Edisi
:
1 No. 1, Januari- Maret 2009
:. . ..
ISSN:1979-3073
:
::,.
Sunrrnen
Hm&
Urban Powerty Of Third lYorld in the Penpeective of l\fulticultural Social Philosophy Tommy S.S. Eisenring
How to Solve The Conilict of Minimun Wages in the Era uwelopment State Muhammad
Rusdi ,
,
Asalisis Integrasi Sosial Tratrsmigrasi Datam Meny,rseskan Pembangunan Pedesaan Di Kebupaten Polewsli Mandar ,,
Abdultah Achmad
,',,"
Peraraan Jeneder Pada
Masyryalot
Nelapn
.'
Irawati
Artikulasi Perrn Aristoteles Dalsm Membentut iVsjan Sains Modem Haedar Akib Penggunaan Expanding Community App;nach Dalam Proses Beiajar l\{engajar
St Fatimah Tola Analisis Prestasi Belajar Siswr Sekolah Das*r Luar Biasa Kaitannya dengan Konsumsi Pangan Muliati Samad Kepemimpinan DnnKeliuasran : Sebuah Iftjian Tentang Determinasi KeLorasaan Dan Sfrategi Politik Dalam Organisasl Andi Agusoiati Analisis Tingtct Kepuasaen Pelanggan Jass Msintenance PT. Tetkom Mrkassar Ahmad Musse,ng
TinglotSuku Bunga SBI Terhadap tndeks Ilarga Saham Sekbr Properti Di PT. Burss Efek Indonesia.
Penger..:h Inflasi Dan Flanriani
Alamat Redaksi : Pusst lGjian Lembaga Penelitian Universitas Pepabri Makassar -. Jalan G. Bafu Putih No. 38 Makassar Telepon : 0411€73?73 - Fax. 041i-857672
Artikulasi Peran Aristoteles Dalam Membentuk Wajah Sains Modern fTaedar Akib Pascaraj ana Univeritas Negeri Makassar
ABSTRACT
Presenting the creation oJ Greek's phalosophy means the wifircssing the binh of philosoplty and scienca The fir,st philasophers, were they whom began hesitanting on the myth stories and trytng to look for a Imowledge by the common sense regarding the arigin of the universe whal the amazing. This article aims to show the ntle of Aristotele:s in forming the atuntenonce of modem science. Ihough Aristoteles was not the first philosopher contributing the ifuas of radical, systematic and universally in replying the questions on *Gold of Civilization", fundamentats of scientific, but in the book of Aristoteles is noted as a representative of the philosophers in the Greek period Even in his period, it also was noted a dipole of science civilimtion, namely in Athena with intellecnal mainstay
Keta kunci: Theoria; Prmis; Apriori; Aposteriori; knoiledge is power, Silogisme.
Pilihan Aristoteles selaku tokoh ktrnci yang telah memberikan kontribusi tialam pe,mbenhrkan dan pengembangan ilmu pengetattuau dan filsatbt (Poespowudojo, 2000), amat tepat" karena ternyata para filosof yaug dataug kemudrian, meskr'pun dengan kurun waktu dan tempat yang be6eda nanrun juga menilasarkan argumentasinya pada pemikiran fuistoteles. Secara lugas Bertens (2000: 30) me,ngakui bahwa fiiktor yang terpentirg dalam perke,mbangan intelektual pada umtrmnya dan perkembangan fiIosofis pada khuzumla menrprkan penemuan sejumlah karya fiIsafat Yumni terutama karangan Aristoteles yang pada saat itu belum dikenal di dunia Barat. Sebe,narnya hasil karya Aristoteles banyak sskali sehiugga para 'komentatof agak sulit me,nyu$m secara ruffut. Hal ini semakin nampak dati perbedaan cara yang ditempuh komenhtor dalam morbagi panbahasan materinya. Menurut Hadiwidjono (2000: 45), ada komentator yang membagi hasil karya Aristoleles menjadi delapan baglan, yakni menge,nai logika, fiisafat
alam, psftologi, biologi, metafisika (meta ta fustka), etika, politik dan ekonomi, serta retorika dan poetika. Ada pula yang mengurai perkembangan pemikiran Aristoteles ke dalam tiga tahapan, pertama: Tahap di Akademi, ketika masih setia kepada gurunyq Plato tennasuk ajaran Plato tentang idea;
36 Akib, H., "Artikulasi
furan Adstotdes dalam Membentuk Wajah Sains Modern"
Plato tentang ke-dua, Tahap tli Assos, ketika berbalik dan mengeriAk ajaran ketrka Tahap idea-idea dan menemlli(an ajarannya sendin; dan ke-tiga, ke sekolahnya di Athena, di *aou berbalft dari berspekulasi yang individual' o-.no"flai1q* smpiri;, mengindahkan yang konkrit dan Aristoteles yang karya hasil p.*bugian t"t-iio, i,.noris- mematrami bahwa pembagian itu pemafaman sisteuratika ditakukan semata-mata uunrk lebih memudahkan dan pengernbangatt perntrentukan pada Aristoteles yang rerfokus
r.*Ui"t ""- i;;-..lg.U.ir.*" r*u diiahffi;l; 6*;;t
ffi;ai*r
ilmu pengetahuan.
-*-.
i.iT-risan ini dibagi ke dalam beberapa sub-bagian. Diawali dTqT pada kenyataannya. lahir desliriDsi mensenai A*uint hidup Aristoteiei yang Uraian rylaljuqva ffi' ;'ib;r;;i,ffd.d ri"et"*e* orsns berpendidikan. pengenrbangan filsafat.dan membahas sumUangan
p"tiitoln
Aristotels bagi
ilrnupengetahuanpaoaumunnyadanbagiupayaenrichmentmetodeilmu -
keluasan cakrawala uengetahuag pada klru*u*yu. Ultuk menuujukkal g yenj adi ketan gka dasat i":"r"rii*" l r; iotJ.r o6anas puta pemikimnnylyan be$agai bidang ilmu pengetahuan'.Pada 6-si oiieluskutr-"benang m"ruh' yang mengaitkan pe'mikiran ;frlosof pertama'.yPg mendahului rnaupun oair d-engan pemikiran datani kemudian. Keterkaitan pemikiran Aristoteles dengan Ftuto iJun aiararmya tentang dua macam^pengenalan, -yry pengenatan rasional (Bertens,20O0:.51) karena kedua iengenatan iuderawi Oan itri fa6i gfirannya membimbing kepada-ilmu pengetahuan' "p**itiian Aristoteles dengan filosof yang datang Sementara itu, tetertilitu* dan ,rrl,A.n"V. di*ruuit* dengan maksud pelulit- wrtuk memahami hitn orisinalitas khazanah pemil
db"n"fu i;;fu;;*gan ;ffifii-rp,;| effii.f"r fiil;;i t;e
,-";*ff
i*fiG;nahn
;;;gt
Riwayat Hidup
Aristoteles
pi+-lzz sM) lahir di stageira,
AriJ#6, ,o^t,,g*"!
daeratr
'thrake
di yunani Utam,
tatkala ia dokter ptiUiAi tEu Mak&onia yang-q€gnggal dunia dan diberikan *urin*rgui*uo" iristottres ,moaian diasuh oleh hoxenus benrmur kira' iang isumulr"a. Hal itu t*tbP.ti k*tT P*? dan neniatli kira 18 tahun, xirtotJet dfriti* ke Athena uutuk 6.t"jut pf.to ii"fr*atu6*i. selama 20 tahutr. Setelah Pla1o menineeal $mia 9"a$ iliangk* menjadi p*"dtgry tahun f42, eristoteles kenbari ke Ma[cdonia untuk eg*g solama dua tahrm. Sst€lah Alorandermeqiadi sekolah di Assos tuj;111uk" eristoietis f.*6uri*r.t Athena dan mendirikan Lvceum)' liisio fetif) yang dinnmakan Lvkeiol(ditatinkan: tahun.334 SM., sekolah pada nsia Oi Tatkala Alexandefi.rpr*og Persaingan yang errrrot f.r juga bersaing dengan iekotah Plato, Akademia. ilenin-gkatkan Ya*S hasituVa tdak hauya
t
Gdidffi
y*t"
**i9
p*g";Al;-*d*Vire
*o6oroog-ntirtotufr. morjeiaskan p"ntip-p.inttp
ryogliti* melainkal pula mengajykry itas, Aristoteles barangkali retorika dan dialektil
l"io',
Nlt,
Jurnd &\O\Yolume U, Namar Janu*ilr/g*rlt2QO8
I'
340-335 sM', Aristoteles rnenekulj dunia. selma kurun waktu antala tahun yang j.g3 alumnus Athe'a' Riset riset di Stagira, dibantti oleh Theophratus ai#vr-oi.r, nr"i*oer dan minghasilkan kemajuan dalam
il;;;;;fiti, dan filsafat. sains
timbullunr.hara di Athena posisi Aristoteles juga menentang f"fateOonia,-'*"ttinggu lama kelamaan orang asing sekaligo: lffi^l Alex'ander' menjad.i tidak arnan karena dianggap melihat Aristoteles sebagar Cir.ig.*"g Athena-yang f_ri:fu"*doniamendtrrhaka (atheis), sehingga n t.Uititlf bahkan ditudub ilG5., pingan meninggalkan Athena atau lari ke Aristotels yang Uerp-itit 1.6ih arif memilih berikutnya (322 SM.). icu"it .., t6*p".t ia ileninggai dunia pada tahun Metode Aristoteles: Silogistis Deduktif di sini terkait dengan 'raian raengenai dan irrduksi dijelaskan dalant logika. Ini dilalok; ti.tt. masalah deduksi digunakan wafat' Pada tahun 323 SM., ketika Alexander
;i&;;-a;"k ti'fi;o*.r.*a
erirtot tr, *royutut* barrwa ada dua metode yang dapat kebsnaran pqgtghgn dan untuk menarik t*titpi,i.n mnrk memperoleldetluwf.hduksi kpasog,) baru. Kedua netode iti disebut metod e iit nk,yae(dari hal yang l!'rsr's' unum i"lrh ,u* *.rrurik i.*i*puf* yang bersifat menrik kesimpulan ^berdasarkan Sementara itu, ded$i VWanniaiaU cara yang bertolak dafi sifat umum lte diragukan tiai.t dua kebenaran yafi;di*
i;ffi.
b#ohk dari pengamatan empiris dll Pengetahuan inrlerawi terlepas yarr;berd*r** p."grru**, tdqd.* dedulsi adalah sebaliknv4 pengalaman' dari pengamabn ;;lengetahuan inderawi yang le$P3rkan khusus. lnduksi
adalah penalaran Menunrt verhaat dan tniam (1989: 17) bahwa". induksi J."g"o ,i",pulan yang witayahnya lebih luas dari pada wilayah nlemigny3,
ffi;4.*,iA*ri Ji"n p"iAttu* dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih se,mpii dari pada wilayah premisnya' di aas dipahami bahwa sesungguhnya -A{ry"b Ilerdasarkan ;i;fils1f Barat indgksi dan deduksi, namun karena dikenal sebagai penalarau daiarn kepntuan ^*"riru pertama yang s€cara rinci tlan sistematis menyu$m '
denpn deduktif, mar.a nama -a"p* Aristoteles selalu dipaharni karena P{a felyataannya' bail( dduksi deduktif. Hal ini ;trd induksi dijelaskan o]91 nrirytetes dalam logika' Menunrt H"iidd; lzooo' 46) dan Rapar (2!00: -l+)' toeq fbap pikiran itu ajaran ir"t*g b.rplit if"iiun atau-me,mbicarakan be'ntgk'bentuk ;*titi (termisrt p*g*Ut t pertimiangan dan penaltfn, serta bulnrm-hukum
Dengan denrikian' tidak ffi;ffigo65ri iikf;t"O*itn ciptaan Aristoteles. karya monumental yang satu i.pi, allrrig.rf drn*r iogika merupakan salah pelopor, penemu atau
dihasilkan ^f,ristoteles, sehingga suing disebut sebagai ;.p"k logik4 kendati it t tiaut fr.rarti Jebelum Aristoteles belum ada logika' Aristoteles. Istilah Seborarnya,lsUUtr logika tidak pernah digunakan oleh (334-262 SM) pendiri Citium loeika p.rtrri t ati Aigunit
3;;i#. U.*ttf
38 Akib,
H.,'Artikulasi ftran Aristotda da{am Membentuk Walah Sains Modern"
pertimbangan akal (pikiran), kata. percakapan dan bahasa. Logifuis berarti sesuatu yang diutarakan, sesualu pertimbangan akal, rnengenai kata, mengenai percakapan, atau yang berkenaan dengao bahasa. Dengan demikran, secara etimologis, logika berarti suatu pertimbangan akal pikiran yang diutalakan dengan kata dan dinyatakan daiam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut juga logike eptsteme atau logica scientia yang berarti ilmu logika namun sekarang ini lazim disebut logfr
:
dansekaligusP*Q. Untuk meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang bebas dipakai istilatr "analitika". Semertara itu, unnrk meneliti argumentasi yang bertolak dari proposisi yang diragukan kebenarannya oipakai istilah "dialektika-, Istilahlogika sebagairnana arti yaug dikenai pada masa kini mulai digunakan oleh Aiexander Aphrotlisias pada awal abad ke-3 sebelum Masehi.
Logika merupakan cabang fiisafht yang menyusun, mengembangkan dan membahas asas, aturan fbrmat dan prosedur normatif, serta lriteria yang sahrh bagl pe,nalaran dan penympulan demr mencapai kebenaran yang dapat drpertanggfmgawabkan secara rasional. lnti togika adalah silogisme dan silogisnne sebagai alat dan mekanisme penataran untuk menarik kesimpdan yang benar berdasarkan pre,mis-premis yaog benar adalah suatu bqrtuk tbrmal dari penaiaran dqiu{
deduKif'. Silogisme adalah penemuan Aristoteles yang mumi rtan terbesar dalam logika. Nnmun, Aristoteles tidak memakai silogisme semata-tnata rmtuk me,lryusun berbagai argunentasi bagi suatu perdebatan (dialog), melainkan tebih utaoal sebagai metode dasar bagi pengembangan suatu bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itq fuistoteles tidak 6ql65rrkkan logft.a l,e dalam ialah satu kelompok dari ketiga kelompok menurut pembagian flmu pe,ngetahuan yang disusunnya (tbpar, 2AAAI' 34'). Silogisme sebagai bentuk fbrmal dari deduksi, terdn atas tiga proposisi. Proposisi p€rtama dan kedua disebut premis, sedmg groposisi kefga merupakal kesimpulan yang ditarik dari proposisi pertama dengan bantuan
39 lurnal BACAYolume ll, Nomor 1. JanuarWaret2OA9
proposisi kedua. Jadi, setiap silogisme terdiri atas dtn prcmis dan salu tesimpulan. Setiap propo$isi harus memiliki dua term' Iadi, setiap silogisme harus memiliki enam term. l*an tetapi, karena setiap term dalanl suatu silogisme senantissa disebut dua kali, maka sebenarnya dalam setiap silogisme nanla ada tiga term. Apabila proposisi ketiga, yaitu proposisi yang disebut kesimpulan Jiperhatikardengan seksama maka pada propolisi itu t:rdapat dua term iari ketiga term ya$g telah disebutkan. Dengan demikian, yang rnenladi subjek kesimpulan disebut term minot den yang munjadi predikat kesimpulan disibut /erm mayor. Term yang terdapat pada kedua proposisi disebut len tengah (terminus medilx), Contoh Silogisme: Semua anJing adalah hewan berkaki empat (umunv'universal) Si hium adatah seekor anjing (khusuVpartikular) Si hitam adalah hewan berkaki empat. pola kerja yang ditempuh dalam penjelasan silogistis-deduktif adnlah sebagai berikut. Pertama-tama ditentukan suatu kebenaran universal, kerrudian rnol3lubatkannya pada hal-hal yang khusus. Dorgan kata lain, sesrdah ketentuan umum ditetapkan, barulah kemudian berdasarkan ketentuan Lrmrrrn itu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus atas kasus tertentu' lmmanuel Kant (dalam Rapar 2000: 12) menyatakan bahwa logilra yang diciptakan oleh Aristoteles sejak se,mula zudah beeitu sempurna sehingga tidak mungkin bertambah sedikitpun. Namun, perlu juga dipethatikan kecamm Berfand Russel yang me,rganggap Aristoteles mengakui bahwa wanita mempunyai ggi yang tebih sedikit dari pada pria, padahal kendati pernah dua kali iawin, Caat peniah terlintas dalam benak Aristoteles untuk menguji pendapatnya dengan meneliti mulut istri-istrinya itu. Meskipun laitik Russel itu eukup pedas, ftrmnn tidak beralti mengecilkan jasa Aristoteles yang hans dialrui memang spektakul€r bagr penge'mbang.an -ilmu peng*ahuan. Sumbangan pemikiran Aristoteles menjadi lebih nyata dan luas jika dilihat dari kerangka dasar pembentukan dan pengembangll ilmu pengltanuan (Poespowardojo: 5 Desember 2000), sebagaimana dijelaskan berilut ini. Kekayaan Khazrnah Pemikinn Aristotelcs Lainnya Orisinalitas ponikiran yang disajftan ini merupakan bukti nyata kekayaan ltazanah pemikiran Aristoteles selaku geat thinfur sepanjang zaman. Pe,mftiran orisinal tersebut bertebaran namrm meqjadi fundamental dalam pe,mbenttrkan dm perke'mbanpn berhgai bidang ilmu pengetahuan, di ar11trarrya dalam bidang politik, htlhlm, psikologi, poetika dan sebagainya, serta ajaran htlemorphtsme (teori be,ttuk dan matsi) yang menjadi dasar pandangannya tentang nmnusia dan perkenalan metode ihnu pengetahuan yang digunalcatt sampai saat ini. Selanjutnya" karya-karya monumental Aristoteles yang tidak terekam adalah buku berjudul Oryanttn mengenai categories di mana buku itu menjelaskan logika. Buku Or Interpretation yang membahas berbagai tipe proposisi. Buku Pnor Analytics yang membicarakan silogisme. Posterior
-
40 Akib, H., "Attikulasi peran Aristole/es datam
Membntuk
Wajah Sains Modem'
Arwiytic.s yang menjelaskan pengetahuan saurs dan On Sophistical Rejfutation:s yarg membuldikan kepalsuan logika orang sofis. Aristoteles tebih 3auh mengemukakan pengelompokan -ilmu pengetahuan ke dalam ilmu-ilmu teolitis yang diarahkan pada pengetahuan saja dan ilmu{[mu prahts dimana pengetahuan ditujukan pada praksis (Melsen, lW2: l4\, atau jika memakai klasifikasi tilsatht dapat dibagi ke dalam tiga bidang studi, l atcni iiisafat spekulatif atau teoritis, filsafat praktik4 dan filsafat produktif (Rapar, 2000: 34). Klasifikasi bidang filsafat spekulataif itu sama dengan ilmuilmu teoritis, kemudian {ilsafat prakuka dan filsafat produktif sama dengan ilmu-ilmtr praktis. Pembagian ihnu-ilmu praktis mengikutr kaidah praksis yang
bersangkutan. fuIisalnya, etika menyangkut undakan yeng tepat; politik menyangkut bagaimana menrperoleh, menggunakar dan mempertahankan kekuatan, serta kekuasaan yang dimiliki. Dengan kata lain, filsafat prakdka uremberi petunjuk dan pedoman bagr thgkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya. Sasaran terpenting bagi fi-lsafat praktika ialah membentuk sikap dan perilaku yang akan menstimulasi manusia bertindak secara ilmiah sekaligus otis. tsegitu pula bidang lain, seperti poetika yang menyangkut produlcsi yaog tepat (membftin sesuatu dengan tepat) dan logfta menyangkut argumentasi yang tepat. Sementara itu" ilnu-ilmu teoritis tertentu bertumpu pada prinsip pengelompokan yang lain, yaitu prinsip mengenai cara melihat realitas menurut aspek-aspeknya yang material dan kualitatitl Jadi, filsafat spekulatif atau teoritis bersifat objektif dengan tujuan pengetahuan demi pengetahuan itu seruliri.lvlaternahka atau ilmu pasti tidak mernperhatrkan aspek-aspek material dan kualitatif tetapi hanya memandang aspek-aspek kuantitatif. Akhirnya, metafisika melihat realitas menurut aspek-aspetnya yang paling umum dan fundamental, yaitu sejauh realitas itu ada. Mengingat kekayaan kiazanah pem*iran Aristoteles, maka untuk dibahas secara komprehensif dan terpisah-pisah dalam suatu tulisan adalah amat suli( apalagr pemitiran tersebu teftait satu sama lain Ketika berbicara masalah negara sebagai koateks misalnya" maka aqpek politft dan hukum justru mewaraai isinya Oleh karena ttu, pada uraian berikut hanya aknn drteinban gkan beberapa bitlang secara bersama-sama Ajaran Aristoteles tentang negara b€rkaitan erat dengan ajarannya tentang etika. Dapat dikatakan bahwa qiaran Aristoteles tentang negara mewujudkan laqiutan dan penyelesaian ajarannya tentatrg €tika- HaI ini dapst dipahami karena fiIsaf'at politik klasik senantiasa bermuara pada €tfta yang pada saat itu menduduki tempat paling mulia di anara segala cabmg filseftt Persoalan yang dikemukakan dan penanyaan yaog diajr*an rl€rupeknn abstraksi moral yarrg bersumber dari upaya untuk memberi makna bagi kehidryan individu dan masyarakat. Dengan dernikian, ada tujum lebih pasn' dm iebih agung (lebitt etis) yang hendak diraft kendati harus melewati periumgro yag tidak knqlung selesai.
41
Jurnal BAC/.Yolume ll, Nomor Januarilvlarct 2OO9
I,
Buku daras Aristoteles tentang Etika Nikomacheia dan Politik merupakan buku klasik filsafat dan sosiologi politik, serta bersama dengan Politeia Platon menjadi dua paradigma fundamental pendekatan politis, sekaligrrs sebagai salah satu argumentasi terkuat melawan gambaran dangkal bahwa hanya keterlibatan datam praksis yang menghasilkan fiisafat bermutu dan bennakna bagi praksis. Walaupun.Aristoteles meniadi pendidik Iskandar Agung dan dari Athena dapat rnenyaksikan muridnya mendirikan salah satu kerajaan terbesar dalam sejirah, namun perkonbangan p'olitik ketika itu tidak nreninggalkan jejak apa pun dalarn fiisafat politik Aristotels, Dengan kata lain, Aristoteles birmsatat seakan-akan tidak ada bentuk lain dari polls, negara kota Yunani (Suseno, 2000: 16). Manusia adalah zoon potttikttr? atau mahluk sosial dan malrluk hidup yang membentuk masyarakat. Demi keberadaan dirinya maka diperlukan persekutuan dengan orang lain. Unttrk keperluan itu, dibutuhkan suatu negara, karena melalui negara lah masyarakat dapat hidup dengan baik (Hadiwidjono,1992 53). Pada sumber lain dinyatakan bahwa negara adalah he elomonia plitike fuosekutuan yang berbartuk polis) yang dibeng* derni
kebaikan tertinggi (the highest SouA
bag
manusia. Negara haras
me,ngupayakan dan menjamin kesejahteraan bersama yang seb€sa-b€sarrya karena hanya dalam kesejahteraan bersama, kesejahteraan individu dapat diperoleh (Rapar, 2000: 76). Pandangan ketatanegaraan Aristoteles memiliki keunikan karena tidak semua bentuk negara adalah baik. Bennrk negara yang buruk ialah tirani, yaitu pemerintatrau oleh seorang lslim, begitu pula benhrk pemerintahau oleh kelompok kecil orang, dan demokrasi yaitu pemerintahan rakyat oleh orang
berpendidikan atau tidak, kaya atau miskin, Negara yang demikian tidak mungkin meneapai tujuannya. Sebaliknya, menurat fuistoteles, susunan negara yang tergolong ideal ialah negara "monarh't yaitu pemerintahan seorang raja atau aristokrasi dimana pe,merintahan dipinpin oleh kaum ningat dan pollteia yaitu pemerintahan oleh banyak orang. M€rurutAristoteles, alangkah baiknya manakala suat negara diperintah oleh seorang "filsuf-raja" yang me,miliki pengetahuan sempurna dan amat bijaksana kare,lra akan menjamin tercapainya kebaikan tertinggi bagi warga tregara. Akan.tempi di dunia ini tidak mungkin ditsmuken seofang jBlsuf-raja yang sempurna. Oleh karena itu, Aristoteles menyat{kso bahwa yang penting ialah menyusun konstitusi terbaik yang menjadi sumber kekuasaan dan pedoman pe'merintahan bagr para p€nguasa. Dengan kata lain, b€ntuk yang paling baik iarlah politeia yang bersifat demokratis-moderet atau demokrasi dengan undangudang dasar, sebab hak memilih dan dipilih bukm pada semua oratrg, melainkan pada golongan tengah yang memiliki sen$ata dan telah biasa berperang. Benhrk pemerintahan ini iah yang memberikan jaminan terkuag bertahan lam4 dan terhindar dari pe.rbrntarl yang bolebihan. Hal yang jugn amat penting dicatat ialah Aristoteles tidak menyelesaikan ajarannya tqrtang negara yang ideal itu. Setelah zaman Aristotetres, pemerintahan kota (polis) mulai mengalami kemerosotan. Tafsir (2000: 62) dan
42 Akib, H.,'Artikulasi Feran Anstote/es dalam MemfF'ntuk Wajah Sains Modem'
f{arliwijono (2000: 53) urenjeiaskan bahwa kemunduran fi"isafat sejalan dengan kemundrran politik ketika ift, yaitu sejalan dengan terpecahnva menjadr bagian-bagran kecil imperium besar yang dibangun oleh Alexander. Pada uraian Aristoteles tentang politik, juga secara eksplisit dibahas aspek hukunr yang berlaku dalam suatu negara yang terbentuk. Aristoteles berpendapat bahwa hukurn adalah sumber kekuasaan dalam negara (Rapar, 2000: i4). Hal ini riidasarkan pada asumsi bahwa, jika hukum menladi sumber kekuasaan rnaka baru lah pernedntahan penguasa terarah untuk kepentingan (intercst), kebaikan dan kesejahteraan umum (bersaura). Hukum sebagai sumber kel:uasan hanrs memilki kekuasaan Can kedaulatan tertinggi dalam negara. Bagr Aristoteles huhunlah yang seharusnya memiliki kedautan tertinggi, bukan manusia, karena bagaimana pun arifirya penguasa tidak ;nungkin dapat menggantikan kedudukan hukum.
lristoteles adalah filsuf pertama yang membedakan antara customary laws thrftum kebiasaan) dengan written Iaws (hnkum tertulis). Hlftum kebiasaan ialah landasan dail segala pengetahuan dan pengalaman manusia di se,panjang rnasa, Oleh sebab itq hukum kebiasaan benifat abadi, berlaku deugan seudirirrya dan pada dasarnya unchangeable. Sementara itu, hukum tertulis selunrhnya dibuat, disusun dan diterapkan oleh manusia, serta bersifat changeable sesuai dengan keadaan dan kebutuhan manusia. Kaitan Pemikiran Filsuf Sebelum dan Sesudah Aristoteles Pemahaman penting yang dapat ditarik dari uraian berikut ialah laeativitas Aristoteles mengeritik pemikiran guruuy4 Plato, sembari upayanya melahirkan
ponikiran banr yang menjadi fundarnental bagr pembentukan
dan
perkerrbangan ilmu pengetahuan. Lebih daripada itu, perkembangan penting dalarn filsafat menunrt Tafsir (2000: 6l) dibautu oleh klasifikasi yang diperkenaikan Aristoteles. Aristoteles tertarik pada fakta spesifik dan umum (universal) sekaligus. Pada satu sisi, Aristoteles mementingkan observasi, yaitu memulai dari gejala partikular menuju konklusi universal. Jadi infuksi menqiu generalisasi. Pada situasi ini pula tampak perbedaannya dengan Plato, karona sangst tertarik pada pengetahuan kealaman dalam fflsafat Poespowardojo (Kiliah: 5 Desember 2000) secara lugas menyatakan bahwa fuistoteles mengakui bahwa setting pengBtahuan harus bertolak dari pengalaman aau penginderaan. Pada sisi lainpenalaran silogistik deduktif yang diper*.enalkan juga merupakan bukti bahwa Aristoteles menerima peirdektan deduktif Plato dianggap sebagai re,prese,ntasi fiIosof sebeium Aristoteles karena Plato merapakan 'gunr" Aristoteles dan yang terpeuting ialgh "ftssamaan" pemikirsnnya dalam mengajarkan dua jenis pengenalan, yakni pengenalan inderawi dan pengenalan rasional (Hadiwijono: 2000: 52). Meskipun Aristoteles "berat sebelah"' karena mengarrgg4p bauya p€nganatan rasional yang manbimbingke arah ilmu pengetahuan. Menurut Aristoteles, pengenalan inderawi rnemberi pengetahuan tentang bentuk beuda tanpa materinya. Hal ini sama dengru h-lin yang padanya diberikan cap. LHin itu hanya menerima b@trrk cry. bukm capnya, karena
+-l
BAC;/. Vsiume ll, l'lomor 1, Januari-Marct 2OQ9
Jurnal
kualitas telah tersirat dalam bendanya sendiri. Di sini, pengetahuan inderawi ittt, U*t"it* dengan hal-hal konkrit dari suahr benda tertentu. Sementara jenis dan hakekat mengenal dapat ;*ggn;lt" raiional atau rasio itu sendiri io.i"to. Pengamatanrasional ini lah yang memimpin kepada ilmu pengetahuan hanya terdiri i5a2;i. GUt jauh Aristoteles menyatakan, ihnu pengetahuan tentang halpengetahuan ilmu ada tidak artinya pfigroalan ra.sional saja, yang umum dan tentang.iral-hal u"i ydrikonkrit. Ihnu pengetahuan hanya abstraksi dapat iafari rienuju ihnu pengetuhuan adalah abstraksi. Jalan fi*isatt uo 6uh*u, jit
[*i
t'lt
i*gro
i*g
jup
44 Akib, H., "Artikutasi furan Aristote{a da{am Mem&ntuk l,Vb1.ah Sains Mociem"
ialah ketika memperkenalkan istilah "intelek", yakni yang mengeluarkan jiwa manusiawi dan. menguasai bumi beserta selunrh isinya, padahal istilah itu berasal dari Aristoteles (Bertens,2000: 30). Ibn Rushd yang sangat mengagumi sekaligus banyak mengomentari karya Aristoteles sehingga digelari "sang komentator" ditanpilkan karena sama dengan Ibnu Sina, yakni dipenganrhi oleh pemikiran Aristoteles. Pemikiran Ib:ru Rushd meugenai dua hal, yalad Allah yang diauggap penyebab yang menciptakan segala sesuatu dan "nronopsikisme (ajaran yang banyak menyebabkan kericuhan dalam dunia Skolastik sepaqiang abad pertengahan) menrpakan suatu interpretasi atas beberape baris karangan Aristoteles. Dengan kata lain, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd menjadikan pemikiran Aristoteles sebagai sumb er inspirasi utilma pemikirannya (Bertens, 2040 : 32). Rene Descartes dengan kesangsian metodisnya ditampilkan karena tidak puas dengan filsafat pada zamannya ysng didasarkan atas dalil Aristoteles (Suseno, 2000: 70). Sementara itu, Hegel menjadftan pemikiran fuistoteles sebagai tesis vl.s-a-vls pemikiran Immanuel Kant sebagai antitesis. Namun, pada alshrinya Hegel tetap kembaii kepada intight Aristoteles bahwa hidup etis terlaksana dalam partisipasi pada kehidupan polis, kehidupan kenegaraan kota. Bagi Aristoteles, berpolitik dalam arti partisipasi dan beretika adalah sama (Suseno, 2000:l 13 dan Bertens, 2000: 68). Jurgen Habermas, sebagai tokoh mazhab Frankfitrt, memahami praksis Aristoteles sebagai komunikasi yang mewujudkan kehidupan nyata masyarakat Dengan dem-ikian, teori lritis Habermas unfirk melahifkan masyarakat komunikatif juga diinspirasi oleh pemikiran etis Aristoteles (Suseno, 2000: 176). Meskipun de,mikian, pemikiran Francis tsacon de verulam juga penting disajil
f'cnutlp dilalrtelaknngi asumsi pemikiran filosof Y mani kuno. Salah tenta$g ilrnu pengetahuan ktazanah seorang filosof yang re,presentatif di masanya ialah Aristoteles, karena telah menata fundamen bagi pembentulsan dan perkembangm ilmu pengetdhuan (sains) modern. Dalam uraiannya tentang pengetahum dsr r-tmu pengetahuan, Aristoteles membedakan theoriq dengan prwis. sdaligus membedakan pengetahuan teoritis dan pengetahuan pratTis pemr-kiran pertama dikembangkan demi pengetahuan itu sendiri ol* mmisia 1mg pada dasanrya Perkeurbangan ilmu pengetahuan selarna berabad-abad
45 Jurnal BACAVolume ll, Namor 7, Januari-Marct2@9
sangat menggetnari pengetahuan. Sulangkan pengetahuan praktis dienggitp agak menj;uh dari pengetahuan yang benar karena lebih merupakan keterampilan. Begitu pula tentang metode ilmu pengetahuan, dipengaruhi oleh pemikiran para filsuf Yunani Kuno, khususnya Aristoteles. Metode silogistis deduktif yang dikaitkan dengan logika, merupakan sisi amat penting yang mewarnai khazanah pemikiran Anstoteles. Signifikansi hal itu terlihat dari pengakuan bahwa Aristoteles adalah pelopor, penemu atall Bapak Logika, raeskipun istilah logika itu sendiri tidak pernah rligurtakan, *.tuiot an perrama kali digunakan oleh Zeno, pendiri Stoisisme. Selain itu. keberagaman ajaran aristoteles yang terlihat dari berbagai bidang ilrnu, seperti matemitika, logika, politik, hulirum, etika dan lain-lain, menrpakan sisi penting lainnya yang metlunjukkan keluasan dan kedalaman khazanah pernikirannya, apalagl setelah dimatangkan oleh filsuf lain' raitan pemikiran Aristoteles dengan filosof sebelumnya" kltsulnya Plato, didasarkan pada alasan batrwa selain Plato sebagai guru Aristoteles, juga dan yang terpenhng ialah adanya kesamaan pernikiran keduanya dalam mengaiarkan dua jenis "petrgenalan", yakni pengenalan inderawi dan pe,ngenalan rasional. Dua pengenalan ini lah yang membimbing ke arah penrUent*an dan perkembangan ilnu pengetahuan dan filsafat. Plato mengUUmakan model ilmu apriori, sedangkan Aristoteles memadukan model apriori dan apostenbri. Seme,ntara itu, dalam kaitannya dengan filsuf yang autuog kemudian maka selain banyak filosof atau tokoh yang meneruskan pemil
-
+o Akib,
i1.,'Artikulasi Feran Arrsticges dalam Mem&ntuk Waiah Sains Modem"
Daftar Bacaan Bagus, Lorens. 20A0. Kamus Filsalat. Jakarta: PT Gramedia Fustaka Utama. Bertens, K. 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yagyakarta: Kanisius. . 1999. Etika..Iakarta: Gramedia Pustaka Utama' D.lfgruuu*, tserhard. lV)Z. Seiarah Ringkas t''ilsaJat Ear at' Yogl'akarta: P'l'
Tiara Wacana HaCiwijono. Harun. 1992. Ssri Sejarah lTilsalht Bamt 2. Yoryakarta: Kanisius Hardiman, F Budi. 1993. Menuiu lv'lasyarakat Kt:munilmti/: Ilmu Masyaralwt, Politik cian Pastmodernisme Menurut Jurgen Habermas. Yoryakarta: Kanisius Lodge, Rupert. 1949. The Great Thinkers.Inndon: Routledge and Keegan Paul Limited. Poespowardojo, Soerjanto. 2000. Bafum Kuliah hilsafat Umu Pengetahuan, Frogram Doklor FISIP Universitas lndonesia' Rapar, Jan Hendrik. Pengantar ltitsafat- Yogyakarta: Kanisius sainraan, Ahmad Muflih. 1987. Desehtlariwsi Pemikiran. Bandung: Mizan Suseno, Franz Magnis. 1992. bilvfat Sebagai llmu Kritis. Yoryakarta: Kanisius. Sufrisno, F.X Mudji dan F. Budi Hardiman 19Fi2. Para Filsuf Penentu Gerak 7-a I na n, Yogyakarta: Kani sius' Tafsir, Ahmad.-2000. Filsafat (Jmum: AkaI clan Hati sejak Thale5 sampai Chapra, Bandrurg: PT. Remaja Rosdakarya Verhaalr, C dan Haryono [nam. 1959. Filsafat llmu Pengetahuan: TelaahAas Cara Keria llmu-ilmu. Jakarta: PT Cramedia Jakarta'