HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP II RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Tini Ariyati*), Raharjo Apriyatmoko**), Heni Hirawati Pranoto***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Kepatuhan perawat berpengaruh pada keselamatan pasien. Hal yang diduga berkaitan dengan kepatuhan adalah karakteristik perawat itu sendiri. Keselamatan pasien adalah pengurangan risiko bahaya berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diterima. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perawat dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Penelitian menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 78 perawat. Instrumen untuk pengumpulan data menggunakan kuesioner yang terdiri dari 39 pernyataan tentang kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien. Hasil penelitian menunjukkan perawat yang patuh menerapkan prosedur keselamatan pasien sebanyak 51,3%. Kepatuhan tertinggi pada prosedur tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien. Kepatuhan terendah pada prosedur peningkatan keamanan obat high alert. Hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara masa kerja dan pelatihan dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien, sedangkan usia, pendidikan dan status pernikahan tidak ada hubungan. Berdasarkan hasil penelitian perlu adanya upaya baik dari pihak manajemen rumah sakit maupun perawat di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang untuk lebih meningkatkan kepatuhan dalam penerapan prosedur keselamatan pasien antara lain dengan pelatihan tentang keselamatan pasien, supervisi yang terjadwal dan memberlakukan reward dan punishment terutama pada penerapan prosedur peningkatan keamanan obat high alert. Kata kunci : Karakteristik perawat, Kepatuhan, Keselamatan Pasien
ABSTRACT Nurse’s obedience effect on patient safety. It presumably related to the obedience is nurse’s characteristics itself. Patient safety is the reduction of risk of harm associated with accepted health care. This study aims to determine the correlation between nurse’s characteristics with the obedience of patient safety procedures application at inpatient installation II of Prof. dr. Soerojo Mental Hospital Magelang. This research used descriptive correlation with cross sectional approach for 78 nurses by using total sampling method. The instrument for data collection used questionnaires consisting of 39 statements about the obedience of nurses in implementing patient safety procedures. The results of this research show that the nurse who obey in implementing patient safety procedures as many as 51,3%. The highest obedience at location right procedure, the right procedure and the right of patient. The lowest obedience at procedure enhancement drug high alert. The results of this research used Chi Square test show that there is correlation between work period and training with the obedience of implementing patient safety procedures, whereas age, education and marital status do not correlate to the obedience. Based on this research, effort is necessary to attempt either from the hospital management or nurses at Inpatient Installation II of Prof. dr. Soerojo Mental Hospital Magelang to improve the obedience of implementing patient safety procedures by training about patient safety, scheduled supervision and implementation of reward and punishment especially in implementing procedure enhancement drug high alert. Keywords : Nurse Characteristics, Obedience, Patient Safety
PENDAHULUAN Latar Belakang Insiden keselamatan pasien menimbulkan dampak buruk dan kerugian berupa kematian, gangguan fungsi tubuh, kerugian finansial, dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di rumah sakit. Insiden keselamatan pasien tentunya akan berdampak adanya penurunan jumlah pasien serta pendapatan dirumah sakit tersebut. Pemberi layanan kesehatan berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan yang mengancam keselamatan pasien, khususnya perawat. Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak di rumah sakit, melayani pasien terlama (24 jam terus menerus) dan sering berinteraksi dengan pasien dengan berbagai prosedur keperawatan, hal ini dapat memberikan peluang besar untuk
2
terjadinya kesalahan dan mengancam keselamatan pasien. Kepatuhan perawat diperlukan dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien. Apabila setiap tindakan perawat yang dilakukan dengan mematuhi prosedur, tentu akan memberikan hasil yang optimal. Sebaliknya, bila perawat tidak mematuhi prosedur penerapan keselamatan pasien, maka insiden keselamatan pasien akan banyak terjadi. Hasil penelitian Setyarini (2012) 25% perawat tidak patuh melaksanakan prosedur keselamatan pasien. Menurut Anugrahini (2011) asuhan keperawatan pada klien akan tercapai jika perawat taat dan patuh dalam menerapkan pedoman keselamatan pasien. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu sendiri, menjadi faktor yang berpengaruh dalam kepatuhan, karena perubahan perilaku berawal dari individu itu sendiri. Karakteristik individu dari perawat itu sendiri antara lain usia,
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
masa kerja, tingkat pendidikan, dan pengetahuan. Setiap orang mempunyai karakteristik masing-masing sehingga terdapat perbedaan yang mendasar seseorang dengan yang lain. Robbins (2008), menyatakan bahwa karakteristik individu seperti umur, masa kerja, dan status pernikahan dapat mempengaruhi kinerja individu. Hasil penelitian Hanan, A.A (2009), didapatkan faktor usia, status perkawinan, tingkat pendidikan dan lama kerja memiliki hubungan dengan motivasi kinerja perawat. Pengetahuan masingmasing individu berbeda-beda, tergantung upaya peningkatan pengetahuan misalnya dengan mengikuti pelatihan. Menurut Henriksen & Dayton dalam Yulia (2012), pelatihan merupakan salah satu sarana menambah kebutuhan akan pengetahuan baru dan untuk meningkatkan kinerja individu dan kinerja sistem. Adapun pendapat lain menyatakan bahwa program pengembangan staf melalui pelatihan dan pendidikan merupakan program yang efektif untuk meningkatkan produktifitas bagi perawat (Marquis & Huston dalam Yulia (2012)). RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang telah memiliki Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Fasilitas yang mendukung keselamatan pasien yaitu adanya gelang identifikasi pasien, kebijakan dan SPO keselamatan pasien, SPO tindakan keperawatan, kran cuci tangan lengkap dengan sabun dan cairan pembersih dan pedoman pelaksanaannya, penghalang tempat tidur, dan lingkungan yang aman seperti pencahayaan yang terang, lantai tidak licin. Tenaga keperawatan sebanyak 78 orang yaitu dengan kategori tingkat pendidikan sebagai berikut sebagian besar merupakan tenaga vokasional lulusan diploma keperawatan yaitu 62 orang (79,5%) dan sarjana keperawatan 16 orang (20,5%). Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara karakteristik perawat dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di
Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang ? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan karakteristik perawat dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan program studi keperawatan di bidang penelitian yang berkaitan dengan karakteristik perawat dan kepatuhan dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien. Penelitian ini selanjutnya akan memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain terkait dengan karakteristik perawat dan kepatuhan dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi dekriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang pada lima ruangan yaitu Wisma Indraprasta, Wisma Pringgodani 1, Wisma Dewi Ratih, Wisma Pringgodani 2, dan ruang ICU. Penelitian dilakukan bulan September 2105-Februari 2016. Pengambilan data dilakukan tanggal 21-24 Januari 2016. Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Jumlah total populasi dalam penelitian ini adalah 78 perawat yang terdiri dari Wisma
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
3
Indraprasta 16 perawat, Wisma Pringgodani 1 sebanyak 16 perawat, Wisma Dewi Ratih 15 perawat, Wisma Pringgodani 2 sebanyak 20 perawat, dan ruang ICU 11 perawat. Sampel Tehnik pengambilan sampel yang peneliti lakukan adalah total sampling yaitu seluruh perawat yang ada dalam populasi dijadikan sebagai sampel sebanyak 78 perawat. Pengumpulan Data Jenis/sumber data Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer diperoleh dari data yang diambil melalui kuesioner yang diambil dari variabel independen dan variabel dependen yang mengacu pada kerangka konsep. Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat pada penelitian berupa variabel kategorik meliputi usia, pendidikan, status pernikahan, masa kerja, pelatihan dan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien dilakukan analisis menggunakan frekuensi dan proporsi dari tiap variabel.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien Tabel 1 Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Prosedur Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang No Variabel n % 1 Patuh 40 51,3 2 Kurang patuh 38 48,7 Total 78 100 Tabel 2 Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Prosedur Enam Sasaran Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Patuh No
Variabel
1
Identifikasi pasien Komunikasi efektif Keamanan obat yang perlu diwaspadai Ketepatan lokasi, prosedur, dan pasien operasi Pengurangan resiko infeksi Pengurangan resiko jatuh
2 3
4
5
Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan Uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antar variabel kategorik dengan variabel kategorik.
4
6
n 40
% 51,3
Kurang patuh n % 38 48,7
41
52,6
37
47,4
37
47,4
41
52,6
48
61,5
30
38,5
41
52,6
37
47,4
40
51,3
38
48,7
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
Analisis Bivariat Hubungan usia dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien Tabel 3 Hubungan Usia Dengan Kepatuhan Dalam Menerapkan Prosedur Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Kepatuhan perawat dalam menerapkan Total prosedur keselamatan pasien Usia p value Patuh Kurang Patuh n % n % n % 25-30 tahun 19 50,0 19 50,0 38 100 >30 tahun 21 52,5 19 47,5 40 100 1,00 Jumlah 40 51,3 38 48,7 78 100
Hubungan pendidikan dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien Tabel 4 Hubungan Pendidikan Dengan Kepatuhan Dalam Menerapkan Prosedur Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Kepatuhan perawat dalam menerapkan Total prosedur keselamatan pasien Pendidikan p value Patuh Kurang Patuh n % n % n % DIII Keperawatan 35 56,5 27 43,5 62 100 S1 Keperawatan 5 31,2 11 68,8 16 100 0,129 Jumlah 40 51,3 38 48,7 78 100
Hubungan masa kerja dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien Tabel 5 Hubungan Masa Kerja Dengan Kepatuhan Dalam Menerapkan Prosedur Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Kepatuhan perawat dalam menerapkan Total prosedur keselamatan pasien Masa Kerja p value Patuh Kurang Patuh n % n % n % 2-10 tahun 13 36,1 23 63,9 36 100 0,024 >10 tahun 27 64,3 15 35,7 42 100 Jumlah 40 51,3 38 48,7 78 100
Hubungan status pernikahan dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien Tabel 6 Hubungan Status Pernikahan Dengan Kepatuhan Dalam Menerapkan Prosedur Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Status Kepatuhan perawat dalam menerapkan Total pernikahan prosedur keselamatan pasien P value Patuh Kurang Patuh n % n % n % Menikah 26 44,8 32 55,2 58 100 0,092 Belum menikah 14 70,0 6 30,0 20 100 Jumlah 40 51,3 38 48,7 78 100
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
5
Hubungan pelatihan dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien Tabel 7 Hubungan Pelatihan Dengan Kepatuhan Dalam Menerapkan Prosedur Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Kepatuhan perawat dalam menerapkan Total prosedur keselamatan pasien Pelatihan p value Patuh Kurang Patuh n % n % n % Pernah 34 65,4 18 34,6 52 100 0,001 Belum pernah 6 23,1 20 76,9 26 100 Jumlah 40 51,3 38 48,7 78 100
PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran kepatuhan perawat dalam penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Tingkat kepatuhan perawat yang tertinggi dari ke enam sasaran keselamatan pasien, didapatkan dalam menerapkan prosedur tepat prosedur, tepat lokasi dan tepat pasien (61,5%). Kepatuhan perawat terendah dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien ditemukan pada kepatuhan penerapkan prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (47,4%). Menurut asumsi peneliti, masih adanya perawat yang kurang patuh menerapkan prosedur keselamatan pasien disebabkan karena kurangnya pemahaman perawat terhadap keselamatan pasien baik secara knowledge maupun ketrampilan dalam mengaplikasikan keselamatan pasien di ruang rawat inap. Penyebab lainnya adalah kurangnya pengawasan dari pimpinan pada perawat, dalam hal penerapan kepatuhan prosedur keselamatan pasien. Pemimpin dalam hal ini adalah kepala ruangan dan supervisor masih jarang melakukan supervisi langsung pada saat perawat melakukan prosedur keselamatan pasien. Reward dan punishment juga tidak pernah diberlakukan ataupun diberikan oleh pimpinan. Budaya organisasi juga berpengaruh pada kepatuhan perawat dalam menerapkan 6
prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Gambaran kepatuhan perawat dalam menerapkan ketepatan identifikasi pasien Kesalahan identifikasi pasien di rawat inap dapat terjadi ketika perawat melakukan pemberian obat dan darah, pengambilan sampel darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis dan melaksanakan prosedur/tindakan. Mulyatiningsih (2013) mengemukakan identifikasi pasien sangat penting saat pemberian obat dan tranfusi darah, pemeriksaan laboratorium, prosedur/tindakan diagnostik dan operasi karena hal tersebut banyak mengakibatkan terjadinya kesalahan. Keadaan tertentu akan semakin memberikan kemungkinan untuk terjadinya kesalahan sebagaimana dijelaskan dalam Permenkes (2011) bahwa kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/ tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Menurut pengamatan hasil peneliti, hal ini disebabkan pengaruh budaya kerja dimana identifikasi pasien menggunakan nomor kamar adalah hal yang biasa. Selain hal tersebut, kurangnya supervisi tentang ketepatan identifikasi pasien juga menyebabkan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur identifikasi pasien menjadi kurang.
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
Gambaran kepatuhan perawat dalam menerapkan komunikasi efektif Menurut pendapat peneliti kurang patuhnya perawat pada komunikasi efektif dalam keselamatan pasien terlihat dari masih belum optimalnya pelaksanaan operan karena sering terjadi kesalahpahaman antar shif , tidak ada pengulangan pesan/perintah oleh penerima pesan, komunikasi tertulis berupa pendokumentasian keperawatan yang kurang akurat sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda. Hand off bedside sudah dilakukan, tapi biasanya dengan tergesa-gesa, tidak memberikan kesempatan pada pasien untuk mengklarifikasi ataupaun memberikan masukan terhadap rencana keperawatan yang akan diberikan. Peningkatan komunikasi dapat diimplementasikan melalui pendekatan hand off /serah terima dengan penekanan pada hand off bedside (serah terima di samping tempat tidur pasien). Hand off bedside memungkinkan perawat untuk bertukar informasi pasien yang diperlukan secara akurat, memberikan kesempatan untuk memvisualisasikan pasien dan mengajukan pertanyaan terhadap sesuatu yang kurang dipahami, selain itu dapat meningkatkan kesadaran perawat terhadap dampak komunikasi pada keselamatan pasien dan kepuasan serta meningkatkan komunikasi antar perawat, dokter dan pasien/keluarga serta tim kesehatan lain. (Mulyatiningsih, 2013; Anugrahini, 2011). Gambaran kepatuhan perawat dalam peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai Menurut hasil pengamatan peneliti, perawat di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang sudah berusaha menerapkan prinsip lima benar obat yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu dan benar rute. Perawat menanyakan ada alergi atau tidak hanya bila melakukan skin test saja, sering memberikan obat yang disiapkan perawat lain. Perawat memberikan obat injeksi
dengan menggunakan bak instrumen besar yang terisi injeksi dari beberapa pasien yang dijadikan satu, masih jarang melakukan pengecekan ulang obat injeksi, bila dilakukan hanya pada pada obat high alert. Pencegahan kesalahan keamanan obat yaitu dengan kepatuhan peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, pemberian pengobatan dengan prinsip lima benar obat, pengecekan alergi obat, menjelaskan tujuan dan kemungkinan efek obat, mencatat/dokumentasi, bekerja sesuai SOP/SAK, mengecek reaksi obat, mengecek skin integrity untuk injeksi, memonitor pasien, dua orang staf mengecek pemberian obat parenteral, memperbaharui catatan obat. Pisahkan obat yang mirip, kemasan obat yang mirip. Memberikan pendidikan kepada pasien/keluarga mengenai obat, kegunaan obat, cara pakai obat dan waktu penggunaan obat (KKPRS, 2008). Gambaran kepatuhan perawat dalam kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi Kepastian tepat lokasi prosedur, prosedur dan pasien operasi dalam penelitian ini diasumsikan dengan memastikan ketepatan dalam melaksanakan prosedur maupun prinsip yang digunakan dalam melaksanakan prosedur tersebut. Masih tingginya ketidakpatuhan dalam ketepatan lokasi, prosedur dan pasien memberikan peluang untuk terjadinya kesalahan dan terjadinya insiden keselamatan pasien. Menurut pendapat peneliti sebagian besar perawat di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang patuh menerapkan kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dalam tindakan keperawatan, namun ada sebagian perawat yang kurang patuh menerapkan kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dalam tindakan keperawatan, antara lain terlihat adanya kejadian ketidaktepatan pemasangan kateter pada pasien perempuan dimana kateter tidak
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
7
masuk pada lokasi yang tepat dan ketidaktepatan pasien yang dilakukan tindakan pelepasan kateter. Gambaran kepatuhan perawat dalam pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Menurut pendapat peneliti, perawat adalah pemberi pelayanan yang paling sering kontak dengan pasien selama 24 jam. Perawat juga yang paling sering memberikan tindakan pelayanan pada pasien. Hal ini berarti kepatuhan perawat dalam pengurangan resiko infeksi menjadi sangat penting. Perawat yang tidak patuh menerapkan prosedur pengurangan resiko infeksi dapat menyebabkan adanya insiden keselamatan pasien. Perawat perlu melakukan penilaian terhadap resiko infeksi pada pasien. Menurut Storr, Topley & Privett (2005) penilaian resiko dilakukan dengan membuat daftar resiko, tindakan untuk meminimalkan infeksi dan langkahlangkah tersebut didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Faktor resiko yang harus dipertimbangkan adalah usia, riwayat kesehatan (dalam pengaruh imunosupresan), keberadaan perangkat invasif, kondisi kulit/integritas kulit, penggunaan antibiotik, operasi sebelumnya, mobilitas dan lama perawatan. Identifikasi pasien dengan resiko tinggi infeksi difasilitasi dengan penggunaan sumber daya yang optimal seperti kamar terpisah dari pasien lain/ruang isolasi. Gambaran kepatuhan perawat dalam mengurangi resiko jatuh Kejadian jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cidera bagi pasien rawat inap. Dalam standar pelayanan minimum rumah sakit menetapkan 100% pasien tidak mengalami kejadian jatuh dan tidak ada kejadian pasien jatuh yang berakibat kematian atau kecacatan (Kepmenkes, 2008). Jatuh merupakan kejadian yang dapat dicegah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian
8
ulang secara berkala terhadap resiko pasien jatuh, termasuk resiko potensial yang mungkin mengakibatkan jatuh serta mengambil tindakan untuk mengurangi semua resiko yang telah diidentifikasikan dan melakukan pedoman pencegahan pasien resiko jatuh, mengidentifikasi obat yang berhubungan dengan peningkatan resiko jatuh serta memperhatikan lingkungan yang beresiko menyebabkan pasien jatuh (Setyarini, 2012). Analisis bivariat Hubungan usia dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Hasil analisis bivariat terkait usia dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang diperoleh nilai p = 1,00 dimana p > 0,05 yang bermakna tidak ada hubungan usia dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara usia dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Iswati (2012) yang menyatakan variabel usia tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tindakan keselamatan pasien di RS Bhakti Yudha Depok. Pendapat ang sama juga dinyatakan oleh Wibowo (2013) bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kepatuhan penggunaan sarung tangan pada prosedur invasif di RSD Dr. H. Soewondo Kendal. Perawat melakukan asuhan keperawatan secara rutinitas, akibatnya kinerja atau kepatuhan menjalankan prosedur menurun. Perlu dilakukan berbagai cara, misalnya menciptakan lingkungan kondusif untuk mengantisipasi kejenuhan dalam bekerja. Kejenuhan bekerja dapat diminimalkan dengan pengembangan staf yang tepat dan memenuhi kebutuhan akan peralatan ketika melakukan asuhan keperawatan.
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
Pengembangan staf bisa berbentuk kesempatan melanjutkan pendidikan formal dan pelatihan ketrampilan. Peralatan yang dimaksud dapat berupa alat-alat yang memperlancar perawatan klien maupun alat untuk perlindungan diri saat melakukan tindakan yang beresiko tinggi tertular penyakit atau terpapar obat berbahaya. Hubungan pendidikan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Hasil analisis bivariat terkait pendidikan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang diperoleh nilai p = 0,129 dimana p > 0,05 yang bermakna tidak ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Anugrahini (2010) yang menyatakan bahwa bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kepatuhan menerapkan pedoman keselamatan pasien di RSAB Harapan Kita Jakarta. Menurut asumsi peneliti hal ini terjadi karena rata-rata perawat di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang adalah D3 Keperawatan, sehingga variabel pendidikan yang menurut konsep teori semakin tinggi pendidikan akan semakin luas wawasannya dan akan semakin patuh tidak berlaku di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Hal ini disebabkan karakteristik pendidikan perawat di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang mayoritas adalah D III Keperawatan (79,5%), faktor homogenitas data mempengaruhi kemaknaan.
Hubungan masa kerja dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Hasil analisis bivariat terkait masa kerja dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang diperoleh nilai p = 0,024 dimana p < 0,05 yang bermakna ada hubungan masa kerja dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Hubungan masa kerja dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien, lemah yaitu dengan koefisien kontingensi sebesar 0,271. Peneliti berasumsi bahwa masa kerja > 10 tahun termasuk dalam kategori senior, artinya perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang rata-rata memiliki masa kerja yang cukup lama. Hal ini sangat mendukung untuk mencapai kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien. Masa kerja yang lama akan memberikan pengalaman kerja yang positif terhadap pekerjaannya termasuk kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien akan meningkat. Hubungan status pernikahan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Hasil analisis bivariat terkait status pernikahan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang diperoleh nilai p = 0,092 dimana p > 0,05 yang bermakna tidak ada hubungan status pernikahan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
9
status pernikahan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Peneliti berasumsi bahwa kepatuhan perawat baik yang sudah menikah maupun belum menikah tidak jauh berbeda tingkat kepatuhannya dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien. Perawat menerapkan prosedur keselamatan pasien sesuai dengan standar prosedur operasional yang sudah diterapkan dari rumah sakit dan dilakukan dengan budaya kerja yang ada di rumah sakit tersebut. Selain itu pelaksanaan asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang masih bersifat rutinitas. Hubungan pelatihan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang Hasil analisis bivariat terkait pelatihan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang diperoleh nilai p = 0,001 dimana p < 0,05 yang bermakna ada hubungan pelatihan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien. Hubungan pelatihan dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien, lemah yaitu dengan koefisien kontingensi sebesar 0,371. Peneliti berasumsi kualitas pelatihan keselamatan pasien yang diberikan pada perawat harus lebih diperhatikan agar dapat mempengaruhi secara langsung tampilan kerja dalam meningkatkan keselamatan pasien di instalasi Rawat inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Keterbatasan Penelitian Kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien dalam penelitian ini berdasarkan persepsi perawat, belum dilakukan penilaian atau observasi langsung oleh peneliti.
10
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dimana subyek yang diteliti mengetahui bahwa mereka sedang diteliti sehingga jawaban sangat tergantung pada kondisi responden saat itu atau responden mungkin saja tidak jujur dalam menjawab kuesioner yang diberikan. KESIMPULAN Tidak ada hubungan antara usia dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Tidak ada hubungan antara status pernikahan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. Ada hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. SARAN Perlu dilakukan evaluasi secara berkala sejauhmana ketersediaan peralatan dan sejauhmana pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki perawat untuk dapat patuh melaksanakan prosedur keselamatan pasien. Pengembangan staf harus terus menerus dilakukan, sarana dan prasarana perawat harus dilengkapi. Bahan dan peralatan yang lengkap, pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang memadai sangat membantu pekerjaan perawat sehingga dengan menciptakan iklim kondusif akan memotivasi perawat untuk meningkatkan kinerja, khususnya kepatuhan dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien.
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menindaklanjuti penelitian ini, yaitu penelitian yang bersifat observasi langsung terhadap kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan pasien. DAFTAR PUSTAKA [1] Al-Assaf, A. F (2010). Mutu Pelayanan Kesehatan : Perspektif International. Jakarta : Sagung Seto [2] Dahlan, Sopiyudin M,. (2013). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. [3] Hasibuan, M. (2009) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara [4] Hikmah, S. (2008). Persepsi Staff Mengenai Patient Safety di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Famawati, Skripsi, Jakarta : FIK UI available at http://www.lontar.ui.ac.id [5] Ikhsan, F. (2005) Dasar-Dasar Kependidikan: Komponen MKDK . Jakarta : Rineka Cipta [6] Iswati (2012). Pengaruh penjaminan mutu keselamatan pasien oleh kepala ruang terhadap tindakan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok. Thesis FIK-UI Jakarta : FIK UI available at http://www.lontar.ui.ac.id. [7] KPP-RS (2008). Pedoman Insiden Keselamatan Pasien (Edisi-2). Jakarta: DepKes RI [8] Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. [9] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011. From http://www.hukor.depkes.go.id. [10] Potter and Perry. (2009). Fundamental of Nursing. Jakarta : Salemba Medika. [11] Rustiana, A. (2010) Efektifitas Pelatihan Bagi Peningkatan Kinerja
Karyawan. Available at http://journal.unnes.ac.id/nju/index.ph p/jdm/article/view/2469/2522 [12] Setyarini, E. A. (2012). Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional : Pencegahan pasien Risiko Jatuh di Gedung Yosef 3 Dago dan Surya Kencana RS Borromeus. http://ejournal.kopertis4.or.id/ file/Kepatuhan%20Perawat.pdf diakses tanggal 26 September 2015 [13] Siagian, S. P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja. Jakarta : Bumi Aksara. [14] Sudarma, M. (2008). Sosiologi Untuk Kesehatan. Cetakan I. Jakarta : Salemba Medika [15] Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta: Kencana [16] Tika, P. (2010). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Jakarta: PT Bumi Aksara. [17] Yulia, S., (2012). Peningkatan Pemahaman perawat pelaksana dalam Penerapan Keselamatan Pasien Melalui pelatihan Keselamatan Pasien.Available at: http://www.lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=1 37266&lokasi=lokal#horizontalTab2 diakses tanggal 29 November 2015. [18] Yusran, M. (2008). Kepatuhan Penerapan Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi (Universal Precaution) pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Muluk Bandar Lampung. Program Studi Pendidikan Doktor Universitas Lampung. http://scholar.google.co.id/scholar?um =1&ie=UTF 8&Ir&cites=1465s5209770278382222 diakses tanggal 20 Oktober 2015.
Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien Di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
11