HUBUNGAN ANTARA ADVERSITI DAN INTELIGENSI DENGAN KREATIVITAS Siti Ma’rifah Setiawati, S.Psi Guru Bimbingan Dan Konseling MTs Negeri III Surabaya email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversiti dan inteligensi dengan kreativitas. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswa MTs Negeri III Surabaya. Jumlah sampel yang digunakan adalah 92 siswa kelas 8. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai F = 6,401 dengan sig.= 0,042 yang berarti ada hubungan antara adversiti dan inteligensi dengan kreativitas. Untuk melihat subangan efektif masil-masil variabel diperoleh 19,12% sumbangan variabel adversiti terhadap kreativitas siswa, dan 30,23% sumbangan variabel inteligensi terhadap kreativitas siswa. Semakin seorang siswa mempunyai respon yang baik atau mempunyai kemampuan untuk bertahan dan kemampuan mengatasi kesulitan yang dihadapi serta didukung oleh kecerdasan yang cukup tinggi, maka semakin tinggi pula kreativitas atau semangat berkreasinya. Kata Kunci : Adversiti, Inteligensi, Kreativitas jawab, dan produktif, serta sehat
PENDAHULUAN Seperti yang tertuang didalam
jasmani dan rohani, maka kreativitas
GBHN 1993, dengan penekanan
merupakan salah satu aspek atau
bahwa pendidikan nasional bertujuan
elemen dari kualitas manusia. Hal ini
untuk
kualitas
sesuai dengan pernyataan Maslow
manusia Indonesia yaitu manusia
(dalam Munandar, 1999), bahwa
yang beriman dan bertaqwa terhadap
dengan
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
mewujudkan
pekerti
luhur,
perwujudan
mandiri,
maju,
meningkatkan
berkepribadian, tangguh,
cerdas,
kebutuhan
berkreasi
orang
dirinya, diri pokok
dapat dan
merupakan pada
tingkat
kreatif, terampil, berdisiplin, beretos
tertinggi dalam hidup manusia, maka
kerja,
kreativitas merupakan manifestasi
profesional,
bertanggung
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
31
dari
individu
yang
berfungsi
hidup keseluruhan, dan sebagian
sepenuhnya atau yang berkualitas.
disebabkan
karena
Oleh karena itu sumbangan kreatif
dihadapkan
dengan
siswa-siswa Indonesia
pilihan yang lebih banyak di dalam
peran
penting,
memegang
sebab
siswa
makin
kemungkinan
dengan
maupun di luar situasi pengajaran,
kreativitas memungkinkan manusia
sehingga kapasitas intelektual tidak
meningkatkan
sepenuhnya dapat bekerja. Situasi
kualitas
hidupnya
sehingga kebutuhan untuk mencetak
pengajaran
tunas muda yang mampu mengatasi
Indonesia penekanannya lebih pada
krisis yang sedang melanda bangsa
pemikiran reproduktif, hafalan, dan
dan negara Indonesia akan terpenuhi.
mencari satu jawaban yang benar
Namun gejala yang nampak
terhadap soal-soal yang diberikan,
pada
siswa-siswi
atau
pendidikan
di
Indonesia,
pemberian kemungkinan
tergolong
yang lain akan dianggap sebagai
jarang
suatu kegagalan, maka siswa kurang
mengemukakan ide-ide kreatif pada
terlatih untuk merespon kesulitan
saat mengikuti pelajaran dikelas,
yang dihadapi dengan baik. Siswa
kebanyakan
hanya melakukan proses berpikir
kreativitasnya rendah.
masih
Para
siswa
pasif
dan
hanya
jawaban
melakukan apa yang dtugaskan guru
konvergen
dan
tanpa usaha atau tanpa adanya
tertantang
untuk
semangat untuk berkreasi didalam
proses
membangun
Menurut
berpikir kreatif yang memungkinkan
1989),
siswa mampu melihat bermacam-
tidak
macam kemungkinan jawaban atau
mempunyai semangat memunculkan
penyelesaian terhadap suatu masalah.
ide-ide
Hal ini sesuai dengan ungkapan guru
Hermans siswa
diskusi.
(dalam yang
Monks,
pasif
dan
kreatifnya,
disebabkan
terutama
olehketakutan
akan
besar
berpikir
siswa
kurang
melaksanakan divergen
Psikologi
atau
Universitas
gagal. Ketakutan akan gagal siswa
Indonesia dan juga pakar kreativitas
jaman
yakniMunandar
sekarang
berhubungan pengajaran,
32
dengan juga
dengan
mungkin
(1999),
yang
situasi
menemukan di dalam penelitiannya
situasi
bahwa kreativitas bangsa Indonesia
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
masih tergolong rendah dan ada
dan mengatasi kesulitan terhadap
kecenderungan
di
permasalahan yang dihadapi disebut
Indonesia tidak dapat berkembang
Adversity Quetient (AQ). Adversity
secara optimal di kalangan subyek
Quotient menunjukkan seberapa jauh
didik,
anak mampu bertahan meng- hadapi
kreativitas
demikian
juga
pendapat
Guilford (1950), yang menyatakan
kesulitan
bahwa
kemampuan
pengembangan
kreativitas
dan
seberapa
anak
untuk
jauh meng-
ditelan- tarkan dalam pendidikan
atasinya. Adversity Quotient juga
formal padahal ini amat bermakna
meramalkan
bagi pengembangan potensi individu
mengatasi kesulitan dan siapa yang
secara utuh dan bagi kemajuan ilmu
hancur; siapa yang akan melampaui
pengetahuan serta seni budaya. Oleh
harapan-harapan atas kinerja dan
karena kurang terlatih melakukan
potensinya serta siapa yang gagal ;
proses berpikir yang menantang,
siapa yang akan menyerah dan siapa
siswa
yang akan bertahan. Menurut Stoltz
tidak
kemungkinan solusi
mampu
melihat
bermacam-macam
penyelesaian
(2000),
siapa
orang
yang
yang
mampu
adversity
masalahnya
quotient-nya rendah, akan tumbuh
sehingga siswa Indonesia melakukan
menjadi orang yang tidak mampu
respon yang buruk terhadap kesulitan
bertindak kreatif.
yang dihadapi atau kurang mampu
Potensi
dasar
anak
yang
bertahan terhadap kesulitan yang
sering disebut sebagai inteligensi
terjadi
sangat menentukan didalam anak
didalam
mengatasi
masalahnya.
merespon kesulitan yang dihadapi,
Kemampuan
dan
karena masyarakat umum sering
didalam
mengatakan bahwa inteligensi terkait
atau
dengan kemampuan otak, kepintaran
kesulitan
didalam memecahkan masalah yang
yang dihadapi dengan baik, oleh
diha- dapi. Hal ini sesuai dengan
Stoltz (2000) diperkenalkan sebagai
pendapat Gardner (dalam Munandar,
adversiti,
1999),
mengatasi menghadapi kemampuan
bertahan
kesulitan tantangan merespon
sedangkan
hasil
pengukuran kemampuan bertahan
yang
menyatakan
bahwa
inteligensi merupakan kemampuan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
33
untuk memecahkan masalah atau
yang saat ini sangat berperan penting
untuk mencipta karya yang dihargai
didalam menunjang pembangunan
dalam satu kebudayaan atau lebih.
bangsa dan negara Indonesia yang
Pendapat yang senada dikemukakan
sedang
oleh H.H. Goddard (dalam Azwar,
permasalahan yang kompleks, sebab
1996),
yang
inteligensi
mengalami permasalahan-
menyatakan
bahwa
dengan kreativitas, manusia akan
sebagai
tingkat
memiliki
kemampuan
kemampuan pengalaman seseorang
kreatif
untuk menye- lesaikan masalah-
imajinatif, sehingga manusia akan
masalah yang langsung dihadapi dan
mampu
untuk mengantisipasi masalah yang
masalah dengan cara yang baru
akan
didalam
datang.
Oleh
karena
itu
dan
adaptasi
kepiawaian
mencari
yang
penyelesaian
mengikuti
perubahan-
gambaran orang yang berinteligensi
perubahan yang terjadi yakni akan
tinggi adalah orang yang cerdas,
terus
orang
menerima
untuk tidak hanyut dan tenggelam
mampu
dalam persaingan antar bangsa dan
yang
pelajaran,
mudah
orang
yang
bergerak
memecahkan masalah dengan baik
negara,
dan cepat, sehingga orang yang
globalisasi ini.
berinteligensi
tinggi
mampu
kearah kemajuan
terutama
didalam
Kreativitas
di
era
dalam
membuat inovasi-inovasi baru dalam
pendidikan yaitu bila siswa mengerti
kehidupannya yang berarti mampu
suatu cara diluar dari kebiasaannya
mengembangkan
dan
kreativitasnya
tetap
tenang
untuk
sebab kreativitas merupakan proses
menyelesaikan masalah di dalam
penyatuan pengetahuan dari berbagai
kelompoknya.
bidang pengalaman yang berlainan
Kreativitas adalah proses penyatuan
untuk menghasilkan ide-ide yang
pengetahuan dari berbagai bidang
baru dan lebih baik. (West,M,2000).
pengalaman yang berlainan untuk
(Sternberg,
1999).
menghasilkan ide yang baru dan KREATIVITAS Kreativitas merupakan salah satu aspek dari kualitas manusia
34
lebih baik. (West, M, 2000). Ford (dalam West, M., 2000), menyatakan bahwa
kreativitas
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
adalah
suatu
pertimbangan
dan
pendidikan, memberikan kontribusi
mengenai
yang berarti selama masa hidup,
kebaruan dan nilai suatu hasil dari
mendekatkan diri pada Tuhan, dan
perilaku individual dan kolektif.
lain-lain. Orang–orang yang sukses
berkontek
subyektif spesifik
Menurut Cambell (1986), dan Glover
(1990),
memiliki dorongan yang mendalam
kreativitas
untuk berjuang, untuk maju, untuk
yang
meraih cita-cita dan mewujudkan
mendatangkan hasil yang sifatnya
impiannya. Untuk dapat memahami
:baru (novelty), yang berarti invasi,
dan memperbaiki komponen dasar
belum pernah ada sebelumnya dan
pendakian seseorang sehari-hari dan
aneh ; berguna (useful), yang berarti
seumur hidup diperlukan gabungan
lebih
ketiga
merupakan
kegiatan
praktis,
mengatasi
mempermudah,
yang
meliputi
:
dan
kerangka kerja koseptual yang baru,
menghasilkan yang lebih baik ;
tolok ukur untuk mengetahui respon
dimengerti (understandable), yang
seseorang terhadap kesulitan yang
berarti
dapat
dihadapi, dan peralatan yang praktis.
dimengerti atau dipahami dan dapat
Gabungan ketiga unsurmerupakan
dibuat pada waktu yang berbeda.
bentuk
hasil
kesulitan,
unsur
yang
sama
dari
seseorang tujuan
ADVERSITI Manusia dilahirkan dengan
tingkat untuk
hidupnya
merupakan
kemampuan menggerakkan
kedepan
tingkat
kemampuan
satu dorongan inti yang manusiawi
untuk
untuk terus mendaki, dalam arti
kesulitan
untuk terus menggerakkan tujuan
diperkenalkan
hidupnya kedepan. Pendakian ini
sebagai Adversity Quotient. Menurut
bisa berkaitan dengan usaha didalam
Stoltz
mendapatkan
nilai
merupakan suatu kerangka kerja
memperbaiki
hubungan
yang
bagus, dengan
bertahan
yang
dan
yang
dihadapiyang
olehStoltz
(2000),
konseptual
mengatasi
(2000)
pertama,
yang
baru
AQ
untuk
teman sekolah, menjadi lebih mahir
memahami dan meningkatkan semua
dalam
segi
segala
hal
yang
sedang
dikerjakan, menyelesaikan satu tahap
kesuksesan
merupakan
suatu
:
kedua, ukuran
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
AQ untuk
35
mengetahui respon anak terhadap
awalnya dirasa sudah sampai
kesulitan ; ketiga, AQ merupakan
tanpa
serangkaian peralatan yang memiliki
mempertahankan hasil pendakian
dasar ilmiah untuk memperbaiki
tersebut
respons anak terhadap kesulitan.
Adversity
Didalam merespons suatu kesulitan
campers tergolong sedang.
mau
berusaha
selama
kehidupannya.
quotient
pada
tipe
untuk mencapai kesuksesan terdapat
c. Climbers adalah sebutan untuk
tiga kelompok tipe manusia ditinjau
individu yang seumur hidup mem-
dari tingkat kemampuannya. (Stoltz,
baktikan dirinya pada pendakian.
1997). :
Individu ini merupakan pemikir
a. Quitters adalah individu yang
yang
memilih
keluar,
menghindari
selalu
memikirkan
kemungkinan-kemungkinan
dan
kewajiban, mundur dan berhenti
tidak pernah membiarkan umur,
apabila
suatu
jenis kelamin, ras, cacat fisik, atau
kesulitan. Individu-individu ini
mental, atau hambatan lainnya
menolak
kesempatan
yang
diberikan
dan
mengabaikan,
pendakiannya.
menutupi,
atau
meninggalkan
termasuk
menghadapi
yang
bisa
dorongan inti yang manusiawi
mempunyai
untuk
tinggi.
mendaki,
sehingga
menghalangi Tipe
climbers
individu
yang
adversity
quotient
meninggaikan banyak hal yang ditawarkan
oleh
kehidupan,
INTELIGENSI
berarti adversity quotient pada tipe quitters ini rendah.
menyatakan bahwa inteligensi terdiri
b. Campers adalah individu yang
36
Binet (dalam Azwar, 1996),
dari
tiga
komponen,
:
pernah mencoba menyelesaikan
kemampuan
suatu kesulitan dan sekurang-
pikiran ataumengarahkan tindakan;
kurangnya
menanggapi
kemampuan untuk mengubah arah
tantangan pendakian yang ada,
tindakan bila tindakan tersebut telah
namun individu tersebut akan
dilaksanakan
berhenti
untuk mengkritik diri sendiri.
telah
ketika
pendakian
untuk
yaitu
;
dan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
mengarahkan
kemampuan
Goddard, mengatakan bahwa inteligensi
sebagai
David
Wechsler
(1958),
tingkat
berpendapat bahwa inteligensi adalah
kemampuan pengalaman seseorang
kumpulan atau seluruh kapasitas
untuk
individu
menyelesaikan
masalah-
untuk
bertindak
sesuai
masalah yang langsung dihadapi dan
tujuan, berpikir secara rasional dan
untuk
masalah-
bertindak secara efektif dengan ling-
datang,
kungannya. Inteligensi sebagai suatu
Henmon,
kumpulan atau keseluruhan karena
mengatakan bahwa inteligensi terdiri
tersusun dari elemen-elemen atau
dari dua macam, yaitu : kemampuan
kemampuan-kemampuan yang tidak
untuk memperoleh pengetahuan; dan
seluruhnya
pengetahuan yang diperoleh. (dalam
lingkungan masyarakat umum sering
Azwar,1996).
terjadi miskonsepsi populer tentang
mengantisipasi
masalah
yang
sedangkan
V.A.C
Lewis mengatakan
akan
Madison bahwa
bebas.
Didalam
Terman,
IQ yang dipandang sebagai singkatan
inteligensi
untuk inteligensi. Masyarakat umum
merupakan kemampuan seseorang
banyak
yang
belum
memahami
untuk berpikir abstrak, sedangkan
bahwa IQ merupakan hasil skor dari
Edward Lee Thorndike, mengatakan
tes
bahwa inteligensi adalah kemampuan
Inteligence Quotient (IQ) adalah
dalam memberikan respon yang baik
ekspresi dari tingkat kemampuan
terhadap pandangan kebenaran atau
individu pada saat tertentu, dalam
fakta. (dalam Azwar,1996).
hubungan
kemampuan
intelektual.
dengan
norma
usia
Inteligensi bukan kemampuan
tertentu yang ada. IQ merupakan
tunggal dan seragam, tetapi merupa-
cerminan dari prestasi pendidikan
kan komposit dari berbagai fungsi,
sebelumnya dan alat prediksi kinerja
sehingga
pendidikan selanjutnya
mencakup
kemampuan-kemampuan
gabungan yang
Untuk
mempertimbangkan
diperlukan untuk bertahan dan maju
nilai numerik sebuah IQ, harus
dalam budaya tertentu. (Anastasi,
menentukan secara spesifik tes yang
1997).
menjadi
sumber
Menurut
Weiten
IQ (1992),
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
tersebut. tes-tes
37
inteligensi umum yang dirancang
sejumlah
untuk digunakan bersama anak-anak
kemampuan tersebut bergabung atau
sekolah
secara
konfigurasi kemampuan-kemampuan
kelompok dan biasanya mengukur
yang ada. ; Ada beberapa faktor
kemampuan-kemampuan
verbal,
selain kemampuan intelektual, misal
tetapi juga mencakup kemampuan
: dorongan, insentif;Urutan tingkah
yang
simbol
laku inteligen berbeda, sehingga
numerik dan simbol abstrak yang
urutan kemampuan yang dibutuhkan
lain dalam kadar yang lebih rendah.
juga berbeda. Juga didukung oleh
Kemampuan-kemampuan
tersebut
Anastasi (1997), yang menyatakan
dominant dalam proses belajar di
bahwa inteligensi bukan kemampuan
sekolah, oleh karena itu kemampuan-
tunggal
kemampuan
merupakan komposit dari berbagai
sering
dilakukan
berkaitan
dengan
tersebut
dipandang
dapat
sebagai
ukuran
kemampuan
dan
fungsi,
dan
seragam,
sehingga
cara
tetapi
mencakup
kemampuan belajar atau inteligensi
gabungan
akademik. Hal ini didukung oleh
yang diperlukan untuk bertahan dan
pendapat David Wechsler (1958),
maju didalam budaya tertentu. Oleh
yang menyatakan bahwa Inteligensi
karena itu tes inteligensi untuk siswa
sebagai
SMU
suatu
kumpulan
atau
komponen-komponen
yang
digunakan
keseluruhan karena tersusun dari
penelitian
ini
elemen-elemen
Struktur
Tes
atau
kemampuan-
adalah
dalam
Inteligenz
(IST)
yang
kemampuan yang tidak seluruhnya
dikembangkan di Frankfurt Jerman
bebas, oleh karena itu kemampuan-
oleh Rudolf Amthauer, karena IST
kemampuan yang diukur tersebut
mengukur
dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemampuan
inteligensi dan inteligensi bukan
dilaksanakan secara kelompok dan
sekedar
kumpulan
tes ini direkonstruksi untuk orang
kemampuan tersebut. Terdapat tiga
usia 14 sampai dengan 60 tahun. Tes
alasan yang mendasari pendapat
IST telah diadaptasi di Indonesia dan
Wechsler , yaitu :Hasil akhir tingkah
dimanfaatkan
laku inteligensi adalah fungsi dari
Angkatan darat (Psi-AD) Bandung
38
jumlah
dari
bermacam-macam individu
oleh
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
dan
dapat
Psikologi
yaitu bapak Bob Dengah dan kawan-
bertahan dan kemampuan mengatasi
kawan. Selanjutnya dikembangkan
kesulitan
yang
dihadapi
serta
oleh
didukung
oleh
kecerdasan
yang
Biro
Psikologi
Persona
Bandung dan akhirnya mencapai
cukup tinggi, maka semakin tinggi
bentuk
pula
yang
sekarang
banyak
kreativitas
atau
semangat
dipergunakan. Tes IST yang sudah
berkreasinya. Hal ini sesuai dengan
diadaptasi
pendapat
ini
digunakan
sudah
diberbagai
banyak
dan
Lubart
di
(1995), yang cenderung memandang
Indonesia, khususnya di Jawa Timur
bahwa proses-proses kreatif dapat
(Winarti,1998).
mampu
berlangsung
secara
fungsi-fungsi
mengukur
tempat
Sternberg
IST inteligensi
karena
keterlibatan
intelektual juga
dan
menyeluruh dan inteligensi khusus
sekaligus
fungsi-fungsi
bagi seseorang.
karakteristik kepribadian seseorang yang relevan dengan proses-proses kreatif tersebut, yang didasari oleh
HASIL PENELITIAN Berdasarkan
hasil
analisis
penelitian Sternberg (1985), dengan
regresi diperoleh nilai F = 6,401
ditunjukkannya bahwa orang kreatif
dengan sig.= 0,042 yang berarti ada
memiliki kemampuan dan kemauan
hubungan
untuk berpikir dan bertindak di atas
antara
adversiti
dan
inteligensi dengan kreativitas. Untuk
batas-batas
melihat subangan efektif masil-masil
lingkungannya,
variabel
mengindikasikan
diperoleh
19,12%
variabel
adversiti
sumbangan terhadap
kreativitas
30,23%
siswa,
sumbangan
menghasilkan
realitas
diri
dan yang
bahwa
untuk
karya-karyakreatif
dan
dalam bidang penelitian ilmiah atau
variabel
seni, selain membutuhkan peran
inteligensi terhadap kreativitas siswa.
intelektual
juga
karakteristik
kepribadian tertentu dari seseorang. Konsekuensinya, didalam mengung-
PEMBAHASAN Semakin
seorang
siswa
kap potensi kreatif yang hanya
mempunyai respon yang baik atau
menekankan
mempunyai
intelektual seperti berpikir divergen
kemampuan
untuk
pada
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
kemampuan
39
adalah tidak cukup, tetapi juga harus
bangsa dan negara Indonesia dari
mencakup karakteristik kepribadian
situasi krisis, siswa Indonesia perlu
yang
yang
memiliki kecerdasan yang cukup
dalam
tinggi dan memiliki kemampuan
dianggap
keduanya
relevan
dibutuhkan
di
proses-proses kreatif yang produktif
bertahan
dan bermutu. Kemudian (Sternberg,
mengatasi
1988),
dalam
permasalahan yang dihadapi. Oleh
teorinya tentang kreativitas, yang
karena itu kondisi siswa yang rata-
menyatakan
rata
menuangkan
di
bahwa
kreativitas
ataupun
kemampuan
kesulitan
mampu
dalam
memunculkan
merupakan titik pertemuan yang
kreativitasnya perlu dipertahankan
khas antara tiga atribut psikologis :
bahkan ditingkatkan, yang dapat
inteligensi,
dilakukan
gaya
kognitif,
dan
kepribadian atau
motivasi,
yang
secara
bersamaan
memahami
apa
belakangi
individu
membantu
yang
melatar
yang kreatif.
melalui
peningkatan
potensi dasar siswa dengan cara sering
memberikan
latihan
tugas-tugas
yang
kemampuan
intelektualnya
atau
membutuhkan baik
Sternberg (1995), juga menyatakan
didalam melibatkan kegiatan berpikir
bahwa penting untuk menyumbang
konvergen maupun kegiatan berpikir
sumber daya dalam kasus kreatif
divergen, dan juga melalui perbaikan
adalah latar belakang pengetahuan
adversiti
dan
dikemukakan oleh Stolz (2000),
pengalaman
ketekunan
(kecerdasan),
(kepribadian),
dan
dukungan dari lingkungan. Total
sumbangan
yaitu
siswa
siswa
latihan-latihan efektif
adversiti dan inteligensi tergolong
seperti
sering
mendapatkan
melalui
di depan. Hasil tambahan dari analisis
didalam meningkatkan kreativitas;
data, menyatakan ada
sehingga
positif
meningkatkan
metode
LEAD seperti yang sudah dijelaskan
kecil, tetapi tetap mempunyai peran
untuk
yang
yang
hubungan
signifikan
antara
kategori kreativitas siswa Indonesia
adversiti dengan kreativitas. Artinya
agar siap menjadi daya dukung yang
semakin baik adversiti siswa, maka
berkualitas
semakin tinggi kreativitasnya atau
40
didalam
memulihkan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
semakin siswa mampu memberikan
setelah
respon
masalah yang belum selesai dan
yang
bertahan
baik
dan
atau
mampu
mampu
mengatasi
berhenti
kemudian
menyelesaikan
mendapatkan
kesulitan yang dihadapi, semakin
penyelesaian
tinggi semangat berkreasinya. Hal ini
membutuhkan
sesuai
Stolz
memungkinkan sumbangan adversiti
(2000), bahwa salah satu manfaat
lebih kecil dari pada sumbangan
dari
inteligensi terhadap pengembangan
dengan
pernyataan
adversiti
artinya
adalah
ketidak
kreativitas
berdayaan
tepat
cara
waktu
yang lama.Yang
yang
kreativitas, karena adversiti hanya
dipelajari yang akan membentuk
diperlukan pada saat mendukung
orang-orang
munculnya situasi yang sulit dalam
yang
tidak
mampu
menghadapi
kesulitan,
bisa
menghancurkan
kreativitas
orang
menyelesaikan sementara
permasalahan,
itu
inteligensi
yang cemerlang. Oleh karena itu
dibutuhkan
orang yang tidak mampu bertahan
kemampuan-kemampuan
didalam menghadapi kesulitan atau
mendasari munculnya ide-ide yang
responnya terhadap kesulitan buruk,
baru dan bermanfaat.
akan tumbuh menjadi orang yang tidak
mampu
Meskipun
bertindak
Inteligensi hubungan
sebagai yang
mempunyai
positif
yang
sangat
adversiti
signifikan dengan kreativitas, artinya
terhadap kreativitas kecil, bahkan
semakin tinggi tingkat inteligensi
lebih kecil bila dibandingkan dengan
seseorang,semakin
sumbangan
kreativitasnya
kreativitas,
sumbangan
kreatif.
dukungannya
selalu
inteligensi tetapi
terhadap
tinggi atau
pula semakin
untuk
mempunyai semangat berkreasi yang
meningkatkan semangat kreatif yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan teori
tinggi tetap memerlukan kemampuan
ambang inteligensi untuk kreativitas
bertahan dan mengatasi kesulitan
dari Anderson (dalam Munandar,
terhadap
1999),
permasalahan
yang
bahwa
sampai tertentu,
tingkat
dihadapi sebab untuk dapat berpikir
inteligensi
kreatif harus melalui beberapa tahap,
diperkirakan IQ 120, ada hubungan
terutama tahap inkubasi yaitu situasi
yang erat antara inteligensi dengan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
yang
41
kreativitas yaitu kreativitas yang
dan
tinggi memerlukan tingkat inteligensi
menemukan ada hubungan antara
yang cukup tinggi pula, tetapi diatas
inteligensi
ambang inteligensi tersebut tidak ada
walaupun
korelasi yang tinggi lagi antara
Sumbangan
inteligensi
terhadap kreativitas tergolong kecil,
dengan
kreativitas.
Sinambela
dengan
efektif
tetapi
sebagai
penelitian
dibandingkan
inteligensi
adversiti
menunjukkan
tingkat
masih
yang
kreativitas,
hubungannya
Sementara itu data yang diambil sampel
(1993),
rendah. inteligensi
lebih
sumbangan
terhadap
besar efektif
kreativitas.
siswa berada pada kategori rata-rata
Artinya kecerdasan yang dimiliki
atau diatas rata-rata, tidak ditemui
siswa hanya menyumbang sebagian
siswa dengan tingkat inteligensi yang
kecil untuk dapat mengembangkan
sangat
hasilnya
kreativitas tetapi tetap mempunyai
inteligensi
peran yang lebih besar sebagai
tinggi,
menyatakan
sehingga bahwa
mempunyai hubungan positif yang
landasan
sangat signifikan dengan kreativitas.
pengalaman dalam mengembangkan
Hasil tersebut juga didukung oleh
kreativitas,
penelitian-penelitian
sebelumnya,
yang cukup tinggi perlu dimiliki
antara lain penelitian yang dilakukan
untuk mendukung terciptanya daya
oleh
Utami
pengetahuan
sehingga
dan
kecerdasan
Munandar
(1977),
kreasi seorang siswa. Sumbangan
bahwa
berpikir
yang lebih besar mungkin diberikan
mempunyai
oleh sumber-sumber pengaruh yang
hubungan yang bermakna dengan
lain untuk pengembangan kreativitas,
berpikir konvergen (inteligensi) ; dan
seperti
dari penelitian yang dilakukan oleh
lingkungan
Getzels dan Jackson (1970), dapat
sebagai penelitian lanjutan.
menunjukkan
divergen (kreativitas)
gaya
berpikir, yang
perlu
motivasi, diteliti
disimpulkan bahwa ada hubungan antara kreativitas dengan inteligensi
KESIMPULAN
walaupun hubungan itu tidak begitu
Didalam menghadapi situasi
kuat. Hal tersebut sesuai dengan
krisis yang sedang melanda bangsa
hasil penelitian Munandar (1982)
dan negara Indonesia, dibutuhkan
42
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
tunas muda bangsa yang berkualitas.
ide yang bermanfaat dengan cara
Salah
kualitas
baru dan lebih baik serta mampu
manusia adalah kreativitas, yang
merealisasikannya; dan kreativitas
berperan
daya
merupakan titik pertemuan yang
dukung untuk dapat bangkit dari
khas antara tiga atribut psikologis
permasalahan yang kompleks dengan
yaitu inteligensi, gaya kognitif, dan
kemampuan adaptasi kreatif yang
kepribadian, yang secara bersamaaan
merupakan kemampuan
membantu
satu
aspek
penting
dari
sebagai
mencipta
memahami
apa
yang
untuk dapat mengikuti perubahan-
melatar belakangi individu yang
perubahan yang terjadi, yang akan
kreatif. Inteligensi adalah ekspresi
bergerak
tingkat kemampuan tertentu siswa
kearah
kemajuan
dan
memungkinkan untuk dapat melihat
berdasarkan
berbagai
solusi
pengetahuan dan pengalaman yang
permasalahannya sehingga mampu
diperoleh, dan adversiti merupakan
bangkit dari situasi krisis. Sedangkan
kemampuan
kreativitas tunas muda atau siswa
melakukan
Indonesia dalam kategori rendah,
terhadap kesulitan yang dihadapi
maka perlu adanya pengembangan.
atau
Sumber-sumber yang mempengaruhi
bertahan dan mengatasi kesulitan
pengembangan kreativitas antara lain
yang dihadapi di dalam mendaki
kepribadian dan kecerdasan, maka
tujuan
penelitianbertujuan
Ketidakberdayaan
macam
untuk
pengetahuan-
siswa
didalam
respon
kemampuan
yang
yang
siswa
baik
untuk
akan
dicapai.
yang
dipelajari
mengetahui adanya hubungan positif
yang akan membentuk orang-orang
antara adversiti (konsep baru tentang
yang
kepribadian berdasarkan pendapat
menghadapi kesulitan, akan tumbuh
Stoltz) dan inteligensi (kecerdasan)
menjadi orang yang tidak mampu
dengan kreativitas.
bertindak kreatif dan kreativitas yang
tidak
mampu
bertahan
Kreativitas merupakan suatu
tinggi memerlukan tingkat inteligensi
proses penyatuan pengetahuan dari
yang cukup tinggi pula. Oleh karena
berbagai bidang pengalaman yang
itu
berlainan untuk menghasilkan ide-
menyatakan
hipotesis
yang
bahwa
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
diajukan
untuk
dapat
43
meningkatkan didalam menghasilkan ide-ide yang bermanfaat dengan cara yang baru dan lebih baik, diperlukan tingkat inteligensi yang cukup tinggi dan didukung dengan kemampuan melakukan
respon
yang
baik
Diana, R.1999. Hubungan antara Religius dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum, Jurnal Psikologika UII. Nomor 7 Tahun III,5-25. Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua. Balai Pustaka, Jakarta.
terhadap kesulitan yang dihadapi didalam mendaki memunculkan ide kreatif tersebut ; dengan kata lain ada hubungan positif antara adversiti dan inteligensi dengan kreativitas siswa..
DAFTARPUSTAKA Anastasi, A., dan Urbina, S. 1998. Psychological Testing. Terjemahan Prenhallindo, Jakarta. Azwar, S. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Azwar, S. 1992. Reliabilitasdan Validitas. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Campbell, D. 1986. Mengembangkan Kreativitas. Kanisius, Jakarta. Csikszentmihalyi, M. 1996. Creativity : Flow and The Psychology of Discovery and Invention. Harper Collins Publishers, New York.
44
Freeman, S.F. 1965. Psychological Testing, Oxford and Ibit Publishing Co, New Delhi. Glover, J. dan Burning, R.H. 1990. Educational Psychology : rd Principles and application 3 edition. Harper Collins Publishers, New York. Hadi, S. 1991. Metodologi Research, jilid 3. Andi Offset, Yogyakarta. Hadi, S. 2000. Seri Program Statistik. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hari, K.L. 2001. Tinjauan Singkat Adversity Quotient. Indonesian Psychological Journal, Anima, No. 1, Vol. 17, 63 – 68. Hurlock, E. 1997. Perkembangan Anak, jilid II,Erlangga, Jakarta. Monks, F.J., dkk. 1989. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya, Gajah Mada Unversity Press, Yogyakarta. Munandar, S.C.U. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan : StrategiMewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
Munandar,S.C.U. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak-anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta. Soeparman. 2000. Hubungan Kemandirian dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Jurnal Filsafat, Teori dan Praktek Kependidikan. FIP Universitas Negeri Malang, No. 1, Th.27, 92– 97.
Yoenanto, N.H. 2002. Hubungan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita MatematikaDenganTingkat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Jurnal Psikologi Unair Insan, No.2, Vol.4, 63-72.
Stoltz, P.D. 2000. Adversity Quotient: Turning obstacles into Oppotunities. Terjemahan ,Grasindo., Jakarta. Suharnan, 2002. Skala C.O.R.E. sebagai Alternatif Mengukur Kreativitas: Suatu Pendekatan Kepribadian. Indonesian Psychological Journal, Anima, No. 1, Vol. 18, 36 – 56. Suryabrata, S. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Andi, Yogyakarta. Tjundjing, S. 1999 Hubungan Antara IQ, EQ, dan AQ dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Indonesian Psychological Journal, Anima, No.1, Vol.17, 69 – 92. Weiten, W. 1992. Psychology : Themes and Variations, Second Edition, Brooks/Cole Publishing Company, New York. West, M. 2000. Mengembangkan Kreativitas dalam Organisasi. Kanisius, Jakarta.
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya
45
46
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA Surabaya