Analisis Bioekonomi Pada Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelangis Besar (Heru Susilo)
25
LAJU DEGRADASI DAN LAJU DEPRESIASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BONTANG (Degradation and Depreciation Rates of The Big Pelagic Fish Resources Utilization in Bontang Sea)
Heru Susilo Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, FPIK-UNMUL
ABSTRACT This research aimed to determine degradation and depreciation rates of the big pelagic fish resources in Bontangsea. This research was conducted during three months from February to April 2010 in Bontangsea. In data collection it was carried out by applying survei method, analysing primary and secondary data and conducting purposive sampling approach. The results showed that calculation of degradation and depreciation rates on utilizations for the big pelagic fish resources at average of 0.25 and 0.42 per year, and there was a trend increasing of both degradation and depreciation rates in 2008 that showed value of degradation rate by 0.40 and value of depreciation rate by 0.58. Keywords: big pelagic fish resources, degradation and depreciation rates, bontang sea
PENDAHULUAN Perairan Bontang memiliki potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang sangat besar. Pada Tahun 2009 tercatat produksi perikanan tangkap di perairan Bontang sebesar 7.656,30 ton atau mengalami kenaikan sebesar 45,78% dari Tahun 2008 yang hanya sebesar 5.251,80 ton. Potensi ini tentunya mengambarkan bahwa sektor kelautan terutama kegiatan perikanan tangkap memberikan sumbangan yang signifikan bagi daerah dalam mengejar target pendapatan daerahnya. Peningkatan produksi perikanan tangkap tidak terlepas dari karakteristik kelautannya maupun adanya penambahan jumlah penduduk di Kota Bontang, sehingga berdampak juga pada peningkatan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Bontang. Laporan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang, 2008 mencatat jumlah penduduk di Tahun 2008 sebesar 133.512 jiwa atau mengalami kenaikan 29,81% dari Tahun 2001 yang menyebabkan semakin meningkatnya permintaan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani yang berasal dari ikan. Meningkatnya permintaan terhadap sumberdaya berdampak pada meningkatnya eksploitasi sumberdaya ikan sehingga mengakibatkan semakin tingginya tekanan terhadap keberadaan sumberdaya ikan khususnya ikan pelagis besar di perairan Bontang (Susilo, 2010). Adanya sifat umum dari pemanfaatan sumberdaya laut yaitu bersifat terbuka (open access) semakin menambah peningkatan eksploitasi yang cenderung bebas tanpa batasan selama kemungkinan memperoleh manfaat atau
keuntungan masih bisa diperoleh. Kondisi ini dikhawatirkan menimbulkan degradasi pada sumberdaya ikan, sehingga diperlukan perhatian yang serius melalui pengaturan yang baik (goodmanagement) didalam pemanfaatan sumberdaya ikan khususnya sumberdaya ikan pelagis besar agar ancaman kepunahan akan sumberdaya ikan di perairan Kota Bontang dapat dihindari. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui laju degradasi dan laju depresiasi dari pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di perairan Bontang. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga April Tahun 2010 dengan menggunakan metode survei. Data yang dianalisis meliputi data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangan dan data sekunder yaitu data dari hasil survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait. Analisis cacth per unit effort (CPUE) CPUEt
catcht effortt
t 1,2,...n Analisis fishing power index (FPI)
E std i E i
i =
Ui U std
EPP.Vo. 7. No.2. 2010 :25-30
26
Estimasi Parameter Biologi Estimasi parameter biologi dapat dilakukan dengan menggunakan model surplus produksi dari Schaefer (1954). Hasil tangkapan maksimum lestari dilakukan dengan cara menganalisis hubungan antara upaya penangkapan (E) dengan hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) menggunakan persamaan : q2K 2 h qKE E r Nilai parameter biologi r, q dan K diperoleh dari perhitungan menggunakan model-model estimasi pendukung dari persamaan Schaefer adalah sebagai berikut (Sobari, Diniah dan Isnaini 2009) : 1. Algoritma Fox x n ln y q t i z
1/ t
,x
z U t
1
Maka
K
(2 r ) e ( 2r ) q
q (2 r )
Estimasi Parameter Ekonomi 1. Estimasi Biaya Input C pj trip
biaya trip
1 t
h pj C pj hz C std (C pj C pj ) / 1000000
C t (C std IHK ) / 100
2. Estimasi Harga Output n
z 1 , y U t 1 a U U t 1 z t 2 b , dan Kq 2 K r q
P
i
Pn
n
n
i 1 ...n
Pt= Pn IHK t IHK n
2. Schnute
Analisis laju Degradasi
U r U U t 1 E1 Et 1 ln t 1 r t q kq 2 2 Ut
1
DG
1 e
h h
Maka
r,
r , kq
q,
dan K
Analisis Laju Depresiasi
DP
1 1 e
3. Walter-Hilbon (WH) PEMBAHASAN U t 1 r 1 r U t qEt U kq t
Maka
r,
r kq
, q,
dan K
4. Clark, Yoshimoto and Pooley (CYP) lnUt 1
2r
2 r
r
ln(qK)
2(1 ) (1 )
(2 r) q ln(Ut ) (Et Et 1) (2 r) (2 r)
Standarisasi Alat Tangkap Pada sumberdaya ikan pelagis besar, standarisasi alat tangkap dilakukan terhadap alat tangkap yang memiliki produktivitas tertinggi. Sumberdaya ikan pelagis besar di Perairan Bontang sebagian besar ditangkap oleh alat tangkap pukat cincin dan pancing. Alat tangkap pancing distandarkan ke alat tangkap pukat cincin yang mana alat tangkap pukat cincin memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari kedua alat tangkap tersebut. Standarisasi alat tangkap pada sumberdaya ikan pelagis besar dapat dilihat pada tabel 1.
Analisis Bioekonomi Pada Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelangis Besar (Heru Susilo)
27
Tabel 1. Standarisasi Alat Tangkap Pada Sumber Daya Ikan Pelangis Besar.
(r), dimana sumberdaya ikan pelagis besar akan tumbuh secara alami tanpa ada gangguan dari gejala alam mau pun kegiatan manusia sebesar 0,38 ton per tahun; 2) koefisien daya tangkap (q), yang mengindikasikan bahwa setiap peningkatan satuan upaya penangkapan akan berpengaruh sebesar 0,000090 ton per trip; dan 3) daya dukung lingkungan (K), yang menunjukkan kemampuan ekosistem mendukung produksi sumberdaya ikan pelagis besar sebesar 3.920,51 ton per tahun.
Sumber : Data Primer diolah, 2010
Estimasi Parameter Ekonomi Data cross sectionuntukbiayainputdiperolehdariresponden yang menggunakanalattangkap yang terkaitdengansumberdayaikanpelagisbesar, sedangkan data hargaoutputdiperolehdarihargaseluruhspesiesber dasarkankelompoksumberdayaikanpelagisbesar. Hasilestimasisecarakeseluruhandaribiayariilinpu t danhargariiloutput padasumberdayaikanpelagisbesardapatdilihatpa daTabel 3. Tabel 3.Data Series BiayaRiilInputdanHargaRiilOutput SumberdayaIkanpelagisBesar
Estimasi Parameter Biologi Pada tabel 2 dapat dilihat perbandingan tingkat pertumbuhan intrinsik (r), koefisien daya tangkap (q) dan daya dukung lingkungan (K) dari masing-masing model estimasi. Tingkat pertumbuhan intrinsik (r) yang paling tinggi dari keempat model estimasi tersebut adalah model estimasi Schnute yaitu sebesar 2,30 ton per tahun, sedangkan untuk koefisien daya tangkap (q) yang tertinggi adalah model estimasi Walter-Hilbron, yaitu 0,0008 ton per tripdan model yang memiliki nilai daya dukung lingkungan (K) tertinggi adalah model estimasi CYP yaitu sebesar 49.976,49 ton per tahun. Tabel 2. Perbandingan Data Aktual, Parameter Biologi, MSY dan Uji Statistik Pada Sumberdaya Ikan Pelagis Besar.
Sumber : Data Primer diolah 2010
Sumber : Data Primer diolah, 2010 Berdasarkan uji statistik, model estimasi yang memiliki nilai signifikansi uji F dibawah 0,05 dan nilai adjusted R2 lebih tinggi dibandingkan dengan model estimasi yang lain adalah model estimasi Algoritma Fox, sehingga model estimasi Algoritma Fox yang digunakan untuk menggambarkan kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di Perairan Bontang. Parameter biologi yang diperoleh dengan menggunakan model estimasi Algoritma Fox meliputi :1) tingkat pertumbuhan intrinsik
Estimasi Biaya Input Dari Tabel 3 dapat diketahui besaran ratarata biaya riil dari sumberdaya ikan pelagis besar adalah Rp1,56 juta per ton. Tabel 3juga menunjukkan biaya input tertinggi dan biaya input terendah dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya di Perairan Bontang selama Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2008. Biaya input tertinggi pada sumberdaya ikan pelagis besar sebesar Rp3,05 juta per ton, sedangkan biaya input terendah pada sumberdaya ikan pelagis besar sebesar Rp0,40 juta per ton.
Estimasi Harga Output
EPP.Vo. 7. No.2. 2010 :25-30
Dari Tabel 3 diketahui besaran rata-rata dari harga riil output dari sumberdaya ikan pelagis besar sebesar Rp10,46 juta per ton. Tabel 3 juga menunjukkan harga riil output tertinggi dan harga riil output terendah dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya di Perairan Bontang selama Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2008. harga riil output tertinggi pada sumberdaya ikan pelagis besar sebesar Rp20,36 juta per ton, sedangkan harga riil output terendah pada sumberdaya ikan pelagis besar sebesar Rp2,70 juta per ton. Analisis Produksi Aktual, Produksi Lestari, Effort dan CPUE Pada Gambar 1 menunjukkan perbandingan produksi, effort dan CPUE pada sumberdaya ikan pelagis besar dari Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2008. Gambar tersebut menunjukkan grafik jumlah produksi yang berfluktuatif dimana pada Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2004 mengalami kenaikan meskipun sempat mengalami grafik penurunan di Tahun 2001 (132,87 ton per tahun) dan Tahun 2005 ( 166,70 ton per tahun). Pada grafik jumlah effort selama Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2008 terlihat fluktuasi kenaikan di awal-awal tahun, namun mengalami penurunan diakhir tahun. Pada Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2002, jumlah effort mengalami peningkatan, namun jumlah effort menurun pada Tahun 2003 sebanyak 2.466 trip per tahun. Jumlah effort kembali mengalami peningkatan di Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 sampai akhirnya kembali mengalami penurunan. Pada Tahun 2008 jumlah effort tercatat sebanyak 2.887 trip per tahun. Nilai CPUE terlihat pola yang fluktuatif mengikuti perubahan yang terjadi pada jumlah produksi dan jumlah effort. Nilai tertinggi CPUE terjadi pada Tahun 1998, yaitu sebesar 0,43 ton per trip per tahun dan nilai yang terendah terjadi pada Tahun 2006, yaitu sebesar 0,03 ton per trip per tahun.
Gambar 1. Perbandingan produksi, effort dan CPUE pada sumberdaya ikan pelagis besar tahun 1998-2008
Penurunan produktivitas hasil tangkapan (CPUE) dari sumberdaya ikan pelagis besar akibat peningkatan aktivitas penangkapan (effort) dijelaskan pada Gambar 2. Hubungan antara CPUE dan effort pada
28 sumberdaya ikan pelagis besar memiliki persamaan y = -3E-06X + 0,141 yang artinya setiap terjadi peningkatan effort sebanyak 1 trip maka CPUE akan turun sebesar 0,000003 ton per trip. Hal ini menunjukkan kondisi sumberdaya ikan pelagis besar cenderung mengalami overfishing secara biologi (biological overfishing).
Gambar 2. Hubungan antara CPUE dan effort pada sumberdaya ikan pelagis besar tahun 1998-2008
Perbandingan produksi aktual dan produksi lestari pada sumberdaya ikan pelagis besar dari Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 3. Volume produksi aktual dan volume produksi lestari sumberdaya ikan pelagis besar di Perairan Bontang mengalami fluktuasi, dimana meningkatnya volume produksi aktual pada satu waktu diikuti oleh peningkatan volume produksi lestari dan pada waktu yang lain. Meningkatnya volume produksi aktual diikuti oleh menurunnya volume produksi lestari. Peningkatan volume produksi aktual yang diikuti oleh peningkatan volume produksi lestari terjadi pada Tahun 2008, dimana volume produksi aktual pada Tahun 2008 meningkat sebesar 810,50 ton dibandingkan dengan Tahun 2007, yaitu sebesar 261,70 ton dan volume produksi lestari di Tahun 2008 meningkat sebesar 312,61 ton dibandingkan Tahun 2007, yaitu sebesar 105,39 ton, sedangkan penurunan volume produksi aktual yang diikuti oleh penurunan volume produksi lestari terjadi pada Tahun 2006, dimana penurunan volume produksi aktual pada Tahun 2006 sebesar 158,40 ton dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 166,70 ton dan penurunan volume produksi lestari Tahun 2006 sebesar 20,38 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 248,75 ton. Peningkatnya volume produksi aktual yang diikuti oleh penurunan volume produksi lestari terjadi pada Tahun 2004 dimana volume produksi aktual pada Tahun 2004 meningkat sebesar 335,46 ton dibandingkan dengan Tahun 2003, yaitu sebesar 295,800 ton, namun volume produksi lestari di Tahun 2004 menurun sebesar 345,96 ton dibandingkan Tahun 2003, yaitu sebesar 355,93 ton. Peningkatan atau penurunan volume produksi aktual dan volume produksi
Analisis Bioekonomi Pada Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelangis Besar (Heru Susilo)
lestari disebabkan oleh peningkatan atau penurunan upaya tangkap (effort), kemampuan armada atau alat tangkap yang digunakan oleh nelayan serta kemampuan sumberdaya ikan pelagis besar dalam melakukan perbaharuan atau memperbaharui diri.
29
0,58 sudahmelewati batas nilaitoleransi, sehinggatindakanpreventif pada pemanfaatansumberdayaikanpelagis besar harussegeradilakukan agar nilaikoefisiendegradasi dan depresiasitidaksemakintinggi. Lebihjelasnyadapatdilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Hasil Analisis Laju Degradasi dan Laju Depresiasi pada Sumberdaya Ikan Pelagis Besar.
Gambar 3. Perbandingan produksi aktual dan produksi lestari sumberdaya ikan pelagis besar
Gambar 4, menunjukkan kurva hubungan produksi Lestari, produksi aktual dan effort sumberdaya ikan pelagis besar. Selama Tahun 1998-2008, sebagian besar volume produksi aktual sumberdaya ikan pelagis becil pada tahun-tahun sebelumnya berada didalam kurva produksi lestari, namun pada pada Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2008 volume produksi aktual berada diluar kurva produksi lestari. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan sumberdaya ikan pelagis besar dalam melakukan perbaharuan atau memperbaharui diri sudah berkurang, sehingga pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di Perairan Kota Bontang terindikasi mengalami overfishing secara biologi (biological overfishing).
Gambar 4.Kurva hubungan produksi lestari, produksi aktual dan effort sumberdaya ikan pelagis besar
AnalisisLajuDegradasi dan LajuDepresiasi Pada sumberdayaikanpelagis besar, nilaikoefisienlajudepresiasi pada Tahun 1999 dan Tahun 2000 melebihinilaitoleransisehingga pada tahuntersebuttelahterjadidepresiasi. Ratarata nilaikoefisienlajudegradasi dan depresiasiselamaTahun 1998-2008 lebihkecildarinilaitoleransikoefisienlajudegradas i dan lajudepresiasi. Nilai rata-rata lajudegradasi dan lajudepresiasihanyamencapai 0,25 dan 0,42, namunterdapatkecenderunganmeningkatmulaite rlihat di Tahun 2008, dimana nilaikoefisienlajudegradasisebesar 0,40 hampirmendekatinilaitoleransi dan pada tahun yang sama nilaikoefisienlajudepresiasisebesar
Sumber :Data Primer yang diolah 2010 Pada sumberdaya ikan pelagis besar selama Tahun 1998-2008 mempunyai track record terdepresiasi pada Tahun 1999 dan Tahun 2000, kemudian pada tahun-tahun berikutnya sumberdaya ini berada pada zona aman dengan nilai koefisien laju degradasi dan laju depresiasi dibawah 0,50 (nilai toleransi). Pada Gambar 2 terlihat indikasi peningkatan nilai koefesien laju degradasi di Tahun 2008, dimana pada tahun tersebut pola grafik laju degradasi mulai mendekati nilai toleransi dan pada tahun yang sama juga terlihat pola grafik laju depresiasi yang sudah melewati batas nilai toleransi. Meskipunpergerakanpolagrafikterdapatperbedaa npadatahun-tahunawal, namunsecarakeseluruhanpolagrafiklajudegradas idanlajudepresiasipadasumberdayaikanpelagisbe sarhampirsama. Hal inimengindikasikanbahwakondisibiologisumber dayaikanpelagisbesarakansangatberpengaruhpad atingkatrenteekonomi yang akandiperolehnelayan di PerairanBontang. DapatdilihatpadaGambar 2.
Gambar5
EPP.Vo. 7. No.2. 2010 :25-30
LajuDegradasidanLajuDepresiasipadaSumberda yaIkanPelagisBesar KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rata-rata nilai koefisien laju degradasi dan laju depresiasi selama Tahun 1998-2008 lebih kecil dari nilai toleransi sebesar 0,50, dimana rata-rata koefisien laju degradasi dan laju depresiasi pada pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar sebesar 0,25 dan 0,42. 2. Terdapat kecenderungan peningkatan laju degradasi dan laju depresiasi di Tahun 2008, dimana nilai koefisien laju degradasi sebesar 0,40 hampir mendekati nilai toleransi dan laju depresiasi sebesar 0,58 sudah melewati batas nilai toleransi.
3. Secara
keseluruhan pola grafik laju degradasi dan laju depresiasi pada sumberdaya ikan pelagis besar hampir sama yang mengindikasikan bahwa kondisi biologi sumberdaya ikan pelagis besar akan sangat berpengaruh pada tingkat rente ekonomi yang akan diperoleh nelayan di Perairan Bontang.
Saran 1) Pemerintah daerah segera melakukan tindakan preventif pada pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar agar laju degradasi dan laju depresiasi tidak semakin besar 2) Mengatur jumlah upaya tangkap (effort) dari sumberdaya ikan pelagis besar ke tingkat eksploitasi optimal sehingga kelestarian sumberdaya perikanan dapat berkelanjutan. 3) Sistem pengawasan (monitoring), evaluasi (evaluation) dan pendataan hasil perikanan yang sistematis harus dilaksanakan secara konsisten serta ditegakkannya hukum dan peraturan sehingga tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Kalimantan Timur dan (BPS) Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur dalam Angka 2008 Samarinda. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
30 Propinsi Kalimantan Timur dan Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur. 452 hal. [Diskanlut] Dinas Perikanan dan Kelautan dan Kota Bontang 2007. Laporan Statistik Perikanan dan Kelautan Kota Bontang. Pemerintah Kota Bontang. Fauzi A dan S Anna. 2005. Permodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. Jakarta. PT GramediaPustakaUtama. 343 hal. Gulland JA. 1983. Fish Stock Assesment : Manual of Basic Method. New York : Wiley and Sons Inter-science. Volume 1, FAO/Wiley Series on Food and Agricultural. 233 p. Susilo H. 2010. Analisis Kebijakan Ekonomi dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Perairan Kota Bontang Kalimantan Timur [Tesis] Tidak Dipublikasikan. Bogor : Sekolah Pascasarjana-Institut Pertanian Bogor. 250 hal Schaefer M. 1954. Some Aspects of the Dynamics of Populations Importent to the Management of Commercial Marine Fisheries. Bull. Inter-Am. Trop.Tuna. Comm. 1:27-56. Sobari MP, Diniah, Widiastuti. 2009. Kajian Model Bionomi terhadap Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layur di Perairan Palabuhanratu. [makalah seminar] Prospdpng Seminar Nasional Perikanan Tangkap. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. ISBN:978-979-1225-22-9. Hal 105117.