HUBUNGAN MAKNA KERJA PANGGILAN DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA PENYIAR RADIO DI SURABAYA Oktavianus Saiya Seran Goran Universitas Surabaya, Magister Sains Psikologi Jalan Raya Kalirungkut, Surabaya +62-31-298-1000
[email protected]
Abstrak Perkembangan industri media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi apalagi diimbangi dengan perkembangan era digital. hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun televisi swasta nasional dan hiburan internet. Globalisasi informasi setiap media massa melahirkan suatu efek sosisal yang bermuatan perubahan nilai nilai sosial dan budaya. Proses globalisasi tersebut membuat arus informasi menyebar ke seluruh dunia, dan salah satunya adalah program televisi dan tidak bisa dipungkiri kehadiran media visual menjadikan media audio ditinggalkan. Penyiar radio tidak lagi menjadi profesi yang menjanjikan secara finansial. Penyiar yang benar-benar menyukai profesinya akan menampilkan kinerja yang maksimal sehingga terciptanya keterikatan dengan pekerjaannya. Schaufeli dan Salanova (2007) mendefinisikan keterikatan kerja adalah kondisi mental yang positif, puas dan berhubungan dengan pekerjaan yang dikarakteristikan dengan semangat (vigor), dedikasi (dedication), dan penghayatan (absorbtion). Makna kerja panggilan Menurut Wrzesniewski (1999), Bellah dkk, 1985 (dalam Wrzesniewski, 2003) bekerja bukan karena penghargaan secara financial maupun peningkatan dalam karir, tetapi untuk memenuhi panggilan yang membawa mereka bekerja. Individu yang memaknai pekerjaannya sebagai panggilan dalam hidupnya akan memiliki tingkat afeksi yang tinggi dan berhubungan dengan kepuasan kerja Metode yang digunakan adalah analisis penelitian – penelitian terdahulu dan teori besar seputar makna kerja panggilan dan keterikatan kerja yang teruji. Secara garis besar paper ini mengusulkan metode analisis literature. Motivasi peneliti untuk mengungkap hubungan antara makna kerja panggilan dengan keterikatan kerja pada penyiar radio. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara makna kerja sebagai panggilan dengan keterikatan kerja pada penyiar radio swasta di Surabaya. Kata kunci : Makna kerja panggilan, keterikatan kerja, penyiar radio
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
209
1. PENDAHULUAN Radio pada awalnya menjadi salah satu media pertama kali yang dinikmati oleh masyarakat. Banyak sekali peran radio yang sudah menjadi media informasi dan hiburan. Radio pun menjadi media yang berjasa di Indonesia, Pada masa penjajahan, radio memiliki peran komunikasi yang luar biasa dan sangat membantu. Pada saat penjajahan Jepang, sekutu Nazi Jerman dan Itali di Eropa mengadakan ekspedisi ke arah selatan. Pada tahun 1942 Belanda menyerah kepada Jepang, pada saat itu pemerintah belanda dengan seluruh pasukan perangnya menyatakan menyerah kalah di Bandung kepada balatentara Jepang. Pada saat itu radio digunakan untuk alat perang urat syaraf, propaganda untuk memenangkan perang pada sekutu dan boomerang bagi Jepang. Pada penjajahan Belanda juga radio digunakan untuk alat perang urat syaraf, propaganda untuk memenangkan perang pada sekutu yang mencoba merebutnya. Radio juga sebagai penghubung antara pemerintah dan rakyat dalam mengabarkan, memberikan informasi tentang situasi perang yang terjadi dan sampai saat ini radio bisa menyampaikan berita bencana bahkan kemacetan dengan cepat. Dari beberapa peristiwa tersebut menunjukan bahwa dalam perjuangan bangsa Indonesia salah satu media yang digunakan dalam komunikasi adalah radio siaran (radio broadcast). (Efendy, 1983: 1) Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, radio tidak dapat dipungkiri sebagai media yang paling berpengaruh di Indonesia. Karena pada saat itu radio sebagai pahlawan dalam perjuangan sebagai media yang menyebarkan berita kemerdekaan ke seluruh dunia bahwa Indonesia memegang kemerdakaannya disaat agresi Belanda. Namun pada saat orde baru, radio sempat vakum eksistensinya sehingga tidak dapat bebas dalam berekspresi agar tidak sewenangwenang dalam menyampaikan informasi. Pada pasca reformasi Indonesia menjadikan awak baru ketika radio tumbuh kembali menjadi media alternatif bagi masyarakat. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi terkini namun menghibur sekaligus menjadi alat edukasi. Namun dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi. Radio tidak dapat terlepas dari pengaruh globalisasi yang senantiasa berubah, bahkan dalam hitungan detik sekalipun. Masyarakat pun menjadi faktor dalam perkembangan radio dan indeks dalam menentukan hidup matinya sebuah industri radio. Dalam sebuah radio peran penyiar sangatlah penting, bahkan menempati posisi sebagai ujung tombak. Hal ini dikarenakan penyiarlah orang yang berhubungan dan berkomunikasi langsung dengan pendengar. Menjadi seorang penyiar di radio adalah salah satu profesi yang menarik, karena dibutuhkan wawasan, ketrampilan dan kemampuan komunikasi yang baik tersendiri untuk bisa terlibat didalamnya. Penyiar radio ini sendiri tidak dapat dipisahkan dari industri radio itu sendiri yang menjadi salah satu kunci penting yang mengarahkan pada posisi atau rating dalam sebuah radio. Selain musik, karakter penyiar radio memiliki peran penting dalam menunjukan seberapa berkualitas radio tersebut dan juga citra dari sebuah industri radio. Oleh karena itu kinerja dari seorang penyiar radio haruslah baik guna menghibur pendengarnya. Hal tersebut dapatlah tercapai apabila seseorang penyiar benar-benar menyenangi pekerjaannya sebagai seorang penyiar radio, sehingga kualitas, eksistensi dan citra dapat dirasakan oleh pendengarnya. Penyiar yang benarbenar menyukai profesinya akan menampilkan kinerja yang maksimal sehingga terciptanya keterikatan dengan pekerjaannya. Schaufeli & Salanova (2007) menyatakan bahwa keterikatan kerja memiliki tiga aspek, yaitu : 1. Semangat (Vigor) Semangat (vigor) dikarakteristikan dengan energy yang tinggi dan kondisi mental yang sehat saat bekerja, kerelaan untuk memberikan usaha secara maksimal pada suatu pekerjaan dan tetap tekun walaupun menghadapi kesulitan (Bakker, Schaufeli, Leiter & Taris, 2008). Semangat (vigor) merupakan lawan positif yang berhubungan secara angsung dari kelelahan emosi (emotional exhaustion) (Masclach et. al., 2001, dalam Schaufeli & Salanova, 2007) 2. Pengabdian (dedication)
210
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Pengabdian (dedication) mengarah pada adanya keterlibatab yang kuat pada suatu pekerjaan dan merasakan suatu pengalaman yang berarti, antusias, dan penuh tantangan (Bakker & Demerouti, 2008). Pengabdian (dedication) merupakan lawan positif yang berhubungan secara langsung dari sinisme (cynicism) (Maslach et. al., 2001, dalam Schaufeli & Salanova, 2007) 3. Penghayatan (absorbtion) Penghayatan (absorbtion) di karakteristikan dengan penuh konsentrasi dan terpikat secara senang dalam sebuah pekerjaan, sehingga pekerja merasa bahwa waktu berjalan dengan cepat walaupun mengalami kesulitan dalam pekerjaan (Bakker & Demerouti, 2008). Penghayatan yang sepenuhnya pada pekerjaan yang di sebut dengan flow. Flow merupakan sebuah pernyataan mengenai pengalaman yang optimal, yang dikarakteristikan dengan perhatian yang fokus, pikiran yang jernih, adanya kesatuan tubuh dan pikiran, konsentrasi yang tinggi, control penuh, kehilangan kesadaran diri, distorsi (penyimpangan) waktu, dan kesenangan (enjoyment) intrinsic (csikszentmihalyi, 1990) dalam Schaufeli & Bakker, 2004) Perkembangan industri media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi, hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun televisi swasta nasional. Globalisasi informasi setiap media massa melahirkan suatu efek sosisal yang bermuatan perubahan nilai nilai sosial dan budaya. Proses globalisasi tersebut membuat arus informasi menyebar ke seluruh dunia, dan salah satunya adalah program televisi dan tidak bisa dipungkiri. Kehadiran media visual menjadikan media audio ditinggalkan. Penyiar radio tidak lagi menjadi profesi yang menjanjikan secara finansial. Inilah yang membuat profesi penyiar radio beralih menjadi side job. Pada sekira 70-90an, penyiar radio ini seperti artis. Dengan gaji yang menjanjikan plus bonus fans fanatik rasanya tidak berlebihan jika orang kemudian menganggap penyiar ini seperti halnya artis lokal. Namun pada saat ini dengan adanya era globalisasi yang menjadi tantangan bagi industri radio membuat pilihan untuk menjadi seorang penyiar radio menurun. Serta dominasi televisi dan perkembangan teknologi pula yang menjadi alasan mengapa pilihan untuk menjadi penyiar radio menurun. Penyiar yang benar-benar menyenangi pekerjaannya sebagai seorang penyiar akan menunjukan kinerja yang maksimal, sehingga akan tercipta pula keterikatan dengan pekerjaannya (work engagement). Schaufeli, dkk. (2002; dalam Bakker & Demerouti, 2008) mendefinisikan keterikatan kerja sebagai keadaan pikiran terkait dengan pekerjaan yang bersifat positif dan merupakan pemenuhan yang memiliki karakteristik semangat, dedikasi, dan penghayatan Sumber-sumber pribadi adalah aspek diri yang ditandai dengan adanya ketangguhan dan perasaan individu terhadap kemampuannya untuk mengontrol dan memberikan dampak pada lingkungan mereka secara sukses (Hobfoll, Johnson, Ennis, & Jackson, 2003; dalam Xanthopoulou, Bakker, Demerouti, & Schaufeli, 2007). Salah satu jenis dari sumber pribadi adalah makna kerja (work meaning). Wrzesniewski et al. (2003; dalam Heuvel, Demerouti, Schreurs, Bakker, Schaifeli, 2009) mendefinisikan makna kerja sebagai pemahaman pekerja terhadap konten/isi dan nilai-nilai dari bekerja sebagai hasil kelanjutan dari perbuatan senang (sensemaking). Wrzesniewski (2001; dalam Ardichvili & Kuchinke, 2009) juga menyediakan validitas empiris dari taxonomy makna kerja yang terdiri atas makna bekerja sebagai pekerjaan (as job), sebagai karir (as career), dan sebagai panggilan (as calling). Di Dalam penelitian ini makna kerja yang lebih difokuskan oleh peneliti adalah makna kerja sebagai panggilan. Pekerja yang memaknai pekerjaannya sebagai sebuah panggilan tidak berfokus pada karir atau financial, tetapi pada pengertian (meaning) dan pemenuuhan dalam hasil kerja mereka. Mereka percaya bahwa kontribusi kerja mereka untuk menjadi yang terbaik dan membuat dunia sebagai tempat yang nyaman. Apabila pekerja memaknai pekerjaannya sebagai karier atau pekerjaan, maka pekerja tersebut menunjukan rendahnya panggilan (lack of calling) terhadap pekerjaan yang dilakukannya.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
211
Rumusan Masalah Di era digital yang semakin berkembang seperti saat ini peran radio seakan mulai tergantikan, karena banyak alternative hiburan lainnya. Sehingga peran yang dirasakan saat ini berbeda, oleh sebab itu dapat ditarik sebuah rumusan masalah untuk menjawab penelitian yang dilakukan : adalah hubungan makna kerja panggilan dengan keterikatan kerja pada penyiar radio? Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan gagasan pemikiran ini adalah mengetahui apakah ada hubungan antara makna kerja sebagai panggilan dengan keterikatan kerja pada penyiar radio swasta Surabaya. 2. METODE Studi literature Metode pada paper ini menggunakan metode analisis literature dan review jurnal atau penelitian terdahulu yang mendukung. Literature review adalah uraian tentang teori, temuan, dan bahan penelitian yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian yang akan datang. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey langsung maupun dari literatur. Jenis data yang digunakan terdiri dari 2 macam, yaitu: 1. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui penyebaran kueisioner 2. Data sekunder Data sekunder merupakan data pendukung yang bersumber dari literatur maupun referensi-referensi yang ada. Perencanaan Survey Sebelum dilakukan survey, terlebih dahulu ditentukan tujuan dari survey tersebut, dan siapa saja yang akan menjadi responden, serta berapa jumlah responden tersebut. 1. Tujuan survey : Survey ini dibuat untuk mendapatkan opini dari para responden mengenai makna kerja dan keterikatan kerja 2. Responden pada penelitian ini adalah penyiar radio swasta Surabaya. 3. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti. Pada penelitian ini digunakan nonprobability sampling. Adapun yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability 31 sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. 4. Perencanaan Kueisioner : Kueisioner digunakan sebagai sarana untuk mengumpulkan data dan sebagai pembuktian hipotesis. Kueisioner dibentuk dengan menggunakan kalimat yang jelas dan sesuai dengan konsep yang ada, agar memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam kueisioner.
212
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan dapat dilihat dari hasil pengujian statistic diperoleh bahwa dukungan sosial dan makna kerja sebagai panggilan secara bersama – sama telah memberikan sumbangan efektif terhadap keterikatan kerja. Selain itu hasil penelitian ini mendukung teori JD-R model bahwa dukungan sosial sebagai sumber daya kerja dan makna kerja panggilan sebagai sumber daya pribadi memiliki hubungan dengan keterikatan kerja dan hubungan ini signifikan. 4. KESIMPULAN Makna kerja sebagai panggilan memiliki korelasi yang positif dengan keterikatan kerja pada karyawan ataupun pekerja. Sehingga bisa disimpulkan semakin tinggi individu memaknai pekerjaan mereka sebagai panggilan maka individu tersebut makain terikan dengan pekerjaannya. Dan hal inilah yang ingin dilihat oleh peneliti kedepan ketika melihat hubungan makna kerja panggilan dengan keterikatan kerja pada penyiar radio. rencana pengembangan penelitian ini Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
213
nantinya akan dilanjutkan dengan penelitian lapangan dengan menyebarkan angket kepada subjek, mengolah data, dan mendapatkan hasil yang real dari asumsi yang dikemukakan oleh peneliti. DAFTAR PUSTAKA [1] (Efendy, 1983: 1) Effendy, Onong Uchjana. 1983. Radio, Siaran, Teori, dan Praktek. Bandung : Alumni. [2] Schaufeli, W. B., & Salanova, M. (2007). Work Engagement: An emerging psychological concept and its implications for organizations. Managing Social and Ethical Issues in Organization, 135-177 [3] Bakker, Arnorld B., Schaufeli, Wilmar B., Leiter, Michel P., Taris, Toon W. (2008). Work engagement: An emerging concept in occupational health psychology. Work & Stress, Vol. 22, No.3 187-200 [4] Schaufeli, W. B., & Salanova, M. (2007). Work Engagement: An emerging psychological concept and its implications for organizations. Managing Social and Ethical Issues in Organization, 135-177 [5] Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2008). Towards a model of work engagement. Journal of Career Development International, 13 (3), 209-223 [6] Schaufeli, W. B., & Bakker, A. B. (2004). Job demands, job resources, and their relationship with burnout and engagement : A multi-sample study. Journal of Organizational Behaviour [7] Xanthopoulo, Despoina, Bakker, A. B.m Demerouti, Evangelia, & Schaufeli, W. B. (2007). The role of personal resources in the job demands-resources model. International Journal of Stress Management, 14 (2), 121-141. Dari http://www.schaufeli.com/ [8] Wrzesniewksi, A. E. (2003). Finding positive meaning in work. In Cameron, K. S. & Dutton, J. E., Positive organizational scholarship. San Fransisco; Berret-koehler [9] Wrzesniewski, A., & Dutton, J. E. (2001). Crafting a job: Revisioning employees as active crafters of their work. Academy of Management Review, 26, 179–201.
214
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk