiko ini dilakukan untuk menilai tingkat resiko kecelakaan atau cidera dan sakit dan merupakan proses kelanjutan dari proses identifikasi hazard. Proses penilaian resiko tersebut antara lain yaitu: 1) Tingkat Kekerapan (probability) Tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja, harus mempertimbangkan tentang berapa sering dan berapa lama seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Dengan demikian dapat dibuat keputusan tentang tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi. Integritas dan efektivitas tindakan pengendalian resiko perlu disertakan pada saat mempertimbangkan kekerapan atau kemungkinan. Kategori tingkat kekerapan atau kemungkinan tergantung dari kebutuhan perusahaan mulai dari tingkat kemungkinan kecil sekali sampai tingkat kemungkinan yang sangat besar. 2) Tingkat Keparahan (consequence/ severity)
19
Setelah diketahui tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi, selanjutnya harus dibuat keputusan tentang seberapa parah kecelakaan atau sakit yang mungkin terjadi. Penentuan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan juga memerlukan suatu pertimbangan tentang berapa banyak orang yang ikut terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja yang dapat terpapar potensi bahaya. Kategori tingkat keparahan tergantung dari perusahaan mulai dari tingkat keparahan kecil sekali sampai dengan tingkat keparahan yang sangat besar. 3) Tingkat Resiko Setelah dilakukan penaksiran terhadap tingkat kekerapan dan keparahan terjadinya kecelakaan atau penyakit yang mungkin timbul, selanjutnya dapat ditentukan tingkat resiko dari masing-masing hazard yang telah diidentifikasi dan dinilai. 4) Prioritas Resiko Setelah dilakukan penentuan tingkat resiko, selanjutnya harus dibuat skala prioritas resiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian resiko. 5. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja atau yang berkaitan dengannya.
20
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga, kapan dan dimana yang dapat menimbulkan cidera fisik terhadap orang, dan atau kerusakan atau kerugian harta benda atau kerusakan atau pencemaran lingkungan (PT. United Tractors Tbk, 2010). Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau bahan yang melampaui NAB dari bahan atau struktur. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, kinetis, kimia, listrik, dan lain sebagainya. (Sucofindo, 1998). Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu unsafe act (tindakan yang tidak aman) dan unsafe condition (kondisi yang tidak aman). Oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan aman dan melakukan pekerjaan dengan aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja (Suma’mur, 1996). Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Dan dapat dikatakan nyaris celaka (near miss) bila suatu kejadian yang tidak diinginkan yang bila keadaannya sedikit saja berbeda dapat mengakibatkan luka pada manusia, kerusakan harta benda, kerugian proses (Widodo Siswowardodjo, 2007).
21
Near miss merupakan kejadian kecelakaan yang tidak menimbulkan cedera atau kerugian, tetapi jika terulang lagi kemungkinan dapat menimbulkan cedera atau kerugian (PT. United Tractors Tbk, 2010). a.
Teori Penyebab Kecelakaan Kerja
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa suatu kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian. Adapun teori-teori yang mendukung penyebab kecelakaan kerja antara lain yaitu: 1) The Domino Theory Dalam buku “Accident Prevention” Heinrich (1972) mengemukakan suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang selanjutnya dikenal dengan “Teori Domino”. Dari teori tersebut digambarkan bahwa timbulnya suatu kecelakaan atau cidera disebabkan oleh 5 (lima) faktor penyebab yang secara berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut antara lain yaitu kebiasaan, kesalahan, tindakan dan kondisi tidak aman, kecelakaan dan cidera. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah cukup dengan membuang salah satu kartu domino atau memutuskan rangkaian mata rantai domino tersebut.
22
Lack Of Control
Basic Causes
Immediete Causes
Accident
Loss
Inadequate Program Personal Factor
Unsafe Act
Inadequate Program Standart Job Factor
Unsafe Condition
Contact With Energy or Substance
People Property Process
Inadequate to Standart Gambar 1. Urutan Teori Domino Sumber : Frank E. Bird, 1990 a) Kurangnya System Pengendalian (Lack of Control) Dalam urutan domino, kurangnya pengendalian merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengendalian dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu: Planing (perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading (kepemimpinan), dan controlling (pengendalian). Teori Domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan benar serta tidak mengarahkan para pekerjanya untuk terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Kurang pengendalian dapat disebabkan karena faktor:
23
(1) Program yang tidak memadai (Inadequate Program) Hal ini disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan ditempat kerja atau karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan program. Kegiatan program yang penting bervariasi dengan lingkup, sifat, dan jenis perusahaan. (2) Standar program yang tidak layak (Inadequate Standard Program) Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, perusahaan harus membuat suatu program keselamatan dan kesehatan kerja, menetapkan standard yang digunakan dan melakukan pemantauan pelaksanaan program tersebut. (3) Standard yang tidak layak (Inadequate to Standar) Faktor yang menyebabkan kurangnya standard yang diterapkan tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya standard yang diterapkan. b) Penyebab Dasar (Basic Causes) Penyebab nyata yang melatar belakangi penyebab langsung dan mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari: (1) Faktor Personal (Personal Factor) yang meliputi: (a) Kurangnya pengetahuan (b) Kurangnya keterampilan (c) Kurangnya kemampuan fisik dan mental (d) Kurangnya motivasi (e) Stress fisik dan mental
24
(2) Faktor Pekerjaan (Job Factor) yang meliputi: (a) Kepemimpinan da kepengawasan yang tidak memadai (b) Engineering kurang memadai (c) Maintenance kurang memadai (d) Alat dan peralatan kurang memadai (e) Pembelian barang kurang memadai (f) Standard kerja kurang memadai (g) Aus dan retak akibat pemakaian (h) Penyalahgunaan wewenang c) Penyebab Langsung (Immediate Causes) Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab langsung berupa: (1) Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) Unsafe act yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman sehingga dapat menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan, misalnya : (a) Mengoperasikan peralatan tanpa wewenang. (b) Mengoperasikan mesin/peralatan/kendaraan dengan kecepatan tidak layak. (c) Berada dalam pengaruh obat-obatan terlarang dan alkohol. (d) Gagal mengikuti prosedur kerja. (e) Melepas alat pengaman. (f) Alat pengaman tidak berfungsi. (g) Tidak memakai alat pelindung diri.
25
(h) Menggunakan peralatan yang sudah rusak. (i) Posisi kerja yang salah. (j) Pengangkutan yang tidak layak. (k) Bersenda-gurau di waktu kerja. (l) Kegagalan untuk memperingatkan. (2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition) Kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap kecelakaan. Keadaan tidak aman antara lain: (a) Peralatan dan material yang rusak (b) Pelindung atau pembatas yang tidak layak (c) Alat pelindung diri yang kurang sesuai (d) Sistem peringatan tanda bahaya yang kurang berfungsi (e) Kebersihan dan tata ruang tempat kerja tidak layak (f) Kondisi lingkungan kerja mengandung debu, gas, asap, atau uap yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas). (g) Intensitas kebisingan yang melebihi NAB (h) Paparan radiasi (i) Temperature ruang kerja yang terlalu tinggi atau rendah (j) Penerangan yang kurang atau berlebihan (k) Ventilasi yang kurang (l) Bahaya kebakaran dan peledakan (m) Tindakan yang terbatas atau berlebihan
26
d) Kecelakaan (Accident) Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau bahan yang melebihi NAB dari bahan atau struktur. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, kinetis, kimia, listrik, dsb (Sucofindo, 1998). Jika potensi penyebab kecelakaan dibiarkan saja untuk terjadi, maka jalannya akan selalu terbuka untuk kontak dengan sumber bahaya. Kecelakaan tersebut dapat berupa: (1) Terbentur/ menabrak suatu benda (2) Terbentur/tertabrak banda/alat yang bergerak (3) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah (4) Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset) (5) Terjepit diantara dua benda (6) Terjepit kedalam alat/benda yang berputar (7) Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun. e) Kerugian (Loss) Akibat dari kecelakaan adalah kerugian, sebagaimana termasuk dalam definisi kecelakaan bahwa kerugian dapat berwujud penderitaan pada manusia, kerusakan pada harta benda, lingkungan serta kerugian pada proses. Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) menyebabkan lima jenis kerugian yaitu: (1) Kerusakan (2) Kekacauan organisasi (3) Keluhan dan kesedihan (4) Kelaian dan cacat
27
(5) Kematian Kerugian tersebut dapat diukur dengan biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya kecelakaan terdiri dari dua macam yaitu: (1) Biaya langsung, yaitu pembayaran berdasarkan peraturan ganti kerugian atau asuransi dan biaya pengobatan. (2) Biaya tersembunyi, meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu setelah kecelakaan terjadi, biaya tersembunyi mencakup: (a) Biaya memperbaiki, mengganti atau menguatkan kembali peralatan yang rusak. (b) Biaya untuk upah yang dikeluarkan bagi pekerja tidak kerja yang cidera. (c) Biaya latihan kerja pekerja yang baru. (d) Biaya yang tidak diasuransi yang ditanggung oleh perusahaan. (e) Biaya untuk pekerja yang cidera selama tidak bekerja, selain dari biaya terasuransi. Kerugian dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: (1) Aspek Kemanusiaan (a) Penderitaan korban meliputi: sakit, cacat, tekanan mental, kehilangan nafkah, dan masa depan yang suram. (b) Keluarga korban mengalami kesedihan, kehilangan tulang punggung keluarga. (2) Aspek Ekonomis (a) Biaya langsung i. Pengobatan/perawatan dokter
28
ii. Biaya kompensasi (b) Biaya tak langsung i. Kerusakan gedung dan sarana produksi ii. Penggantian/perbaikan iii. Penurunan produksi iv. Penelitian v. Latihan vi. Mutasi vii. Upah selama tidak mampu bekerja Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan biasanya disebut “Biaya Gunung Es” yaitu biaya langsung digambarkan sebagai bongkahan es yang terlihat diatas permukaan laut, sedangkan biaya tak langsung digambarkan sebagai bongkahan gunung es yang berada dibawah permukaan laut yang lebih besar, seperti pada gambar 2. A
B
Gambar 2. Teori Gunung Es Sumber : Bird and German, 1990
29
Keterangan: A : Biaya Langsung $1 : a) Ganti rugi b) Biaya pengobatan B : Biaya Tidak Langsung $5 to $50 : a) Kerusakan bangunan b) Kerusakan alat dan peralatan c) Kerusakan bahan dan hasil produksi d) Kelambatan dan terhentinya proses produksi $1 to $3 : a) Hal-hal seperti penggajian dan pelatihan, penggantian, waktu investigasi, dll. b) Gaji yang dibayarkan pada korban sewaktu tidak bekerja, upah yang diberikan pada korban selain ganti rugi, biaya lembur, waktu ekstra dari pengawas, penurunan hasil produksi, dsb. 2) Multiple Causation Theory Kecelakaan tunggal yang mempunyai banyak faktor pendukung yaitu penyebab dan sub-penyebab. Ada dua jenis faktor pendukung yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor manusia. 3) The Pure Chance Theory
30
Setiap pekerja mempunyai kemungkinan yang sama terhadap terjadinya kecelakaan, semua kecelakaan yang terjadi karena takdir Tuhan dan tidak bisa diprediksi cara untuk melindungi pekerja. 4) Biased Liability Theory Teori ini mengatakan bahwa seorang pekerja yang mengalami kecelakaan punya kecenderungan akan mengalami kecelakaan lagi, dibanding pada pekerja lainnya. Dalam menentukan penyebab kecelakaan, terlebih dahulu mengidentifikasi faktor-faktor dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang dimana sebagai upaya mencegah kecelakaan kerja tersebut tidak terjadi sekaligus juga menghindari kemungkinan terulangnya kejadian tersebut. 6. Tindakan Pengendalian Pengendalian merupakan metode untuk menurunkan tingkat faktor bahaya dan potensi bahaya sehingga tidak membahayakan. Apabila suatu resiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian resiko harus diimplementasikan untuk mengurangi resiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasakan ketentuan, peraturan dan standar yang berlaku. Di dalam memperkenalkan suatu sarana pengendalian resiko, harus mempertimbangkan apakah sarana pengendalian resiko tersebut dapat diterapkan dan dapat memberikan manfaat kepada masing-masing tenaga kerjanya. Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain : a. Pengendalian langsung pada sumber bahaya, misalnya : 1) Eliminasi, upaya menghilangkan bahaya yang ada secara langsung.
31
2) Subsitusi, mengganti bahan yang memiliki potensi risiko tinggi dengan bahan yang potensi risikonya rendah. 3) Isolasi, pemisahan bahaya dari manusia agar tidak terjadi kontak langsung. b. Pengendalian pada lingkungan : 1) Lay out (tata ruang) dan house keeping. 2) Ventilasi keluar setempat. 3) Ventilasi umum untuk memasukkan udara segar dari luar. 4) Mengatur antara jarak sumber bahaya dengan tenaga kerja. c. Pengendalian pada Tenaga Kerja : Pengendalian risiko terhadap tenaga kerja dapat dilakuakn dengan cara : 1) Mutasi Tenaga Kerja. 2) Peningkatan Kesadaran K3 di Kalangan Karyawan. Menurut Bennet N.B Silalahi dan Rumandang B. Silalahi (1995) bahwa pokok peningkatan kesadaran K3 di kalangan karyawan adalah : a) Pengertian, pelatihan, penyuluhan, dan motivasi pekerja. b) Contoh kerja yang benar. c) Teladan kerja. d) Dasar keselamatan kerja. e) Pelaksanaan kerja. f) Tanggung jawab. g) Keinsyafan. h) Pengamatan lingkungan. i) Kebiasaan/perilaku.
32
3) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang Baik dan Benar. Ketentuan APD : a) Memberi perlindungan adekuat terhadap bahaya yang spesifik. b) Berat alat seringan mungkin. c) Dipakai secara fleksibel. d) Bentuk menarik. e) Tahan lama. f) Memenuhi standar. g) Tidak menimbulkan bahaya tambahan karena salah penggunaan. h) Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakai. i) Suku cadang mudah didapat (A. Siswanto, 1983).
33
B. Kerangka Pemikiran Manusia Mesin atau Peralatan Bahan Proses Cara Kerja Lingkungan
Sumber Bahaya
E
Identifikasi Bahaya
Tidak dilakukan identifikasi bahaya
V A Faktor Bahaya
Potensi Bahaya
Tidak Ada Upaya Pengendalian
L U A
Analisa Bahaya
S Pengendalian Resiko
I
AMAN Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Kecelakaan Kerja atau PAK
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran/ deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang risk assessment, tingkat resiko dan upaya pengendalian resiko di area washing UT Reman Jakarta di PT. United Tractors Tbk sebagai salah satu langkah awal untuk mencegah timbulnya resiko berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh.
B. Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian dilakukan di salah satu satuan kerja PT. United Tractors Tbk yaitu di area washing UT Reman Jakarta yang terletak di Jalan Raya Bekasi Km. 22 Cakung Jakarta Timur.
C. Teknik Pengumpulan Data Adapun data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh penulis dalam penyusunan dan penelitian laporan ini berupa data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan teknik komunikasi maupun teknik pengamatan.
34
35
1. Wawancara (interview) Suatu aktivitas atau interaksi tanya jawab terhadap pihak-pihak tertentu dalam suatu departemen yang terkait dengan objek permasalahan yang diteliti yaitu dengan pihak departemen SHE, operator dan supervisor pada unit kerja UT Reman Jakarta. 2. Observasi Lapangan Suatu kegiatan yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti guna mendapatkan data penelitian, sekaligus survey ke lapangan untuk mencari potensi dan faktor bahaya yang ada ditempat kerja UT Reman Jakarta. 3. Dokumentasi Suatu kegiatan mengumpulkan dan mempelajari dokumen - dokumen dari perusahaan yang terkait dengan objek permasalahan yang diteliti.
D. Objek Penelitian Sebagai obyek penelitian adalah aspek manusia, mesin atau peralatan, bahan, proses, cara kerja serta aspek lingkungan di area kerja UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk.
E. Sumber Data Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai berikut :
36
1. Data Primer Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survey ke lapangan/ tempat kerja dan wawancara serta diskusi dengan tenaga kerja. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data perusahaan dan literatur dari sumber/ data lain sebagai pelengkap laporan ini.
E. Analisis Data Analisis data yang diperoleh penulis disajikan dalam bentuk tabel seperti tabel 1. Analisis data ini ditunjukkan sebagai estimasi penilaian risiko yang bertujuan untuk merencanakan upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang telah teridentifikasi. Tabel 1. Analisa Penilaian Resiko Penilaian Bahaya
No.
Proses
Identifikasi Bahaya
Resiko
Bobot Kemungkinan
Bobot Keparahan
1 2 3 4 5
Tabel 2. Rumus Penilaian Resiko Nilai Resiko = Bobot Kemungkinan terjadi x Bobot Keparahan Sumber: Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010
Nilai Resiko
Kategori Resiko
37
Tabel 3. Bobot Kemungkinan Terjadi Kemungkinan terjadi
Bobot
Kemungkinan terjadinya kecil sekali
A
Definisi Terjadi pada kondisi abnormal/ bencana alam/ darurat/ setahun sekali
Kemungkinan terjadi B Terjadi sekitar sebulan sekali kecil Kemungkinan terjadi ada C Terjadi sekitar seminggu sekali Kemungkinan terjadinya D Terjadi setiap hari besar/ sering terjadi Kemungkinan terjadinya Frekuensi terjadi lebih dari 3 sangat besar/ selalu E kali dalam sehari terjadi Sumber : Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010
Tabel 4. Bobot Keparahan Konsekuensi/ Keparahan
Bobot
Definisi
Tidak terluka atau korban tidak terluka karena 1 pengendalian bahaya yang ada berfungsi dengan baik Luka pada permukaan tubuh, tergores, memar, sakit kepala. Memerlukan Pertolongan Minor/ Sedikit 2 Pertama(P3K). Korban tidak terluka parah Parah karena pengendalian bahaya yang ada berfungsi dengan baik Luka tergores cukup dalam, terbakar ringan, Cukup Parah 3 terkilir serius, korban panik, sesak nafas Luka terkoyak, terbakar, tersetrum listrik bertegangan, gegar otak, terkilir serius, patah Mayor/ Parah 4 tulang ringan, tuli, sakit/ radang kulit, asma, shock berat, cidera tulang belakang yang serius, cacat minor permanen Amputasi, patah tulang berat, keracunan, luka Sangat Parah 5 kompleks, luka fatal, kanker, penyakit mematikan, penyakit fatal akut, kematian Sumber: Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010 Tidak Signifikan/ Tidak Parah
38
Tabel 5. Penilaian Resiko Bobot Kemungkinan Terjadi Kecil Sekali A Tidak Parah Sedikit Parah Bobot Konsekuensi Cukup Parah Kerugian/ Keparahan Parah Sangat Parah Sekali
Kecil
Ada
Besar
B
C
D
Sangat Besar E
1
1A
1B
1C
1D
1E
2
2A
2B
2C
2D
2E
3
3A
3B
3C
3D
3E
4
4A
4B
4C
4D
4E
5
5A
5B
5C
5D
5E
Sumber: Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010
Tabel 6. Kategori Resiko NILAI RESIKO
KATEGORI RESIKO
Dapat diterima, cukup dikendalikan dengan melaksanakan prosedurprosedur rutin. Tidak memerlukan alokasi sumber daya secara khusus. Moderate Risk Membutuhkan prosedur untuk 1D, 2C, 3B, 4A pengawasan dan atau prosedur kerja. Harus jelas pihak Manajemen yang terkait yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan implementasi prosedur. Membutuhkan tindakan pengendalian 1E, 2D, 2E, 3C, 3D, 4B, Substansial Risk tambahan atau tindakan perbaikan 4C, 5A, 5B dalam jangka waktu yang ditetapkan atau tindakan harus segera diambil pada pekerjaan yang sedang dalam proses. Intolerable Risk Membutuhkan tindakan pengendalian 3E, 4D, 4E, 5C, 5D, 5E atau perbaikan secepatnya atau pada saat itu juga atau bila perlu pekerjaan harus dilarang/ dihentikan. Sumber : Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010 1A, 1B, 1C, 2A, 2B, 3A
Trolerable Risk
PENGENDALIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di area kerja UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Proses Kerja Washing section merupakan bagian dari proses kerja UT Reman Jakarta. Washing section adalah tempat pencucian luar dan dalam bagian engine serta komponen-komponen dari kotoran seperti sisa oli, debu, cat yang menempel pada bagian engine maupun komponen-komponen dari unit alat berat. Adapun didalamnya terdapat proses sebagai berikut: Main Component
Cylinder Block
Deep Tank Water Jet Rotary Wire Brush Air Spray Drying
Gambar 4. Flow Chart Proses pada Washing Section Sumber : UT Reman Jakarta, 2010 39
40
a. Cylinder Block dan Main Component 1) Pengertian Cylinder block dan main component merupakan bagian komponen yang berada pada unit alat berat. Komponen-komponen tersebut yang nantinya akan dicuci untuk menghilangkan sisa cat yang menempel pada permukaan komponen. 2) Deskripsi proses kerja a)
Sebelum dilakukan proses pencucian, komponen alat berat yang rusak (damage core) harus masuk terlebih dahulu pada receiving area atau tempat penerimaan komponen dan tempat pengecekan komponen.
b) Kemudian damage core dibawa ke disassy section untuk dilakukan pengecekan yang lebih detail menggunakan part book. c)
Cylinder block dan main component dari disassy section masuk ke dalam washing section untuk dilakukan proses pencucian/ washing dan ditangani oleh helper di washing section.
d) Komponen alat berat dimasukkan ke dalam wadah penampungan komponen. b. Deep Tank 1) Pengertian Deep tank merupakan peralatan yang digunakan untuk merendam komponen alat berat yang rusak (damage core) yang di dalamnya mengandung cairan bahan kimia yang berfungsi untuk merontokkan cat dan kotoran zat kimia pada komponen alat berat tersebut. Terdapat dua deep tank di washing section ini antara lain yaitu:
41
a)
Deep tank untuk merendam cylinder block dan main component Bahan kimia yang terdapat pada deep tank yang digunakan untuk
komponen dari cylinder block dan main component menggunakan bahan kimia merk NR CR – 021 Carbon Remover yang berfungsi untuk membersihkan dan menghilangkan karbon, karat, grease, oli dan cat serbaguna yang berbasis solvent. b) Deep tank untuk merendam aluminium Bahan kimia yang terdapat pada deep tank yang digunakan untuk komponen dari aluminium menggunakan bahan kimia merk NR – Liquid 070 yang berfungsi untuk membersihkan dan menghilangkan karbon, karat, grease, oli dan cat serbaguna yang berbasis air. 2) Deskripsi proses kerja Proses kerja yang ada pada deep tank ini antara lain yaitu: a)
Komponen alat berat dimasukkan ke dalam wadah penampungan komponen
b) Wadah tersebut kemudian diangkat ke atas deep tank dengan overhead crane c)
Komponen direndam ke deep tank selama beberapa saat hingga kotoran dan cat yang menempel pada komponen berkurang/ hilang.
d) Waktu untuk merendam komponen tergantung pada kandungan cat dan zat kimia yang ada pada masing-masing komponen. e)
Wadah kemudian diangkat dan diletakkan kembali di bawah dengan menggunakan overhead crane.
42
c. Water Jet 1) Pengertian Water jet merupakan peralatan yang digunakan untuk menghilangkan kotoran dan zat kimia yang masih menempel pada permukaan komponen. Terdapat Water jet merupakan semprotan air yang 2) Deskripsi proses kerja a)
Komponen yang telah direndam di dalam deep tank diangkat dan diletakkan di bawah dengan menggunakan overhead crane.
b) Setelah itu komponen dibersihkan dari kotoran dan zat kimia dengan menggunakan water jet. d. Rotary Wire Brush 1) Pengertian Rotary wire brush merupakan peralatan yang digunakan untuk membersihkan dan melepas sebagian cat yang masih menempel pada permukaan komponen. 2) Deskripsi proses kerja a)
Komponen disemprot dengan menggunakan water jet agar kotoran dan zat kimia yang menempel pada komponen hilang.
b) Komponen yang sudah disemprot dengan menggunakan water jet kemudian dibersihkan dengan menggunakan rotary wire brush.
43
e. Air Spray 1) Pengertian Air spray merupakan peralatan yang digunakan untuk membersihkan komponen dengan menggunakan air gun atau dengan menggunakan semprotan angin yang berfungsi untuk membersihkan kotoran dan sisa zat kimia setelah dilakukan rotary wire brush. 2) Deskripsi proses kerja a) Komponen dibersihkan dengan menggunakan rotary wire brush untuk menghilangkan kotoran dan sisa zat kimia. b) Setelah itu komponen disemprot dengan menggunakan air spray untuk menghilangkan sisa dari rotary wire brush. f. Drying 1) Pengertian Drying merupakan proses pemberian anti karat agar komponen tidak berkarat sebelum komponen dibawa ke section yang membutuhkan. Terdapat dua bahan kimia yang terdapat pada proses ini, antara lain yaitu thinner dan bahan kimia merk RCP – 112 Rust Corrotion Preventive yang berfungsi sebagai anti karat. 2) Deskripsi proses kerja a) Setelah komponen dicuci dan dibersihkan dengan menggunakan water jet, rotary wire brush dan air spray, komponen dilapisi dengan thinner dan RCP – 112 agar komponen tidak berkarat.
44
b) Kemudian setelah komponen dilapisi dengan bahan anti karat, komponen ditutup dengan menggunakan plastik agar bahan anti karat tidak hilang dan pudar. 2. Identifikasi Bahaya Dalam melakukan identifikasi bahaya, penulis melakukan tanya jawab dengan PIC EHS, pekerja dan operator yang bekerja secara langsung di area tersebut, bertanya kepada mereka mengenai berbagai masalah yang mereka temukan, keadaan yang nyaris kena bahaya serta berkonsultasi dengan pihakpihak yang bertanggung jawab terhadap proses-proses di dalamnya. Penulis juga melakukan observasi langsung pada proses washing di area kerja UT Reman Jakarta. Ada beberapa aspek yang digunakan penulis sebagai pertimbangan yaitu kondisi lingkungan kerja dan kegiatan kerja yang dapat menimbulkan potensi bahaya. Dari observasi yang dilakukan, sumber-sumber bahaya dan potensi bahaya yang ada di washing area teridentifikasi sebagai berikut : a. Menyiapkan Alat dan Bahan Material Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah: 1) Jari tangan terjepit pada saat memasukkan komponen ke dalam wadah. 2) Jari tangan terjepit pada saat memasang wadah ke crane. 3) Operator tertimpa wadah dan komponen yang jatuh dari crane. b. Pengangkatan Komponen dengan Menggunakan Crane Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah: 1) Operator tertimpa wadah dan komponen yang jatuh dari crane. 2) Operator tertimpa rantai crane yang putus.
45
3) Jari tangan terjepit pada saat memasang wadah ke crane. c. Perendaman Komponen ke dalam Deep Tank Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah: 1) Pekerja terhirup bau zat kimia yang terkandung di dalam deep tank. 2) Pekerja tertimpa komponen yang jatuh dari crane. 3) Pekerja terciprat zat kimia yang terkandung di dalam deep tank pada saat komponen dimasukkan ke dalam deep tank tersebut. 4) Mata terciprat zat kimia. 5) Pekerja terkena zat kimia pada saat menutup deep tank secara manual. 6) Luka bakar pada tangan menyentuh cairan zat kimia panas dari deep tank. 7) Tercebur ke dalam deep tank. d. Pengangkatan Komponen dari Deep Tank Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah: 1) Pekerja terkena zat kimia pada saat membuka deep tank secara manual. 2) Pekerja terciprat zat kimia yang terkandung di dalam deep tank pada saat komponen diangkat. 3) Pekerja terhirup bau zat kimia yang terkandung di dalam deep tank. 4) Mata terciprat zat kimia. 5) Pekerja kejatuhan dan tertimpa komponen yang jatuh dari crane pada saat diangkat. 6) Luka bakar pada tangan menyentuh cairan zat kimia panas dari deep tank. 7) Tercebur ke dalam deep tank.
46
e. Water Jet Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah: 1) Pekerja terkena air bertekanan tinggi. 2) Luka bakar (tangan, kaki) terkena air panas dari proses pencucian dengan water jet. 3) Tersengat arus listrik akibat arus pendek (konsleting). 4) Kebisingan dari bising lingkungan dan mesin-mesin di dalam dan luar area washing. f. Rotary Wire Brush Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah: 1) Gangguan pernafasan akibat menghirup debu dan zat kimia yang dihasilkan dari proses rotary wire brush. 2) Pekerja terpercik bunga-bunga api dari proses rotary wire brush. 3) Luka tersayat akibat terkena putaran rotary wire brush. 4) Luka tersayat akibat terkena sisa besi dan cat yang dihasilkan dari proses rotary wire brush. 5) Tersengat arus listrik akibat arus pendek (konsleting). 6) Kebisingan dari bising lingkungan dan mesin-mesin di dalam dan luar area washing. g. Air Spray Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah: 1) Pekerja terkena udara bertekanan tinggi. 2) Tangan terciprat besi dan cat yang tersisa dari proses rotary wire brush.
47
3) Tersengat arus listrik akibat arus pendek (konsleting). 4) Kebisingan dari bising lingkungan dan mesin-mesin di dalam dan luar area washing. h. Drying Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah: 1) Gangguan pernafasan akibat menghirup zat kimia anti karat. 2) Mata dan kulit terciprat liquid. 3) Jari tangan terjepit saat mengangkat komponen yang akan dilapisi dengan bahan anti karat. 4) Kebisingan dari bising lingkungan dan mesin-mesin di dalam dan luar area washing. 3. Kontrol Pelaksanaan kontrol atau proteksi ini bertujuan untuk menurunkan tingkat risiko yang mungkin timbul. Penilaian tingkat risiko dapat dilakukan dengan memasukan atau dengan mempertimbangkan kontrol/ proteksi yang sudah ada. Adapun kontrol yang sudah ada atau yang sudah dilakukan oleh UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, khusus di area washing antara lain : a. Administratif Control Pengendalian administrasi yang sudah dilakukan UT Reman Jakarta khususnya di area washing antara lain yaitu : 1) Safety talk setiap hari sebelum bekerja. 2) Pemasangan Instruksi Kerja (IK) 3) Training operator.
48
4) MSDS 5) Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat. 6) Rotasi kerja setiap hari. b. Alat Pelindung Diri (APD) Sarana pengamanan diri adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi tingkat risiko pada pekerja. Adapun APD yang dipergunakan di area washing antara lain yaitu : 1) Pelindung telinga yaitu ear muff atau ear plug wajib, yang digunakan pekerja di area washing yaitu pada kegiatan menggerinda atau membersihkan sisa besi dan cat dengan rotary wire brush. 2) Pelindung mata yaitu safety glass dan goggles, yang dipakai oleh pekerja di area washing yaitu pada proses menggerinda dengan rotary wire brush karena adanya percikan api yang meloncat keluar dan dapat mengenai mata. 3) Pelidung pernafasan yaitu masker, yang dipakai oleh pekerja pada seluruh kegiatan di area washing untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. 4) Pelindung tangan yaitu safety gloves (sarung tangan), yang dipakai oleh pekerja untuk kegiatan yang berhhubungan dengan bahaya panas, listrik, bahan kimia, mekanik 5) Pelindung kaki yaitu safety shoes, yang wajib dipakai oleh seluruh pekerja sebagai pelindung kaki.
49
4. Penilaian Tingkat Resiko Resiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan suatu cidera atau sakit penyakit yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut. Penilaian Resiko adalah proses evaluasi resiko-resiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah resikonya dapat diterima atau tidak. Penilaian resiko didapat dari perkalian kemungkinan bahaya tersebut muncul atau terjadi (Bobot Kemungkinan/ likelihood of occurrence) dengan kemungkinan tingkat kerugian/ keparahan yang akan ditimbulkan ketika terjadi (Bobot Keparahan/ severity of risk). Sehingga untuk mempermudah dalam menganalisa penulis sajikan penilaian resiko tersebut dalam bentuk tabel analisa berdasarkan kegiatan yang ada pada proses kerja washing section di UT Reman Jakarta. Adapun penilaian tingkat risiko pada proses kerja washing section di UT Reman Jakarta yaitu:
50
Tabel 7. Penilaian Resiko pada proses kerja washing section di area UT Reman Jakarta Penilaian Bahaya No.
1
2
Proses
Menyiapkan bahan dan alat material
Pengangkatan komponen dengan menggunakan crane
Identifikasi Bahaya
Resiko
Bobot Bobot Kemun Kepa gkinan rahan
Nilai Resiko
Kategori Resiko
a. Memasukkan komponen ke dalam wadah b. Memasang wadah ke crane c. Wadah dan komponen terlepas dari crane a. Wadah dan komponen
Jari tangan terjepit
B
2
2B
Trolerable Risk
Jari tangan terjepit Wadah dan komponen jatuh mengenai operator Wadah dan komponen jatuh
B A
2 3
2B 3A
Trolerable Risk Trolerable Risk
A
3
3A
Trolerable Risk
terlepas dari crane b. Peralatan rusak
mengenai operator Rantai crane jatuh mengenai operator Jari tangan terjepit
A
3
3A
Trolerable Risk
B
2
2B
Trolerable Risk
c. Memasang wadah ke crane
bersambung...
51
sambungan... 3 Perendaman komponen ke dalam deep tank
4
Pengangkatan komponen dari deep tank
a. Membuka tutup deep tank b. Wadah dan komponen terlepas dari crane c. Memasukkan komponen ke dalam deep tank d. Menutup deep tank e. Suhu zat kimia terlalu tinggi f. Pekerja kurang berhatihati a. Membuka tutup deep tank b. Mengangkat komponen dari deep tank dengan crane
Pekerja terhirup bau zat kimia Wadah dan komponen jatuh mengenai operator Pekerja terciprat zat kimia
D A
3 3
3D 3A
Substansial Risk Trolerable Risk
C
2
2C
Moderate Risk
Pekerja terkena zat kimia
C
2
2C
Moderate Risk
Luka bakar
A
3
3A
Tercebur ke dalam deep tank
A
4
4A
Pekerja terkena zat kimia Pekerja terhirup bau zat kimia Pekerja terciprat zat kimia
C D C
2 3 2
2C 3D 2C
Komponen jatuh mengenai
A
3
3A
B
4
4B
Trolerable Risk Moderate Risk Moderate Risk Substansial Risk Moderate Risk Trolerable Risk
operator c. Pekerja kurang berhatihati
Tercebur ke dalam deep tank
bersambung...
Substansial Risk
52
sambungan... 5 Water jet
6
Rotary Wire Brush
a. Air tekanan tinggi b. Air panas c. Sambungan kabel tidak bagus d. Bising akibat water jet a. Debu dan zat kimia dari rotary wire brush b. Bunga-bunga api meloncat keluar c. Putaran rotary wire brush d. Sisa besi dan cat meloncat keluar e. Sambungan kabel tidak bagus f. Bising akibat rotary wire brush
Pekerja terkena air tekanan tinggi Pekerja luka bakar Tersengat arus listrik
B
3
3B
Moderate Risk
A A
3 4
3A 4A
Trolerable Risk Moderate Risk
Gangguan pendengaran Gangguan pernafasan
B D
4 3
4B 3D
Substansial Risk Substansial Risk
Pekerja terpercik api
C
2
2C
Moderate Risk
Luka tersayat Luka tersayat
B D
3 3
3B 3D
Moderate Risk Substansial Risk
Tersengat arus listrik
A
4
4A
Moderate Risk
Gangguan pendengaran
B
4
4B
Substansial Risk
bersambung...
53
sambungan... 7 Air Spray
8
Drying
a. Udara tekanan tinggi b. Sisa besi dan cat meloncat keluar c. Sambungan kabel tidak bagus d. Bising akibat air spray a. Uap zat kimia b. Zat kimia yang terciprat c. Mengangkat komponen saat dilapisi anti karat d. Bising akibat drying
Keterangan: Trolerable Risk
: Bahaya ringan
Moderate Risk
: Bahaya agak berat
Substansial Risk
: Bahaya berat
Intorelable Risk
: Bahaya sangat berat
Pekerja terkena udara tekanan tinggi Luka tersayat
B
2
2B
Trolerable Risk
D
3
3D
Substansial Risk
Tersengat arus listrik
A
4
4A
Moderate Risk
Gangguan pendengaran Gangguan pernafasan Mata dan kulit terkena cairan bahan kimia Jari tangan terjepit
B D C
4 3 3
4B 3D 3C
Substansial Risk Substansial Risk Substansial Risk
B
2
2B
Trolerable Risk
Gangguan pendengaran
B
4
4B
Substansial Risk
54
B. Pembahasan 1.
Pembahasan Hasil Analisis
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut kita dapat mengidentifikasi atau menentukan tindakan pengendalian yang akan kita lakukan terhadap setiap risiko. Berdasarkan hasil penelitian dari kegiatan identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada proses kerja di washing section dapat diketahui tingkat resiko bahaya dari yang tertinggi yaitu: Tabel 8. Penilaian resiko bahaya berdasarkan urutan tingginya Nilai No.
Identifikasi Bahaya
Resiko
Kategori Resiko Resiko
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pekerja kurang berhatihati
Tercebur ke dalam deep tank
Membuka tutup deep tank Gangguaan Pernafasan
4B 3D
Substansial Risk Substansial Risk
Bising
Gangguan Pendengaran
4B
Substansial Risk
Debu dan uap zat kimia
Gangguan Pernafasan
3D
Substansial Risk
3D
Substansial Risk
2C
Substansial Risk
Sisa besi dan cat meloncat Luka Tersayat keluar Memasukkan komponen Terciprat zat kimia ke dalam deep tank Menutup deep tank
Terkena zat kimia
2C
Substansial Risk
Air tekanan tinggi
Pekerja terkena air tekanan tinggi
3B
Moderate Risk bersambung...
55
sambungan... 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Sambungan kabel tidak bagus Bunga-bunga api meloncat keluar
Tersengat arus listrik
4A
Moderate Risk
Pekerja terpercik api
2C
Moderate Risk
Luka Tersayat
3B
Moderate Risk
Jari tangan terjepit
2B
Trolerable Risk
Jari tangan terjepit
2A
Trolerable Risk
3A
Trolerable Risk
3A
Trolerable Risk
Luka bakar
3A
Trolerable Risk
Komponen jatuh mengenai operator
3A
Trolerable Risk
Air panas
Luka bakar
3A
Trolerable Risk
Udara tekanan tinggi
Pekerja terkena udara tekanan tinggi
2B
Trolerable Risk
2B
Trolerable Risk
Putaran rotary wire brush Memasukkan komponen ke dalam wadah Memasang wadah ke crane Wadah dan komponen terlepas dari crane Peralatan rusak Suhu zat kimia terlalu tinggi Mengangkat komponen dari deep tank dengan crane
Wadah dan komponen jatuh mengenai operator Rantai crane jatuh mengenai operator
20.
Mengangkat komponen Jari tangan terjepit saat dilapisi anti karat Sumber : UT Reman Jakarta, 2010 Keterangan: Trolerable Risk
: Bahaya ringan
Moderate Risk
: Bahaya agak berat
Substansial Risk
: Bahaya berat
Intorelable Risk
: Bahaya sangat berat
56
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa bahaya yang mempunyai tingkat bahaya berat yaitu gangguan pernafasan akibat menghirup zat kimia pada saat pekerja membuka dan menutup deep tank, bahaya bising akibat mesin-mesin yang beroperasi di dalam dan di luar area washing sehingga menimbulkan gangguan pendengaran pada pekerja, luka tersayat akibat sisa besi dan cat yang meloncat keluar serta bahaya pekerja tercebur ke dalam deep tank pada saat pekerja menutup dan membuka deep tank. Namun yang mempunyai nilai resiko yang paling tinggi dan harus mendapat perhatian adalah resiko bahaya terjatuh ke dalam deep tank pada saat pekerja membuka dan menutup deep tank karena pada kegiatan tersebut pekerja membuka dan menutup deep tank secara manual yang berisi zat kimia yang panas dan berbahaya. Hal ini dilakukan karena deep tank yang dipergunakan sudah rusak dan tutup deep tank sudah tidak dapat berfungsi secara otomatis sehingga pekerja harus membuka dan menutup deep tank secara manual. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih dari pihak perusahaan karena kegiatan yang dilakukan dapat mengancam keselamatan dan kesehatan dari setiap pekerja yang bekerja pada washing section tersebut. 2.
Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan, produk barang atau jasa yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan
57
kebijakan standard bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur serta mengendalikan resiko yang ada pada kegiatan, produk barang dan jasa. Menentukan rencana atau rekomendasi tindakan pengendalian yang sesuai dalam rangka menghilangkan atau mengurangi nilai resiko. Tindakan pengendalian yang akan dilakukan sesuai dengan kategori resikonya, semakin tinggi kategori resikonya maka semakin diutamakan. Setiap aktifitas yang memiliki tingkat resiko “Intolerable Risk” atau tingkat resiko sangat berat maka membutuhkan tindakan pengendalian atau perbaikan secepatnya atau pada saat itu juga atau bila perlu pekerjaan harus dilarang/ dihentikan. Tingkat resiko “Substansial Risk” atau tingkat resiko berat membutuhkan tindakan pengendalian tambahan atau tindakan perbaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan atau tindakan harus segera diambil pada pekerjaan yang sedang dalam proses. Untuk tingkat resiko “Moderate Risk” atau tingkat resiko agak berat membutuhkan prosedur untuk pengawasan dan atau prosedur kerja. Harus jelas pihak Manajemen yang terkait yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan implementasi prosedur. Sedangkan untuk tingkat resiko “Trolerable Risk” atau tingkat resiko ringan, hal tersebut dapat diterima, cukup dikendalikan dengan melaksanakan prosedur-prosedur rutin. Tidak memerlukan alokasi sumber daya secara khusus. Langkah-langkah pengendalian yang dapat dilakukan pada proses kerja di washing section antara lain yaitu dengan eliminasi (elimination), substitusi (substitution), rekayasa teknik (engineering control), pengendalian administrasi
58
(administration control) dan juga dengan alat pelindung diri (personal protective equipment) untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang aman. a. Eliminasi (Elimination) Eliminasi merupakan suatu pengendalin yang bersifat permanen dan juga dilakukan untuk menghilangkan kegiatan/ proses, sehingga potensi-potensi aspek/ bahaya yang timbul dari kegiatan tersebut juga akan hilang dan diusahakan terlebih
dahulu
sebelum
menggunakan metode lain.
dilakukan
usaha
atau
tindakan
pengendalian
Eliminasi biasanya untuk kegiatan yang sangat
berbahaya, tetapi kegiatan tersebut tidak terlalu penting/ signifikan dengan proses bisnis perusahaan, artinya meskipun kegiatan tersebut dihilangkan namun mutu proses bisnis perusahaan tetap terjaga. Berdasarkan observasi identifikasi bahaya yang telah dilakukan oleh penulis pada proses kerja di washing section UT Reman Jakarta terdapat kegiatan membuka dan menutup deep tank secara manual. Pada proses tersebut dapat dikendalikan dengan menghilangkan kegiatan membuka dan menutup deep tank secara manual. Hal tersebut dilakukan karena tutup deep tank yang dipergunakan sudah rusak dan tidak berfungsi secara otomatis lagi akibat deep tank yang dipergunakan sudah lama. Kegiatan membuka dan menutup deep tank ini dapat dihilangkan dan diatasi yaitu membuka dan menutup deep tank dengan menggunakan overhead crane. Sehingga pekerja yang bekerja dapat terhindar dari kontak secara tidak langsung dengan zat kimia yang ada di dalam deep tank.
59
b.
Substitusi (Substitution)
Substitusi
merupakan
pengendalian
yang
dimaksudkan
untuk
menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahanbahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima. Pengendalian secara substitusi pada proses kerja di washing section UT Reman Jakarta yang terkait dengan kegiatan membuka dan menutup deep tank adalah dengan mengganti tutup deep tank tersebut dengan tutup deep tank yang masih berfungsi secara otomatis. c.
Rekayasa Teknik (Engineering Control)
Rekayasa teknik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan merubah atau menambah sarana fisik/ fasilitas untuk mengurangi risiko yang ada. Contoh pengendalian dengan metode rekayasa teknik yaitu: 1) Pemberian dan pemasangan safety guard atau pagar pengaman pada deep tank sehingga pekerja yang membuka dan menutup deep tank secara manual tidak tercebur ke dalam deep tank jika penggantian tutup deep tank yang baru belum dapat direalisasikan. 2) Pembuatan alat bantu dan redesain lay out kerja pada area kerja karena posisi dan sikap kerja yang tidak ergonomis pada pekerja yang ada pada area washing sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman serta tidak menimbulkan kelelahan dalam bekerja.
60
3) Suara mesin-mesin dan peralatan yang dapat menimbulkan bising dilakukan maintenance atau perawatan yang rutin dan berkala sehingga peralatan tidak menimbulkan kebisingan. d.
Pengendalian Administrasi (Administration Control)
Pengendalian
administrasi
merupakan
pengendalian
dengan
menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya dan juga dapat dilakukan dengan membuat aturan baru seperti membuat/ merubah instruksi kerja, memasang rambu-rambu, melakukan rotasi jam kerja agar karyawan tidak terpapar bahaya lebih sering, memberi pelatihan, sosialisasi, dan sebagainya. Dalam tahap ini UT Reman Jakarta telah menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta telah mempunyai Instruksi Kerja (IK) sebagai langkah untuk mengurangi resiko yang ada. Contoh pengendalian administrasi pada proses kerja di washing section UT Reman Jakarta yaitu: 1) Meninjau dan memperbaiki standar operasional prosedur dan instruksi kerja kembali untuk mengetahui kesesuaiannya dengan kenyataan yang terdapat di lapangan. 2) Pihak manajemen melakukan rotasi kerja dengan pertukaran pekerja disetiap harinya, untuk menghindari kejenuhan kerja pada proses kerja di washing section. 3) Adanya izin kerja untuk pengoperasian overhead crane. 4) Pihak manajemen melakukan pemeriksaan berkala bagi pekerja di area kerja UT Reman Jakarta.
61
5) Pihak manajemen melakukan training K3. e.
Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)
Alat pelindung diri merupakan upaya terakhir untuk melindungi pekerja dari kecelakaan. Keberhasilan dari upaya ini tergantung dari kebijaksanaan pihak perusahaan terhadap tingkat kesadaran dan kedisiplinan pekerja dalam memakai APD. Alat pelindung diri yang disediakan di area kerja UT Reman Jakarta yaitu: 1) Pelindung kepala atau safety helmet wajib dikenakan diseluruh area kerja di PT. United Tractors Tbk, namun pihak manajemen pada area kerja UT Reman Jakarta mempunyai kebijakan bahwa pekerja di seluruh area kerja UT Reman Jakarta menggunakan topi. 2) Pelindung telinga yaitu ear muff atau ear plug wajib digunakan oleh pekerja untuk pekerjaan yang terdapat potensi kebisingan contohnya yaitu pada kegiatan menggerinda atau membersihkan sisa besi dan cat dengan rotary wire brush. 3) Pelindung mata yaitu safety glass dan goggles, dipakai oleh pekerja pada proses washing contohnya yaitu pada proses menggerinda dengan rotary wire brush karena adanya percikan api yang meloncat keluar dan dapat mengenai mata. 4) Pelidung pernafasan yaitu respiratory protection, dipakai oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Pelindung pernafasan yang terdapat pada area washing ini yaitu masker dan respirator.
62
5) Pelindung tangan yaitu safety gloves (sarung tangan) untuk proses kerja yang mengandung potensi bahaya disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di perkerjaan terkait, misal bahaya panas, listrik, bahan kimia, mekanik. 6) Pelindung kaki yaitu safety shoes, pada area kerja UT Reman Jakarta setiap pekerja diharuskan mengenakan safety shoes dan tak terkecuali untuk departemen lain karena memang manajemen perusahaan mewajibkan bagi seluruh pekerja mengenakan safety shoes saat melakukan pekerjaan. PT. United Tractors Tbk telah menyediakan alat pelidung diri kepada tenaga kerja serta telah menyediakan alat pelindung diri kepada setiap orang yang memasuki area kerja di PT. United Tractors Tbk secara cuma-cuma. Hal tersebut berarti telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 13 yaitu “Barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alatalat perlindungan diri yang diwajibkan dan pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya”. Kemudian untuk tenaga kerja yang tidak disiplin dalam penggunaan alat pelidung diri contohnya yaitu pihak perusahaan telah menyediakan respirator tetapi tenaga kerja hanya menggunakan masker padahal paparan zat kimia yang terkandung di area washing sangat berbahaya untuk kesehatan dikarenakan ukuran partikel-partikel yang ada pada tempat tersebut sangat kecil sehingga tenaga kerja seharusnya menggunakan respirator pada saat bekerja untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, gas berbahaya dan partikel-partikel
63
yang ukurannya sangat kecil. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan Permenakertrans No. 01/MEN/1981 pasal 5 ayat 2 yang menyebutkan bahwa “Tenaga kerja harus memakai APD yang diwajibkan perusahaan untuk mencegah penyakit akibat kerja (PAK)”.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk serta membandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. PT. United Tractors Tbk telah menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996, Lampiran 1 bagian 3.3 tentang identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. 2. Potensi bahaya yang terdapat pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk menurut tingkat resiko yang paling berat (substansial risk) yaitu resiko bahaya tercebur ke dalam deep tank, resiko bahaya gangguan pernafasan, resiko bahaya gangguan pendengaran, resiko bahaya luka tersayat, resiko bahaya terciprat zat kimia dan resiko bahaya terkena zat kimia. 3. Tingkat resiko bahaya yang agak berat (moderate risk) pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk yaitu resiko bahaya pekerja terkena air tekanan tinggi, resiko bahaya terkena arus listrik, resiko bahaya pekerja terpercik api dan resiko bahaya pekerja luka tersayat.
64
65
4. Tingkat resiko bahaya ringan (trolerable risk) pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk antara lain yaitu resiko bahaya jari tangan terjepit komponen, resiko bahaya pekerja tertimpa wadah dan komponen, resiko bahaya pekerja tertimpa overhead crane, resiko bahaya pekerja luka bakar dan juga resiko bahaya pekerja terkena udara tekanan tinggi. 5. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk terhadap bahaya yang terdapat pada area washing antara lain yaitu dengan administratif control dan alat pelindung diri (APD) dan hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang SMK3 lampiran I bagian 3.3.3. tentang tindakan pengendalian resiko bahaya.
B. Implikasi UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk merupakan tempat dimana dilakukan proses operasional untuk perbaikan komponen yang mengalami kerusakan, pada area tersebut terdapat tenaga kerja yang bekerja dan juga tidak terlepas adanya potensi bahaya sebagai sumber resiko yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik cedera, penyakit, harta benda dan lingkungan. Melihat kondisi demikian maka perlu adanya upaya pencegahan dan pengendalian resiko. Melalui analisis dan penilaian potensi bahaya dan resiko, sehingga dapat ditentukan upaya atau tindakan mengeliminir agar tidak menjadi bencana atau kerugian lainnya.
66
Identifikasi bahaya dan penilaian resiko kegiatan merupakan salah satu upaya UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk dalam mencegah dan meminimalisir timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan identifikasi bahaya dan penilaian resiko yang dilakukan perusahaan tersebut sudah cukup baik. Hal ini terbukti dengan kecilnya angka kecelakaan kerja.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian pada proses kerja washing section di UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, maka penulis dengan kerendahan hati menyarankan : 1. Sebaiknya segera dilakukan tindakan perbaikan pada deep tank agar tenaga kerja yang bekerja di area washing tidak terpapar zat kimia berbahaya secara berlebih dan juga tenaga kerja terhindar dari bahaya tercebur ke dalam deep tank. 2. Sebaiknya perlu adanya kebijakan pemakaian alat pelindung diri (APD) yang wajib digunakan pada area washing atau pada kegiatan menggerinda dengan menggunakan rotary wire brush, seperti penggunaan respirator dan safety gloves. 3. Sebaiknya perlu diadakan pemantauan dan tinjauan efektivitas pengendalian yang telah diimplementasikan oleh pihak manajemen agar tingkat resiko mulai dari intolerable risk (bahaya sangat berat), substansial risk (bahaya berat),
67
moderate risk (bahaya agak berat) dan trolerable risk (bahaya ringan) dapat segera diambil tindakan pengendalian secepatnya.
68
DAFTAR PUSTAKA
A. Siswanto, 1983. “Alat Pelindung Diri”. Majalah D3 Hiperkes dan Keselamatan kerja Vol XVI No.4. Jakarta: Pusat Hiperkes Departemen Tenaga kerja. Bennet N.B. Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Departemen Tenaga Kerja RI, 1996. Permenaker No. Per05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja RI. Fark E. Bird, 1990. Practical Loss Control Leadership. Georgia: Institute Publishing Division of International Loss Control Institute. Freeport Indonesia, 1995. Pelatihan Enam Hari Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Freeport. Heinrich, 1972. Accident Prevention. Geneva. Pamapersada Nusantara, 1999. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko. Jakarta: PT. Pamapersada Husada. PT. United Tractors Tbk, 2010. Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3. Jakarta: PT. United Tractors Tbk. Rudi Suardi, 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PPM. Slamet Ichsan, 2004. Penialian Risiko Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pusat Hiperkes Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Sucofindo, 1998. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Sucofindo. Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. Suma’mur, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung.
69
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT Bina Sumber Daya Manusia. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Manajemen dan Implementasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. Tarwaka, Solichul HA Bakri dan Lilik Sudiajeng, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : Uniba Press. Widodo Siswowardodjo, 2007. Dasar-dasar Keselamatan Kesehatan Kerja.