HUBUNGAN TEMAN SEBAYA, KONSEP DIRI DAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI (Relationships Between Peer, Self Concept and Status Nutrition of Female Adolescent) Ratna Ningsih, Yupi Supartini, Santun Setiawati Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email:
[email protected] ABSTRAK Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Kaum remaja membutuhkan gizi optimal untuk tumbuh kembangnya, namun pada umumnya mereka lebih dipengaruhi lingkungan dan gaya hidup modern yang seringkali mengabaikan unsur gizi seimbang. Pada masa ini pengaruh teman sebaya sangat berperan. Di dalam kelompok sebaya inilah ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya untuk dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya. Remaja putri memiliki perhatian yang besar pada penampilan, salah satunya adalah pada bentuk tubuh. Mereka sering merasa kegemukan, sehingga berusaha untuk membatasi konsumsi makanan secara berlebihan. Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan status gizi remaja. Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan makanan pada remaja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan teman sebaya, konsep diri dengan status gizi pada remaja putri. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian non eksperimental dengan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian ini adalah remaja putri berusia 15 – 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi remaja putri SMA di Jakarta Timur pada umumnya dalam batas normal, karena sebagian besar remaja putri memiliki teman sebaya sebagai tempat curhat dan berdiskusi tentang masalah gizi serta memiliki konsep diri yang positif. Kata kunci: Teman sebaya, konsep diri dan status gizi
ABSTRACT Adolescence is a time of rapid changes in the growth process of physical, cognitive and psychosocial. At the time of physical maturation process, have also been changes in body composition. Teenagers need optimal nutrition for growth and development, but in general they are more influenced by the environment and modern lifestyle that often ignores the element of balanced nutrition. Young women have a greater emphasis on appearance, one of which is in the shape of the body. They often feel overweight, so trying to limit excessive food consumption. Quite a lot of issues that negatively impact the health and nutritional status of adolescents. Little is known about the dietary intake in adolescents. The purpose of this study to look at peer relationships, self-concept and nutritional status of adolescent girls. Research conducted using non-experimental research methods with cross sectional approach. This study population is young women aged 15-18 years. The results showed that the nutritional status of adolescent girls in SMA N 36 Jakarta Timur generally within normal limits, because most of the girls had peers as a place to vent and discuss nutritional issues as well as having a positive self-concept. Keywords : Peer groups, self-concept and nutritional status
44
45
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 44-54
lain yang sejajar dengan dirinya dan
PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa
yang tidak memaksakan sanksi-sanksi
transisi antara masa kanak-kanak dan
dunia
dewasa.
untuk
dihindari. Di luar dirinya, remaja sangat
menjawab pertanyaan siapa aku, untuk
memperhatikan nilai-nilai yang berlaku
apa aku ada, apa yang harus aku
pada lingkungan sebayanya, misalnya
lakukan, kenapa aku begini, dan deretan
dalam
pertanyaan-pertanyaan
yang
bergaul dan berpikir. Dunia teman
mengarah pada “dirinya sendiri” dan
sebaya menjadi ajang pembanding dan
pemahaman tentang diri (sense of self).
bereksplorasi
Oleh karena itu, masa remaja sering
informasi
disebut juga sebagai masa pencarian
konsep dirinya. Ini berarti bahwa positif
identitas
dan
Remaja
diri.
dituntut
lain
Begitu
pentingnya
dewasa
hal
yang
justru
berpakaian,
ingin
berperilaku,
untuk
mendapatkan
mengenai
pembentukan
negatif
teman
sebaya
akan
menemukan siapa dirinya agar ia bisa
berpengaruh pada pembentukan konsep
menuntaskan tugas-tugas perkembangan
diri remaja tersebut.
selanjutnya. Pendefinisian identitas diri ini tidak terlepas dari bimbingan orang tua dan pengaruh lingkungan termasuk pengaruh teman sebaya.
dirinya
Remaja tidak
fisik,
remaja
seseorang
adalah mulai
masa
ketika
memperhatikan
keadaan tubuhnya dan sering gelisah
Pengaruh teman sebaya sangat berperan.
Berkaitan dengan perkembangan
mendefinisikan
tidak ideal. Banyak cara dilakukan oleh
dengan
remaja putri untuk mendapatkan bentuk
menggunakan standar yang ada pada
tubuh yang menurut mereka lebih bagus
dirinya tapi juga melibatkan pihak di
dan menarik. Berawal dari pemikiran
luar
dirinya
Horrocks
hanya
jika mendapati tubuh mereka ternyata
yaitu
dan
teman
sebaya.
inilah, kemudian banyak remaja putri
Benimoff
(1967)
akhirnya terjebak pada pola makan yang
menjelaskan mengenai pengaruh teman sebaya pada masa remaja ini, kelompok sebaya merupakan dunia nyata tempat para remaja menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya inilah ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya untuk dinilai oleh orang
tidak sehat. Periode
remaja
juga
ditandai
dengan pertumbuhan yang cepat (growth spurt) baik tinggi badan maupun berat badannya. Pada periode ini, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh. Growth spurt
46
Ratna Ningsih: Hubungan Teman Sebaya, Konsep Diri Dan Status Gizi Remaja Putri
anak perempuan berkisar antara 10 dan
mengalami perubahan patologis yang
12 tahun, sedangkan anak laki-laki
terlalu dini. Ada tiga alasan mengapa
berkisar antara 12 sampai 14 tahun.
remaja dikategorikan rentan terhadap
Permulaan growth spurt pada anak tidak
masalah gizi; percepatan pertumbuhan
selalu pada umur yang sama melainkan
dan perkembangan tubuh memerlukan
tergantung individualnya. Pertumbuhan
energi dan zat gizi yang lebih banyak;
yang
oleh
perubahan gaya hidup dan kebiasaan
pertumbuhan aktivitas fisik sehingga
makan menuntut penyesuaian masukan
kebutuhan zat gizi akan meningkat pula.
energi dan zat gizi; serta kehamilan,
cepat
biasanya
diiringi
Penelitian membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk
keikutsertaan dalam kegiatan olahraga, kecanduan alkohol dan obat terlarang dapat meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.
mempertahankan keadaan gizi yang
Kecemasan akan bentuk tubuh
sudah didapat atau membuat gizinya
membuat remaja sengaja tidak makan,
menjadi lebih baik. Dengan demikian,
tidak jarang berujung pada masalah
kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam
kejiwaan, namun terkait dengan masalah
masa
konstan,
gizi seperti “anoreksia nervosa” yaitu
kecuali jika terjadi kelainan-kelainan
kehilangan nafsu makan yang berat dan
pada
dan
parah disertai oleh amenorrhea kronis.
sebagainya. Sehingga mengharuskan dia
Anoreksia terkait dengan penyusutan
mendapatkan kebutuhan zat gizi yang
berat badan serta gangguan ovarium.
dewasa
cenderung
tubuhnya,
seperti
sakit
lebih dari biasanya.
Status
Salah satu masalah serius yang menghantui
dunia
saat
ini
adalah
gizi
dapat
ditentukan
melalui
pemeriksaan
laboratorium
maupun
secara
antropometri.
konsumsi makanan olahan (fast food),
Kekurangan kadar hemoglobin atau
seperti yang ditayangkan diberbagai
anemia ditentukan dengan pemeriksaan
media elektronik dan cetak secara
darah. Antropometri merupakan cara
berlebihan. Kegemaran pada makanan
penentuan status gizi yang paling mudah
olahan yang mengandung zat kimia
dan murah. Indeks Masa Tubuh (IMT)
(pengawet) ini menyebabkan remaja
direkomendasikan
sebagai
indikator
47
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 44-54
yang baik untuk menentukan status gizi
hanya
remaja. Banyak penelitian yang telah
(terutama sarapan) dengan alasan sibuk,
dilakukan
tetapi
remaja
menunjukkan
kelompok
menderita/mengalami
banyak
melewatkan
juga
waktu
terlihat
mengunyah
makan
sangat
senang
junk food (Johnson dkk,
masalah gizi. Masalah gizi tersebut
1994). Disamping itu, kekhawatiran
antara lain anemia dan IMT yang kurang
menjadi gemuk telah memaksa mereka
dari batas normal atau kurus. Prevalensi
untuk mengurangi jumlah makanan yang
anemia berkisar antara 40 – 80 %,
seharusnya disantap (Brownel KD dan
sedangkan prevalensi remaja dengan
Rodin J, 1994).
IMT kurus berkisar antara 30 – 40 %. Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja,
makanan
merupakan
suatu
kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan
perkembangan
tubuhnya.
Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh
Berdasarkan kajian tersebut diatas maka masalah yang akan diteliti adalah hubungan teman sebaya, konsep diri dan asupan
gizi
Sedangkan
pada
remaja
hipotesisnya
putri.
adalah
ada
hubungan antara variabel independen (teman sebaya dan konsep diri) dengan variabel dependen (asupan gizi remaja putri). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan teman sebaya, konsep diri dengan status gizi pada remaja putri METODE Penelitian
yang
dilakukan
terganggu. Kecukupan gizi merupakan
menggunakan metode penelitian non
kesesuaian baik dalam hal kualitas
eksperimental dengan pendekatan cross
maupun kuantitas zat-zat gizi sesuai
sectional,
dengan kebutuhan tubuh.
penelitian hanya sesaat / memotret /
Tidak
sedikit
survey
yang
mencatat ketidakcukupan asupan zat gizi para remaja. Daniel dalam Arisman (2002) menyatakan bahwa hampir 50% remaja tidak sarapan. Mereka bukan
potong
artinya
lintang
pengukuran
/
terhadap variable
dependen (status gizi remaja putri: IMT, berat badan, dan tinggi badan) dengan variable
independen
(karakteristik
individu, teman sebaya dan konsep diri). Penelitian
dilaksanakan
pada
bulan
48
Ratna Ningsih: Hubungan Teman Sebaya, Konsep Diri Dan Status Gizi Remaja Putri
Desember 2013. Penelitian dilakukan
(IMT) remaja putri di SMA N 36
pada anak SMAN 36 Jakarta Timur
Jakarta Timur.
dengan populasi berjumlah 547 orang.
Responden berjumlah 242 orang,
Sampel penelitian yang diperoleh adalah
responden yang paling muda berusia
242 responden sesuai dengan rumus
15 tahun dan yang paling tua berusia
Slovin.
18
Pengukuran
Responden
terbanyak
penelitian
berusia 17 tahun yaitu 104 orang.
dilakukan dengan menggunakan alat
Uang saku reponden terbanyak adalah
ukur lembar kuesioner dan pengukuran
dua puluh ribu rupiah per hari
antropometri
IMT).
sebanyak 96 orang, dan responden
Pelaksanaan penelitian diawali dengan
yang memiliki orang tua dengan
melakukan penjelasan tentang tujuan
penghasilan berkisar antara dua juta
penelitian dan cara mengisi kuesioner.
hingga lima juta rupiah per bulan
Pengumpulan data dilakukan dengan
sebanyak 149 responden.
membagikan kuesioner kepada remaja
Responden yang memiliki status gizi
putri di SMA N 36 Jakarta Timur, dan
(IMT) normal sebanyak 222 dan yang
dilakukan langsung oleh peneliti dibantu
memiliki teman sebaya sebanyak 241.
oleh tenaga teknis yaitu guru BP yang
Sebanyak 123 responden memiliki
bertugas
pengetahuan
di
pengetahuan
variabel
tahun.
(BB,
TB
SMA
dan
tersebut.
dikumpulkan
Data
tentang
gizi,
200
melalui
responden biasa sarapan pagi sebelum
kuesioner, sementara data berat badan
beraktivitas, dan 221 responden tidak
dikumpulkan
mengkonsumsi obat diet. Sebanyak
melalui
pengamatan
langsung (penimbangan berat badan).
220
responden
menyatakan
Tahap selanjutnya adalah pengolahan
penampilan fisik itu penting dan 139
data.
responden menyatakan puas dengan penampilan fisiknya.
HASIL Dan PEMBAHASAN
2. Analisis Bivariat
1. Analisis univariat Dilakukan
mengetahui
mengetahui hubungan satu variabel
karakteristik responden remaja putri
bebas dengan satu variabel terikat,
yang berusia 15 – 18 tahun, gambaran
yang dilakukan dengan uji
tentang status nutrisi (IMT) remaja
Square.
putri
untuk
Analisis bivariat dilakukan untuk
dan
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan status nutrisi
Chi
49
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 44-54
2.1. Hubungan Usia dengan Status Gizi
2.2. Hubungan Tingkat Pendidikan
(IMT)
dengan Status Gizi (IMT)
Terdapat perbedaan proporsi antara
Terdapat perbedaan proporsi antara
responden yang berusia 17 - 18
responden di kelas XI - XII dengan
tahun
dengan responden yang
responden di kelas X terhadap
berusia
15 - 16 tahun terhadap
status gizi (IMT), dan dari hasil uji
status gizi (IMT), namun dari hasil
statistik menunjukkan tidak ada
uji statistik menunjukkan tidak
hubungan yang bermakna antara
terdapat perbedaan bermakna antara
pendidikan
yang berusia 17 - 18 tahun dan yang
(IMT).
berusia 15 - 16 tahun dengan status gizi (IMT). Dengan kata lain dapat dinyatakan
bahwa
tidak
ada
hubungan antara usia dengan status gizi (IMT).
dengan
status
gizi
Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa remaja putri di kelas XI -XII memiliki peluang 1,675 kali untuk memiliki status gizi (IMT) normal dibandingkan dengan remaja putri
Hasil analisis juga memperlihatkan
di kelas X. Hal ini sejalan dengan
bahwa remaja yang berusia 17 – 18
hasil penelitian Hidayat (2004)
tahun memiliki peluang 1,230 kali
dalam
untuk memiliki status gizi (IMT)
menyatakan bahwa semakin tinggi
normal dibandingkan dengan yang
pendidikan
berusia 15 - 16 tahun. Faktor umur
mudah seseorang dalam menerima
mempengaruhi pengetahuan remaja,
informasi. Kondisi ini tidak sejalan
khususnya mengenai pengalaman
dengan teori yang dikemukakan
remaja sehingga dengan perbedaan
oleh
usia remaja putri berbeda pula
tingkat pendidikan yang tinggi tidak
pengalamannya.
menjamin
Hal
ini
sesuai
Fitriadini
(2010)
seseorang
Benyamin
semakin
Bloom
remaja
yang
bahwa
putri
dengan pendapat Noor (2000) yang
memberikan
dikutip oleh Mirzal Tawi (2008)
stimulus
bahwa
muncul motivasi untuk berperilaku
perbedaan
dipengaruhi tersebut.
oleh
pengalaman usia
individu
baik
respon
untuk
sehingga
dalam
terhadap tidak
menjaga
akan
status
nutrisinya. Dengan demikian dapat disimpulkan pendidikan
bahwa formal
tingkat merupakan
50
Ratna Ningsih: Hubungan Teman Sebaya, Konsep Diri Dan Status Gizi Remaja Putri
faktor yang mempengaruhi tingkat
mengkonsumsi
pengetahuan manusia
sesuai dengan kecukupan gizi yang
2.3.Hubungan Uang Saku dengan Status Gizi (IMT)
dianjurkan. responden
yang
Sebagian dengan
besar
uang
saku
kurang dari dua puluh ribu rupiah
Terdapat perbedaan proporsi antara
membawa
responden dengan uang saku diatas
sehingga
dua puluh ribu rupiah per hari
terpenuhi.
dengan
makanan
responden
yang
uang
sakunya di bawah dua puluh ribu rupiah per hari terhadap status gizi
bekal
dari
kebutuhan
rumah
zat
gizi
2.4. Hubungan Penghasilan Orang Tua dengan Status Gizi (IMT)
(IMT), namun dari hasil uji statistik
Terdapat perbedaan proporsi antara
menunjukkan tidak ada hubungan
responden yang mempunyai orang
yang bermakna antara uang saku
tua dengan penghasilan dua juta
responden dengan status gizi (IMT).
rupiah lebih dengan responden yang
Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa remaja putri dengan uang saku dua puluh ribu rupiah lebih per hari memiliki peluang 0,578 kali untuk memiliki status gizi (IMT) normal
dibandingkan
dengan
remaja putri dengan uang saku
mempunyai
orang
tua
dengan
penghasilan kurang dari dua juta rupiah dengan status gizi (IMT). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
penghasilan
orang
tua
dengan status gizi (IMT).
kurang dari dua puluh ribu rupiah
Hasil analisis juga memperlihatkan
per
bahwa
hari.
Tidak
ditemukannya
remaja
yang
tua
dengan
perbedaan status gizi antara remaja
mempunyai
putri dengan uang saku dua puluh
penghasilan dua juta rupiah lebih
ribu rupiah lebih per hari dengan
memiliki peluang 1,011 kali untuk
remaja putri dengan uang saku
memiliki
kurang dari dua puluh ribu rupiah
dibandingkan dengan remaja putri
per
ini.
yang mempunyai orang tua dengan
Berdasarkan kajian kepustakaan,
penghasilan kurang dari dua juta
faktor yang mempengaruhi status
rupiah.
gizi (IMT) antara lain dengan
faktor yang menentukan kuantitas
hari
pada
penelitian
orang
putri
status
Pendapatan
gizi
(IMT)
merupakan
51
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 44-54
dan
kualitas
dikonsumsi.
makanan Semakin
yang tinggi
sebaliknya akan merasa sangat tertekan
dan
cemas
apabila
pendapatan maka semakin besar
dikeluarkan dan diremehkan oleh
peluang untuk memilih pangan
kawan-kawan
yang baik. Penurunan daya beli
remaja, pandangan kawan-kawan
akan menurunkan kuantitas dan
terhadap dirinya merupakan hal
kualitas konsumsi pangan serta
yang paling penting.
aksesibilitas pelayanan kesehatan (Sukandar, 2007).
sebayanya.
2.6. Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi dengan Status Gizi (IMT)
2.5.Hubungan Teman Sebaya dengan Status Gizi (IMT)
Terdapat perbedaan proporsi antara responden yang terpapar informasi
Terdapat perbedaan proporsi antara
dari
responden yang memiliki teman
responden
yang
sebaya
informasi
terhadap
tidak
dengan responden yang memiliki
Bagi
teman
teman
sebaya
dengan
tidak
terpapar
status
gizi
sebaya
(IMT), namun dari hasil uji statistik
terhadap status gizi (IMT), namun
menunjukkan tidak ada hubungan
dari hasil uji statistik menunjukkan
yang bermakna antara pengetahuan
tidak ada hubungan yang bermakna
tentang gizi dengan status gizi
antara teman sebaya dengan status
(IMT).
gizi (IMT).
Hasil analisis juga memperlihatkan
Hasil analisis juga memperlihatkan
bahwa remaja putri yang terpapar
bahwa responden yang memiliki
informasi memiliki peluang 0,833
teman sebaya memiliki peluang
kali untuk memiliki status gizi
1,090
kali untuk memiliki status
(IMT) normal dibandingkan dengan
gizi (IMT) normal dibandingkan
remaja putri yang tidak terpapar
dengan
responden
yang
tidak
informasi.
Remaja
putri
informasi dari teman sebaya dan
kuat
media sosial lainnya. Data ini
untuk disukai dan diterima kawan
menunjukkan bahwa peran teman
sebayanya
kelompoknya.
sebaya masih sangat besar dalam
Sebagai akibatnya, mereka akan
penyebarluasan informasi tentang
merasa senang apabila diterima dan
gizi
memiliki
teman.
memiliki
kebutuhan
atau
yang
Responden
seimbang.
menerima
Kurangnya
52
Ratna Ningsih: Hubungan Teman Sebaya, Konsep Diri Dan Status Gizi Remaja Putri
informasi, kurangnya motivasi, dan
makan siang selanjutnya. Hal yang
masih kurangnya program-program
perlu dicatat bahwa sebagian besar
pengenalan
penyuluhan
studi yang mengatakan manfaat
mengenai gizi pada remaja putri
sarapan pagi untuk menurunkan
yang dilakukan oleh pemerintah
berat badan, adalah sarapan sehat
maupun oleh pihak-pihak terkait
yang mengandung protein atau biji-
menyebabkan masih banyak remaja
bijian sebagai makanan sehat untuk
putri
diet, bukan makanan yang sarat
yang
dan
tidak
memahami
pentingnya gizi seimbang.
dengan lemak dan kalori. Banyak
2.7. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi (IMT)
penelitian yang juga menunjukkan bahwa
ketika
sarapan
sereal
Terdapat perbedaan proporsi antara
merupakan
responden dengan
yang
responden
hasil
hari,
hidup
sehat
pagi
keseluruhan, yang berperan dalam
yang
tidak
menjaga berat badan yang sehat.
tentang sarapan pagi dan status gizi, dari
pola
setiap
sarapan
sarapan pagi terhadap pengetahuan
namun
mengkonsumsi
uji
statistik
2.8. Hubungan Mengkonsumsi Obat Diet dengan Status Gizi (IMT)
menunjukkan tidak ada hubungan
Terdapat perbedaan proporsi antara
yang bermakna antara sarapan pagi
responden
dengan status gizi (IMT).
obat diet dengan responden yang
Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa remaja putri yang mendapat sarapan pagi memiliki peluang 0,506 kali untuk memiliki status gizi (IMT) normal dibandingkan dengan remaja putri yang tidak
tidak
yang
mengkonsumsi
mengkonsumsi
obat
diet
terhadap status gizi (IMT). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara mengkonsumsi obat diet dengan status gizi (IMT).
sarapan pagi. Banyak penelitian
Hasil analisis juga memperlihatkan
yang menunjukkan bahwa sarapan
bahwa
yang sehat bisa mengurangi rasa
mengkonsumsi obat diet memiliki
lapar sepanjang hari dan akan
peluang 2,000 kali untuk memiliki
membantu
status
seseorang
untuk
membuat pilihan yang baik untuk
remaja
gizi
putri
(IMT)
yang
normal
dibandingkan dengan remaja putri
53
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 44-54
yang tidak mengkonsumsi obat diet.
baik
Penelitian
tersebut.
menunjukkan
bahwa
perilaku
konsumsi
orang
beberapa obat pelangsing alami (herbal) telah terbukti membantu pria dan wanita menghilangkan
SIMPULAN 1. Hampir
keseluruhan
responden
lemak bahkan dengan beberapa
memiliki teman sebaya sebagai teman
kondisi yang mendasari misalnya
curhat, main, diskusi dan melakukan
diabetes, hipotiroidisme, obesitas
berbagai kegiatan aktivitas. Hasil
dan lain-lain.
analisis menunjukkan bahwa ada
2.9. Hubungan Konsep Diri dengan Status Gizi (IMT) Terdapat perbedaan proporsi antara responden yang memiliki konsep diri positif
dengan
memiliki
responden
konsep
diri
yang negatif
terhadap status gizi (IMT). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara konsep diri (body image) dengan status gizi (IMT). Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa remaja putri yang memiliki konsep diri yang positif memiliki peluang 2,159 kali untuk memiliki status
gizi
(IMT)
normal
dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki konsep diri yang negatif. Penelitian Handayani (2009) menyatakan berpengaruh
bahwa secara
konsep
diri
signifikan
terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dengan semakin baik konsep diri seseorang, maka akan semakin
sebanyak 121 (91,7%) remaja putri yang memiliki teman sebaya dengan status nutrisi (IMT) normal. 2. Sebagian besar responden memiliki konsep
diri
yang
positif.
Hasil
analisis menunjukkan bahwa terdapat 131 orang (94,2 %) dari 139 remaja putri yang memiliki konsep diri positif mempunyai status gizi (IMT) normal. 3. Sebagian besar responden yaitu 222 (91,7%) memiliki status gizi (IMT) normal. Saran
yang
dapat
diberikan
berdasarkan hasil penelitian adalah bagi petugas kesehatan khususnya agar lebih meningkatkan
pengenalan
atau
pembelajaran kepada remaja putri agar mereka lebih mengerti dan lebih peduli terhadap masalah gizi sebagai bagian dari
pelayanan
dilaksanakan meningkatkan
kesehatan
yang
terpadu
untuk
secara
pengetahuan
tentang gizi seimbang.
remaja
Ratna Ningsih: Hubungan Teman Sebaya, Konsep Diri Dan Status Gizi Remaja Putri
DAFTAR RUJUKAN Anonim. 1995. Eating disorder in adolescent: A position paper of the society for adolescent medicine. Journal of adolescent health. 1995;16:476-480. Anonim. 2003. http://digilib.litbang.depkes.go.id./ go.php?id-jkpkbppk.gdl.res. Permaisih-886-gizi. Diakses tanggal 7 Maret 2013. Anonim. 2003. http://www.pontianakpost,com/ber ita/index.asp?Beritakonsultasi&id – 145080. Diakses tanggal 7 Maret 2013. Anonim.2012.http://id.wikipedia.org/w/i ndex.php?title=Bulimia_nervosa& oldid=5410465. Diakses 16 April 2012. Anonim. 2013.http://forum.kompas.com/kel uarga/266257-alasan-kenapaanda-harus-sarapan-pagi.html. Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Arisman. 2007. Gizi dalam Kehidupan. Jakarta: EGC
54
Daur
Bagian Ilmu Kesehatan Anak. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI Chaplin, J.P. 2005. Dictionary Psychology.Terjemahan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moore, Mary Courtney. 1997. Terapi Diet dan Gizi. Jakarta: Hipokrates. Pratiknyo, Ahmad Watik. 2003. DasarDasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Santrock, J W. 2007. Remaja Edisi 11 Jilid 2. Jakarta : Erlangga
WHO.2005. Nutrition for Health and Development. WHO: Geneva
