1
HUBUNGAN PENGETAHUAN, TEMAN SEBAYA DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh : ASMAUL HUSNA J1A1 12 017
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2016
2
3
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbilaalamiin, Subhanallahi wabihamdih wasubhanallahiladzim,tiada kata yang paling pantas diucapkan selain beribu rasa syukur yang memenuhi seluruh jiwa penulis yang lemah tanpa daya atas segala nikmat dan kehendak-Nya. Jika bukan karena rahmat, kehendak, hidayah dan karunia-Nya, maka tentulah tugas akhir ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda kekasih Allah, Rasulullah Muhammad SAW sebagai pendidik terbaik sepanjang peradaban manusia. Hasil Penelitian ini berjudul “Hubungan Pengetahuan, Teman Sebaya dan
Status Ekonomi dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan penelitian ini tidak terlepas karena adanya bantuan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, penghargaan dan penghormatan kepada Ibu Hariati Lestari, S.KM, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Karma Ibrahim,S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan positif kepada penulis. Ucapan terima kasih, penghormatan, dan penghargaan yang setinggitingginya pula kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta H. Alias dan
v
Ibunda tercinta Hj. Kasmawati yang telah melahirkan, merawat dan mendidik memberikan segalanya yang tak akan mungkin dapat tergantikan, serta selalu memberi dorongan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Terimakasih kepada adik ku tersayang Mufaiz serta semua keluarga yang telah memberikan rasa kasih sayang, kebahagiaan dan motivasi untukku. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada: 1. Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. 3. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. 4. Koordinator Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. 5. Seluruh dosen pengajar yang dengan sepenuh hati memberikan banyak pengetahuan selama perkuliahan dan staf pengelola Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluoleo. 6. Ibu Hariati Lestari, S.KM., M.Kes dan Ibu Karma Ibrahim, S.KM., M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan banyak pengetahuan, saran dan motivasi kepada penulis. 7. Bapak Drs.H.Junaid,M.Kes, Bapak Lymbran Tina S.KM.,M.Kes, dan Bapak Ainurafiq, S.KM.,M.Kes selaku penguji yang telah memberikan banyak pengetahuan, saran, serta memberikan motivasi kepada penulis. 8. Kepada kepala Dinas Sosial, tenaga kerja dan transmigrasi dan seluruh staf-staf yang telah banyak membantu dalam pengambilan data maupun penelitian. 9. Sahabat-sahabatku : Nursasmita Ningsih, S.KM, Desi Arwanti,S.KM Diah Winda,
S.KM,
Destri
muliastri,
vi
S.Si,
Tiara
Hastuti,
S.KM,
F
10. iola Finanda Kasih, S.KM, Putri Puspitasari, S.KM, Rathi Dewi Anggreni, S.KM,
Ismawati,
S.KM,
Dita
Anugrah
Pratiwi,
S.KM,
Ardillah
Fauziah,S.KM, Dina Wunari Waode,S.KM, Muh. Ichwan,S.KM, Rama, Umul, Ririn. 11. Ashar, S.IK yang banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis. 12. Epid.com 2012 : Wulan, Antin, Ainun, Anto, Ezar, Asli, Kiki, Yus, Atun, Ece, Evi, Irma, Ayu, Ruri, Janira, Uki, Abi, Suci,Dandara, Herawati, Obin, Jaya, Eka, Ana, Nuzi, Cuni, Alfin, Iin,Liza. 13. Teman-teman PBL Tinanggea : Fiola, Desi, Isma, Ira, Fitri, Arnis, Dina, Nandra, Nasrul, Ririn, Darwin, Mono. 14. Teman-teman KKN : Kak Salwa, Kak Dano, Selvi, Rani, Kak Iwan, amrin, Zul, Sukrin dan Mushlin . 15. Seluruh teman-teman angkatan 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang selama ini bersama-sama menempuh ilmu di Kesmas. Akhirnya doa dan harapanku semoga Tuhan memberikan limpahan Rahmat dan berkah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan pada program Strata Satu (S1) di Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluoleo. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa, negara dan agama. Kendari,
Juni 2016
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGAJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
xiv
ABSTRAK ABSTRACT
xv xvi
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitin E. Organisasi/Sistematika II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Ngelem B. Tinjauan Umum Tentang Anak Jalanan C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan, teman Sebaya, dan Sosial ekonomi D. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya E. Kerangka Konsep F. Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Lokasi dan waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif E. Metode Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data
viii
1 7 7 8 8 9 13 17 28 32 33 34 34 34 35 38 38 39
ix
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian B. Hasil Penelitian C. Pembahasan V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
41 46 56 65 65 68 72
x
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1.
Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya
28
2.
Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif Penulisan
35
3.
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Kendari
46
4.
Jumlah Puskesmas Menurut Kecamatan di Kota Kendari
46
Tahun 2014 5.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada
47
Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 6.
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada
47
Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 7.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
48
pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 8.
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Ngelem pada
49
Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 9.
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap
50
Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 10.
Distribusi Responden Berdasarkan Teman Sebaya Terhadap
50
Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 11.
Distribusi
Responden
Berdasarkan
Status
Ekonomi
51
Terhadap Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 12.
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ngelem Pada
52
Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 13.
Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Ngelem Pada
53
Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 14.
Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016
x
54
xi
DAFTAR GAMBAR
No. 1. Kerangka Teori 2. Kerangka Konsep 3. Peta Administrasi Kota Kendari Tahun 2015
xi
Halaman 32 33 43
xii
DAFTAR LAMPIRAN No. 1.
Informed Consent (Persetujuan menjadi responden)
73
2.
Koesioner Penelitian
74
3.
Master table
78
4.
Print out SPSS
80
5.
Surat Izin dari FKM UHO
87
6.
Surat izin dari BALITBANG Prov. Sulawesi Tenggara
88
7.
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
89
8.
Dokumentasi
90
xii
xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang dan Singkatan BNN Dinsos EGG IQ Kemenkes Komnas PA LAD Fly Napza PMKS UNICEF WHO
Arti dan Keterangan Badan Narkotika Nasional Dinas Sosial Elektro Ensefalo Grafik Intelligence Quotience Kementrian kesehatan Komisi Nasional Perlindungan Anak Lysergic Acid Diethyilamide Mabuk Narkotika, Sikotropika, dan Zat Adiktif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial United Nations International Children’s Emergency Fund World Health Organization
xiii
xiv
HUBUNGAN PENGETAHUAN, TEMAN SEBAYA DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2016
Oleh :
ASMAUL HUSNA J1A1 12 017
ABSTRAK Anak adalah aset bangsa dan bagian dari generasi muda yang berperan sangat strategis, yaitu sebagai pewaris (successor) bangsa, penerus cita-cita perjuangan bangsa, sekaligus sebagai potensi sumber daya manusia dalam perkembangan nasional. Anak jalanan merupakan kelompok yang rentan dalam melakukan perilaku berisiko terhadap kesehatan seperti perilaku ngelem. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan, teman sebaya dan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam penelitian adalah anak jalanan Kota Kendari dan sampel dalam penelitian ini adalah anak jalanan Kota Kendari sebanyak 49 anak. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampling jenuh. Analisis data menggunakan uji chi squeare dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 67,3% anak jalanan memiliki perilaku ngelem dengan uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan (ρValue=0,826 > α) dengan perilaku ngelem pada anak jalanan, dan terdapat hubungan antara teman sebaya (ρValue=0,001< α), terdapat hubungan status ekonomi (ρValue =0,025) dengan perilaku ngelem pada anak jalanan yang memiliki kategori kekuatan hubungan sedang. Kata Kunci:
Perilaku, Ngelem, Anak Jalanan Pengetahuan, Teman Sebaya, Status Ekonomi.
xiv
xv
THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE, PEER FRIEND AND ECONOMIC STATUS WITH ‘‘NGELEM’’ BEHAVIOR OF STREET CHILDREN IN KENDARI MUNICIPALITY IN 2016
By: ASMAUL HUSNA J1A1 12 017
ABSTRACT Children are nation’s asset and part of the young generation which have very strategic role as successor of nation, successor to the ideals of nation struggle, also as the potential of human resources in national development. Street children is a susceptible group to do risky behavior towards health such as ‘‘ngelem’’ behavior (inhale the glue). The purpose of this study was to determine the correlation between knowledge, peer friend and economic status with ‘‘ngelem’’ behavior of street children in Kendari Municipality in 2016. Type of study was an analytic survey by cross sectional study. Population in this study was street children in Kendari Municipality and samples in this study were street children in Kendari Municipality as many as 49 children. The sampling was done by saturated sampling method. Data analysis used chi square test with confidence interval of 95% (α=0.05). The results showed that 67.3% of street children had ‘‘ngelem’’ behavior with statistical test showed that there was no correlation between knowledge (ρvalue=0.826>α) with ‘‘ngelem’’ behavior of street children, there was correlation between peer friend (ρvalue=0.001<α) and economic status (ρvalue=0.025) with ‘‘ngelem’’ behavior of street children which had category strength of the correlation was moderate. Keywords: Behavior, Ngelem, Street Children, Knowledge, Peer Friend, Economic Status.
xv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Anak adalah aset bangsa dan bagian dari generasi muda yang berperan sangat strategis, yaitu sebagai pewaris (successor) bangsa, penerus cita-cita perjuangan bangsa, sekaligus sebagai potensi sumber daya manusia dalam perkembangan nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara serta disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah (Mulyadi, 2013). Berdasarkan data dari UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund), jumlah anak jalanan di dunia pada tahun 2008 mencapai angka 100 juta anak. Departemen sosial memperkirakan jumlah anak jalanan di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 232.000 anak yang tersebar di setiap wilayah padat penduduk terutama di kota-kota besar di Indonesia (Setyadani, 2013). Jumlah anak jalanan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 ada 8 ribu anak jalanan, jumlah ini meningkat 50 % pada tahun 2009 menjadi 12 ribu anak. Tahun 2010 terdapat 5,4 juta anak terlantar sebanyak 232 ribu diantaranya merupakan anak jalanan yang terbagi atas 3 kelompok yakni kelompok anak-anak yang seluruh hidupnya di
1
2
jalanan, kelompok anak yang 4-5 jam di jalanan dan kelompok anak yang mendekati jalanan (Komnas PA, 2010). Jumlah anak jalanan di Kota Kendari yang terjaring razia di Dinas Sosial kota Kendari pada tahun 2011 adalah 20 anak, meningkat pada tahun 2012 yaitu sebesar 21 anak, terus meingkat pada tahun 2013 dengan jumlah 24 anak, pada tahun 2014 menigkat secara signifikan sebesar 41 anak, pada tahun 2015 terus meningkat menjadi 49 anak yang terjaring razia (Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigarsi, 2016). Anak jalanan merupakan kelompok yang rentan dalam melakukan perilaku berisiko terhadap kesehatan. Kelompok umur remaja merupakan bagian terbesar dari kelompok anak jalanan sehingga masalah kesehatan pada anak
jalanan
masalah
perilaku
remaja
yaitu
kebiasaan
merokok,
menggunakan napza, perilaku seksual berisiko, dan masalah kesehatan reproduksi seperti infeksi menular Seksual dan HIV-AIDS (Kemenkes RI, 2010). Studi yang dilakukan diseluruh dunia sesuai data United Nation Office on Drugs And Crime (2012), menunjukkan bahwa terdapat kurang dari 10% dari penduduk pada usia remaja umumnya menggunakan inhalen (uap yang dihirup dari Zat Adiktif). Inhalen adalah suatu zat adiktif yang tergolong Napza yakni bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi
tubuh
terutama
otak/susunan
saraf
pusat,
sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi).
3
Berdasarkan data Badan narkotika nasional (BNN), sekitar 1,99 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia merupakan pengguna narkoba dengan perkiraan pengguna mencapai 2,56 % pada tahun 2013 dan rentang usia pengguna narkoba tersebut adalah 10-59 tahun. Remaja yang di kategorikan sebagai pengguna narkoba di Indonesia sekitar 14.000 orang yang diakukan oleh badan narkotika nasional (BNN) tahun 2011 adalah pengguna narkoba yang paling banyak dan pengguna narkoba pertama kali rata-rata pada usia 16 tahun serta jenis narkoba yang dipakai adalah ganja, ekstasi, sabu, dan ngelem ( Asti,2014 dalam Candra, 2015). Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010, jenis narkoba yang satu tahun terakhir dipakai oleh pengguna yaitu zat yang sengaja dihirup sampai mabuk (fly) di Perkotaan Nasional adalah sebanyak 35,3%. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010, pola konsumsi narkoba pada anak jalanan tahun 2004 yang pernah pakai lem (Aica, Aibon, UHU) yaitu sebanyak 4,0% kemudian meningkat menjadi 4,8%. pada tahun 2008. Berdasarkan Laporan Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Kendari bahwa pada tahun 2015, terdapat 11 anak jalanan yang terjaring razia telah melakukan aktivitas ngelem dan mumbul. Lem Aica aibon yang digunakan untuk ngelem merupakan napza yang sangat mudah didapat karena keberadaannya legal (sebagai lem). Hal ini yang menyebabkan penyalahgunaan pemakaian lem ini sangat cepat jalanan (Dinsos 2016).
perkembangannya terutama di dunia anak
4
Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997, menyatakan bahwa zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikomsumsi oleh organisme hidup dapat mengakibatkan kerja biologi, serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan atau efek ingin menggunakannya secara terus menerus, yang jika dihentikan mendapat efek lelah yang luar biasa atau rasa sakit luar biasa (Kasim, 2013). Penyalahgunaan Napza biasa didasari atas beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi penyalahguna Napza. Pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar. Pertama, sebab-sebab yang berasal dari faktor individu seperti pengetahuan, sikap, kepribadian, jeins kelamin, usia, dorongan kenikmatan, perasaan ingin tahu, dan untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Kelompok kedua berasal dari lingkungannya seperti pekerjaan, ketidakharmonisan keluarga, status ekonomi, dan kelompok teman sebaya (Badri M, 2013 dalam Sholihah, 2013). Perilaku menghisap lem merupakan bentuk perilaku menyimpang. Lem yang merupakan bahan untuk perekat suatu benda, disalahgunakan oleh anak jalanan untuk perbuatan yang melanggar norma dan nilai tertentu. Menghisap lem adalah menghirup uap yang ada dalam kandungan lem tujuannya untuk mendapatkan sensasi tersendiri (Chomariah, 2015). Adapun lem yang digunakan oleh anak-anak jalanan untuk melakukan aktifitas ngelem tersebut adalah lem plastik, lem perabotan atau lem alat rumah tangga. Umumnya efek akut bahan ini serupa dengan inhalasi ether atau mitrous oxyda (obat anastesi/bius umum) yang berupa euphoria ringan,
5
mabuk, pusing kepala tapi masih dapat mengontrol pendapatnya. Sesudah itu ia akan merasa bahwa dirinya tenang, namun pada akhirnya tidak jarang melakukan tindakan anti-sosial dan tindakan impulsif dan agressif (Mulyadi, 2013). Bahaya yang diakibatkan oleh pemakaian lem aibon tersebut dapat bermacam-macam dan terkadang pecandunya kebanyakan tidak mengetahui organ tubuh mana saja yang dapat terserang. Bahayanya tidak hanya menyerang organ tubuh seperti otak, jantung dan paru-paru, bahkan virus pun akan lebih mudah masuk kedalam tubuh mereka. Tidak hanya menyerang fisik, melainkan mental, emosional dan spiritual mereka pun akan terganggu. (Kasim, 2013) Inhalan/ngelem dapat disertai dengan banyak efek merugikan yang serius. Efek merugikan yang paling serius adalah kematian, yang dapat disebabkan oleh depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksia, aspirasi muntah atau kecelakaan atau cedera (sebagai contohnya, terintoksikasi inhalan saat mengendarai
kendaraan).
Peristiwa
merugikan
serius
lainnya
yang
berhubungan dengan penggunaan inhalan jangka panjang adalah kerusakan hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot permanen yang disertai dengan rabdomiolisis. Kombinasi pelarut organic dan konsentrasi tembaga, seng, dan logam berat yang tinggi telah disertai perkembangan atrofi otak, epilepsy lobus temporal, penurunan nilai intelegensia (Intelligence Quotience :
IQ)
dan
berbagai
perubahan
Elektro
Ensefalo
Grafik
(EEG).
Penyalahgunaan menahun atau pemaparan bahan kimia ini bisa merusak otak,
6
jantung, ginjal, hati dan paru-paru. Selain itu bisa terjadi kerusakan sumsum tulang, yang akan mempengaruhi pembuatan sel darah merah dan menyebabkan anemia. (Prasetnya, 2014) Penelitian yang dilakukan oleh Candra (2015) menunjukkan faktor ketidaktahuan remaja adalah salah satu penyebab remaja mengomsumsi lem. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan sebagian besar dari mereka tidak mengetahui apa akibat atau efek bagi kesehatan mereka dalam mengomsumsi lem, tetapi mereka menyadari apa yang mereka perbuat tidak baik untuk kesehatan. Adapun Faktor kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, serta pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk hidup di jalan. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang. Maka tidak jarang anak jalanan cenderung untuk terjerumus dalam tindakan menyimpang. Salah satu perilaku yang popular menyimpang adalah “ngelem”, yang secara harafiah berarti menghirup lem (Mulyadi, 2013). Berdasarkan hasil penelitiaan Rustywati, pergaulan dengan teman pengguna Napza merupakan hal yang paling berhubungan dengan kejadiaan penyalahgunaan Napza, baik secara mandiri maupun secara bersama-sama. Hasil penelitiaan ini sesuai dengan penelitiaan Hawari (1990) yang membuktikan bahwa pengaruh teman kelompok sebaya mempunyai andil 81,3% bagi seseorang menjadi penyalahgunaan Napza. Pada penelitian ini menurut kelompok umur adalah remaja dan dewasa muda dengan rentang umur 21-30 tahun (72%) dan rata-rata mendapatkan Napza pada tingkat
7
sekolah menengah atas. Jika dilihat dari rata-rata umur maka sesuai dengan tiori bahwa faktor utama seseorang terkena Napza adalah teman sebaya (Haryanto, 2012). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara pengetahuan, teman sebaya, dan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan, teman sebaya dan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, teman sebaya, dan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari Tahun 2016. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016. b. Untuk mengetahui hubungan teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016.
8
c. Untuk mengetahui hubungan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat dan instansi atau institusi terkait mengenai perilaku ngelem pada anak jalanan yang dapat digunakan sebagai penentuan arah kebijakan dalam melakukan upayaupaya kesehatan. 2.
Manfaat Teoritis Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu kesehatan masyarakat dalam kaitannya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan.
3. Manfaat bagi Peneliti Dapat memperluas wawasan, pengalaman dan pengetahuan mengenai perilaku ngelem pada anak jalanan dan merupakan pengalaman berharga dalam mencoba mengaplikasikan ilmu yang di peroleh selama di perguruan tinggi. E. Organisasi/Sistematika Penelitian ini dibimbing oleh 2 orang pembimbing yakni pembimbing I oleh Ibu Hariati Lestari, S.KM., M.Kes. dan pembimbing II oleh Ibu Karma Ibrahim, S.KM.,M.Kes. serta tim penguji oleh Bapak Drs. H. Junaid, M.Kes, Bapak Lymbran Tina, S.KM.,M.Kes, dan Bapak Ainurafiq, S.KM., M.Kes.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Perilaku Ngelem 1. Konsep Perilaku Perilaku merupakan suatu respon organisme atau seseorang terhadap ransangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu akibat penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar melalui pengelihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam kognitif memiliki enam tingkatan yaitu mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi (Sulistiyawati, 2009). Sarwono (2011) mendefenisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata, tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan suatu konkrit yang dapat diobservasi , direkam maupun dipelajari. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003 : 114). Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
9
10
a) Perubahan
alamiah
(natural
change),
ialah
perubahan
yang
dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas. b) Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. c) Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda. Tindakan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (Notoatmodjo, 2007 dalam Sulistiyawati, 2009). Perilaku dikatakan berisiko apabila perilaku itu bisa berpeluang mendatangkan kerugian. Jika tidak menimbulkan kerugia saat ini, paling tidak perilaku itu bisa mendatangkan musibah pada masa mendatang. Hal ini dapat menimbulkan kerugian terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Kerugian ini dapat berupa materi, fisik, harga diri, rasa malu, kehilangan kesempatan, kehilangan masa depan, dan lain-lain (Anonim,2008 dalam Sulistiyawati, 2009). Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
11
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a) Perilaku tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. b) Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : 1) Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang.
Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor
lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik. 2) Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang.
Faktor internal yang menentukan seseorang
merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.
12
2. Konsep Napza (Ngelem) Perilaku ngelem adalah perilaku atau tindakan seseorang untuk menghirup aroma dari bahan lem
yang biasanya digunakan untuk
menempel ban sepeda (lem fox) atau lem untuk merekatkan bahan kayu (lem kayu) (Kasim, 2013). Ngelem yang dilakukan oleh anak jalanan ini termasuk Napza. Napza singkatan dari Narkotika, sikotropika, dan zat adiktif lainnya yang meliputi zat alami dan sintesis yang apabila dikomsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis serta mengalami ketergantungan dalam diri si pengguna (BNN, 2004). Menurut kementerian Kesehatan RI pada tahun 2010 mengartikan Napza adalah zat yang mempengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang mengomsumsinya. Manfaat atau resiko yang ditimbulkan oleh penggunaan Napza ini tergantung pada seberapa banyak, seberapa sering dalam menggunakannya yang bersamaan dengan obat lain yang dikomsumsinya (BNN, 2004). Lem Aibon adalah lem serbaguna, untuk merekatkan berbagai alat atau barang. Lem ini berguna untuk merekatkan barang dari bahan kulit binatang (tas, sepatu), plastik, kayu, kertas, aluminium, karet, tembaga, besi dan lain-lain. Jenis lem ini sering disalahgunakan oleh anak-anak jalanan untuk membuat mereka mabuk karena lem ini termasuk kategori zat adiktif yang berbahaya (Kasim, 2013).
13
Zat yang ada dalam lem Aibon adalah zat kimia yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat kita menjadi tidak normal, sakit bahkan bisa meninggal. Salah satu zat yang terdapat di dalam lem aibon adalah Lysergic Acid Diethyilamide (LSD). Lysergic acid diethylamide (LSD) adalah halusinogen yang paling terkenal. Ini adalah narkoba sintetis yang disarikan dari jamur kering (dikenal sebagai ergot) yang tumbuh pada rumput gandum. LSD adalah cairan tawar, yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering diserap ke dalam zat yang cocok seperti kertas pengisap dan gula blok, atau dapat dipadukan dalam tablet, kapsul atau kadang-kadang gula-gula (Kasim, 2013). B. Tinjauan Umum Tentang Anak Jalanan Istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Brazil dengan nama “Men inos de Ruas”. Istilah ini digunakan untuk menyebut kelompok anak yang hidup di jalanan dan tidak memiliki ikatan dengan keluarga. Menurut PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan untuk bekerja, bermain, atau beraktifitas lain (Mezak B, 2007). Departemen Sosial Republik Indonesia (1995) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya. Berdasarkan pada penjelasan terdahulu tentang anak jalanan, dapat disimpulkan bahwa eksploitasi anak adalah untuk mencari uang atau
14
mempekerjakan seorang anak dengan tujuan ingin meraih keuntungan. Berdasarkan definisi operasional dan karakterisitik jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), dimana anak jalanan termasuk kedalam jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial, anak jalanan adalah anak yang berusia 5 – <18 tahun yang sebagian waktunya berada di jalanan sebagai pedagang asongan, pengemis, pengamen, penjual koran, pemberi jasa semir sepatu dan pengelap mobil. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri, sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang. Hal ini dibuktikan karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini, mereka sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang tidak kondusif dan bahkan sangat tidak bersahabat. Alasan anak jalanan yang mengatakan bahwa tinggal di jalanan adalah sekadar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarga tampaknya secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima oleh masyarakat umum. Hal ini mengakibatkan timbulnya steorotipe bahwa anak jalanan dianggap sebagai penggangu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor sehingga yang namanya razia bukan lagi hal yang mengejutkan bagi mereka. Marginal, rentan dan eksploitatif adalah istilah-istilah yang sangat erat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan. Rentan
15
karena resiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang secara kenyataaan dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Sedangkan disebut eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar-menawar yang sangat lemah, tersubordinasi dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab (Mutiara ,2011). Jenis
pekerjaan
anak
jalanan
oleh
depertemen
sosial
dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu pertama, usaha dagang yang terdiri dari penjualan koran dan majalah, penjual sapu dan lap kaca mobil. Kategori kedua, yaitu usaha bidang jasa yang terdiri dari pembersih bus, pengatur lalu lintas, kuli angkut pasar, ojek payung, tukang semir sepatu, dan kernek atau calok. Kategori ketiga yaitu meminta-minta dan pengamen serta kategori keempat , kerja serabutan yaitu anak jalanan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap seperti diatas dalam arti mereka berubah-ubah pekerjavn sekehendak mereka (Depertemen Sosial, 2014). Sebagai bagian dari pekerja anak (child labour), anak jalanan bukanlah kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa terdekat, waktu dan jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis kelaminnya. Secara garis besar anak jalanan terbagi atas tiga kategori, yaitu (Bagong dan Sri, 2002: 41) : a. Children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga.
16
Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang harus ditanggung dan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu: 1) Anak-anak jalanan yang masih tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari. 2) Anak-anak yang tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin. b. Children of the street, yaitu anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi dan ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya. Ada beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di antara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan, sehingga lari atau pergi dari rumah. Anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosialemosional, fisik maupun seks. c. Children from families of the street yaitu anak yang keluarganya memang di jalanan yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
17
Anak jalanan memiliki ciri khas baik secara psikologisnya maupun kreativitasnya. Hal ini diperjelas oleh Saparinah Sadli yang diungkapkan oleh Sudarsono (dalam Kasim, 2013) sebagai berikut: a. Anak-anak ini mudah tersinggung perasaannya. b. Anak-anak ini mudah putus asa dan cepat murung, kemudian nekad tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin membantunya. c. Tidak berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang selalu menginginkan kasih sayang. d. Anak ini biasanya tidak mau bertatap muka dalam arti bila diajak bicara, mereka tidak mau melihat orang lain secara terbuka. e. Sesuai dengan taraf perkembangannya yang masih kanak-kanak mereka sangatlah labil, tetapi keadaan ini sulit berubah meskipun mereka telah diberi pengarahan yang positif. f. Mereka memiliki suatu keterampilan, namun keterampilan ini tidak selalu sesuai bila diukur dengan ukuran normatif masyarakat umumnya. C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan, Teman Sebaya, Dan Status Ekonomi 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Terjadi
18
melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan keyakinan suatu obyek yang telah dibuktikan kebenarannya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Semakin tinggi pendidikan/pengetahaun kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta (Ashuri, 2011). Manusia sebagai makhluk rasional sebenarnya sudah dibekali dengan hasrat ingin tahu. Keingintahuan manusia ini sudah dapat disaksikan sejak seseorang masih kanak-kanak dan akan terus berkembang secara dinamis mengikuti fase-fase perkembangan kejiwaan orang tersebut. Hasrat ingin tahu manusia akan terpuaskan bila ia sudah memperoleh pengetahuan mengenai apa yang dipertanyakan. Tetapi sudah menjadi sifat menusia yang mana setelah memperoleh pengetahuan mengenai suatu masalah maka akan disusul oleh kecenderungan ingin lebih tahu lagi begitu seterusnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia tidak akan pernah mencapai kepuasan mutlak untuk menerima realita untuk dihadapinya sebagai titik terminasi yang mantap (Asrofudin, 2008 dalam Ashuri, 2011). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yakni :
19
a) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu adalah merupakan tingkat pengetahun yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang bahwa tahu tentang materi yang telah dipelajari antara lain; menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar
tentang
obyek
yang
diketahui
dan
dapat
mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. c) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi kondisi yang ril. Aplikasi dapat diartikan pula atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya. d) Analisa (analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat digunakan
20
pada
penggunaan
kata-kata
kerja,
dapat
menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam
suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi
yang
ada.
Misalnya
dapat
menyusun,
dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi, penilaian itu didasarkan
suatu
kriteria
yang
ditentukan
sendiri
atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Menurut Notoatmodjo (2003) proses penyerapan pengetahuan sebagai berikut : 1) Kesadaran (Awerennes) Kesadaran merupakan tahap di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus (objek).
21
2) Merasa tertarik (Interest) Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Menimbang-nimbang (Evaluation) Tahap di mana responden menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial Di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diketahui oleh stimulus. 5) Adaption Adoption merupakan tahap di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan keyakinan suatu obyek yang telah dibuktikan kebenarannya. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk fakta, simbol, prosedur teknik dan teori (Notoatmodjo, 2003).
22
2. Teman Sebaya Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Salah satu fungsi dari teman sebaya adalah adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. remaja belajar apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan remaja lain (Santrock, 2003 dalam Widiadynana 2014). Pengaruh teman sebaya ini dapat berpengaruh positif dan negatif. Piaget dan Santrock (2003) menekan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar mengenal pola hubungan timbal balik dan setara. Anak-anak menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya. Mereka juga belajar mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses
23
penyatuan dirinya kedalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung (Widiadnyana, 2014). Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan Napza, teman kelompok sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan Napza pada diri seseorang. Menurut Hawari (2006) perkenalan Pertama dengan Napza justru datangnya dari teman kelompok. Pengaruh teman kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya pada saat perkenalan pertama dengan Napza, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan Napza, dan yang menyebabkan kekambuhan (relapse) (Sri, 2012). Berdasarkan hasil penelitiaan Rustywati, pergaulan dengan teman pengguna Napza merupakan hal yang paling berhubungan dengan kejadiaan penyalahgunaan Napza, baik secara mandiri maupun secara bersama-sama. Hasil penelitiaan ini sesuai dengan penelitiaan Hawari (1990) yang membuktikan bahwa pengaruh teman kelompok sebaya
mempunyai
andil
81,3%
bagi
seseorang
menjadi
penyalahgunaan Napza. Pada penelitian ini menurut kelompok umur adalah remaja dan dewasa muda dengan rentang umur 21-30 tahun (72%) dan rata-rata mendapatkan Napza pada tingkat sekolah menengah atas. Jika dilihat dari rata-rata umur maka sesuai dengan
24
tiori bahwa faktor utama seseorang terkena Napza adalah teman sebaya. (Haryanto, 2012 dalam Natalia, 2014) 3. Status Ekonomi Pendapatan akan mempengaruhi status seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai
status
ekonomi
yang
tinggi
terhadap
kekayaan.
Christopher dalam Sumardi (2004) mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya. Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut: a) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari: 1) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang. 2) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah. 3) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.
25
b) Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang
ditentukan
dalam
beras,
pengobatan,
transportasi,
perumahan dan kreasi. Berkaitan dengan hal tersebut di atas Pitono dalam wijaksana (1992)
mendefinisikan
pendapatan
adalah
sebagai
“Seluruh
penerimaan baik berupa uang ataupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini”. Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu : 1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan 2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan 3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawh antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan 4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp. 1.500.000,00 per bulan. Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki
26
penghasilan pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil. Keluarga anak jalanan adalah keluarga yang berada pada tingkat ekonomi yang rendah yaitu keluarga yang mengalami kesulitan secara ekonomi dan sosial. Sehingga hampir semua anggota keluarga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk anak-anaknya. Keluarga anak jalanan yang berada pada taraf kemiskinan, tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya, sehingga anak harus terpaksa putus sekolah karena tidak mampu memenuhi biaya pendidikan. Orang tua harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup (Nofiyaningrum, 2013). Sulawesi Tenggara, menetapkan UMP 2016 sebesar Rp 1.850.000 atau naik 11,99 persen dari UMP 2015 sebesar Rp 1.652.000. Penetapan UMP berdasarkan SK Gubernur Nomor 54 Tahun 2015 per 17 November 2015. (Ariyani arifin, 2015). Anak jalanan yang kurang menghayati proses belajar nilai dan normanya tentu akan sangat mudah terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat negatif dan dengan cepat sekali mengadopsi perilaku negatif dari orang disekitarnya. Penyerapan perilaku negatif ini menyebabkan anak
jalanan
rentan
melakukan
penyimpangan–penyimpangan.
Penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat
27
kebanyakan atau populasi (Kartono, 2011:11 dalam Nofiyaningrum, 2013). Faktor kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, serta pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk hidup di jalan. Maka tidak jarang anak jalanan cenderung untuk terjerumus dalam tindakan menyimpang. Salah satu perilaku yang popular menyimpang adalah “ngelem”, yang secara harafiah berarti menghirup lem (Mulyadi, 2013). Masalah ekonomi menjadi faktor yang dominan seorang anak pergi ke jalanan. Dari keenam informan yang diteliti, keenam informan berasal dari anak yang keluarganya memiliki masalah ekonomi dan masalah ekonomi juga mempengaruhi orangtua atau keluarga untuk membiarkan anak bekerja di jalanan. Keinginan untuk membantu perekonomian keluarga dengan cara membantu orangtua mereka bekerja walaupun apa yang mereka lakukan kadang berdampak buruk bagi masa depan mereka. Hal ini akan mengakibatkan anak-anak jalanan terbiasa hidup tanpa aturan di jalanan dikarenakan mereka tidak mendapatkan pendidikan yang benar tentang aturan ataupun norma di dalam masyarakat (Mulyadi, 2013).
28
D. Tinjauan Umum Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya Tabel 1. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya No Nama, Judul Penelitian Jenis Hasil Penelitian Sumber Tahun Penelitian Penelitian Skripsi 1. Candra, Perilaku Ngelem Jenis Faktor-faktor 2015 Pada Remaja Di penelitian penyebab remaja Desa Berlimang kualitatif melakukan ngelem Kecamatan Teluk dengan diantaranya adalah Keramat Kab. rancangan teman sebaya atau Sambas penelitian teman sepermainan, studi faktor ingin mencoba , kasus faktor ketidaktahuan bahaya ngelem, faktor perkembangan teknologi informasi , faktor lingkungan sekita, faktor lingkungan sosial, faktor ketersediaan dan keterjangkauan dari lem itu sendiri dan faktor keluarga yang kurang maksimal dalam mengawasi anaknya. 2. Mus Perilaku Ngelem Jenis 1. Pengaruh masalah Skripsi Mulyadi, Pada Anak penelitian keluarga 2013 Jalanan kualitatif memberikan (Studi Anak dengan kontribusi yang Jalanan Di Jalan rancangan sangat besar yang D.I Pandjaitan penelitian mengakibatkan anak Km. Ix, Kota studi tinggal di jalanan Tanjungpinang) kasus dan mudah terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang seperti ngelem akibat dari terjadinya agen
29
sosialisasi yang tidak berjalan dengan semestinya yaitu, permasalahan keluarga seperti broken home, masalah khusus yang menyangkut hubungan anak dengan orangtua hingga permasalahan ekonomi. 2. Ada beberapa faktor anak jalanan melakukan perilaku ngelem, seperti ngelem dapat memberikan rasa tenang, terpengaruh teman sebaya dan keingintahuan untuk mencoba, rasa ketergantungan terhadap lem (ketagihan), serta perilaku ngelem yang dianggap sebagai bentuk kebiasaan yang menyenangkan di kalangan anak jalanan. 3. Tahap meniru atau bermain diawali dengan anak-anak jalanan tidak ingin dirinya berbeda dengan gaya hidup anak jalanan
30
3.
Mutiara Ginting, 2011
Perilaku “Ngelem” Pada Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan Di Jalan Ngumban Surbakti Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang)
lainnya, salah satunya dengan melakukan perilaku ngelem. penelitian Hasil penelitian di Skripsi yang lapangan digunakan menunjukkan bahwa adalah perilaku ngelem kualitatif merupakan bagian dengan hidup anak jalanan pendekata yang tidak mudah n studi untuk dihindarkan dan kasus dihilangkan. Hal ini disebabkan karena perilaku ngelem telah menjadi kebiasaan di kalangan anak jalanan, bukan hanya di Jalan Ngumban Surbakti, tetapi juga di berbagai tempat dimana anak jalanan sering mangkal. Hal ini didukung dengan mudahnya mendapatkan lem dengan harga yang masih terjangkau bagi ukuran anak jalanan. Akibat ngelem, anakanak jalanan mengalami perubahan emosional yang tidak jarang membawa mereka kepada halusinasi dan perilaku negatif seperti, berbicara kotor, mencuri dan berkelahi.
31
4.
Fikki Prasetya, 2014
Perilaku Penyalahgunaan Inhalen Jenis Lem Aibon Dan Dampaknya Terhadap Status Gizi Penyalahguna Di Kota Kendari Indonesia
Desain Kualitatif Dengan Pendekata n Studi Kasus.
Hasil penelitian Jurnal menunjukkan bahwa penyalahgunaan inhalen lebih mudah terjadi pada seseorang yang mencari nafkah sendiri. Remaja yang cenderung setia dengan perkumpulannya, merasakan kenyamanan bergaul yang tidak diperoleh di tempat lain serta tingginya rasa solidaritas bersama teman, sehingga terjerumus kepada perilaku ngelem. Pada pria dengan umur remaja 10–18 tahun, rata-rata berstatus putus sekolah, dan tergolong dalam kelas ekonomi menengah kebawah memiliki peluang lebih besar menyalahgunakan inhalen. Dampak terhadap status gizi pengguna diketahui bahwa Para penyalahguna aktif memiliki status Gizi Kurang baik dikaitkan dengan berkurangnya berat badan secara signifikan.
32
E. Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori Pada uraian diatas telah dijelaskan tentang faktor-faktor penyalahgunaan napza dan perilaku ngelem
pada anak jalanan.
Adapun kerangka teori dalam penelitian ini berdasarkan kerangka teori Notoatmodjo 2010 dalam Frihartin 2013 dan Badri M, 2013 dalam Sholihah 2013 yang dimodifikasi. Faktor Individu 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepriadian/Ting kat stres 4. Jenis kelamin 5. Usia 6. Dorongan kenikmatan 7. Ingin tahu
Perilaku Ngelem Faktor Lingkungan 1. Pekerjaan 2. Ketidakharmoni san Keluarga 3. Status Ekonomi 4. Tekanan Kelompok 5. Informasi Gambar 1. Kerangka Teori ( Sumber: Teori Notoatmodjo 2010 dalam Frihartine 2013 dan Badri M, 2013 dalam Sholihah 2013)
33
2. Kerangka Konsep Pengetahuan Teman sebaya
Prilaku Ngelem
Status ekonomi Gambar 2. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel bebas ( independen ) Variabel terikat (Dependen )
F. Hipotesis Penelitian H0 : Tidak ada hubungan Pengetahuan dengan perilaku ngelem pada anak jalanan Kota Kendari Tahun 2016 H1 : Ada hubungan Pengetahuan dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 H0 : Tidak ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 H1 : Ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 H0 : Tidak ada hubungan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 H1 : Ada hubungan status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari Tahun 2016
34
III. METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Survei Analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimaksudkan untuk melihat bagaimana hubungan antara
pengetahuan, pengaruh teman sebaya, status ekonomi
dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. B.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari berdasarkan lokasi tempat mangkal anak jalanan yaitu sekitar perempatan Masjid Agung, Perempatan Saranani, Pasar Kota Lama dan Pelabuhan, Terminal Puwatu, Mall Mandonga, Taman Kebi yang dilaksanakan pada bulan April 2016.
C.
Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak jalanan yang berusia 5-<18 Tahun di Kota Kendari yang berjumlah 49 anak.
2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini jumlah populasi relatif kecil maka peneliti menggunakan Sampling Non probability yaitu sampling jenuh. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 49 anak.
34
35
D.
Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif Tabel 2. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif Dalam Penelitian Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Skala Prilaku Ya: bila responden pernah Perilaku ngelem adalah Nominal Ngelem perilaku atau tindakan melakukan ngelem atau ngelem dengan anak jalanan yang sedang frekuensi 2-3 kali atau lebih menjadi responden pemakaian selama dalam untuk menghirup aroma sehari dalam waktu 6 bulan dari bahan lem yang terakthir. biasanya digunakan Tidak: bila responden untuk menempel ban tidak pernah atau tidak sepeda (lem fox) atau sedang ngelem dalam waktu lem untuk merekatkan 6 bulan terakhir bahan kayu.
No 1.
2.
Pengetahuan
Pengetahuan anak jalanan tentang ngelem. Dimana pengetahuan responden terhadap hal-hal yang diketahui atau pemahaman responden mengenai perilaku ngelem dan dampaknya.
Pengukuran pengetahuan Nominal berdasarkan skala Guttman. Jumlah pernyataan untuk tingkat pengetahuan sebanyak 10 pernyataan Nilai jawaban responden: 1 dan 0 Maka, Skor tertinggi= 1x10= 10 Skor terendah= 0x10= 0 R= 10 – 0 = 10, maka interval (I) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Riduwan, 2008): 𝑅 𝐼= 𝐾 Keterangan: I = Interval R = Range/kisaran K = jumlahkategori (2) 10 = =5 2 Batas atas = Skor tertinggi = 10 Batas bawah= (Batas atas
36
–I) = (10 – 5) =5 Pengetahuan cukup: Apabila skor jawaban ≥5 dari 10 pernyataan yang diberi skor. pengetahuan kurang : Apabila skor jawaban ≤ 5 dari 10 pernyataan yang diberi skor.
3
Pengaruh Pengaruh yang dimaksud Teman Sebaya disini adalah interaksi yang dilakukan oleh responden dengan teman sebayanya yang berdampak pada perilaku ngelem anak jalanan, yang meliputi perilaku teman dalam melakukan aktifitas ngelem, larangan dan nasihat untuk melakukan aktifitas ngelem.
Pengukuran dampak Nominal teman sebaya berdasarkan skala Guttman. Jumlah pertanyaan untuk pengukuran dampak teman sebaya sebanyak 8 pertanyaan Nilai jawaban responden: 1 dan 0 Maka, Skortertinggi= 1x8= 8 Skorterendah= 0x8= 0 R= 8 – 0 = 8, maka interval (I) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Riduwan, 2008): 𝑅 𝐼= 𝐾 Keterangan: I = Interval R = Range/kisaran K = jumlahkategori (2)
=
8 =4 2
Batas atas = Skor tertinggi = 8 Batas bawah= (Batas atas – I ) = (8 – 4)
37
=4 Dampak teman sebaya dikatakan terpengaruh: Apabila skor jawaban ≥ 4 dari 9 pernyataan yang diberi skor.
4
E.
Status Ekonomi SStatus Ekonomi adalah status atau kedudukan seseorang di masyarakat, berdasarkan adanya tingkatan pendapatan yang dihasilkan. pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.
Dampak teman sebaya dikatakan tidak terpengaruh: Apabila skor jawaban ≤ 4 dari 9 pernyataan yang diberi skor. (Sugiono, 2007) a) Sedang: jika pendapatan Nominal rata-rata antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 / bulan b) Rendah: jika pendapatan rata-rata dibawah Rp. 1.500.000,00 per bulan.
Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan kuisioner dalam bentuk daftar pertanyaan
yang disediakan
sebelumnya dengan maksud untuk mengumpulkan data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. 2. Data Sekunder Data sekunder (perilaku Ngelem) diperoleh dari data hasil UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund)
38
tentang jumlah anak jalanan, data Komnas PA tentang jumlah anak jalanan di Indonesia tahun 2010, data Badan narkotika nasional (BNN) tentang jumlah penduduk Indonesia merupakan pengguna narkoba tahun 2011, Data sekunder lain yaitu data Jumlah anak jalanan yang terjaring razia di Kota Kendari tahun 2011-2015. F.
Instrumen Penelitian Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang berisi daftar pertanyaan tentang identitas responden, Tingkat pengetahuan, Teman Sebaya, dan sosial ekonomi keluarga. 1. Alat tulis Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian.alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil, dan notebook. 2. Lembar informed consent Adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden penelitian. 3. Kuesioner Adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. yang
berisi
daftar
pertanyaan
tentang
identitas
pengetahuan, Teman Sebaya, dan status ekonomi. 4. Kamera Adalah alat untuk mendokumentasikan saat observasi.
responden,
39
G.
Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator dan komputer program SPSS versi 16.00 Windows dan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan. 2. Analisis Data a. Analisis univariat Dilakukan secara deskriptif pada masing-masing variabel dengan analisis pada distribusi frekuensi. b. Analisis bivariat Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependent dan independent. Karena rancangan penelitian ini adalah cross sectional, hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent digunakan uji statistik Chi Square dengan tabel kontingensi 2x2, pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Jika H0 ditolak kemudian dilanjutkan uji keeratan hubungan dengan menggunakan koefiesien Phi. RΦ =
| ad | – | bc | √(a + b) (c + d) (a + c) (b + d)
Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sabagai berikut:
40
1) Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2) Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction 3) Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adala Person Chi-Square. 4) Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga menjadi tabel kontigency 2x2 (Budiarto, 2002 ). Besarnya nilai phi berada di antara 0 sampai 1 dengan ketentuan: 0,01 – 0,25 = Hubungan Lemah 0,26 – 0,50 = Hubungan Sedang 0,51 – 0,75 = Hubungan Kuat 0,76 – 1,00 = Hubungan Sangat kuat (Arikunto, 2002) 3. Penyajian Data Data yang diperoleh dan telah diolah kemudian akan ditampilkan
dalam
bentuk
tabel
serta
diinterpretasikan dalam bentuk penjelasan.
tekstual
kemudian
41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografi a. Luas Wilayah Wilayah Kota Kendari terletak di sebelah
Tenggara
Pulau
Sulawesi. Wilayah daratannya terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari. Terdapat satu pulau pada wilayah Kota Kendari yang dikenal sebagai Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 267,37 Km2 atau 0,7 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota
Kendari
yang
merupakan ibukota
Provinsi
Sulawesi
Tenggara, secara astronomis terletak dibagian selatan garis khatulistiwa berada di antara 3o54`40`` dan 4o5`05`` Lintang Selatan (LS) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122o 26`33 dan 122o39`14`` Bujur Timur (BT). Sepintas tentang posisi geografisnya, Kota Kendari memiliki batas-batas sebelah Utara: Kabupaten Konawe; sebelah Timur: Laut Kendari; sebelah Selatan: Kabupaten Konawe Selatan; sebelah Barat: Kabupaten Konawe Selatan. Kota Kendari terbentuk dengan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 yang disahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah Tingkat II Kendari.
41
42
Gambar 3. Peta Administrasi Kota Kendari Tahun 2015 (Sumber: Data Sekunder BAPPEDA) Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam. Kecamatan Baruga merupakan wilayah kecamatan yang paling luas (17,95%), selanjutnya
Kecamatan Abeli
(16,40%),
Kecamatan
Puuwatu
(14,86%), Kecamatan Poasia (14,12%), Kecamatan Kambu (9,21%), Kecamatan Mandonga (7,77%), Kecamatan Kendari Barat (7,15%), Kecamatan Kendari (5,86%), Kecamatan Wua-Wua (4,17%), dan Kecamatan Kadia (2,51%). b. Ketinggian Wilayah Dilihat berdasarkan ketinggian wilayah kota Kendari di atas permukaan laut, Kecamatan Mandonga merupakan wilayah tertinggi berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut. Selanjutnya wilayah Kecamatan Abeli dan Kendari Barat berada pada ketinggian 3 meter di atas permukaan laut.
43
2. Kependudukan Sumber utama data kependudukan adalah Sensus Penduduk yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus Penduduk telah dilaksanakan sebanyak 6 kali sejak Indonesia merdeka yaitu pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010. a. Jumlah penduduk Penduduk kota Kendari berdasarkan Sensus Penduduk 2000 berjumlah 205.240 jiwa. Ketika dilakukan Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) pada tahun 2005, diketahui jumlah penduduk kota Kendari
meningkat
menjadi
226.056 jiwa.
Jumlah
penduduk
berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat sebanyak 289.966 jiwa. Jumlah Penduduk Tahun 2015 adalah sebesar 335.889 jiwa. b. Laju pertumbuhan Penduduk Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Secara umum, laju pertumbuhan penduduk kota Kendari sebesar 3,51 persen per tahun. 3. Fasilitas Kesehatan Pembangunan kesehatan di Kota Kendari dititikberatkan pada peningkatan
mutu
pelayanan kesehatan masyarakat. Demikian pula
halnya pelaksanaan program Keluarga Berencana diarahkan untuk menciptakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
44
Peningkatan mutu tersebut salah satunya melalui ketersediaan fasilitas kesehatan
diantaranya
rumah
sakit, puskesmas dan puskesmas
pembantu. Rumah Sakit adalah tempat pemeriksaan dan perawatan kesehatan, biasanya berada dibawah pengawasan dokter/tenaga medis, termasuk rumah sakit khusus seperti rumah sakit perawatan paru-paru dan RS jantung. Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan milik pemerintah
yang
bertanggungjawab terhadap
pelayanan
kesehatan
masyarakat untuk wilayah kecamatan. Tim Puskesmas sesuai jadwal dapat melakukan kegiatan puskesmas keliling ke tempat-tempat tertentu dalam
wilayah
masyarakat.
kerjanya, untuk
Puskesmas pembantu
mendekatkan (Pustu)
pelayanan dengan
yaitu
unit pelayanan
kesehatan masyarakat yang membantu kegiatan puskesmas di sebagian dari wilayah kerja. Keberadaan
tenaga
kesehatan utamanya
dokter
di
tengah
masyarakat akan sangat mempengaruhi derajat dan status kesehatan. Oleh karena itu, banyaknya dokter (di Fasilitas Kesehatan) dalam jumlah penduduk tertentu merupakan suatu indikator penting dalam pembangunan kesehatan. Indikator yang biasa digunakan adalah dokter per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014, di Kota Kendari terdapat 57 dokter spesialis, 107 dokter umum, 34 dokter gigi dan 1 dokter spesialis gigi.
45
Tabel 3. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Kendari Fasilitas Kesehatan Tahun Rumas Sakit
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
2010 12 14 2011 13 14 2012 13 15 2013 12 15 2014 12 15 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Kendari, 2015
18 16 17 17 17
Tabel 4. Jumlah Puskesmas menurut Kecamatan di Kota Kendari Tahun 2014 Kecamatan Puskesmas Mandonga Labibia Baruga Lepo-lepo Puuwatu Puuwatu Kadia Perumnas dan Jatiraya Wua-wua Mekar dan Wua-wua Poasia Poasia Abeli Abeli dan Nambo Kambu Mokoau Kendari Mata dan Kadia Kendari Barat Benu-benua dan Kemaraya Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Kendari, 2015 B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah suatu konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki- laki dan perempuan dilihat dari sudut non-biologis, yaitu dari aspek sosial, budaya, maupun psikologis (Siti Mutmainah, 2006 dalam Normadewi,2012). Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel 5 berikut:
46
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 Jumlah Persentase No. Jenis Kelamin (n) (%) 1 Laki-laki 46 93,9 2 Perempuan 3 6,1 Total 49 100 Sumber : Data Primer Mei 2016 Tabel 5 menunjukan bahwa dari 49 responden, jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 46 responden 93,9%) dan yang terkecil adalah perempuan sebanyak 3 responden (6,1%). b. Kelompok Umur Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang diukur sejak dia lahir hingga umur itu di hitung (Notoatmodjo, 2003). Distribusi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada tabel 6 berikut : Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 No. Kelompok Umur Jumlah Persentase (Tahun) (n) (%) 1 5-9 2 4,1 2 10-14 30 61,2 3 15-18 17 34,7 Total 49 100 Sumber : Data Primer Mei 2016 Tabel
6
menunjukkan
bahwa
distribusi
responden
berdasarkan kelompok umur dari 49 responden terdapat beberapa proporsi kelompok umur, yaitu kelompok umur 5-9 tahun sebayak 2 responden (4,1%), kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 30
47
responden (61,2%), dan kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 17 responden (34,7%). c. Pendidikan Terakhir Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi responden dalam berpikir dan bertindak. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima sesuatu yang sifatnya baru dan lebih terampil serta lebih dinamis terhadap setiap perubahan (Andriani, 2010). Distribusi responden
berdasarkan pendidikan terakhir
disajikan pada tabel 7 berikut : Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 No Pendidikan Jumlah (n) Persen (%) 1 Tidak sekolah 8 16,3 2 TK 5 10,2 3 SD 30 61,2 4 SMP 4 8,2 5 SMA 2 4,1 Total 49 100 Sumber : Data Primer Mei 2016 Tabel
7
menunjukkan
berdasarkan pendidikan terakhir
bahwa
distribusi
dari 49 responden
responden terdapat
beberapa proporsi, yaitu tidak sekolah sebayak 8 responden (16,3%), TK sebanyak 5 responden (10,2%), SD sebanyak 30 responden (61,2%), SMP sebanyak 4 responden (8,2%), dan SMA sebanyak 2 responden (4,1%).
48
2. Analisis Univariat a. Perilaku Ngelem Perilaku ngelem adalah perilaku atau tindakan anak jalanan yang menjadi responden untuk menghirup aroma dari bahan lem yang biasanya digunakan untuk menempel ban sepeda (lem fox) atau lem untuk merekatkan bahan kayu (lem kayu) (Kasim, 2013). Distribusi responden berdasarkan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari disajikan pada tabel 8 berikut: Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 No. Perilaku Ngelem Jumlah (n) Persentase (%) 1 Ya 33 67,3 2 Tidak 16 32,7 Total 49 100 Sumber: data primer Mei 2016 Table 8 menunjukkan bahwa dari 49 responden yang tergolong dalam perilaku ngelem atau melakukan aktivitas ngelem sebanyak 33 responden (67,3%) dan tidak memiliki perilaku ngelem sebanyak 16 responden (32,7%). b. Pengetahuan Pengetahuan anak jalanan tentang ngelem. Dimana pengetahuan responden terhadap hal-hal yang diketahui atau pemahaman responden mengenai perilaku ngelem dan dampaknya. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan
anak
jalanan tentang perilaku ngelem di disajikan pada tabel 9 berikut:
49
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 No. 1 2
Pengetahuan ngelem Kurang Cukup Total
Jumlah (n) 21 28 49
Persen (%) 42,9 57,1 100
Sumber: Data Primer Mei 2016 Tabel 9 menunjukan bahwa dari 49 responden yang mempunyai pengetahuan kurang tentang ngelem sebanyak 21 responden (42,9%) dan
pengetahuan cukup tentang ngelem
sebanyak 28 responden (57,1%). c. Pengaruh Teman sebaya Pengaruh yang dimaksud disini adalah interaksi yang dilakukan oleh responden dengan teman sebayanya
yang
berdampak pada perilaku ngelem anak jalanan, yang meliputi perilaku teman dalam melakukan aktifitas ngelem, larangan dan nasihat untuk melakukan aktifitas ngelem. Distribusi responden berdasarkan teman sebaya tentang perilaku ngelem di disajikan pada tabel 10 berikut: Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Teman Sebaya dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 No. Pengaruh Teman Sebaya Jumlah (n) Persen (%) 1 Terpengaruh 27 55,1 2 Tidak terpengaruh 22 44,9 Total 49 100 Sumber: Data Primer Mei 2016
50
Tabel 10 menunjukan bahwa dari 49 responden yang terpengaruh oleh teman sebaya sebanyak 27 responden (55,1) dan tidak terpengaruh teman sebaya sebanyak 22 responden (44,9%). d. Status Ekonomi Status ekonomi adalah status atau kedudukan seseorang di masyarakat, berdasarkan adanya tingkatan pendapatan yang dihasilkan. pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya. Distribusi responden berdasarkan status ekonomi tentang perilaku ngelem di disajikan pada tabel 11 berikut: Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 No. Status Ekonomi Jumlah (n) Persen (%) 1 Rendah 28 57,1 2 Sedang 21 42,9 Total 49 100 Sumber: Data Primer Mei 2016 Tabel 11 menunjukan bahwa dari 49 responden yang mempunyai status ekonomi rendah sebanyak 28 responden (57,1%) dan status ekonomi sedang sebanyak 21 responden (42,9%). 3. Analisis Bivariat Hubungan
antara
variabel
penelitian
di
analisis
dengan
menggunakan tabulasi silang (crosstab) antara variabel independen yakni pengetahuan, teman sebaya, dan status ekonomi dengan variabel dependen yaitu perilaku ngelem pada anak jalanan sesuai dengan
51
tujuan penelitian. Hasil tabulasi silang antara variabel independen dan variabel dependen akan disajikan pada tabel berikut: a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan Hasil analisis statistik hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ngelem anak jalanan dapat dilihat pada tabel 12 berikut: Tabel 12. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 Perilaku ngelem phi Jumlah ρValue Pengetahuan (θ) No Ya Tidak Ngelem n % n % n % 1 Kurang 15 71,4 6 28,6 21 100 0,826 0,075 2 Cukup 18 64,3 10 35,7 28 100 Total 33 67,3 16 32,7 49 100 Sumber: Data Primer Mei 2016 Table 12 menunjukkan bahwa dari 49 responden (100%) penelitian terdapat sebanyak 21 responden berpengetahuan kurang dan 28 responden yang berpengetahuan cukup. Dari 21 responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang ngelem terdapat sebanyak 15 responden (71,4%) memiliki perilaku ngelem dan 6 responden (28,6%) yang tidak memiliki perilaku ngelem. Sementara itu dari 28 responden yang memiliki pengetahuan cukup terdapat sebanyak 18 responden (64,3) memiliki perilaku ngelem dan 10 responden (35,7%) yang tidak memiliki perilaku ngelem. Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai ρValue= 0,826. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
52
Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis bahwa jika ρValue (0,826) > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak sehingga dapat dimaknai bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. b. Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan Hasil analisis statistik hubungan antara teman sebaya dengan perilaku ngelem anak jalanan dapat dilihat pada tabel 13 berikut: Tabel 13. Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 Perilaku ngelem phi Jumlah ρValue Teman (θ) No Ya tidak Sebaya n % n % n % 1 Terpengaruh 24 88,9 3 11,1 27 100 0,001 0,509 Tidak 2 9 40,9 13 59,1 22 100 terpengaruh Total 33 67,3 16 32,7 49 100 Sumber: Data Primer Mei 2016 Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 49 responden (100%) penelitian terdapat sebanyak 27 responden terpengaruh oleh teman sebaya dan 22 responden tidak terpengaruh oleh teman sebaya. Dari 27 responden yang terpengaruh oleh teman sebaya terdapat sebanyak 24 responden (88,9%) memiliki perilaku ngelem dan 3 responden (11,1%) tidak memiliki perilaku ngelem. Sementara itu dari 22 responden yang tidak terpengaruh oleh teman sebaya
53
terdapat sebanyak 9 responden (40,9%) yang memiliki perilaku ngelem dan 13 responden (59,1%) tidak memiliki perilaku ngelem. Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai ρValue= 0,001. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis bahwa jika ρValue (0,001) < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima sehingga dapat dimaknai bahwa ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. Selanjutnya dari uji keeratan hubungan di peroleh nilai phi Ø sebesar 0,509 yang berarti hubungan antara teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan mempunyai kategori hubungan sedang. c. Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Ngelem Anak Jalanan Hasil analisis statistik hubungan antara status ekonomi dengan perilaku ngelem anak jalanan dapat dilihat pada tabel 14 berikut: Tabel 14. Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Ngelem pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 Perilaku ngelem phi Jumlah ρValue Status (θ) No Ya Tidak Ekonomi n % n % n % 1 Rendah 23 82,1 5 17,9 28 100 0,025 0,364 2 Sedang 10 47,6 11 52,4 21 100 Total 33 67,3 16 32,7 49 100 Sumber: Data Primer Mei 2016
54
Tabel 14 menunjukkan dari 49 responden (100%) penelitian terdapat sebanyak 28 responden memiliki status ekonomi rendah dan 21 responden memiliki status ekonomi sedang. Dari 28 responden yang memiliki status ekonomi rendah terdapat sebanyak 23 responden (82,1%) memiliki perilaku ngelem dan 5 responden (17,9%) tidak memiliki perilaku ngelem. Sementara itu dari 21 responden yang memiliki status ekonomi sedang terdapat sebanyak 10 responden (47,6%) memiliki perilaku ngelem dan 11 responden (52,4%) tidak
memiliki perilaku
ngelem. Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai ρValue= 0,025. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis bahwa jika ρValue (0,025) < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima sehingga dapat dimaknai bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. Selanjutnya dari uji keeratan hubungan di peroleh nilai phi Ø sebesar 0,364 yang berarti hubungan antara status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan mempunyai kategori hubungan sedang.
55
C. PEMBAHASAN 1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan tersebut terjadi melalui pengindraan manusia yaitu indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui pengelihatan dan pendengaran (Madani, 2003). Pengetahuan adalah hasil tahu pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya (Notoatmodjo,2010). Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai ρValue= 0,826. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis bahwa jika ρValue (0,826) > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak sehingga dapat dimaknai bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian dari 21 responden yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 6 responden (71,4%) tidak memiliki perilaku ngelem. Hal ini karena didukung dari beberapa responden tersebut memiliki teman sebaya yang tidak memberikan pengaruh
56
yang buruk. Jadi, meskipun responden memiliki pengetahuan ngelem kurang tetapi memiliki teman sebaya yang tidak memberikan pengaruh yang buruk maka responden tetap tidak memiliki perilaku ngelem. Sedangkan dari 28 responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang ngelem dan memiliki perilaku ngelem sebanyak 18 responden (64,3%). Hal ini disebabkan karena responden juga terpapar oleh pengaruh dari teman-teman sebaya dan faktor status ekonomi, sehingga meskipun responden memiliki pengetahuan yang cukup, responden tetap melakukan aktivitas ngelem, sesuai yang di kemukakan oleh Thata (2004) dalam bukunya bahwa pengetahuan merupakan bagian dari kawasan perilaku, namun tidak menjamin bahwa seseorang dengan pengetahuan cukup memiliki perilaku yang sama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haddas (2008) bahwa pengguanan Napza, awalnya menggunakan Napza karena ingin coba-coba. Sikap seperti ini yang terjadi pada informan. Sekedar ikut-ikutan teman sebayanya, akhirnya mendorong mereka untuk coba-coba memakai Napza. Selain itu informan mengethaui
tentang
bahaya/dampak
dari
penggunaan
lem.
Berdasarkan hasil penelitian, informan telah mengetahui dampak dari pengunaan lem yang digunakan dalam aktivitas “ngelem”, namun tidak mengurungkan niat informan untuk tetap “ngelem” karena
57
mereka menyukai sensasi memabukkan yang dihasilkan oleh “ngelem” ( Tamrin, 2013). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Fazbir,2014) di SMKN 1 Siniu Parigi Moutong bahwa ada hubungan antara
tingkat
pengetahuan
dengan
sikap
kecendrungan
penyalahgunaan napza. Faktor ketidaktahuan remaja yang melakukan ngelem salah satu juga menjadi penyebab remaja mengomsumsi lem. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bahwa sebagian besar mereka tidak mengetahui apa akibat atau efek bagi kesehatan mereka dalam mengomsumsi lem tetapi mereka menyadari apa yang mereka perbuat tidak baik untuk kesehatan (Candra,2015). 2. Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 Teman sebaya atau peer group merupakan teman yang terdiri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah dimana seorang anak mulai belajar nilai-nilai keadilan (Sunarto, 2004 dalam Novitasari, 2014). Teman/teman sebaya merupakan agen sosialisasi utama karena seorang anak belajar berinteraksi dengan orang-orang yang sebaya dengan dirinya. Lingkungan sekitar tidak selalu berpengaruh baik bagi perkembangan anak. Lingkungan juga dihuni oleh orang-orang yang memiliki perilaku negatif dan anti-sosial yang bersifat menyimpang.
58
Hal tersebut dapat menimbulkan reaksi emosional buruk bagi anakanak yang labil jiwanya sehingga anak menjadi mudah terpengaruh oleh pola tindakan menyimpang. Demikian pula halnya dengan anakanak jalanan yang tinggal diantara anak-anak lainnya yang memiliki perilaku menyimpang. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai ρValue= 0,001. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis bahwa jika ρValue (0,001) < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima sehingga dapat dimaknai bahwa ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. Selanjutnya dari uji keeratan hubungan di peroleh nilai phi Ø sebesar 0,509 yang berarti hubungan antara teman sebaya dengan perilaku ngelem pada anak jalanan mempunyai kategori hubungan sedang. Hasil tabulasi silang pengaruh teman sebaya dengan perilaku ngelem pada tabel 13 menunjukkan bahwa dari 33 anak jalanan yang memiliki perilaku ngelem sebagian besar adalah anak jalanan yang terpengaruh oleh teman sebayanya sebanyak 24 responden (88,9%). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya sangat berdampak sehingga mempengaruhi perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 responden (11,1%) yang terpengaruh oleh teman sebaya dan tidak
59
memiliki perilaku ngelem atau tidak melakukan aktivitas ngelem. Hal ini di sebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi, salah satunya adalah responden memiliki pengetahuan tentang ngelem yang cukup. Sedangkan terdapat 9 responden (40,9%) yang tidak terpengaruh oleh teman sebaya namun memiliki perilaku ngelem atau melakukan aktivitas ngelem. Hal ini dikarenakan adanya faktor pengetahuan ngelem yang kurang pada responden dan status ekonomi yang rendah. Sesuai dengan pengamatan dan wawancara yang dilakukan pada saat penelitian bahwa anak jalanan yang melakukan aktivitas mengamen setiap hari dengan niat untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun sebagian dari anak jalanan tersebut menyisihkan hasil dari mengamen untuk membeli lem. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan terhadap anak jalanan, alasan mereka melakukan aktivitas ngelem karena solidarisas antar teman mereka. adapun faktor yang mendorong mereka melakukan aktivitas ngelem karena diajak oleh teman sebayanya seperti teman akrab, teman sekolah, teman yang dekat dari rumahnya yang memperkenalkan untuk melakukan aktivitas ngelem meskipun awalnya tidak ingin melakukan aktivitas ngelem tersebut namun, pada akhirnya terjerumus karena adanya, ajakan, bujukan serta paksaan dari teman untuk mencoba ngelem.
60
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haddas (2008) bahwa perilaku informan dalam penggunaan Napza adalah adanya perilaku teman/kelompok teman sebaya yang sangat mempengaruhi mereka untuk tetap menggunakan Napza. Perilaku teman sebaya ini biasanya dalam bentuk rayuan/godaan, tipuan bahkan pemaksaan. Tekanan dari kelompok teman sebaya sering menjadi sumber penyebab terjadinya penyalahgunaan Napza dari teman yang satu dengan teman yang lain (Tamrin,2011). Konformitas kelompok mempengaruhi beberapa aspek dalam kehidupan remaja, seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah, bahasa yang digunakan, penampilan, sikap dan nilai-nilai yang dianut. Konformitas kelompok terjadi karena remaja tidak ingin dipandang berbeda dengan teman-temannya dan agar dapat diterima oleh kelompoknya. Banyaknya perilaku yang muncul pada remaja karena hanya mengikuti norma yang ada pada kelompoknya, contohnya mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang, merokok, membolos dan tawuran, hanya mengukuti teman-temannya dan agar diterima dalam kelompok tersebut (Hurlock,1993 dalam widiadnyana 2014). Hal ini juga sejalan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Mulyadi (2013) bahwa dari enam informan anak jalanan yang menjadi informan penelitian terdapat 4 anak jalanan memberikan jawaban dari keterlibatan mereka melakukan aktivitas ngelem karena
61
pengaruh teman sebaya dan 2 anak jalanan lainnya karena pengaruh permasalahan dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa teman yang baik dan tidak ngelem dapat mengurangi seseorang untuk melakukan aktivitas ngelem. Terdapatnnya hubungan antara teman sebaya dengan perilaku ngelem karena pada saat melakukan penelitian, peneliti melihat bahwa dari sebagian besar anak jalanan yang ngelem mereka memang bergaul dengan teman sebaya yang ngelem, tidak memperhatikan apakah tindakan dia benar atau tidak, dan tidak memperhatikan apakah itu baik untuk kesehatannya atau buruk. Dari data ini dapat dilihat bahwa semakin negatif pengaruh seseorang terhadap teman maka kemungkinan buruk pula perilaku teman yang laiinnya juga akan terpengaruh. 3. Hubungan Status Ekonomi dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan di Kota Kendari Tahun 2016 Status ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai kesehatan yang maksimal. Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Anak jalanan yang kurang menghayati proses belajar nilai dan normanya tentu akan sangat mudah terpengaruh dengan hal-hal yang
62
bersifat negatif dan dengan cepat sekali mengadopsi perilaku negatif dari orang disekitarnya. Penyerapan perilaku negatif ini menyebabkan anak
jalanan
rentan
melakukan
penyimpangan–penyimpangan.
Penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan atau populasi (Kartono, 2011:11 dalam Nofiyaningrum, 2013). Faktor yang menyebabkan anak jalanan terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti: kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidak harmonisan rumah tangga orangtua dan masalah khusus yang menyangkut hubungan anak dengan orangtua. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang. Maka tidak jarang anak jalanan cenderung untuk terjerumus dalam tindakan menyimpang. Salah satu perilaku yang popular menyimpang adalah “ngelem”, yang secara harafiah berarti menghirup lem (Mulyadi,2013). Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai ρValue= 0,025. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis bahwa jika ρValue (0,001) < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima sehingga dapat dimaknai bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. Selanjutnya dari uji keeratan hubungan di peroleh nilai phi Ø sebesar 0,364 yang
63
berarti hubungan antara status ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan mempunyai kriteria hubungan sedang. Hasil tabulasi silang pengaruh status ekonomi dengan perilaku ngelem pada tabel 16 menunjukkan bahwa dari 33 anak jalanan yang memiliki perilaku ngelem atau melakukan aktivitas ngelem sebagian besar adalah anak jalanan yang memiliki status ekonomi yang rendah sebanyak 23 responden (82,1%). Hal ini menunjukkan pengaruh status ekonomi yang rendah sehingga mempengaruhi perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari. Namun, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 responden (17,9%) yang memiliki status ekonomi rendah namun tidak memiliki perilaku ngelem atau tidak melakukan aktivitas ngelem. Hal ini disebabkan responde n tidak terpengaruh oleh teman sebayanya yang serta responden juga memiliki pengetahuan ngelem yang cukup. Problema status ekonomi yang didominasi oleh masalah kemiskinan dan kebodohan, sehingga banyak orang tua atau keluarga yang tidak mampu menyediakan kebutuhan dasar anak termasuk kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan secara layak. Sesuai dengan data yang diperoleh bahwa dari 49 responden terdapat sebanyak 30 responden (61,2%) yang berpendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD). Hal ini sejalanan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Kasim
(2013)
bahwa
Karena kehidupan
yang miskin
64
menyebabkan anak-anak jalanan memilih lem Aica aibon sebagai penghilang stres mereka. Bagi anak-anak yang ingin menolak memakai pun cenderung akan ikut-ikutan karena tertekan oleh yang diatas mereka, atau karena tidak mau terlihat “lemah” di mata temanteman sesama anak jalanan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peniliti pada saat dilapangan didapatkan bahwa kebanyakan dari anak jalanan ini berprofesi sebagai pengamen, pengemis, pedagang asongan, penjual koran yang bekerja dari siang hingga malam hari. Dengan jam kerja yang lumayan panjang sehingga gangguan kesehatan yang rentan terjadi dan akibat terjadinya pergaulan bebas seperti penggunaan narkoba pasti akan dijumpai. Mengingat kemungkinan untuk mendapatkan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) tersebut cukup sulit karena masalah ekonomi. Sebagai alternatif lain, sebahagian dari anak jalanan tersebut menggunakan uang dari hasil ngamen untuk mulai mencoba-coba bahan (zat adiktif) yang ada di sekitar mereka dengan menggunakan lem aibon/fox yang dihirup.
65
V. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada anak jalanan di Kota Kendari mengenai hubungan pengetahuan, teman sebaya, dan sosial ekonomi dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016.
Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut : 1.
Pengetahuan siswa tentang ngelem tidak berhubungan dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016.
2.
Pengaruh teman sebaya berhubungan sedang dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016.
3.
Sosial ekonomi berhubungan sedang dengan perilaku ngelem pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada keluarga sebaiknnya menanamkan nilai-nilai yang baik bagi anaknya,
memperhatikan
setiap
perkembangan
anak-anaknya,
memperhatikan pergaulan anaknya dengan teman-temannya. 2. Bagi Institusi Yang Terkait (DINSOS, BNN, dan LSM) sebaiknnya memberikan penyuluhan- penyuluhan kepada anak jalanan tentang dampak dari perilaku menghisap lem, memberikan arahan- arahan yang positif untuk menghindari bahaya zat adiktif bagi generasi muda
65
66
serta bagi dinas sosial agar memberikan sanksi agar anak-anak yang berperilaku ngelem tersebut jera dan tidak mengulanginya lagi. 3. Bagi kepada anak jalanan menyadari bahwasanya ngelem dapat menimbulkan dampak negatif, dan sebaiknya berinteraksi dan mencari teman yang dapat membawa perubahan kearah yang positif dan tidak kearah yang menyimpang. 4. Bagi peneliti selanjutnya, yang akan meneliti serupa hendaknya lebih mengembangkan variabel yang akan diteliti agar hasil yang diperoleh lebih signifikan.
67
DAFTAR PUSTAKA Ashuri, M. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Dan Pendapatan Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Pada Pedagang Makanan Di Tepi Teluk Kendari Kelurahan Tipulu Kota Kendari Tahun 2011. Skripsi. Program studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Haluoleo. Kendari. Arifin, Ariyani.2016. UMP Sultra Naik. http://kendaripos.co.id/2015/11/2016ump-sultra-naik/ .Diakses tanggal 23 Februari 2016 Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Rineka Cipta. Jakarta. Bungin, Burhan, 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers, Jakarta. BNN, 2011. Kumpulan Hasil Penelitian Badan Narkotika Nasional pada tahun 2010. Jakarta Timur : Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Candra. 2015. Perilaku Ngelem Pada Remaja Di Desa Berlimang Kecamaan Teluk Keramat Kabupaten Sambas. Jurnal S-1 Sosiologi Volume 1 Edisi maret 2015. Universitas Tanjungpura.Pontianak. Dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi, 2016. Laporan anak jalanan yang terjaring razia. Kendari. Sulawesi Tenggara. Fazbir, Muhammad,2014.Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kecerdasan Spritual Remaja dengan Sikap Kecendrungan Penyalahgunaan Napza di SMKN 1 Siniu Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Naskah Publikasi. Sekolah Tinggi Ilmu ‘Aisyiyah Yogyakarta. Frihartine, 2013. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-Laki Disekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013. Program Studi D-IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah Banda Aceh. Natalia, Desy.2014. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza Pada Pasien di Poliklinik Napza Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara .Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Normadewi,Berliana ,2012.Analisis Pengaruh Jenis Kelamin Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening.Skripsi.Universitas Diponegoro.Semarang. Novitasari. 2014. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku seks Pranikah Pada Remaja Di SMKN 5 Samarinda. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda.
67
68
Mulyadi, Mus. 2013. Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan (Studi Anak Jalanan Di Jalan D.I Pandjaitan Km. I X, Kota Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. Tanjungpinang. Rompon, F. 2011. Analisis Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Perilaku Minum Minuman Beralkohol Pada Remaja di Kecamatan Tondon Kabupaten Toraja Utara Tahun 2011. Skripsi. FKM Universitas Hasanuddin, Makassar. Citmawati. M. 2009. Survei Epidemiologi Kebiasaan Merokok pada Siswa SMA di Kota Kendari Tahun 2009. Skripsi, Universitas Haluoleo, Kendari. Dewi, Ika Nur Chaerani Tunggal. 2009. Pengaruh Faktor Personal Dan Lingkungan Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Di SMA Negeri 1 Batturaden Dan SMA Negeri 1 Purwokerto. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Jufri, Andry. 2015. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Tindakan Dan Peran Keluarga Mengenai Seks Bebas Pada Siswa SMA Negeri 2 Kendari Tahun 2015. Skripsi. Fakultas kesehatan masyarakat. Universitas Halu Oleo. Kendari. Ginting, Mutiara.2011.Perilaku “Ngelem” Pada Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan Di Jalan Ngumban Surbakti Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang). Skripsi.Universitas Sumatera Utara.Medan. Kasim, Muhammad fauzan. 2012. Tinjauan Kriminologis Terhadap Penyalahgunaan “Lem Aibon” Oleh Anak Jalanan (Studi Kasus Di Kota Makassar Tahun 2012). jurnal. Universitas hasanuddin. Makassar Kartono, Kartini. 2010. Kenakalan Remaja. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Rajawali Pers. Kemenkes RI. 2010. Pedoman Berkebutuhan Khusus.
Umum
Perlindungan
Kesehatan
Anak
Lubis ,Sri Novita Lubis, 2012. Hubungan Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Dengan Kekambuhan Kembali Pasien Penyalahguna Napza Di Kabupaten Deli Serdang.Tesis. Universitas Sumatera Utara.Medan Tamrin, Murni, 2011. Studi Perilaku “Ngelem” Pada Remaja Di Kec. Paleteang Kab. Pinrang Tahun 2011. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Chomariah ,Siti.2013. Perilaku Menghisap Lem Pada Anak Remaja (Studi Kasus Di Kota Pekanbaru). Skripsi.Universitas Riau. Nofiyaningrum, Efa . 2013. Pola Pengasuhan Keluarga Anak Jalanan Sebagai Penyebab Perilaku Menyimpang Anak Jalanan (Studi Kasus Anak
69
Jalanan Di Terminal Mojoagung Kabupaten Jombang). Skripsi.STKIP PGRI. Jombang Notoatmodjo. Soekidjo., 2003, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Prasetya, Fikki.2014. Perilaku Penyalahgunaan Inhalen Jenis Lem Aibon Dan Dampaknya Terhadap Status Gizi Penyalahguna Di Kota Kendari Indonesia. Jurnal Gizi Ilmiah, Vol.1, No.1 September-November 2014. Stikes Karya Kesehatan Kendari. Rachman, Ardiyanti.2013. Analisis Faktor Risikotingkat Kecemasan, Kondisi Keluarga Dan Teman Sebaya Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Mahasiswauniversitas Haluoleo. Skripsi. Program studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Haluoleo. Kendari. Ramadhan ,Rizki Rahadian.2014 . Implementasi Peraturan Pemerintah Daerah No. 16 Tahun 2002 Tentang Anak Jalanan Di Kota Samarinda. Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol. 2. No.2. 2014:2151 -2160. Universitas Mulawarman. Setyadani, Apit Sekar, 2013.Perilaku Kesehatan Reproduksi Pada Anak Jalanan Dengan Seks Aktif Di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang. Sulistiawati, Oktariana. 2009. Determinan perilaku seksual remaja di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kendari 2009. Skripsi. Program studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Haluoleo. Kendari. Suyanto, Bagong, 2010, Masalah Sosial Anak, Jakarta: Kencana. Thata & Hadju.2004. Potret Kesehatan Pada Masa Kritits.UNHAS.Makassar.
70
LAMPIRAN
NO 71 … … …
Lampiran 1
INFORMED CONSENT (PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN) Dengan Hormat, Perkenalkan nama Saya Asmaul Husna mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Saya bermaksud melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Teman Sebaya Dan Sosial Ekonomi Dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan Kota Kendari Tahun 2016”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Saya berharap Saudara bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dimana akan dilakukan pengisian kuesioner yang terkait dengan penelitian. Semua informasi yang Saudara berikan terjamin kerahasiaannya. Setelah Saudara membaca maksud dan kegiatan penelitian diatas, maka saya mohon untuk mengisi identitas dibawah ini. Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini. Nama/Inisial
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Demikian ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikut sebagai subjek dalam penelitian ini. Kendari,
2016 Responden
(………….......…….)
Lampiran 2
72
HUBUNGAN PENGETAHUAN, TEMAN SEBAYA DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN KOTA KENDARI TAHUN 2016 A. Identitas Responden 1. Nama /inisal
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Umur
:
4. Pekerjaan
:
5. Tingkat Pendidikan
:
B. Perilaku Ngelem 1. Apakah Anda pernah menghisap lem/ neglem? a. ya, (sebutkan jenis lemnya) ................................................................. b. tidak pernah 2. Jika tidak , dulu apakah anda pernah ngelem? a. ya b. tidak 3. sudah berapa lama anda mngelem? a. < 6 bulan b. > 6 bulan 4. Berapa kali anda menghisap lem tiap hari? a. ≥ 1-2 kali atau lebih dalam sehari b. Tidak ngelem 5. Dari mana anda mendapatkan uang untuk membeli lem? a. Orang tua b. Dari hasil kerja sendri
73
C. Tingkat Pengetahuan No.
Pernyataan
1.
Napza singkatan dari Narkotika, sikotropika, dan bahan adiktif lainnya Napza meliputi zat alami yang apabila dikomsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis Zat adiktif adalah obat atau zat selain narkotika, alkohol dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketagihan serta mengalami ketergantungan dalam diri si pengguna Ngelem termasuk Napza
2.
3.
4. 5. 6.
7.
8.
9.
10.
Kandungan yang terdapat dalam lem dapat mengganggu kesehatan Zat yang ada dalam lem adalah zat kimia yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat kita menjadi tidak normal, sakit bahkan bisa meninggal. Dengan ngelem pengguna akan mengalami kekurangan gizi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan Penyalahgunaan secara terus menerus bisa merusak organ tubuh seperti jantung, ginjal, hati, dan paru-paru. Selain merusak organ tubuh dampak dari ngelem adalah kerusakan sum-sum tulang belakang yang mempengaruhi pembuatan sel darah merah dan menyebab kan anemia Dengan ngelem Pengguna akan mengalami gangguan seperti halusinasi/ fly (mabuk) . Jenis gangguan ini adalah dampak fisik akibat penyalahgunaan zat adiktif
Benar
Salah
74
D. Teman Sebaya Jenis lem apa yang anda sering gunakan?........... 1. Menghisap lem/ngelem pertama kali karena? a. Kemauan sendiri b. Bujukan teman 2. Apakah Anda memiliki teman yang menghisap lem/ngelem? a. Ya b. Tidak 3. Bagaimana hubungan anda dengan teman yang ngelem? a. Terikat (dalam club/gank) b. Tidak terikat 4. Apaka anda pernah melihat teman anda melakukan aktivitas ngelem? a. Ya b. Tidak 5. Apakah ada ancaman dari teman untuk ntuk melakukan aktivitas ngelem? a. Tidak ada b. Ya, ada tekanan 6. Berapa banyak teman anda yang ngelem? a. Kurang dari 5 orang b. Lebih dari 5 orang 7. Seberapa sering anda bergaul dengan teman yang ngelem? a. Lebih dari seminggu sekali b. Kurang dari seminggu sekali 8. Siapa yang pertama kali memberikan atau mengenalkan ngelem itu? a. Teman b. Jawaban lain,.... Sumber: Kuesioner Taringan, 2001
75
E. Sosial Ekonomi Keluarga 1.
Bagaimana status Tempat Tinggal anda ? a. Rumah Sendiri b. Mengontrak c. Menumpang d. Lainnya
2. Bagaimana bentuk bangunan rumah anda? a. Papan b. Permanen 3. Pendapatan keluarga : a. Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 1.500.000,00 / bulan b. Rp. 1.500.000,00 per bulan. 4. Bagaimana menurut pendapat anda kondisi sosial ekonomi keluarga anda? a. Keluarga kurang mampu b. Keluarga menengah c. Keluarga mampu/kaya Sumber: Kuesioner Mutiara, 2011.
76
77
Lampiran 4 ANALISIS UNIVARIAT
Frequency Table jenis kelamin Cumulative Frequency Valid
laki-laki perempuan Total
Percent
Valid Percent
Percent
46
93.9
93.9
93.9
3
6.1
6.1
100.0
49
100.0
100.0
umur responden Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
2
4.1
4.1
4.1
2
30
61.2
61.2
65.3
3
17
34.7
34.7
100.0
Total
49
100.0
100.0
pendidikan terakhir Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak sekolah
8
16.3
16.3
16.3
Tk
5
10.2
10.2
26.5
Sd
30
61.2
61.2
87.8
Smp
4
8.2
8.2
95.9
Sma
2
4.1
4.1
100.0
Total
49
100.0
100.0
78
prilaku ngelem Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak
16
32.7
32.7
32.7
Ya
33
67.3
67.3
100.0
Total
49
100.0
100.0
pengetahun responden mengenai ngelem Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
cukup
28
57.1
57.1
57.1
kurang
21
42.9
42.9
100.0
Total
49
100.0
100.0
pengaruh teman sebaya Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak terpengaruh
22
44.9
44.9
44.9
terpengaruh
27
55.1
55.1
100.0
Total
49
100.0
100.0
status ekonomi responden Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sedang
21
42.9
42.9
42.9
Rendah
28
57.1
57.1
100.0
Total
49
100.0
100.0
79
ANALISIS BIVARIAT
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
pengetahun responden mengenai ngelem * prilaku
49
100.0%
0
.0%
49
100.0%
49
100.0%
0
.0%
49
100.0%
49
100.0%
0
.0%
49
100.0%
ngelem pengaruh teman sebaya * prilaku ngelem status ekonomi responden * prilaku ngelem
pengetahun responden mengenai ngelem * prilaku ngelem Crosstab prilaku ngelem Tidak pengetahun responden
cukup
mengenai ngelem
Count
Ya
Total
10
18
28
35.7%
64.3%
100.0%
20.4%
36.7%
57.1%
6
15
21
28.6%
71.4%
100.0%
12.2%
30.6%
42.9%
16
33
49
32.7%
67.3%
100.0%
32.7%
67.3%
100.0%
% within pengetahun responden mengenai ngelem % of Total kurang
Count % within pengetahun responden mengenai ngelem % of Total
Total
Count % within pengetahun responden mengenai ngelem % of Total
80
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
(2-sided)
(2-sided)
sided)
Df
.278a
1
.598
Continuity Correctionb
.048
1
.826
Likelihood Ratio
.280
1
.596
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.760
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.273
1
.415
.602
49
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.86. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Asymp. Std. Value Nominal by Nominal
Errora
Approx. Tb
Approx. Sig.
Phi
.075
.598
Cramer's V
.075
.598
Interval by Interval
Pearson's R
.075
.141
.518
.607c
Ordinal by Ordinal
Spearman
.075
.141
.518
.607c
Correlation N of Valid Cases
49
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
81
pengaruh teman sebaya * prilaku ngelem Crosstab prilaku ngelem Tidak pengaruh teman sebaya
tidak terpengaruh
Count
Ya
Total
13
9
22
59.1%
40.9%
100.0%
26.5%
18.4%
44.9%
3
24
27
11.1%
88.9%
100.0%
6.1%
49.0%
55.1%
16
33
49
32.7%
67.3%
100.0%
32.7%
67.3%
100.0%
% within pengaruh teman sebaya % of Total Terpengaruh
Count % within pengaruh teman sebaya % of Total
Total
Count % within pengaruh teman sebaya % of Total
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
sided)
(1-sided)
12.690a
1
.000
Continuity Correctionb
10.602
1
.001
Likelihood Ratio
13.302
1
.000
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.001 12.431
1
.000
49
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.18. b. Computed only for a 2x2 table
.000
82
Symmetric Measures Asymp. Std. Errora
Value Nominal by Nominal
Approx. Approx. Tb
Sig.
Phi
.509
.000
Cramer's V
.509
.000
Interval by Interval
Pearson's R
.509
.121
4.053
.000c
Ordinal by Ordinal
Spearman
.509
.121
4.053
.000c
Correlation N of Valid Cases
49
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
status ekonomi responden * prilaku ngelem Crosstab prilaku ngelem Tidak status ekonomi responden
sedang
Count % within status ekonomi responden % of Total
rendah
Count % within status ekonomi responden % of Total
Total
Count % within status ekonomi responden % of Total
Ya
Total
11
10
21
52.4%
47.6%
100.0%
22.4%
20.4%
42.9%
5
23
28
17.9%
82.1%
100.0%
10.2%
46.9%
57.1%
16
33
49
32.7%
67.3%
100.0%
32.7%
67.3%
100.0%
83
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
6.504a
1
.011
Continuity Correctionb
5.029
1
.025
Likelihood Ratio
6.565
1
.010
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.015
Linear-by-Linear
6.371
Association N of Valid Casesb
1
.012
.012
49
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.86. b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures Asymp. Std. Value Nominal by Nominal
Error
a
Approx. Tb
Approx. Sig.
Phi
.364
.011
Cramer's V
.364
.011
Interval by Interval
Pearson's R
.364
.135
2.682
.010c
Ordinal by Ordinal
Spearman
.364
.135
2.682
.010c
Correlation N of Valid Cases
49
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
84
85
86
87
Lampiran 8 DOKUMENTASI
Foto pada saat peneliti di kantor Dinas Sosial
Foto Saat pengarahan dalam membantu pengisian kuesioner responden
Pengisisian kuesioner di Mall Mandonga yang di pandu oleh peneliti
88
Responden yang sering mangkal di bagian lampu merah
Foto bersama responden saat usai pengisian kuesioner
Pengisisian kuesioner di bagian kendari beach yang di pandu oleh peneliti