BUDIDAYA KENTANG DATARAN MEDIUM Oleh: TatiklYardiyati Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya
I. PENDAHULUAN Kentang merupakan komoditi penting
di Indonesia
karena demandnya terus
bertambah sebagai akibat pola rnakan yang berubah dari sebagian warga Indonesia. Sebagai akibatnya setiap tahun harus ditanam kentang seluas 60.000 yang tersebar terutama
Timur,
*
70.000 Ha
di 8 propinsi sentra, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan.
Syarat tumbuh yang ideal bagi kentang adalah
di dataran tinggi, di atas 1.000 m
dpl sehingga dengan perluasan lahan banyak menimbulkan masalah antara lain pembukaan hutan lindung yang bisa menyebabkan tanah longsor, berkurangnya
mata air atau tertutupnya mata air
di
hutan-hutan tersebut. Dampaknya akan
berkepanjangan bila tidak dikendalikan antara lain kekurangan air bagi kehidupan
makhluk yang berada di daratan, bencana alam tanah longsor, banjir dan kekeringan di musim kemarau.
Bertanam kentang memang menguntungkan dibanding sayuran lain seperti kobis, wortel atau sawi, sehingga merangsang petani untuk membuka lahan baru. Alasan lain membuka lahan baru adalah pemekaran lahan pemukiman, sehingga terjadi peralihan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan pemukimarr/ wisata dan dari lahan hutan menjadi lahan pertanian. Sebagai contoh di hutan lindung kota
Batu tahun 2002 ditengarai sudah hampir 5.000 Ha mengalami kritis akibat penjarahan (Lampiran 1). Trenggalek pada tahun 1999-20A5 kehilangan 22.500Ha (Anonymous, 2005). Masyarakat banyak yang menggunduli hutan untuk kepentingan-kepentingan pribadi, seperti, membuka lahan pertanian, bahkan hutan
itu sekarang diperjualbelikan. Padahal kawasan hutan tersebut masuk pada kategori kawasan hutan lindung yang berfirngsi sebagai daerah konservasi dan preservasi ekosistem lingkungan, yang biasanya diisi dengan tanaman-tanaman keras sekaligus
sebagai daerah resapan
air.
Lahan-lahan kritis tersebut sangat rawan bencana
longsor, apalagi apabila lahanJahan yang berkemiringan lebih dari 20o tersebut saat
ini sebagian besar dipergunakan untuk lahan tanaman hortikultura (sayur-sayuran). Agar tidak te{adi bencana alarn yang lebih para}r maka perlu dicari alternatif dengan mencoba mengembangkan budidaya kentang di dataran rendah atau dataran
medium.
2
II. RESPON VARIETAS KENTANG TERHADAP SUHU TINGGI 2.1. Pengujian Varietas Pada tahun 1984 telah dilakukan pengujian terhadap 20 varietas dan
ketinggian 500 m dpl dan 10 m dpl,
di
Jawa Timur untuk mengetahui respon
masing-masing terhadap suhu tinggi. Sepuluh diantara 20 varietas yang
dilihat pada tabel
klon pada
diuji dapat
1.
Tabel L Uji Varietas di Jatim (Th 1984) Varietas
1.
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
10.
500 m dpl
l0 m dpl
(t/ha)
(t/ha)
27
0 0
100 100
0,33 0,15 0.06 2.50
98 97
97 87
Sebaeo
Conchita Desiree Monstera Katela
2
t5 16 2
t9 t9
Cipanas
Delaware Red Pontiac 77045-88A 1282-17
%o
penurunan
1.6
91
2l
1l
45
22
13
40
10
8
3l
Dari tabel tersebut nampak bahwa pada ketingglan 500 m dpl semua varietas masih dapat membentuk umbi walaupun hasilnya bervariasi antara 2 sedangkan pada ketinggian 10
umbi
di
27 ton/ ha,
m dpl hanya 2 varietas yang mampu menghasilkan
atas 10 ton/ ha. Pada ketinggian 500
menghasilkan umbi di bawah
-
l0 ton/
m dpl hanya 3
varietas yang
ha yaitu Conchita, Katela dan
Klon l2l}-17.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada ketinggian 500 m dpl masih memungkinkan
untuk budidaya kentang, sedangkan pada ketinggian
l0 m dpl sudah tidak cocok
untuk budidaya kentang.
Hasil pengujian yang dilalcukan di rumah kaca di Malang dengan suhu rataruta 35124"C menunjukkan bahwa hanya 6 diantara 31 varietas yang diuji mempunyai bobot umbi diatas 100 gram/stek yaitu Red Pontiac, DTO 28,77A45-5g, Katahdin, Desiree dan Spunta sedangkan lainnya dibawah 100 gram per batang stek.
2.2.Inisiasi Umbi Pada
Tabel2
dan Tabel 3,
ditunjukkan respon kentang terhadap suhu tinggi
kehka saat pembentukan umbi tiba. Semua varietas yang diuji akan mengalami kemunduran saat inisiisi umbi dengan meningkatnya suhu atau menurunnya
3
ketinggian tempat. Pada percobaan di laboratorium dengan suhu normal (23113 "C) inisiasi umbi terjadi pada umur kurang dzn 20 hari, yaitu 18 hari bagi Red Pontiac dan 19 hari bagi Sebago, sedangkan pada suhu tinggi 33123 oC inisiasi teqadi pada umur 24 untuk Red Pontiac dan 28 hari untuk Sebago. Hal tersebut menunjukkan bahwa Red Pontiac lebih toleran terhadap suhu tinggt dibanding Sebago, karena kenaikan suhu 10 oC menyebabkan pengunduran saat inisiasi umbi 7 hari pada Red
Pontiac dan
l0
hari pada Sebago. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil
umbi karena umur pengisian umbi akan berkurang. Karena setiap
varietas
mempunyai saat inisiasi yang berbeda maka tentunya umbi yang dihasilkan juga mempunyai bobot yang berbeda pula.
Tabel2. Pengaruh Suhu Udara Terhadap Inisiasi Umbi (hari) Suhu Sians/ Malam (oC)
Red Pontiac
Sebago
23/13
L7
l8
281t8 33t23
l9
20
24
28
Tabel 3. Pengaruh Tinggi Ternpat Terhadap Pembentukan Umbi (Inisiasi)
----_\_
Tinggi ---_-!empat
Varietas ----\ DTO 28 Cipanas
Aouila C-rxima
500 m
300 m
10m
33
37
45
32 36 36
35
46 56 48
Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa
ubentuk
39 40
di lapang dengan ketinggian
10
m dpl umbi mulai
sesudah umur 40 hari lebih, berarti waktu pengisian umbi amat pendek.
Pada ketinggran 300 m dpl saat inisiasi umbi teqadi pada umur < 40 hari, sehingga
masih memungkinkan untuk memberikan hasil tinggi dengan waktu pengisian > 60
Lri
apabila umur panen 100 hari.
Ersil Umbi
4 nampak bahwa diantara 4 varietas yang diuji hanya 2 pr berproduksi diatas 20 tlha yaitu DTO 28 dan Cipanas, itupun Pada Tabel
hhgsian
500m sedangkan dibawah ketinggian tersebut hasilnya amat rendah.
yang pada
4 Pada tabel 5 nampak bahwa ketiga varietas yang diuji yaitu Desiree, Katela
dan AVRDC semuanya dapat menghasilkan umbi cukup tinggi pada 300 m dpl,
yaitu20 ton/ha atau lebih. Hal tersebut memungkinkan ketiga varietas ditanam pada ketinggian dengan suhu rata-rata 30/18'C. Rendahnya hasil pada ketinggran 600m
dan 900m adalah disebabkan serangan bakteri I'seudomonas solunucearum yang parah, sedangkan di 300m karena tidak ada bakteri, lahan bekas tanaman padi dan adanya irigasi teknis.
Tabel4. Hasil Umbi pada Ketinggian Tempat 500
\--\
*
10 m dpl
Tinssi
___._
\empat Varietas -'\---
500 m
300 m
10m
Rata-rata
24
8
6
13
22
5
4
l0
13
2
I
5
15
4
5
8
l8
5
4
DTO 28 la
Cosima Rata-rata
Tabel5. Hasil Umbi
300-900 m d
Varietas
Katela
900 m :25121oC (Tlekung)
600 m:30/18"C (Mulyo Agung) 300 m :30118"C (Jarnbe Gede) Tab€l 6. Pengaruh Suhu Terhadap Hasil Umbi per Batang Stek i
t I II
Suhu Siang/ Malam ('C)
Red Pontiac
23t13
(srarn/ stek) 126
28t18
110
90
33/23
7l
41
Sebago (pram/stek) 10s
I t*,, percobaan di laboratorium (Tabel 6) menunjukkan bahwa varietas Red Pontiac I mempunyai bobot umbi yang lebih tinggi dibanding Sebago pada suhu 23113'C ] maupun 28/18"C dengan selisih 20 gramlstek, tetapi pada suhu 33lz3"Cselisihnya bahwa Red pon'1iac
-T,ffiI;Jfl[:,#ff:',J";:*',*an
j
'1ebih
5
2.4. Jumlah Umbi
Ada kecenderungan bahwa semakin rendah ketinggian tempat semakin banyak
umbi yang dibentuk. [Ial tersebut dikarenakan munculnya umbi sekunder, yaitu umbi yang fumbuh dari cabang stolon, bukan di ujung stolon dan berukuran kecil. Gejala tersebut diakibatkan oleh kelembaban tanah yang tidak konstan, kekeringan dan suhu tinggr. Pada varietas Cipanas amat tidak dianjurkan karena jumlah umbi
sekunder amat banyak (2<an) sehingga umbinya kecil tidak normal meskipun masih pada ketinggian 500m.
Tabel 7. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Jumlah Umbi 500 m
300 m
10m
Rata-rata
t4
23 38 6 23 22
1,6
DTO 28
ll
Cioanas
24
))
Aquila
t4
8
Cosima Rata-rata
l0
l5
t8
15
28 9
t6
Tabel 8. Persentase Umbi pada Setiap Grading Tinegl tempaU Grade > 50 sr 900
m:
600m: 300
m:
Katela
Desiree
AVRDC
6
2t
30
30-50pr
JJ
30
<30er >50m
60
49
44 25
l6
t4
30-50er <30pr
l9
83
42
25 25
44 44 40
36 46 50
> 50 er
30-50sr <30pr
Pada Tabel
49 26
t6
31 19
8 ditunjukkan bagaimana respon varietas terhadap suhu tinggi dalam
grading. Katela mempunyai umbi berukuran 30-50 gram lebih banyak pada ketinggian
I I L
600m dan 300m, dibanding 900m sehingga cocok untuk menghasilkan kentang bibit. Desiree dan AVRDC pada ketinggian 300m bahkan mempunyai umbi besar lebih
I bu"Vut dibanding Katela, yang menunjukkan bahwa kedua varietas lebih toleran il.v9t rhaaup suhu tinggi. t
I
tI I
rE I f
6
2.5. Kadar bahan kering umbi.
Yang menarik bahwa suhu tinggi menyebabkan kadar bahan kering umbi meningkat sehingga cocok untuk kentang industri, misalkan untuk tepung dan kripik
.
Tabel 9 menunjukkan adanya peningkatan kadar bahan kering pada semua varietas yang diuji dengan semakin rendahnya ketinggian tempat, terutama AVRDC.
Tabel 9. Kadar bahan kering umbi tiga varietas antara 300-900 m dpl. (%) Varietas
900m dpl
600m dpl
300m dpl
Rata-rata
Katela
14,01
14,73
16,95
15,23 a)
Desiree
13,70
14,27
16,47
14,81 a)
AVRDC
lg,l7
20,27
23,12
20.85 b)
Rata-rata
15,63 a)
16,42b)
18,85 c)
3. BUDIDAYA KENTANG DATARAN MEDIUM
[ 3.r. Lingkungan i a) Suhu fersyaratan minimum yang harus dipenuhi untuk penanaman kentang dataran I I medium ialah suhu siang < 30oC, dan suhu ma]am kurang dari 20oC. Apabila suhu I siang terlalu tinggi maka aktifitas fotosintesis akan berkurang karena disertai dengan fotot.tpirasi yang tinggi. Demikian pula suhu malam yang tinggi menyebabkan I fransport gula dari daun ke dalam umbi kecil, sehingga akumulasi pati dalam umbi I 1 rendah. Oleh sebab itu mengapa terjadi penurunan hasil sampai 100%pada varietas I sensitif suhu tinggi karena tidak terjadi transport karbohidrat ke dalam umbi, semrulnya diurai kembali menjadi energi untuk pembentukan daun atau bagian atas I I tanaman. Waktu tanam yang tepht adalah pada bulan Juni - September ketika suhu I rendah (Gambar 1). Kelembaban. I b) Diusahakan kelembaban tanah teqagaterutama waktu pengisian umbi karena t
7
c)'Ianah Untuk dataran medium kesesuain lahan dapat mengacu pada kesesuaian lahan
untuk ubi jalar (Djaenudin dkk, 2000), terutama textur tanah yang gembur dan solum dalam mirip kentang (Lampiran 2 dan 3).
Temperatur Maksimum & Minimum di Abd. Rahman Saleh Malang pada Ketinggian 526 m dpl
eirc T
fi, ,? o E
r-
21
Jul
Agt
sep
Bulan
-:lr-Maksimum -#Minimum
Gambar 1. Grafik Temperatur Maksimum dan Minimum dalam "C di Abdul Rahman Saleh Malang pada ketinggtarL526 m dpl 3.2. Varietas
Varietas yang ditanam
di dataran medium hendaknya dipilih varietas
sudah teryji toleran terhadap suhu tinggi, misalkan Red pontiac, Desiree,
yang
DTo 2g,
Arka, AVRDC (umur panjang), serta varietas baru yang sudah dihasilkan oleh CIP dapat diuii.
8
3.3. Pola Tanam
l. Rotasi Permasalahan utama yang dihadapi petani kentang adalah penyakit dan hama tanaman, terutama bakteri Pseudomonas solanacearum yang sulit dikendalikan oleh bahan kimia. Oleh sebab itu untuk mengurangi kerusakan tersebut perlu dilakukan
rotasi l-2 tahun. Di dataran rendah/ medium kentang dapat dirotasi dengan berbagai tanaman kecuali solanaceae (cabe, tomat, terong) dan yang paling bagus adalah rotasi dengan padi. Untuk mengurangi waktu rotasi yang lama bisa dikombinasikan dengan penggunaan microorganisme antagonis, misalkan Bacillus subtilis dan p
goup fluorescens.
2. Tumpang Sari Tumpang sari antara kentang dengan tanaman lain amat dimungkinkan asalkan besarnya naungan oleh tanaman lain tidak lebih dafr 25% karena umbi kentang akan
berkurang hasilnya. Yang pernah dilakukan adalah tumpang sari dengan tebu saat
tebu baru ditanam atau masih pendek atau dengan jagung asalkan tidak dengan tanaman solanaceae lainnya.
3. Penggunaan Mulsa
Mulsa dapat diberikan untuk menekan tumbuhnya gulma,
menjaga
kelembaban tanah dan mengruangi suhu siang terutama bila menggunakan mulsa plastik perak. Cara tersebut juga sudah banyak digunakan pada tanaman kentang
di
datarantinggi.
4. POTENSI
PENGEMBA}IGAN KENTANG DATARAN MEDIUM Pengembangan kentang di'dataran rendal/ medium amat memungkinkan
dengan beberapa alasan: 1. Potensi
Varietas
Banyak varietas yang sudah ditemukan mampu berproduksi tinggi
di
suhu
tinggi misalnya Arka dan Rektar di srilanka pada suhu 25-30oc mampu berproduksi 18-20 torV ha (Carls, 1978). Dari hasit percobaan penu\is t9g3 membuktikan bahwa varietas Desiree mampu menglrasilkan umbi 24 ton/ ha pada ketinggian 300 m dpl. dengan suhu 30/18"C. Klon AVRDC amat potensial
untuk kentang industri karena mengandung bahan kering 23% pada 300 m dpl, hanya umumya lebih panjang daripada Desiree, tetapi hasilnya bisa > 20 tor/ ha. Varietas DTO 28 juga cocok pada ketingglan 500 m dpl denga:r hasil > 20 tonl ha, demikian juga Red Pontiac, Sebago dan Delaware. Semua varietas tersebut
merupakan varietas tahun 1980an, sehingga sudah bebas (Perlindungan Varietas Tanaman) dan bisa dikembangkan
dari
PVT
di Indonesia.
Teutunya selain varietas-varietas di atas masih banyak varietas baru seperti yang
diintroduksi oleh Balitsar Lembang sebanyak Semua varietas/ klon tersebut perlu
* I aksesi'
diuji kembali di daerah potensial kentang
dataran medium, agar di dapatkan varietas yang tepat di masing-masing daerah.
Dengan adanya bukti bahwa ketinggian tempat mempengaruhi kadar bahan
kering (Tabel 9) maka dataran medium lebih cocok untuk mengembangkan kentang prosesing, misalnya tepung, keripik
d11.
2. Potensi Lahan
Potensi lahan dataran medium amat memungkinkan walaupun harus bersaing dengan tanaman lain misalkan bawang merah, ubi jalar, jagung dan
padi. Tetapi dengan luasan 65.000 ha setiap tahun yang dibutuhkan untuk kentang tidaklah sulit apalagi
di luar Jawa. Harga kentang
yang lebih
menguntungkan dibanding tanaman lain akan memberi motivasi bagi petani
untuk mengembangkannya, apalagt ketersediaan tenaga ke{a yang lebih mudah dan murah dibanding di dataran tinggi.
Hasil pemetaan kasar yang dilatcukan laboratorium GIS Fakultas Pertanian Unibraw menunjukkan potensi pengembangan kentang dataran medium di Jawa Timur. Dari data tersebut didapat kesesuaian lahan berada di daerah agak selatan Jawa timur terutama di Malang Selatan, Situbondo dan
Lumajang (Lampiran 4). Lokasi lebih detail dapat dilah*an apabila disertai dengan survey ke lapang dan pengambilan sampel tanah.
10
Pustaka Acuan
Anonymous. 20A2. Studi Implementasi Pemberdayaan Petani dalam Rangka Pengembangan Pertanian Kota Batu Tahun 2002-2007, Dinas Pertanian Kota Batu bekerj asama dengan Universitas Brawij aya. Anonymous. 2004. Statistik Pertanian. Departemen Pertanian.
Anonymous. 2005. Kini Suara Pabrik Tak Terdengar Lagi. Kompas. 1 Juli 2005. Hal 37.
Carls.
J.
1978. Yield Composition
of the Potato (Sal. Tab) Under Different
Ecologycal Condition in Srilanka. Potato Researoh. 21: 89-103.
Djaenudin. D,. Marwan H. H Subagyo, Ani Mulyani, N. Suharta. 2000. Versi Itr. Padanan Kesesuaian Lahan untuk Kelompok Tanaman Hortikultura. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Litbangtan. Deptan. Wardiyati, 'I. 1982. Hasil dan Pertumbuhan Tiga Varietas Kentang di Tiga Ketinggian tempat, Kab. Malang. Thesis 52. IPB.
T. 1985. Ketahanan Varietas Kentang terhadap Suhu Tinggi. Laporan Proyek Pengembangan IPTEK. DIKTI. DIKNAS.
Wardiyati,
Wardiyati, T. 1990. Pengaruh Suhu Tinggi terhadap Pembentukan Umbi Kentang di Dataran Rendah. Disertasi. IPB.