3
HASIL Respon pertumbuhan tanaman terhadap media. Media berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering akar, panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, diameter akar primer tunggang, dan jumlah akar sekunder pada akar primer tunggang (Tabel 2). Tanaman jarak pagar yang ditanam pada media tanah kompos (1:2) menghasilkan nilai lebih tinggi pada lima komponen pertumbuhan yang berbeda nyata tersebut, kecuali bobot kering akar dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada media kompos 100%. Karakteristik pertumbuhan jarak pagar. Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata terhadap semua komponen pertumbuhan tajuk (Tabel 3, Lampiran 4). Aksesi tertinggi ialah IP3P (37.56 cm), diikuti oleh J3 (34.00 cm),
JB (33.80 cm), dan J2 (33.10 cm). Aksesi S2 berdiameter batang terbesar (1.71 cm), kemudian diikuti oleh aksesi S3 (1.48 cm). Aksesi yang memiliki jumlah daun terbanyak ialah aksesi S1 (18.20 helai), sedangkan aksesi dengan bobot kering tajuk terbesar ialah aksesi S2 (13.49 g). Faktor aksesi jarak pagar berpengaruh nyata terhadap semua komponen pertumbuhan akar primer (Lampiran 5). Tabel 4 memperlihatkan aksesi IP3P dan JB mempunyai panjang akar primer tunggang terpanjang, yaitu 21.19 cm dan 20.43 cm. Panjang akar primer samping terbesar dimiliki oleh aksesi J1 (19.86 cm) dan diikuti oleh aksesi J3 (19.75 cm). Aksesi S2 memiliki diameter akar primer (tunggang dan samping) terbesar di antara 10 aksesi lainnya, yaitu sebesar 1.19 cm dan 0.41 cm.
Tabel 2 Pengaruh media terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran pada sebelas aksesi jarak pagar Komponen pertumbuhan
Media tumbuh K TK Bobot kering tajuk (g) 9.05 a 8.82 a Diameter batang (cm) 1.39 a 1.43 a Jumlah daun (helai) 13.20 a 12.90 a Tinggi tanaman 31.56 a 33.90 b Bobot kering akar (g) 1.87 b 1.76 a Panjang akar primer tunggang (cm) 16.47 a 18.61 b Panjang akar primer samping (cm) 16.26 a 19.11 b Diameter akar primer tunggang (cm) 0.94 a 1.07 b Diameter akar primer samping (cm) 0.35 a 0.34 a Jumlah akar sekunder-tunggang 57.29 a 75.05 b Jumlah akar sekunder-samping 47.22 a 48.71 a Panjang akar sekunder-tunggang (cm) 8.11 a 8.74 a Panjang akar sekunder-samping (cm) 7.48 a 8.60 a Diameter akar sekunder-tunggang (cm) 0.08 a 0.08 a Diameter akar sekunder-samping (cm) 0.06 a 0.06 a ‡ Angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).
Tabel 3 Tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan bobot kering tajuk pada sebelas aksesi jarak pagar Aksesi
Tinggi tanaman Diameter batang Jumlah daun Bobot kering tajuk (cm) (cm) (helai) (g) S1 31.04 ab 1.41 bcd 18.20 e 9.95 b S2 32.15 ab 1.71 e 13.40 bcd 13.49 c S3 32.90 ab 1.48 d 15.00 d 9.92 b J1 29.53 a 1.45 bcd 10.60 a 8.32 a J2 33.10 b 1.44 bcd 11.40 ab 8.46 ab J3 34.00 b 1.32 ab 13.80 cd 7.25 a B1 32.43 ab 1.33 abc 11.70 abc 9.84 b B2 31.66 ab 1.21 a 11.80 abc 7.10 a B3 31.65 ab 1.31 ab 13.00 bcd 7.97 a JB 33.80 b 1.46 cd 10.50 a 8.22 a IP3P 37.56 c 1.36 bcd 14.20 d 7.72 a ‡ Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).
4
Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata terhadap panjang dan diameter akar sekunder pada akar primer samping, jumlah akar sekunder pada akar primer tunggang, dan bobot kering akar (Tabel 5, Lampiran 5). Aksesi B2 memiliki panjang akar sekundersamping terbesar, yaitu 10.77 cm. Diameter akar terbesar dimiliki oleh aksesi S2. Jumlah akar sekunder pada akar primer tunggang terbanyak terdapat pada aksesi JB, sedangkan bobot kering akar terbesar dimiliki oleh aksesi S2 dan S1, berturut-turut 3.24 g dan 3.00 g. Interaksi antara aksesi dan media terhadap pertumbuhan jarak pagar. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi
antara aksesi jarak pagar dan media berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan bobot kering tajuk (Gambar 1, 2, 3, 4, Lampiran 4). Sebanyak 8 dari 11 jenis aksesi yang ditanam pada media TK memiliki tinggi tanaman dan diameter batang lebih tinggi dibandingkan dengan aksesi yang ditanam pada media K. Lebih dari lima jenis aksesi yang digunakan juga memiliki bobot kering tajuk lebih besar pada media TK. Sebaliknya, beberapa aksesi jarak pagar memiliki jumlah daun lebih banyak pada media K dibandingkan dengan media TK.
Tabel 4 Panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, diameter akar primer tunggang, dan diameter akar primer samping pada sebelas aksesi jarak pagar Aksesi
Panjang akar primer Panjang akar primer Diameter akar primer Diameter akar primer tunggang (cm) samping (cm) tunggang (cm) samping (cm) S1 15.14 a 15.81 ab .87 a .29 a S2 14.90 a 16.55 bcd 1.19 d .41 c S3 16.00 ab 15.76 ab .90 ab .33 ab J1 18.50 bcd 19.86 e 1.02 abc .32 ab J2 19.01 cd 16.87 bcd 1.07 cd .35 abc J3 20.88 d 19.75 e 1.00 abc .29 a B1 14.24 a 15.93 abc .93 abc .39 bc B2 15.43 a 17.12 bcd .99 abc .33 ab B3 17.24 abc 18.16 cde .98 abc .34 abc JB 20.43 e 13.83 a 1.01 abc .33 ab IP3P 21.19 e 18.79 de 1.03 bc .38 bc ‡ Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).
Tabel 5 Panjang akar sekunder-samping, diameter akar sekunder-samping, jumlah akar sekundertunggang, dan bobot kering akar pada sebelas aksesi jarak pagar Aksesi
Panjang akar Diameter akar Jumlah akar Bobot kering akar sekunder- samping (cm) sekunder-samping (cm) sekunder-tunggang (g) S1 8.53 cde .06 ab 65.70 ab 3.00 e S2 9.47 ef .08 d 65.20 ab 3.24 e S3 8.26 cde .05 ab 61.50 ab 1.93 d J1 6.09 ab .06 abc 71.80 bc 1.42 b J2 7.88 cde .06 bc 65.90 ab 1.60 bc J3 7.26 bcd .06 ab 72.60 bc .93 a B1 9.13 e .07 cd 49.10 a 1.87 cd B2 10.77 f .07 cd 58.90 ab 1.58 bc B3 6.92 abc .06 ab 73.60 bc 1.52 b JB 8.62 de .05 a 84.90 c 1.61 bc IP3P 5.50 a .05 a 58.70 ab 1.29 b ‡ Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
K TK
S1
S2
S3
J1
J2
J3
B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
Diameter batang (cm)
Gambar 1
Tinggi tanaman sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
diameter akar sekunder-samping, jumlah akar sekunder-tunggang, dan bobot kering akar (Gambar 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, Lampiran 5). Lebih dari lima jenis aksesi yang ditanam pada media TK menghasilkan nilai lebih tinggi pada hampir semua komponen pertumbuhan akar, kecuali diameter akar primer samping dan bobot kering akar. Aksesi S1, S2, S3, J3, JB, dan IP3P pada media K cenderung memiliki diameter akar primer samping lebih tinggi dibandingkan dengan lima aksesi lainnya yang ditanam pada media TK (Gambar 8). Media K juga berpengaruh terhadap bobot kering akar yang lebih tinggi
pada aksesi S1, S2, S3, B1, B3, dan JB (Gambar 11).
2 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
K TK
S1
S2
S3
J1
J2
J3
B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
Gambar 2
Diameter batang sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
Panjang akar primer tunggang (cm)
Tinggi tanaman (cm)
5
30 25
20 15
K 10
TK
5 0 S1
S2
Gambar 5
15
K TK
0 S1
S2
S3
J1
J2
J3
B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
Gambar 3 Jumlah daun sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
Panjang akar primer samping (cm)
Jumlah daun (helai)
20
5
J1
J2
J3
B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
25
10
S3
Panjang akar primer tunggang sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
30 25
20 15
K 10
TK
5 0 S1
S2
S3
J1
J2
J3
B1 B2 B3 JB IP3P
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Gambar 6
Panjang akar primer samping sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
K TK
S1
S2
S3
J1
J2
J3
B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
Gambar 4 Bobot kering tajuk sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media. Interaksi antara aksesi jarak pagar dan media juga berpengaruh nyata terhadap panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, panjang akar sekundersamping, diameter akar primer samping,
Panjang akar sekunder-samping (cm)
Bobot kering tajuk (g)
Aksesi jarak pagar
14
12 10 8
6
K
4
TK
2 0 S1
S2
S3
J1
J2
J3
B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
Gambar 7
Panjang akar sekunder-samping sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
Diameter akar primer samping (cm)
6
0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0
K TK
S1 S2 S3
J1
J2
J3 B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
Diameter akar sekunder-samping (cm)
Gambar 8
Diameter akar primer samping sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
0.1 0.09 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0
K TK
S1 S2 S3 J1
J2
J3 B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
Jumlah akar sekunder-tunggang
Gambar 9 Diameter akar sekunder-samping sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
120 100
80 60
K 40
TK
20 0 S1
S2
S3
J1
J2
J3
B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
Gambar 10 Jumlah akar sekunder-tunggang sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
4
Bobot kering akar (g)
3.5
3 2.5 2
K
1.5
TK
1 0.5 0 S1
S2
S3
J1
J2
J3
B1 B2 B3 JB IP3P
Aksesi jarak pagar
Gambar 11 Bobot kering akar sebelas aksesi jarak pagar pada perlakuan kombinasi aksesi dan media.
Aksesi jarak pagar berpotensi sebagai batang bawah. Aksesi yang berpotensi sebagai batang bawah dapat ditentukan berdasarkan pada nilai pertumbuhan akar dan tajuk (Gambar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11). Aksesi yang terpilih sebagai kandidat batang bawah dapat digolongkan ke dalam dua kelompok media, yaitu: (1) pada media K, aksesi yang terpilih ialah aksesi S1, S2, S3, B2, dan IP3P; (2) pada media TK, aksesi yang terpilih ialah aksesi S2, J2, dan J3. Potensi sebagai batang bawah pada aksesi yang ditanam pada media K ditunjukkan oleh pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran yang baik. Selain jumlah daun, aksesi S1 memiliki panjang akar sekunder-samping, diameter akar sekunder-samping, jumlah akar sekundertunggang, dan bobot kering akar relatif tinggi. Kelebihan karakter aksesi S3 terletak pada tinggi tanaman, diameter batang, panjang akar sekunder-samping, diameter akar sekundersamping, jumlah akar sekunder tunggang, dan bobot kering akar. Selain bobot kering tajuk dan diameter akar primer samping, aksesi S2 memiliki pertumbuhan tajuk dan akar yang baik sama seperti aksesi S3. Aksesi B2 memiliki karakter yang baik sebagai batang bawah pada tinggi tanaman, panjang akar primer samping, panjang akar sekundersamping, diameter akar sekunder-samping, dan jumlah akar sekunder-tunggang. Aksesi IP3P memiliki tinggi tanaman, panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, diameter akar primer samping, dan jumlah akar sekunder tunggang relatif baik sebagai syarat kandidat batang bawah. Pada media TK, aksesi S2 mempunyai diameter batang, jumlah daun, bobot kering tajuk, panjang akar sekunder-samping, diameter akar primer samping, diameter akar sekunder-samping, dan bobot kering akar lebih besar dibandingkan dengan aksesi lainnya. Potensi sebagai batang bawah juga terdapat pada aksesi J2 yang memiliki tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk, panjang akar primer tunggang, diameter akar primer samping, dan diameter akar sekundersamping, relatif tinggi dibandingkan dengan delapan aksesi lainnya. Aksesi J3 memiliki karakter yang baik sebagai batang bawah pada tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, panjang akar sekunder-samping, serta jumlah akar sekunder-tunggang.
7
PEMBAHASAN Respon pertumbuhan tanaman terhadap media. Media sebagai tempat perkembangan akar berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Media TK merupakan media yang cocok untuk pembibitan jarak pagar dibandingkan dengan media K. Hal ini tampak dari nilai rata-rata tinggi tanaman dan pertumbuhan akar primer yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pertumbuhan aksesi yang ditanam pada media K. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Santoso et al. (2009) yang menunjukkan bibit jarak pagar umur 2 bulan yang ditanam dari biji menghasilkan tinggi tanaman dan panjang akar yang baik pada media campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Nilai tinggi tanaman dan panjang akar tersebut berturut-turut sebesar 74.6 cm dan 17.2 cm. Tingginya pertumbuhan jarak pagar pada media TK didukung oleh kapasitas tukar kation (KTK) yang lebih tinggi dibandingkan dengan media K (Lampiran 2). KTK ialah jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid bermuatan negatif (Hanafiah 2007). KTK menentukan jumlah unsur hara (ion-ion) yang dapat dijerap oleh muatan pada media. Oleh karena itu, media dengan KTK tinggi mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada media dengan KTK rendah. Pertumbuhan bibit yang baik juga disebabkan oleh daya tahan air media TK yang lebih besar dibandingkan dengan media K. Ketersediaan air yang besar akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Hal ini disebabkan oleh pentingnya fungsi air selain sebagai komponen sel-sel tanaman, juga sebagai media reaksi pada hampir seluruh proses metabolismenya. Beberapa peranan air yang penting bagi tanaman menurut Hanafiah (2007), antara lain: sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar kemudian ke daun, sebagai sarana transportasi dan pendistribusi nutrisi dari daun ke seluruh bagian tanaman, serta sebagai komponen kunci dalam proses fotosintesis, asimilasi, sintesis maupun respirasi tanaman. Aksesi jarak pagar yang ditanam pada media TK menghasilkan komponen pertumbuhan akar yang lebih baik dibandingkan dengan aksesi pada media K. Hal ini tampak pada panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, diameter akar primer tunggang, dan jumlah
akar sekunder pada akar primer tunggang, yang lebih banyak. Akar yang tumbuh baik sangat berpengaruh terhadap besarnya absorbsi hara. Aksesi yang ditanam pada media TK menghasilkan jumlah akar sekunder yang lebih banyak untuk dapat mengabsorbsi lebih banyak air dan unsur hara. Diameter akar sekunder yang kecil juga memungkinkan penetrasi akar yang lebih luas ke dalam poripori tanah. Menurut Waisel et al. (1991), akar halus (akar berdiameter < 1 mm) berperan penting dalam absorbsi hara dari tanah. Karakteristik pertumbuhan jarak pagar. Pertumbuhan tajuk dan akar setiap aksesi bervariasi. Beberapa aksesi memiliki satu atau dua komponen pertumbuhan tajuk lebih tinggi, namun tidak demikian dengan komponen yang lainnya. Sebagai contoh ialah aksesi IP3P yang merupakan tanaman paling tinggi, namun tidak memiliki diameter batang dan bobot kering tajuk yang besar pula. Hal yang sama juga terjadi pada komponen pertumbuhan akar. Namun demikian, terdapat perkecualian bagi aksesi S2 yang memiliki pertumbuhan akar dan tajuk paling baik diantara kesepuluh aksesi lainnya. Aksesi S2 mempunyai diameter batang, bobot kering tajuk, diameter akar primer tunggang, diameter akar primer samping, panjang dan diameter akar sekunder pada akar primer samping, serta bobot kering akar relatif paling tinggi. Keragaman yang tinggi pada karakter tinggi tanaman dan lingkar batang juga ditemukan pada 20 genotipe terpilih yang berasal dari Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Sulawesi (Hartati et al. 2009). Hal yang sama juga didapatkan dari beberapa hasil penelitian di India. Pandey et al. (2010) melaporkan variasi tinggi tanaman dan diameter batang pada 20 genotipe jarak pagar yang diperoleh dari beberapa lokasi di Madhya Pradesh. Tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun yang bervariasi juga ditunjukkan oleh 32 aksesi yang berasal dari enam daerah agroklimatik yang berbeda di India (Ghosh & Singh 2011). Kualitas pertumbuhan yang berbeda antar aksesi mungkin disebabkan oleh variasi genetik mengingat aksesi-aksesi yang digunakan berasal dari berbagai daerah. Perbedaan asal daerah menunjukkan faktor lingkungan berperan penting terhadap karakter pertumbuhan tanaman. Masingmasing aksesi memiliki karakter genotipe menurut asal daerahnya, tetapi saat ditumbuhkan pada daerah dengan kondisi lingkungan dan iklim yang berbeda, aksesi ini
8
akan beradaptasi dengan kondisi iklim lokal. Penyesuaian ini berpengaruh terhadap keragaman pertumbuhan. Hal yang sama dikemukakan oleh Hartmann dan Kester (1978) bahwa variasi genetik dapat menyebabkan variabilitas pertumbuhan tanaman batang bawah yang dibudidayakan dari biji. Perbedaan varietas memungkinkan kemampuan suatu tanaman untuk menghasilkan batang bawah menjadi sangat bervariasi. Aksesi jarak pagar berpotensi sebagai batang bawah. Tanaman jarak pagar yang berpotensi sebagai batang bawah harus memiliki kriteria perakaran kuat dan dalam. Perakaran yang kuat akan memperkokoh berdirinya tanaman, sehingga tidak mudah rebah. Sistem perakaran yang baik juga sangat dibutuhkan bagi tanaman yang hidup pada kondisi tanah kurang subur, lahan kering, atau lahan marjinal. Tanaman sebagai batang bawah juga diharuskan memiliki pertumbuhan tajuk yang baik. Pertumbuhan tajuk menjadi kriteria yang penting bagi batang bawah karena laju pertumbuhan tajuk berkaitan erat dengan laju penyerapan unsur hara, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium (Salisbury & Ross 1995). Tanaman dengan pertumbuhan tajuk yang bagus akan menguntungkan pada saat perbanyakan. Sebagai contoh, tanaman dengan diameter batang yang besar akan memaksimalkan luas penempelan dari cabang entres (batang atas). Beberapa aksesi yang mempunyai karakteristik pertumbuhan tajuk dan akar yang lebih baik memenuhi kriteria sebagai batang bawah. Aksesi-aksesi tersebut ialah aksesi S1, S2, S3, B2, dan IP3P pada media K, sementara aksesi dengan potensi yang sama terdapat pada aksesi S2, J2, dan J3 pada media TK. Penelitian ini mendukung simpulan Sutrisna (2010) yang menyatakan aksesi S1, S2, J2, J3 berpotensi sebagai kandidat batang bawah, meskipun menggunakan media yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada jenis tanah, dimana media yang digunakan Sutisna ialah tanah entisol Cikampak (tanah berbatu) dan grumusol Cihea (tanah dengan logam berat).
SIMPULAN Tanaman jarak pagar yang ditanam pada media campuran tanah dan kompos (1:2) menghasilkan tinggi tanaman dan pertumbuhan akar lebih tinggi dibandingkan dengan aksesi pada media kompos 100%.
Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan, kecuali panjang akar sekunder pada akar tunggang, diameter akar sekunder pada akar tunggang, dan jumlah akar sekunder pada akar samping. Berdasarkan pada pertumbuhan tajuk serta pertumbuhan akar primer dan sekunder yang baik, diperoleh aksesi-aksesi yang berpotensi sebagai batang bawah. Aksesi S1, S2, S3, B2, dan IP3P merupakan aksesi yang berpotensi sebagai batang bawah pada media kompos 100%, sedangkan aksesi S2, J2, dan J3 berpotensi sebagai batang bawah pada media campuran tanah dan kompos (1:2).
SARAN Penelitian ini perlu dilanjutkan sampai ke tahap penyambungan agar potensi jarak pagar yang diperoleh pada tahap seleksi dapat digunakan sebagai batang bawah.
DAFTAR PUSTAKA Berchmans HJ, Hirata S. 2008. Biodiesel production from crude Jatropha curcas L. seed oil with a high content of free fatty acids. Bioresource Technol 99:17161721. [BPS] Biro Pusat Statistik. 2011. Produksi Minyak Bumi dan Gas Alam 1996-2009. http:// [2 Juni 2011]. Ghosh L, Singh L. 2011. Variation seed and seedling characters of Jatropha curcas L. with varying zones and provenances. J Trop Ecol 52:113-122. Hanafiah KA. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hartati RRS, Setiawan A, Heliyanto B, Pranowo D, Sudarsono. 2009. Keragaan morfologi dan hasil 60 individu jarak pagar (Jatropha curcas L.) terpilih di kebun percobaan Pakuwon Sukabumi. J Littri 15:152-161. Hartmann HT, Kester DE. 1978. Plant Propagation, Principles, and Practices. New Delhi: Prentice-Hall India. Kumar A, Sharma S. 2008. An evaluation of multipurpose oil seed crop for industrial uses (Jatropha curcas L.): A review. Industrial Crops and Products 28:1-10. Pandey AK, Bhargava P, Gupta N, Sharma D. 2010. Performance of Jatropha curcas: a