KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUNCY) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PENCAWAN MEDAN KELAS X TAHUN 2015
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Diploma-III Ahli Madya Kebidanan
Oleh: DANIARTI BR SIBURIAN 12/ AB/ 008
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN 2015
HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUNCY) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PENCAWAN MEDAN KELAS X TAHUN 2015
Oleh:
DANIARTI BR SIBURIAN 12/ AB/ 008
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN 2015
HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUNCY) DI EKOLAH MENENGAH KEJURUAN PENCAWAN MEDAN KELAS X TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara
Oleh:
DANIARTI BR SIBURIAN 12/AB/008
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Daftar Riwayat Hidup
I.
II.
III.
IDENTITAS Nama
: Daniarti Br Siburian
NIM
: 12/ AB/ 008
Tempat/ Tgl Lahir
: P. Buaya, 01 Januari 1994
Agama
: Kristen
Anak ke
: 5 dari 5 bersaudara
Alamat
: Besitang
ORANG TUA Nama Ayah
: Alm. Uli Saut Siburian
Pekerjaan
:-
Nama Ibu
: Lamhot Hutasoit
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Besitang
RIWAYAT PENDIDIKAN 2000-2006
: SD Negeri 056399
2006-2009
: SMP Negeri 1 Besitang
2009-2012
: SMA Negeri 1 Besitang
2012-2015
: Program D-III Kebidanan STIKes SU
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Daniarti Br Siburian
NIM
: 12/AB/008
Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat dalam Karya Tulis Ilmiah saya adalah benar data yang saya ambil dan belum pernah diolah atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila hal tersebut tidak benar, maka saya bersedia mengikuti ujian ulang (ujian utama saya dibatalkan).
Yang membuat pernyataan,
Daniarti Br Siburian 12/AB/008
ABSTRAK Kenakalan merupakan suatu usaha untuk memperoleh identitas meskipun dalam bentuk identitas negatif. Remaja melakukan tindakan- tindakan melanggar peraturan sekolah seperti merokok, menonton film porno sampai tindakan-tindakan yang lebih ekstrem lagi seperti kebut-kebutan dijalan raya pada malam hari, perkelahian antar geng, membolos, mencuri, dan mabuk-mabukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015. Kenakalan remaja ialah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syaratsyarat dan pendapat umum yang dianggap baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan. Konformitas yaitu melakukan tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 146 responden dan sampel dengan teknik Random Sampling sebanyak 59 responden. Analisis data dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square dengan <0,05. Hasil penelitian dari 59 responden, mayoritas responden melakukan kenakalan remaja sebanyak 17 orang (28.8%) dengan konformitas teman sebaya kategori sedang sebanyak 52 orang (88.1%) dan hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja dengan nilai p= 0.007 (p<0.05). Sehingga hipotesa penelitian ini terbukti dan dapat diterima artinya terdapat adanya hubungan konformitas teman sebaya dan kenakalan remaja. Diharapkan kepada pihak sekolah SMK Pencawan Medan agar dapat bekerja sama dengan pengawasan guru kepada siswa di SMK Pencawan Medan untuk menghindari terjadinya perilaku kenakalan remaja diluar batas yang membuat remaja terjerumus dalam pergaulan bebas akibat dari konformitas teman sebaya yang tinggi khusunya di lingkungan sekolah.
Kata Kunci
: Kenakalan Remaja, Konformitas Teman Sebaya
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Karunia- Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun judul Karya Tulis Iimiah ini “ Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja (juvenile Delinquency) Kelas X di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan Tahun 2015”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis banyak mendapat bantuan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, baik dalam bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Drs. Asman Karo-karo, MM selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 2. Bapak DR. H. Paul Sirait, SKM, MM, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 3. Ibu Evawani Silitonga SKM, M.Si selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 4. Bapak Donal Nababan, SKM, M.Kes selaku Pembantu Ketua Bidang Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. i
5. Bapak Dian Fajariadi S.Kep, Ners, M.Kep selaku Pembantu Ketua Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 6. Ibu Vera Christina Hulu, S.Psi, M.kes, Psi selaku Ketua Program studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara serta selaku pembimbing akademik, pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan penguji I yang selalu memberikan dukungan semangat, membimbing dengan sabar dan mendoakan hingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan, terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Ibu Serly Monika Sembiring, SST, M.Kes selaku penguji II yang selalu membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Ibu Noni Eriska Sipahutar, SST selaku penguji III yang selalu membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Ibu Era Friska Munthe selaku Wali Kelas Bidan A Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 10. Ibu Meli Dolok Saribu, AM.Keb selaku ibu asrama D-III kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 11. Ibu Bella selaku penanggung jawab perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara yang telah memberi izin untuk memakai sarana buku bacaan.
ii
12. Seluruh Staff Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan serta membekali penulis dengan ilmu pengetahuan. 13. Kepada orang Tua tercinta Bapak Alm. Uli Saut Siburian salam sayang dari anakmu, dan segala bentuk terima kasih tak terhingga kepada orang tua tunggal penulis, ibunda tercinta Lamhot Hutasoit terimakasih untuk perhatian, kasih sayang, Perjuangan, serta dukungan yang telah diberikan baik moril maupun materil terutama saat penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 14. Kepada abang-abang dan kakak-kakak tersayang Bornok Siburian, Junita Siburian,S.Pd, Emma Siburian,S.Pd, Dapot Siburian, S.Pd, Eda, abang dan keponakan yang telah menambah semangat keluarga Jonatan Siburian dan Ruth Nancy Gloria Manihuruk yang telah memberi dukungan dan doa selama ini. 15. Kepada sahabat-sahabat tersayang Melda Juni Paelma Manalu, Rupina Pasaribu, Utari Violita Sianturi, Fitri Handayani Nasution, Ita Muliati Gea, Dwi Desmita Suryani dan kepada teman kamar Abdomen Ismalia Rahma, Zuraidah Nasution, Azlina Ginting, Arihta Saragih, Nurhayati Ginting, Maya Guswar, Juwita Manik dan Marni Dewi Hia, terima kasih atas kebersamaan serta dukungan yang selalu kalian berikan. 16. Kepada teman-teman satu bimbingan Ibu Vera Christina Hulu, S.Psi, M.Kes, Psi yang telah berbagi cerita dalam mengikuti bimbingan. 17. Teman-teman sejawat “ Mahasiswi Program D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stambuk 2012-2015”. iii
18. Kepada kakak angkat Tarida Melda Oktaviani terima kasih atas dukungan yang telah diberikan selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senatiasa melimpahkan Berkat dan KaruniaNya kepada kita semua dan mudah-mudahan ilmu yang selama ini penulis peroleh dapat menjadi awal bukti untuk Nusa, Bangsa, dan Agama, Amin. Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Medan, Juli 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ..............................................................................................i DAFTAR ISI .............................................................................................................v DAFTAR GAMBAR ................................................................................................viii DAFTAR TABEL ....................................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1 1.1
Latar Belakang ........................................................................................1
1.2
Rumusan Maslah .....................................................................................6
1.3
Tujuan Penelitian.....................................................................................6 1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................6 1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................7
1.4
Manfaat Penelitian...................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8 2.1
Kenakalan Remaja...................................................................................8 2.1.1 Definisi Remaja ...........................................................................8 2.1.2 Ciri-Ciri Masa Remaja ................................................................9 2.1.3 Pengertian Kenakalan Remaja.....................................................11 2.1.4 Wujud Kenakalan Remaja ...........................................................13 2.1.5 Sebab Umum Kenakalan Remaja ................................................20 2.1.6 Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja .............................................29
2.2
Konformitas Teman Sebaya ....................................................................32 2.2.1 Pengertian Konformitas ...............................................................32 2.2.2 Pengertian Teman Sebaya ...........................................................32 v
2.2.3 Pengertian Konformitas Teman Sebaya ......................................34 2.3
Hubungan Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja ......37
2.4
Hipotesa...................................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................40 3.1
Kerangka Konsep ..................................................................................40
3.2
Definisi Operasional .............................................................................40
3.3
Jenis dan Desain Penelitian...................................................................41 3.3.1 Jenis Penelitian ...........................................................................41 3.3.2 Desain Penelitian ........................................................................41
3.4
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...............................................42 3.4.1 Lokasi Penelitian.........................................................................42 3.4.2 Waktu Penelitian .........................................................................42
3.5
Populasi dan Sampel .............................................................................42 3.5.1 Populasi .......................................................................................42 3.5.2 Sampel ........................................................................................43
3.6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data........................................................43 3.6.1 Jenis Data ....................................................................................43 3.6.2 Cara Pengumpulan Data .............................................................44
3.7
Aspek Pengukuran ................................................................................44 3.7.1 Alat Ukur ....................................................................................44
3.8
Pengolahan Data dan Analisis Data ......................................................46 3.8.1 Pengolahan Data .........................................................................46 3.8.2 Analisis Data ...............................................................................47
3.9
Jadwal penelitian...................................................................................48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 49 4.1
Hasil ....................................................................................................... 49 4.1.1 Data Demografi........................................................................... 49 4.1.2 Data Demografi........................................................................... 49
vi
4.2
Analisis Univariat .................................................................................... 50 4.2.1 Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja Kelas X Di SMK Pencawan Medan Tahun 2015 ....................... 50 4.2.2 Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja Kelas X Di SMK Pencawan Medan Tahun 2015 ....................... 53
4.3
Analisis Bivariat ...................................................................................... 56 4.3.1 Hubungan konformitas teman sebaya dengan kenakalan Remaja (juvenile delinquency) di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 ................................................................... 56
4.4
Pembahasan ............................................................................................ 57 4.4.1 Konformitas Teman Sebaya Di SMK Pencawan Medan .............. 57 4.4.1 Kenakalan Remaja Di SMK Pencawan Medan............................. 58 4.4.3 Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja........................................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 64 5.1
Kesimpulan ............................................................................................. 64
5.2
Saran ....................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 66 LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja di SMK Pencawan Medan Tahun 2015 ........................................................................40
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1
Jumlah Populasi Penelitian .................................................................. 42
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Penelitian .................................................................... 43
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian .................................................................................. 48
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ................................... 50
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Konformitas Teman Sebaya Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 ..................... 50
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Konformitas Teman Sebaya Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 ................................................ 53
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Jawaban Tentang Kenakalan Remaja Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 ................................. 53
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kenakalan Remaja Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 ................................................................. 55
Tabel 4.6
Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 .................... 56
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran I
Lembar Persetujuan...................................................................67
Lampiran II
Lembar Kuesioner .....................................................................68
Lampiran III
Master Tabel .............................................................................73
Lampiran IV
Hasil Data Dari SPSS................................................................79
Lampiran V
Surat Survey Pendahuluan ........................................................81
Lampiran VI
Surat Balasan Survey ................................................................82
Lampiran VII
Surat Izin Penelitian ..................................................................83
Lampiran VIII
Surat Balasan Penelitian............................................................84
Lampiran IX
Lembar Konsultasi ....................................................................85
Lampiran X
Dokumentasi .............................................................................89
x
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Istilah adolescence atau remaja, seperti yang dipergunakan saat ini,
mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Pertama, masa remaja sebagai periode yang penting. Kedua, masa remaja sebagai periode peralihan. Ketiga, masa remaja sebagai periode perubahan. Keempat, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Kelima, masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Keenam, masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Ketujuh, masa remaja sebagai masa mencari identitas (Hurlock,1980). Erikson dalam Santrock (2007), berpendapat bahwa masa remaja adalah masa mencari identitas. Saat ini remaja telah membatasi aksesnya untuk menampilkan peran sosial yang dapat diterima atau menyebabkan mereka tidak mampu mengikuti tuntutan yang ditetapkan pada mereka, dapat memilih identitas negatif. Remaja yang memiliki identitas negatif dan memperoleh dukungan dari kawan-kawan sebaya atas citranya sebagai anak nakal, dapat memperkuat identitas negatifnya. Menurut Erikson, kenakalan merupakan suatu usaha untuk memperoleh identitas meskipun dalam bentuk identitas negatif.
1
2
Istilah kenakalan remaja (juvenile delinquency) merujuk pada berbagai perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat onar di sekolah), status pelanggaran (melarikan diri dari rumah), hingga tindakan kriminal (seperti pencurian). Indeks pelanggaran adalah tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja atau pun orang dewasa. Tindakan kriminal tersebut meliputi perampokan, serangan yang menimbulkan kerugian, pemerkosaan, dan pembunuhan. Status pelanggaran misalnya melarikan diri, membolos dari sekolah, mengonsumsi minuman keras meskipun masih di bawah umur, melakukan hubungan seksual, dan tidak dapat dikendalikan. Apabila perilaku ini merupakan tindakan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh remaja, masyarakat menyebutnya sebagai kenakalan (delinquent) (Santrock, 2007). Menurut Hurlock (1980), tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak terutama dalam mencari relasi teman sebaya. Santrock (2007), juga berpendapat dimasa remaja, relasi dengan kawan sebaya memiliki proporsi yang besar dari kehidupan individu. Kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Relasi yang baik diantara kawan-kawan sebaya dibutuhkan bagi perkembangan
sosial
yang
normal
dimasa
remaja.
Isolasi
sosial,
atau
ketidakmampuan untuk “terjun” dalam sebuah jaringan sosial, berkaitan dengan berbagai bentuk masalah dan gangguan, mulai dari masalah kenakalan dan masalah minuman keras hingga depresi. Relasi di antara kawan sebaya yang buruk di masa kanak-kanak berkaitan dengan putus sekolah dan kenakalan dimasa remaja. Relasi
3
dengan kawan-kawan sebaya berperan penting dalam kenakalan. Memiliki kawankawan yang nakal dapat meningkatkan resiko menjadi nakal. Remaja lebih banyak berada di luar bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok. Maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Demikian pula bila kelompok mencoba minum alkohol, obat-obat terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikuti tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri akibatnya (Hurlock, 1980). Hubungan sebaya memainkan peran yang kuat dalam kehidupan remaja. Konformitas terhadap tekanan sebaya pada masa remaja bisa bersifat positif atau negatif. Konformitas, yaitu melakukan tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang persepsikan. Remaja terlibat dalam segala jenis perilaku konformitas yang negatif, sebagai contoh mereka menggunakan bahasa gaul, mencuri, merusak, dan mempermainkan orang tua serta guru. Selama masa remaja, terutama di awal masa remaja, kita lebih banyak menyesuaikan diri terhadap standar sebaya dibanding pada masa kanak-kanak. Peneliti menemukan bahwa, pada sekitar kelas delapan dan sembilan, konformitas terhadap sebaya, terutama terhadap standar antisosial mereka memuncak (Santrock, 2007). Setiap negara bagian Amerika Serikat memiliki batasan yang berbeda untuk kenakalan remaja dan pelanggaran oleh orang dewasa, sekitar tiga perempat dari negara bagian menyatakan 18 tahun adalah batasan maksimum kategori kenakalan
4
remaja. Dua negara bagian menetapkan 19 tahun, tujuh negara bagian menyatakan 17 tahun, dan empat negara bagian 16 tahun. Jadi kabur dari rumah pada usia 17 tahun bisa saja termasuk status offense di negara bagian tertentu, tetapi tidak di negara bagian yang lain. Berdasarkan statistik dari pemerintah Amerika Serikat 8 dari 10 kenakalan remaja dilakukan oleh laki-laki. Meskipun begitu, dalam dua dekade terakhir, kenakalan remaja perempuan meningkat dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki (Santrock, 2007). Berikut hasil survei Indonesia di kota Karawang, Palembang, dan Jakarta terhadap 961 siswa SMP, 100% (seluruh responden) mengaku pernah bersentuhan dengan pornografi, 68% mengaku masih mengakses pornografi sampai sekarang. Selanjutnya dikatakan pula bahwa dari 4,5 juta situs porno dunia, 100.000 situs made in Indonesia (Nurihsan, 2013). Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makasar tawuran ini sering terjadi. Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI), mencatat sepanjang enam bulan pertama di tahun 2012, sudah ada 139 kasus tawuran pelajar. Naik dari tahun sebelumnya sebanyak 128 kasus. Tidak Cuma menyebabkan kerusakan saja, tetapi beberapa kasus diantaranya bahkan menyebabkan kematian. Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar (Musbikin,2013). Dari survei yang dilakukan di Jakarta diperoleh hasil, bahwa sekitar 6-20% anak SMA dan mahasiswa di Jakarta pernah melakukan hubungan seks pranikah. Dari 405 kehamilan yang tidak direncanakan, 95% dilakukan oleh remaja usia 15-25
5
tahun. Berarti, bisa diperkirakan jumlah remaja yang melakukan seks bebas sekitar 38.000-53.000 orang. Kemudian sebanyak 200 remaja putri melakukan seks bebas, setengahnya kedapatan hamil dan 90% melakukan aborsi (Nurihsan, 2013). Berdasarkan penelitian, yang dilakukan oleh Halimah (2012), konfomitas teman sebaya dengan kenakalan remaja pada siswa kelas XII SMA PGRI 2 Sindang Indramayu, di dapat hasil dengan 98 responden menunjukkan bahwa tingkat konformitas teman sebaya berada pada kategori sedang yaitu 65,30% yang berarti bahwa siswa cukup mampu dalam kelompok dan tingkat kenakalan remaja berada pada kategori sedang yaitu tindakan kriminal ataupun merugikan orang lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mulyasri (2010), kenakalan remaja ditinjau dari persepsi keharmonisan keluarga dan konformitas teman sebaya pada siswa SMA Utama 2 Bandar Lampung, dari 80 sampel mengatakan bahwa ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Koefisien korelasi bertanda positif artinya semakin tinggi konformitas teman sebaya maka semakin tinggi kenakalan remaja dan semakin rendah konformitas teman sebya maka semakin rendah pula kenakalan remaja. Dari hasil survei pendahuluan di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan Tuntungan Kelas X, dari hasil wawancara dari 15 orang, 10 laki-laki dan 5 perempuan, diantaranya pernah melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada prilaku kenakalan remaja, dari 10 laki-laki 4 orang diantaranya pernah merokok, 1 orang pernah ikut dalam tawuran antara “group”, 10 orang pernah menonton film porno dengan alasan ikut-ikutan dengan teman dan dari 10 orang laki-laki 1 orang
6
diantaranya pacaran dan pernah ciuman dan pegangan tangan. Dan dari 5 orang perempuan 4 diantaranya pernah bertengkar antar kelas sampai mengeluarkan katakata kasar, dan 5 orang berpacaran dan pernah berciuman dan pegangan tangan, dan 1 orang diantaranya pernah pergi dari rumah tanpa izin dari orang tua dengan alasan tidak mendapat perhatian orang tua karena orang tua sibuk bekerja diluar rumah. Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015”. 1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Hubungan
Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015?”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015.
7
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengindentifikasi Konformitas Teman Sebaya Di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015. 2. Untuk mengindentifikasi Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) Di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015. 1.4
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan akan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam mengenali kenakalan remaja dan konformitas teman sebaya.
2.
Bagi Institusi Pendidikan Prodi D-III Kebidanan STIKES SU Hasil penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat sebagai bahan bacaan dan menambah bahan referensi kepustakaan program D-III Kebidanan STIKES Sumatera Utara khususnya tentang konformitas teman sebaya dan kenakalan remaja.
3.
Bagi SMK Pencawan Medan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan siswa-siswi tentang kenakalan remaja sehingga remaja mengetahui bentuk-bentuk dan dampak dari kenakalan remaja agar remaja dapat menghindari perilaku kenakalan tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kenakalan Remaja
2.1.1
Definisi Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari Latin (adolescere) (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif demikian pula orang-orang zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan; anak dianggap sudah dewasa apabila mampu mengadakan reproduksi. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Namun, penelitian tentang perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukkan bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat pada awal masa remaja dari pada tahap akhir masa remaja, tetapi juga menunjukkan bahwa perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja berbeda dengan akhir masa remaja. Dengan demikian secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja. Garis pemisah antara awal masa dan akhir masa remaja terletak kira-kira di sekitar usia tujuh belas tahun, usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Ketika remaja duduk di kelas terakhir, biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada di ambang perbatasan
8
9
untuk memasuki dunia kerja orang dewasa, melanjutkan ke pendidikan tinggi, atau menerima pelatihan kerja tertentu. Status di sekolah juga membuat remaja sadar akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkan. Kesadaran akan status formal yang baru, baik dirumah maupun disekolah, mendorong sebagian besar remaja untuk berperilaku lebih matang (Hurlock, 1980). 2.1.2
Ciri-Ciri Masa Remaja Menurut Hurlock (1980), ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. 2. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang telah terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus “meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
10
3. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intesitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psiklogis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan menimbulkan masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan. 4. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki mapun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. 5. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.
11
6. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, dan dengan meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja yang lebih besar memandang diri sendiri, keluarga, teman-teman dan kehidupan pada umumnya secara lebih realistik. Dengan demikian, remaja tidak terlampau banyak mengalami kekecewaan seperti ketika masih lebih muda. Ini adalah salah satu kondisi yang menimbulkan kebahagiaan yang lebih besar pada remaja yang lebih besar 7. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. 2.1.3
Pengertian Kenakalan Remaja Menurut Cavan dalam Wills (2012), didalam bukunya yang berjudul Jevenile
delinquency menyebutkan “Juvenile Delinquency refers to the failure of children and youth to meet certain obligation expected of them by the society in which they live”. Kenakalan anak dan remaja itu disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat mereka tinggal. Penghargaan yang mereka harapkan ialah tugas dan tanggung jawab seperti orang dewasa. Mereka menuntut suatu peranan sebagaimana dilakukan orang dewasa. Tetapi orang dewasa tidak dapat memberikan tanggung jawab dan peranan itu, karena belum adanya rasa kepercayaan terhadap mereka.
12
Secara sosiologis menurut Dr. Fuad Hassan dalam Willis (2012), kenakalan remaja itu ialah “ kelakuan atau perbuatan anti sosial dan anti normatif” dan menurut Dr. Kusumanto dalam Willis (2012), “Juvenile delinquency atau kenakalan anak dan remaja ialah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan”. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkodisian tingkah-laku kriminal anak-anak remaja. Perilaku anak-anak ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial, mayoritas juvenile delinquency berusia di bawah 21 tahun. Angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun; dan sesudah umur 22 tahun, kasus kejahatan yang dilakukan oleh geng-geng delinkuen jadi menurun (Kartono, 2013). Seperti sudah diuraikan di atas, kenakalan remaja yang dimaksud di sini adalah perilaku yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum. Jensen (1985) membagi kenakalan remaja ini menjadi empat jenis yaitu: 1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain. 2. Kenakalan
yang
menimbulkan
korban
pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
materi:
perusakan,
pencurian,
13
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran,
penyalahgunaan
obat.
Di
Indonesia
mungkin
dapat
juga
dimaksukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini. 4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka, dan sebagainya. Pada usia mereka, perilaku-perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci. Akan tetapi, kalau kelak remaja ini dewasa, pelanggaran status ini dapat dilakukan terhadap atasannya di kantor atau petugas hukum di dalam masyarakat. Karena itulah pelanggaran status ini oleh Jensen digolongkan juga sebagai kenakalan dan bukan sekadar perilaku menyimpang (Sarwono, 2011). 2.1.4
Wujud Kenakalan Remaja Adapun wujud kenakalan remaja menurut Laning (2008), yaitu: Di kota-kota besar kenakalan remaja sering terjadi. Lihat saja di Jakarta,
kenakalan remaja yang sepele sampai kenakalan yang termasuk tindak kejahatan. Apabila kenakalan remaja tidak ditindaklanjuti, akan berubah menjadi kejahatan. Oleh karena itu, pemerintah kota Jakarta menetapkan bahwa kenakalan remaja merupakan masalah sosial yang harus cepat dicari solusinya.
14
Tindakan kenakalan yang sering dilakukan remaja banyak macamnya, seperti: kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayakan jiwa sendiri serta orang lain. Mereka kebut-kebutan pada malam hari selagi semua orang istirahat. Mereka mengadakan semacam perlombaan kecil untuk menambah suasana malam. Setiap mereka yang tercepat akan mendapatkan hadiah Kedua, tindakan ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan ketentraman sekitar, seperti berteriak-teriak pada malam hari, mencoret-coret tembok umum, melepas knalpot sepeda motor. Ketiga, perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah yang dapat membawa korban jiwa. Umumnya perkelahian ini disebabkan oleh rasa solidaritas yang tinggi dalam kelompok. Menurut mereka persoalan satu anggota merupakan persoalan seluruh anggota. Oleh karena itu, seluruh anggota berkewajiban untuk menyelesaikan walaupun dengan cara berkelahi. Keempat, membolos sekolah lalu bergelandangan disepanjang jalan atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan hal-hal yang buruk, seperti menggunakan narkoba, tindak asusila. Tindakan ini sering kali dilakukan oleh pelajar- pelajar yang mulai malas untuk belajar. Mereka lebih senang bermain diluar dari pada belajar di sekolah. Biasanya anak-anak seperti ini adalah anak-anak yang tidak berprestasi dikelas. Kelima, melakukan kejahatan anak/remaja dan berbuat kekerasan, seperti mengancam, memeras, maling, mencuri, mencopet, merampas, menjambret,
15
menyerang, dan merampok. Ada satu kepuasan tersendiri ketika mereka berhasil melakukan itu semua. Keenam, berpesta pora sambil mabuk-mabukan yang dapat mengganggu lingkungan. Mereka secara bersama-sama minum-minuman keras yang diiringi oleh musik yang keras. Sambil mabuk mereka berjoget di tengah jalan. Tindakan ini tentu mengganggu lingkungan sekitarnya. Ketujuh, kecanduan atau ketagihan bahan narkotik yang erat dengan tindakan kejahatan. Rasa ketagihan akan bahan narkotik biasanya diawali dari coba-coba yang akhirnya menjadi ketergantungan. Rasa ketergantungan ini memaksa mereka untuk mengosumsi secara terus-menerus. Gampang mendapat bahan narkotik membuat anak-anak semakin bebas mengonsumsi. Alhasil kerusakan anggotan tubuh dan kematian. Melihat dampaknya yang begitu buruk, tidak membuat anak-anak berhenti menggunakan. Padahal harga untuk satu konsumsi saja sangatlah mahal. Kedelapan, perjudian dan bentuk-bentuk permainan seperti taruhan. Perjudian tidak jauh dari anak-anak nakal. Dalam permainan perjudian, anak-anak ditantang untuk melakukan suatu taruhan jika menang akan mendapatkan hasil dua kali lipat atau lebih. Iming-iming ini mendorong anak-anak melakukan tindakan perjudian dan permainan sejenisnya. Mereka bertaruh untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Jika tidak memiliki uang untuk dipertaruhkan, mereka rela melakukan tindakan kejahatan, seperti melalak, mengompas, mencopet, dan menjambret.
16
Kesembilan, perkosaan, agrasivitas seksual yang didorong oleh reaksi-reaksi diri, menuntut pengakuan diri, emosi balas dendam, kekecewaan yang ditolak cintanya oleh wanita, dan lain-lain. Kesebelas, homoseksualitas dan gangguan seksual lain pada anak remaja disertai tindakan kasar. Kedua belas, pengguguran janin oleh gadis-gadis nakal. Ketiga belas, tindakan radikal dan ekstrem, dengan cara kekerasan dan penculikan yang dilakukan oleh anak-anak atau remaja. Keempat belas, perbuatan asosial dan antisosial lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak dan remaja psikopatik, neurotik, dan menderita ganguan-gangguan jiwa lainnya. Selain di kota-kota besar kenakalan remaja sering terjadi di negara-negara yang teknolologinya sangat maju seperti Amerika, Jepang, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, dan Swedia. Dibanding negara-negara tersebut, jumlah kenakalan remaja di Indonesia masih sedikit, tetapi cukup mengkwatirkan dan meresahkan. Tindakan-tindakan di atas hanyalah contoh umum kenakalan remaja yang sering terjadi dalam masyarakat sekitar. Di bawah ini akan dibahas lebih dalam mengenai tindakan kenakalan yang sering dilakukan remaja saat ini. A. Kebiasaan Merokok pada Usia Dini Kebisaan merokok bagi sebagian orang merupakan suatu hal yang nikmat apabila dilakukan, tetapi tidak bagi orang lain. Meskipun semua orang mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari merokok, perilaku merokok tetap membudaya pada
17
sebagian orang. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari seperti lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat disetiap tempat kita menjumpai orang merokok. Bahaya yang ditimbulkan dari merokok sangat banyak bagi kesehatan, tetapi sayangnya masih banyak orang bahkan remaja tetap menikmatinya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk kedalam sirkulasi darah hanya 25 persen. Walaupun demikian, jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia. B. Tawuran Remaja Kasus tawuran remaja secara massal alias tawuran semakin marak dan memprihatinkan. Tawuran remaja kini menjadi trend di kota-kota besar seperti Jakarta. Tawuran kerap terjadi di jalan-jalan Kota Jakarta. Terjadinya tawuran dapat menyebabkan korban jiwa dan kerusakan barang di sekitar tempat kejadian. Alhasil tawuran remaja membuat takut dan cemas masyarakat sekitar. Beberapa kasus tawuran remaja telah berkembang menjadi pemicu menculnya tawuran massal antarwarga ataupun antara kelompok pelajar dan warga masyarakat. Menurut data Direktorat Bimbingan Masyarakat Polda Metro Jaya bahwa jumlah remaja yang terlibat tawuran tidaklah besar. Namun dari segi kualitas, terjadinya tawuran remaja sudah pada taraf membahayakan, baik bagi remaja maupun masyarakat sekitar. Terjadinya tawuran diawali dari hal-hal yang sepele, seperti
18
saling mengejek, membela teman yang punya masalah pribadi dengan pelajar di sekolah lain atau pemalakan, kemudian meluas hingga menjadi konflik antarsekolah. Sebagai remaja tidak seharusnya mereka jatuh dalam tindakan tersebut. Namun kenyataannya, hanya karena rasa solidaritas antarteman mereka gampang sekali terlibat tawuran remaja hingga melakukan tindakan merusak, menganiaya, menyakiti, bahkan membunuh. Umumnya tawuran remaja terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab pada satu tawuran berbeda dengan tawuran yang lainnya. Seorang anak remaja apabila ditinjau dari segi psikologisnya, sedang mengalami suatu periode yang penuh masalah. Periode ini bak masa topan dan badai bagi remaja. Remaja mengalami gejala emosi dan tekanan jiwa yang berat sehingga perilaku yang keluar adalah perilaku yang menyimpang yang berupa kenakalan remaja. Pada masa inilah remaja tergolong sebagai pribadi yang tengah mencari identitas dan membutuhkan tempat penyaluran kreativitas. Jika tempat penyaluran tersebut kurang memadai, mereka akan mencari berbagai cara sebagai penyaluran termasuk berkelahi. Kedua, masalah yang berasal dari keluarga. Keluarga yang tidak harmonis meyebabkan anak menjadi tidak betah tinggal dirumah dan mencari pelampiasan kegiatan di luar rumah bersama teman-temannya. Situasi dan kondisi ini membuat anak mudah masuk dalam pergaulan remaja yang tidak sehat, seperti perkelahian atau tawuran. Ketiga, masalah yang bersumber dari kerawanan sekolah. Setidaknya terdapat tiga faktor yang mempengaruhi tingkat kerawanan sekolah. Pertama adalah faktor
19
fisik sekolah berdekatan dengan pusat-pusat hiburan/ keramaian, kurangnya sistem pengamanan lingkungan, serta tidak tersedianya sarana yang membuat anak-anak betah disekolah. Kedua adalah faktor psikoedukatif, yaitu ketertiban dan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Ketiga adalah faktor efektifitas interaksi edukatif di sekolah. Keempat, tindakan aparat keamanan yang kurang antisipasif. Mereka sering kali kurang cekatan mengamankan daerah yang menjadi ajang tawuran. Dalam penegakan hukum, aparat keamanan kurang memiliki wibawa dan konsistensi untuk menindak para pelaku. Hal ini disebabkan adanya keraguan apakah para pelaku tawuran bisa dikategorikan sebagai tindak kriminal atau sekadar kenakalan biasa. Kelima, faktor lingkungan masyarakat dan media cetak. Sebagai sarana informasi, media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai andil besar dalam memunculkan tawuran remaja, setiap aksi kekerasan yang diberitakan membawa akses yang buruk bagi remaja tidak sedikit remaja yang meniru dan mencontoh perilaku-perilaku kekerasan yang diberitakan dalam media massa. Hasilnya sebagian remaja menganggap bahwa cara kekerasan cukup efektif untuk mencapai tujuan. C. Penyalahgunaan Narkotik Peredaran narkotik di Indonesia sudah pada tingkat memprihatinkan. Setiap tahun jumlah penggunanya semakin bertambah. Hal yang paling mengkhawatirkan adalah remaja merupakan target utama pasar narkotik. Menurut data Dinas Kesehatan, jumlah pengguna narkoba di Indonesia hingga akhir tahun 2008 mencapai empat juta orang. Dari angka tersebut 70 persennya adalah anak sekolah. Dari data
20
inilah, terlihat betapa mengkhawatirkannya narkotik bagi remaja sebagai generasi penerus bangsa. Terlebih jika melihat akibat yang ditimbulkannya. D. Pornografi Pornografi adalah salah satu tindakan kenakalan remaja yang tidak terlihat, tetapi membawa dampak negatif bagi masyarakat, sebagian besar remaja terlibat dalam pornografi. Mereka menganggap adalah hal biasa dan bukan merupakan suatu kenakalan remaja. Pornografi dianggap sebagai pendidikan seks. Kenyataaanya, pornografi merupakan awal mula terjadinya penyimpangan seksual. Tidak dimungkiri bahwa pornografi dapat digunakan sebagai media pendidikan seks anak. Sebagai media pendidikan manakala pornografi disikapi dengan sikap bijak dan dilakukan dibawah pengawasan orang dewasa. Sebaliknya, akan menjadi penyimpangan jika melihat pornografi dari sudut pandang berbeda. Seorang anak terutama remaja yang telah kecanduan pornografi tidak dapat berfikir secarah jernih. Kondisi ini tentunya akan membawa dampak buruk pada masa depannya. Oleh karena itu, pornografi merupakan sesuatu yang berbahaya bagi remaja. Munculnya rasa suka terhadap lawan jenis menjadi pintu masuk pornografi dalam diri remaja. Pornografi adalah satu dari sekian banyak sebab remaja jatuh dalam tindakan penyimpangan seksual. 2.1.5
Sebab Umum Kenakalan Remaja Menurut Wills (2012), sebab-sebab kenakalan remaja, yaitu: Suatu tingkah laku tidak disebabkan oleh satu motivasi saja, melainkan dapat
oleh berbagai motivasi. Contoh, anak nakal mungkin disebabkan balas dendam terhadap orang tua, karena orang tua terlalu otoriter atau kejam, atau orang tua yang
21
tidak pernah memberikan kasih sayang dan perhatian, atau orang tua yang tidak adil terhadap sesama anak-anak. Mungkin juga kenakalan itu karena tidak merasa bebas dan tidak betah di rumah. Lalu mencari kebebasan dan kebetahan di luar rumah dengan berbagai kelakuan yang mungkin dapat menarik perhatian orang lain dan menyakitkan hati masyarakat. Berhubung amat banyaknya faktor yang menyebabkan tingkah laku kenakalan itu, maka sebaiknya kita bagi/ kelompokkan tempat atau sumber kenakalan itu atas empat bagian, yaitu: 1.
Faktor-Faktor yang Ada di Dalam Diri Anak Sendiri a. Predisposing Faktor Faktor- faktor yang memberi kecenderungan tertentu terhadap perilaku
remaja. Faktor tersebut dibawa sejak lahir, atau oleh kejadian-kejadian ketika kelahiran bayi, yang disebut birth injury, yaiu luka dikepala ketika bayi ditarik dari perut ibu. Predisposing faktor yang lain berupa kelainan kejiwaan seperti schizophrenia. Penyakit jiwa ini bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang keras atau penuh tekanan terhadap anak-anak. Kecenderungan kenakalan adalah dari faktor bawaan bersumber dari kelainan otak. b.
Lemahnya Pertahanan Diri Adalah faktor yang ada di dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan
diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan negatif, bujukan negatif seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa
22
menghindar dan mudah terpengaruh. Akibatnya remaja itu terlibat ke dalam kegiatankegiatan negatif yang membahayakan dirinya dan masyarakat. Lemahnya kepribadian remaja disebabkan faktor pendidikan keluarga. Sering orang tua tidak memberi kesempatan anak untuk mandiri, kreatif, dan memiliki daya kritis, serta mampu bertanggung jawab. Orang tua yang seperti ini mengabaikan kemampuan anaknya terutama jika sudah remaja masih dianggap anak-anak. Akibatnya hingga remaja yaitu saat-saat yang penting untuk menjadi orang dewasa, tidak menjadi kenyataan. c.
Kurangnya Kemampuan penyesuaian diri Keadaan ini amat terasa di dunia remaja. Banyak ditemukan remaja yang
kurang pergaulan. Inti persoalannya adalah ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap lingkugan sosial, karena mempunyai daya pilih teman bergaul akan membantu pembentukan perilaku positif. Anak-anak yang terbiasa dengan pendidikan kaku dan dengan disiplin ketat di keluarga akan menyebabkan masa remajanya juga kaku dalam bergaul, dan tidak pandai dalam memilih teman yang bisa membuat dia berkelakuan baik. Yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu remaja salah pilih, bergaul dengan remaja yang tersesat. Hal ini bisa terjadi karena teman-temannya menghargainya. Karena mendapat penghargaan di kelompok geng sesat, dia ikut menjadi anggota sesat juga.
23
d.
Kurangnya Dasar-Dasar Keimanan di Dalam Diri Remaja Masalah agama belum menjadi upaya sungguh-sungguh dari orang tua dan
guru terhadap remaja. Padahal agama adalah benteng diri remaja dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan di masa yang akan datang. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama sebagaimana memberikan pendidikan agama secara baik, mantap, dan sesuai dengan kondisi remaja saat ini. Oleh karena itu, pendidikan agama harus diberikan kepada remaja dengan menarik dan tidak membosankan. 2.
Penyebab Kenakalan yang Berasal dari Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab
kenakalan remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan anggota keluarga yang lain yang tinggal bersama-sama. Keadaan keluarga yang besar jumlah anggotanya berbeda dengan keluarga kecil. Bagi keluarga besar pengawasan agak sukar dilaksanakan dengan baik, demikian juga menanamkan disiplin terhadap masing-masing anak. Berlainan dengan keluarga kecil, pengawasan dan disiplin dapat dengan mudah dilaksanakan. Disamping itu perhatian orang tua terhadap masing-masing anak lebih mudah diberikan. Mengingat amat banyaknya faktor penyebab kenakalan anak dan remaja yang berasal dari lingkungan keluarga, dibawah ini akan di uraikan sebagian saja, yaitu:
24
a.
Anak Kurang Mendapatkan Kasih Sayang dan Perhatian Orang Tua Karena kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua, maka apa yang amat dibutuhkan itu terpaksa dicari di luar rumah, seperti didalam kelompok kawan-kawannya. Tidak semua teman-temannya itu berkelakuan baik, akan tetapi lebih banyak berkelakuan yang kurang baik, seperti suka mencuri, suka mengganggu ketentraman umum, suka berkelahi dan sebagainya.
b.
Lemahnya Keadaan Ekonomi Orang Tua di Desa-Desa, Telah Menyebabkan Tidak Mampu Mencukupi Kebutuhan Anak-anak Anak dan remaja menuntut supaya orang tuanya dapat membeli barang-barang mewah seperti tv, recorder, sepeda motor dan bahkan mobil. Bersamaan dengan itu kelakuan mereka meningkat yakni pergaulan bebas, seks bebas, merokok dan minuman keras. Bila orang tua tidak mampu memenuhi keinginannya, maka mereka merasa rendah diri. Akibatnya timbullah berbagai masalah sosial yang disebabkan kelakuan para remaja yang gagal dalam memenuhi kebutuhankebutuhan akan barang-barang mewah tersebut. Misalnya terjadi pencurian; mula-mula kecil-kecil, lama kelamaan pencurian barang-barang berharga. Kejadian ini akan menimbulkan ketegangan di masyarakat.
c.
Kehidupan Keluarga yang Tidak Harmonis Sebuah keluarga dikatakan harmonis apabila struktur keluarga itu utuh dan interaksi diantara anggota keluarga berjalan dengan baik, artinya hubungan psikologis diantara mereka cukup memuaskan dirasakan oleh setiap anggota keluarga. Apabila struktur keluarga itu tidak utuh lagi, misalnya karena
25
kematian salah satu orang tua atau perceraian, kehidupan keluarga bisa jadi tidak harmonis lagi. Keadaan seperti itu disebut keluarga pecah atau broken home. Broken home juga terjadi apabila ibu dan ayah sering bertengkar. Pertengkaran ini biasanya terjadi karena tidak adanya kesepakatan dalam mengatur tata rumah tangga, terutama kebenaran yang harus ditegakkan di dalam keluarganya. Inilah permulaan terjadinya kenakalan anak-anak. 3. a.
Penyebab Kenakalan Remaja yang Berasal dari Lingkungan Masyarakat Kurangnya Pelaksanaan Ajaran-ajaran Agama secara Konsukuen Masyarakat dapat pula menjadi penyebab bagi berjangkitnya kenakalan remaja, terutama sekali dilingkungan masyarakat yang kurang sekali melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianut. Pertama, banyak guru yang sibuk karena harus mengajar dibeberapa sekolah sehingga perhatian mereka untuk membimbing siswanya terabaikan. Kedua, pengangkatan kepala sekolah bukan atas dasar kepribadian dan profesionalitas, sehingga terpilih kepala sekolah yang tidak berkualitas. Ketiga, tidak berfungsinya lembaga atau institusi Bimbingan dan Konseling (BK) sekolah karena (a) Tidak ada tenaga pembimbing yang profesional. (b) Bimbingan dan Konseling (BK) belum dihargai sebagai institusi yang berwenang untuk urusan pribadi dan masa depan siswa.
b.
Masyarakat yang Kurang Memperoleh Pendidikan Minimnya pendidikan masyarakat di negara ini, tidak perlu dipertanyakan lagi. Buta huruf merupakan sumber keterbelakangan pendidikan, ekonomi, dan
26
kedewasaan berpikir. Demikian pula daya analisanya, daya kreasi, dan sebagainya. Disamping itu orang yang buta huruf pada umumnya bersikap rendah diri, kurang berani, pesimis dan sebagainya. Sifat-sifat ini membawa rakyat kita kearah feodalisme, sikap mental memperhambakan diri dan mengkultuskan seseorang. Di dalam masyarakat kita dewasa ini masih terasa pengaruh hasil didikan Belanda itu. Secara gari besar dapat kita katakan bahwa keterbelakangan pendidikan berpengaruh kepada cara-cara orang tua mendidik anak-anaknya. Kurang memahami perkembangan jiwa anak, bagaimanana usaha membantu kearah pendewasaan anak, bagaimana membantu usaha sekolah dalam rangka meningkatkan kecerdasan anak dan sebagainya. Dan orang tua yang kurang berpendidikan sering membiarkan saja apaapa keinginan anak-anaknnya, kurang pengarahan kearah pendidikan akhlak yang baik dan tidak jarang pula orang tua yang kurang pendidikannya terpengaruh oleh keinginan-keinginan anak remajanya yang sudah bersekolah, keinginan mana kadang-kadang sering menjurus kepada tumbuhnya kenakalan remaja, misalnya berfoya-foya, pergaulan bebas, minuman keras, kebutkebutan, main senjata api, bahkan merokok ganja dan sebagainya. c.
Kurangnya Pengawasan Terhadap Keluarga Sebenarnya, soal pengawasan hendaknya telah dimulai sejak kecil sebab jika anak masih kecil mereka memerlukan bimbingan yang baik dan terarah karena anak-anak belum memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri. Lama kelamaan pada diri anak terbentuk suatu kepercayaan akan kesanggupannya untuk berdiri
27
sendiri berdasarkan kewibawaan orang tua, yakni ketika anak sudah mulai meningkat remaja. Dan setelah dewasa kewibawaan orang tua itu tetap berpengaruh terhadap dirinya, sehingga kemanapun ia pergi tingkah lakunya terpengaruh oleh kewibawaan orang tuanya itu. Jika pengawasan terhadap anak baru dimulai dengan ketat di masa remaja, disinilah permulaan timbulnya konflik antara anak dengan orang tua. Pengawasan terhadap remaja dimaksudkan untuk menghindarkan tingkah laku yang kurang baik dan menumbuhkan tingkah laku yang positif bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Pengawasan bukan berarti menutup kebebasan mereka, melainkan memberikan bimbingan kearah perkembangan yang wajar dengan berbagai usaha kegiatan pendidikan remaja di sekolah maupun di masyarakat. d.
Pengaruh Norma-Norma Baru Dari Luar Kebanyakan anggota masyarakat beranggapan bahwa setiap norma yang baru datang dari luar, itulah yang benar. Sebagai contoh ialah norma yang datang dari barat, baik melalui film dan televisi, pergaulan sosial, model dan lain-lain. Para remaja dengan cepat menelan saja apa yang dilihat dari film-film Barat seperti contoh-contoh pergaulan bebas. Dapat juga timbul konflik dalam diri para remaja sendiri, yakni norma-norma yang dianutnya dari rumah (keluarga) bertentangan dengan norma masyarakat yang menyimpang dari norma keluarga. Misalnya di rumah anak-anak diajarkan agar berkelakuan sopan santun, akan tetapi di masyarakat banyak sekali ditemukannya orang berlaku tidak sopan, kasar bahkan kejam terhadap sesama
28
manusia, misalnya orang miskin dibiarkan terlantar, anak yatim tidak diurus, gelandangan makin banyak berkeliaran. Kehidupan cara Barat yang individualistis ditiru, anak tidak sopan pada orang tua, kekeluargaan retak dan sebagainya. Sebab –Sebab Kenakalan yang Bersumber Dari Sekolah
4. a.
Faktor Guru Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang iklas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitan di dalam tugasnya, ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh keyakinan diatasinya semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang mampu dikerjakannya. Akibatnya ia mengajar adalah karena terpaksa dengan motif mencari uang. Guru yang seperti ini mengajarnya asal saja, sering membolos, tidak berminat meningkatkan pengetahuan kegurunya. Akibatnya murid-murid yang menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murid berbuat sekehendak hatinya dalam kelas dan hal seperi inilah yang merupakan sumber kenakalan, sebab guru tidak memberikan perhatian yang penuh kepada tugasnya. Faktor guru terdiri dari ekonomi guru dan mutu guru.
b.
Faktor Fasilitas Pendidikan Kurangnya fasilitas pendidikan menyebabkan penyaluran bakat dan keinginan murid-murid terhalang. Suatu contoh ialah lapangan olahraga sekolah. Jika
29
lapangan sekolah tidak ada, maka anak-anak tidak mempunyai tempat berolahraga dan bermain sebagaimana mestinya. Bakat dan keinginan yang tidak tersalur pada masa sekolah, mungkin akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan yang negatif. Misalnya bermain di jalanan umum, di pasar, di mall dan sebagainya yang mungkin akan berakibat buruk terhadap anak. Kekurangan fasilitas pendidikan yang lain seperti alat-alat pelajaran, alat-alat praktik, alat kesenian dan olahraga, juga dapat merupakan sumber gangguan pendidikan yang juga mengakibatkan terjadinya berbagai tingkah laku agresif pada anak didik. 2.1.6
Delikuensi Remaja/Kenakalan Remaja Delikuensi merupakan sikap-sikap dan aktivitas anak-anak remaja yang
bertentangan dengan norma-norma sosial. Menurut Kartono (2013), delinkuensi remaja dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu: 1.
Delinkuensi Individual Tingkah-laku kriminal anak merupakan gejala personal atau individual dengan ciri-ciri khas jahat, disebabkan oleh predisposisi dan kecenderungan penyimpangan tingkah-laku (psikopat, psikotis, neurotis, a-sosial) yang diperhebat oleh stimuli sosial dan kondisi kultural. Biasanya mereka juga mempunyai kelainan jasmaniah dan mental yang dibawa sejak lahir. Kelainan ini merupakan diferensiasi biologis yang membatasi atau merusak kualitaskualitas fisik dan psikisnya.
30
2.
Delinkuensi Situasional Delinkuensi ini dilakukan oleh anak yang normal; namun mereka banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situsional, stimuli sosial dan tekanan lingkungan, yang semuanya memberikan pengaruh “menekan-memaksa” pada pembentukan perilaku buruk. Sebagai produknya anak-anak remaja tadi suka melanggar peraturan, norma sosial dan hukum formal. Anak-anak muda ini menjadi jahat delinkuen sebagai akibat dari transformasi psikologis sebagai reaksi terhadap pengaruh eksternal, yang menekan dan memaksa sifatnya.
3.
Delinkuensi Sistematik Di kemudian hari perbuatan kriminal anak-anak remaja tersebut disistematisir dalam bentuk satu organisasi, yaitu gang. Kumpulan tingkah-laku yang “disistematisir” itu disertai pengaturan, status formal, peranan tertentu, nilainilai rite-rite, norma-norma, rasa kebanggaan, dan moral delinkuen yang berbeda dengan yang umum berlaku. Semua kejahatan anak ini kemudian dirasionalisir dan dibenarkan sendiri oleh segenap anggota kelompok, sehingga kejahatannya menjadi terorganisir atau menjadi sistematis sifatnya.
4.
Delinkuensi Kumulatif Situasi sosial dan kondisi kultural buruk yang repetitif terus-menerus dan berlangsung berulangkali itu dapat mengintensifkan perbuatan kejahatan remaja, sehingga menjadi kumulatif sifatnya; yaitu terdapat di mana-mana, di hampir semua ibukota, kota-kota bahkan juga di daerah pinggiran pedesaan. Secara kumulatif gejala tadi menyebar luas di tengah masayarakat, lalu
31
menjadi
fenomena
disorganisasi/disintegrasi
sosial
dengan
subkultur
delinkuen di tengah kebudayaan suatu bangsa. Menurut Kartono (2013), tipe delinkuensi menurut struktur kepribadian ini dibagi atas empat, yaitu: 1.
Delinkuensi Terisolir Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinkuen; merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis.
2.
Delinkuensi Neurotik Pada umumnya anak-anak delinkuen tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa: kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah atau berdosa, dan lain-lain.
3.
Delinkuensi Psikopatik Delinkuen psikopatik ini sedikit jumlahnya; akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya.
4.
Delinkuensi Defek Moral Delinkuensi defek moral mempunyai ciri: selalu melakukan tindak a-sosial atau anti-sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada inteligensinya.
32
2.2
Konformitas Teman Sebaya
2.2.1
Pengertian Konformitas Konformitas, yaitu melakukan tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil
dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang persepsikan. Konformitas memiliki sisi positif dan negatif. Masyarakat akan berfungsi dengan lebih baik ketika orang-orang tahu bagaimana berperilaku pada situasi tertentu, dan ketika mereka memiliki kesamaan sikap dan tahu cara dalam berperilaku. Konformitas dalam berpakaian, pilihan hidup, dan ide-ide yang ada menunjukkan adanya perasaan “seirama” dengan rekan-rekan dan kerabat kerja. Namun konformitas juga dapat menghambat kreativitas berpikir kritis. Dalam kelompok, banyak orang akan menyangkal kepercayaan pribadi mereka dan sepakat akan pemahaman yang tidak masuk akal, yang bahkan bertentangan dengan nilai-nilai pribadi mereka (Wade,2007). 2.2.2
Pengertian Teman Sebaya Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan
sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama. Sebaya memegang peran yang unik dalam perkembangan anak. Salah satu fungsi terpenting sebaya adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan mereka dari grup sebaya mereka. Mereka
33
mengevaluasi apa yang mereka lakukan dengan ukuran apakah hal tersebut lebih baik, sama baiknya, atau lebih buruk dari pada apa yang dilakukan anak lain. Sulit melakukan hal ini dirumah karena saudara biasanya lebih tua atau lebih muda. (Santrock,2007) Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Beberapa remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota. Yang merupakan teman sebaya (peers) adalah anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Salah satu fungsi utama dari kelompok teman sebaya adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Anak –anak menghabiskan semakin banyak waktu dalam interaksi teman sebaya pada pertengahan masa anak-anak dan akhir masa anak-anak serta masa remaja. Bagi remaja, hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupan. Hubungan sebaya memainkan peran yang kuat dalam kehidupan remaja. Hubungan sebaya mengalami perubahan yang penting dalam masa remaja. Pada masa kanak-kanak, fokus dari hubungan sebaya adalah agar disukai oleh teman sekelas dan dilibatkan dalam permainan atau percakapan saat makan siang. Diabaikan, atau lebih buruk lagi: ditolak, memiliki efek yang merusak pada perkembangan anak yang kadangkala dibawa hingga masa remaja. Dimulai pada awal masa remaja, remaja
34
biasanya lebih suka memiliki jumlah pertemanan yang lebih sedikit namun lebih intim dan intens dibanding anak-anak (Santrock, 2007). Ahli perkembangan telah membedakan lima status sebaya menurut Wentzel & Asher dalam kutipan Santrock (2007): 1. Anak-anak populer sering dinominasikan sahabat dan jarang tidak disukai oleh sebaya mereka. 2. Anak-anak rata-rata menerima nominasi positif dan negatif rata-rata dari sebaya mereka. 3. Anak-anak yang diabaikan jarang dinominasikan sebagai sahabat tetapi tidak dibenci oleh sebaya mereka. 4. Anak-anak yang ditolak jarang dinominasikan sebagai sahabat dan dibenci secara aktif oleh sebaya mereka. 5. Anak-anak kontroversial sering dinominasikan sebagai teman baik seseorang tapi juga sebagai orang yang tidak disukai. 2.2.3
Konformitas Teman Sebaya Konformitas terjadi apabila individu mengadopsi sikap atau perilaku orang
lain karena merasa didesak orang lain (baik desakan nyata atau hanya bayangan saja). Konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja.
35
Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif atau negatif. Remaja terlibat dengan tingkah laku sebagai akibat dari konformitas yang negatif, menggunakan bahasa yang asal-asalan, mencuri, coret mencoret, dan mempermainkan orang tua dan guru. Namun, banyak konformitas pada remaja yang tidak negatif dan merupakan keinginan untuk terlibat dalam dunia teman sebaya, misalnya berpakaian seperti teman-temannya dan ingin menghabiskan waktu dengan anggota dari perkumpulan. Keadaan seperti ini dapat melibatkan aktivitas sosial yang baik, misalnya ketika suatu perkumpulan mengumpulkan uang untuk alasan yan benar (Santrock, 2003). Dalam sebuah studi yang berfokus pada aspek-aspek negatif, netral, dan positif dari konformitas kawan-kawan sebaya, Thomas Berndt (1979) mempelajari 273 siswa dikelas tiga hingga kelas dua belas. Berndt menyajikan sejumlah dilema yang bersifat hipotesis kepada para siswa tersebut dan mereka diminta untuk memilih antara konform pada kawan-kawan dalam prilaku proposial. Sebagai contoh, salah satu item proposial menanyakan apakah mereka akan mengikuti nasehat orang tua dalam situasi-situasi seperti membantu di perpustakaan atau melatih anak lain berenang. Item antisosial menanyakan kepada laki laki apakah yang akan ia lakukan apabila kawan-kawan sebaya memintanya untuk membantu mencuri permen. Item netral menanyakan kepada anak perempuan apakah ia akan mengikuti saran kawankawanya untuk terlibat dalam suatu aktivitas yang tidak sesuai dengan minatnya, seperti nonton film yang tidak disukai.
36
Desakan dari kawan-kawan sebaya merupakan suatu tema yang terdapat dalam kehidupan remaja. Kekuatan dari pengaruh ini dapat teramati hampir semua dimensi perilaku remaja, pilihan pakaian, musik, bahasa, nilai, aktivitas waktu luang, dan sebagainya. Para orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya dapat membantu remaja dalam mengatasi desakan dari kawan-kawan sebaya. Remaja membutuhkan banyak kesempatan untuk bercakap-cakap dengan kawan sebaya dan orang-orang dewasa mengenai dunia sosial mereka dan berbagai tekanan yang dialami. Perubahan perkembangan yang dialami di masa remaja sering kali menimbulkan perasaan tidak aman. Secara khusus remaja kecil rentan karena merasa tidak aman dan mengalami berbagai perubahan yang terkait dengan proses perkembangan. Untuk melawan kegelisahan yang dialami, remaja kecil perlu memperoleh kesempatan untuk berhasil, baik didalam maupun di luar sekolah, karena hal ini dapat meningkatkan penghayatan mengenai kemampuannya dalam mengendalikan situasi yang dihadapi. Remaja dapat belajar bahwa kendali dalam dunia sosial berlangsung secara timbal balik. Orang lain dapat berusaha memiliki kendali pribadi terhadap tindakan mereka dan pengaruh orang lain. Selanjutnya, dalam pembahasan mengenai popularitas kawan-kawan sebaya, pengabaian, dan penolakan (Santrock, 2007).
37
2.3
Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat
bersifat positif maupun negatif (Camarena). Pada umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk prilaku konformitas yang negatif, seperti: menggunakan bahasa yang jorok, mencuri, merusak, dan olok-olok orang tua dan guru. Selama
masa
remaja,
khususnya awal masa remaja, kita lebih mengikuti standar-standar teman sebaya dari pada yang kita lakukan pada masa anak-anak. Para peneliti telah menemukan bahwa pada kelas delapan dan sembilan, konformitas dengan teman-teman sebaya, khususnya dengan standar-standar antisosial mereka memuncak. Pada tahap ini remaja cenderung pergi bersama-sama dengan seorang teman sebaya untuk mencuri dop mobil, menggambar grafiti di dinding, atau mencuri kosmetik dari suatu toko (Santrock, 2002) Berdasarkan penelitian Hariz (2010), tentang “Hubungan Antara Persepsi Keharmonisan Keluarga Dan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja Di SMK Surabaya” dari 91 orang responden mengatakan bahwa variabel konformitas teman sebaya berhubungan positif dengan kenakalan remaja. Remaja yang konform dan berfokus pada kegiatan-kegiatan negatif akan memicu munculnya kenakalan remaja. Berdasarkan penelitian Karvani (2013), tentang “Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dan Konsep Diri Dengan Kenakalan Remaja Di Jakarta Selatan” mengatakan dari sampel penelitian ini sejumlah 60 orang dapat diketahui bahwa hasil uji korelasi antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja pada
38
Spearman Correlation maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja ditolak. Hipotesis alternatifnya (H1) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Berdasarkan uraian diatas pada umumnya remaja mementingkan konformitas dengan tujuan penerimaan kelompok. Teman atau kelompok yang dipilih akan sangat menentukan kemana remaja yang bersangkutan akan dibawa. Perilaku yang dimunculkan oleh kelompoknya memungkinkan berperan dalam pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang prilakunya. Akhir-akhir ini kenakalan remaja semakin meningkat. Inilah yang memacu semakin banyaknya remaja yang tidak dapat mengendalikan diri. Kenakalan remaja saat ini tidak hanya berpengaruh terhadap sekolah tetapi juga terhadap interaksi remaja dengan lingkungannya. Kenakalan remaja yang menjadi salah satu penyebabnya adalah mengikuti teman sebaya mereka dengan cara ikut bergabung dengan group atau geng sebaya dan melakukan aktivitas yang diluar kendali dari remaja itu sendiri. Keikutsertaan remaja dalam suatu grup dapat menyebabkan semakin tingginya kenakalan remaja, jika salah satu anggota tidak mengikuti kegiatan atau aktivitas grupnya, remaja dapat dikatakan sebagai penghianat dalam grup tersebut.
39
Remaja yang sudah bergabung dalam satu grup sulit untuk keluar karena tekanan dari anggota grup. Ada juga remaja yang memang berkeinginan untuk mempunyai satu grup bermain agar terlihat keren dan ditakuti oleh teman sekolah. Kenakalan remaja saat ini sangat membahayakan masa depan remaja, karena semakin banyaknya aktivitas remaja yang tidak dapat dikendalikan dan sangat merugikan bagi remaja dan juga bagi remaja yang ada dilingkungan tempat tinggal. 2.4
Hipotesis Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan
pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dilakukan dalam penelitian. Ha
: Ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja
H0
: Tidak ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan kerangka konsep adalah
merupakan formulasi atau simplikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Adapun kerangka konsep penelitian tentang Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) Di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan Tuntungan Kelas X Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Konformitas Teman Sebaya
Kenakalan Remaja
Gambar 3.1. Kerangka Konsep 3.2
Definisi Operasional Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (Notoatmodjo, 2010). Adapun jenis definisi operasional yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 40
41
A. Konformitas teman sebaya Konformitas dengan teman sebaya adalah kecenderungan individu untuk menyamakan diri dengan kelompok dengan cara mengubah perilaku dan pandangan menyamakan perilaku dan pandangan dengan kelompok. Dalam penelitian ini semakin tinggi skor yang diperoleh dalam konformitas teman sebaya berarti semakin tinggi konformitas dengan teman sebaya. B. Kenakalan remaja Kenakalan remaja dalam penelitian ini apabila remaja melakukan tindakantindakan seperti
melanggar peraturan sekolah, merokok, menonton film porno
sampai tindakan-tindakan yang lebih ekstrem lagi seperti kebut-kebutan dijalan raya pada malam hari, perkelahian antar geng, membolos, mencuri, mabuk-mabukan. 3.3
Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
3.3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat Analitik yang dilakukan
terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi dalam populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010). 3.3.2
Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan Cross Sectional ialah suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika korelasi dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Metode yang dipakai untuk mengetahui hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja Kelas X Di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan Tahun 2015.
42
3.4
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SMK Pencawan Jalan Bunga Ncole No. 50
Kecamatan Medan Tuntungan, Kelurahan Laucih. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan Tuntungan adalah lokasi penelitian telah memenuhi kriteria syarat permasalahan dan peneliti mendapat izin penelitian untuk meneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan. 3.4.2
Waktu Penelitian Waktu yang dipilih dalam penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan
Pencawan Medan dilakukan mulai bulan Desember sampai Juni 2015. Dimulai dari melakukan survei pendahuluan sampai pengisian kuesioner. 3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1
Populasi Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi ini adalah remaja kelas X dengan populasi SMK kelas siang sebanyak 146 responden, dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Jumlah Populasi SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 No Nama Kelas Jumlah Populasi 1. Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran 34 orang 2. Kelas X Jurusan Akuntasi 34 orang 3. Kelas X Jurusan Multimedia 28 orang 4. Kelas X Jurusan Teknik Kendaraan Ringan 50 orang Jumlah 146 orang
43
3.5.2
Sampel Menurut Notoatmodjo (2010), sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin menurut Prasetyo (2014), sebagai berikut: Dimana:
n =
N 1+Ne2
n : jumlah sampel N: Jumlah populasi e : batas toleransi kesalahan (memakai 0,1) n=
146 1 + 146. (0,1)2
n = 59 responden
Dengan demikian, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 59 orang/responden, dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Jumlah Sampel SMK Pencawan Medan Kelas X Gelombang Siang No Nama Kelas Jumlah Populasi 1. Kelas X Jurusan Akuntasi 34 orang 2. Kelas X Jurusan Multimedia 14 orang 3. Kelas X Jurusan Teknik Kendaraan Ringan 17 orang Jumlah 59 orang 3.6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.6.1
Jenis Data Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang didapat langsung dari objek (sasaran) penelitian, sedangkan data sekundernya yaitu data yang diperoleh berdasarkan data atau laporan dari pihak evaluasi Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan. Dalam penelitian jenis data yang digunakan ada dua (2) macam yaitu:
44
1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden peneliti. Pada penelitian ini data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan sebagai alat bantu, dimana terlebih dahulu memberi penjelasan singkat tentang kuesionernya, di bandingkan diisi oleh responden, kemudian dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan data atau laporan pihak evaluasi Sekolah Menengah Kejuruan Pencawan Medan. 3.6.2
Cara Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengisian kuesioner, ditulis
dengan jelas sehingga mudah dimengerti oleh responden. 3.7
Aspek Pengukuran Data
3.7.1
Alat Ukur
1. Konformitas Teman Sebaya Untuk mengukur variabel konformitas terhadap teman sebaya. Penilaian menggunakan skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban yang mempunyai nilai positif dan negatif terhadap tiap-tiap item pertanyaan dengan kriteria positif jika jawabannya: Sangat Sesuai (SS) skor 4, Sesuai (S) skor 3, Tidak Sesuai (TS) skor 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) skor 1. Penilaian dengan kriteria negatif jika jika
45
jawabannya: Sangat Sesuai (SS) skor 1, Sesuai (S) skor 2, Tidak Sesuai (TS) skor 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) skor 4. Menurut Sudjana (2005), untuk membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama, dapat dilakukan sebagai berikut: 𝑃 =
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
.
Kriteria untuk menilai, nilai variabel X terdapat 20 pertanyaan, nilai tertinggi adalah 4 sehingga (4 x 20) = 80, sedangkan nilai terendah adalah 1 maka (1 x 20) = 20, lalu diperoleh kelas interval sebesar (80 – 20) /3 = 20. Kategori penyusunan konformitas teman sebaya sebagai berikut: 1. Rendah = Apabila responden menjawab pernyataan dengan skor 20-40 2. Sedang = Apabila responden menjawab pernyataan dengan skor 40-60 3. Tinggi = Apabila responden menjawab pernyataan dengan skor 60-80 2. Kenakalan Remaja Untuk mengukur variabel kenakalan remaja. Penilaian menggunakan skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban: Sering (S) skor 4, Jarang (J) skor 3, Pernah (P) skor 2, Tidak Pernah (TP) skor 1. Penilaian dengan kriteria negatif jika jika jawabannya: Sangat Sesuai (SS) skor 1, Sesuai (S) skor 2, , Tidak Sesuai (TS) skor 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) skor 4. Menurut Sudjana (2005), untuk membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama, dapat dilakukan sebagai berikut: 𝑃 =
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
.
46
Kriteria untuk menilai, nilai variabel Y terdapat 20 pertanyaan, nilai tertinggi adalah 4 sehingga (4 x 20) = 80, sedangkan nilai terendah adalah 1 maka (1 x 20) = 20, lalu diperoleh kelas interval sebesar (80 – 20) /3 = 20. Kategori penyusunan Kenakalan Remaja sebagai berikut: 1. Rendah = Apabila responden menjawab pernyataan dengan skor 20-40 2. Sedang = Apabila responden menjawab pernyataan dengan skor 40-60 3. Tinggi = Apabila responden menjawab pernyataan dengan skor 60-80 3.8
Pengolahan Data dan Analisis Data
3.8.1
Pengolahan Data Sebelum responden mengisi kuesioner, terlebih dahulu peneliti menjelaskan
cara mengisi kuesioner, kemudian memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi kuesioner. Menurut Hidayat (2007) pengolahan data dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Editing (Penyuntingan Data) Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. 2. Coding Sheet (Pemberian Kode) Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
47
3. Data Entry (Mamasukkan Data) Data Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer. 4. Tabulating (Tabulasi) Yakni membuat kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. 3.8.2
Analisis Data Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan
bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Menganalis data tidak sekadar mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah diolah. Keluaran akhir dari analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian. A. Analisis Univariat Dilakukan secara deskriptif dengan menggambarkan variabel dependent dan variabel independent secara deskriptif untuk mendapatkan nilai proporsi (modus) atau nilai rata-rata kelompok. B. Analisis Bivariat Analisis bevariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Untuk menguji hipotesa tersebut dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji dari kategori Chi-Square (𝑋 2 ) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (<0,05), dengan statistik menggunakan komputer (Notoatmodjo, 2010).
48
3.9
Jadwal Penelitian Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
1
Pengajuan Judul
2
ACC Judul
3 4 5 6
Survey Awal Bimbingan Proposal Sidang Proposal Perbaikan Proposal
7
Penelitian
8
Konsul KTI
9
10
Sidang Hasil Penelitian Konsul Perbaikan KTI
Bulan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Juli 1 2 3 4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Data Geografi SMK Pencawan adalah salah satu SMK yang terdapat di Kecamatan Medan
Tuntungan dengan Luas wilayah 15. 720 m. Dimana SMK Pencawan memiliki Batasbatas sebagai berikut: a.
Sebelah Utara dengan Tanah Negara Kecamatan Medan Tuntungan
b.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Bunga Ncole Kecamatan Medan Tuntungan
c.
Sebelah Timur berbatasan dengan Tanah Negara Kecamatan Medan Tuntungan
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Tanah Negara Kecamatan Medan Tuntungan
4.1.2
Data Demografi Jumlah seluruh siswa di SMK Pencawan tahun 2015 yaitu 842 siswa. Dengan
jumlah kelas X Akomodasi Perhotelan: 78 orang, Boga: 42 orang, Busana Butik: 26 orang, Administrasi Perkantoran: 34 orang, Akutansi: 34 orang, Teknik Kendaraan Ringan: 50 orang, Multimedia: 28 orang, jumlah kelas XI Akomodasi Perhotelan: 73 orang, Boga: 35 orang, Akomodasi Perkantoran: 35 orang, Akutansi: 28 orang, Teknik Kendaraan Ringan:
47 orang, Multimedia: 44 orang, jumlah kelas XII
Akomodasi Perhotelan: 78 orang, Boga: 26 orang, Akomodasi Perkantoran: 28 orang, Akutansi: 45 orang, Teknik Kendaraan Ringan: 45 orang, Multimedia: 38 orang.
49
50
4.1.3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden NO Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persen (%) 28 47,5 1. Laki-laki 31 52,5 2. Perempuan Total 59 100 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 28 orang (47,5 %), dan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 31 orang (52,5 %). Ini berarti mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan. 4.2
Analisis Univariat
4.2.1
Konformitas Teman Sebaya Di SMK Pencawan Medan Tahun 2015 Hasil penelitian ini bersumber dari identifikasi jawaban responden atau
kuesioner tentang konformitas teman sebaya yang disebarkan pada responden yang telah ditentukan jumlahnya sebanyak 59 orang, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
No 1 2
3
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Konformitas Teman Sebaya Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 Alternatif Jawaban Pernyataan SS S TS STS F % F % F % F % Saya selalu melakukan apa yang 10 17 26 44 15 25 8 14 dilakukan teman dalam kelompok Saya akan melakukan apapun supaya dapat diterima oleh teman-teman 6 10 18 31 27 46 8 13 saya Saya tetap akan memakai “tanda persahabatan” berupa gelang atau 25 42 19 32 12 21 3 5 cincin ataupun benda yang lainnya, disaat akan jalan-jalan dengan teman
51
Tabel 4.2 (Lanjutan) No 4
5
6
7
8
9
10 11
12
13
14
F
%
Alternatif Jawaban S TS F % F %
Saya berpenampilan seperti teman satu kelompok
7
12
15
25
29
50
8
13
Saya dan teman kelompok selalu mengikuti gaya anak remaja terbaru
4
7
16
27
29
49
10
17
7
12
21
35
23
39
8
14
Saya selalu mengikuti apa yang diperintahkan dalam kelompok
5
9
32
54
16
27
6
10
Saya selalu mengikuti dengan teman kelompok
14
24
27
46
15
25
3
5
7
12
16
27
22
37
14
24
14
24
27
46
12
20
6
10
3
5
23
39
26
44
7
12
1
2
9
16
33
57
14
25
8
14
9
15
23
39
19
32
1
2
14
24
29
49
15
25
Pernyataan
SS
Bila saya bingung memilih pakaian yang akan dikenakan, saya cenderung bertanya pada temanteman saya
STS F %
kegiatan
Dari pada saya dicap “tidak setia kawan” saya akan meninggalkan acara lain demi acara hangout bersama teman yang telah dijadwalkan sebelumnya Saya menjunjung tinggi aturan kelompok Saya tertekan bila saya selalu melakukan keinginan teman kelompok saya Saya malu memiliki jenis, merk dan bahkan warna handphone yang sama dengan teman saya Saya tidak menerima pendapat orang lain selain pendapat teman satu kelompok Saya sering menolak saran-saran dari teman saya
52
Tabel 4.2 (Lanjutan) No 15
16
17
18 19 20
F
%
Alternatif Jawaban S TS F % F %
15
26
33
56
9
15
2
3
18
31
27
46
8
13
6
10
5
8
27
46
20
34
7
12
12
20
16
27
27
46
4
7
7
12
33
56
17
29
2
3
11
19
25
42
21
36
2
3
Pernyataan Saya selalu berterus terang, bila dimintai pendapat oleh teman-teman saya Saya tidak takut dibenci jika tidak melakukan apa yang diinginkan teman-teman saya Jika ada masalah saya tidak selalu meminta pendapat dengan teman kelompok Saya melakukan segala sesuatu seuai dengan pendapat teman kelompok Saya percaya dengan pendapat teman kelompok Saya selalu mendengarkan nasehat teman kelompok dalam situasi apapun
SS
STS F %
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat konformitas teman sebaya dengan pilihan jawaban SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai) didapatkan hasil distribusi jawaban dari 59 responden menjawab SS (sangat sesuai) pernyataan nomor 3, yaitu “Saya tetap akan memakai “tanda persahabatan” berupa gelang atau cincin ataupun benda yang lainnya, disaat akan jalan-jalan dengan teman” yaitu sebanyak 25 orang (42%) artinya konformitas remaja dilihat dari kesamaan barang yang dipakai, dan menjawab STS (sangat tidak sesuai) pernyataan nomor 13 yaitu “Saya tidak menerima pendapat orang lain selain pendapat teman satu kelompok” sebanyak 19 orang (32%) artinya remaja dapat mendengar pendapat yang baik dari teman sebaya dan juga mendengar pendapat dari orang lain khusunya orang yang lebih dewasa.
53
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konformitas Teman Sebaya Di SMK Pencawan Medan Tahun 2015 NO Konformitas Teman Sebaya 1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah Total
Frekuensi (f) 6 52 1 59
Persen (%) 10,2 88,1 1,7 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas remaja SMK Pencawan Medan dengan Konformitas Teman Sebaya dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 52 orang (88,1%), dan minoritas Konformitas Teman Sebaya dengan kategori rendah, yaitu sebanyak 1 orang (1,7%). 4.2.2
Kenakalan Remaja Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 Hasil penelitian ini bersumber dari identifikasi jawaban responden atau
kuesioner tentang kenakalan remaja yang disebarkan pada responden yang telah ditentukan jumlahnya sebanyak 59 orang, yaitu: Tabel 4.4 Dirtibusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kenakalan Remaja Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015
No 1 2 3
S
Pernyataan Saya pacaran di lingkungan sekolah Saya nonton film porno melalui handpone Narkoba dapat menghilangkan atau menyelesaikan masalahmasalah saya.
Alternatif Jawaban J P F % F %
F
%
2
3
8
14
22
2
3
5
8
0
0
0
0
TP F
%
37
27
46
26
44
26
45
1
2
58
98
54
Tabel 4.4 (Lanjutan)
F
%
Alternatif Jawaban J P F % F %
Saya menegur teman yang mencoret-coret tembok sekolah.
15
25
10
18
15
25
19
5
Saya merokok disembarang tempat
1
2
5
8
6
10
47
6
Saya tetap mengendarai kendaraan tanpa SIM walaupun saya tahu itu melanggar peraturan karena saya belum mendapatkan SIM Jika pelajaran sedang berlangsung, saya suka bicara dengan teman sebangku Apabila dimarahi guru karena kesalahan sendiri saya tidak peduli Saya bolos pada saat jam sekolah berlangsung Saya datang ke sekolah tidak tepat waktu Saya berkelahi sesama teman atau kelompok baik dengan kata-kata atau dengan tindakan lainnya Saya ikut perkelahian antar sekolah atau antar geng remaja Saya menghargai apapun hasil karya orang lain Saya membuat surat ijin jika tidak masuk sekolah. Saya mengambil barang orang tanpa seizin mereka Saya mengerjakan setiap pekerjaan rumah yang diberikan guru Saya pergi dari rumah tanpa izin orang tua Saya memaksa orang tua jika tidak diberikan keinginnan saya
11
19
4
7
12
20
32
54
21
35
14
24
18
30
6
11
4
7
13
22
11
19
31
52
0
0
3
5
9
15
47
80
5
8
8
14
17
29
29
49
5
9
6
11
24
42
22
38
0
0
3
5
4
7
52
88
27
46
7
12
23
39
2
3
16
27
13
23
21
35
9
15
1
2
8
13
16
27
34
58
3
5
18
31
19
32
19
32
7
11
7
11
12
19
33
59
2
3
13
22
10
17
34
58
No 4
7
8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
Pernyataan
S
TP F
% 32 80
55
Tabel 4.4 (Lanjutan) No
Pernyataan
S F
19
20
%
Alternatif Jawaban J P F % F %
TP F
%
Saya bersikap sopan santun kepada orang yang usianya lebih tua dari 2 3 9 15 11 19 37 63 saya. Saya ugal-ugalan membawa kendaraan dan melanggar rambu- 3 5 5 9 9 15 42 71 rambu lalu lintas Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kenakalan remaja dengan pilhan
jawaban S (Sering), J (Jarang), P (Pernah) dan TP (Tidak Pernah) didapatkan hasil distribusi jawaban dari 59 responden menjawab SS (sangat sering) pernyataan nomor 13, yaitu “Saya menghargai apapun hasil karya orang lain” sebanyak 27 orang (46%) artinya remaja dapat menghargai orang yang berada di lingkungannya dan hasil karya orang lain dan menjawab TP (Tidak Pernah) pernyataan nomor 3, yaitu “Narkoba dapat menghilangkan atau menyelesaikan masalah-masalah saya” sebanyak 58 orang (98%) artinya remaja dapat menghindarkan dirinya dari narkoba ketika ada masalah. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kenakalan Remaja Di SMK Pencawan Medan Tahun 2015 NO Kenakalan Remaja Frekuensi (f) Persen (%) 0 0 1. Tinggi 17 28,8 2. Sedang 42 71,2 3. Rendah Total 59 100 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas Kenakalan Remaja siswa SMK Pencawan Medan dengan kategori rendah yaitu sebanyak 42 orang (71,2%), dan minoritas kenakalan remaja dengan kategori sedang sebanyak 17 orang (28,8%).
56
4.3 Analisis Bivariat 4.3.1 Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja Di SMK Pencawan Kelas X Medan Tahun 2015 Tabel 4.6 Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 Kenakalan Remaja Konformitas P No Teman Tinggi Sedang Rendah Total Value Sebaya F % F % F % 0 0 5 8 1 2 6 1. Tinggi 0 0 12 20 40 68 52 2. Sedang 0.007 0 0 0 0 1 2 1 3. Rendah Jumlah 0 0 17 28 42 72 59 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa distribusi siswa Kelas X SMK Pencawan Medan dengan Konformitas Teman Sebaya Sedang sebanyak 52 orang (88,1%) yang melakukan kenakalan remaja dengan kategori sedang sebanyak 17 orang (28,8%), melakukan kenakalan remaja kategori tinggi tidak ada (0%) dan melakukan kenakalan remaja kategori rendah sebanyak 42 orang (71.2%) dan distribusi Konformitas Teman Sebaya dengan kategori Tinggi sebanyak 6 orang (10,2%) yang melakukan Kenakalan Remaja dengan Kategori Tinggi tidak ada (0%). Hasil analisa statistik dengan menggunakan Pearson Chi-Square test menunjukkan ada hubungan yang bermakna atau menunjukkan hubungan yang searah antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja, dengan p-value 0.007 (p<0.05), sehingga hipotesa penelitian ini terbukti dan dapat diterima artinya konformitas teman sebaya dan kenakalan remaja memiliki hubungan, yang berarti semakin positif konformitas yang dimiliki oleh remaja maka semakin positif juga untuk remaja melakukan kenakalan remaja.
57
4.4
Pembahasan Setelah dilakukan penelitian mengenai Hubungan Konformitas Teman Sebaya
Dengan Kenakalan Remaja di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015 dijabarkan sebagai berikut: 4.4.1
Konformitas Teman Sebaya kelas X di SMK Pencawan Medan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 59 responden
mayoritas remaja SMK Pencawan Medan dengan Konformitas Teman Sebaya dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 52 orang (88,1%), dan minoritas Konformitas Teman Sebaya dengan kategori rendah, yaitu sebanyak 1 orang (1,7%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sukmawati (2008), kondisi tingkat konformitas terhadap kelompok teman sebaya pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Purwokerto dalam kategori sebanyak 39 dari 46 siswa (84,8%). Subjek tidak akan menerima begitu saja stimulus yang berasal dari luar. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, siswa-siswi yang berada di SMK Pencawan Medan masing-masing memiliki kelompok atau biasanya yang disebut dengan “gang”. Secara langsung mereka menjadi lebih mudah dalam pergaulan, tetapi terlihat disisi lain bahwa ada perbedaan dari setiap kelompok atau grup yang bisa dijadikan perbedaan. Inilah yang bisa menjadi nilai positif dan nilai negatif dengan adanya grup atau kelompok. Positifnya, dengan adanya kelompok atau group remaja lebih mudah bergaul dan menyesuaikan dengan teman sebaya. Negatifnya, dengan adanya kelompok atau grup remaja bisa saja salah atau terjerumus ketika teman satu kelompok mereka adalah remaja yang nakal.
58
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.3, diketahui bahwa Konformitas Teman Sebaya mayoritas sedang sebanyak 52 orang (88,1%). Menurut peneliti Konformitas teman sebaya khususnya pada kalangan remaja terjadi karena ketakutan remaja tidak mendapatkan teman dalam pergaulan khususnya dalam lingkungan sekolah. Konformitas Teman sebaya di SMK pencawan Medan mayoritas kategori sedang ini artinya bahwa remaja di SMK Pencawan Medan mampu membatasi pergaulan dan sikap menghadapi pergaulan khususnya pergaulan teman sebaya sehingga diharapkan remaja dapat membuat keputusan yang baik dalam pergaulan dewasa ini. 4.4.2
Kenakalan Remaja kelas X di SMK Pencawan Medan Berdasarkan hasil penelitian tentang kenakalan remaja di SMK Pencawan
Medan Kelas X Tahun 2015, bahwa mayoritas Kenakalan Remaja siswa SMK Pencawan Medan dengan kategori rendah yaitu sebanyak 42 orang (71,2%), dan minoritas kenakalan remaja dengan kategori sedang sebanyak 17 orang (28,8%). Kenakalan remaja berarti suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan remaja hingga mengganggu ketentraman diri sendiri maupun orang lain, membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain contohnya adalah dengan ugal-ugalan dijalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dalam penelitian yang dilakukan selain pengisian kuesioner mengenai kenakalan remaja di SMK Pencawan Medan, peneliti juga bertanya kepada guru bimbingan berkaitan dengan kenakalan remaja, pihak sekolah mengatakan bahwa laporan yang didapat hanya berkaitan dengan keterangan siswa yang alpa atau tidak hadir dalam keterangan, tidak memakai perlengkapan dasi dan topi ketika upacara
59
berlangsung. Kenakalan remaja yang berkaitan dengan pemakaian narkoba, pencurian, dan bolos masih belum ditemukan secara langsung oleh pihak sekolah terhadap siswa/siswi di SMK Pencawan Medan. Menurut asumsi peneliti bahwa perilaku remaja sangat mempengaruhi pergaulan dalam lingkungan sekolah, karena perilaku yang diperlihatkan remaja dalam lingkungannya mencerminkan pribadi remaja dalam kehidupannya, kenakalan remaja yang tinggi dapat disebabkan oleh pengaruh dari lingkungan khususnya teman sebaya, kenakalan remaja rendah berarti remaja mampu mengendalikan perilaku yang dilakukannya dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui penelitian ini yang dilakukan kepada 59 responden di SMK Pencawan Medan mayoritas dalam kategori rendah sebanyak 42 orang (71,2%), ini berarti remaja mampu mengendalikan perilakunya dalam lingkungan sekolah, tetapi dalam penelitian ini melalui kuesioner yang diberikan, remaja belum tentu memilih jawaban yang sesuai dengan perilakunya, ada ketakutan bahwa nantinya kuesioner tersebut dilampirkan atau di perlihatkan kepada pihak sekolah yang membuat remaja dalam posisi sulit. 4.4.3
Hubungan Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja Berdasarkan penelitian tentang hubungan Konformitas teman sebaya dengan
kenakalan remaja di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015, mayoritas remaja konformitas teman sebaya dengan kategori sedang yaitu sebanyak sebanyak 52 orang (88,1%) yang melakukan kenakalan remaja dengan kategori sedang sebanyak 17 orang (28,8%), melakukan kenakalan remaja dengan kategori tinggi tidak ada (0%) dan melakukan kenakalan remaja kategori rendah sebanyak 42 orang (71, 2%) dan
60
minoritas Konformitas Teman Sebaya dengan kategori Tinggi sebanyak 6 orang (10,2%) yang melakukan Kenakalan Remaja dengan Kategori Tinggi tidak ada (0%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel konformitas teman sebaya dengan variabel kenakalan remaja. Sekolah sebagai salah satu lingkungan sosial tempat remaja berinteraksi hendaknya menciptakan dan memberikan suasana yang mendorong siswa untuk dapat mengeksplorasi diri dalam hal-hal positif, serta melakukan kegiatan kreatif sesuai dengan minat dan bakatnya. Berdasarkan pernyataan yang dijawab oleh responden berkaitan dengan Konformitas Teman Sebaya didapatkan hasil mayoritas jawaban dari 59 responden menjawab SS (sangat sesuai) pernyataan nomor 3, yaitu “Saya tetap akan memakai “tanda persahabatan” berupa gelang atau cincin ataupun benda yang lainnya, disaat akan jalan-jalan dengan teman “ sebanyak 25 orang (42%) artinya konformitas remaja dilihat dari kesamaan barang yang dipakai, dilihat dari gaya anak remaja saat ini ketika mereka sudah terlalu konpak dengan teman sebaya, mereka akan lebih suka memakai barang sama yang akhirnya mereka akan dilihat mempunyai teman satu kelompok teman sebaya yang mengikuti gaya remaja saat ini. Menurut
asumsi
peneliti
bahwa
konformitas
teman
sebaya
sangat
mempengaruhi tindakan remaja yaitu kenakalan remaja, karena dengan semakin tingginya konformitas teman sebaya maka semakain tinggi pula kenakalan remaja yang terjadi. Remaja yang konform dan berfokus pada kegiatan-kegiatan negatif akan memicu munculnya kenakalan remaja. Dalam penelitian ini dilihat bahwa kenakalan
61
remaja di SMK pencawan Medan dalam kategori rendah tetapi dilihat berdasarkan tabel konformitas teman sebaya mayoritas sedang, ini berarti ada kesenjangan yang terjadi ketika pengisian kuesioner karena diakibatkan oleh rasa kurang percaya diri atau remaja mengalami ketakutan jika hasil yang diperoleh diketahui oleh pihak sekolah. Menurut peneliti konformitas yang dilakukan kelompok membuat remaja melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan kelompok dan membuat remaja melakukan kegiatan yang diluar batas dari perilaku wajar remaja. Karena akan dapat dilihat bahwa adanya konformitas yang dilakukan oleh remaja akan berdampak pada munculnya kenakalan remaja. Konformitas teman sebaya akan semakin tinggi apabila remaja saling memenuhi dan menyetujui segala yang dilakukan oleh salah satu anggota dan ketika seorang anggota sudah melakukan hal yang menarik kelihatannya maka anggota lain akan mengikuti tingkah laku anggotanya. Berdasarkan pernyataan yang dijawab oleh responden berkaitan dengan kenakalan remaja didapatkan hasil mayoritas jawaban dari 59 responden menjawab SS (sangat sering) pernyataan nomor 7, yaitu “Jika pelajaran sedang berlangsung, saya suka bicara dengan teman sebangku” sebanyak 21 orang (35 %), artinya bahwa ketika guru menerangkan pelajaran didepan kelas, siswa/siswi akan lebih banyak yang berbicara dengan teman sekelas, mereka tidak akan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Remaja akan lebih suka untuk mencari aktivitasnya sendiri ketika mereka merasa bosan untuk menerima pelajaran dan itu dilakukan dengan
62
teman sekelas dan tidak melihat kondisi bahwa ketika mereka sedang menerima pelajaran. Berdasarkan pernyataan lainnya yang pernah dilakukan oleh responden adalah pernyataan nomor 2, yaitu “Saya nonton film porno melalui handpone” sebanyak 26 orang (44%), dan berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti pada remaja yang sudah menonton film porno, beberapa diantaranya mengatakan mereka mononton film porno karena diajak oleh teman. Remaja pada umumnya dapat membentuk sebuah kelompok bermain yang membawa mereka kepada rasa percaya diri bahwa mereka diterima oleh lingkungan khususnya sekolah, semakin remaja terlihat dalam pergaulan akan semakin banyak remaja yang menginginkan mendapat teman satu kelompok yang merasa mereka akan aman. Peneliti melihat ketika melakukan survei bahwa banyak siswa yang mempunyai teman kelompok dan ini juga memunculkan kenakalan remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 59 responden di SMK Pencawan Medan, analisa statistik dengan menggunakan Pearson Chi-Square test menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja, dengan p-value 0.007 (p<0.05), sehingga hipotesa penelitian ini terbukti dan dapat diterima. Hal ini menunjukkan adanya hubungan searah antara kedua variabel. Hal ini artinya konformitas teman sebaya dan kenakalan remaja memiliki hubungan, yang berarti semakin positif konformitas yang dimiliki oleh remaja maka semakin positif juga untuk remaja melakukan kenakalan remaja.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan Konformitas
teman sebaya dengan kenakalan remaja di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari 59 responden yang diteliti dapat dilihat bahwa yaitu konformitas teman sebaya dengan kategori Tinggi sebanyak 6 orang (10,2%), kategori sedang sebanyak 52 orang (88,1%), dan kategori rendah sebanyak 1 orang (1,7%). Dan dari 59 responden yang diteliti dapat dilihat bahwa yaitu kenakalan remaja dengan kategori tinggi tidak ada (0%), kategori sedang sebanyak 17 orang (28,8%), kategori rendah sebanyak 42 orang (71,2%). 2. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja dengan p-value 0.007 (p<0.05). Hal ini berarti semakin positif konformitas yang dimiliki oleh remaja maka semakin positif juga untuk remaja melakukan kenakalan remaja.
63
64
5.2
Saran 1. Kepada Remaja SMK Pencawan Medan Kepada
siswa
khususnya
siswa
SMK
Pencawan
mengaplikasikan
pergaulan
remaja
pada
saat
Medan
sekarang
ini
dapat untuk
mengembangkan kreatif dan minat untuk terus berkembang menjadi remaja yang bermanfaat. Dan kepada pihak sekolah supaya lebih memantau perilaku siswa-siswa tersebut sehingga jika melakukan pelanggaran yang mengarah kepada bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat memberi sanksi yang tegas, sehingga siswa-siswi dapat mengikuti peraturan sekolah dengan baik dan menghindari perilaku kenakalan remaja. 2. Kepada Instansi Pendidikan Khususnya D-III Kebidanan STIKes SU Kepada intansi pendidikan D-III Kebidanan memotivasi mahasiswa agar lebih kreatif dan mampu menyusun laporan tugas akhir yang di dukung oleh bimbingan dosen. Dan diharapkan kepada instansi agar menambah referensi buku di perpustakaan agar penyusunan Karya Tulis Ilmiah dapat didukung referensi yang cukup khususnya referensi berkaitan dengan konformitas teman sebaya dan kenakalan remaja.
65
DAFTAR PUSTAKA
Halimah. 2013. Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja (Studi Korelasi pada Siswa Kelas XII SMA PGRI 2 Sindang
Indramayu).
http://repository.upi.edu/id/eprint/3816.
diakses
tanggal 21-2-2015. Hariz, Siti, Ainiyah. 2010. Hubungan Antara Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja. http://jurnal.untagsby.ac.id/index.php/persona/article/view/57. diakses tanggal 23-10-2015. Hidayat, Aziz, Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta. Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Erlangga : Jakarta. Kartono, Kartini. 2013. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Karvani, Arisya, Rizki 2013. Jurnal Hubungan Konformitas Teman Sebaya dan Konsep Diri Dengan Kenakalan Remaja Di Jakarta Selatan. http://jurnal. untag-sby.ac.id/index.php/persona/article/view/55. diakses tanggal 10-32015. Laning, Vina,Dwi. 2008. Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Cempaka Putih: Klaten. Mulyasri, Dian. 2010. Kenakalan Remaja Ditinjau Dari Persepsi Antara Keharmonisan Keluarga dan Konformitas Teman Sebaya (Studi Korelasi Pada
Siswa
SMA
Utama
2
Bandar
Lampung).
http://eprints.uns.ac.id/id/eprint /4782. diakses tanggal 2-11-2015. Musbikin, Imam. 2013. Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja. Panam Tampan. Zanafa Publishing: Pekanbaru Riau. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
65
Nurihsan, Achmad, Juntika dan Mubiar Agustin. 2013. Dinamika Pekerbangan Anak dan Remaja Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Refika Aditama: Bandung Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Rajawali Pers: Jakarta. Sarwono, Sarlito, Wirawan. 2002. Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada: Jakarta Santrock, Jhon. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup. Erlangga: Jakarta. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Erlangga: Jakarta. 2007. Perkembangan Anak (Jilid 1). Erlangga: Jakarta. . 2007. Perkembangan Anak (Jilid 2). Erlangga: Jakarta. 2007. dalam Erikson. Perkembangan Anak (Jilid 2). Erlangga: Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito: Bandung. Sukmawati dan Siswati dan Achmad Mujab Masykur. 2008. Konsep Diri Dengan Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya Pada Aktivitas Clubing Pada
Siswa
Kelas
XI
SMA
Negeri
1
Purwokerto.
http://eprints.uns.ac.id/id/eprint/ 4782. Diakses tanggal 12-04-2015.
Wade, Carol dan Carol Tavris. 2007. Psikologi. Erlangga: Jakarta Willis, Sofyan. 2012. Remaja dan Masalah Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Seks Dan Pemecahannya. Alfabeta: Bandung.
67
Lampiran I
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) DI SMK PENCAWAN MEDAN KELAS X TAHUN 2015
OLEH: DANIARTI BR SIBURIAN
Saya adalah mahasiswa Program D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Penelitian ini diberikan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) Di SMK Pencawan Medan Kelas X Tahun 2015. Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan tanpa dipengaruhi orang lain. Informasi yang saudara berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan digunakan untuk maksud yang lain. Dan saya mengharapkan partisipasi dari saudara dengan menjawab semua soal penelitian ini dengan sukarela. Terima kasih atas partisipasi saudara dalam penelitian ini.
Responden
(
Peneliti
)
DANIARTI BR SIBURIAN NIM: 12/AB/008
68
Lampiran II
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) DI SMK PENCAWAN MEDAN KELAS X TAHUN 2015 A. Identitas Responden No. Responden
:
Alamat
:
Tanggal Pengisian
:
B. Pentunjuk Penelitian Kuesioner 1. Kuesioner terdiri dari 20 pernyataan tentang konformitas teman sebaya dan 20 pernyataan tentang kenakalan remaja 2. Baca pernyataan berikut dengan baik kemudian pilih salah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda check list () 3. Jawaban Anda tidak mempengaruhi apapun, sebab jawaban anda sangat membantu peneliti 4. Identitas akan dijamin kerahasiaanya 5. Terima kasih atas partisipasinya
69
KUESIONER KENAKALAN REMAJA Berilah tanda check list () pada kolom yang tersedia dengan pendapat Anda. Keterangan Jawaban: S: Sering J: Jarang P: Pernah TP: Tidak Pernah No
Pernyataan
Alternatif Jawaban S
1
Saya pacaran di lingkungan sekolah
2
Saya nonton film porno melalui handpone
3
Narkoba dapat menghilangkan atau menyelesaikan masalah-masalah saya.
4
Saya menegur teman yang mencoret-coret tembok sekolah.
5
Saya merokok disembarang tempat
6
Saya tetap mengendarai kendaraan tanpa SIM walaupun saya tahu itu melanggar peraturan karena saya belum mendapatkan SIM
7
Jika pelajaran sedang berlangsung, saya suka bicara dengan teman sebangku
8
Apabila dimarahi guru karena kesalahan sendiri saya tidak peduli
9
Saya bolos pada saat jam sekolah berlangsung
J
P
TP
70
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban S
10
Saya datang ke sekolah tidak tepat waktu
11
Saya berkelahi sesama teman atau kelompok baik dengan kata-kata atau dengan tindakan lainnya
12
Saya ikut perkelahian antar sekolah atau antar geng remaja
13
Saya menghargai apapun hasil karya orang lain
14
Saya membuat surat ijin jika tidak masuk sekolah.
15
Saya mengambil barang orang tanpa seizin mereka
16
Saya mengerjakan setiap pekerjaan rumah yang diberikan guru.
17
Saya pergi dari rumah tanpa izin orang tua
18
Saya memaksa orang tua jika tidak diberikan keinginnan saya
19
Saya bersikap sopan santun kepada orang yang usianya lebih tua dari saya.
20
Saya ugal-ugalan membawa kendaraan dan melanggar rambu-rambu lalu lintas
J
P
TP
71
KUESIONER KONFORMITAS TEMAN SEBAYA
Berilah tanda check list () pada kolom yang tersedia dengan pendapat Anda. Keterangan Jawaban: SS: Sangat Sesuai S: Sesuai TS: Tidak Sesuai STS: Sangat Tidak Sesuai No
Pernyataan
Alternatif Jawaban SS
1
Saya selalu melakukan apa yang dilakukan teman dalam kelompok
2
Saya akan melakukan apapun supaya dapat diterima oleh teman-teman saya
3
Saya tetap akan memakai “tanda persahabatan” berupa gelang atau cincin ataupun benda yang lainnya, disaat akan jalan-jalan dengan teman
4
Saya berpenampilan seperti teman satu kelompok
5
Saya dan teman kelompok selalu mengikuti gaya anak remaja terbaru
6
Bila saya bingung memilih pakaian yang akan dikenakan, saya cenderung bertanya pada temanteman saya
7
Saya selalu mengikuti apa yang diperintahkan dalam kelompok
8
Saya selalu mengikuti kegiatan dengan teman kelompok
S
TS
STS
72
Alternatif Jawaban No 9
Pernyataan Dari pada saya dicap “tidak setia kawan” saya akan meninggalkan acara lain demi acara hangout bersama teman yang telah dijadwalkan sebelumnya
10
Saya menjunjung tinggi aturan kelompok
11
Saya tertekan bila saya selalu melakukan keinginan teman kelompok saya
12
Saya malu memiliki jenis, merk dan bahkan warna handphone yang sama dengan teman saya
13
Saya tidak menerima pendapat orang lain selain pendapat teman satu kelompok
14
Saya sering menolak saran-saran dari teman saya
15
Saya selalu berterus terang, bila dimintai pendapat oleh teman-teman saya
16
Saya tidak takut dibenci jika tidak melakukan apa yang diinginkan teman-teman saya
17
Jika ada masalah saya tidak selalu meminta pendapat dengan teman kelompok
18
Saya melakukan segala sesuatu seuai dengan pendapat teman kelompok
19
Saya percaya dengan pendapat teman kelompok
20
Saya selalu mendengarkan nasehat teman kelompok dalam situasi apapun
SS
S
TS
STS
73
TABEL MASTER HUBUNGAN KENAKALAN REMAJA DENGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DI SMK PENCAWAN MEDAN KELAS X TAHUN 2015 KONFORMITAS TEMAN SEBAYA No. Sex JLH % KTG Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2 1 2 3 2 1 1 1 2 1 1 3 3 2 3 3 2 2 1 1 2 37 63 Rendah 1 2 1 2 3 1 2 3 2 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 81 Sedang 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 1 3 2 1 2 4 3 2 2 2 3 3 42 71 Sedang 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 1 2 2 2 3 45 76 Sedang 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 3 45 76 Sedang 5 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 1 2 2 2 3 45 76 Sedang 6 2 4 4 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 51 86 Sedang 7 1 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 2 2 2 56 85 Sedang 8 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 4 1 2 3 3 3 50 85 Sedang 9 2 4 1 3 s 1 2 3 3 1 1 2 4 1 4 1 4 1 4 4 3 47 80 Sedang 10 1 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 4 4 2 2 2 3 4 4 4 55 93 Sedang 11 2 2 2 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 2 3 58 98 Sedang 12 2 3 1 4 2 1 3 1 1 1 2 3 4 1 4 1 4 2 3 3 2 46 79 Sedang 13 2 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 1 2 4 2 4 1 4 4 3 3 63 100 Tinggi 14 2 1 1 4 4 1 1 1 4 1 1 4 4 1 4 4 4 1 4 3 3 51 86 Sedang 15 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 1 3 2 3 2 50 85 Sedang 16 2 3 2 4 2 1 3 2 2 2 2 3 4 1 3 3 1 3 2 3 2 48 81 Sedang 17 2 3 2 4 2 3 2 3 2 2 3 2 3 4 3 4 1 4 3 3 4 57 97 Sedang 18 2 3 1 1 1 1 3 3 3 1 3 4 4 1 4 4 1 3 1 2 3 47 80 Sedang 19 2 2 2 4 3 2 3 2 2 2 4 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 51 86 Sedang 20 2 2 2 4 4 2 2 2 3 2 4 1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 52 88 Sedang 21 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 2 1 4 2 2 2 48 81 Sedang 22 2 2 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 53 90 Sedang 23 2 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 4 4 4 2 2 2 2 52 88 Sedang 24 2 3 2 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2 4 4 2 2 3 3 3 57 97 Sedang 25
74
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1
1 3 3 2 3 1 3 2 3 4 3 4 3 3 3 2 2 2 1 1 4 3 4 3 3 3 4 2 3
1 2 4 2 2 1 2 3 3 4 3 3 3 2 3 1 2 2 3 3 4 2 2 3 4 3 3 2 3
3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 3 3
1 3 2 2 1 1 3 2 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 1 4 2 3 2 1
2 3 3 2 2 2 3 3 1 3 3 1 2 2 3 2 2 2 3 4 2 2 1 3 4 2 4 2 3
3 3 1 2 2 1 3 4 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 4 4 4 3 3 1 2 2 3 2 4
3 2 3 2 1 3 3 4 3 3 3 3 2 3 1 2 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 3
3 3 3 3 1 4 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 3
1 2 3 2 4 1 3 1 3 4 2 4 2 2 2 3 2 2 4 4 4 1 1 2 3 2 2 2 4
1 3 3 2 3 4 3 3 1 4 2 4 2 3 4 1 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 2 3
4 3 3 3 3 2 3 3 4 1 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 2 2
3 3 4 3 4 4 2 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2
2 3 1 2 4 1 4 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2 2 3 2 1 2 2 3 1 3 1 2 1
4 2 2 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4
3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 2 4 4 3 3 2 2 4 3 3 3 4 3 4 2 3
2 1 1 2 2 1 3 2 4 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 1 2 3 2 2 2
2 3 2 3 3 1 2 2 1 4 3 3 2 2 3 3 2 3 4 4 2 3 2 1 3 2 3 2 3
2 3 4 2 2 1 2 3 2 4 2 4 2 2 2 4 3 2 2 2 4 2 3 4 4 3 3 2 1
2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 2 1
2 2 4 3 3 2 3 4 1 4 2 4 3 2 2 4 3 2 2 2 4 4 3 4 2 3 2 2 1
45 54 55 50 53 44 56 61 48 61 51 60 48 47 57 55 53 49 56 56 67 56 54 57 63 55 59 42 50
76 91 93 85 90 74 94 100 81 100 86 100 81 79 96 93 90 83 95 95 100 95 92 97 100 93 100 71 88
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang
75
55 56 57 58 59
1 1 1 1 1
3 3 2 3 3
3 2 2 1 3
3 1 1 2 4
3 2 2 3 4
3 1 3 3 2
3 3 1 2 2
3 3 2 3 3
3 2 1 3 3
3 3 1 1 3
3 3 2 3 4
2 3 3 2 3
Keterangan Sex: Konformitas Teman Sebaya 1. Laki laki 15 Positif: 2. Perempuan SS (Sangat Sesuai)= 4 S( Sesuai)= 3 TS (Tidak Sesuai)= 2 STS (Sangat Tidak Sesuai)= 1
2 4 3 2 3
3 4 2 3 1
2 2 3 2 4
3 4 3 3 3
2 3 3 2 3
3 3 2 3 2
3 3 2 2 4
5 Negatif: SS (Sangat Sesuai)= 1 S( Sesuai)= 2 TS (Tidak Sesuai)= 3 STS (Sangat Tidak Sesuai)= 4
3 3 2 3 3
3 3 2 2 4
56 55 42 48 61
95 93 71 81 100
Kategori: 1= Rendah 2= Sedang 3= Tinggi
Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi
76
MASTER DATA HUBUNGAN KENAKALAN REMAJA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMK PENCAWAN MEDAN KELAS X TAHUN 2015 KENAKALAN REMAJA No. Sex Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 2 2 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 1 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 4 3 2 1 1 1 4 1 1 4 3 1 1 1 1 3 4 4 2 1 1 1 4 1 1 4 3 1 1 1 1 3 2 5 2 1 1 1 4 1 1 4 3 1 1 2 1 3 4 6 2 1 1 1 3 1 1 4 1 1 1 1 1 3 3 7 1 2 2 1 4 1 4 4 1 1 1 2 1 1 3 8 2 1 3 1 1 1 4 3 1 1 1 3 1 1 2 9 2 1 1 1 1 1 4 2 4 1 4 1 1 1 4 10 1 1 2 1 2 1 3 4 3 1 2 2 1 1 2 11 2 4 2 1 2 1 1 4 3 1 1 1 1 2 1 12 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 3 1 1 1 2 13 2 4 2 1 2 1 1 4 2 1 2 3 1 2 4 14 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 15 2 1 1 1 3 1 1 2 4 1 2 2 2 3 3 16 2 1 1 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 3 17 2 3 2 1 2 1 1 3 2 1 1 4 1 3 3 18 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 3 3 19 2 3 1 1 1 1 1 4 3 2 1 1 1 1 2 20 2 3 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 21 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 22 2 1 1 1 4 1 4 1 1 1 4 1 1 1 1 23 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 2 1 3 1 24 2 1 2 1 3 1 2 2 1 1 2 2 1 3 3 25
15 16 17 18 19 20 1 3 1 1 3 1 1 2 3 1 3 1 1 2 1 2 3 1 1 2 2 2 4 1 1 2 1 3 1 1 1 2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 1 1 4 1 4 4 1 1 4 1 1 3 1 1 2 2 1 2 2 2 3 4 3 3 1 3 2 1 1 4 1 1 4 1 1 4 1 2 3 1 1 3 1 1 4 1 1 4 1 3 2 1 3 2 1 1 4 1 3 4 1 3 4 4 1 2 1 1 4 1 1 4 1 1 3 1 1 4 1 1 3 1 1 4 1 1 4 1 1 4 1 1 3 1 1 4 1 2 2 1 3 4 2 1 4 1 2 4 2
JLH
%
%
30 34 32 39 34 39 31 43 35 37 42 37 32 41 29 39 38 43 33 34 30 30 34 40 39
51 58 54 66 58 66 52 72 59 62 71 63 54 69 49 66 64 72 56 58 51 51 58 68 66
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
77
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1
1 2 2 1 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 3 2 3 2 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2
1 1 2 2 2 4 3 3 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 4 1 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 3 4 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 1 4 1 1 1 2 3 4 1 3 3 1 4 4 4 1
1 1 1 1 1 4 1 4 2 2 2 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 3 3
1 4 4 2 2 4 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 4 3 3 3 4 4
3 3 4 4 4 3 2 4 2 4 2 2 1 2 2 4 4 4 2 3 3 3 2 4 4 3 1 2 4
1 1 2 2 3 3 4 1 1 3 1 1 1 2 2 1 3 3 1 1 2 1 1 3 4 1 1 1 2
1 1 1 1 2 2 2 3 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2
1 1 1 1 3 1 3 1 2 3 2 1 1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 4 2
1 2 4 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 1 1 1 2 3 1 1 2 2
1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 1
1 4 1 1 3 1 3 1 3 3 3 4 3 1 3 2 1 1 3 3 3 1 3 1 1 3 3 3 1
1 3 4 3 4 1 3 3 3 1 3 3 3 2 1 3 2 2 1 3 3 1 1 1 3 3 1 1 2
1 1 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 2 3 1
4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 1 3 3 2 4 1 4 4 4 3 4 3 2 3
1 1 4 1 2 4 2 2 2 2 2 1 2 4 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 3 3 1 4 4
1 1 2 1 1 1 3 3 2 2 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 3 1 1 2 3 1 2 1 2
4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 2 4
1 3 2 1 1 1 2 1 1 3 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 3 2 1
29 42 51 38 47 49 47 47 35 47 40 35 32 36 36 37 34 33 31 39 39 32 34 46 52 37 38 46 44
49 71 86 64 80 83 80 80 59 80 68 59 54 61 61 63 58 56 52 66 66 54 58 80 88 63 64 78 74
Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang
78
55 56 57 58 59
1 1 1 1 1
Sex: 1. Laki laki 2. Perempuan
3 1 1 2 1
2 2 2 3 2
1 1 1 1 1
2 4 4 3 4
1 1 1 2 1
2 2 1 1 4
2 3 3 4 4
1 2 1 2 1
1 2 1 1 1
3 2 4 2 2
2 2 1 2 2
Keterangan Kenakalan Remaja: 15 Positif: S (Sering) = 4 J (Jarang) = 3 P (Pernah) = 2 TP (Tidak Pernah) = 1
2 1 1 1 1
1 1 2 1 1
2 4 4 3 3
3 2 1 2 1
2 3 1 3 4
3 4 1 1 3
5 Negatif: S (Sering) = 1 J (Jarang )= 2 P (Pernah) = 3 TP (Tidak Pernah) = 4
1 3 1 1 2
3 4 4 3 4
3 1 1 1 2
40 45 36 39 44
68 76 61 66 74
Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang
Kategori: 1= Rendah 2= Sedang 3= Tinggi
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
DOKUMENTASI
90
91