UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN BERPIKIR KREATIF DENGAN PERILAKU KREATIF SISWA PADA PENGELOLAAN SAMPAH DI SMAN 12 JAKARTA
With a Summary in English The Relationship Of Trash Management Knowledge And Creative Thinking with Creative Behavior Of Students In Trash Management In The SMAN 12 Jakarta TESIS
Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA, JULI, 2011
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN BERPIKIR KREATIF DENGAN PERILAKU KREATIF SISWA PADA PENGELOLAAN SAMPAH DI SMAN 12 JAKARTA
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar MAGISTER DALAM ILMU LINGKUNGAN
TESIS
Yoga Maryanto Abdullah NPM : 0806447766
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA, JULI, 2011
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutif mapupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama NPM
: Yoga Maryanto Abdullah : 0806447766
Tanda Tangan : Tanggal
: 11 Juli 2011
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis
: : : : :
Yoga Maryanto Abdullah 0806447766 Ilmu Lingkungan Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Lingkungan pada Program Studi Ilmu Lingkungan, Fakultas Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. KOMISI PENGUJI TESIS
Ketua Sidang
: Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, SKM, Dr.PH
(
)
Sekretaris
: Dr. Suyud Warno Utomo, M.Si
(
)
Pembimbing I
: Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si
(
)
Pembimbing II : Dr. Rose Mini Agoes Salim, M. Psi
(
)
Penguji Ahli
(
)
: Prof. Dr. Rukaesih Achmad, M.Si
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal
: 11 Juli 2011
i Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
BIODATA PENULIS
Nama dan Gelar
: Yoga Maryanto Abdullah, S. Pd.
Tempat, Tgl Lahir
: Sukabumi, 13 Maret 1984
Status Perkawinan
: Menikah
Alamat Terakhir
: Kompleks Polri Jatirangga Apartemen L Lantai I kamar 2, Kota Bekasi.
Riwayat Pendidikan
: 1. MAN Surade, Program IPA 2. Universitas Pendidikan Indonesia, Pendidikan Biologi
Pengalaman Kerja
: 2007-2008, Pengajar Biologi di MAN Surade, Sukabumi 2009-2010, Pengajar Biologi dan Matematika di Yellow Jacket 2010-2011, Pengajar Biologi di Ganesha Operation 2011-Sekarang, Tenaga Pembantu di Kemendiknas PPTK DIKDAS
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NPM Program Studi Fakultas Jenis karya
: Yoga Maryanto Abdullah : 0806447766 : Ilmu Lingkungan : Program Pascasarjana : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 11 Juli 2011. Yang menyatakan
Yoga Maryanto Abdullah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kekuatan dan kesehatan bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan tesis ini. Sholawat serta salam penulis curahkan pada nabi besar kita nabi Muhammad SAW, yang telah memberi penerangan tehadap kehidupan dibumi, serta pada para sohabat, dan alim ulama yang telah menyampaikan cahaya kebenaran dari Rasulullah kepada kita semua. Dengan telah selesainya penulisan tesis ini penulis sampaikan ungkapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta, dan adikadiku tersayang yang tiada henti mendo’akan dan selalu mencurahkan kasih sayang yang tulus tanpa henti-hentinya. Semoga persembahan ini dapat menjadi satu bukti bahwa kasih sayang dan rasa cinta yang diberikan tidak pernah tersiakan. Selain itu dengan kerendahan hati dan tulus ikhlas penulis haturkan terimakasih yang tidak terhingga kepada: 1. Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si dan Dr. Rose Mini Agoes Salim, M. Psi selaku dosen pembimbing tesis yang telah menyediakan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini; 2. Staf pengajar dan siswa-siswi SMAN 12 Jakarta yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data penelitian; 3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama perkuliahan; 4. Staf sekretariat Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia atas kelancaran administrasi yang diberikan; 5. Sahabat seperjuangan yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini; Semoga Allah membalas setiap kebaikan yang dilakukan dan menjadikan amal baik disisi-Nya. (Jazakallohu khoiron katsiro….) Amin.
Jakarta, Juli 2011 Penulis
i Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode sampling yang digunakan adalah non random sampling dengan teknik sampling insidental. Sampel yang digunakan sebanyak 34 orang siswa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 12 Jakarta. Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari 3 kategori, pertama kemampuan berpikir kreatif setiap siswa dijaring menggunakan Tes Kreativitas Figural (TKF) dari Torance. Kedua, data pengetahuan tentang pengelolaan sampah di jaring menggunakan tes pilihan berganda (multiple choice). Ketiga, data perilaku kreatif didapatkan dari guru Pembimbing KIR, nilai tersebut adalah nilai keterampilan siswa dalam hal membuat keterampilan berbahan dasar sampah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, pertama hubungan pengetahuan pengelolaan sampah dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Kedua, hubungan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan.
Kata Kunci: Pengetahuan Pengelolaan Sampah, berpikir kreatif, Perilaku Kreatif, Pengelolaan Sampah
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Abstract This study aimed analyzing the relationship of trash management knowledge and creative thinking with creative behavior. The research method was quantitative method. The sampling method used was non-random sampling with saturated sampling techniques. The number of samples that had been used in this study was 34 high school students who are registered as the members of Trash Management Scientific Group Teenagers in SMAN 12 Jakarta. The data collected in this research include 3 categories. First, students’ creative thinking abilities were tested using figural creativity tests from Torance. Second, the data about trash management knowledge were tested using multiple-choice tests. Third, creative behavioral data related to the value of students’ trash management skills were obtained from the teacher of Scientific Group Teenagers in SMAN 12 Jakarta. The conclusions of this study are, The first relationship of trash management knowledge with creative behavior of students on trash management is very weak and not significant. Second, the relationship of creative thinking with creative behavior of students on trash management is very weak and not significant. Key words: knowledge, creative thinking, creative behaviour, trash management
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
RINGKASAN
Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia Tesis Juli 2011 Nama Judul Tesis
Jumlah Halaman
: Yoga Maryanto A : Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta : halaman permulaan xii, halaman isi 85, gambar 4, dan tabel 19.
Isi Ringkasan. Masalah sampah sudah menjadi masalah lingkungan yang mendapat perhatian khusus berbagai pihak. Hal tersebut dikarenakan jumlah timbulan sampah terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasinya Pemerintah sudah berusaha secara maksimal, hanya saja hasilnya belum optimal. Pemerintah hanya mampu menangani 56% dari total sampah yang dihasilkan penduduk secara nasional. Sedangkan di Pulau Jawa saja baru terlayani 59% dari total jumlah penduduk (JICA, 2008). Sedangkan di Jakarta jumlah sampah yang tidak tertangani oleh Pemerintah hanya 2% per hari atau sekitar 540 m3/hari (Kirmanto, 2010). Meskipun jumlahnya sedikit tetapi jika setiap hari tidak tertangani maka akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Sampah yang tidak tertangani oleh pemerintah pada umumnya masyarakat membuangnya secara tradisional. Padmi (dalam Trihadiningrum, 2010: 36) menyatakan bahwa sampah yang tidak terkelola oleh pemerintah ditangani oleh masyarakat dengan cara dibakar (35%), dikubur (7,5%), dikompos (1,6%), dan dengan cara lainnya (15,9%). Kondisi tersebut sekarang masih terjadi, termasuk di kota Jakarta. Upaya untuk mengurangi timbulan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 3R, yaitu Recycle, Reuse, and Reduce. Pengelolaan sampah dengan cara 3R ini dapat mereduksi sampah hingga 68,3% (Trihadiningrum, 2010: 52). Hanya saja penerapan prinsip berperilaku 3R tidaklah mudah. Pada umumnya masayarakat sulit untuk meninggalkan kebiasaannya yang telah turun temurun. Untuk mengubahnya diperlukan waktu yang lama dan proses yang panjang, karena akan menyangkut nilai, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang selama ini melekat pada kehidupan masyarakat (Kasnodihardjo, at al., 1997). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Wibowo (2009) yang menyatakan bahwa tindakan masyarakat secara kolektif terhadap sampah yang terjadi secara terus menerus dari hari ke hari merupakan proses untuk membentuk pola perilaku yang relatif menetap. Perilaku menurut Bloom (1956) adalah tindakan yang berbentuk nyata dari pengetahuan dan sikap. Pendapat Bloom tersebut dibuktikan oleh Farida (1999) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki hubungan yang positif dengan perilaku. hal senada juga dikemukakan Hermawan dan vi
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Oman Roesman (2008) dalam hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan positif dengan perilaku membuang sampah. Berdasarkan kenyataan dilapangan, meskipun faktor penting yang mempengaruhi perilaku mengelola sampah sudah ditemukan, sampah masih menjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa pengetahuan pengaruhnya belum optimal terhadap perilaku mengelola sampah. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa SMAN 12 Jakarta Timur yang mengikuti ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Pemilihan siswa KIR sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa, pertama SMAN 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH). Silabus PLH yang digunakan di sekolah tersebut, termasuk sekolah yang mengajarkan kreativitas pada siswanya. Silabus tersebut mengharuskan siswanya untuk merancang dan melakukan pembuatan produk bermanfaat dari sampah anorganik yang ada di sekolah. Upaya siswa untuk mempelajari berbagai keterampilan tersebut Torrance (dalam Shaughnessy, 1998) memandangnya sebagai kreativitas. Para ahli beranggapan bahwa kreativitas adalah potensi yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, dalam derajat yang berbeda-beda (Semiawan, 2002:60-61). Kedua, KIR SMAN 12 Jakarta selama empat tahun berturut-turut sejak tahun 2007 masuk dalam kategori juara dalam bidang pengelolaan sampah atau limbah. Jika melihat banyaknya prestasi yang diperoleh, maka siswa KIR SMAN 12 Jakarta termasuk memiliki perilaku kreatif yang baik. Perilaku kretatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil karya yang dimiliki (Pratoom, 2009). Ide tersebut sesungguhnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999: 47). Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu rumusan masalah penelitian yaitu, belum optimalnya pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Pengetahuan Pengelolaan sampah terhadap Perilaku Kreatif siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta, kedua menganalisis pengaruh berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria inklusi yaitu sekolah yang di dalamnya terdapat Mata pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH) dan terdapat ekstrakulikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang mengkaji tentang pengelolaan sampah, dan siswanya sudah menghasilkan produk keterampilan dari sampah. Populasi dalam penelitian ini adalah 34 siswa KIR SMAN 12 Jakarta. Sampel penelitian diambil berdasarkan pendekatan non probabiliti sampling, yaitu dengan menggunakan teknik insidental, Artinya siswa yang ada dan bersedia saja yang dijadikan sampel. Untuk data penelitian data pengetahuan dijaring menggunakan tes pilihan berganda, berpikir kreatif dengan Tes vii
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Kemampuan Figural (TKF), dan perilaku kreatif diambil dari nilai keterampilan siswa yang diperoleh dari guru pembimbing KIR. Kesimpulan yang didapatkan adalah, pertama hubungan pengetahuan pengelolaan sampah dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Kedua, Hubungan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Daftar Kepustakaan : 47 (dari tahun 1965 sampai tahun 2010)
viii
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
SUMMARY Environmental Science Program Graduate Program University of Indonesia Thesis in July 2011 Name Thesis title
Number of Pages
: Yoga Maryanto A : The Relationship of Trash Management Knowledge and Creative Thinking with Students’ Creative Behavior on Managing Solid Trash in SMAN 12 Jakarta : start page xii, the contents page 85, figure 4 and table 19.
The Content of Summary Trash has become the environmental problem receives special attention from the societies. That is because the amount of the trash continues to increase with the increase of the number of population. To solve this problem, the Government has given a lot of efforts, but only the results are not yet optimal. The government only can handle 56% of the total trash from the population. In Java it was just served around 59% from the total population (JICA, 2008). In Jakarta the amount of trash that was not handled by the Government was only 2% per day or about 540 m3/day (Kirmanto, 2010). Although it was just a few numbers but if it is untreated well, then it will cause many problems for the environment. In general, the trash is not handled by the government but people traditionally throw it away. Padmi (in Trihadiningrum, 2010: 36) states that the trash which are not managed by the government are handled by the communities by burning (35%), burying (7.5%), composting (1.6%), and by other means (15,9%). These conditions still occur, including in Jakarta. The efforts to reduce the trash generation can be done using the 3R principles, namely Recycle, Reuse, and Reduce. The 3R can reduce the trash as much as 68.3% (Trihadiningrum, 2010: 52). However, the application of 3R principles is not easy. In general the communities are difficult to change their habit. It takes a long process because it involves the values, perceptions, knowledge, and attitudes that have been attached to people's lives (Kasnodihardjo, at al., 1997). These results are in line with the result of the research of Wibowo (2009) which states that the society as a collective action against the trash that occurs continuously from day to day is a process to form a pattern of behavior that are relatively sedentary. According to Bloom (1956) behaviour is a form of real action from the knowledge and attitudes. It is in line with the research of Farida (1999) which stated that the knowledge and attitudes have a positive relationship with behavior. Roesman Hermawan and Oman (2008) stated that knowledge has a positive relationship with the behavior of managing the trash. Based on the fact in reality, despite the important factors that influence the behavior have been found in managing the trash, the trash still becomes a problem in everyday vii
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
life. Therefore, it shows that the knowledge of its influence on behavior is not optimal in managing the trash. In this research, the research subjects were students of SMAN 12 East Jakarta who follow the extracurricular of Youth Scientific Group (Kelompok Ilmiah Remaja/ KIR). This selection was based on the consideration that, first, SMAN 12 Jakarta has a curriculum of Environmental Education Local Content (Mulok PLH). PLH syllabus used in this school includes the teaching of creativity for their students. The syllabus requires the students to design and to make useful products from the manufacture of inorganic trash in the school. The efforts of students to learn various skills are viewed as creativity (Torrance in Shaughnessy, 1998). Many experts believe that creativity is the potential that is essentially owned by everyone, in various degrees (Semiawan, 2002:60-61). Another reason of choosing KIR students in SMAN 12 Jakarta because they won the competition of trash management for four consecutive years since 2007. Based on many achievements that they had, we can see that the KIR students of SMAN 12 Jakarta have a good creative behavior. Creative behavior is the ability to generate new ideas to improve or develop work-owned (Pratoom, 2009). The idea is not always a new thing, but a combination of things that already existed before (Munandar, 1999: 47). Based on the above, can be formulated in a formulation of research problems, not optimal effect of knowledge of waste management and creative thinking to creative behavior of students on waste management in SMAN 12 Jakarta. The purpose of this study was to analyze the influence of waste management Knowledge of Creative Behavior on Waste Management student at SMAN 12 Jakarta, the second analyzes the effect of creative thinking on the creative behavior of students on waste management in SMAN 12 Jakarta The research method used is quantitative methods. Selection of the research done by purposive sampling technique, with the inclusion criteria of the school in which there were subjects of Environmental Education Local Content (Mulok PLH) and there are extracurricular Scientific Group Youth (KIR), who reviewed about waste management, and students are producing skills of trash. The population in this study were 34 students KIR SMAN 12 Jakarta. The samples are taken by non probability sampling approach, using the techniques incidentally, means that students who have just sampled. For research data using data captured knowledge multiple choice test, think creatively with figural Ability Test (TKF), and creative behavior gathered of students who value the skills gained from the supervising teacher KIR. The results of this study are, first the relationship of knowledge of waste management with students’ creative behavior on waste management is very weak and not significant. Second, the relationship of creative thinking with students’ creative behavior on waste management is very weak and not significant. Resource Library
: 47 (from 1965 to 2010)
viii
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i ABSTRAK .......................................................................................................... ii RINGKASAN ..................................................................................................... iv SUMMARY ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI....................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7 2.1 Kerangka Teori......................................................................................... 7 2.1.1 Kreativitas ...................................................................................... 7 2.1.2 Pengetahuan Pengelolaan Sampah ................................................. 17 2.2.Kerangka Pikir ......................................................................................... 24 2.2.1 Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah ......................................... 26 2.2.2 Pengetahuan dalam Kreativitas ...................................................... 27 2.3 Kerangka Konsep ..................................................................................... 27 2.4 Hipotesis................................................................................................... 27 3. METODE PENELITIAN ............................................................................... 29 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .......................................................... 29 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 29 3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ................................................................ 29 3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 29 3.5 Data Penelitian ......................................................................................... 30 3.6 Instrumen Penelitian................................................................................. 30 3.7 Pengolahan Data....................................................................................... 32 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 35 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ....................................................... 35 4.1.1 Profil SMAN 12 Jakarta ................................................................. 35 4.1.2 Profil Pengelolaan Sampah SMAN 12 Jakarta .............................. 35 4.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 36 4.3 Pengaruh Pengetahuan Pada Perilaku Kreatif Mengelola Sampah .......... 37 4.3.1 Pengetahuan Pengelolaan Sampah ................................................. 37 4.3.2 Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah............................................ 43 4.3.3 Pengeruh Pengetahuan Pada Perilaku Kreatif ................................ 45 4.4 Pengaru Berpikir Kreatif Pada perilaku Kreatif Mengelola Sampah ....... 50 4.4.1 Kemampuan Berpikir Kreatif......................................................... 50 4.4.2 Pengaru Berpikir Kreatif Pada perilaku Kreatif ............................. 52 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 57 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 57 5.2 Saran......................................................................................................... 57
ix Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
5.2.1 Bagi Peneliti ................................................................................... 57 5.2.2 Bagi SMAN 12 Jakarta .................................................................. 58 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61
x Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Daftar Gambar Gambar 2.1 Pengelolaan Sampah terpadu .......................................................... 22 Gambar 2.2 Kerangka Pikir ................................................................................ 25 Gambar 2.3 Hubungan Antar Variabel ............................................................... 27 Gambar 4.1 Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori ..................................................................... 38 Gambar 4.2 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori .......................................................................................... 45 Gambar 4.3 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori ............... 51
xi Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Daftar Tabel Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif .............................................. 16 Tabel 2.2 SK Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat .............................. 21 Tabel 3.1 Tujuan, Variabel, Devinisi Operasional, Metode Pengukuran ............. 30 Tabel 3.2 Variable, Sumber Data, dan Jenis Data ................................................ 30 Tabel 3.3 Sebaran Item Instrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah ............... 31 Tabel 3.4 Sebaran Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes Pengetahuan Pengelolaan Sampah ............................................................................ 31 Tabel 3.5 Tujuan Penelitian dan Metode Pengolahan Data .................................. 33 Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori ................................................................................................ 37 Tabel 4.2 Perolehan Nilai Pengetahuan Pengelolaan Sampah Berdasarkan Indikator ............................................................................................... 38 Tabel 4.3 Pengetauan Pengetahuan Sampah Organik dan An organik................. 39 Tabel 4.4 Sebaran Jawaban Siswa pada Item Soal Bernilai Rendah .................... 41 Tabel 4.5 Data Perilaku Kreatif Siswa SMAN 12 Jakarta .................................... 43 Tabel 4.6 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori ................................................................................................ 44 Tabel 4.7 Data Pengetahuan dan Perilaku Kreatif Siswa dalam Hal Pengelolaan Sampah ................................................................................................. 45 Tabel 4.8 Hasil Analisis Statistik Korelasi Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Menggunakan Software Komputer .............................................................................................. 47 Tabel 4.9 Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta ........................ 50 Tabel 4.10 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori .................. 51 Tabel 4.11 Perilakau Kreatif dan Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta................................................................................................... 52 Tabel 4.12 Hasil Analisis Korelasi Berpikir Kreatif pada Perilaku Kreatif ......... 53
xii Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Instrumen Pengetahuan .............................................................. 65 LAMPIRAN 2 Silabus PLH ............................................................................... 67 LAMPIRAN 3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen .......................................... 77 LAMPIRAN 4 Data pengetahuan Pengelolaan Sampah .................................... 77 LAMPIRAN 5 Hasil Analisis Statistik Korelasi ................................................ 81 LAMPIRAN 6 Surat KeteranganTelah Melakukan Penelitian........................... 85
xiii Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah sampah sudah menjadi masalah lingkungan yang mendapat perhatian khusus berbagai pihak. Hal tersebut dikarenakan jumlah timbulan sampah terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasinya Pemerintah sudah berusaha secara maksimal, hanya saja hasilnya belum optimal. Pemerintah hanya mampu menangani 56% dari total sampah yang dihasilkan penduduk secara nasional. Sedangkan di Pulau Jawa baru terlayani 59% dari total jumlah penduduk (JICA, 2008). Sedangkan di Jakarta jumlah sampah yang tidak tertangani oleh Pemerintah hanya 2% per hari atau sekitar 540 m3/hari (Kirmanto, 2010). Meskipun jumlahnya sedikit tetapi jika setiap hari tidak tertangani maka akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Padmi (dalam Trihadiningrum, 2010: 36) menyatakan bahwa sampah yang tidak terkelola oleh pemerintah ditangani oleh masyarakat dengan cara dibakar (35%), dikubur (7,5%), dikompos (1,6%), dan dengan cara lainnya (15,9%). Kondisi tersebut sekarang masih terjadi, termasuk di kota Jakarta. Damapak dari pembuangan sampah yang tidak benar, menyebabkan timbulan sampah menumpuk di berbagai tempat. Sampah tersebut memenuhi sepanjang aliran sungisungi di Jakarta, menumpuk di pintu-pintu air, dan terdampar di sepanjang pesisir pantai Jakarta dan kepulauan seribu. Akibatnya, perairan menjadi tercemar yang menyebabkan populasi ikan menurun, pendapatan nelayan menurun, dan jumlah pariwisata juga ikut menurun. Dana 1,5 Milyar/tahun tidak cukup untuk menangani sampah di Jakarta (Trans7, 10 Juli 2011 Pkl 16:00-16:30). Padahal jika sampah tersebut dikelola akan mendatangkan keuntungan yang melimpah. Berdasarkan studi yang dilakukan Trihadiningrum (2010) di
Yogyakarta
dapat
ditaksir
nilai
ekonomi
sampah
dapat
mencapai
Rp.
618.600.000/hari. Dengan menggunakan estimasi harga Pelastik Rp. 1500/Kg, kertas Rp. 1000/Kg, Gelas/kaca Rp. 500/Kg, logam Rp. 4000/Kg, dan Kompos Rp. 750/Kg. Jika estimasi tersebut dipakai untuk mengestimasi nilai ekonomi sampah Jakarta yang menghasilkan sampah 6.594,72 ton/hari (Kurniawan, 2010), maka didapatkan nilai
1 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
ekonomi sebesar Rp. 3.297.360.000/hari
(6.594,72 x 1000 x Rp.500) atau 1,18
triliun/tahun. Jumlah yang cukup banyak untuk meningkatkan kesejakteraan rakyat jika pengelolaan sampah dilakukan dengan baik. Berdasarkan hasil survey KLH (Kementrian Lingkungan Hidup) bekerjasama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency). Pada umumnya masarakat tidak melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu sebelum dibuang. Pemilahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak dianjurkan karena dapat menurunkan kualitas sampah, membahayakan kesehatan pemulung, dan menyulitkan operasional dan perawatan TPA (KLH, 2008: 7). Pemilahan sampah harus dilakukan sedini mungkin dari sumbernya (Perumahan, kawasan komersil, dan lainnya). Pemilahan sampah yang dilakukan di sumber sampah selanjutnya dikelola dengan menggunakan prinsip 3R, yaitu Recycle, Reuse, and Reduce. Recycle adalah mendaur ulang sampah untuk dijadikan barang lain yang bermanfaat. Reuse adalah menggunakan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan. Reduce adalah mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan misalnya dengan membawa keranjang belanja ketika berbelanja (Trihadiningrum, 1010: 44). Pengelolaan sampah dengan cara 3R ini dapat mereduksi sampah hingga 68,3% (Trihadiningrum, 2010: 52). Penerapan prinsip berperilaku 3R tidaklah mudah. Pada umumnya masayarakat sulit untuk meninggalkan kebiasaannya yang telah turun temurun. Untuk mengubahnya diperlukan waktu yang lama dan proses yang panjang karena akan menyangkut nilai, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang selama ini melekat pada kehidupan masyarakat (Kasnodihardjo, at al., 1997). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Wibowo (2009) yang menyatakan bahwa tindakan masyarakat secara kolektif terhadap sampah yang terjadi secara terus menerus dari hari ke hari merupakan proses untuk membentuk pola perilaku yang relatif menetap. Perilaku menurut Bloom adalah tindakan yang berbentuk nyata dari pengetahuan dan sikap. Pendapat Bloom tersebut dibuktikan oleh Farida (1999) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki hubungan yang positif dengan perilaku. hal senada juga dikemukakan Hermawan dan Oman Roesman (2008) dalam
2 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan positif dengan perilaku membuang sampah. Berdasarkan kenyataan dilapangan, meskipun faktor penting yang mempengaruhi perilaku mengelola sampah sudah ditemukan, sampah masih menjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa pengetahuan pengaruhnya belum optimal terhadap perilaku mengelola sampah. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa yang menjadi subjek pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat Kemdiknas, 2010). Pengambilan subjek pada siswa dilakukan dengan harapan untuk membentuk pola perilaku siswa yang tetap sesuai dengan apa yang diharpakan. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa SMAN 12 Jakarta Timur yang mengikuti ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Pemilihan siswa KIR SMAN 12 Jakarta sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa, pertama SMAN 12 Jakarta memiliki kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH). Dalam silabus Mulok PLH terdapat materi pengelolaan sampah dengan menggunakan prinsip 3R. Penerapan prinsip 3R dalam silabus SMAN 12 sudah berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa memungkinkan siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih dibanding dengan pembelajaran yang berpusat pada guru. Jika melihat silabus Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang digunakan di SMAN 12 Jakarta, maka SMAN 12 termasuk sekolah yang mengajarkan kreativitas pada siswanya. Hal tersebut ditunjukkan dengan rencana kegiatan pembelajaran yang tercantum di dalam silabus PLH. Silabus tersebut mengharuskan siswanya untuk merancang dan melakukan pembuatan produk bermanfaat dari sampah anorganik yang ada di sekolah. Upaya siswa untuk mempelajari berbagai keterampilan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kreativitas. Kreativitasas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi
3 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, sesungguhnya apa yang diciptakan tersebut tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999:47). Munandar menambahkan bahwa hanya dibutuhkan 1% inspirasi dan 99% adalah kerja keras. Para ahli beranggapan bahwa kreativitas adalah potensi yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, dalam derajat yang berbeda-beda (Semiawan, 2002:60-61). Meskipun telah disetujui bahwa kreativitas adalah konsep yang luas dan majemuk meliputi aspek kognitif dan non kognitif, tetapi penelitian yang membahas konsep ini lebih banyak menekankan pada keterkaitan antara kreativitas dengan aspek kognitif seperti inteligensi dan prestasi belajar (Munandar, 1999:35). Munandar juga menambahkan bahwa untuk mengembangkan potensi kreatif, dibutuhkan usaha-usaha mengembangkan aspek non kognitif. Salah satu aspek non kognitif tersebut adalah sifatsifat dalam kepribadian seseorang. Kedua, KIR SMAN 12 Jakarta selama empat tahun berturut-turut sejak tahun 2007 masuk dalam kategori juara dalam bidang pengelolaan sampah atau limbah. Tahun 2007 juara II lomba daur ulang sampah se JABODETABEK, Tahun 2008 Juara I kelompok IPA Pemanfaatan Limbah Biji Mengkudu Menjadi Bioetanol, Tahun 2009 Juara III KIR se Jawa, Tahun 2010 mendapat juara 2 Daur Ulang Sampah se JABODETABEK dan juara 3 Teknologi Ramah Lingkungan se JABODETABEK. Jika melihat banyaknya prestasi yang diperoleh siswa KIR SMAN 12 dalam pengelolaan sampah, maka siswa KIR SMAN 12 Jakarta termasuk memiliki perilaku kreatif yang baik. Perilaku kretatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil karya yang dimiliki (Pratoom, 2009). Ide tersebut sesungguhnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999: 47). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu rumusan masalah penelitian yaitu, belum optimalnya pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta. Dari rumusan masalah tersebut, untuk memudahkan dalam pembahasannya, penulis menguraikannya ke dalam beberapa pertanyaan penelitian.
4 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
a. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang pengelolaan sampah dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta? b. Apakah terdapat hubungan antar berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta ? 1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Menganalisis perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta b. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis hubungan antara Pengetahuan Pengelolaan sampah dengan Perilaku Kreatif siswa pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta 2) Menganalisis hubungan antara berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta. 1.4 Manfaat Penelitian a.
Bagi lembaga tempat penelitian, penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi untuk terus meningkatkan kemampuan perilaku kreatif para anak didiknya dalam hal mengelola sampah sehingga dengan demikian diharapkan pembangunan berkelanjutan dapat terwujud.
b.
Bagi Ilmu Lingkungan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk pengembangan ilmu lingkungan dari aspek lingkungan sosialnya (Psikologi Pendidikan) .
c.
Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian pembuktian, lanjutan, maupun penelitian pengembangan.
5 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori Dalam penulisan Tinjauan Pustaka ini untuk mempermudah dalam pemahaman, maka akan dibagi kedalam 4 (empat) sub bab. Ke empat sub bab tersebut adalah sub bab Kerangka Teori, Kerangka Berpikir, Kerangka Konsep, dan Hipotesis. Sub bab kerangka teori memuat teori-teori yang akan digunakan oleh peneliti sebagai landasan dalam pembahasan. Sub konsep Kerangka berpikir berisi hasil elaborasi peneliti berdasarkan teori yang peneliti gunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sub konsep Kerangka konsep adalah berupa bagan yang menggambarkan hubungan antar variabel yan digunakan dalam penelitian ini. Sub konsep Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan kerangka konsep yang ada. 2.1.1 Kreativitas Kreativitas dalam KBBI didefinisikan sebagai 1) kemampuan untuk mencipta; daya cipta; 2) perihal berkreasi; kekreatifan, sedangkan menurut kamus Oxford kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide baru, berusaha memunculkan pemikiran-pemikiran baru dan menemukan cara baru untuk melakukan sesuatu. Munandar (1999: 47) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, sesungguhnya apa yang diciptakan tersebut tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Munandar (2009:12) juga menambahkan bahwa kreativitas muncul dari hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubahan di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya adalah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Torrance (dalam Shaughnessy, 1998:443) mengatakan “….creativity is what I refer to as my survival definition: When a person has no learned or practiced solution to a problem, some degree of creativity is required” maksudanya kreativitas dapat didefinisikan sebagai bertahan
7 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
hidup, seseorang yang tidak belajar atau menemukan pemecahan masalah yang praktis, maka kreativitas sangat diperlukan. Solso et.al (2008: 444) mengatakan bahwa kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis. Kreativitas juga sering didefinisikan sebagai kelancaran, orisinalitas dan fleksibilitas berpikir, dan kemampuan untuk menghasilkan ide asli dan tidak kuno (Munandar, 1999:88-90; Subramaniam dalam Girl Tan, 2007: 263). Berdasarkan definisi kreativitas yang di kemukakan di atas, penelitian ini menggunakan definisi kreativitas dari Torrance. Amabile (dalam Munandar, 1999) mengemukakan bahwa definisi kreativitas dapat dibedakan ke dalam definisi konsensual dan definisi konseptual. Definisi konsensual menekankan segi produk kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya oleh pengamat. Menurutnya, suatu produk atau respon seseorang dikatakan kreatif apabila menurut penilaian orang yang ahli atau pengamat yang memiliki kewenangan dalam bidang itu bahwa produk itu kreatif. Secara konseptual, suatu produk dinilai kreatif apabila: (a) bersifat baru, unik, berguna, benar atau bernilai jika dilihat dari segi kebutuhan tertentu; (b) lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Baihaqi (2008:2) mengemukakan bahwa kreativitas didefinisikan secara berbedabeda, sehingga pengertian kreativitas bergantung kepada bagaimana orang mendefinisikannya. Oleh karena itu tidak ada satu definisi-pun yang dianggap dapat mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal tersebut disebabkan karena kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang sulit, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan itu terletak pada definisi kreativitas, kriteria prilaku kreatif, proses kreatif, hubungan kreativitas dan intelegensi, karakteristik orang kreatif, dan upaya untuk mengembangkan kreativitas (Supriadi, 1997:6). Guilford (1950) juga mengemukakan bahwa kreativitas secara khusus merupakan proses mental dan kreativitas juga tumpang tindih dengan kecerdasan dan gaya kognitif (Guilford, 1950; Stenberg, 2001 dalam Simpson 2007:3). Baihaki juga menambahkan bahwa tidak adanya kejelasan tentang definisi kreativitas disebabkan
8 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
oleh dua alasan. Pertama, sebagai suatu konstruk hipotesis, kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional, mengundang berbagai penafsiran yang beragam. Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-beda, bergantung pada teori yang menjadi acuan pembuat definisi. Berdasarkan penekanannya, definisi-definisi kreativitas dapat dibedakan kedalam dimensi person, proses, press, dan produk, yang oleh Rhodes disebut sebagai “the Four P’s of Creativity (Baihaqi,2008:2). 1) Definisi Person atau Pribadi Dimensi Person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu. Kreativitas menunjukkan kemampuan yang ditunjukkan oleh orang yang kreatif yang menunjukkan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. 2) Dimensi Process Dimensi proses kreativitas berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik. Munandar (1999:88-90) menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut : Wallas (dalam Solso, 2008:445; Muandar, 2009:39) dan Campbell (1986:18) menjelaskan tentang tahap-tahap dalam proses kreativitas. Tahapan tersebut terbagi kedalam lima tahap yaitu, tahap persiapan, Inkubasi, Iluminasi, Evaluasi, dan revisi. a) Tahap Persiapan Dalam masa persiapan seorang pemikir atau kreator memformulasikan masalahnya dan mengumpulkan semua fakta dan data yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah.
Terkadang
meski
sudah
lama
berkonsentrasi,
pemecahan masalah belum juga muncul dalam pikiran. 9 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
b) Tahap Inkubasi Jika pemikir kemudian mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang dihadapinya tersebut berarti ia telah memasuki tahap inkubasi. Pada tahap ini, ide-ide yang mencampuri dan mengganggu cenderung menghilang. Sementara itu, pemikir mendapat pengalaman baru. Pengalaman tersebut dapat menambah kunci bagi pemecahan masalah. c) Tahap Iluminasi Pada periode ini pemikir memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) dari masalah yang sedang dihadapi. d) Tahap Evaluasi Evaluasi terjadi setelah muncul pemecahan masalah, tujuannya adalah untuk menilai apakah pemecahan masalah tersebut sudah tepat. Seringkali pemecahan masalah yang muncul tidak tepat, sehingga pemikir harus memulainya kembali dari awal tahapan. e) Tahap Revisi Apabila cara pemecahan tersebut sudah tepat atau mungkin masih memerlukan penyesuaian dan perbaikan-perbaikan, maka tahap ini adalah tahap revisi, yaitu perbaikan pemecahan masalah agar menjadi lebih tepat. 3) Dimensi Press Dimensi Press adalah faktor dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. 4) Dimensi Product Dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. a. Pentingnya Kreativitas Munandar (1999:45-46) mengemukakan tentang pentingnya kreativitas bagi seseorang. Untuk itu kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk
10 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Kedua, memungkinkan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, meupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif selain bermanfaat juga dapat menimbulkan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitas dapat meningkatkan tarap kualitas kehidupannya kea rah yang lebih baik. b. Perilaku Kreatif 1). Pengertian Perilaku Perliaku menurut KBBI adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsang atau lingkungan. Wawan & Dewi (2010:48) mengatakan bahwa perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Wawan & Dewi juga menambahkan bahwa perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dalam Notoatmodjo, 2003). Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon (dalam Wawan & Dewi 2010:50). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dipelajari sebagai suatu respon atas adanya rangsang baik dari lingkungan maupun dari dalam individu. 2). Pengelompokan Perilaku Skinner (1938) mengelompokan perilaku seseorang berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus menjadi dua kelompok, yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka (Yusuf, 2002). Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
11 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari. Notoatmodjo (1993) mengelompokan perilaku dalam bentuk operasional menjadi tiga bentuk operasional. Ketiga kelompok tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan konkrit. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk perilaku manusia yang ada di dalamnya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam adalah lingkungan yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut. Lingkungan sosial adalah budaya yang bersifat nonfisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat pada pembentukan perilaku manusia. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Jenis perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku dalam bentuk tindakan konkrit sebagaimana yang dimasud oleh Notoatmodjo. 3). Perilaku Kreatif Maher (2009) mengatakan bahwa kreativitas yang sering dikaitkan dengan adanya pemikiran yang surprise, kebaruan, dan memiliki nilai kegunaan tidak membantu dalam pengembangan model yang baik untuk mencapai perilaku kreatif. Kreativitas hanya membantu dalam hal mengidentifikasi seseorang yang kreatif (Maher, 2009). Pratoom (2009) mendefinisikan perilaku kreatif sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil karya yang dimiliki. Berdasarkan definisi perilaku kreatif dari para ahli di atas, dalam penelitian ini perilaku kreatif didefinisikan sebagi
12 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
upaya yang dilakukan oleh siswa untuk menghasilkan ide-ide kreatif yang dituangkan dalam hasil karyanya. c. Berpikir Kreatif Untuk melakukan Tinjauan Pustaka mengenai Berpikir Kreatif, maka sebagai pendahuluan akan ditinjau terlebih dahulu mengenai pengertian Berpikir, Hakikat Berpikir, pengertian Berpikir Kreatif, dan Keterampilan Berpikir Kreatif. 1). Pengertian Berpikir Berpikir tidak pernah lepas dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Para ahli mendefinisikan kemampuan berpikir berbeda-beda, diantaranya Suriasumantri (1981) mendefinisikan berpikir sebagai suatu proses yang dapat menghasilkan suatu pengetahuan. Rooijakkers (1990) mengungkapkan bahwa berpikir adalah kemampuan manusia dalam memecahkan masalah sesuai dengan hasil belajar yang pernah mereka alami. Purwanto (1992) mengemukakan bahwa berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dengan hewan. Karli (2003) mendefinisikan berpikir sebagai suatu aktifitas mental untuk memperoleh pengetahuan yang dihubungkan dengan pola perilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan aktif berpikir. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, berpikir adalah suatu proses pengolahan informasi berupa fakta dan data yang terjadi di dalam otak untuk menghasilkan sebuah konsep yang bermanfaat bagi kehidupannya. 2). Hakikat Berpikir Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada masalah yang menuntut untuk berpikir. Berpikir memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang baru merupakan kegiatan kompleks dan erat hubungannya satu sama lainnya, (Slameto, 2003). Preseisen (dalam Costa, 1985) menyatakan bahwa keterampilan berpikir meliputi kemampuan berpikir dasar dan berpikir komplek. Berpikir dasar meliputi kualifikasi, klasifikasi, hubungan variabel, transpormasi, hubungan sebab-akibat, sedangkan berpikir komplek meliputi problem solving, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
13 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Menurut penelitian Swartz & Perkins (Hassoubah, 2004), manusia cenderung mengalami empat pola berpikir yang tidak efektif. Keempat kecenderungan berpikir yang tidak efektif tersebut adalah tergesa-gesa, acak-acakan, tidak fokus dan sempit. Lebih lanjut lagi Hassoubah (2004) menyatakan bahwa kesalahan pola dalam berpikir dapat mempengaruhi pola berpikir kreatif seseorang. Seorang
pakar
psikologi
perkembangan
kognitif
menyatakan
bahwa
perkembangan intelektual bukan merupakan hasil kematangan individu, bukan pula pengaruh lingkungan saja, melainkan hasil interaksi antara keduannya (Syamsudin, 2002). Menurut pandangan ini individu berperan aktif dalam mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Adaptasi individu terhadap objek di dalam lingkungan merupakan suatu proses interaksi yang dinamis, inilah yang disebut keterampilan kognitif. Berkaitan dengan masalah perkembangan individu, Piaget (Syamsudin, 2002) membagi proses perkembangan individu ke dalam empat tahapan utama yang secara kualitas setiap tahapan menunjukan tahapan yang berbeda. Tahapan perkembangan individu penurut Piaget, antara lain: a) Tahap Sensorimotor (0,0–2,0 tahun) Tahapan ini ditandai oleh penggunaan sensorimotorik (dalam pengamatan dan penginderaan) yang intensif terhadap dunia sekitarnya. Prestasi intelektual yang dicapi dalam tahapan ini adalah perkembangan bahasa, hubungan tentang objek, kontrol skema, kerangka pikir, pembentukan pengertian, pemahaman hubungan sebab akibat. Dalam tahapan ini yang paling penting adalah tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangkan saja (Haditono, 1996). b) Tahap Praoperational (2,0–7,0 tahun) Pada tahapan ini anak belum dapat melakukan operasional mental seperti menambah, mengurangi, membagi, dan mengalikan (Arifin, et al, 2000). Tahapan ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu preconseptual (2,00 – 4,0 tahun) dan intuitive (4,0 – 7,0 tahun). Tahapan preconseptual ditandai dengan cara berpikir yang bersikap transduksi (menarik kesimpulan tentang suatu yang khusus), intuitive ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat egocentric
14 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
(belum memahami orang lain ketika memandang objek yang sama). Sifat ini dilihat pada waktu anak bermain, saling berbicara, tetapi mereka tidak saling memperhatikan pembicara tersebut. c) Tahap Operasional konkrit (7,0 – 12,0 tahun) Anak-anak pada tahap ini umumnya sudah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasi dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada, tanpa objek fisik di hadapannya, mereka masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. d) Tahap Operasi Formal (12,0 tahun ke atas) Tahapan ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit. Karakteristik anak yang berada pada tingkat operasi formal menurut Flavel (Arifin et al., 2000) adalah dapat berpikir hipotesis deduktif, dan dapat berpikir proporsional, serta dapat berpikir kombinasional. 3). Berpikir Kreatif Berdasarkan pengertian berpikir dan pengertian kreativitas di atas, berpikir kreatif dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengolahan informasi berupa fakta dan data yang terjadi di dalam otak untuk menghasilkan sebuah ide atau gagasan yang beragam, bersifat baru, unik, memiliki nilai kebenaran serta bermanfaat bagi kehidupannya maupun orang lain. Sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Fakta dan data yang dimaksudkan adalah berupa pengetahuan atau informasi yang sudah dikenal sebelumnya atau semua pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya. 4). Keterampilan Berpikir Kreatif Keterampilan berpikir kreatif adalah kegiatan menciptakan model-model tertentu, dengan maksud untuk menambah agar lebih kaya dan menciptakan hal yang baru
15 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
(Wijaya, 1996). Setiap manusia telah memiliki keterampilan berpikir kreatif dari sejak lahir sampai meninggal dunia, hanya saja potensinya yang berbeda-beda (Supriadi, 1985). Potensi kreatif menurut Guilford (1965) adalah sebagai kumpulan dari kemampuan beserta sifat-sifat lainnya yang sangat berperan menuju tercapainya keberhasilan dalam berpikir kreatif. Berdasarkan pernyataan tersebut, potensi kreatif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas dalam berpikir. Guilford (1965) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya. Selanjutnya dilakukan penelitian mengenai kreativitas dengan menggunakan analisis faktor, ditemukan faktor penting yang merupakan sifat dari keterampilan berpikir kreatif yaitu keterampilan berpikir lancar (Fluency), keterampilan berpikir luwes (Flexibility), keterampilan berpikir orisinil (Originality), dan keterampilan memerinci (Elaboration), Berikut disajikan tabel 2.1 daftar indikator keterampilan berpikir kreatif. (Munandar, 1999) Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Keterampilan Definisi Berpikir 1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah Lancar atau pertanyaan (Fluency)
Luwes (Flexibility)
Orisinil (Originality)
Memerinci (Elaboration)
2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal 3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 1) Menghasilkan jawaban, gagasan, atau pertanyaan yang bervariasi 2) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda 3) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda 4) Mampu mengubah cara pemikiran atau cara pendekatan. 1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik 2) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri 3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk 2) Menambahkan atau memerinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
16 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
5). Pengukuran Kreativitas Jenis tes yang digunakan untuk mengukur berpikir kreatif cukup banyak ditemukan. Pada umumnya tes berpikir kreatif tersebut dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, tes untuk kreativitas verbal dan tes kreativitas vigural. Tes kreativitas vigural untuk mengukur kreativitas dalam hal bahasa atau olah kata sedangkan tes kreativitas Figural berhubungan dengan tindakan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas Figural (TKF) yang disusun oleh Torrance. TKF merupakan adaptasi dari Circle Test dari Torrance yang pertama kali digunakan di Indonesia pada tahun 1976, pada tahun 1988 TKF dilakukan penelitian standarisasi untuk usia 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (Munandar et.al, 1988 dalam Munandar, 2009:69-70). Manfaat dari penelitian standarisasi yang dilakukan Munandar et.al. adalah memberikan perspektif yang lebih luas dari pengukuran kemampuan berpikir kreatif. TKF memungkinkan penyelesaian dalam waktu singkat (10 menit) dan dapat diberikan kepada perorangan maupun kelompok (Munandar, 2009:70). Dimensi-dimensi yang dimiliki TKF sama dengan TKV hanya saja dalam TKF.. Dimensi tersebut adalah kelancaran, kelenturan, orsinalitas dan elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif. Hanya saja TKF memiliki kelebihan untuk memberikan kemampuan membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan dengan cara memberikan skor bonus orsinalitas. Bonus tersebut diberikan jika subjek mampu menggabung dua lingkaran atau lebih menjadi satu objek. Semakin banyak lingkaran yang dapat digabung maka nilai bonus orsinalitasnya semaik besar (Munandar, 2009:70). 2.1.2 Pengetahuan Pengelolaan Sampah a. Pengertian Pengetahuan Banyak orang yang menganggap bahwa pengetahuan dan keyakinan adalah sama atau hampir sama pengertiannya. Keraf dan Mikhael Dua (2001:30) menegaskan, bahwa pengertian pengetahuan dan keyakinan adalah berbeda. Pengetahuan dan keyakinan merupakan sama-sama sikap mental seseorang dalam hubungan dengan obyek tertentu yang disadarinya sebagai sesuatu yang ada atau terjadi. Hanya saja, dalam keyakinan, obyek yang disadari sebagai ada itu, tidak perlu harus ada
17 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
sebagaimana adanya. Sebaliknya, dalam hal pengetahuan, obyek yang disadari tersebut memang ada sebagaimana adanya. Dengan demikian, pengetahuan tidak sama pengertiannya dengan keyakinan karena keyakinan dapat saja salah tetapi sah untuk dianut sebagai keyakinan. Sesuatu yang disadari sebagai ada, dapat saja tidak ditemukan dalam kenyataan. Sebaliknya pengetahuan tidak dapat salah karena jika suatu pengetahuan terbukti salah, maka tidak dapat lagi dianggap sebagai pengetahuan. Sesuatu yang awalnya dianggap sebagi pengetahuan kemudian berubah status menjadi keyakinan saja. Keraf (2001:31) memberikan contoh tentang perbedaan pengetahuan dan keyakinan. contoh yang diberikan Keraf adalah semua angsa berwarna putih hanya sah menjadi pengetahuan jika dalam kenyataannya semua angsa berwarna putih. Jika kenyataannya tidak benar, maka proposisi tersebut hanya menjadi sebuah keyakinan. Pada dasarnya pengetahuan lebih menekankan pada pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan biasa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional (Mundiri, 2008:7). Pengetahuan empiris dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif jika seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga didapatkan melalui pengalaman manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Solso
(2008:273)
pengintegrasian,
berpendapat dan
bahwa
pengorganisasian
pengetahuan informasi
adalah dalam
penyimpanan,
memori.
Solso
menambahkan bahwa pengetahuan adalah informasi yang telah diorganisir dalam memori dan merupakan bagian dari sebuah sistem informasi yang terstruktur. Artinya pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan memori adalah sistem yang digunakan untuk mengakses pengetahuan tersebut. Definisi pengetahuan dari solso di atas, peneliti berpikir lebih cocok dengan penelitian yang dilakukan, dengan demikian definisi pengetahuan yang dipakai dalam penelitian ini adalah definisi pengetahuan dari Solso.
18 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
b. Jenis-jenis Pengetahuan Keraf dan Mikhael Dua (2001:34-36) mengelompokan pengetahuan menjadi empat kelompok, yaitu tahu bahwa, tahu bagaimana, tahu mengenai, dan tahu mengapa. 1) Tahu bahwa Pengetahuan jenis ini adalah pengetahuan tentang informasi tertentu. Jenis pengetahuan ini disebut juga pengetahuan teoretis, pengetahuan ilmiah, meskipun berada pada tingkat yang mendalam. Pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan dalam mengumpukan informasi atau data yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki pengetahuan seperti jenis ini dapat dipastikan mempunyai data atau informasi akurat melebihi yang lainnya, dengan kata lain tidak ada orang yang memiliki informasi sepertinya. 2) Tahu bagaimana Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, dan dikenal sebagai know-how. Pengetahuan jenis ini berkaitan dengan keterampilan atau lebih tepat dengan keahlian dan kemahiran teknis dalam hal melakukan sesuatu. Pengetahuan-pengetahuan dibidang teknik umunya digolongkan ke dalam jenis ini. Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini dapat dipastikan tahu bagaimana melakukan sesuatu. Dengan kata lain, pengetahuan jenis ini berkaitan dengan praktek, maka disebut juga pengetahuan praktis. 3) Tahu mengenai Pengetahuan jenis ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melaui pengalaman atau pengenalan pribadi. Unsur yang paling penting dalam jenis ini adalah pengalaman dan pengenalan pribadi secara langsung dengan obyeknya. Oleh karena itu, sering juga disebut sebagai pengetahuan berdasarkan pengenalan. Dalam bahasa Indonesia knowing di sini lebih tepat diterjemahkan sebagai kenal, yaitu tahu secara pribadi, dan dalam arti itu, dapat juga disebut sebagai pengetahuan langsung yang bersifat personal. 4) Tahu mengapa Pengetahuan jenis ini berkaitan erat dengan pengetahuan bahwa. Hanya saja tahu mengapa jauh lebih mendalam dan serius dari pada tahu bahwa karena tahu
19 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
mengapa berkaitan dengan penjelasan. Penjelasan tersebut tidak hanya berhenti pada informasi yang ada sebagaimana pada tahu bahwa, melainkan jauh masuk kebalik data dan informasi yang ada. Dengan penjelasan tersebut tahu mengapa jauh lebih kritis. Bahkan tahu mengapa sudah sampai pada tingkat mengaitkan dan menyusun hubungan-hubungan yang tidak tampak antara berbagai informasi yang ada. c. Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta Pengelolaan sampah di SMAN 12 Jakarta merupakan salah satu materi yang masuk dalam kurikulum sekolah. Materi tersebut berada pada mata pelajaran muatan lokal (MULOK) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Mulok PLH tersebut tidak semua sekolah memilih PLH sebagai mata pelajaran pilihan di sekolahnya. Pemilihan Mulok PLH tersebut bergantung pada visi dan misi sekolah, minat siswa, dan tenaga ahli yang mengajarkannya. Di dalam mata pelajaran Mulok PLH, materi pengelolaan sampah masuk dalam standar kompetensi kedua yaitu Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat setelah standar kompetensi Memahami Lingkungan Hidup. Standar kompetensi tersebut diberikan di kelas satu semester satu. Waktu yang dialokasikan untuk materi tersebut sebanyak 10 x 45 menit (10 jam pelajaran) yang diberikan selam 10 minggu (1 jam pelajaran/minggu). Standar kompetensi Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat membawahi dua buah Kompetensi Dasar, masing-masing kompetensi dasar memiliki 4 dan 3 buah indikator. Untuk lebih jelasnya mengenai masingmasing indikator tersebut disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Standar Kompetensi Memahami Teknik Pengelolaan Limbah Padat No 1
2
Kompetensi Indikator Dasar Pemilahan 1. Mendiskusikan pengertian sampak Sampah 2. Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik (limbah 3. Menghitung jenis sampah yang ada di lingkungan padat) sekolah 4. Memberikan pendapat tentang keuntungan dan kerugian dari sampah yang di buang sembarangan Pengelolaan 1. Membuat produk daur ulang limbah padat anorganik limbah yang bermanfaat organik dan 2. Mendaur ulang kertas anorganik 3. Mengolah sampah organik menjadi kompos
Alokasi Waktu
4 x 45’
6 x 45’
20 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
d. Sampah Berdasrkan Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pada pasal dua UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sampah rumah tangga, sampah sejenis rumah tangga, dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga adalah limbah yang berbentuk padat yang dihasilkan dari kegitan sehari-hari dalam rumah tangga, dan tinja tidak termasuk kedalam sampah rumah tangga. Sampah sejenis rumah tangga adalah sampah yang dihasilkan bukan berasal dari rumah tangga tetapi berasal dari tempat-tempat aktivitas manusia sehari-hari selain di rumah. Tempat-tempat tersebut diantaranya, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya. Sampah spesifik adalah semua jenis sampah yang tidak termasuk kedalam sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat, konsentrasi, dan volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sampah spesifik tersebut contohnya adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; sampah yang timbul akibat bencana; puing bongkaran bangunan; sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan sampah yang timbul secara tidak periodik. Miller (2007:520) membagi sampah menjadi dua jenis, yaitu sampah padat dan sampah beracun. Sampah beracun adalah sampah yang berbahaya bagi kesehatan manusia atau lingkungan karena mengandung racun, bahan kimia aktif, bersifat korosif atau mudah terbakar. Contoh sampah beracun adalah sampah dari industry pelarutan, sampah medis Rumah Sakit, batrei mobil yang mengandung timah dan asam, produk pestisida rumahan, pembersih lantai, accu kering yang mengandung merkuri dan cadmium, endapan lumpur industry dan asap hasil pembakaran. Sampah padat dibagi menjadi dua yaitu, sampah padat industri dan sampah padat perkotaan. Sampah padat industri diproduksi secara tidak langsung dari kegiatan pertambangan, pabrik, perakitan, industri makanan, dan lain sebagainya. Sedangkan sampah padat perkotaan disebut juga garbage atau trash. Diproduksi secara langsung dari rumah
21 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
tangga dan tempat kerja. Contohnya adalah kertas, sisa makanan, pelastik, botol, sampah kebun, perabotan bekas, dan furniture. e. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah disebutkan bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Miller (2008:384) sampah dikelola menjadi tiga tahapan utama. Tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 Prioritas Utama Pencegahan primer polusi dan sampah. 1. perubahan proses industry untuk mengurangi bahanbahan kimia berbahaya 2. mengurangi penggunaan produk berbahaya 3. mengurangi bahan pengepakan pada produk 4. memakai produk tahan lama dan dapat di reused, recycle, reduced, dan mudah diperbaiki.
Prioritas kedua Pencegahan sekunder polusi dan sampah 1. Reused 2. Repair 3. Recycle 4. Kompos 5. Membeli produk yang dapat di reused dan di recycle
Prioritas Ketiga Pengelolaan sampah 1. Mengelola sampah untuk mengurangi toksisitas 2. Pembakaran sampah 3. Menimbun sampah dalam landfill 4. Membuang sampah kelahan kosong
Gambar 2.1 Pengelolaan Sampah Terpadu (Miller, 2008:384)
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa tahapan prioritas utama mengurangi sampah berdasarkan sumbernya, prioritas kedua mengurangi penggunaan sampah secara berlebih, dan ketiga penanganan sampah di tempat pembuangan akhir samapah. Prioritas pertama dan ketiga pada umumnya diatur oleh pemerintah atau dikerjakan oleh perusahaan swasta. Prioritas kedua pada umunya dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan membatu atau memudahkan pemerintah dalam penanganannya di tempat pembuangan akhir. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya memakai prinsip 3R (reuse, reduced, recycle). Reused adalah pemanfaatan kembali barangbarang yang sudah tidak digunakan lagi, penggunaan kembali maksudnya dapat 22 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
sesuai dengan fungsi sebelumnya atau dapat juga tidak sesuai dengan fungsi sebelumnya. Reduced adalah mengurangi timbulan sampah dengan cara menghemat pemakaian sumber daya yang kita gunakan, sehingga sampah yang dihasilkan jumlahnya berkurang. Recycle adalah mendaur ulang sampah dengan cara melebur barang bekas menjadi cairan untuk kemudian dibentuk kembali menjadi barangbarang yang memiliki manfaat. Prinsip recycle ini pada umumnya dipakai untuk mengelola sampah anorganik. Pengelolaan sampah secara 3R sudah mengalami pengembangan menjadi 4R dengan menambahkan prinsip recovery, 7R dengan penambahan prinsip replace, recovery, relocation, dan responsible. Penggunaan prinsip 4R dan 7R tidak semua lembaga menggunakannya, pada umumnya masih menggunakan prinsip 3R. Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini digunakan prinsip pengelolaan sampah 3R dengan harapan siswa yang dijadikan sampel penelitian mengetahuinya. h. Pengukuran Pengetahuan Bloom (1956) seorang profesor dari Univeritas Chicago, menyusun indikator tercapainya tujuan pembelajaran. Indikator tersebut dijabarkan kedalam tiga tujuan, yaitu tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini tujuan pembelajaran yang akan diukur adalah tujuan pembelajaran kognitif saja. Tujuan pembelajaran kognitif adalah suatu indikator untuk mengukur pengetahuan peserta didik yang disusun kedalam enam tahapan atau tingkatan. Keenam tahapan itu adalah: a) Mengingat (C-1) Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).
b) Memahami (C-2) Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau 23 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). c) Mengaplikasikan (C-3) Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing). d) Menganalisis (C-4) Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting). e) Mengevaluasi (C-5) Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing). f) Membuat (C-6) Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
2.2 Kerangka Pikir Penelitian ini membahas masalah kreativitas dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah yang baik akan terciptanya pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam
24 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (Sugandhy, 2007:4). Pengertian tersebut membawa pesan supaya generasi masa kini untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Peningkatan kualitas hidup dapat tercapai jika sumber daya mencukupi. Oleh karena itu, generasi masa kini harus hemat dalam memakai sumber daya.
Lingkungan
Pribadi
Dorongan
Berpikir Kreatif Pengetahuan Pengelolaan sampah Perilaku Kreatif Mengelola Sampah
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Pemakaian sumber daya yang tidak tepat guna dapat merusak sumber alam yang tersedia. Salah satu indikator pemakaian sumber daya tidak tepat guna adalah meningkatnya jumlah timbulan sampah. Sampah merupakan sisa yang tidak terpakai dalam suatu produksi dan dapat menjadi sumber daya bagi produksi berikutnya. Oleh karena itu, sampah perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan sampah yang baik adalah mengurangi volume sampah mulai dari sumber (Trihadiningrum, 2010:58). Sumber-sumber timbulan sampah diantaranya adalah dari pemukiman, pasar, jalan raya, perkantoran, termasuk sekolah. Sampah 25 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
yang dihasilkan dari sekolah pada umumnya adalah garbage atau trash. Pengelolaan sampah garbage dapat dilakukan dengan prinsip 3R (Reused, Reduced, Recycle). Penerapan prinsip 3R di sekolah dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam mengelola sampah. 2.2.1 Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah. Kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, sesungguhnya apa yang diciptakan tersebut tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999: 47). Berdasarkan penekanannya, kreativitas dibagi menjadi dimensi peribadi, dorongan proses, dan produk. Kaitannya dalam pengelolaan sampah, keempat dimensi kreativitas tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut. Sejauhmana pribadi (person) bersama lingkungan mendorong (press) seseorang utuk melibatkan diri dalam proses kreatif. Maksudnya, ketika seseorang menemukan timbulan sampah yang terus menumpuk dan kurang pengelolaan,
maka dalam
individu
akan
tercipta suatu
keinginan
untuk
menyelesaikan timbulan sampah. Keinginan untuk menyelesaikan masalah sampah tersebut akan akan tercipta jika individu tersebut memiliki dorongan yang kuat untuk mengelola sampah. Dorongan tersebut muncul dari dalam individu (motivasi internal) dan dari luar individu (motivasi eksternal). Salah satu yang menjadi pendorong seseorang untuk mengelola sampah adalah dapat meningkatkan atau membatu dalam hal perekonomian. Karya-karya yang dihasilkan dalam pengelolaan sampah (3R) jika memiliki kualitas yang baik, maka karya tersebut dapat dijual, dengan harpan kedepan memiliki usaha tersendiri dalam bidang pengelolaan sampah. Bermodalkan keinginan untuk meningkatkan tingkat perekonomian dan keinginan untuk menyelesaikan masalah timbulan sampah, maka diperlukan suatu proses berpikir untuk mewujudkannya sehingga suatu produk dapat tercipta dari hasil perilaku kreatif. Perilaku kreatif muncul dari pemikiran yang kreatif.
26 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
2.2.2 Pengetahuan dalam Kreativitas Campbell (1986) mengemukakan bahwa yang melandasi kreativitas seseorang adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Campbell juga mengilustrasikan tentang kreativitas bahwa : “Tidak mungkin seseorang secara tiba-tiba membuat gambar rencana sebuah gedung pencakar langit yang fantastis, kalau dia belum memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman kuat dibidang desain arsitektural, prinsip-peinsip keinsinyuran dan masalah finansial yang berhubungan dengan pembangunan besar.”. Ilustrasi yang dikemukakan Campbell di atas mengandung arti bahwa seorang siswa tidak mungkin dapat membuat keterampilan berbahan dasar sampah jika siswa tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah. 2.3 Kerangka Konsep Pengetahuan Pengelolaan Sampah Perilaku Kreatif Mengelola Sampah
Berpikir Kreatif Keterangan: = Pengetahuan mengelola sampah akan mempengaruhi perilaku kreatif mengelola sampah = Berpikir kreatif akan mempengaruhi perilaku kreatif mengelola sampah
Gambar 2.3 Hubungan Antar Variabel 2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep pada gambar 2.2, dapat disusun hipotesis pengarah sebagai berikut: 1. Hipotesis Kerja Pertama H0
= Tidak Terdapat Hubungan Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Perilaku Kreatif Mengelola Sampah.
27 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
H1
= Terdapat Hubungan Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Perilaku Kreatif Mengelola Sampah.
Ditentukan α sebesar 5% Jika
p> α
= H 0 Diterima dan H 1 Ditolak
p< α
= H 0 Ditolak dan H 1 Diterima
2. Hipotesis Kerja Kedua H0
= Tidak Terdapat Hubungan Antara Berpikir Kreatif dan Perilaku Kreatif Mengelola Sampah.
H1
= Terdapat Hubungan Antara Berpikir Kreatif dan Perilaku Kreatif Mengelola Sampah.
Ditentukan α sebesar 5% Jika
p> α
= H 0 Diterima dan H 1 Ditolak
p< α
= H 0 Ditolak dan H 1 Diterima
28 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian Kuantitatif. Bentuk Penelitian menurut tujuan umumnya adalah penelitian pengembangan, yaitu penelitian untuk mengembangkan ilmu yang sudah ada, sedangkan metode yang digunakan adalah metode survey dengan analisis deskriptif. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMAN 12, Jl. Pertanian, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Kodya Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada Pebruari-Mei 2011. 3.3 Populasi dan Subjek penelitian Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria inklusi yaitu sekolah yang di dalamnya terdapat Mata pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (Mulok PLH) dan terdapat ekstrakulikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang mengkaji tentang pengelolaan sampah, dan siswanya sudah menghasilkan produk keterampilan dari sampah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa yang mengikuti kegiatan KIR Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta sebanyak 53 siswa. Sampel penelitian diambil berdasarkan pendekatan non probabiliti sampling, yaitu dengan menggunakan teknik insidental. Ketika pengambilan data, dari 53 siswa yang terdaftar KIR, hanya 39 siswa yang hadir dan 1 orang siswa datangnya terlambat. Selanjutnya lembar jawaban siswa diolah, ternyata yang dapat diolah lebih lanjut hanya 34 siswa. 3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel Pengetahuan Pengelolaan Sampah (X1), Berpikir Kreatif (X2), dan Perilaku Kreatif pada pengelolaan sampah (Y). Variabel Pengetahuan dan Berpikir Kreatif sebagai variabel bebas (Independent) dan variabel perilaku sebagai variabel terikat (dependent).
29 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Tabel 3.1 Tujuan, Variabel, Definisi Operasional, dan metode Pengukuran Tujuan Menganalisis pengaruh pengetahuan pada perilaku kreatif mengelola sampah
Variabel Pengetahuan Pengelolaan Sampah Perilaku Kreatif
Menganalisis pengaruh berpikir kreatif pada perilaku kreatif mengelola sampah.
Berpikir Kreatif
Definisi Operasional pengetahun siswa dalam hal mengelola sampah (Sampah Organic dan Anorganic, Reuse, Recycle, dan Reduced) perilaku siswa dalam mengelola sampah dengan cara mempelajari keterampilan atau berbagai keahlian yang berbasiskan sampah sehingga menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat kemampuan berpikir kreatif siswa yang diukur dengan circle test untuk menunjukkan adanya kemampuan berpikir lancar, luwes, asli, dan elaborasi
Metode Pengukuran Survey
Survey
Survey
3.5 Data Penelitian Data yang didapatkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data Pengetahuan tentang Pengelolaan Sampah adalah data primer, sedangkan Berpikir Kreatif dan Perilaku Kreatif adalah data skunder. Untuk lebih jelasnya tentang data yang didapatkan dapat dilihat pada table 3.1. Tabel 3.2 Variabel, Sumber, dan Jenis Data Variabel Sumber data Instrumen Berpikir Kreatif Primer TKF Pengetahuan Primer Kuesioner Perilaku Skunder Keterangan : TKF = Tes Kreativitas Figural (Circle Test)
Jenis Data Interval Interval Interval
3.6. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua buah instrumen, istrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan instrumen Berpikir Kreatif. Perolehan data Perilaku Kreatif tidak didapatkan dengan instrumen, data Perilaku Kreatif diperoleh dari nilai keterampilan pengelolaan sampah (keterampilan dari sampah plastik, daur ulang kertas, dan kompos) yang diberikan oleh guru pembimbing ekstrakurikuler KIR.
30 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
a. Instrumen Berpikir Kreatif Data Berpikir Kreatif dijaring menggunakan circle test yang disusun oleh Paul E. Torrance dan sudah digunakan di Indonesia sejak 1974. Tes tersebut berupa lingkaran. Dalam waktu 10 menit siswa diberi kesempatan untuk merubah lingkaranlingkaran tersebut menjadi gambar lain yang memiliki makna. b. Pengetauan Pengelolaan Sampah Data Pengetahuan Pengelolaan Sampah dijaring dengan menggunakan tes multiple choice sebanyak 21 item. Sebelum instrument tersebut digunakan peneliti menyusunnya sendiri dengan sebaran item soal sebagai berikut: Tabel 3.3. Sebaran Item Instrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah NO 1 2 3 4 5
Indikator Sampah Organik Sampah An-Organik Reused Reduced Recycle Jumlah
Jenjang C-1 1, 16, 21 2, 30, 29 3, 19, 24 4, 17, 27 5, 26 13 Item
C-2 6, 11, 22, 27 7, 12, 20, 23 8, 13, 18, 25 9, 14, 10, 15 17 Item
Jumlah 7 Item 7 Item 7 Item 5 Item 4 Item 30 Item
Instrumen yang berhasil disusun selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Untuk uji validitas dan reliabilitas peneliti menggunakan bantuan Perangkat lunak komputer tentang pengolahan data yang didalamnya terdapat analisis Cronbach’s alpha. Setelah dianalisis, butir soal yang layak digunakan sebanyak 21 butir dari 30 butir soal dengan koefisien reliabilitas (r) 0,797, untuk lebih jelasnya mengenai sebaran soal yang layak dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Sebaran Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes Pengetahuan Pengelolaan Sampah Interpretasi Validitas Sangat Tinggi Tinggi Sedang
Jumlah soal 0 2 9
Rendah
12
Sangat Rendah
7
No. soal 7, 29 1, 2, 3, 4, 6, 9, 24, 27, 30 5, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 19, 26, 28 20, 22, 8, 12, 18, 21, 25, 23, 17
Keterangan Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai
31 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
3.7 Pengolahan Data a. Pengetahuan Pengelolaan Sampah Lembar jawaban pengetahuan pengelolaan yang telah diisi siswa selanjutnya dilakukan scoring. Scoring yang dilakukan adalah setiap item yang benar di beri skor satu (1) dan jika salah diberi skor nol (0). Skor yang diperoleh setiap siswa selanjutnya dibuat tabulasi dan dikemas dalam tabel. Tabel yang berisi sekor pengetahuan pengelolaan sampah tersebut selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. b. Berpikir Kreatif
lembar jawaban berpikir kreatif siswa berupa circle test atau TKF yang telah di kerjakan siswa, selanjutnya diinterpretasikan berdasarkan indikator berpikir kreatif. Setiap ide siswa yang muncul diberi skor 1-3 tergantung dari ide yang muncul. Skor yang didapatkan siswa selanjutnya dijumlahkan dan dikonversikan berdasarkan indikator (kelancaran, keluwesan, elaborasi, keaslian, dan bonus orsinalitas). Selanjutnya skor yang didapatkan dikonversi lagi menjadi skor total yang disebut Creative Quotation (CQ). CQ yang didapatkan siswa selanjutnya dikemas dalam tabel untuk diolah lebih lanjut. b. Perilaku Kreatif Nilai perilaku kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah didapatkan dari
guru pembimbing KIR. Data tersebut berasal dari nilai siswa ketika membuat keterampilan berbahan dasar pelastik, membuat kompos, dan membuat daur ulang kertas. Nilai yang didapatkan dari guru pembimbing tersebut selanjutnya dikemas dalam tabel untuk di olah lebih lanut. b. Pengolahan Data dengan Analisis Statistik Korelasional Dilakukan uji alaisis statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor satu dan
dua, data yang terkumpul diolah menggunakan perangkat lunak komputer yang khusus mengolah data statistik. Perangkat lunak yang digunakan adalah perangkat lunak yang dapat membantu mendapatkan nilai koefisien korelasi (r). Pengujian signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan taraf signifikansi (p) dengan taraf kesalahan (α). Jika p> α, maka H 0 diterima dan H 1 ditolak. Jika p< α, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima.
32 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen didapatkan dengan cara nilai koefisien korelasi dikuadratkan (koefisien determinasi) dan dikalikan 100%. Untuk lebih jelasnya tentang pengolahan data untuk menjawab pertanyaan penelitian dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.5 Tujuan Penelitian, dan Metode Pengolahan Data No 1 2
Tujuan Penelitian Metode Menganalisis pengaruh Pengetahuan Pengelolaan Sampah Korelasi pada Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah. Menganalisis pengaruh Berpikir Kreatif pada Perilaku Korelasi Kreatif Pengelolaan Sampah
33 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Profil SMAN 12 Jakarta SMAN 12 Jakarta berada di Jalan Pertanian, kelurahan klender, Kodya Jakarta Timur. Saat ini SMAN 12 Jakarta dikepalai oleh Drs. H. Jahidin, M.Pd. dengan jumlah siswa sebanyak 714 siswa yang tersebar di 18 kelas belajar, yaitu 237 siswa kelas X, 120 siswa kelas XI IPA, 118 siswa kelas XI IPS, 120 siswa kelas XII IPA, dan 119 siswa kelas XII IPS. Fasilitias-fasilitas yang dimiliki oleh SMAN 12 berupa 5 buah laboratorium yang dilengkapi dengan mesin pendingin, perpustakaan, mushola, UKS, lapangan olah raga, kantin, ruang audio visula (1 unit komputer, 1 unit LCD, dan 3 buah mesin pendingin), Photo copy, wi-fi, 18 ruangan kelas dilengkapi dengan proyektor dan mesin pendingin, serta beberapa kelas dilengkapi dengan LCD gantung layar OHP. Semua fasilitas yang dimiliki SMAN 12 Jakarta diperuntukan untuk menunjang kelancaran proses kegiatan belajar mengajar di SMAN 12 Jakarta. 4.1.2 Profil Pengelolaan Sampah SMAN 12 Jakarta Keberadaan sampah yang begitu melimpah menimbulkan berbagai pemikiran untuk mengurangi jumlah timbulan sampah. SMAN 12 Jakarta memiliki cara tersendiri untuk memecahkan masalah tersebut. Dipelopori oleh Ibu Dra. Teti Suryati dan didasari oleh rasa cintanya terhadap lingkungan, Ibu Teti biasa beliau disapa mulai gencar mensosialisasikan pengelolaan sampah menjadi kompos. Pada awalnya Ibu Teti yang merupakan seorang guru Biologi SMAN 12 Jakarta ini hanya sekedar berbagi ilmu dengan sesama guru di Jakarta, sampai akhirnya meluas ke seluruh tanah air. Hingga akhirnya beliau terkenal dengan julukan Ibu Guru Sampah. Keengganan warga mengelola sampah dikarenakan prosesnya yang merepotkan, akhirnya dijawab oleh Ibu Teti, beliau menciptakan alat pembuat kompos atau biasa disebut Komposter yang disimpan di saung kompos dan digantung di area parkir
35 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
motor. Bahan yang diperlukanpun sangat sederhana, yakni sebuah kaleng bekas cat berukuran 25 kg yang diberi alat pemutar pada bagian samping atau tutup kaleng. SMAN 12 Jakarta juga memperkenalkan pembuatan kompos pada siswa baru SMAN 12 pada masa orientasi siswa baru. Semua siswa baru diajarkan bagaimana membuat kompos yang baik, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mensosialisasikan pendidikan lingkungan khususnya dalam pembuatan kompos. Selain pada masa orientasi, pembutan kompos juga termasuk salah satu indikator dalam mata pelajaran muatan lokal (MULOK) lingkungan hidup di kelas X. Dalam pelajaran mulok, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diwajibkan membuat komposter.
Setelah
komposter
selesai
dibuat
siswa
diajarkan
bagaimana
menggunakannya untuk membuat kompos, siswa juga diajarkan bagaimana mengelola sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat. Hasil karya siswa-siswi SMAN 12 Jakarta ternyata sangat bervariatif dan berdaya guna. Tas, kipas, dompet, lampion, pernak-pernik merupakan bebrapa contoh hasil karya siswa-siswi SMAN 12 Jakarta. Selain itu, SMAN 12 juga mempunyai ekstrakurikuler yang mendukung kegiatan cinta lingkungan tersebut yaitu Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang dibimbing langsung oleh Ibu Dra. Teti Suryati dan Bapak Sumarwoto. KIR SMAN 12 Jakarta sering sekali mendapat prestasi dan nama KIR SMAN 12 Jakarta pun terkenal hingga tingkat Provinsi. 4.2 Keterbatasan Penelitian 1. Pada penelitian ini, pengukuran berpikir kreatif dilakukan oleh Psikolog berikut dalam hal pemberian skornya. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak memiliki keahlian dalam bidang tersebut. Selain itu instrumen dan cara pemberian skor berpikir kreatif memiliki hak cipta maka peneliti tidak dapat memperoleh lembaran hasil jawaban siswa. Dengan demikian pembahasan di dalam penelitian ini tidak banyak membahas data berpikir kreatif. 2. Peneliti tidak membuat instrumen perilaku kreatif pada penelitian ini. Hal tersebut disebabkan peneliti tidak memiliki keahlian dalam pemuatan instrumen perilaku kreatif. Data perilaku kreatif yang digunakan adalah data nilai keterampilan siswa tentang pengelolaan sampah yang diperoleh dari guru.
36 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Dengan demikian peneliti tidak banyak membahas data perilaku kreatif pada pembahasan ini. 3. Berhubung waktu dan biaya peneliti yang terbatas, maka dalam hal penggunaan populasi dan sampel dibatasi. Seyogyanya populasi yang digunakan adalah seluruh sekolah SMA di Jakarta, tetapi populasi yang digunakan hanyalah satu sekolah saja yang ditentukan secara purposive dengan kriteria inklusif sekolah tersebut mengadakan KIR Pengelolaan sampah. Meskipun demikian peneliti berharap kesimpulan dari penelitian ini bersifat umum. 4.3 Pengaruh Pengetahuan Pada Perilaku Kreatif 4.3.1 Pengetahuan Pengelolaan sampah Kuesioner pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang berisi 21 item pertanyaan disebar kepada 39 siswa yang hadir dan bersedia untuk dijadikan subyek penelitian. Setelah dilakukan pemeriksaan dan penilaian ternyata yang dapat diolah lebih lanjut hanya 34 lembar jawaban. Lima lembar jawaban siswa tidak memenuhi syarat untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil tabulasi jawaban siswa dapat dilihat pada Lampiran 4.1. Berdasarkan data pada lampiran 4.1 diketahui bahwa rata-rata pengetahuan pengelolaan sampah sebesar 15,09 (71,85%) dengan Setandar Deviasi (SD) 2,27. Skor setandar kelulusan minimum yang ditetapkan oleh SMAN 12 dan sekolah lain pada umumnya adalah 70%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengetahuan pengelolaan sampah siswa KIR SMAN 12 termasuk kategori cukup. Skor pengetahuan pengelolaan sampah yang didapatkan siswa selanjutnya dilakukan pengkategorian. Kategori tersebut adalah kategori Tinggi (𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� + (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆), Sedang 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� ± (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆) dan Rendah 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� − (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆). Hasil dari pengkategorikan tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori No
Kategori 1 Tinggi 2 Sedang 3 Rendah
Jumlah
% 7 20 7
20,59% 58,82% 20,59% 37
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Berdasarkan Tabel 4.1 selanjutnya dikonversikan menjadi seperti pada Gambar 4.1.
20,59%
20,59%
Tinggi Sedang Rendah
58,82%
Gambar 4.1 Tabel 4.1 Perolehan Pengetahuan Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori Jika ditelusuri lebih dalam ternyata siswa KIR SMAN 12 dalam hal pemilahan sampah organik dan an organik dapat dikatakan kurang mengetahui, tetapi untuk pengetahuan 3R rata-ratanya sudah dianggap mengetahui. Dengan demikian yang menyebabkan kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah siswa KIR adalah bahwa siswa KIR SMAN 12 belum dapat membedakan sampah organik dan anorganik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Perolehan Nilai Pengetahuan Pengelolaan Sampah Berdasarkan Indikator No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Organik & Anorganik Skor
%
6 85,71 5 71,43 5 71,43 5 71,43 5 71,43 5 71,43 6 85,71 5 71,43 7 100,00 4 57,14
Reduced Skor
%
Reused Skor
%
Recycle Skor
%
2
33,33
0
0,00
2
66,67
5
83,33
3
60,00
3
100,00
4
66,67
2
40,00
3
100,00
5
83,33
4
80,00
2
66,67
5
83,33
4
80,00
3
100,00
5
83,33
3
60,00
2
66,67
5
83,33
5
100,00
3
100,00
3
50,00
3
60,00
2
66,67
4
66,67
4
80,00
1
33,33
3
50,00
5
100,00
3
100,00
Pengetahuan Skor
10 16 14 16 17 15 19 13 16 15
%
47,62 76,19 66,67 76,19 80,95 71,43 90,48 61,90 76,19 71,43 38
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lanjutan Tabel 4.2 No Responden
Organik & Anorganik Skor
%
Skor
3 42,86 4 57,14 4 57,14 3 42,86 5 71,43 4 57,14 4 57,14 7 100,00 6 85,71 3 42,86 4 57,14 4 57,14 2 28,57 3 42,86 1 14,29 4 57,14 6 85,71 6 85,71 7 100,00 6 85,71 4 57,14 7 100,00 6 85,71 6 85,71
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Jumlah
Reduced
4,76
68,07
Reused
%
Skor
Recycle
%
Skor
Pengetahuan
%
Skor
%
100,00
12 16 15 16 13 14 16 16 14 14 13 16 12 14 9 17 16 16 19 16 15 17 19 17
57,14 76,19 71,43 76,19 61,90 66,67 76,19 76,19 66,67 66,67 61,90 76,19 57,14 66,67 42,86 80,95 76,19 76,19 90,48 76,19 71,43 80,95 90,48 80,95
76,47
15,09
71,85
4
66,67
3
60,00
2
66,67
5
83,33
5
100,00
2
66,67
6
100,00
3
60,00
2
66,67
5
83,33
5
100,00
3
100,00
4
66,67
3
60,00
1
33,33
5
83,33
3
60,00
2
66,67
6
100,00
4
80,00
2
66,67
3
50,00
4
80,00
2
66,67
4
66,67
2
40,00
2
66,67
5
83,33
4
80,00
2
66,67
5
83,33
3
60,00
1
33,33
4
66,67
5
100,00
3
100,00
4
66,67
4
80,00
2
66,67
6
100,00
4
80,00
1
33,33
2
33,33
4
80,00
2
66,67
6
100,00
4
80,00
3
100,00
3
50,00
4
80,00
3
100,00
5
83,33
2
40,00
3
100,00
4
66,67
5
100,00
3
100,00
4
66,67
4
80,00
2
66,67
6
100,00
2
40,00
3
100,00
4
66,67
4
80,00
2
66,67
5
83,33
5
100,00
3
100,00
3
50,00
5
100,00
3
4,38
73,04
3,65
72,94
2,29
Keterangan : Pengetahuan : Jumlah dari pengetahuan sampah organik, an-organik dan 3R Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa tentang pengetahuan sampah organik dan anorganik masih kurang. Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata terdapat beberapa soal yang nilainya sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Pengetauan Pengetahuan Sampah Organik dan An organik Nomor Soal
No Responden 1 2
1 1 1
2 1 1
7 1 0
11 1 1
19 0 0
20 1 1
21 1 1
Jumlah 6 5
39 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lanjutan Tabel 4.3 Nomor Soal
No Responden 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Jumlah Presentase
1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 18 53
2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 24 71
7 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 21 62
11 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 12 35
19 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 71
20 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 94
21 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 91
Jumlah 5 5 5 5 6 5 7 4 3 4 4 3 5 4 4 7 6 3 4 4 2 3 1 4 6 6 7 6 4 7 6 6 537 68,07
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa soal nomor 1, 8, dan 12 adalah soal yang paling banyak dijawab salah oleh siswa. Untuk lebih jelasanya mengenai sebaran jawaban siswa dalam setiap item dapat dilihat pada Tabel 4.4. 40 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Tabel 4.4. Sebaran Jawaban Siswa pada Item Soal Bernilai Rendah No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nomor Soal 7 B C D 1
1 A
B
C
D
A
1 1 1 1
11 A
B
C 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1
1
1 1 1
1 1 1 1
1
1 1 1 1
1
1 1 1 1
1
1 1
1 1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1
1
1 1 1
1 1
1 1 1
1
D
1 1
Jumlah
15
18
1
0
2
21
0
11
2
12
15
5
Persentase
44
53
2,9
0
5,9
62
0
32
5,9
35
44
15
41 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada item soal nomor 1 siswa banyak memilih pilihan A dan B. Pertanyaan nomor 1 adalah “Sampah organik adalah …”. Jawaban dari item soal nomor 1 adalah bahwa sampah organik itu adalah sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup (pilihan B). sebagian siswa (15 siswa) menjawab bahwa sampah organik itu adalah sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup (pilihan A). Menurut hemat peneliti seharusnya siswa KIR SMAN 12 mengetahui bahwa setiap makhluk hidup atau sisa makhluk hidup yang mati akan diuraikan oleh pengurai (bakteri dan jamur) termasuk sampah organik yang berasal dari makhluk hidup. Materi tersebut pada tingkat SMA diberikan dalam mata pelajaran Biologi kelas X pada Bab Ekologi Subbab Rantai Makanan. Item soal nomor 7 menanyakan “manakah pernyataan berikut yang benar?...”. Siswa yang menjawab benar item soal ini 21 siswa (62%). Jumlah tersebut lebih baik dibanding jawaban item soal no 1 dan 11. Pada umumnya mereka sudah mengetahui bahwa sampah an organik penanganannya lebih susah. Sampah organik dengan hanya dibiarkan saja di tempat terbuka, sampah tersebut akan terurai. Hal tersebut disebabkan sampah organik menjadi sumber makanan bagi organiseme atau mahkluk hidup lainnya. Lain halnya dengan sampah an organik yang tidak menjadi makanan bagi makhluk hidup lainnya sehingga sulit sekali terurai. Meskipun sampah organik dapat terurai dalam jangka waktu lama, tetapi terurainya bukan oleh makhluk hidup tetapi terurai oleh keadaan cuaca. Item soal nomor 11 menanyakan tentang unsur pembentuk zat sampah organik. Jawaban soal tersebut adalah pilihan B bahwa sampah organik tersusun atas unsur karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Hanya 12 siswa (35%) yang mengetahui jawabannya. Materi tentang unsur pembentuk zat diberikan pada mata pelajaran Kimia SMA kelas 2. Ketika data pengetahuan ini diambil, materi tersebut belum dipelajari sehingga sesuatu hal yang wajar bila sebagian besar siswa belum mengetahuinya.
42 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
4.3.2 Perilaku Kreatif Pengelolaan Sampah Untuk nilai perilaku kreatif yang didapatkan adalah nilai keterampilan siswa dalam pembuatan barang-barang bermanfaat berbahan dasar sampah yang didapatkan dari guru pembimbing ekstrakurikuler KIR SMAN 12 Jakarta. Nilai tersebut adalah nilai daur ulang kertas (Kertas), penggunaan sampah botol mineral dan bungkus permen (Plastik), dan Kompos. Untuk lebih jelasnya mengenai data Perilaku Kreatif dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Data Perilaku Kreatif Siswa SMAN 12 Jakarta No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Plastik
Kertas 82 84 84 84 84 85 82 90 92 82 81 86 93 82 80 94 82 81 81 89 84 85 84 89 80 93 80 80 83
Perilaku Kreatif Kompos 78 84 84 82 86 86 85 90 92 80 80 86 96 82 84 95 78 82 80 86 96 78 80 92 78 96 78 80 80
Rata-rata 75 77 78 78 77 77 78 90 92 77 77 80 93 78 75 95 78 78 77 80 77 80 78 80 75 93 77 77 76
78,3 81,7 81,8 81,2 82,2 82,5 81,7 89,8 91,8 79,7 79,3 84,0 93,8 80,7 79,7 94,7 79,2 80,3 79,2 85,0 85,5 81,0 80,5 87,0 77,7 94,0 78,3 79,0 79,7 43
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lanjutan Tabel 4.5 No Responden 30 31 32 33 34 Rerata SD
Plastik
Perilaku Kreatif Kertas Kompos Rata-rata 81 80 77 81 82 76 86 90 90 93 95 93 89 88 90 84,72 84,97 80,85 4,35 5,99 6,46
79,3 79,7 88,7 93,7 89,0 83,51 5,28
Keterangan : Plastik Kertas Kompos
:Perilaku siswa dalam hal membuat kerajinan berbahan dasar sampah plastic :Perilaku siswa dalam hal membuat daur ulang kertas :Perilaku siswa dalam hal membuat kompos
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Kertas sebesar 84,97 dengan SD = 5,99. Nilai rata-rata Plastik adalah 84,72 dengan SD = 4,35 Nilai ratarata untuk kompos sebesar 80,85 SD = 6,46. Untuk keseluruhan (Perilaku) rata-rata perilaku kreatif siswa sebesar 83,51 dengan SD = 5,28. Dengan demikian bahwa rata-rata perilaku kreatif siswa dapat dikatakan baik, Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang berada di atas 70 yang merupakan syarat kelulusan yang ditetapkan sekolah pada umumnya termasuk SMAN 12 Jakarta. Data perilaku kreatif pada pengelolaan sampah yang didapatkan siswa selanjutnya dilakukan pengkategorian. Kategori tersebut adalah kategori Tinggi (𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� +
(0,5𝑆𝑆𝑆𝑆), Sedang 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� ± (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆) dan Rendah 𝑋𝑋 > 𝑋𝑋� − (0,5𝑆𝑆𝑆𝑆). Hasil dari pengkategorikan tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 4.6 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori No
Kategori 1 Tinggi 2 Sedang 3 Rendah
Jumlah
% 9,00 10,00 15,00
26,47% 29,41% 44,12%
Berdasarkan Tabel 4.6 selanjutnya dikonversikan menjadi seperti pada Gambar 4.2.
44 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
26,47% 44,12% Tinggi Sedang Rendah
29,41%
Gambar 4.2 Perolehan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori Berdasarkan perilaku kreatif siswa KIR SMAN 12 Jakarta yang termasuk baik ini, diharapkan menjadi kader pengelolaan sampah bagi masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya. Siswa KIR ketika kembali ke masyarakat diharapkan dapat mengembangkan dan mengajarkan keterampilan yang dimilikinya tentang mengelola sampah dan dapat memasarkan hasil karyanya. Dengan demikian diharapkan permasalahan timbulan sampah dapat teratasi dan tingkat ekonomi masyarakatpun menjadi lebih baik. 4.3.3 Pengaruh Pengetahuan Pengelolaan sampah Pada Perilku Kreatif Mengelola sampah Berdasarkan data pengetahuan sebagaimana dihasilkan pada subbab 4.3.1 dan perilaku kreatif sebagaimana dihasilkan pada sub bab 4.3.2, maka data tersebut dirangkum ke dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7 Data Pengetahuan dan Perilaku Kreatif Siswa dalam Hal Pengelolaan Sampah No Responden
1 2 3
Organik & An Organik
6 5 5
Pengetahuan Red Reu Rec uced sed ycle
2 5 4
0 3 2
Jum lah
2 3 3
10 16 14
Pelas tik
82 84 84
Perilaku Kreatif Ker Kom Ratatas pos rata
78 84 84
75 77 78
78 82 82 45
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lanjutan Tabel 4.7 No Responden
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Rata-rata
Organik & An Organik
5 5 5 6 5 7 4 3 4 4 3 5 4 4 7 6 3 4 4 2 3 1 4 6 6 7 6 4 7 6 6 4,76
Pengetahuan Red Reu Rec uced sed ycle
5 5 5 5 3 4 3 4 5 6 5 4 5 6 3 4 5 5 4 4 6 2 6 3 5 4 4 6 4 5 3 4,38
4 4 3 5 3 4 5 3 5 3 5 3 3 4 4 2 4 3 5 4 4 4 4 4 2 5 4 2 4 5 5 3,65
Jum lah
2 16 3 17 2 15 3 19 2 13 1 16 3 15 2 12 2 16 2 15 3 16 1 13 2 14 2 16 2 16 2 14 2 14 1 13 3 16 2 12 1 14 2 9 3 17 3 16 3 16 3 19 2 16 3 15 2 17 3 19 3 17 2,29 15,09
Pelas tik
Perilaku Kreatif Ker Kom Ratatas pos rata
84 84 85 82 90 92 82 81 86 93 82 80 94 82 81 81 89 84 85 84 89 80 93 80 80 83 81 81 86 93 89 84,72
82 86 86 85 90 92 80 80 86 96 82 84 95 78 82 80 86 96 78 80 92 78 96 78 80 80 80 82 90 95 88 84,97
78 77 77 78 90 92 77 77 80 93 78 75 95 78 78 77 80 77 80 78 80 75 93 77 77 76 77 76 90 93 90 80,85
81 82 83 82 90 92 80 79 84 94 81 80 95 79 80 79 85 86 81 81 87 78 94 78 79 80 79 80 89 94 89 83,51
Berdasarkan data pada Tabel 4.7 dilakukan analisis statistik dengan menggunakan bantuan sofware komputer yang dapat membantu menghitung koefisien korelasi Person’s Product moment. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8.
46 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Statistik Korelasi Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Perilaku Kreatif Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Menggunakan Software Komputer Perilaku Kreatif Pelastik
Pengetahuan Pengelolaan Sampah
Pemilahan Pearson Correlation Sampah Sig. (2-tailed) Organik & N An Organik Reduced
.158
.065
.938
.806
.372
.716
34
34
34
34
Pearson Correlation
.337
.443**
.187
.339*
Sig. (2-tailed)
.052
.009
.289
.050
34
34
34
34
Pearson Correlation
.178
.082
.184
.164
Sig. (2-tailed)
.314
.645
.297
.353
34
34
34
34
-.121
-.268
-.038
-.144
.495
.126
.829
.417
34
34
34
34
Pearson Correlation
.208
.205
.275
.247
Sig. (2-tailed)
.237
.245
.115
.160
34
34
34
34
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
jumlah
Rata2
.044
N Recycle
Kompos
-.014
N Reused
Kertas
N
Keterangan : **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 4.8 adalah cuplikan dari lampiran 5. Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa terdapat korealasi positif sebesar 0,247 antara Jumlah (Pengetahuan Pengelolaan Sampah) dan Rata2 (Prilaku Kreatif Mengelola Sampah). Hal ini berarti semakin tinggi pengetahuan tentang pengelolaan sampah, maka semakin tinggi perilaku kreatif siswa dalam hal mengelola sampah. Jika tarap kesalahan ditetapkan α=5% (taraf kepercayaan 95%) maka didapatkan harga p berdasarkan hasil analisis statistik sebesar 0,160. Karena p>α (0,160>0,05), maka H 0 diterima dan H 1 ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan antara pengetahuan pengelolaan sampah dan perilaku kreatif siswa dalam mengelola sampah dan tidak signifikan.
47 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Jika ditelusuri lebih jauh, berdasarkan tabel 4.6 ternyata hampir semua indikator pengetahuan pengelolaan sampah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kesimpulan yang sama yaitu tidak terdapat hubungan dan tidak signifikan. Indikator yang memiliki hubungan positif dan signifikan hanya indikator Reduced. Indikator Reduced dan Perilaku Kreatif terdapat korelasi positif sebesar 0,339. Jika tarap kesalahan untuk korelasi reduced dan Perilaku kreatif ditetapkan 5%, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima (p=α ; 0,050=0,050) artinya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara reduced dengan perilaku kreatif dalam mengelola sampah. Untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara pengetahuan pengelolaan sampah dengan perilaku kreatif, maka dilakukan penghitungan koefisien determinasi (r2). Koefisien determinasi yang didapat adalah 0,0610. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan pengelolaan sampah memberikan pengaruh pada perilaku pengelolaan sampah sebesar 6,10%. Artinya 93,90% perilaku kreatif mengelola sampah dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk menganalisis kecilnya nilai koefisien korelasi yang terjadi, pertama mungkin diperlukan jumlah sampel yang lebih besar dari penelitian ini. Meskipun Korelasi yang diukur dalam sampel menaksir korelasi dalam populasi yang diambil sampelnya. Korelasi dalam suatu sampel tidak menjadi meningkat atau menjadi lebih kuat dengan menambah jumlah satuan sampel, tetapi sampel yang lebih besar mungkin diperlukan untuk meyakinkan keberartian statistik dari korelasi yang lemah. Kedua, banyak siswa yang baru mengikuti ekstrakurikuler KIR. Siswa baru KIR tersebut tidak memahami setiap langkah dalam pembuatan karya berbahan dasar sampah. Siswa tersebut hanya melakukannya berdasarkan langkah kerja yang ada. Jika siswa tersebut melakukan sesuatu tanpa memahami setiap langkah yang dilakukan, maka dampaknya akan menimbulkan kegagalan. Contoh langkah kerja yang harus dipahami setiap langkah adalah dalam pembuatan kompos. Pada pembuatan kompos diperlukan peran bakteri pengurai didalamnya. Ketika tidak tepat menangani bakteri pengurai dalam pembutan kompos, maka akan menyebabkan bakteri pengurai mati. Jika hal tersebut terjadi, maka kompos tidak akan jadi. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata siswa dalam hal pembuatan
48 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
kompos. Rata-rata tersebut merupaka rata-rata yang terendah dibanding nilai ratarata pembuatan karya yang lainnya. Ketiga, instrumen yang kurang baik. Realiabilitas instrumen yang digunakan kurang begitu baik (r = 0,79) dengan validitas item soal terkonsentrasi pada derajat rendah (r = 0,2 - 0,4). Implikasi dari rendahnya validitas dan reliabilitas tersebut adalah menjadi lemahnya daya pembeda, dan tingkat kesukaran setiap item soal. Dampaknya siswa menjadi bingung dalam menentukan pilihan jawaban. Keempat, pengetahuan pengelolaan sampah yang ditanyakan tidak tepat dengan apa yang dilakukan oleh siswa dalam pembutan karya berbahan dasar sampah. Pengetahuan yang diukur seharusnya pengetahuan “bagaimana”, sedangkan pengetahuan yang diukur adalah pengetahuan “mengapa”. Dengan demikian wajar jika pengetahuan pengelolaan sampah menjadi lemah pengaruhnya terhadap perilaku pengelolaan sampah. Kelima, jika melihat data yang dihasilkan. Terdapat beberapa siswa yang memiliki perilaku kreatif di atas rata-rata tetapi memiliki nilai pengetahuan pengelolaan sampah di bawah rata-rata dan sebaliknya. Hal tersebut dapat diperhatikan pada Tabel 4.7. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa lemahnya pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah terhadap perilaku kreatif pada pengelolaan samapah disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah kurangnya sampel yang digunakan. Kedua, banyak siswa yang baru masuk KIR sehingga mereka belum terampil dalam hal pembuatan karya berbahan dasar sampah. Ketiga, instrument yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas yang lemah. Keempat, ketidaktepatan pengetahuan yang diukur. Kelima, Terdapat beberapa siswa yang memiliki perilaku kreatif di atas rata-rata tetapi memiliki nilai pengetahuan pengelolaan sampah di bawah rata-rata dan sebaliknya.
49 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
4.4 Pengaruh Berpikir Kreatif Pada Perilaku Kreatif Mengelola Sampah 4.4.1 Kemampuan Berpikir kreatif Untuk penilaian berpikir kreatif, peneliti tidak memiliki keahlian dalam pengukuran dan pemberian skoranya. Dengan demikian pengukuran dan pemberian skor dilakukan oleh Psikolog. Peneliti hanya mengetahui langkah-langkah pemberian skor saja. Skor rata-rata berpikir kreatif (CQ) dari 34 siswa adalah 105,85 SD = 10,33. Untuk lebih jelasnya mengenai perolehan nilai berpikir kreatif siswa dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Nomor Responden
Kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
X-1 XI IPA 2 XI IPA 1 X-4 XI IPA 3 X-5 XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 3 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 1 X-5 XI IPA 2 XI IPA 3 X-3 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 2 X-4 X-6 XI IPA 1 X-5 XI IPS 2 XI IPA 3
Berpikir Kreatif (CQ) 101 109 92 109 114 101 103 110 88 124 118 110 128 110 101 107 93 92 124 110 116 95 97 110 103 96 112
28 XI IPA 1 29 X-6
110 121 50
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lanjutan Tabel 4.9 Nomor Responden
Kelas
30 31 32 33 34
Berpikir Kreatif (CQ)
XI IPA 3 XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 1 XI IPA 3
94 101 99 109 92 105,85 10,33
Rerata SD
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa rata-rata Creative Quotient (CQ) yang dimiliki siswa KIR SMAN 12 adalah 105,85 dengan Standar Deviasi (SD) 10,33. Nilai rata rata tersebut dapat dikatogoikan cukup ( CQ Nasional 90-110). CQ di atas 110 dikategorikan baik, dan di bawah 90 termasuk kategoi rendah. Untuk lebih jelasnya tentang kategori CQ yang didapatkan siswa KIR SMAN 12 dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori No
Kategori 1 Tinggi 2 Sedang 3 Rendah
Jumlah
% 8 25 1
23,53% 73,53% 2,94%
Berdasarkan Tabel 4.10 selanjutnya dikonversikan menjadi seperti pada Gambar 4.2.
2,94% 23,53% Tinggi Sedang 73,53%
Rendah
Gambar 4.3 CQ Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Berdasarkan Kategori
51 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
4.4.2 Pengeruh Berpikir Kreatif Pada Perilaku Kreatif Berdasarkan data berpikir kreatif (CQ) yang berada pada subbab 4.4.1 dan perilaku kreatif yang berada pada subbab 4.3.2, maka kedua data tersebut digabungkan untuk dianalisis lebih lanjut. Gabuangan kedua data tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.11 Perilakau Kreatif dan Creative Quotient (CQ) Siswa KIR SMAN 12 Jakarta Nomor Responden
Kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
X-1 XI IPA 2 XI IPA 1 X-4 XI IPA 3 X-5 XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 3 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 1 X-5 XI IPA 2 XI IPA 3 X-3 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 2 X-4 X-6 XI IPA 1 X-5 XI IPS 2 XI IPA 3 XI IPA 1 X-6 XI IPA 3 XI IPA 1 XI IPA 2
Berpikir Kreatif (CQ) 101 109 92 109 114 101 103 110 88 124 118 110 128 110 101 107 93 92 124 110 116 95 97 110 103 96 112 110 121 94 101 99
Pelastik 82 84 84 84 84 85 82 90 92 82 81 86 93 82 80 94 82 81 81 89 84 85 84 89 80 93 80 80 83 81 81 86
Perilaku Kreatif Kertas Kompos Rata-rata 78 75 78,3 84 77 81,7 84 78 81,8 82 78 81,2 86 77 82,2 86 77 82,5 85 78 81,7 90 90 89,8 92 92 91,8 80 77 79,7 80 77 79,3 86 80 84,0 96 93 93,8 82 78 80,7 84 75 79,7 95 95 94,7 78 78 79,2 82 78 80,3 80 77 79,2 86 80 85,0 96 77 85,5 78 80 81,0 80 78 80,5 92 80 87,0 78 75 77,7 96 93 94,0 78 77 78,3 80 77 79,0 80 76 79,7 80 77 79,3 82 76 79,7 90 90 88,7
52 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lanjutan Tabel 4.11 Nomor Responden
Kelas 33 XI IPA 1 34 XI IPA 3
Rerata SD
Perilaku Kreatif Pelastik Kertas Kompos Rata-rata 93 95 93 93,7 89 88 90 89,0 84,72 84,97 80,85 83,51 4,35 5,99 6,46 5,28
Berpikir Kreatif (CQ) 109 92 105,85 10,33
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, data tersebut selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan menggunakan bantuan sofware komputer yang dapat membantu menghitung koefisien korelasi Person’s Product moment. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12 Tabel 4.12 adalah cuplikan dari lampiran 5.2. Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa terdapat korealasi negatif sebesar -0,024 antara berpikir kreatif dan perilaku kreatif (Rata2) dalam mengelola sampah. Hal ini berarti jika berpikir kreatif tinggi maka perilaku kreatif siswa rendah dalam hal mengelola sampah. Jika tarap kesalahan ditetapkan α=5% (taraf kepercayaan 95%) maka didapatkan harga p berdasarkan hasil analisis statistik sebesar 0,895. Karena p>α (0,895>0,05), maka H 0 diterima dan H 1 ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan antara berpikir kreatif dan perilaku kreatif siswa dalam mengelola sampah dan tidak signifikan. Tabel 4.12 Hasil Analisis Korelasi Berpikir Kreatif Pada Perilaku Kreatif Perilaku Kreatif Pelastik Berpikir Kreatif (CQ)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kertas
Kompos
Rata2
-.030
.070
-.109
-.024
.867
.696
.538
.895
34
34
34
34
Keterangan : **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara berpikir kreatif dengan perilaku kreatif, maka dilakukan penghitungan koefisien determinasi (r2). Koefisien determinasi yang didapat adalah 0,00058. Hal tersebut menunjukkan bahwa berpikir
53 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
kreatif memberikan pengaruh pada perilaku pengelolaan sampah sebesar 0,058%. Artinya 99,42% perilaku kreatif mengelola sampah dipengaruhi oleh faktor lain. Kecilnya nilai korelasi yang terjadi antara berpikir kreatif dan perilaku kreatif dalam hal mengelola sampah, peneliti mencoba mengkonfirmasi pada guru pembimbing KIR SMAN 12. Sebelum saya mengkonfirmasi atas apa yang ditemukan, guru pembimbing langsung bertanya mengenai hasil yang diperoleh beberapa siswa yang dianggapnya bagus ketika mengikuti KIR. Siswa yang ditanyakan adalah responden nomor 8, 13, 26, 33. Beliau mengemukakan bahwa siswa-siswa tersebut berperan aktif dalam KIR. Ketika mengetahui ada beberapa siswa yang ditanyakannya memiliki nilai berpikir kreatif rendah beliau langsung bertanya, kenapa nilai berpikirnya rendah padahal mereka sangat kreatif menurutnya. Mendapatkan pernyataan yang dikemukakan pembimbing KIR, peneliti langsung memeriksa nilai berpikir kreatif dan perilaku kreatif siswa yang didapatkan. Berdasarkan penelusuran tersebut didapatkan bahwa terdapat siswa yang memiliki nilai berpikir kreatif tinggi sedangkan perilaku kreatifnya rendah hal tersebut ditemukan pada responden nomor 10, 11, 12, 14, 19, 20, 21, 24, 27, 28, dan 29. Ditemukan juga siswa yang memiliki nilai perilaku kreatifnya rendah tetapi perilaku kreatifnya tinggi. Responden tersebut adalah responden nomor 9, 26, dan 33. Berdasarkan paparan guru pembimbing, peneliti mendapatkan informasi bahwa responden nomor 13 yang memiliki nilai berpikir kreatif tertinggi mempunyai karya yang menurutnya sangat kreatif. Responden nomor 13 membuat suatu karya berbahan dasar rumput dan daun pisang diolah dengan menggunakan prinsip dan sedikit perubahan langkah-langkah seperti membuat daur ulang kertas. Hasil dari karya tersebut adalah berupa kertas berwarna hijau menyerupai karpet. Hasil karya tersebut mendapatkan juara dan penghargaan dalam perlombaan. Mendapat informasi tersebut, peneliti sependapat dengan apa yang dikemukakan guru pembimbing bahwa karya yang dibuat oleh responden nomor 13 termasuk hasil karya yang kreatif. Pada umunya orang lain menggunakan bahan sampah kertas untuk membuat daur ulang kertas, tetapi responden 13 menggunakan bahan lain
54 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
sebagai bahan dasarnya. Jika melihat bahan dasar untuk membuat kertas yang berasal dari kayu, hal tersebut dapat, difahami dan memungkinkan untuk dilakukan. Jika hasil karya yang dibuat oleh responden 13 tersebut memiliki kualitas baik, maka merupakan sebuah kabar gembira bagi pengelola sampah. Rumuput-rumput yang tumbuh liar di pekarangan rumah yang dapat menggangu keindahan menjadi bermanfaat karena dapat dibuat sesuatu yang berarti. Berdasarkan hasil analisi statistik dan informasi yang didpatkan dari guru pembimbing, hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Munandar yang mengatakan bahwa 1). Nilai berpikir kreatif yang tinggi belum tentu memiliki kreativitas yang tinggi, tetapi seseorang yang memiliki nilai berpikir kreatif tinggi diduga memiliki kreativitas yang tinggi pula. 2). Beberpa penelitian yang dilakukan bahwa siswa berbakat yang dites menggunakan tes intelegensi dan tes kreativitas termasuk memiliki prestasi dibawah kemapuan.
55 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengaruh pengetahuan pengelolaan sampah terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Sangat lemahnya pengaruh tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah kurangnya sampel yang digunakan. Kedua, banyak siswa yang baru masuk KIR sehingga mereka belum terampil dalam hal pembuatan karya berbahan dasar sampah. Ketiga, instrument yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas yang lemah sehingga tidak dapat mengukur apa yang akan diukur. Keempat, ketidaktepatan pengukuran pengetahuan. Kelima, Terdapat beberapa siswa yang memiliki perilaku kreatif di atas rata-rata tetapi memiliki nilai pengetahuan pengelolaan sampah di bawah rata-rata dan sebaliknya. 2. Pengaruh berpikir kreatif terhadap perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Sangat lemahnya pengaruh tersebut disebabkan krena terdapat beberapa siswa yang memiliki nilai berpikir kreatif tinggi tetapi perilaku kreatifnya rendah, dan sebaliknya. Kenyataan tersebut sejalan dengan yang dikatakan Munandar (1999) yang mengatakan bahwa 1). Nilai berpikir kreatif yang tinggi belum tentu memiliki kreativitas yang tinggi, tetapi seseorang yang memiliki nilai berpikir kreatif tinggi diduga memiliki kreativitas yang tinggi pula. 2). Beberpa penelitian yang dilakukan bahwa siswa berbakat yang dites menggunakan tes intelegensi dan tes kreativitas termasuk memiliki prestasi dibawah kemapuan 5.2 Saran 5.2.1 Bagi peneliti 1. Perlu dilakukan penelitian ulang untuk memastikan hubungan yang terjadi anatar pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif pada perilaku kreatif pengelolaan sampah. Penelitian ulang sebaiknya menggunakan instrument yang benar-benar valid supaya dapat mengukur apa yang diukur.
57 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
2. Untuk pengukuran perilaku kreatif sebaiknya dilakukan langsung pada hasil karya yang dibuat siswa. Jika pengukuran perilaku kreatif tersebut berdasar dari hasil penilaian guru dikhawatirkan indikator yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian. 3. Hasil pengukuran kreativitas sangatlah subjektif, untuk itu dalam pengukuran dan menginpretasikan hasilnya perlu didampingi oleh orang yang benar-benar ahli sehingga subjektivitas dalam pengukuran dapat berkurang. 4. Untuk instrumen pengetahuan pengelolaan sampah, sebelum instrument disusun sebaiknya pastikan untuk memiliki silabus pengelolaan sampah yang akan diukur. Selanjutnya buat kisi-kisi sebaik mungkin untuk membuat item soal. Item soal harus dibuat berdasarkan indikator dalam silabus dengan memperhatikan kaidah-kaidah dalam pembuatan item soal untuk penelitian. Instrument yang telah disusun selanjutnya diuji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument. Untuk menguji validitas, sebaiknya tidak hanya berdasarkan hitungan statistik saja, tetapi mintalah pendapat para ahli dibidang pengelolaan sampah dan yang menekuni dalam hal pembuatan instrumen. 5. Penelitian ini sebaiknya dilakukan secara kerjasama antara yang menekuni pengelolaan sampah, psikolog, dan pengajar. Ahli pengelolaan sampah bertugas untuk memahami maslah lingkungan yang diakubatkan oleh sampah. Psikolog bertugas menjaring data berpikir kreatif, perilaku kreatif, dan pengetahuan pengelolaan sampah serta menganalisis lembar kuesioner yang didapatkan dari siswa. Pengajar bertugas untuk memahami apa yang dirasakan oleh siswa. Dengan demikian akan didapatkan kesimpulan yang lebih mendalam. 6. Untuk pemilihan subjek, sebaiknya subjek yang digunakan lebih banyak supaya kesimpulan yang dihasilkan bermakna. 5.2.2 Bagi SMAN 12 Jakarta 1. Meningkatkan terus kreativitas anak didiknya dalam pengelolaan sampah. dengan cara lebih meningkatkan lagi kebebasan yang diberikan pihak sekolah pada siswanya untuk berkarya lebih banyak. Mengadakan lomba kreativitas tentang sampah secara berjenjang, mulai dari tingkat kelas, kelas paralel,
58 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
sekolah, dst. Dengan demikian diharapkan kreativitas siswa dapat terbina dengan baik. 2. Pengelolaan sampah sebaiknya tidak hanya diberlakukan pada siswa KIR dan kelas X saja, juga diberlakukan bagi kelas XI dan XII sehingga lingkungan sekolah menjadi bersih dan indah. Dengan demikian diharapkan sekolah menjadi pembentukan karakter siswa dalam pengelolaan sampah khususnya dan menjaga lingkungan pada umumnya. 3. Meningkatkan pendampingan pada siswa supaya dapat memasarkan hasil karyanya. 4. Untuk mendukung penerapan UU No 32 tahun 2009 tentang PPLH sebaiknya pengelolaan sampah tidak hanya diberikan bagi siswa KIR dan siswa kelas X saja, tetapi diberikan juga pada kelas XI dan XII.
59 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. Baihaqi. 2008. Menggali Kreativitas Tenaga Didik. 7 hlm. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196212081988031M.I.F_BAIHAQI/MIF_Makalah_disajikan/Mif_Forum_Ilmu_6/Makalah_Men ggali_Kreativitas_TenagaDidik_MIF.pdf. 2 Juli 2010. Campbell. 1986. Take The Road to Creativity and get off your dead end. Disadur oleh Mangunhardjana. Kanisius. Yogyakarta. Costa, A.L. 1985. Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria, Virginia ASCD. de Bono, E. 2007. Revolusi Berpikir. KAIFA, Bandung. Farida, W. 1999. Beberapa Faktor yang Behubungan Dengan Perilaku (Pengetahuan, Sikap Praktek) Masyarakat dalam Mengelola Limbah Domestik di Wilayah Das Garang Semarang. Tesis, Universitas Diponegoro Girl Tan (Editor). 2007. Creativity, a Handbook for Teachers. National Institute of Education, Nanyang Technological University, Singapor Guilford, JP. 1965. “Intellectual Factors in Productive Thinking”. Dalam Ascher dan Bish. Produktif Thinking in Education. Woshington DC: The Nasional Education Association & The Carnegie Cooperation of New York. Hassoubah, Z. I. 2004. Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Terj. Dari Developing Creative & Critical Thingking Skill. Nuansa, Bandung. Hermawan dan Oman Roesman. 2008.Perilaku Pedagang Sayur dalam Mengelola Kebersihan Lingkungan Hidup. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 8 No. 2 Hal. 186192. JICA. 2008. Statistik Persampahan Indonesia. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Karli, H. 2003. Head Hand Heart 3H dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bina Media Informasi, Bandung. Kasnodihardjo, at al. 1997. Gambaran Perilaku Penduduk Mengenai Kesehatan Lingkungan di Daerah Pedesaan Subang Jawa Barat. Depkes RI, Jakarta.
61 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Keraf, S dan Mikhael D. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis. Kanisius, Yogyakarta Kirmato, D. 2010. Seminar Nasional : Keberlanjutan Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara dan Kota Pusat Pemerintahan. PSIL-UI, Jakarta. KLH. 2008. Panduan Praktis Pemilahan Smapah. KLH, Jakarta. Kominfomas JT. 2010. Tanpa Peran Masyarakat, Sampah Akan Tetap Jadi Masalah Jaktim 2010. http://timur.jakarta.go.id/v10/?page=Berita&id=210. 4 Juli 2011. Kurniawan, E. 2010. Pengelolaan Smapah di Indonesia. http://www.iec.co.id/berita/pengelolaan-sampah-di-indonesia 4 Juli 2011 Krathwohl, DR. 2002. A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. THEORY INTO PRACTICE, Volume 41, Number 4. Maher, ML. Kathryn Merrick & Rob Saunders. 2009. Achieving Creative Behaviour Using Curious Learning Agents, University of Sydney Miller. 2007. Living In The Environmen. Thomoson, Canada. --------. 2008. Environmental Science. Thomson, Canada Munandar, S.C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Grasindo, Jakarta --------------- 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta, Jakarta. Mundiri. 1994. Logika. Rajawali Press, Jakarta. Notoatmodjo. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta. Pratoom, et. al. 2009. Exploring the interaction effect between constructive culture and organizational knowledge management affecting creative behavior. European Journal of Management, 8 hlm. http://www.freepatentsonline.com/article/European-JournalManagement/208535114.html, 10 Desember 2010. Rooijakkers, Ad. 1990. Mengajar dengan Sukses. Gramedia, Jakarta. Ruseffendi, E. 1994 Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang non-Eksakta Lainnya. Ikip Semarang Press, Semarang. Sembel, R. 2006. 7 Hambatan Untuk Menjadi http://alexbudiyanto.web.id/?p=34. 08 September 2009)
Kreatif.
Tersedia:
62 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Semiawan, Conny R, et. al. 2002. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu. Remaja Rosdakarya, Bandung. Shaughnessy, MF. 1998. An Interview with E. Paul Torrance: About Creativity. Educational Psychology Review, Vol. 10, No. 4, 1998 Simpson, M. 2007. The Importance of Creativity on Our Global Society and in Today’s Educational System. Baylor University. 18 hlm. http://www.wfate.org/papers/Power_and_Influence_of_the_Right_Brain.pdf, 12Mei 2010, pk. 18.30 WIB. Soeryani M., R. Ahmad, R. Munir. 2008. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. UI Press, Jakarta. Solso, R. Otto HM, M Kimberly M. 2008. Psikologi kognitif. Terj. dari Cognitive Psycology. Oleh Mikael Raharjanto dan Kristianto Batuadji. Erlangga, Jakarta. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta. Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim. 2007. Prinsip Dasar KebijakanPembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara, Jakarta Sugiono. 2003. Statistika untuk penelitian. Alfabeta, Bandung. Supriadi, D. 1997. Kreativitas dalam Perkembangan Kebudayaan dan IPTEK. Gramedia, Jakarta. Suriasumantri 1981. Logika Ilmu Nalar. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Syamsudin, A. 2002. Psikologi Pendidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trihadiningrum, Y. 2010. Perkembangan Paradigma Pengelolaan Sampah Kota dalam Rangka Pencapaian Millennium Development Goals. Dalam MDGs. Kompas, Jakarta Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Numed, Yogyakarta Wijaya, C. 1996. PENDIDIKAN REMEDIAL. Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Rosdakarya, Bandung. Yusuf, S. 2002. Pengantar Teori Kepribadian. Jurusan psikologi dan bimbingan FIP UPI, Bandung
63 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 1
c. barang-barang yang sudah dibuang d. barang-barang yang sudah tidak memiliki nilai
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir Kreatif pada Perilaku Siwa dalam mengelola sampah. Untuk itu mohon agar dapat diisi apa adanya, sesuai dengan kemampuan, sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Hasil dari lembar kuesioner ini tidak dipublikasikan dan hanya digunakan untuk keperluan akademis. Atas kerja samanya, saya ucapkan terima kasih… I. Petunjuk pengisian: a. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item dari pertanyaan berikut ini. b. Berilah tanda (X) pada kolom lembar jawaban yang Anda anggap benar. II. Pilihan Soal berganda 1. Sampah organik adalah … a. sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup b. sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup c. sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup d. sampah yang tidak dapat terurai dengan dibakar 2.
3.
Sampah an-organik adalah … a. sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup b. sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup c. sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup d. sampah yang tidak dapat terurai dengan dibakar Prinsip reused adalah menggunakan kembali … a. barang-barang bekas tidak layak pakai b. barang-barang bekas layak pakai
4.
Prinsip reduced adalah mengurangi sampah dengan cara … a. mengganti barang-barang tidak layak pakai b. membeli barang-barang berkualitas baik c. membeli keranjang belanja ketika berbelanja d. membawa keranjang belanja ketika berbelanja
5.
Prinsip recycle adalah … a. menghancurkan barang bekas untuk dibentuk kembali b. menghancurkan sampah untuk dibentuk kembali c. menghancurkan barang bekas supaya mudah terurai d. menghancurkan sampah supaya mudah terurai
6.
Pernyataan manakah yang paling tepat dalam menggambarkan prinsip reduced? a. membakar sampah di tempat terbuka b. menimbun sampah di lahan kosong c. membeli jajanan berkemasan tradisional d. memakan baso di warung baso
7.
Manakah pernyataan berikut yang benar … a. Sampah organik pengelolaannya lebih susah dari sampah an-organik b. Sampah an-organik pengelolaannya lebih susah dari sampah organik c. Sampah organik dan sampah anorganik sama-sama mudah terurai d. Sampah organik dan sampah anorganik dihasilkan dari makhluk hidup
63 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 1
8.
9.
Dalam aksinya di panggung musik, Kelompok musik Klanting menggunakan perabot dapur bekas sebagai alat musiknya. Sebetulnya klanting telah menerapkan prinsip 3R, yaitu…. a. reuse c. recycle b. reduce d. reabsorpsi Jajanan manakah yang berpotensi menimbulkan sampah paling sedikit ? a. Ayam goreng c. Soto ceker b. Sate d. Bakpau
10. Manakah
produk berikut yang dihasilkan dari proses daur ulang ? a. Kertas - Bubur kertas - Kertas b. Kulit pisang - pakan ternak Pupuk kandang c. Sampah sayur - Fermentasi Pupuk kompos d. Ember cat - cuci - Penampungan air
11. Unsur-unsur manakah di bawah ini
yang menyusun organik? a. C, H b. C, H, O
15. Jajanan
yang berpotensi menimbulkan sampah paling Banyak adalah … a. ayam goreng c. soto ceker b. sate d. Bakpau
16. Penggunakan kembali pakaian kalian
yang sudah tidak cukup untuk dijadikan lap atau keset, sebenarnya menerapkan prinsip ... a. reuse c. recycle b. reduce d. Reabsorpsi III. Pilihan Benar atau Salah. 17. Untuk mempermudah dalam pembuatan bubur kertas, kertas disobek kecil-kecil dan direndam selama satu malam sebelum diblender. a. Benar b. Salah 18. Reduced adalah mengurangi timbulan
sampah dengan cara dibakar…. a. Benar b. Salah
molekul sampah 19. Limbah kayu tidak termasuk sampah
c. C, H, N d. N, H
12. Berusaha
untuk tidak membeli jajanan dalam kemasan plastik merupakan prinsip … a. reuse c. recycle b. reduce d. reabsorpsi
13. Gas yang dihasilkan dari biogas yang
kegunaannya setara dengan Liquid Petroleum Gas (LPG) adalah ... a. karbon dioksida (CO 2 ) b. Karbon monoksida (CO) c. metana (CH 4 ) d. hidrogrn (H 2 )
organik a. Benar
b. Salah
20. Sampah organik yang mengandung
banyak air (sampah basah) lebih mudah terurai dibanding sampah organik yang mengandung sedikit air (sampah kering). a. Benar b. Salah 21. Semua zat organik jika terurai akan
menjadi zat anorganik a. Benar
b. Salah
14. Cara pengelolaan sampah organik
yang tepat adalah dengan cara … a. Komposting c. Penimbunan b. Pembakaran d. Daur ulang
64 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 2
F.PM.KUR.02.L5.0
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 12 JAKARTA Jl.Pertanian Klender – Jakarta Timur. Telp. 021 - 8615180
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Program Semester Alokasi Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan masalah lingkungan hidup
: SMA N egeri 12 Jakarta : Muatan Lokal (Lingkungan Hidup ) :X :1 : 12 jam Pelajaran : 1. Memahami tentang lingkungan hidup
Materi Pembelajaran Lingkungan Hidup • Merupakan sistem kehidupan dengan semua benda • Permasalahan lingkungan seperti sampah, banjir, pemanasan global dan polusi • Penyebab masalah lingkungan karena aktifitas manusia • Solusi masalah lingkungan, pembinaan
SILABUS
Kegiatan Pembelajaran • •
•
•
Pengertian lingkungan hidup Mendeskripsikan secara kelompok permasalahan permasalahan lingkungan
Indikator • •
Penyebab munculnya permasalah lingkungan yang ada
•
Memberikan pendapat atau contoh masalah lingkungan berikut solusinya
•
Menjelaskan pengertian lingkungan hidup Menjelaskan permasalahanpermasalahan lingkungan Mendeskripsikan penyebab masalah lingkungan Memberikan pendapat contoh masalah lingkungan
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Penilaian
Jenis Tagihan: Performansi, Tugas kelompok, Ulangan Bentuk Tagihan: Pengamatan sikap, Uraian, Pilihan
Alokasi Waktu (menit)
4 X 45 ‘
Sumber/ Bahan/Alat Sumber: Pendidikan lingkungan hidup depdiknas
Lampiran 2
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
dan penyuluhan, pengawasan terhadap pembuangan limbah
1.2 Menjelaskan tujuan pengelolaan lingkungan hidup
Sadar bahwa dalam hidup dan kehidupan sangat tergantung kepada faktorfaktor yang ada di dalam dan di lingkungan sekitar Lingkungan Bersih • Sampah berada pada tempatnya • Menanam pohon • Menata tanaman • Saluran air lancar • Hemat pemakaian air • Hemat pemakaian energi Manfaat Kadar O2 tinggi, CO2 terserap tumbuhan melalui proses Fotosintesis, sarang nyamuk hilang dan bebas polusi • Merencanakan aksi bersih • Merencanakan aksi penghijauan
•
•
•
Menggali informasi difinisi Pengelolaan lingkungan hidup
Mendeskripsikan pemecahan masalah lingkungan yang sedang berlangsung di muka bumi ini
Penilaian
Jenis Tagihan: Tugas kelompok, performans, ulangan.
•
Menjelaskan manfaat yang didapat dari pengelolaan lingkungan
Bentuk pengamatan sikap, pilihan ganda, uraian.
•
Menyiapkan alat-alat kebersihan kelas
Jenis tagihan: Tugas
•
Mendeskripsikan manfaat yang dapat dirasakan dari lingkungan bersih
Sumber/ Bahan/Alat
ganda,
Menjelaskan pengertian pengelolaan lingkungan Memberikan contoh cara pemgelolaan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat
•
Alokasi Waktu (menit)
2 X 45’
Sumber: Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas
•
1.3 Melakukan pengelolaan lingkungan dilokasi
• •
Membuat rencana aksi bersih dikelas Mendiskusikan alat apa
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
6x 45’
Sumber: Acuan
Lampiran 2
Kompetensi Dasar sekitar
Materi Pembelajaran •
•
•
Kriteria bersih adalah bebas dari sampah dan debu dalam kelas tanpa ada coret-coretan Penanaman pohon adalah suatu cara untuk penghijauan dan penyejuk lingkungan Pohon adalah mahluk hidup yang perlu di rawat dan di jaga
Kegiatan Pembelajaran
•
•
•
saja yang akan dipakai Pembagian tugas berdasarkan kelompok menyapu, bersihkan kaca, bersihkan meja, tembok, ac dan papan tulis Penataan asesoris ruangan berupa gambargambar, jam dinding, papan pengumuman, letak OHP dan lemari Setiap siswa wajib menanam satu pohon untuk penghijauan di sekitar sekolah
Indikator • •
Penilaian
kelompok, performans, Melakukan penataan kelas ulangan.
Membersihkan kelas
•
Melakukan penanaman pohon di lingkungan sekolah
•
Melakukan perawatan dan penyiraman pohon
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Bentuk instrumen: Produk, unjuk kerja, pengamatan sikap, pilihan ganda,
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat Pendidikan lingkungan hidup depdiknas
Lampiran 2
SILABUS
Nama sekolah
Mata Pelajaran Kelas/Program Semester Alokasi waktu Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar 2.1. Pemilahan Sampah (limbah padat)
: MULOK (Lingkungan Hidup) :X :1 : 10 jam Pelajaran : 2. Memahami tehnik pengelolaan limbah padat Materi Pembelajaran
•
•
• •
2.2. Pengelolaan limbah organik dan anorganik
: SMA N 12
Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan sumbernya sampah (limbah padat) terdapat disetiap tempat dimana mahluk hidup mengadakan aktifitas Limbah padat berdasarkan jenisnya terdiri dari sampah organik (daun), sampah anorganik (plastik, karet, kaca),dan sampah B3(Bahan Berbahaya dan Beracun) Sampah dapat menimbulkan masalah lingkungan Sampah dapat dikelola
Mendiskusikan pengertian sampah, sumber sampah dan jenis sampah Unjuk kerja • melakukan pemilahan sampah • membuat tabel penghitungan jenis sampah • membuat laporan • Mendiskusikan masalah sampah yang di buang sembarangan
Limbah padat anorganik sulit untuk diuraikan alam, untuk mengurangi jumlah sampah maka perlu dilakukan proses 3 R (Recycle, Reuse, Reduce)
•
•
•
Merancang dan melakukan pembuatan produk bermanfaat dari sampah anorganik yang ada disekolah Melakukan percobaan Recycle dari sampah organik
Indikator
• •
•
•
•
•
Mendiskusikan pengertian sampak Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik Menghitung jenis sampah yang ada di lingkungan sekolah Memberikan pendapat tentang keuntungan dan kerugian dari sampah yang di buang sembarangan Membuat produk daur ulang limbah padat anorganik yang bermanfaat Mendaur ulang kertas
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Penilaian
Jenis tagihan: Tugas kelompok, ulangan.
Alokasi Waktu (menit) 4 X 45’
Bentuk tagihan: Produk, unjuk kerja, pengamatan sikap, uraian. Jenis tagihan: Tugas Kelompok, Tugas Individu, Performans, ulangan.
Sumber/ Bahan/Alat Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup Depdiknas Alat: Tong sampah
6 x 45’
Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas
Lampiran 2
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Mendaur ulang kertas pembuatan kompos dari daun-daun kering dan basah, serbuk gergaji, dedak dan Bioaktifator berupa EM4
Indikator •
Mengolah sampah organik menjadi kompos
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Penilaian
Bentuk instrumen Produk, Tes unjuk kerja, Tes sikap, Uraian, pilihan ganda
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat
Lampiran 2
SILABUS
Nama Sekolah
Mata Pelajaran Kelas/Program Semester Alokasi waktu Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar
3.1. Mendeskripsikan konsep pengelolaan sumber daya air
: SMA Negeri 12 Jakarta
: MULOK (Lingkungan Hidup) :X : 2 : 10 jam Pelajaran : 3. Pengelolaan sumber daya air dan limbah cair Materi Pembelajaran
AIR • Air yang berada dimuka bumi 97% air laut • 2% gunung es • 0,75% air tawar • 0,25% penguapan Pemanfaatan air • Minum, makan • MCK • Transfortasi • Industri • Rekreasi • Perairan • Pertanian
3.2 . Mendeskripsikan konsep melestarikan persediaan air tanah
Kegiatan Pembelajaran
• •
•
Konservasi air Konservasi air adalah menjaga kwalitas air Ait tanah adalah air tawar yang berada dalam tanah hasil penyerapan dari air
Melakukan studi Pustaka tentang sumber daya air, upaya konservasi Mendiskusikan Jumlah air bersih yang dimanfaatkan setiap hari dibandingkan dengan ketersediaan air bersih dimuka bumi Mendiskusikan fungsi dan manfaat air
•
Merancang pemanfaatan air yang sudah tercemar
•
Melakukan percobaan dari hasil rancangan mengenai penjernihan air yang tercemar dapat dimanfaatkan kembali Mendiskusikan mengenai siklus air Mendiskusikan tentang
• •
Indikator
•
Mengenali upayaupaya pemanfaatan sumber daya air
•
Menjelaskan upayaupaya konservasi sumber daya air yang dapat dilakukan oleh manusia
•
Merancang proses pemanfaatan air yang sudah tecemar
•
Melakukan upaya penjernihan air tercemar
• •
Menjelaskan siklus air Menjelaskan manfaat sumur resapan dan
Penilaian
Jenis Tagihan: Tugas kelompok, Tugas Individu,, Ulangan, Performans
Alokasi Waktu (menit) 4 X 45’
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD, Bahan: Botol plastik Sabut kelapa Pasir,batu,kerikil arang
Bentuk instrumen: Produk, Uraian, pilihan ganda, unjuk kerja, penilaian sikap
Jenis Tagihan: Tugas kelompok,
Sumber/ Bahan/Alat
4 x 45’
Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup
Lampiran 2
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran hujan yang dapat disimpan dilapisan tanah untuk kehidupan mahluk hidup
Kegiatan Pembelajaran
• •
upaya persediaan air tanah bagi kehidupan Mendiskusikan manfaat sumur resapan dan biopori Melakukan percobaan biopori di lingkungan sekolah
Indikator
•
biopori Melakukan percobaab membuat lubang biopori di lingkungan sekolah
Penilaian Tugas Individu,, Ulangan, Performans Bentuk instrumen: Produk, Uraian, pilihan ganda, unjuk kerja, penilaian sikap
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Alokasi Waktu (menit)
Sumber/ Bahan/Alat depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD, Bahan: Contoh sumur resapan Alat biopori
Lampiran 2
SILABUS Mata Pelajaran Kelas/Program Semester Waktu Standar Kompetensi:
: MULOK (Lingkungan Hidup) :X :2 : 4 jam pelajaran : 4. Pencemaran Udara Materi Pembelajaran
Kompetensi Dasar
4.1.Mengkomunikasikan Terjadinya • pencemaran udara
•
Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan atmosfir Dalam keadaan bersih uadar didominasi oleh jenis gas : Nitrogen (N2) 77,5 % Oksigen (O2) = 20,94% Argon (Ar) = 0,93% Karbon dioksida (CO2) = 0,032% Akibat pencemaran udara terjadi global worming, efek rumah kaca dan hujan asan
Kegiatan Pembelajaran
• •
Mendiskusikan secara kelompok definisi udara
Indikator
•
Menjelaskan defini udara
• Mendiskusikan kandungan gas dalam atmosfir dalam keadaan normal dan tidak • normal
Menjelaskan kandungan gas yang ada di atmosfir
•
Upaya penanggulangan pencemaran udara
•
Membuat laporan hasil diskusi
Penilaian
•
Memjelaskan macam dan penyebab pencemaran udara dan penanggulangannya Menjelaskan bahaya pencemaran udara bagi kehidupan
Jenis Tagihan: Tugas kelompok, tugas individu. performans, ulangan.
Bentuk Instrumen: Produk, pengamatan sikap, pilihan ganda, uraian.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Alokasi Waktu (menit) 4 X 45’
Sumber/ Bahan/Alat Sumber: Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD Bahan: LKS, Bahan presentasi, gambar/charta
Lampiran 2
SILABUS Mata Pelajaran Kelas/Program Semester Waktu Standar Kompetensi:
: MULOK (Lingkungan Hidup) :X :2 : 6 Jam pelajaran : 5 Hemat Energi Materi Pembelajaran
Kompetensi Dasar
5.1.Mengkomunikasikan upaya-upaya hemat • energi
•
Energi Energi adalah daya yang tidak dapat dikreasi maupun dihilangkan tetapi dapat berubah bentuk Energi pemakaiannya harus dihemat dengan melakukan konservasi energi penggunaan sehari-hari
Kegiatan Pembelajaran
•
Mendiskusikan secara kelompok definisi energi sumber energi
•
Sumber energi
•
Upaya penghematan energi dan cara memperoleh energi alternatif
•
Membuat laporan hasil diskusi
Penilaian
Indikator
•
Menjelaskan defini hemat energi
•
Menjelaskan upaya – upaya penghematan energi
•
Antusias terhadap upayaupaya penghematan energi
•
Membuat energi alternatif secara sederhana
Jenis Tagihan: Tugas kelompok, tugas individu. performans, ulangan.
Bentuk Instrumen: Produk, pengamatan sikap, pilihan ganda, uraian.
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Alokasi Waktu (menit) 4 X 45’
Sumber/ Bahan/Alat Sumber: Sumber: Acuan pendidikan lingkungan hidup depdiknas Alat: OHP/komputer/LCD Bahan: LKS, Bahan presentasi, gambar/charta berbagai bukti pemakaian listrik
Lampiran 2
Jakarta,12 Juli 2010 Mengetahui Kepala SMA Negeri 12 Jakarta
Penyusun Guru mata pelajaran Lingkungan Hidup
Drs.H. Jahidin, M.Pd NIP : 131 680 585
Dra.Hj.Teti Suryati NIP : 131773687
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 3
Hasil uji coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengetahuan Pengelolaan Sampah
NO 1 2 3 4 5
SEBARAN ITEM INSTRUMEN PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH JENJANG Indikator Jumlah C-1 C-2 Sampah Organik 1, 16, 21 6, 11, 22, 27 7 Item Sampah An-Organik 2, 30, 29 7, 12, 20, 23 7 Item Reused 3, 19, 24 8, 13, 18, 25 7 Item Reduced 4, 17, 27 9, 14, 5 Item Recycle 5, 26 10, 15 4 Item Jumlah 13 Item 17 Item 30 Item Item-Total Statistics
Nomor Soal
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001
17.6000
21.095
.497
.781
VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030
17.3500 17.4500 17.5500 17.5500 17.9000 17.9500 18.1500 18.0000 18.0000 17.8000 17.3500 17.3000 17.4500 17.4500 17.7000 17.2500 17.9000 17.6000 17.5000 17.9500 17.4000 17.5000 17.3500 17.9000 17.3000 17.4500 17.3500 17.5000 17.3000
21.924 21.418 21.103 21.629 21.568 20.471 24.345 21.684 22.105 21.853 23.292 22.432 21.839 21.945 21.800 23.039 26.305 21.832 23.000 23.208 22.779 22.263 21.924 23.147 22.642 21.524 22.239 20.789 22.221
.462 .493 .512 .390 .424 .740 -.341 .468 .355 .327 .061 .383 .387 .360 .330 .257 -.598 .332 .093 .055 .177 .261 .462 .060 .309 .466 .367 .614 .457
.785 .782 .781 .787 .785 .771 .807 .784 .789 .790 .800 .789 .787 .788 .790 .794 .830 .790 .801 .802 .796 .793 .785 .802 .791 .784 .789 .776 .787
0,00 – 0,19 = 7 (Sangat rendah)
0,20 – 0,39 = 12 (Rendah)
0,40 – 0,59 = 9 (Sedang)
0,60 – 0,79 = 2 (Tinggi)
0,80 – 0,99 = 0 (Sangat Tinggi)
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
75
Lampiran 3
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items 30
.797
Data Mentah Hasil Uji Coba Instrumen Nomor Soal
No Resp.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
15
2
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
24
3
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
17
4
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
16
5
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
14
6
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
17
7
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
25
8
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
24
9
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
12
10
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
25
11
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
18
12
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
12
13
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
22
14
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
19
15
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
19
16
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
25
17
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
21
18
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
10
19
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
12
20
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
17
JML
12
17
15
13
13
6
5
1
4
4
8
17
18
15
15
10
19
6
12
14
5
16
14
17
6
18
15
17
14
18
364
Jml
76 Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 4
Lampiran 4.1 Data Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah KIR SMAN 12 Jakarta No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor Soal 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
3 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0
4 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
5 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0
6 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0
7 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
8 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
11 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0
12 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
14 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
15 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0
16 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
19 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
20 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
Jumlah 10 16 14 16 17 15 19 13 16 15 12 16 15 16 13 14 16 16 14 14 13 16 12 14 9
%
Kategori
47,62 76,19 66,67 76,19 80,95 71,43 90,48 61,90 76,19 71,43 57,14 76,19 71,43 76,19 61,90 66,67 76,19 76,19 66,67 66,67 61,90 76,19 57,14 66,67 42,86
Rendah Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah
Lampiran 4
No Responden 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Jumlah Rata-Rata
Nomor Soal 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1
3 0 1 0 1 1 0 1 1 1
4 1 1 1 0 0 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 0 0 0 1 1 0 1 0
7 0 1 1 1 1 0 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 0 1 1 0 1 1 0 0
10 1 1 1 1 0 1 0 1 1
11 0 1 0 1 0 1 1 0 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 0 1 0 0 1 1 1
14 1 0 1 1 1 0 0 1 1
15 1 0 1 1 1 1 0 1 0
16 1 1 0 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18
24
18
27
21
14
21
29
25
24
12
32
23
26
20
28
33
31
24
32
31
SD
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Jumlah 17 16 16 19 16 15 17 19 17
%
Kategori
80,95 76,19 76,19 90,48 76,19 71,43 80,95 90,48 80,95
Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
537 15,088
71,85
2,2746
10,83
Lampiran 4
Lampiran 4.2 Sebaran Jawaban Siswa pada Setiap Item Soal Pengetahuan Sampah Organik dan An Organik No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 A
B 1 1 1 1
2 C
D
A
B
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
C 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1
1 1
D
A
1 1
C
D
D
A
B 1 1
C
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1
D
1 1 1 1
1 1
1 1
12
1 1 1
1 1 1
B 1
1
1 1 1
1 1 1
7
Nomor Soal 8 A B C 1
1
1 1
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
1 1 1
20 A B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 A B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 A
B 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 4
No Responden
1
A 25 1 26 1 27 1 28 29 30 31 1 32 33 34 1
B
2 C
D
A
B 1
7 C
D
1 1 1 1 1
1 1 1
A
C
D 1
1 1
1 1
1 1 1
12 D 1 1
A
D 1
1 1 1 1 1
1 1 1
1
C
1
1
1 1
B
1
1 1 1 1
1 1
1 1 1
B
Nomor Soal 8 A B C
1 1
20 A B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 A B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 A
B 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah
16
18
1
0
1
9
24
0
19
13
0
2
2
21
0
11
2
12
15
5
10
24
32
2
2
31
Presentase
47
53
2,9
0
2,9
26
71
0
56
38
0
5,9
5,9
62
0
32
5,9
35
44
15
29
71
94
5,9
5,9
91
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Lampiran 5.1 Korelasi Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah
Pemilahan Pemilahan
Pearson Correlation
Reduced
Reduced
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Reused
Kompos
Rata2
-.068
.132
.565**
-.014
.044
.158
.065
.295
.702
.456
.000
.938
.806
.372
.716
34
34
34
34
34
34
34
34
34
-.185
1
.086
.007
.409*
.337
.443**
.187
.339*
.630
.968
.016
.052
.009
.289
.050
.295
34
34
34
34
34
34
-.068
.086
1
.215
.568**
.178
.082
.184
.164
.702
.630
.221
.000
.314
.645
.297
.353
34
34
34
34
34
34
34
34
34
Pearson Correlation
.132
.007
.215
1
.495**
-.121
-.268
-.038
-.144
Sig. (2-tailed)
.456
.968
.221
.003
.495
.126
.829
.417
34
34
34
34
34
34
34
34
34
.565**
.409*
.568**
.495**
1
.208
.205
.275
.247
.000
.016
.000
.003
.237
.245
.115
.160
34
34
34
34
34
34
34
34
34
-.014
.337
.178
-.121
.208
1
.842**
.900**
.957**
.938
.052
.314
.495
.237
.000
.000
.000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
.044
.443**
.082
-.268
.205
.842**
1
.777**
.930**
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kertas
Kertas
34
N
Pelastik
Pelastik
34
N
jumlah
jumlah
34
Sig. (2-tailed)
Recycle
Recycle
-.185
1
Sig. (2-tailed) N
Reused
Pearson Correlation
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
Korelasi Antara Pengetahuan Pengelolaan Sampah dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah
Pemilahan Sig. (2-tailed) N Kompos
Reused
Recycle
jumlah
Pelastik
Kertas
.806
.009
.645
.126
.245
.000
34
34
34
34
34
34 **
Rata2
.000
.000
34
34
34
**
1
.944**
.158
.187
.184
-.038
.275
Sig. (2-tailed)
.372
.289
.297
.829
.115
.000
.000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
Pearson Correlation
.065
*
.164
-.144
.247
**
**
**
1
Sig. (2-tailed)
.716
.050
.353
.417
.160
.000
.000
.000
34
34
34
34
34
34
34
34
N
.339
.900
Kompos
Pearson Correlation
N Rata2
Reduced
.957
.777
.000
.930
.944
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 5.2 Korelasi Antara Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah CQ CQ
Pearson Correlation
Pelastik 1
Pelastik
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Kompos
Rata2
-.030
.070
-.109
-.024
.867
.696
.538
.895
34
34
34
34
34
-.030
1
Sig. (2-tailed) N
Kertas
.867
**
.842
.000
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
**
.900
.000
**
.957
.000
Korelasi Antara Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif Siswa pada pengelolaan Sampah CQ N Kertas
34
34
**
1
Sig. (2-tailed)
.696
.000
34
34
Pearson Correlation
-.109
N Pearson Correlation
N
.842
**
.900
**
.777
34 **
.930
34
34
34
**
1
.777
.000
34
34
34
**
34
.000
.000
.957
Rata2
.000
.538
-.024
Sig. (2-tailed)
Kompos
34
.070
Sig. (2-tailed)
Rata2
Kertas
Pearson Correlation
N Kompos
Pelastik
**
.930
.000 34
34
**
1
.944
.895
.000
.000
.000
34
34
34
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan pengetahuan..., Yoga Maryanto Abdullah, Pascasarjana UI, 2011.
**
.944
34